stikes jenderal a. yani yogyakarta perpustakaanrepository.unjaya.ac.id/367/1/ony zhanuar...
TRANSCRIPT
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
GAMBARAN PELAKSANAAN PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN
TANDA-TANDA VITAL DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI
BANTUL
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
STIKES A. Yani Yogyakarta
Disusun Oleh:
ONY ZHANUAR L
PSIK/3208030
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2015
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
GAMBARAN PELAKSANAAN PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
Ony Zhanuar L1, Wenny Savitri2, Dwi Kartika R3
INTISARI
Latar belakang: Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan unit pelayanan yang
sangat rentan dengan keselamatan pasien. IGD rumah sakit mempunyai tugas
menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan serta
pelayanan pembedahan darurat, bagi pasien yang datang dengan gawat darurat
medis. Pengukuran yang paling sering dilakukan oleh praktisi kesehatan termasuk
perawat di IGD adalah pengukuran suhu, nadi, tekanan darah, frekuensi
pernafasan dan saturasi oksigen. Pengkajian tanda vital bertujuan
mengidentifikasi diagnosis keperawatan, mengimplementasikan rencana
intervensi dan mengevaluasi keberhasilan bila tanda vital dikembalikan pada nilai
yang dapat diterima.
Tujuan: Mengetahui pemeriksaan tanda vital suhu, nadi, respirasi, dan tekanan
darah sudah dilakukan sesuai dengan standar operasipnal prosedur (SOP) yang
ada di IGD.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dilakukan
dengan mengobservasi perawat dalam melaksanakan pengukuran tanda vital
menggunakan check list. Sampel pada penelitian ini sejumlah 17 responden
perawat yang diambil menggunakan total sampling. Hasil pengukuran kemudian
di analisa menggunakan persentase untuk menentukan kepatuhan perawat.
Hasil: Penelitian menunjukkan kepatuhan perawat dalam pengukuran tanda vital
suhu, nadi, respirasi, dan tekanan darah sesuai prosedur dalam katagori sangat
baik.
Kesimpulan: Proses pengukuran tanda-tanda vital di IGD RSUD Panembahan
Senopati bantul sudah dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
Saran: Penggunaan standar operasional prosedur dalam bekerja akan menjaga
mutu layanan tetap optimal dan dapat sebagai prisai jika ada hal-hal yang tidak
diinginkan.
Kunci: IGD, standar operasional prosedur, Tanda- tanda Vital.
1 Mahasiswa Keperawatan Stikes Achmad Yani Yogyakarta 2 Dosen Stikes A. Yani Yogyakarta 3 Dosen Stikes A. Yani Yogyakarta
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
THE OVERVIEW OF IMPLEMENTATION PROCEDURE VITAL SIGNS EXAMINATION ON INSTALLATION EMERGENCY AT HOSPITAL OF
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
Ony Zhanuar L1, Wenny Savitri2, Dwi Kartika R3
ABSTRACT
Background: the installation of Emergency (IGD) is a service unit that is very vulnerable with patient safety. It has the task of organizing medical care services and nursing care emergency surgery service, for patients who come in with a medical emergency. Measurements are most often carried out by health practitioners including nurses in IGD is the measurement temperature, pulse, blood pressure, oxygen saturation and respiratory frequency. Studies on vital signs aimed at the nursing diagnosis to identify, implement and evaluate the success of the intervention plan when vital signs returned to an acceptable value.
Objective: Knowing the examination of vital signs was done in accordance with standard operasipnal procedure (SOP) IGD.
Methods: This research is a descriptive observational research done by observing the nurses in carrying out measurements of vital signs using a check list. The samples on this research number of 17 respondents nurse taken using total sampling. Measurement results are then analyzed using percentages to determine the compliance of nurses.
Results: research shows nurse in compliance measurements of vital signs are appropriate procedures in categories.
Conclusion: the measurements of vital signs in the PROVINCIAL HOSPITAL of Panembahan Senopati IGD bantul was done in accordance with Standard Operational procedures (SOP).
Suggestions: use of standard operational procedures in work will keep the quality of services remains optimal and can be as prisai if there are things that are not desirable.
Keywords: vital signs, standard operational procedures, IGD.
1 Students of Nursing Program of Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2 Lecturer at General Achmad Yani College of Health Science of Yogyakarta 3 Lecturer at General Achmad Yani College of Health Science of Yogyakarta
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin.
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurah kepada junjungan dan tauladan kita Nabi Muhammad
Rasulullah SAW, keluarga dan para sahabatnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Pelaksanaa Prosedur Tetap
Pemeriksaan Tanda-tanda Vital Di RSUD Panembahan Senopati Bantul”. Skripsi
ini disusun untuk memberikan gambaran kepada rekan-rekan kesehatan
khususnya ilmu keperawatan tentang pentingnya mematuhi suatu tindakan agar
pasien dapat menerima pelayanan yang diberikan secara optimal dan perawat
harus didasari dengan pengetahuan tinggi yang diterapkan dalam praktik
keperawatan. Disamping mematuhi suatu tindakan dan pengetahuan yang tinggi,
lama kerja atau pengalaman kerja seseorang dapat mempengaruhi suatu tindakan
keperawatan.
Selesainya penyusunan skripsi ini merupakan pengalaman yang berharga
dan sangat membahagiakan bagi penulis, karena satu lagi langkah dalam
perjalanan hidup ke masa depan telah berhasil penulis lalui, yang semuanya
adalah atas berkah dan rahmat dari Allah SWT. Pada saat berbahagia ini, ucapan
terima kasih dan penghargaan yang tinggi penulis sampaikan kepada:
1. Kuswanto Hardjo, dr, M.Kes, selaku Ketua Stikes Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan
penelitian ini.
2. Dewi Retno Pamungkas, S.Kep.,Ns.,MNg, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta yang telah
memberikan arahan, izin dan kemudahan selama penyusunan skripsi ini.
