tugas pak agung baru

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gempabumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi penyebab terjadinya gempabumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang gempabumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi. Gempa Bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer . Skala Rickter adalah skala yang di laporkan oleh observatorium seismologi nasional yang di ukur pada skala besarnya lokal 5 magnitude. Menurut teori lempeng tektonik, permukaan bumi terpecah menjadi beberapa lempeng tektonik besar. Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang mengapung diatas astenosfer yang cair dan panas. Oleh karena itu, maka lempeng tektonik ini bebas untuk bergerak dan saling berinteraksi satu sama lain. Daerah perbatasan lempeng-lempeng tektonik, merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik yang aktif, yang menyebabkan gempa bumi, gunung berapi dan pembentukan dataran tinggi. Ada tiga kemungkinan pergerakan satu lempeng tektonik relatif terhadap lempeng lainnya, yaitu apabila kedua lempeng saling menjauhi (spreading), saling mendekati(collision) dan saling geser (transform). Jika dua lempeng bertemu pada suatu sesar, keduanya dapat bergerak saling menjauhi, saling mendekati atau saling 1

Upload: evi-nur-holidah

Post on 12-Jul-2016

14 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Disaster ManagemenT gempa padang

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Pak Agung Baru

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gempabumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi

secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi

energi penyebab terjadinya gempabumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng

tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang gempabumi

sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi. Gempa Bumi diukur dengan

menggunakan alat Seismometer. Skala Rickter adalah skala yang di laporkan oleh

observatorium seismologi nasional yang di ukur pada skala besarnya lokal 5 magnitude.

Menurut teori lempeng tektonik, permukaan bumi terpecah menjadi beberapa lempeng

tektonik besar. Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang mengapung diatas

astenosfer yang cair dan panas. Oleh karena itu, maka lempeng tektonik ini bebas untuk

bergerak dan saling berinteraksi satu sama lain. Daerah perbatasan lempeng-lempeng

tektonik, merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik yang aktif, yang

menyebabkan gempa bumi, gunung berapi dan pembentukan dataran tinggi. Ada tiga

kemungkinan pergerakan satu lempeng tektonik relatif terhadap lempeng lainnya, yaitu

apabila kedua lempeng saling menjauhi (spreading), saling mendekati(collision) dan saling

geser (transform).

Jika dua lempeng bertemu pada suatu sesar, keduanya dapat bergerak saling menjauhi,

saling mendekati atau saling bergeser. Umumnya, gerakan ini berlangsung lambat dan tidak

dapat dirasakan oleh manusia namun terukur sebesar 0-15cm pertahun. Kadang-kadang,

gerakan lempeng ini macet dan saling mengunci, sehingga terjadi pengumpulan energi yang

berlangsung terus sampai pada suatu saat batuan pada lempeng tektonik tersebut tidak lagi

kuat menahan gerakan tersebut sehingga terjadi pelepasan mendadak yang kita kenal sebagai

gempa bumi.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kronologi terjadinya gempa bumi di Padang Sumatera Barat ?

2. Bagaimana fenomena yang ada terkait dengan bencana gempa bumi di Padang

Sumatera Barat ?

3. Bagaimana intervensi/ penanganan terhadap kegawatdaruratan bencana gempa bumi

di Padang Sumatera Barat ?

1

Page 2: Tugas Pak Agung Baru

4. Bagaimana sistem pelayanan kesehatan dan sistem rujukan kesehatan di Padang

Sumatera Barat ?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui dan memahami kronologi terjadinya gempa bumi di Padang

Sumatera Barat.

2. Untuk mengetahui dan memahami fenomena yang ada terkait dengan bencana

gempa bumi di Padang Sumatera Barat.

3. Untuk mengetahui dan memahami intervensi/ penanganan terhadap

kegawatdaruratan bencana gempa bumi di Padang Sumatera Barat.

4. Untuk mengetahui dan memahami sistem pelayanan kesehatan dan sistem rujukan

kesehatan terhadap kegawatdaruratan bencana gempa bumi di Padang Sumatera

Barat.

2

Page 3: Tugas Pak Agung Baru

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Fenoma Gempa di Padang-Pariaman

Gempa bumi yang mengguncang Padang Pariaman, Sumatera Barat dengan skala 7,6

SR pada tahun 2009 telah merontokkan kota Padang dan sekitarnya. Bahkan, goncangan

gempa ini terasa hingga ke Malaysia dan Singapura.  Menurut Pusat Vulkanologi dan

Mitigasi Bencana, Departemen Energi, wilayah Sumatra Barat merupakan kawasan yang

tergolong rawan terjadinya gempa. Khususnya, kepulauan Mentawai dan pantai barat

Provinsi Sumatra Barat merupakan daerah yang terdekat dengan pusat gempa bumi. 

