stikes jenderal a. yani yogyakarta perpustakaanrepository.unjaya.ac.id/367/1/ony zhanuar...

32
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA PERPUSTAKAAN GAMBARAN PELAKSANAAN PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta Disusun Oleh: ONY ZHANUAR L PSIK/3208030 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2015

Upload: others

Post on 04-Jan-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

GAMBARAN PELAKSANAAN PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN

TANDA-TANDA VITAL DI INSTALASI GAWAT DARURAT

RSUD PANEMBAHAN SENOPATI

BANTUL

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

STIKES A. Yani Yogyakarta

Disusun Oleh:

ONY ZHANUAR L

PSIK/3208030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA

2015

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

GAMBARAN PELAKSANAAN PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL DI INSTALASI GAWAT DARURAT

RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Ony Zhanuar L1, Wenny Savitri2, Dwi Kartika R3

INTISARI

Latar belakang: Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan unit pelayanan yang

sangat rentan dengan keselamatan pasien. IGD rumah sakit mempunyai tugas

menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan serta

pelayanan pembedahan darurat, bagi pasien yang datang dengan gawat darurat

medis. Pengukuran yang paling sering dilakukan oleh praktisi kesehatan termasuk

perawat di IGD adalah pengukuran suhu, nadi, tekanan darah, frekuensi

pernafasan dan saturasi oksigen. Pengkajian tanda vital bertujuan

mengidentifikasi diagnosis keperawatan, mengimplementasikan rencana

intervensi dan mengevaluasi keberhasilan bila tanda vital dikembalikan pada nilai

yang dapat diterima.

Tujuan: Mengetahui pemeriksaan tanda vital suhu, nadi, respirasi, dan tekanan

darah sudah dilakukan sesuai dengan standar operasipnal prosedur (SOP) yang

ada di IGD.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dilakukan

dengan mengobservasi perawat dalam melaksanakan pengukuran tanda vital

menggunakan check list. Sampel pada penelitian ini sejumlah 17 responden

perawat yang diambil menggunakan total sampling. Hasil pengukuran kemudian

di analisa menggunakan persentase untuk menentukan kepatuhan perawat.

Hasil: Penelitian menunjukkan kepatuhan perawat dalam pengukuran tanda vital

suhu, nadi, respirasi, dan tekanan darah sesuai prosedur dalam katagori sangat

baik.

Kesimpulan: Proses pengukuran tanda-tanda vital di IGD RSUD Panembahan

Senopati bantul sudah dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur

(SOP).

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Saran: Penggunaan standar operasional prosedur dalam bekerja akan menjaga

mutu layanan tetap optimal dan dapat sebagai prisai jika ada hal-hal yang tidak

diinginkan.

Kunci: IGD, standar operasional prosedur, Tanda- tanda Vital.

1 Mahasiswa Keperawatan Stikes Achmad Yani Yogyakarta 2 Dosen Stikes A. Yani Yogyakarta 3 Dosen Stikes A. Yani Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

THE OVERVIEW OF IMPLEMENTATION PROCEDURE VITAL SIGNS EXAMINATION ON INSTALLATION EMERGENCY AT HOSPITAL OF

PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Ony Zhanuar L1, Wenny Savitri2, Dwi Kartika R3

ABSTRACT

Background: the installation of Emergency (IGD) is a service unit that is very vulnerable with patient safety. It has the task of organizing medical care services and nursing care emergency surgery service, for patients who come in with a medical emergency. Measurements are most often carried out by health practitioners including nurses in IGD is the measurement temperature, pulse, blood pressure, oxygen saturation and respiratory frequency. Studies on vital signs aimed at the nursing diagnosis to identify, implement and evaluate the success of the intervention plan when vital signs returned to an acceptable value.

Objective: Knowing the examination of vital signs was done in accordance with standard operasipnal procedure (SOP) IGD.

Methods: This research is a descriptive observational research done by observing the nurses in carrying out measurements of vital signs using a check list. The samples on this research number of 17 respondents nurse taken using total sampling. Measurement results are then analyzed using percentages to determine the compliance of nurses.

Results: research shows nurse in compliance measurements of vital signs are appropriate procedures in categories.

Conclusion: the measurements of vital signs in the PROVINCIAL HOSPITAL of Panembahan Senopati IGD bantul was done in accordance with Standard Operational procedures (SOP).

Suggestions: use of standard operational procedures in work will keep the quality of services remains optimal and can be as prisai if there are things that are not desirable.

Keywords: vital signs, standard operational procedures, IGD.

1 Students of Nursing Program of Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2 Lecturer at General Achmad Yani College of Health Science of Yogyakarta 3 Lecturer at General Achmad Yani College of Health Science of Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin.

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga

senantiasa tercurah kepada junjungan dan tauladan kita Nabi Muhammad

Rasulullah SAW, keluarga dan para sahabatnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Pelaksanaa Prosedur Tetap

Pemeriksaan Tanda-tanda Vital Di RSUD Panembahan Senopati Bantul”. Skripsi

ini disusun untuk memberikan gambaran kepada rekan-rekan kesehatan

khususnya ilmu keperawatan tentang pentingnya mematuhi suatu tindakan agar

pasien dapat menerima pelayanan yang diberikan secara optimal dan perawat

harus didasari dengan pengetahuan tinggi yang diterapkan dalam praktik

keperawatan. Disamping mematuhi suatu tindakan dan pengetahuan yang tinggi,

lama kerja atau pengalaman kerja seseorang dapat mempengaruhi suatu tindakan

keperawatan.

Selesainya penyusunan skripsi ini merupakan pengalaman yang berharga

dan sangat membahagiakan bagi penulis, karena satu lagi langkah dalam

perjalanan hidup ke masa depan telah berhasil penulis lalui, yang semuanya

adalah atas berkah dan rahmat dari Allah SWT. Pada saat berbahagia ini, ucapan

terima kasih dan penghargaan yang tinggi penulis sampaikan kepada:

1. Kuswanto Hardjo, dr, M.Kes, selaku Ketua Stikes Jenderal Achmad Yani

Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan

penelitian ini.