3. Wenny Savitri, MNS. Selaku dosen pembimbing I, yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan serta motivasi
dalam proses bimbingan dan penyelesaian skripsi ini.
4. Dwi Kartika R, M. Kep. Sp. Kep. MB.selaku pembimbing II, dengan baik
membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................................... iii
INTISARI ........................................................................................................................... iv
ABSTRACT ....................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................................ 3
C. Tujuan penelitian .................................................................................................. 3
D. Manfaat penelitian ............................................................................................... 3
E. Keaslian penelitian ............................................................................................... 4
BAB II TUJUAN PUSTAKA
A. Instalasi gawat darurat ......................................................................................... 6
B. Perilaku ................................................................................................................ 9
C. Pemeriksaan tanda-tanda vital ............................................................................. 13
D. Kerangka teori ...................................................................................................... 27
E. Kerangka konsep .................................................................................................. 28
F. Pertanyaan penelitian ............................................................................................ 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan penelitian ........................................................................................... 29
B. Lokasi waktu penelitian ....................................................................................... 29
C. Subjek penelitian .................................................................................................. 29
D. Variabel penelitian ............................................................................................... 30
E. Definisi operasional .............................................................................................. 30
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
vi
F. Alat dan metode pengumpulan data ..................................................................... 30
G. Metode pengolahan dan analisa data ................................................................... 31
H. Etika penelitian .................................................................................................... 32
I. Tahapan penelitian ............................................................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran lokasi penelitian .................................................................................. 35
B. Hasil ...................................................................................................................... 37
C. Pembahasan ......................................................................................................... 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 50
B. Saran ..................................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
vii
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 Key performance indicator Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit .................. 8
TABEL 2,2 Frekuensi jantung normal ................................................................................. 15
TABEL 2.3 Frekuensi pernapasan rata-rata normal ............................................................ 17
TABEL 3.1 Definisi operasional variable ............................................................................ 30
TABEL 4.1 Distribusi karakteristik responden .................................................................... 36
TABEL 4.2 Pelaksanaan pengukuran tekanan darah ........................................................... 37
TABEL 4.3 Pelaksanaan pengukuran suhu .......................................................................... 37
TABEL 4.4 Pelaksanaan pengukuran nadi dan respirasi ..................................................... 38
TABEL 4.5 Distribusi responden berdasarkan kepatuhan ................................................... 38
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
viii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 SKEMA KERANGKA TEORI ................................................................... 27
GAMBAR 2.2 SKEMA KERANGKA KONSEP ................................................................ 28
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Permohonan Studi Pendahuluan
Lampiran 2. Surat Permohonan Penelitian
Lampiran 3. Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4. Inform Consent
Lampiran 5. Check List
Lampiran 6. Lembar SOP Tanda-tanda Vital
Lampiran 7. Data Hasil Penelitian
Lampiran 8. Jadwal Penelitian
Lampiran 9. Lembar Kegiatan Bimbingan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan unit pelayanan yang sangat
rentan dengan keselamatan pasien. IGD rumah sakit mempunyai tugas
menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan serta
pelayanan pembedahan darurat, bagi pasien yang datang dengan gawat darurat
medis. Pelayanan pasien gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan
pelayanan segera, yang cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan
kecacatan (Depkes RI, 2006).
Suatu sarana dasar yang digunakan perawat dalam merawat pasien adalan
pengukuran tanda vital. Pengukuran yang paling sering dilakukan oleh praktisi
kesehatan termasuk perawat di IGD adalah pengukuran suhu, nadi, tekanan darah,
frekuensi pernafasan dan saturasi oksigen. Pengkajian tanda vital memungkinkan
perawat untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan, mengimplementasikan
rencana intervensi dan mengevaluasi keberhasilan bila tanda vital dikembalikan
pada nilai yang dapat diterima. Pengkajian tekanan darah bersamaan dengan
pengkajian nadi digunakan untuk mengevaluasi keadaan umum kesehatan
kardiovaskuler dan respons terhadap ketidakseimbangan sistem lain. Pengukuran
tanda vital frekuensi, pola, dan kedalaman penapasan, bersamaan dengan prosedur
tetap memungkinkan perawat mengkaji ventilasi, difusi, dan perfusi (Potter &
Perry, 2005).
Kegiatan pengkajian tekanan darah, frekuensi nadi, dan frekuensi
pernafasan yang dilakukan oleh perawat perlu dilakukan evaluasi dalam rangka
memberikan penanganan atau tindakan dengan segera untuk menghilangkan
ancaman nyawa korban. Kesalahan pengukuran tanda-tanda vital oleh perawat
akan berakibat pada kesalahan diagnosis maupun tindakan medis yang diberikan
sehingga akan mengancam nyawa pasien (Potter dan Perry, 2005). Pada tahun
2007, Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) melaporkan insiden
keselamatan pasien sebanyak 145 kejadian yang terdiri dari Kejadian Tidak
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
2
Diinginkan (KTD) 46%, Kejadian Nyaris Cedera (KNC) 48%, dan lain-lain 6%.
Berdasarkan lokasi kejadian insiden ditemukan di DKI Jakarta menempati urutan
tertinggi yaitu 37,9%, diikuti Jawa Tengah 15,9%, DI Yogyakarta 13,8%, Jawa
Timur 11,7%, Sumatera Selatan 6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%, dan Aceh
0,8%. Kesalahan pemberian obat menduduki peringkat pertama (24,8%) dari `0
besar insiden yang dilaporkan (Depkes RI, 2008).