Serentetan gempa bumi telah berulang kali terjadi di kawasan ini. Misalnya di Padang

Panjang, masih di Sumatera Barat pada 1926 pernah terjadi gempa yang menewaskan lebih

dari 354 orang ribuan rumah roboh. Wilayah ini tersusun oleh batuan sedimen berumur

Tersier serta batuan vulkanik dan aluvium berumur Kuarter. Batuan berumur Kuarter

mempunyai sifat lepas, urai, belum terkompaksi dengan baik dan bersifat memperkuat efek

goncangan gempa bumi.

Di Website Kabupaten Padang Pariaman juga disebutkan wilayah ini memang

merupakan zona gempa. Khususnya di daerah Sungai Limau, ke Tiku Utara berbatasan

dengan Sungai Geringging bagian barat serta seluruh daerah pesisir Padang Pariaman.

Adanya aktivitas gempa tersebut menyebabkan Kabupaten Padang Pariaman merupakan

daerah rawan gempa. Hal ini dapat dilihat pada peta zona gempa di Indonesia dimana daerah

Padang Pariaman merupakan zona gempa dengan skala intensitas menempati zona VII dan

VIII dengan episentrum yang relatif dangkal dan sedangkan sampai sekarang walaupun

termasuk daerah rawan gempa tapi tidak menimbulkan kerusakan yang cukup besar.  Enam

kabupaten dan kota di sepanjang pesisir Barat Pulau Sumatera rawan bencana gempa

tektonik, yaitu Kabupaten Pesisir Selatan, Padang Pariaman, Agam, Pasaman Barat,

Kepulauan Mentawai dan Kota Padang.

Secara geografi kota Padang terletak di pesisir pantai barat pulau Sumatera, dengan

garis pantai sepanjang 84 km. Luas keseluruhan Kota Padang adalah 694,96 km², dan lebih

dari 60% dari luas tersebut, sekitar ± 434,63 km² merupakan daerah perbukitan yang ditutupi

hutan lindung, sementara selebihnya merupakan daerah efektif perkotaan. Sedangkan

keadaan topografi kota ini bervariasi, 49,48% luas wilayah daratan Kota Padang berada pada

wilayah kemiringan lebih dari 40% dan 23,57% berada pada wilayah kemiringan landai.

3

Page 4: Tugas Pak Agung Baru

Sumatra Barat termasuk kawasan rawan gempa bumi disebabkan letaknya di pantai

barat Sumatra yang secara tektonik berada berdekatan dengan zona subduksi (subduction

zone), yaitu zona pertemuan/ perbatasan antara 2 lempeng tektonik berupa penunjaman

lempeng India-Australia ke bawah lempeng Eurasia. Pergerakan lempeng-lempeng ini akan

menyebabkan gempa yang tak jarang berkekuatan besar. Selain itu, Patahan Besar Sumatra

(Sumatra great fault) yang masih aktif akan selalu pula mengancam kawasan itu apabila

terjadi pergeseran di zona patahan tersebut. Ditambah pula, aktivitas gunung berapi yang

masih aktif, misalnya Marapi, Tandikat, dan Talang dapat menimbulkan getaran yang cukup

kuat. Antara zona subduksi, Sesar Sumatra, dan gunung-gunung berapi aktif ini saling

berkaitan dan mempengaruhi. Oleh karena itu, Sumbar bukan hanya rawan terhadap bencana

gempa, namun juga bencana lain yaitu letusan gunung berapi, tsunami, bahkan tanah longsor

(akibat getaran gempa).

Oleh sebab posisinya yang “dikepung” oleh sumber-sumber gempa, maka Sumbar

menjadi daerah yang sering terkena (baca: rawan) bencana ini. Beberapa gempa di Sumbar

tidak terjadi sekali getaran saja, tapi dapat berulang-ulang seperti serangkaian gempa yang

pernah mengguncang Sumbar, gempa susulan akan mengguncang beberapa kali dalam waktu

dekat . Bahkan di Sumbar sering terjadi gempa besar yang getarannya dapat pula dirasakan

hingga ke propinsi tetangga seperti Riau, Kepulauan Riau (Kepri), dan Jambi, bahkan hingga

ke negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia (kawasan Semenanjung). Sementara

daerah-daerah yang termasuk ke dalam kawasan pantai timur Sumatra, seperti Riau dan

Sumatra Selatan, tidak berada di dekat pusat gempa sehingga relatif aman dari aktivitas

gempa yang kuat. Daerah-daerah yang berada di pantai timur Sumatra hanya menerima

getaran dari gelombang seismik yang berasal dari pusat gempa di pantai barat.

2.2. Gempa Bumi

Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi

(pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Penyebab Terjadinya Gempa Bumi :

a. Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi.

b. Aktivitas sesar di permukaan bumi.

c. Pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadi runtuhan tanah.

d. Aktivitas gunung api.

e. Ledakan Nuklir.