2. Dewi Retno Pamungkas, S.Kep.,Ns.,MNg, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta yang telah

memberikan arahan, izin dan kemudahan selama penyusunan skripsi ini.

3. Wenny Savitri, MNS. Selaku dosen pembimbing I, yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan serta motivasi

dalam proses bimbingan dan penyelesaian skripsi ini.

4. Dwi Kartika R, M. Kep. Sp. Kep. MB.selaku pembimbing II, dengan baik

membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................ ii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................................... iii

INTISARI ........................................................................................................................... iv

ABSTRACT ....................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ...................................................................................................... 1

B. Rumusan masalah ................................................................................................ 3

C. Tujuan penelitian .................................................................................................. 3

D. Manfaat penelitian ............................................................................................... 3

E. Keaslian penelitian ............................................................................................... 4

BAB II TUJUAN PUSTAKA

A. Instalasi gawat darurat ......................................................................................... 6

B. Perilaku ................................................................................................................ 9

C. Pemeriksaan tanda-tanda vital ............................................................................. 13

D. Kerangka teori ...................................................................................................... 27

E. Kerangka konsep .................................................................................................. 28

F. Pertanyaan penelitian ............................................................................................ 28

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitian ........................................................................................... 29

B. Lokasi waktu penelitian ....................................................................................... 29

C. Subjek penelitian .................................................................................................. 29

D. Variabel penelitian ............................................................................................... 30

E. Definisi operasional .............................................................................................. 30

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vi

F. Alat dan metode pengumpulan data ..................................................................... 30

G. Metode pengolahan dan analisa data ................................................................... 31

H. Etika penelitian .................................................................................................... 32

I. Tahapan penelitian ............................................................................................... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran lokasi penelitian .................................................................................. 35

B. Hasil ...................................................................................................................... 37

C. Pembahasan ......................................................................................................... 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 50

B. Saran ..................................................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vii

DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 Key performance indicator Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit .................. 8

TABEL 2,2 Frekuensi jantung normal ................................................................................. 15

TABEL 2.3 Frekuensi pernapasan rata-rata normal ............................................................ 17

TABEL 3.1 Definisi operasional variable ............................................................................ 30

TABEL 4.1 Distribusi karakteristik responden .................................................................... 36

TABEL 4.2 Pelaksanaan pengukuran tekanan darah ........................................................... 37

TABEL 4.3 Pelaksanaan pengukuran suhu .......................................................................... 37

TABEL 4.4 Pelaksanaan pengukuran nadi dan respirasi ..................................................... 38

TABEL 4.5 Distribusi responden berdasarkan kepatuhan ................................................... 38

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

viii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 SKEMA KERANGKA TEORI ................................................................... 27

GAMBAR 2.2 SKEMA KERANGKA KONSEP ................................................................ 28

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Studi Pendahuluan

Lampiran 2. Surat Permohonan Penelitian

Lampiran 3. Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 4. Inform Consent

Lampiran 5. Check List

Lampiran 6. Lembar SOP Tanda-tanda Vital

Lampiran 7. Data Hasil Penelitian

Lampiran 8. Jadwal Penelitian

Lampiran 9. Lembar Kegiatan Bimbingan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan unit pelayanan yang sangat

rentan dengan keselamatan pasien. IGD rumah sakit mempunyai tugas

menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan serta

pelayanan pembedahan darurat, bagi pasien yang datang dengan gawat darurat

medis. Pelayanan pasien gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan

pelayanan segera, yang cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan

kecacatan (Depkes RI, 2006).

Suatu sarana dasar yang digunakan perawat dalam merawat pasien adalan

pengukuran tanda vital. Pengukuran yang paling sering dilakukan oleh praktisi

kesehatan termasuk perawat di IGD adalah pengukuran suhu, nadi, tekanan darah,

frekuensi pernafasan dan saturasi oksigen. Pengkajian tanda vital memungkinkan

perawat untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan, mengimplementasikan

rencana intervensi dan mengevaluasi keberhasilan bila tanda vital dikembalikan

pada nilai yang dapat diterima. Pengkajian tekanan darah bersamaan dengan

pengkajian nadi digunakan untuk mengevaluasi keadaan umum kesehatan

kardiovaskuler dan respons terhadap ketidakseimbangan sistem lain. Pengukuran

tanda vital frekuensi, pola, dan kedalaman penapasan, bersamaan dengan prosedur

tetap memungkinkan perawat mengkaji ventilasi, difusi, dan perfusi (Potter &

Perry, 2005).

Kegiatan pengkajian tekanan darah, frekuensi nadi, dan frekuensi

pernafasan yang dilakukan oleh perawat perlu dilakukan evaluasi dalam rangka

memberikan penanganan atau tindakan dengan segera untuk menghilangkan

ancaman nyawa korban. Kesalahan pengukuran tanda-tanda vital oleh perawat

akan berakibat pada kesalahan diagnosis maupun tindakan medis yang diberikan

sehingga akan mengancam nyawa pasien (Potter dan Perry, 2005). Pada tahun

2007, Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) melaporkan insiden

keselamatan pasien sebanyak 145 kejadian yang terdiri dari Kejadian Tidak

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

2

Diinginkan (KTD) 46%, Kejadian Nyaris Cedera (KNC) 48%, dan lain-lain 6%.

Berdasarkan lokasi kejadian insiden ditemukan di DKI Jakarta menempati urutan

tertinggi yaitu 37,9%, diikuti Jawa Tengah 15,9%, DI Yogyakarta 13,8%, Jawa

Timur 11,7%, Sumatera Selatan 6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%, dan Aceh

0,8%. Kesalahan pemberian obat menduduki peringkat pertama (24,8%) dari `0

besar insiden yang dilaporkan (Depkes RI, 2008).