Berdasarkan kebijakan dari Depkes. RI (2001) bahwa program peningkatan
mutu asuhan keperawatan diselenggarakan melalui kegiatan–kegiatan studi
dokumentasi asuhan keperawatan, persepsi pasien terhadap mutu asuhan
keperawatan dan evaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan
prosedur tetap. Penelitian yang dilakukan Pamuji, Asrin, & Kamaludin (2008)
menunjukkan ada hubungan yang positif antara pengetahuan prosedur tetap
tentang mengukur suhu badan, menghitung denyut nadi, menghitung pernapasan
pasien dan mengukur tekanan darah dengan kepatuhan terhadap pelaksanaan
prosedur tetap.
Hasil rekapitulasi penilaian Standar Asuhan Keperaawtan (SAK) instrument
C Instalasi Gawat Darurat RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013
menunjukkan tindakan keperawatan yang memiliki nilai rendah adalah mengukur
tekanan darah (65,2%), dan menghitung nadi dan pernafasan (62,35%) sehingga
perlu dikaji pelaksanaan prosedur tetap pemeriksaan tanda-tanda vital guna
peningkatan pelayanan (RSUD Panembahan Senopati Bantul, 2014).
RSUD Panembahan Senopati Bantul telah memiliki prosedur tetap untuk
pemeriksaan tanda vital. Setiap 6 bulan sekali dilakukan survey untuk
mengevaluasi kinerja petugas kesehatan. Pada tahun 2014, masih belum
dipublikasikan hasil untuk evaluasi pelaksanaan prosedur tetap rumah sakit.
Sedangkan sampai dengan bulan Juni 2015 masih belum adas survey rutin yang
dilakukan rumah sakit untuk mengevaluasi kualitas tindakan di IGD (RSUD
Panembahan Senopati Bantul, 2014).
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran
pelaksanaan prosedur tetap pemeriksaan tanda vital di Instalasi Gawat Darurat
RSUD Panembahan Senopati Bantul.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan bahwa
masalah penelitiannya adalah: bagaimana gambaran pelaksanaan prosedur tetap
pemeriksaan tanda vital di Instalasi Gawat Darurat RSUD Panembahan Senopati
Bantul?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pelaksanaan prosedur tetap pemeriksaan tanda-tanda
vital di Instalasi Gawat Darurat RSUD Panembahan Senopati Bantul.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD
Panembahan Senopati Bantul.
b. Mengetahui pelaksanaan prosedur tetap pengukuran tekanan darah di
Instalasi Gawat Darurat RSUD Panembahan Senopati Bantul.
c. Mengetahui pelaksanaan prosedur tetap perhitungan frekuensi nadi di
Instalasi Gawat Darurat RSUD Panembahan Senopati Bantul.
d. Mengetahui pelaksanaan prosedur tetap perhitungan frekuensi pernafasan di
Instalasi Gawat Darurat RSUD Panembahan Senopati Bantul.
e. Mengetahui pelaksanaan prosedur tetap pengukuran suhu badan di Instalasi
Gawat Darurat RSUD Panembahan Senopati Bantul.
D. Manfaat Penelitian
Harapan peneliti bahwa dengan penelitian ini nantinya akan bermanfaat
bagi semua pihak meliputi:
1. Manfaat secara teoritis
Penelitian ini dapat memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai
masukan pada ilmu pengetahuan dan dikembangkan dalam ilmu praktik
keperawatan khususnya mengenai prosedur tetap pengukuran tekanan darah,
frekuensi nadi, frekuensi pernafasan, dan pengukuran suhu badan.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
4
2. Manfaat secara praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
a. Institusi Rumah Sakit
Diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengambilan kebijakan
berkenaan dengan pelaksanaan prosedur tetap di rumah sakit.
b. Peneliti lain
Sebagai bahan masukan atau acuan bagi peneliti selanjutnya khususnya
bidang keperawatan, menambah pengetahuan, khususnya penelitian
mengenai evaluasi pelaksanaan Standar operasional prosedur (SOP) di
rumah sakit.
E. Keaslian Penelitian
1. Pamuji dkk (2008) melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan
perawat tentang Standar Prosedur Operasional (SPO) dengan kepatuhan
perawat terhadap pelaksanaan SPO Profesi Pelayanan Keperawatan di Instalasi
Rawat Inap RSUD Purbalingga. Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan
cross section. Instrumen penelitian adalah check list. Sampel diambil dengan
teknik random sampling sebanyak 26 orang. Teknik analisis data menggunakan
uji Kendal tau. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang positif antara
pengetahuan SPO tentang mengukur suhu badan (r = 0,022), menghitung
denyut nadi (r = 0,068), menghitung pernapasan pasien (r = 0,182) dan
mengukur tekanan darah (r = 0,184) dengan kepatuhan terhadap pelaksanaan
SPO. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya pada variabel
penelitian pelaksanaan SPO pengukuran tanda-tanda vital oleh perawat.
Perbedaanya pada instrument penelitian, peneliti akan menggunakan teknik
observasi menggunakan check list yang sesuai dengan SPO di RSUD
Panembahan Senopati Bantul.
2. Donadear (2012) melakukan penelitian tentang gambaran pelaksanaan
kemoterapi di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jenis penelitian deskriptif,
teknik pengumpulan data yaitu observasi partisipatif dan wawancara bebas.
Sampel sebanyak 84 tindakan, menggunakan accidental sampling. Analisa data
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
5
menggunakan frekuensi persentase. Hasil penelitian didapatkan 72% tindakan
dilakukan sesuai dengan SOP pemberian kemoterapi di rumah sakit. Tahap
persiapan sebesar 70,05% tindakan dilakukan, pelaksanaan sebesar 77,59%
tindakan dilakukan, monitoring evaluasi sebesar 36,5% tindakan dilakukan
sesuai SOP pemberian kemoterapi di rumah sakit. Kesimpulan penelitian
sebagian besar pelaksanaan kemoterapi di Ruang Kemuning Lantai 2 RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung dilakukan sesuai dengan SOP pemberian
kemoterapi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya pada jenis
penelitian dan analisis statistik yang digunakan yaitu menggunakan frekuensi
persentase menggunakan frekuensi persentase. Perbedaannya pada variabel
penelitian, sampel penelitian dan instrumen penelitian penelitian.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di RSUD Panembahan Senopati Bantul, pada
bulan Agustus 2015. Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul
merupakan institusi kesehatan dikabupaten Bantul berlokasi di jl. Dr. Wahidin
Sudiro Husodo, No. 14 Bantul berdiri diatas lahan seluas 2,5 Ha dengan luas
bangunan 8300 m2 dengan usulan pengembangan perluasan sebesesar 11.500 m2.