4

Page 5: Tugas Pak Agung Baru

Mekanisme perusakan terjadi karena energi getaran gempa dirambatkan ke seluruh

bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan

runtuhnya bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat

memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang

merusak permukiman penduduk. Gempa bumi juga menyebabkan bencana ikutan berupa

kebakaran, kecelakaan industri dan transportasi serta banjir akibat runtuhnya bendungan

maupun tanggul penahan lainnya.

Gejala dan Peringatan Dini :

a. Kejadian mendadak/secara tiba-tiba.

b. Belum ada metode pendugaan secara akurat.

Tips Penanganan Jika Terjadi Gempa Bumi :

a. Bila berada di dalam rumah

1. Jangan panik dan jangan berlari keluar, berlindunglah dibawah meja atau tempat

tidur.

2. Bila tidak ada, lindungilah kepala dengan bantal atau benda lainnya.

3. Jauhi rak buku, almari dan jendela kaca.

4. Hati-hati terhadap langit-langit yang mungkin runtuh, benda-benda yang

tergantung di dinding, dan sebagainya.

b. Bila berada di luar ruangan

1. Jauhi bangunan tinggi, dinding, tebing terjal, pusat listrik dan tiang listrik, papan

reklame, pohon yang tinggi, dan sebagainya.

2. Usahakan dapat mencapai daerah yang terbuka.

3. Jauhi jendela kaca.

c. Bila berada di dalam ruangan umum

1. Jangan panik dan jangan berlari keluar karena kemungkinan dipenuhi orang.

2. Jauhi benda-benda yang mudah tergelincir seperti rak, almari dan jendela kaca, dan

sebagainya.

d. Bila sedang mengendarai kendaraan

1. Segera hentikan di tempat yang terbuka.

2. Jangan berhenti di atas jembatan atau dibawah jembatan layang/jembatan

penyebrangan.

e. Di dalam lift

1. Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran.

5

Page 6: Tugas Pak Agung Baru

2. Jika anda merasakan getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah

semua tombol.

3. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah. Jika anda

terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung dengan menggunakan interphone jika

tersedia.

f. Di kereta api

1. Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh

seandainya kereta dihentikan secara mendadak.

2. Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta. Salah mengerti

terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan.

g. Di dalam mobil

1. Saat terjadi gempa bumi besar, anda akan merasa seakan-akan roda mobil anda

gundul. Anda akan kehilangan kontrol terhadap mobil dan susah

mengendalikannya.

2. Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil anda di kiri jalan dan berhentilah.

3. Ikuti instruksi dari radio mobil. Jika harus mengungsi maka keluarlah dari mobil,

biarkan mobil tak terkunci.

h. Di gunung/pantai

1. Ada kemungkinan longsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung ke

tempat aman.

2. Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika anda merasakan getaran dan

tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.

i. Beri pertolongan

Sudah dapat diramalkan bahwa banyak orang akan cedera saat terjadi gempa bumi

besar. Karena petugas kesehatan dari rumah-rumah sakit akan mengalami kesulitan

datang ke tempat kejadian, maka bersiaplah memberikan pertolongan pertama kepada

orang-orang yang berada di sekitar anda.

j. Dengarkan informasi

Saat gempa bumi besar terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya. Untuk mencegah

kepanikan, penting sekali setiap orang bersikap tenang dan bertindaklah sesuai dengan

informasi yang benar. Anda dapat memperoleh informasi yag benar dari pihak yang

berwenang atau polisi. Jangan bertindak karena informasi orang yang tidak jelas.

6

Page 7: Tugas Pak Agung Baru

2.2.1 Kerugian-kerugian Akibat Gempa Bumi

Berikut merupakan kerugian yang dialami oleh masyarakat Padang Sumatera Barat

akibat gempa bumi:

1. Menimbulkan trauma baik fisik maupun psikologis bagi korban.

2. Menimbulkan kematian ataupun kecacatan baik itu sementara ataupun permanen.

3. Menyebabkan hilangnya materi,pekerjaan yang mengakibatkan penurunan kualitas

hidup seseorang.

4. Kerusakan infrastruktur baik itu jalan maupun bangunan-bangunan.

5. Sanitasi yang buruk.

6. Berpotensi menimbulkan bencana lainnya.

Saat yang tepat berangkat ke lokasi merupakan saat kondisi bencana reda dan

dinyatakan aman, yaitu:

Zona aman : Untuk orang-orang campuran (bisa wartawan, keluarga).

Zona khusus : Untuk dokter-dokter yang membantu.

Zona bahaya : Tidak boleh dimasuki, kecuali polisi dan militer.

Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum keberangkatan yaitu:

1. Kotak pertolongan Pertama pada kecelakaan.

2. Senter/ lampu battery, lilin atau korek api, tenda.

3. Radio.

4. Makanan suplemen yang tahan lama seperti biskuit, beras, minyak, mie instan, susu,

makanan kaleng.