Berdasarkan kebijakan dari Depkes. RI (2001) bahwa program peningkatan

mutu asuhan keperawatan diselenggarakan melalui kegiatan–kegiatan studi

dokumentasi asuhan keperawatan, persepsi pasien terhadap mutu asuhan

keperawatan dan evaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan

prosedur tetap. Penelitian yang dilakukan Pamuji, Asrin, & Kamaludin (2008)

menunjukkan ada hubungan yang positif antara pengetahuan prosedur tetap

tentang mengukur suhu badan, menghitung denyut nadi, menghitung pernapasan

pasien dan mengukur tekanan darah dengan kepatuhan terhadap pelaksanaan

prosedur tetap.

Hasil rekapitulasi penilaian Standar Asuhan Keperaawtan (SAK) instrument

C Instalasi Gawat Darurat RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013

menunjukkan tindakan keperawatan yang memiliki nilai rendah adalah mengukur

tekanan darah (65,2%), dan menghitung nadi dan pernafasan (62,35%) sehingga

perlu dikaji pelaksanaan prosedur tetap pemeriksaan tanda-tanda vital guna

peningkatan pelayanan (RSUD Panembahan Senopati Bantul, 2014).

RSUD Panembahan Senopati Bantul telah memiliki prosedur tetap untuk

pemeriksaan tanda vital. Setiap 6 bulan sekali dilakukan survey untuk

mengevaluasi kinerja petugas kesehatan. Pada tahun 2014, masih belum

dipublikasikan hasil untuk evaluasi pelaksanaan prosedur tetap rumah sakit.

Sedangkan sampai dengan bulan Juni 2015 masih belum adas survey rutin yang

dilakukan rumah sakit untuk mengevaluasi kualitas tindakan di IGD (RSUD

Panembahan Senopati Bantul, 2014).

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran

pelaksanaan prosedur tetap pemeriksaan tanda vital di Instalasi Gawat Darurat

RSUD Panembahan Senopati Bantul.

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan bahwa

masalah penelitiannya adalah: bagaimana gambaran pelaksanaan prosedur tetap

pemeriksaan tanda vital di Instalasi Gawat Darurat RSUD Panembahan Senopati

Bantul?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pelaksanaan prosedur tetap pemeriksaan tanda-tanda

vital di Instalasi Gawat Darurat RSUD Panembahan Senopati Bantul.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD

Panembahan Senopati Bantul.

b. Mengetahui pelaksanaan prosedur tetap pengukuran tekanan darah di

Instalasi Gawat Darurat RSUD Panembahan Senopati Bantul.

c. Mengetahui pelaksanaan prosedur tetap perhitungan frekuensi nadi di

Instalasi Gawat Darurat RSUD Panembahan Senopati Bantul.

d. Mengetahui pelaksanaan prosedur tetap perhitungan frekuensi pernafasan di

Instalasi Gawat Darurat RSUD Panembahan Senopati Bantul.

e. Mengetahui pelaksanaan prosedur tetap pengukuran suhu badan di Instalasi

Gawat Darurat RSUD Panembahan Senopati Bantul.

D. Manfaat Penelitian

Harapan peneliti bahwa dengan penelitian ini nantinya akan bermanfaat

bagi semua pihak meliputi:

1. Manfaat secara teoritis

Penelitian ini dapat memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai

masukan pada ilmu pengetahuan dan dikembangkan dalam ilmu praktik

keperawatan khususnya mengenai prosedur tetap pengukuran tekanan darah,

frekuensi nadi, frekuensi pernafasan, dan pengukuran suhu badan.

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

4

2. Manfaat secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

a. Institusi Rumah Sakit

Diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengambilan kebijakan

berkenaan dengan pelaksanaan prosedur tetap di rumah sakit.

b. Peneliti lain

Sebagai bahan masukan atau acuan bagi peneliti selanjutnya khususnya

bidang keperawatan, menambah pengetahuan, khususnya penelitian

mengenai evaluasi pelaksanaan Standar operasional prosedur (SOP) di

rumah sakit.

E. Keaslian Penelitian

1. Pamuji dkk (2008) melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan

perawat tentang Standar Prosedur Operasional (SPO) dengan kepatuhan

perawat terhadap pelaksanaan SPO Profesi Pelayanan Keperawatan di Instalasi

Rawat Inap RSUD Purbalingga. Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan

cross section. Instrumen penelitian adalah check list. Sampel diambil dengan

teknik random sampling sebanyak 26 orang. Teknik analisis data menggunakan

uji Kendal tau. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang positif antara

pengetahuan SPO tentang mengukur suhu badan (r = 0,022), menghitung

denyut nadi (r = 0,068), menghitung pernapasan pasien (r = 0,182) dan

mengukur tekanan darah (r = 0,184) dengan kepatuhan terhadap pelaksanaan

SPO. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya pada variabel

penelitian pelaksanaan SPO pengukuran tanda-tanda vital oleh perawat.

Perbedaanya pada instrument penelitian, peneliti akan menggunakan teknik

observasi menggunakan check list yang sesuai dengan SPO di RSUD

Panembahan Senopati Bantul.

2. Donadear (2012) melakukan penelitian tentang gambaran pelaksanaan

kemoterapi di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jenis penelitian deskriptif,

teknik pengumpulan data yaitu observasi partisipatif dan wawancara bebas.

Sampel sebanyak 84 tindakan, menggunakan accidental sampling. Analisa data

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

5

menggunakan frekuensi persentase. Hasil penelitian didapatkan 72% tindakan

dilakukan sesuai dengan SOP pemberian kemoterapi di rumah sakit. Tahap

persiapan sebesar 70,05% tindakan dilakukan, pelaksanaan sebesar 77,59%

tindakan dilakukan, monitoring evaluasi sebesar 36,5% tindakan dilakukan

sesuai SOP pemberian kemoterapi di rumah sakit. Kesimpulan penelitian

sebagian besar pelaksanaan kemoterapi di Ruang Kemuning Lantai 2 RSUP

Dr. Hasan Sadikin Bandung dilakukan sesuai dengan SOP pemberian

kemoterapi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya pada jenis

penelitian dan analisis statistik yang digunakan yaitu menggunakan frekuensi

persentase menggunakan frekuensi persentase. Perbedaannya pada variabel

penelitian, sampel penelitian dan instrumen penelitian penelitian.