Untuk mewujudkan visinya yaitu “Terwujudnya Rumah Sakit Yang Unggul
Dan Menjadi Pilihan Utama Masyarakat Kabupaten Bantul Dan Sekitarnya”.
RSUD Panembahan Senopati Bantul senantiasa melakuka pendekatan dalam
pelayanan kesehatan. Salah satu peningkatannya yaitu dengan menambah jumlah
tempat tidur diruang rawat inap. Jumlah tempat tidur pertanggal 2 April 2012
mengalami peningkatan dari tahun yang lalu 266 tempat tidur menjadi sebanyak
289 tempat tidur yang mempunyai 289 kamar tidur ini memiliki 21 dokter
spesialis dalam empat spesialis besar yakni : bedah, dalam, anak, kebidanan dan
kandungan juga didukung dengan 222 perawat dan 30 bidan.
RSUD Panembahan Senopati Bantul juga memiliki 15 unut klinik rawat
jalan, 12 unit instalasi pendukung, selain itu sumber daya manusia yang cukup
lengkap memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau. Dari hasil survei
peneilitian dari 2014 jumlah pasien sebanyak 26.939 yang terdiri dari 13.578
pasien non bedah, 14.236 pasien bedah, dan 30.402 pasien kebidanan dengan rata-
rata perhari kurang lebih 70 pasien.
IGD RSUD Panembahan Senopati Bantul terdapat fasilitas yang memadai
dengan kapasitas tempat tidur 7 buah. Perawat yang bertugas di IGD tersebut
sebanyak 21 orang. 1 seabagi kepala ruang, 5 sebagai perawat primer, 15 sebagai
perawat assosiet. Hal ini seiring dengan motto RSUD panembahan senopati bantul
yang mengutamakan kepuasan klien, “Kepuasan Anda Adalaha Kebahagiaan
Kami”. Dari hasil survei semester I tahun 2015 dari bulan januari-juni jumlah
pasien yang masuk IGD yaitu 11.807 pasien, dari jumlah tersebut jumlah triase
tidak dilakukan perhitungan. Untuk hasil evaluasi SOP tidak dilaksanakan karena
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
37
mengacu pada SOP dari Depkes. (Kepala IGD RSUD Panembahan Senopati
Bantul)
B. Hasil
1. Karakteristik responden
a. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pelaksanaan Prosedur Tetap
Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden
No Umur jumlah Persentase (%)
Umur < 30 tahun 7 41.2
30-35 tahun 8 47.1
>35 tahun 2 11.8
Pendidikan D3 Kep 15 88,2
S1+Ns 1 5,4
D IV 1 5,4
Masa Kerja < 5 tahun 5 29.4
6-10 tahun 9 52.9
>10 tahun 3 17.6
Total 17 100
Sumber : Data primer
Berdsarkan Tabel 4.1 diatas dapat dilihat mayoritas responden berada pada rentan
usia 30-35 tahun sebanyak 8 responden (47,1%). Berdasarkan pendidikan
mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan diploma III (D-III) keperawatan
sebanyak 15 responden (88,2%). Sedangkan berdasasrkan masa kerja mayoritas
responden dengan masa kerja 5-10 tahun sebanyak 9 responden (52,9 %).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
38
2. Analisa Univariate
a. Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Pengukuran Tekanan Darah
Tabel 4.2 Pelaksanaan Pengukuran Tekanan Darah
No Tekanan Darah Jumlah Persentase (%)
1 Sangat Baik 17 100
Total 17 100
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas seluruh responden melakukan pengukuran tekanan
darah sesuai dengan SOP atau dalam katagori sangat baik.
b. Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Pengukuran Suhu
Tabel 4.3 Pelaksanaan Pengukuran Suhu
No Suhu Jumlah Persentase (%)
1 Sangat Baik 13 76.5
2 Baik 4 23.5
Total 17 100
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas mayoritas responden melakukan pengukuran Suhu
pada kategori sangat baik sebanak 13 responden (76,5 %).
c. Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Pengukuran Nadi dan Respirasi
Tabel 4.4 Pelaksanaan Pengukuran Nadi dan Respirasi
No Nadi Dan Respirasi jumlah Persentase (%)
1 Sangat Baik 15 88.2
2 Baik 2 11.8
Total 17 100
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas mayoritas responden melakukan pengukuran Nadi
dan Respirasi katagori sangat baik sebanak 15 responden (88,2 %).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
39
d. Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan pengukuran tanda vital sesuai
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan kepatuhan penerapan SOP
pemeriksaan tanda vital
No Pelaksanaan SOP TTV jumlah Persentase (%)
1 Sangat Baik 11 65
2 Baik 6 35
Total 17 100
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat mayoritas responden sudah melakukan
pemeriksaan tanda vital sesuai dengan SOP, yaitu sebanyak 11 responden (65%).
C. Pembahasan
a. Karakteristik responden
Umur merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku
individu. Umur secara garis besar menjadi indikator dalam setiap pengambilan
keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya, dengan semakin banyak
umur maka dalam penerimaan sebuah instruksi dan dalam melaksanakan prosedur
tertentu akan semakin bertanggung jawab dan berpengalaman. Menurut Nursalam
(2007) mengatakan bahwa semakin meningkatnya umur seseorang akan semakin
matang dalam berfikir dan bertindak.