5. Air minum (kebutuhan air minum biasanya 2-3 liter sehari untuk satu orang).

6. Obat-obatan seperti: antibiotik, NSAID, obat diare, vitamin.

7. Alat-alat evakuator.

8. Pakaian bersih.

Tim yang terlibat dalam keberangkatan :

1. Tim SAR.

2. Dokter (baik itu dokter umum, bedah, maupun dokter jiwa atau yang lainnya yang

bergerak dalam hal medis, evakuasi maupun triase.

3. Tim evakuasi.

4. Tim untuk transportasi.

Pada korban mati yang perlu dilakukan, adalah:

7

Page 8: Tugas Pak Agung Baru

1. Identifikasi mayat.

2. Pencarian keluarga.

3. Pemakaman.

2.3. Penyakit Pasca Bencana

Pada umumnya masalah kesehatan pasca gempa dapat dibagi dalam 3 fase:

a. Penyakit akut pasca bencana.

Yaitu penyakit yang berhubungan langsung dengan bencana yang terjadi. Misalnya,

kasus gempa bumi di Padang tanggal 30 September 2009, penyakit yang berhubungan

langsung dengan gempa adalah cedera akibat reruntuhan. Berbagai penelitian

menunjukkan bahwa cedera utama akibat gempa adalah cedera kepala dan patah tulang.

b. Penyakit ikutan pada beberapa hari-minggu pasca bencana

1) Malaria Penyakit malaria dapat timbul misalnya saat masyarakat berada di

pengungsian (tenda-tenda darurat), nyamuk anopheles bisa menginfeksi korban-

korban bencana.

2) DBD Misalnya banjir, air yang tergenang dapat menyebabkan bersarangnya

nyamuk aides aegypti. Kemudian menginfeksi korban-korban bencana.

3) Diare dan penyakit kulit

Penyakit ini bisa menginfeksi korban bencana karena sanitasi yang jelek. Misalnya

kuman-kuman penyebab diare seperti: Vibrio kolera, Salmonella dysentriae pada

genangan banjir, diare akibat kurangnya asupan air bersih karena saluran air bersih

dan sanitari yang rusak. Seseorang menderita diare bila frekuensi buang air besar

telah melampaui kebiasaannya dengan kotoran encer dan banyak cairan. Diare

yang terus menerus mungkin merupakan gejala penyakit berat seperti tipus, kolera

dan kanker usus. Diare yang berat bisa menyebabkan dehidrasi dan bisa

membahayakan jiwa. Gejala-gejalanya seperti frekuensi buang air besar melebihi

normal, kotoran encer/cair, sakit/kejang perut, demam dan muntah. Penyebabnya

bisa dari Anxietas (rasa cemas), keracunan makanan, infeksi virus dari usus, alergi

terhadap makanan tertentu. Penanggulangannya adalah dengan minum banyak

cairan, hindari makanan padat atau yang tidak berperasa selama 1-2 hari, minum

cairan rehidrasi oral-oralit.

4) ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas)

ISPA terjadi karena masuknya kuman atau mirkoorganisme ke dalam tubuh

manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Istilah ini

diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris acute respiratory infections (ARI).

8

Page 9: Tugas Pak Agung Baru

Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut, dengan

pengertian sebagai berikut:

a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mirkoorganisme ke dalam tubuh manusia

dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

b. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli. Secara

anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernpasan bagian

bawah (termasuk jaringan saluran pernapasan).

c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari, Batas 14

hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa

penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung

lebih dari 14 hari.

Selain ISPA sering juga ditemukan pnemonia yaitu proses infeksi akut yang

mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak

seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut

bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak,

karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi

pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia dua bulan

sampai kurang dari satu tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia

satu tajun sampai kurang dari lima tahun. Pada anak di bawah usia dua bulan,

tidak dikenal diagnosis pnemonia. Pencegahannya dengan pengadaan rumah

dengan ventilasi yang memadai, perilaku hidup bersih dan sehat, peningkatan

gizi balita.

5) Leptospirosis

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri leptospira

berbentuk spiral dan hidup di air tawar. Penyakit ini timbul karena

terkontaminasinya air oleh air seni hewan yang menderita leptospirosis. Biasanya

penyakit ini terdapat pada korban banjir.