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran lokasi penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di RSUD Panembahan Senopati Bantul, pada

bulan Agustus 2015. Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul

merupakan institusi kesehatan dikabupaten Bantul berlokasi di jl. Dr. Wahidin

Sudiro Husodo, No. 14 Bantul berdiri diatas lahan seluas 2,5 Ha dengan luas

bangunan 8300 m2 dengan usulan pengembangan perluasan sebesesar 11.500 m2.

Untuk mewujudkan visinya yaitu “Terwujudnya Rumah Sakit Yang Unggul

Dan Menjadi Pilihan Utama Masyarakat Kabupaten Bantul Dan Sekitarnya”.

RSUD Panembahan Senopati Bantul senantiasa melakuka pendekatan dalam

pelayanan kesehatan. Salah satu peningkatannya yaitu dengan menambah jumlah

tempat tidur diruang rawat inap. Jumlah tempat tidur pertanggal 2 April 2012

mengalami peningkatan dari tahun yang lalu 266 tempat tidur menjadi sebanyak

289 tempat tidur yang mempunyai 289 kamar tidur ini memiliki 21 dokter

spesialis dalam empat spesialis besar yakni : bedah, dalam, anak, kebidanan dan

kandungan juga didukung dengan 222 perawat dan 30 bidan.

RSUD Panembahan Senopati Bantul juga memiliki 15 unut klinik rawat

jalan, 12 unit instalasi pendukung, selain itu sumber daya manusia yang cukup

lengkap memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau. Dari hasil survei

peneilitian dari 2014 jumlah pasien sebanyak 26.939 yang terdiri dari 13.578

pasien non bedah, 14.236 pasien bedah, dan 30.402 pasien kebidanan dengan rata-

rata perhari kurang lebih 70 pasien.

IGD RSUD Panembahan Senopati Bantul terdapat fasilitas yang memadai

dengan kapasitas tempat tidur 7 buah. Perawat yang bertugas di IGD tersebut

sebanyak 21 orang. 1 seabagi kepala ruang, 5 sebagai perawat primer, 15 sebagai

perawat assosiet. Hal ini seiring dengan motto RSUD panembahan senopati bantul

yang mengutamakan kepuasan klien, “Kepuasan Anda Adalaha Kebahagiaan

Kami”. Dari hasil survei semester I tahun 2015 dari bulan januari-juni jumlah

pasien yang masuk IGD yaitu 11.807 pasien, dari jumlah tersebut jumlah triase

tidak dilakukan perhitungan. Untuk hasil evaluasi SOP tidak dilaksanakan karena

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

37

mengacu pada SOP dari Depkes. (Kepala IGD RSUD Panembahan Senopati

Bantul)

B. Hasil

1. Karakteristik responden

a. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pelaksanaan Prosedur Tetap

Pemeriksaan Tanda-tanda Vital

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden

No Umur jumlah Persentase (%)

Umur < 30 tahun 7 41.2

30-35 tahun 8 47.1

>35 tahun 2 11.8

Pendidikan D3 Kep 15 88,2

S1+Ns 1 5,4

D IV 1 5,4

Masa Kerja < 5 tahun 5 29.4

6-10 tahun 9 52.9

>10 tahun 3 17.6

Total 17 100

Sumber : Data primer

Berdsarkan Tabel 4.1 diatas dapat dilihat mayoritas responden berada pada rentan

usia 30-35 tahun sebanyak 8 responden (47,1%). Berdasarkan pendidikan

mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan diploma III (D-III) keperawatan

sebanyak 15 responden (88,2%). Sedangkan berdasasrkan masa kerja mayoritas

responden dengan masa kerja 5-10 tahun sebanyak 9 responden (52,9 %).

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

38

2. Analisa Univariate

a. Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Pengukuran Tekanan Darah

Tabel 4.2 Pelaksanaan Pengukuran Tekanan Darah

No Tekanan Darah Jumlah Persentase (%)

1 Sangat Baik 17 100

Total 17 100

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas seluruh responden melakukan pengukuran tekanan

darah sesuai dengan SOP atau dalam katagori sangat baik.

b. Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Pengukuran Suhu

Tabel 4.3 Pelaksanaan Pengukuran Suhu

No Suhu Jumlah Persentase (%)

1 Sangat Baik 13 76.5

2 Baik 4 23.5

Total 17 100

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas mayoritas responden melakukan pengukuran Suhu

pada kategori sangat baik sebanak 13 responden (76,5 %).

c. Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Pengukuran Nadi dan Respirasi

Tabel 4.4 Pelaksanaan Pengukuran Nadi dan Respirasi

No Nadi Dan Respirasi jumlah Persentase (%)

1 Sangat Baik 15 88.2

2 Baik 2 11.8

Total 17 100

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas mayoritas responden melakukan pengukuran Nadi

dan Respirasi katagori sangat baik sebanak 15 responden (88,2 %).

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

39

d. Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan pengukuran tanda vital sesuai

Standar Operasional Prosedur (SOP)

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan kepatuhan penerapan SOP

pemeriksaan tanda vital

No Pelaksanaan SOP TTV jumlah Persentase (%)

1 Sangat Baik 11 65

2 Baik 6 35

Total 17 100

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat mayoritas responden sudah melakukan

pemeriksaan tanda vital sesuai dengan SOP, yaitu sebanyak 11 responden (65%).

C. Pembahasan

a. Karakteristik responden

Umur merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku

individu. Umur secara garis besar menjadi indikator dalam setiap pengambilan

keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya, dengan semakin banyak

umur maka dalam penerimaan sebuah instruksi dan dalam melaksanakan prosedur

tertentu akan semakin bertanggung jawab dan berpengalaman. Menurut Nursalam

(2007) mengatakan bahwa semakin meningkatnya umur seseorang akan semakin

matang dalam berfikir dan bertindak.