Sedangkan jika dilihat Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas
responden berada pada pendidikan Diploma III (D-III) keperawatan sebanyak 15
responden (88,2%), S1 dan Ners sebanyak 2 orang (11,8%). Pendidikan
merupakan salah satu pembentuk perilaku, walaupun tidak secara langsung namun
pendidikan memiliki peranan penting dalam pengambilan keputusan seseorang.
Pendidikan akan mempengaruhi pola fikr individu, sedangkan pola fikir
berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau dengan kata lain pola fikir
seseorang dengan pendidikan rendah akan berbeda dengan pola fikir seorang yang
berpendidikan tinggi.
Di instalasi gawat darurat RSUD Panembahan Senopati Bantul ditemukan
lebih banyak perawat dengan jenjang pendidikan D-III dikarenakan penerimaan
pegawai negeri lebih banyak dengan formasi D-III dibandingkan S-1 (ners).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
40
Pendidikan keperawatan mempunyai pengaruh besar terhadap kualitas pelayanan
keperawatan. Pendidikan yang tinggi dari seorang perawat akan memberikan
pelayanan dengan mutu optimal. Latar belakang pendidikan juga akan
mempengaruhi perilaku etos kerja seseorang, semakin tinggi pendidikan
seseorang, kepatuhan dalam pelaksanaan aturan kerja akan semakin baik (Asmadi,
2010).
Sedangkan berdarkan masa kerja, sebagian besasr responden sudah
bekerja 6-10 tahun di RSUD Panembahan Senopati Bantul, dengan demikian
tidak diragukan lagi kemampuan dan keterampilannya dalam melaksanakan
pungukuran tanda-tanda vital. Menurut Kreitner dan Kinichi (2004) menyatakan
bahwa masa kerja yang lama akan cenderung membuat orang betah dalam sebuah
organisasi. Hal ini disebabkan karena telah beradaptasi dengan lingkungan yang
cukup lama sehingga akan merasa nyaman dalam bekerja.
b. Pengukuran Tanda-Tanda Vital
1. Pengukuran Tekanan Darah
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat seluruh responden melakukan
pengukuran darah berdasarkan Standar operasional prosedur (SOP) dalam
katagori sangat baik, artinya lebih dari 85% ceklis dalam SOP pengukuran
tekanan darah dilakukan oleh petugas IGD. Pengukuran tekanan darah dapat
dilakukan dengan langsung menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop.
Sphgmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat
pengukur tekanan yang berhubungan dengan ringga dalam manset. Alat ini
dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer
sesuai dengan tekanan dalam milimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri
brakialis (Smeltzer & Bare, 2005).
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan oleh dokter, perawat, ataupun
mahasiswa yang sedang melakukan praktik di rumah sakit. Pengukuran tekanan
darah tidak akan beresiko terhadap pasien asalkan dilakukan sesuai dengan
standar operasional prosedur yang ada. Standar Operasional Prosedur (SOP)
pengukuran tekanan darah di RSUD Panembahan Senopati Bantul terdiri dari 4
tahapan dimulai dari proses pra interaksi, orientasi, tahap kerja, dan tahap
evaluasi. Berdasarkan observasi langsung pada petugas IGD RSUD Panembahan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
41
Senopati Bantul dalam melakukan semua petugas melakuakn tindakan
pengukuran tekanan darah dalam katagori sangat baik. Hal ini dapat dilihat pada
lampiran master tabel dimana semua tahapan dilakukan. hanya 2 tahapan yang
sering dilompati oleh petugas dengan alasan yang beragam, pada tahap pra
interaksi petugas IGD sering melewatkan prosedur “verifikasi data sebelumnya”,
dari 17 responden yang diobservasi hanya 7 yang melakukan verifikasi data
pasien sebelumnya, banyak alasan kenapa prosedur ini dapat dilewatkan. Salah
satu alasan yang palig sering adalah pasien yang masuk IGD baru pertma dan
belum ada pencatatan sebelumnya, pengukuran tekanan darah yang dilakukan
pertama kali untuk mengetahui perubahan pada tubuh pasien.
Tahap lain yang sering dilewatkan adalah “berpamitan pada pasien” pada
tahap terminasi. Pada item observasi ini dari 17 responden yang diobservasi 12
responden melakukan sesuai SOP yang ada, namun 5 petugas tidak melakukannya
dikarenakan beberapa alasan seperti terburu-buru, pasien yang yang banyak, dan
kadang terlupakan.
2. Pengukuran Suhu
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat distribusi pemeriksaan tanda vital (suhu
tubuh) dengan termomter axila di IGD RSUD Panembahan Senopati Bantul
mayoritas dalam katagori sangat baik sebanyak 13 responden (76,5%).
Pemeriksaan suhu merupakan salah satu pemeriksaan tanda vital dengan
menggunakan berbagai macam metode pemeriksaan. Suhu yang dimaksud adalah
panas atau dingin suatu substansi. Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah
panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke
lingkungan luar. Meskipun dalam kondisi tubuh yang ekstrim selama melakukan
aktivitas fisik, mekanisme kontrol suhu manusia tetap menjaga suhu inti atau suhu
jaringan dalam relatif konstan. Suhu permukaan berfluktuasi bergantung pada
aliran darah ke kulit dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Karena
fluktuasi suhu permukaan ini, suhu yang dapat diterima berkisar dari 360C atau
380C. Fungsi jaringan dan sel tubuh paling baik dalam rentang suhu yang relatif
sempit (Potter & Perry, 2005) .