6) Typhus

Penyakit tipes sebenarnya juga berkaitan erat dengan faktor daya tahan tubuh

seseorang. Oleh sebab itu, untuk mencegah terkena penyakit tipes, masyarakat

harus menjaga kondisi tubuh dengan makan makanan bergizi dan jangan sampai

kelelahan.

c. Masalah kesehatan mental akibat gempa

9

Page 10: Tugas Pak Agung Baru

Penyakit psikologis / Trauma berkepanjangan akibat reaksi stres akut saat bencana bisa

menetap menjadi kecemasan yang berlebihan. Akibat kehilangan rumah, kehilangan

anggota keluarga atau bisa juga trauma karena ketakutan yang mendalam. Adapun fase

setelah terjadinya bencana yang dapat menyebabkan terganggunya keadaan mental

seseorang adalah:

1. Critical acute. Pada fase ini terjadi kurang dari 1 bulan setelah terjadinya bencana.

2. After critical acute.

3. Prolong stressor, biasanya lebih dari waktu 2 tahun setelah terjadinya bencana.

Untuk individu yang pernah mengalami trauma, maka akan ada resiko yang dihadapi,

diantaranya:

1. Adanya penurunan produktivitas.

2. Banyaknya beban pada setiap orang, keluarga, dan komunitas.

3. Ada kemungkinan untuk melakukan resiko bunuh diri.

Setelah terjadi bencana, biasanya diadakan evakuasi termasuk adanya ‘pengungsian’,

nah dengan adanya pengungsian ini akan terjadi stressor baru apalagi dalam waktu yang

cukup lama. Pada umumnya tim kesehatan yang dikirim untuk para korban bencana

kebanyakan lebih mengurusi masalah fisik korban, dan mengabaikan bagaimana sebenarnya

untuk menstabilkan keadaan mental para korban setelah terjadi bencana. Hal ini dibuktikan

bahwa masih kurangnya tenaga kesehatan mental. Nah dengan adanya hal tersebut, biasanya

akan ada recruitment dan TOT untuk para sumber professional dan tenaga kesehatan mental

dalam mengatasi gangguan mental/traumatic terkait setelah terjadinya bencana.

Prinsip umum intervensi :

a) Persiapan pre emergency, meliputi:

1. Planning secara detail.

2. Koordinasi system dengan sumber local.

3. Training

b) Penilaian kondisi local, meliputi aspek cultural, dan lain-lain.

c) Adanya kolaborasi.

d) Adanya integrasi ke pelayanan dasar, misalnya mengadakan program di puskesmas.

e) Pelayanan kesehatan untuk semua.

f) Pelatihan kesehatan mental untuk puskesmas dan pemimpin komunitas.

g) Long periode perspective.

10

Page 11: Tugas Pak Agung Baru

h) Monitoring.

Pada fase kondisi psikososial pada bencana adalah Acute Emergency Phase. Adapun

yang harus diperhatikan dalam Acute emergency phase adalah:

a. Status emergency.

b. Kemanan fisik.

c. Informasi untuk menurunkan beban penderitaan.

d. Lokasi.

Sedangkan untuk kesehatan mental, penanganan utama adalah bertemu dengan

‘primary health center’ untuk:

a. Memanage kasus emergency yang berhubungan dengan psikiatric, contohnya depresi

mayor.

b. Tersedianya psikofarmaka sebagai terapi awal.

2.4. Strategi Penanggulangan Bencana

Penanggulangan Bencana Berbasis Komunitas merupakan serangkaian aktivitas

masyarakat (komunitas) pada saat sebelum, saat dan setelah bencana terjadi untuk

mengurangi jumlah korban baik jiwa, kerusakan sarana/prasarana dan terganggunya peri

kehidupan masyarakat dan lingkungan hidup dengan mengandalkan sumber dan kemampuan

yang dimiliki oleh masyarakat. Penanggulangan bencana berbasis komunitas juga merupakan

upaya mengkolaborasikan penanggulangan bencana sebagai upaya bersama antara

masyarakat, LSM, swasta, dan Pemerintah Pembangunan kemampuan penanggulangan

bencana ditekankan pada peningkatan kemampuan masyarakat khususnya masyarakat pada

kawasan rawan bencana, agar secara dini menekan bahaya tersebut. Umumnya berpangkal

pada tindakan penumbuhan kemampuan masyarakat dalam menangani dan menekan akibat

bencana. Untuk mencapai kondisi tersebut, lazimnya diperlukan langkah-langkah: (1)

pengenalan jenis bencana, (2) pemetaan daerah rawan bencana, (3) zonasi daerah bahaya dan

prakiraan resiko, (4) pengenalan sosial budaya masyarakat daerah bahaya, (5) penyusunan

prosedur dan tata cara penanganan bencana, (6) pemasyarakatan kesiagaan dan peningkatan

kemampuan, (7) mitigasi fisik, (8) pengembangan teknologi bencana alam.

Saat ini organisasi penanggulangan bencana di Indonesia masih merupakan lembaga

adhoc. Di tingkat Pusat terdapat Badan Koordinasi Nasional (BAKORNAS) Penanggulangan

Bencana dan Pengungsi dengan Ketua Pelaksana Harian (Kalakhar) Wakil Presiden. Di

tingkat Provinsi terdapat Satuan Koordinasi Pelaksana (SATKORLAK) Penanggulangan

Bencana dan Pengungsi. Di tingkat Kabupaten/Kota terdapat Satuan Pelaksana (SATLAK)

11

Page 12: Tugas Pak Agung Baru

Penanggulangan Bencana dan Pengungsi yang dibentuk berdasarkan Perpres No.85/2005.