Sedangkan jika dilihat Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas

responden berada pada pendidikan Diploma III (D-III) keperawatan sebanyak 15

responden (88,2%), S1 dan Ners sebanyak 2 orang (11,8%). Pendidikan

merupakan salah satu pembentuk perilaku, walaupun tidak secara langsung namun

pendidikan memiliki peranan penting dalam pengambilan keputusan seseorang.

Pendidikan akan mempengaruhi pola fikr individu, sedangkan pola fikir

berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau dengan kata lain pola fikir

seseorang dengan pendidikan rendah akan berbeda dengan pola fikir seorang yang

berpendidikan tinggi.

Di instalasi gawat darurat RSUD Panembahan Senopati Bantul ditemukan

lebih banyak perawat dengan jenjang pendidikan D-III dikarenakan penerimaan

pegawai negeri lebih banyak dengan formasi D-III dibandingkan S-1 (ners).

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

40

Pendidikan keperawatan mempunyai pengaruh besar terhadap kualitas pelayanan

keperawatan. Pendidikan yang tinggi dari seorang perawat akan memberikan

pelayanan dengan mutu optimal. Latar belakang pendidikan juga akan

mempengaruhi perilaku etos kerja seseorang, semakin tinggi pendidikan

seseorang, kepatuhan dalam pelaksanaan aturan kerja akan semakin baik (Asmadi,

2010).

Sedangkan berdarkan masa kerja, sebagian besasr responden sudah

bekerja 6-10 tahun di RSUD Panembahan Senopati Bantul, dengan demikian

tidak diragukan lagi kemampuan dan keterampilannya dalam melaksanakan

pungukuran tanda-tanda vital. Menurut Kreitner dan Kinichi (2004) menyatakan

bahwa masa kerja yang lama akan cenderung membuat orang betah dalam sebuah

organisasi. Hal ini disebabkan karena telah beradaptasi dengan lingkungan yang

cukup lama sehingga akan merasa nyaman dalam bekerja.

b. Pengukuran Tanda-Tanda Vital

1. Pengukuran Tekanan Darah

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat seluruh responden melakukan

pengukuran darah berdasarkan Standar operasional prosedur (SOP) dalam

katagori sangat baik, artinya lebih dari 85% ceklis dalam SOP pengukuran

tekanan darah dilakukan oleh petugas IGD. Pengukuran tekanan darah dapat

dilakukan dengan langsung menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop.

Sphgmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat

pengukur tekanan yang berhubungan dengan ringga dalam manset. Alat ini

dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer

sesuai dengan tekanan dalam milimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri

brakialis (Smeltzer & Bare, 2005).

Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan oleh dokter, perawat, ataupun

mahasiswa yang sedang melakukan praktik di rumah sakit. Pengukuran tekanan

darah tidak akan beresiko terhadap pasien asalkan dilakukan sesuai dengan

standar operasional prosedur yang ada. Standar Operasional Prosedur (SOP)

pengukuran tekanan darah di RSUD Panembahan Senopati Bantul terdiri dari 4

tahapan dimulai dari proses pra interaksi, orientasi, tahap kerja, dan tahap

evaluasi. Berdasarkan observasi langsung pada petugas IGD RSUD Panembahan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

41

Senopati Bantul dalam melakukan semua petugas melakuakn tindakan

pengukuran tekanan darah dalam katagori sangat baik. Hal ini dapat dilihat pada

lampiran master tabel dimana semua tahapan dilakukan. hanya 2 tahapan yang

sering dilompati oleh petugas dengan alasan yang beragam, pada tahap pra

interaksi petugas IGD sering melewatkan prosedur “verifikasi data sebelumnya”,

dari 17 responden yang diobservasi hanya 7 yang melakukan verifikasi data

pasien sebelumnya, banyak alasan kenapa prosedur ini dapat dilewatkan. Salah

satu alasan yang palig sering adalah pasien yang masuk IGD baru pertma dan

belum ada pencatatan sebelumnya, pengukuran tekanan darah yang dilakukan

pertama kali untuk mengetahui perubahan pada tubuh pasien.

Tahap lain yang sering dilewatkan adalah “berpamitan pada pasien” pada

tahap terminasi. Pada item observasi ini dari 17 responden yang diobservasi 12

responden melakukan sesuai SOP yang ada, namun 5 petugas tidak melakukannya

dikarenakan beberapa alasan seperti terburu-buru, pasien yang yang banyak, dan

kadang terlupakan.

2. Pengukuran Suhu

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat distribusi pemeriksaan tanda vital (suhu

tubuh) dengan termomter axila di IGD RSUD Panembahan Senopati Bantul

mayoritas dalam katagori sangat baik sebanyak 13 responden (76,5%).

Pemeriksaan suhu merupakan salah satu pemeriksaan tanda vital dengan

menggunakan berbagai macam metode pemeriksaan. Suhu yang dimaksud adalah

panas atau dingin suatu substansi. Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah

panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke

lingkungan luar. Meskipun dalam kondisi tubuh yang ekstrim selama melakukan

aktivitas fisik, mekanisme kontrol suhu manusia tetap menjaga suhu inti atau suhu

jaringan dalam relatif konstan. Suhu permukaan berfluktuasi bergantung pada

aliran darah ke kulit dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Karena

fluktuasi suhu permukaan ini, suhu yang dapat diterima berkisar dari 360C atau

380C. Fungsi jaringan dan sel tubuh paling baik dalam rentang suhu yang relatif

sempit (Potter & Perry, 2005) .

Suhu tubuh normal rerata diperkirakan antara 98oF dan 98,6

oF jika diukur

melalui mulut dan sekitar 1oF lebih tinggi di rektum (Guyton dan Hall, 2009).