Suhu tubuh normal rerata diperkirakan antara 98oF dan 98,6
oF jika diukur
melalui mulut dan sekitar 1oF lebih tinggi di rektum (Guyton dan Hall, 2009).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
42
Biasanya, nilai normal untuk suhu oral manusia adalah 37 C (98,6 oF), tetapi pada
sebuah penelitian besar terhadap orang-orang muda normal, suhu oral pagi hari
rerata adalah 36,7 C dengan simpang baku 0,2 C. Suhu rektum dapat
mencerminkan suhu pusat tubuh (core temperature). Suhu oral pada keadaan
normal 0,5 C lebih rendah daripada suhu rektum, tetapi suhu ini dipengaruhi oleh
banyak faktor, termasuk makanan/minuman panas atau dingin, mengunyah
permen karet, merokok, dan bernafas melalui mulut (Ganong, 2008).
Empat rute yang umum digunakan untuk penilaian suhu adalah oral,
timpanik, axillary, dan rute rectal. Rute lain yang kurang umum diantaranya
esophagus, arteri pulomonari, dan kandung kemih. Rute oral dapat digunakan
pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih tua. Namun, dalam situasi tertentu,
rute oral bersifat kontraindikatif, misal ketika seorang pasien harus melakukan
pembedahan mulut atau saat kesulitan pernapasan. Suhu timpanik (gendang
teling), yang dilakukan dengan menyisipkan ujung termometer timpanik ke dalam
saluran telinga luar, juga merupakan rute yang umum digunakan. Rute axillary
terkadang juga digunakan, tetapi ini bukanlah rute yang disukai karena rute ini
memerlukan periode waktu yang lebih lama untuk menilai, dan ini lebih
merefleksikan suhu permukaan tubuh dibandingkan suhu tubuh inti. Rute rectal
merupakan metode paling terpercaya untuk mendapatkan suhu tubuh inti, namun
lebih invasive dibandingkan rute oral, timpanik dan axillary. Penilaian suhu rectal
bersifat kontraindikatif saat pasien mengalami diare, kondisi kardiak tertentu, atau
pendarahan rektal atau melakukan pembedahan rektal (Vaugans, 2013).
Pengukuran suhu di IGD RSUD Panmebahan Senopati Bantul dilakukan
dengan menggunakan termomter axillary. Dari hasil observasi dapat dilihat tidak
semua petugas IGD melakukan pemeriksaan suhu sesuai dengan SOP yang ada.
Beberapa hal yang sering dilewatkan oleh petugas dalam pemeriksaan suhu antara
lain : petugas tidak melakukan verifikasi data pasien sebelumnya, petugas tidak
memeriksa termometer, memastikan pada skala dibawah 35◦c, membersihkan
axilla dengan tissue, tidak menanyakan persiapan pasien sebelum kegiatan
dilakukan, Membersihkan termometer dengan mengusap seluruh permukaan
termometer menggunakan alkohol 70%, dan berpamitan dengan pasien.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
43
Pada tahap pre interaksi petugas sering melewatkan verifikasi data
sebelumnya, dari 17 responden hanya 4 responden yang melakukan verifikasi data
pasien sebelum pemeriksaan. Beberapa petugas berdalih pasien baru yang belum
mempunyai riwayat pengkajian sebelumnya sehingga pada saat pemeriksaan suhu
tersebut merupakan pemeriksaan pertama kali. Alasan lain adalah kesibukan
perawat UGD dalam menangani pasien yang datang langsung bersamaan dalam
satu waktu yang mengakibatkan beberapa hal yang ada dalam SOP terlewatkan.
Hal lain yang sering dilewatkan adalah tidak memeriksa termometer axilla
bersuhu dibawah 35 0C, menurunkan suhu pada termomter axilla (air raksa)
seharusnya dilakukan agar tidak mempengaruhi hasil pengukuran suhu tubuh.
3. Pemeriksaan Nadi dan Respirasi
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat hasil observasi pemeriksaan nadi dan
respirasi petugas UGD RSUD Panembahan Senopati Bantul, dari Tabel tersebut
didapatkan pemeriksaan sesuai SOP dengan katagori sangat baik sebanyak 15
responden (88,2%).
Pemeriksaan nadi dilakukan dengan palpasi pada beberapa arteri dibagian
tubuh yang dapat terba seperti arteri radialis, ulnaris, brachialis, karotis,
temporalis, temporalis superfisial, maksilaris eksterna, femoralis, dorsalis pedis,
tibialis posterior. Palpasi artinya mengukur denyut nadi. Denyut nadi adalah
getaran/ denyut darah didalam pembuluh darah arteri akibat kontraksi ventrikel
kiri jantung. Waktu yang tepat untuk mengecek denyut nadi adalah saat bangun
pagi dan sebelum melakukan aktivitas apapun. Pada saat itu tubuh masih relaks
dan masih terbebas dari zat-zat pengganggu (Potter & Perry, 2005).
Beberapa hal yang di periksa dalam palpasi denyut nadi diantaranya adalah
laju denyut jantung. Denyut nadi normal pada manusia ditentukan berdasarkan
usia, pada usia bayi dan toddler frekuensi denyut jantung antara 90 – 120 kali
peremenit, sedangkan pada anak berkisar antara 80-110 kali permenit, pada orang
dewasa berkisar antara 60-100 kali permenit (Patricia, 2005). Irama, secara
normal irama merupakan interval regular yang terjadi antara setiap denyut nadi
atau jantung. Interval yang disela oleh denyut di awal atau di akhir atau tidak ada
denyut menandakan irama tidak normal atau disritmia. Kekuatan, Kekuatan nadi
dapat tetap sama pada setiap denyut jantung. Kekuatan nadi dapat dikelompokkan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
44
atau digambarkan dengan kuat, lemah, berurutan atau bersamaan. Hal ini
diikutsertakan selama pengkajian terhadap sistem pembuluh darah. Kesamaan,
Kedua nadi radialis dikaji untuk membandingkan karakterisktik masing-masing.
Nadi pada satu ekstremitas mungkin tidak sama kekuatannya atau tidak ada pada
kebanyakan keadaan sakit (Patricia, 2005).