Dalam UU No.24/2007 tentang penanggulangan bencana diamanatkan tentang pembentukan

Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan

sampai sekarang Peraturan Pemerintah yang mengaturnya belum terbit. Dalam kerja

penanggulangan bencana di tingkat daerah, biasa dilakukan:

1. Kantor/Dinas Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) yang

juga mengorganisir Search and Rescue (SAR). Bertugas meningkatkan kesiapsiagaan

dan tanggap darurat bencana.

2. Dinas lainnya seperti Pertambangan dan Energi yang berfungsi sebagai pengawas tata

kelola pertambangan dan energi, mempunyai peta-peta rawan bencana yang biasanya

terkait dengan pertambangan (longsor, bencana lingkungan). Kemudian Dinas Sosial,

Bagian Kesra, DPU, dan sebagainya.

3. Palang Merah Indonesia di daerah masing-masing.

4. Pusat Studi Bencana di Universitas terdekat yang dapat memberikan peta ancaman,

mikrozonasi, dan penelitian tentang kebencanaan yang lain.

5. Badan Meteorologi dan Geofisika untuk mengetahui tentang cuaca, iklim dikaitkan

dengan bencana, termasuk peringatan dini yang ada untuk berbagai jenis bencana.

2.4.1 Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana Gempa Bumi

Penanggulangan bencana pada fase mitigasi terhadap gempa bumi, sebagai berikut :

1. Harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa khususnya di daerah rawan

gempa.

2. Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan.

3. Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi.

4. Perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada.

5. Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di

daerah rawan gempa bumi.

6. Zonasi daerah rawan gempa bumi dan pengaturan penggunaan lahan.

7. Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa bumi dan cara -

cara penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi.

8. Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan, kewaspadaan masyarakat

terhadap gempa bumi, pelatihan pemadam kebakaran dan pertolongan pertama.

9. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan

masyarakat lainnya.

12

Page 13: Tugas Pak Agung Baru

10. Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam menghadapi

gempa bumi.

11. Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan pelatihan pemadaman

kebakaran dan pertolongan pertama.

12. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan

masyarakat lainnya.

13. Rencana kontinjensi/ kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam menghadapi

gempa bumi.

2.4.2. Strategi Kesiapsiagaan (Preparedness)

Kesiapsiagaan (preparedness) yang merupakan perencanaan dan persiapan yang

dilakukan untuk melindungi elemen resiko dan memfasilitasi kegiatan operasi tanggap

darurat saat terjadinya bencana.

Bentuk-bentuk kegiatan kesiapsiagaan gempa dan tsunami dari segi pemerintah

daerah antara lain :

1. Menyiapkan Emergency Operations Plans (EOP),

2. Melakukan pelatihan-pelatihan terhadap personil yang terkait langsung dengan

operasi tanggap darurat,

3. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam bentuk simulasi gempa dan tsunami

secara berkala,

4. Menyiapkan jalur evakuasi tsunami serta pembangunan shelter untuk evakuasi baik

secara horizontal maupun vertikal.

2.4.3. Strategi Tanggap Bencana

Bantuan Darurat (Relief)

Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan

kebutuhan dasar yang berupa:

1. Pangan.

2. Sandang.

3. Tempat tinggal sementara.

4. Kesehatan, sanitasi dan air bersih.

Pendekatan pemberian bantuan dapat bersifat konvensional, artinya bersifat karitatif

atau dapat juga berbentuk kegiatan yang memberdayakan sehingga kondisi korban lebih baik

daripada sebelum terjadi bencana. Pada tahap ini yang biasa dilakukan adalah:

1. Mendirikan pos komando bantuan.

13

Page 14: Tugas Pak Agung Baru

2. Berkoordinasi dengan Satuan Koordinator Pelaksana Penanggulangan Bencana

(SATKORLAK PBP) dan pemberi bantuan yang lain.

3. Mendirikan tenda-tenda penampungan, dapur umum, pos kesehatan dan pos koordinasi.

4. Mendistribusikan obat-obatan, bahan makanan dan pakaian.

5. Menempatkan para korban di tenda atau pos pengungsian.

6. Membantu petugas medis untuk pengobatan dan mengelompokan korban.

7. Memakamkan korban meninggal.

2.4.4. Strategi Pemulihan (Recovery)

Strategi pemulihan adalah sebagai berikut:

a. Proses pemulihan kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan

memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula.

b. Fungsi-fungsi lembaga sosial dan administrasi lokal diberdayakan kembali.

c. Upaya yang dilakukan adalah memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan,

listrik, air bersih, pasar puskesmas, dll).