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

42

Biasanya, nilai normal untuk suhu oral manusia adalah 37 C (98,6 oF), tetapi pada

sebuah penelitian besar terhadap orang-orang muda normal, suhu oral pagi hari

rerata adalah 36,7 C dengan simpang baku 0,2 C. Suhu rektum dapat

mencerminkan suhu pusat tubuh (core temperature). Suhu oral pada keadaan

normal 0,5 C lebih rendah daripada suhu rektum, tetapi suhu ini dipengaruhi oleh

banyak faktor, termasuk makanan/minuman panas atau dingin, mengunyah

permen karet, merokok, dan bernafas melalui mulut (Ganong, 2008).

Empat rute yang umum digunakan untuk penilaian suhu adalah oral,

timpanik, axillary, dan rute rectal. Rute lain yang kurang umum diantaranya

esophagus, arteri pulomonari, dan kandung kemih. Rute oral dapat digunakan

pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih tua. Namun, dalam situasi tertentu,

rute oral bersifat kontraindikatif, misal ketika seorang pasien harus melakukan

pembedahan mulut atau saat kesulitan pernapasan. Suhu timpanik (gendang

teling), yang dilakukan dengan menyisipkan ujung termometer timpanik ke dalam

saluran telinga luar, juga merupakan rute yang umum digunakan. Rute axillary

terkadang juga digunakan, tetapi ini bukanlah rute yang disukai karena rute ini

memerlukan periode waktu yang lebih lama untuk menilai, dan ini lebih

merefleksikan suhu permukaan tubuh dibandingkan suhu tubuh inti. Rute rectal

merupakan metode paling terpercaya untuk mendapatkan suhu tubuh inti, namun

lebih invasive dibandingkan rute oral, timpanik dan axillary. Penilaian suhu rectal

bersifat kontraindikatif saat pasien mengalami diare, kondisi kardiak tertentu, atau

pendarahan rektal atau melakukan pembedahan rektal (Vaugans, 2013).

Pengukuran suhu di IGD RSUD Panmebahan Senopati Bantul dilakukan

dengan menggunakan termomter axillary. Dari hasil observasi dapat dilihat tidak

semua petugas IGD melakukan pemeriksaan suhu sesuai dengan SOP yang ada.

Beberapa hal yang sering dilewatkan oleh petugas dalam pemeriksaan suhu antara

lain : petugas tidak melakukan verifikasi data pasien sebelumnya, petugas tidak

memeriksa termometer, memastikan pada skala dibawah 35◦c, membersihkan

axilla dengan tissue, tidak menanyakan persiapan pasien sebelum kegiatan

dilakukan, Membersihkan termometer dengan mengusap seluruh permukaan

termometer menggunakan alkohol 70%, dan berpamitan dengan pasien.

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

43

Pada tahap pre interaksi petugas sering melewatkan verifikasi data

sebelumnya, dari 17 responden hanya 4 responden yang melakukan verifikasi data

pasien sebelum pemeriksaan. Beberapa petugas berdalih pasien baru yang belum

mempunyai riwayat pengkajian sebelumnya sehingga pada saat pemeriksaan suhu

tersebut merupakan pemeriksaan pertama kali. Alasan lain adalah kesibukan

perawat UGD dalam menangani pasien yang datang langsung bersamaan dalam

satu waktu yang mengakibatkan beberapa hal yang ada dalam SOP terlewatkan.

Hal lain yang sering dilewatkan adalah tidak memeriksa termometer axilla

bersuhu dibawah 35 0C, menurunkan suhu pada termomter axilla (air raksa)

seharusnya dilakukan agar tidak mempengaruhi hasil pengukuran suhu tubuh.

3. Pemeriksaan Nadi dan Respirasi

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat hasil observasi pemeriksaan nadi dan

respirasi petugas UGD RSUD Panembahan Senopati Bantul, dari Tabel tersebut

didapatkan pemeriksaan sesuai SOP dengan katagori sangat baik sebanyak 15

responden (88,2%).

Pemeriksaan nadi dilakukan dengan palpasi pada beberapa arteri dibagian

tubuh yang dapat terba seperti arteri radialis, ulnaris, brachialis, karotis,

temporalis, temporalis superfisial, maksilaris eksterna, femoralis, dorsalis pedis,

tibialis posterior. Palpasi artinya mengukur denyut nadi. Denyut nadi adalah

getaran/ denyut darah didalam pembuluh darah arteri akibat kontraksi ventrikel

kiri jantung. Waktu yang tepat untuk mengecek denyut nadi adalah saat bangun

pagi dan sebelum melakukan aktivitas apapun. Pada saat itu tubuh masih relaks

dan masih terbebas dari zat-zat pengganggu (Potter & Perry, 2005).

Beberapa hal yang di periksa dalam palpasi denyut nadi diantaranya adalah

laju denyut jantung. Denyut nadi normal pada manusia ditentukan berdasarkan

usia, pada usia bayi dan toddler frekuensi denyut jantung antara 90 – 120 kali

peremenit, sedangkan pada anak berkisar antara 80-110 kali permenit, pada orang

dewasa berkisar antara 60-100 kali permenit (Patricia, 2005). Irama, secara

normal irama merupakan interval regular yang terjadi antara setiap denyut nadi

atau jantung. Interval yang disela oleh denyut di awal atau di akhir atau tidak ada

denyut menandakan irama tidak normal atau disritmia. Kekuatan, Kekuatan nadi

dapat tetap sama pada setiap denyut jantung. Kekuatan nadi dapat dikelompokkan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

44

atau digambarkan dengan kuat, lemah, berurutan atau bersamaan. Hal ini

diikutsertakan selama pengkajian terhadap sistem pembuluh darah. Kesamaan,

Kedua nadi radialis dikaji untuk membandingkan karakterisktik masing-masing.

Nadi pada satu ekstremitas mungkin tidak sama kekuatannya atau tidak ada pada

kebanyakan keadaan sakit (Patricia, 2005).