Pengukuran nadi dilakukan dengan menggunakan 2 jari yaitu telunjuk dan
jari tengah, atau 3 jari, telunjuk, jari tengah dan jari manis jika kita kesulitan
menggunakan 2 jari. Temukan titik nadi (daerah yang denyutannya paling keras),
yaitu nadi karotis di cekungan bagian pinggir leher kira-kira 2 cm di kiri/kanan
garis tengah leher (kira-kira 2 cm disamping jakun pada laki-laki), nadi radialis di
pergelangan tangan di sisi ibu jari. Setelah menemukan denyut nadi, tekan
perlahan kemudian hitunglah jumlah denyutannya selama 15 detik, setelah itu
kalikan 4, ini merupakan denyut nadi dalam 1 menit (Vaugans, 2013).
Sedangkan pemeriksaan pernafasan dilakukan dengan mengitung frekuensi
inspirasi dan ekspirasi dalam 1 menit. Inspirasi adalah proses aktif. Selama
inspirasi, pusat pernapasan mengirim impuls sepanjang nervus frenik,
mengakibatkan difragma berkontrasksi. Ekspirasi merupakan proses pasif, napas
lebih dalam yang panjang adalah mekanisme fisiologis protektif untuk mencegah
udara bertukar di jalan udara kecil yang mengembang dengan alveoli selama
bernapas normal (Patricia, 2005). Frekuensi pernafasan pada setiap umur berbeda,
pada bayi baru lahir frekuensi normal pernafasan antara 35-40 kali permenit,
sedangkan pada todeler 25-32 kali peremenit, pada orang dewasa birkasar antara
12-20 kali permenit.
Variasi pola pernapasan digunakan istilah eupnea jika angkanya masih
dalam batas normal. Tachypnea mengacu pada tingkat respirasi yang terlalu cepat,
dan bradypnea mendeskripsikan tingkat pernapasan yang lambat. Ketiadaan
pernapasan secara penuh disebut apnea (Vaugans, 2013).
Pada saat obeservasi dilakukan ada beberepa tahapan yang kadang
dilewatkan oleh petugas yang ada di IGD, seperti pada pemeriksaan tekanan
darah maupun suhu. Hal-hal yang sering dilewatkan seperti melakukan verifikasi
data sebelumnya, menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan, dan
berpamitan pada pasien. Banyak faktor yan menyebabkan petugas tidak patuh
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
45
terhadap SOP yang sudah ada, bisa saja karena item dalam SOP tersebut tidak
ideal untuk dilakukan, atau tidak ditunjang oleh fasilitas dan lingkungan.
4. Gambaran pelaksanaan stadar operasional prosedur pengukuran tanda-tanda vital
di IGD RSUD Panembahan Senopati Bantul
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat observasi secara keselurahan,
penggunaan setandar operasional prosedur (SOP) pengukuran tanda-tanda vital di
IGD sudah dilakukan dengan baik, hal ini ditunjukkan dari skoring pada setiap
ceklis sudah menunjukkan pengukuran tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu
sudah dilakukan sesuai dengan SOP. Namun ada beberapa hal yang sering
dilewatkan selama tindakan pengukuran tanda-tanda vital. Pada tahap pre
interaksi semua responden melakukan cuci tangan, dan mendekatkan alat ke
pasien, namun satu tahapan kadang tidak diperhatikan seperti melakukan
verifikasi data sebelumnya. Hal ini bisa dikarenakan pasien baru yang belum
diperiksa sehingga tidak ada berkas yang perlu dilihat.
Sedangkan pada tahap orientasi, perawat selalu melakukan tindakan
sesuai dengan prosedur, seperti memberikan salam terapiutik, menjelaskan tujuan
dan prosedur tindakan kepada pasien, namun beberapa perawat kadang tidak
menanyakan kesiapan pasien dalam pemeriksaan.
Pada tahap kerja, semua tindakan dilakukan sesuai dengan SOP yang ada
di IGD, seperti memposisikan pasien, menentukan lokasi pemeriksaan, dan
melakukan pemeriksaan TTV, serta menilai hasil pengukuran. Pada tahap
terminasi, perawat sering melupakan satu tahapan yaitu berpamitan pada pasien
setelah pemeriksaan dilakukan, namun proses lain tetap dilakukan seperti
merapikan pasienm membersihkan alat, dan mencuci tangan setelah tindakan
selesai.
Standar operasional prosedur merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh
direktur RS untuk meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan dan menjaga
keselamatan pasien atas tindakan yang diberikan diluar keilmuan yang sesuai.
Bekerja dengan SOP merupakan suatu bentuk perilaku membudayakan
keselamatan pasien.
Menurut Cahyono (2008), bila rumah sakit telah memiliki budaya
keselamatan pasien maka setiap petugas di rumah sakit akan bertanggung jawab
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
46
dalam memberikan pelayanan yang aman. Nilai dasar seperti kedisiplinan,
kepatuhan terhadap standar, prosedur, dan protokol yang ada, bekerja dalam
teamwork, nilai kejujuran dan keterbukaan serta rasa saling menghormati dan
menghargai satu sama lain dijunjung tinggi oleh setiap petugas. Nilai tersebut
menjadi perekat setiap petugas, dikomunikasikan dan diajarkan dari dan ke setiap
petugas, menjadi aturan yang ditaati sehingga membentuk kebiasaan dan perilaku
setiap petugas dalam rumah sakit. Setiap petugas dapat bertindak sebagai barier
dalam pelayanan.