Pada tahap ini yang perlu dilakukan adalah:

1. Membuat manajemen bencana dan sistem respon cepat

2. Memberikan pelatihan dan mentoring

3. Memperkuat akses kesehatan untuk masyarakat

4. Memberikan layanan pendidikan dan lakukan penyembuhan trauma (trauma

healing). Divisi kesehatan mental melakukan pelayanan kesehatan mental yang

terpadu dan meningkatkan kemampuan daerah untuk memberikan pelayanan

dalam menangani permasalahan kesehatan mental.

5. Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) juga dilakukan untuk

meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan di pusat pelayanan primer dan rumah

sakit dalam mengelola anak sakit terutama anak dibawah usia lima tahun. 

6. Divisi kesehatan masyarakat juga memfasilitasi rumah sakit dan dinas kesehatan

dalam memperkuat sistem informasi, perencanaan, dan surveilans kesehatan.

2.4.5. Rehabilitasi (Rehabilitation)

14

Page 15: Tugas Pak Agung Baru

Rehabilitasi pasca bencana merupakan upaya/ langkah yang diambil setelah kejadian

bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas

sosial penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian.

Pada tahap ini yang perlu dilakukan, adalah:

1. Mulai dirancang tata ruang daerah (master plan) idealnya dengan memberi kepercayaan

dan melibatkan seluruh komponen masyarakat utamanya korban bencana. Termasuk

dalam kegiatan ini adalah pemetaan wilayah bencana.

2. Mulai disusun sistem pengelolaan bencana yang menjadi bagian dari sistem

pengelolaan lingkungan.

3. Pencarian dan penyiapan lahan untuk permukiman tetap.

4. Relokasi korban dari tenda penampungan.

5. Mulai dilakukan perbaikan atau pembangunan rumah korban bencana.

6. Pada tahap ini mulai dilakukan perbaikan fisik fasilitas umum dalam jangka menengah.

7. Mulai dilakukan pelatihan kerja praktis dan diciptakan lapangan kerja.

8. Perbaikan atau pembangunan sekolah, sarana ibadah, perkantoran, rumah sakit dan

pasar mulai dilakukan.

9. Fungsi pos komando mulai dititikberatkan pada kegiatan fasilitasi atau pendampingan.

2.5. Sistem Pelayanan Kesehatan dan Sistem Rujukan Kesehatan

2.5.1. Sistem Pelayanan Kesehatan Bencana Gempa Bumi di Padang Sumatera Barat

Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman bertanggung jawab dalam memberikan

bantuan pengobatan terhadap korban gempa dan sudah mulai bertugas pada saat malam

terjadinya bencana, yaitu dengan membuat posko kesehatan yang dipusatkan pada halaman

puskesmas dan letaknya agak jauh dari tepi pantai, untuk menghindari bahaya tsunami. Obat-

obatan yang digunakan pada saat terjadinya gempa diambil dari persediaan yang dimiliki oleh

Dinas Kesehatan dan puskesmas-puskesmas.

Dalam menanggulangi permasalahan kesehatan yang diakibatan bencana gempa di

Padang, Departemen Kesehatan mendirikan Posko Aju yang berlokasi di kantor Dinas

Kesehatan Propinsi Sumatera Barat. Tim dipimpin pejabat Eselon I dan dibantu 6 tim

pelaksana yaitu Tim Pencari Fakta, Tim Kesehatan Lingkungan, Tim Pendataan Kerusakan

Fisik, Tim Surveilans, Tim Pelayanan Kesehatan dan Tim Logistik. Posko tersebut juga

dilengkapi dengan tim mobile lengkap yang tenaganya berasal dari Departemen Kesehatan,

Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Tim mobile terpadu yang

15

Page 16: Tugas Pak Agung Baru

sudah terbentuk 8 Tim di Kota Padang. Menteri Kesehatan telah membentuk Tim

Penanggulangan Bencana Gempa Bumi di Provinsi Sumatera Barat berdasarkan SK

Kepmenkes No. 879/Menkes/SK/X/2009. Selain itu, telah terbentuk Tim Traumatik Center

yang didukung oleh 4 NGO lokal dan 10 NGO asing yang bertugas melakukan pemetaan

kondisi psikologis anak di lokasi bencana, serta capacity building psychology first aid.

Sebagai Pusat penanganan traumatik yaitu di RS Jiwa HB Saanin.

Depkes juga melakukan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, antara lain :

1. Pengasapan

2. Penyehatan air berupa pemeriksaan sampel air, pendistribusian water treatment dan

aquatab.

3. Pendistribusian Hygiene Kit ke Kab. Pasisir Selatan sebanyak 58 paket dan Kab.

Pasaman Barat sebanyak 20 paket.

4. Kegiatan Surveilans.

5. Imunisasi TT dengan hasil kumulatif 2.807 orang.

6. Sweeping imunisasi TT bagi masyarakat usia 15-60 tahun.

7. Kegiatan imunisasi campak dengan hasil kumulatif 731 orang.

8. Kegiatan asessment coldchain di Puskesmas dengan hasil sebanyak 54 Unit

mengalami kerusakan.