Pengukuran nadi dilakukan dengan menggunakan 2 jari yaitu telunjuk dan

jari tengah, atau 3 jari, telunjuk, jari tengah dan jari manis jika kita kesulitan

menggunakan 2 jari. Temukan titik nadi (daerah yang denyutannya paling keras),

yaitu nadi karotis di cekungan bagian pinggir leher kira-kira 2 cm di kiri/kanan

garis tengah leher (kira-kira 2 cm disamping jakun pada laki-laki), nadi radialis di

pergelangan tangan di sisi ibu jari. Setelah menemukan denyut nadi, tekan

perlahan kemudian hitunglah jumlah denyutannya selama 15 detik, setelah itu

kalikan 4, ini merupakan denyut nadi dalam 1 menit (Vaugans, 2013).

Sedangkan pemeriksaan pernafasan dilakukan dengan mengitung frekuensi

inspirasi dan ekspirasi dalam 1 menit. Inspirasi adalah proses aktif. Selama

inspirasi, pusat pernapasan mengirim impuls sepanjang nervus frenik,

mengakibatkan difragma berkontrasksi. Ekspirasi merupakan proses pasif, napas

lebih dalam yang panjang adalah mekanisme fisiologis protektif untuk mencegah

udara bertukar di jalan udara kecil yang mengembang dengan alveoli selama

bernapas normal (Patricia, 2005). Frekuensi pernafasan pada setiap umur berbeda,

pada bayi baru lahir frekuensi normal pernafasan antara 35-40 kali permenit,

sedangkan pada todeler 25-32 kali peremenit, pada orang dewasa birkasar antara

12-20 kali permenit.

Variasi pola pernapasan digunakan istilah eupnea jika angkanya masih

dalam batas normal. Tachypnea mengacu pada tingkat respirasi yang terlalu cepat,

dan bradypnea mendeskripsikan tingkat pernapasan yang lambat. Ketiadaan

pernapasan secara penuh disebut apnea (Vaugans, 2013).

Pada saat obeservasi dilakukan ada beberepa tahapan yang kadang

dilewatkan oleh petugas yang ada di IGD, seperti pada pemeriksaan tekanan

darah maupun suhu. Hal-hal yang sering dilewatkan seperti melakukan verifikasi

data sebelumnya, menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan, dan

berpamitan pada pasien. Banyak faktor yan menyebabkan petugas tidak patuh

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

45

terhadap SOP yang sudah ada, bisa saja karena item dalam SOP tersebut tidak

ideal untuk dilakukan, atau tidak ditunjang oleh fasilitas dan lingkungan.

4. Gambaran pelaksanaan stadar operasional prosedur pengukuran tanda-tanda vital

di IGD RSUD Panembahan Senopati Bantul

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat observasi secara keselurahan,

penggunaan setandar operasional prosedur (SOP) pengukuran tanda-tanda vital di

IGD sudah dilakukan dengan baik, hal ini ditunjukkan dari skoring pada setiap

ceklis sudah menunjukkan pengukuran tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu

sudah dilakukan sesuai dengan SOP. Namun ada beberapa hal yang sering

dilewatkan selama tindakan pengukuran tanda-tanda vital. Pada tahap pre

interaksi semua responden melakukan cuci tangan, dan mendekatkan alat ke

pasien, namun satu tahapan kadang tidak diperhatikan seperti melakukan

verifikasi data sebelumnya. Hal ini bisa dikarenakan pasien baru yang belum

diperiksa sehingga tidak ada berkas yang perlu dilihat.

Sedangkan pada tahap orientasi, perawat selalu melakukan tindakan

sesuai dengan prosedur, seperti memberikan salam terapiutik, menjelaskan tujuan

dan prosedur tindakan kepada pasien, namun beberapa perawat kadang tidak

menanyakan kesiapan pasien dalam pemeriksaan.

Pada tahap kerja, semua tindakan dilakukan sesuai dengan SOP yang ada

di IGD, seperti memposisikan pasien, menentukan lokasi pemeriksaan, dan

melakukan pemeriksaan TTV, serta menilai hasil pengukuran. Pada tahap

terminasi, perawat sering melupakan satu tahapan yaitu berpamitan pada pasien

setelah pemeriksaan dilakukan, namun proses lain tetap dilakukan seperti

merapikan pasienm membersihkan alat, dan mencuci tangan setelah tindakan

selesai.

Standar operasional prosedur merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh

direktur RS untuk meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan dan menjaga

keselamatan pasien atas tindakan yang diberikan diluar keilmuan yang sesuai.

Bekerja dengan SOP merupakan suatu bentuk perilaku membudayakan

keselamatan pasien.

Menurut Cahyono (2008), bila rumah sakit telah memiliki budaya

keselamatan pasien maka setiap petugas di rumah sakit akan bertanggung jawab

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

46

dalam memberikan pelayanan yang aman. Nilai dasar seperti kedisiplinan,

kepatuhan terhadap standar, prosedur, dan protokol yang ada, bekerja dalam

teamwork, nilai kejujuran dan keterbukaan serta rasa saling menghormati dan

menghargai satu sama lain dijunjung tinggi oleh setiap petugas. Nilai tersebut

menjadi perekat setiap petugas, dikomunikasikan dan diajarkan dari dan ke setiap

petugas, menjadi aturan yang ditaati sehingga membentuk kebiasaan dan perilaku

setiap petugas dalam rumah sakit. Setiap petugas dapat bertindak sebagai barier

dalam pelayanan.

Banyak factor yang berpengaruh terhadap kepatuhan dalam menaati

pedoman saat bekerja, salah satu yang paling berpengaruh adalah pengetahuan

tentang budaya keselamatan. Penelitian Neal (2010) menyimpulkan Pengetahuan

dan keterampilan tentang keselamatan memiliki hubungan yang kuat dengan

kepatuhan. Hasil penelitian untuk pengetahuan tentang SSC menyatakan bahwa

61% petugas kamar bedah memperoleh nilai kurang dari 60, pengetahuan yang

kurang ini menyebabkan kepatuhan penerapan SSC rendah dan kelengkapan

pengisian juga rendah dan kelengkapan pengisian juga rendah.