Banyak factor yang berpengaruh terhadap kepatuhan dalam menaati
pedoman saat bekerja, salah satu yang paling berpengaruh adalah pengetahuan
tentang budaya keselamatan. Penelitian Neal (2010) menyimpulkan Pengetahuan
dan keterampilan tentang keselamatan memiliki hubungan yang kuat dengan
kepatuhan. Hasil penelitian untuk pengetahuan tentang SSC menyatakan bahwa
61% petugas kamar bedah memperoleh nilai kurang dari 60, pengetahuan yang
kurang ini menyebabkan kepatuhan penerapan SSC rendah dan kelengkapan
pengisian juga rendah dan kelengkapan pengisian juga rendah.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Mayoritas responden pada penelitian ini berusia antara 30-35 tahun (47,1%),
dengan pendidikan kebanyakan responden Diploma III (D-III) Keperawatan
sebanyak 12 responden (70,6%) dengan masa jabatan rata-rata diatas 5 tahun
sebanyak 9 orang (52,9%).
2. Proses pengukuran tanda-tanda vital di IGD RSUD Panembahan Senopati Bantul
sudah dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)
3. Tingkat kepatuhan petugas IGD RSUD Panembahan Senopati Bantul dalam
pengukuran Tekanan Darah sesuai SOP dalam katagori sangat baik
4. Tingkat kepatuhan petugas IGD RSUD Panembahan Senopati Bantul dalam
mengukur suhu tubuh dalam katagori sangat baik
5. Tingkat kepatuhan petugas IGD RSUD Panembahan Senopati bantul dalam
mengukur nadi dan respirasi dalam katagori sangat baik
B. Saran
1. Bagi IGD RSUD Panambahan Senopati Bantul
Beberapa poin-poin pra interaksi seperti melakukan pengecekan ulang atau
frevikasi data lebih sering dilakukan untuk mencegah kesalahan pasien. Selain itu
mungkin perlu dilakukan revisi SOP pengukuran suhu di IGD, penggunaan
termometer digital perlu dibuatkan SOP seperti penggunaan termomter axila.
2. Perawat IGD RSUD Panambahan Senopati Bantul
Perawat IGD RSUD Panambahan Senopati Bantul harus lebih mentelaah kembali
standar operasional prosedur yang ada dalam melakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital, agar tidak ada prosedur yang terlewatkan.
3. Peneliti Selanjutnya
Penelitian tentatang kepatuhan dalam SOP masih sangat minim, perlu dilakukan
penelitian yang lebih banyak untuk SOP, seperti factor-faktor yang mempengaruhi
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
47
kepatuhan dalam menjalankan SOP, kesesuaian SOP dengan perkembangan
keilmuan dan teknologi yang ada.
C. Keterbatasan penelitian
Dalam penelitian ada beberapa keterbatasan yang peneliti tidak dapat
sempurnakan :
1. Cara penelitian, karena peneliti melakukan observasi terhadap perawat hanya
sekali, memungkinkan adanya kekurangan pada pengisian yang tidak dapat
teridentifikasi.
2. Peneliti melakukan observasi dengan sepengetahuan responden, hal ini akan
berpengaruh terhadap kepatuhan responden dalam melakukan SOP.
3. Peneliti melakukan observasi hanya pada pasien dengan kriteria triase hijau.
48
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi VI.
Jakarta: Rineka Cipta. Asmadi. 2010, Tekhnik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien, Salemba Medika, Jakarta. Azwar, S. (2011). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset. Dariyo, A. (2003). Piskologi Perkembangan Dewa Muda (20-40 Tahun). Jakarta: PT.
Gramedia Widia Sarana Indonesia. Depkes RI. (2006). Sistem Penanggulangan Gawat Darurat (SPGD). Jakarta. ________. (2008). Panduan Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta: KPPRS. ________. (2009). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2009. Jakarta. ________. (2010). Standar Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Di Rumah Sakit.
Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Jakarta.
Donadear, A. (2012). Gambaran Pelaksanaan Kemoterapi Di RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung. Skripsi S1. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat.
Ganong, William F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta : EGC Guyton, A.C dan Hall, J.E. (2009). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Kozier, B. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktek.
Edisi 7. Vol. 7. Jakarta: EGC. Kreitner, R. & Kinicki, A. (2004).Organizational Behavior, Fifth Edition, McGraw Hill,
New York. Mangkunegara, A.P. (2005). Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung: Refieka
Aditama. Muchlas.(2003).Motivasi dan Peningkatan Produktivitas Pegawai. Cetakan kedua.
Jakarta: RefikaAditama. Mudayana, A. (2010). Pengaruh Motivasi dan Beban Kerja terhadap Kinerja Karyawan
di Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul. Jurnal Kesehatan Masyarakat FKM UAD 2010.4(2):84-9.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
Mulyana, D.S. (2013). Analisis Penyebab Insiden Keselamatan Pasien Oleh Perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit X. Jakarta. Tesis S2. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Program Pasca Sarjana Kajian Administrasi Rumah Sakit. Univesitas Indonesia. Depok. Jakarta.
Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan Kedua. Jakarta:
Rineka Cipta. _____________. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Pamuji, Asrin, & Kamaludin (2008). Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Standar
Prosedur Operasional (Spo) Dengan Kepatuhan Perawat Terhadap Pelaksanaan Spo Profesi Pelayanan Keperawatan Di Instalasi Rawat Inap RSUD Purbalingga. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.1.
Patricia, A. (2005). Fundamental of Nursing: Concept, Process, and Practice. Edisi 4.
Volume 1. Jakarta: EGC. Potter & Perry, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktik, Edisi 4, Vol.1, EGC, Jakarta. RSUD Panembahan Senopati Bantul. (2014). Laporan Hasil Evaluasi Penerapan
Standar Asuhan Keperawatan Tahun 2013. Bantul. Sabri, L dan Hastono, S.P. (2007). Statistik Kesehatan. Edisi Kedua. Jakarta: Raja
Grafido Persada. Setiadi, 2008, Keperawatan Keluarga, EGC, Jakarta. Smeltzer, S.C. and Bare, B.G. (2005). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8
Vol.2. Jakarta : EGC Suarli S dan Bahtiar Y. (2010). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis.
Jakarta: Erlangga. Sugiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Vaugans, B.W. (2013). Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Rapha Publishing.