Sampai saat ini, tenaga yang telah memberikan pelayanan kesehatan di lokasi bencana

sebanyak 3.812 orang yaitu 2.361 orang Nakes yang ada di Provinsi Sumbar yang berasal

dari 5 Kabupaten/Kota (186 dokter umum, 485 perawat, + 17000 mahasiswa Akper tahun

terakhir), Nakes yang berada di RS Pemerintah dan swasta sebanyak 173 orang (89 dokter

umum, 30 dokter bedah, 8 dokter orthopedi dan 45 dokter penyakit dalam), Nakes yang

dimobilisasi ke lokasi bencana yang berasal dari Depkes, Dinkes di Sumatera, Jawa,

Sulawesi, TNI, POLRI, LSM dan sebagainya sebanyak 1.278 orang (10 tenaga asessment,

396 tenaga medis, 280 tenaga paramedis,45 tenaga kesehatan masyarakat, 23 tenaga farmasi,

54 tenaga DVI dan 470 tenaga lainnya.

2.5.2. Sistem Rujukan Kesehatan Bencana Gempa Bumi di Padang Sumatera Barat

Sistem yang merupakan koordinasi berbagai unit kerja (multi sektor) dan didukung

berbagai kegiatan profesi (multi disiplin dan multi profesi) untuk menyelenggarakan

pelayanan terpadu bagi penderita gadar baik dalam keadaan bencana maupun sehari-hari.

pelayanan medis sistem ini terdiri 3 subsistem yaitu pelayanan pra RS, RS dan antar RS.

16

Page 17: Tugas Pak Agung Baru

1. Sistem pelayanan Medik Pra RS

Pelayanan pada bencana, terutama pada korban massal

Koordinasi, komando. Melibatkan unit lintas sektor. Kegiatan akan efektif dan

efisien bila dalam koordinasi dan komando yang disepakati bersama.

Eskalasi dan mobilisasi sumber daya. Dilakukan dengan mobilisasi SDM,

fasilitas dan sumber daya lain sebagai pendukung pelayanan kesehatan bagi

korban.

Simulasi. Diperlukan protap, juklak, juknis yang perlu diuji melalui simulasi

apakah dapat diimplementasikan pada keadaan sebenarnya.

Pelaporan, monitoring, evaluasi. Penanganan bencana didokumentasikan dalam

bentuk laporan dengan sistematika yang disepakati. Data digunakan untuk

monitoring dan evaluasi keberhasilan atau kegagalan, hingga kegiatan selanjutnya

lebih baik.

2. Sistem Pelayanan Medik di RS

a. Perlu sarana, prasarana, BSB, UGD, HCU, ICU, penunjang dll.

b. Perlu Hospital Disaster Plan, Untuk akibat bencana dari dalam dan luar RS.

c. Transport intra RS.

d. Pelatihan, simulasi dan koordinasi adalah kegiatan yang menjamin peningkatan

kemampuan SDM, kontinuitas dan peningkatan pelayan medis.

e. Pembiayaan diperlukan dalam jumlah cukup.

3. Sistem Pelayanan Medik Antar RS.

a. Jejaring rujukan dibuat berdasar kemampuan RS dalam kualitas dan kuantitas.

b. Evakuasi. Antar RS dan dari pra RS ke RS.

c. Sistem Informasi Manajemen, SIM. Untuk menghadapi kompleksitas

permasalahan dalam pelayanan. Perlu juga dalam audit pelayanan dan

hubungannya dengan penunjang termasuk keuangan.

d. Koordinasi dalam pelayanan terutama rujukan, diperlukan pemberian informasi

keadaan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan sebelum pasien ditranportasi ke

RS tujuan.

17

Page 18: Tugas Pak Agung Baru

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan Gempa bumi merupakan peristiwa

pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara

tiba-tiba.Gempa bumi yang terjadi di Sumatera Barat telah banyak menimbulkan kerugian

baik itu nyawa, materi dan trauma psikologis.Diperlukan persiapan yang matang untuk

memberikan pertolongan kepada korban gempa baik itu tim yang akan dikirim untuk

memberi pertolongan maupun hal-hal yang diperlukan lainnya.Penanganan korban gempa

tidak hanya dari segi fisik saja,tapi diperlukan tindakan pertolongan terhadap trauma

psikologis pasca gempa.

3.2. Saran

Demikian makalah tugas Disaster Managemenet yang berjudul “Penanganan

Kegawatdaruratan Terhadap Bencana Gempa Bumi di Padang Sumatera Barat” yang penulis

buat. Melalui makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan kepada pembaca khususnya

mahasiswa keperawatan terkait dengan tanggap bencana pada gempa bumi maupun bencana

lainnya dengan tepat. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan.

Maka, kritik dan saran konstruktif penulis harapkan demi terciptanya makalah yang lebih

baik.

18