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

47

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Mayoritas responden pada penelitian ini berusia antara 30-35 tahun (47,1%),

dengan pendidikan kebanyakan responden Diploma III (D-III) Keperawatan

sebanyak 12 responden (70,6%) dengan masa jabatan rata-rata diatas 5 tahun

sebanyak 9 orang (52,9%).

2. Proses pengukuran tanda-tanda vital di IGD RSUD Panembahan Senopati Bantul

sudah dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)

3. Tingkat kepatuhan petugas IGD RSUD Panembahan Senopati Bantul dalam

pengukuran Tekanan Darah sesuai SOP dalam katagori sangat baik

4. Tingkat kepatuhan petugas IGD RSUD Panembahan Senopati Bantul dalam

mengukur suhu tubuh dalam katagori sangat baik

5. Tingkat kepatuhan petugas IGD RSUD Panembahan Senopati bantul dalam

mengukur nadi dan respirasi dalam katagori sangat baik

B. Saran

1. Bagi IGD RSUD Panambahan Senopati Bantul

Beberapa poin-poin pra interaksi seperti melakukan pengecekan ulang atau

frevikasi data lebih sering dilakukan untuk mencegah kesalahan pasien. Selain itu

mungkin perlu dilakukan revisi SOP pengukuran suhu di IGD, penggunaan

termometer digital perlu dibuatkan SOP seperti penggunaan termomter axila.

2. Perawat IGD RSUD Panambahan Senopati Bantul

Perawat IGD RSUD Panambahan Senopati Bantul harus lebih mentelaah kembali

standar operasional prosedur yang ada dalam melakukan pemeriksaan tanda-tanda

vital, agar tidak ada prosedur yang terlewatkan.

3. Peneliti Selanjutnya

Penelitian tentatang kepatuhan dalam SOP masih sangat minim, perlu dilakukan

penelitian yang lebih banyak untuk SOP, seperti factor-faktor yang mempengaruhi

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

47

kepatuhan dalam menjalankan SOP, kesesuaian SOP dengan perkembangan

keilmuan dan teknologi yang ada.

C. Keterbatasan penelitian

Dalam penelitian ada beberapa keterbatasan yang peneliti tidak dapat

sempurnakan :

1. Cara penelitian, karena peneliti melakukan observasi terhadap perawat hanya

sekali, memungkinkan adanya kekurangan pada pengisian yang tidak dapat

teridentifikasi.

2. Peneliti melakukan observasi dengan sepengetahuan responden, hal ini akan

berpengaruh terhadap kepatuhan responden dalam melakukan SOP.

3. Peneliti melakukan observasi hanya pada pasien dengan kriteria triase hijau.

48

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi VI.

Jakarta: Rineka Cipta. Asmadi. 2010, Tekhnik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar

Klien, Salemba Medika, Jakarta. Azwar, S. (2011). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar Offset. Dariyo, A. (2003). Piskologi Perkembangan Dewa Muda (20-40 Tahun). Jakarta: PT.

Gramedia Widia Sarana Indonesia. Depkes RI. (2006). Sistem Penanggulangan Gawat Darurat (SPGD). Jakarta. ________. (2008). Panduan Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta: KPPRS. ________. (2009). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2009. Jakarta. ________. (2010). Standar Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Di Rumah Sakit.

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Jakarta.

Donadear, A. (2012). Gambaran Pelaksanaan Kemoterapi Di RSUP Dr. Hasan Sadikin

Bandung. Skripsi S1. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat.

Ganong, William F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta : EGC Guyton, A.C dan Hall, J.E. (2009). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Kozier, B. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktek.

Edisi 7. Vol. 7. Jakarta: EGC. Kreitner, R. & Kinicki, A. (2004).Organizational Behavior, Fifth Edition, McGraw Hill,

New York. Mangkunegara, A.P. (2005). Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung: Refieka

Aditama. Muchlas.(2003).Motivasi dan Peningkatan Produktivitas Pegawai. Cetakan kedua.

Jakarta: RefikaAditama. Mudayana, A. (2010). Pengaruh Motivasi dan Beban Kerja terhadap Kinerja Karyawan

di Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul. Jurnal Kesehatan Masyarakat FKM UAD 2010.4(2):84-9.

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Mulyana, D.S. (2013). Analisis Penyebab Insiden Keselamatan Pasien Oleh Perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit X. Jakarta. Tesis S2. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Program Pasca Sarjana Kajian Administrasi Rumah Sakit. Univesitas Indonesia. Depok. Jakarta.

Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan Kedua. Jakarta:

Rineka Cipta. _____________. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Pamuji, Asrin, & Kamaludin (2008). Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Standar

Prosedur Operasional (Spo) Dengan Kepatuhan Perawat Terhadap Pelaksanaan Spo Profesi Pelayanan Keperawatan Di Instalasi Rawat Inap RSUD Purbalingga. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.1.

Patricia, A. (2005). Fundamental of Nursing: Concept, Process, and Practice. Edisi 4.

Volume 1. Jakarta: EGC. Potter & Perry, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan

Praktik, Edisi 4, Vol.1, EGC, Jakarta. RSUD Panembahan Senopati Bantul. (2014). Laporan Hasil Evaluasi Penerapan

Standar Asuhan Keperawatan Tahun 2013. Bantul. Sabri, L dan Hastono, S.P. (2007). Statistik Kesehatan. Edisi Kedua. Jakarta: Raja

Grafido Persada. Setiadi, 2008, Keperawatan Keluarga, EGC, Jakarta. Smeltzer, S.C. and Bare, B.G. (2005). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8

Vol.2. Jakarta : EGC Suarli S dan Bahtiar Y. (2010). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis.

Jakarta: Erlangga. Sugiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Vaugans, B.W. (2013). Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Rapha Publishing.