sap thalasemia.doc
TRANSCRIPT
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
POKOK BAHASAN :
THALASEMIA
A. Latar Belakang
Talasemia merupakan salah satu jenis anemia hemolitik dan merupakan penyakit keturunan yang diturunkan secara autosomal yang paling banyak dijumpai di Indonesia dan Italia. Enam sampai sepuluh dari setiap 100 orang Indonesia membawa gen penyakit ini. Pada talasemia terjadi kelainan pada gen-gen yang mengatur pembentukan dari rantai globin sehingga produksinya terganggu. Gangguan dari pembentukan rantai globin ini akan mengakibatkan kerusakan pada sel darah merah yang pada akhirnya akan menimbulkan pecahnya sel darah tersebut. Berdasarkan dasar klasifikasi tersebut, maka terdapat beberapa jenis talasemia, yaitu talasemia alfa, beta, dan delta
B. Tujuan Pembelajaran Thalasemia
Tujuan Umum:
untuk sedikit berbagi ilmu pengetahuan kepada para pembaca tentang penyakit talasemia ,pengertian,klasifikasi serta pencegahanya.
Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti proses pembelajaran selama 20 menit, peserta mampu :
1. Menjelaskan tentang pengertian Thalasemia
2. Menjelaskan tanda dan gejala Thalasemia
3. Menjelaskan penyebab terjadinya Thalasemia
4.Menjelaskan pencegahan dan pengobatan Thalasemia
C. Sasaran
Pada pasien thalasemia dipoli anak
D. Target
Pada anak yang datang dipoli anak
E. Strategi Pelaksanaan
Waktu :
Tempat :
F. Metode
1. Menjelaskan tentang Thalasemia
2.Diskusi dan Tanya jawab
G. Media
1. Leaflet
H. Materi
Terlampir
I.Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara lisan :
1. Menjelaskan pengertian Thalasemia
2. Menjelaskan tanda dan gejala Thalasemia
3.Menjelaskan penyebab terjadinya Thalasemia
4.Menjelaskan pencegahan dan pengobatan Thalasemia
Lampiran Materi
A. Pengertian
Thalassemia adalah sekelompok kelainan darah herediter yang ditandai dengan
berkurangnya atau tidak ada sama sekali sintesis rantai globin, sehingga
menyebabkan Hb berkurang dalam sel-sel darah merah, penurunan produksi sel-
sel darah merah dan anemia. Kebanyakan thalassemia diwariskan sebagai sifat
resesif. (Renzo Galanello)
B.Etiologi
Penyebab kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak normal
(hemoglobinopatia); dan kelainan hemoglobin ini karena adanya gangguan
pembentukan yang di sebabkan oleh:
1. gangguan structural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal) misalnya
pada Hb S, Hb F, Hb D dan sebagainya.
2. gangguan jumlah (salah satu/ beberapa) globin seperti pada talasemia.
Kedua kelainan ini sering dijumpai bersama-sama pada orang seorang pasien
seperti talasemia Hb S atau talasemia Hb F. penyakit ini banyak di jumpai pada
bangsa- bangsa disekitar laut tengah seperti turki, yunani, Cyprus dan lain-lain. Di
Indonesia talasemia cukup banyak di jumpai bahkan dikatakan merupakan yang
paling banyak penderitanya dai pasien penyakit darah lainnya.
C.Tanda dan Gejala
Secara klinis Thalasemia dapat dibagi dalam beberapa tingkatan sesuai
beratnya gejala klinis : mayor, intermedia dan minor atau troit (pembawa sifat).
Batas diantara tingkatan tersebut sering tidak jelas.
Anemia berat menjadi nyata pada umur 3 – 6 bulan setelah lahir dan tidak
dapat hidup tanpa ditransfusi. Pembesaran hati dan limpa terjadi karena
penghancuran sel darah merah berlebihan, haemopoesis ekstra modular dan
kelebihan beban besi. Limpa yang membesar meningkatkan kebutuhan darah
dengan menambah penghancuran sel darah merah dan pemusatan (pooling) dan
dengan menyebabkan pertambahan volume plasma.
Perubahan pada tulang karena hiperaktivitas sumsum merah berupa
deformitas dan fraktur spontan, terutama kasus yang tidak atau kurang mendapat
transfusi darah. Deformitas tulang, disamping mengakibatkan muka mongoloid,
dapat menyebabkan pertumbuhan berlebihan tulang prontal dan zigomatin serta
maksila. Pertumbuhan gigi biasanya buruk.
Gejala lain yang tampak ialah anak lemah, pucat, perkembanga fisik tidak
sesuai umur, berat badan kurang, perut membuncit. Jika pasien tidak sering
mendapat transfusi darah kulit menjadi kelabu serupa dengan besi akibat
penimbunan besi dalam jaringan kulit.
Keadaan klinisnya lebih baik dan gejala lebih ringan dari pada Thalasemia
mayor, anemia sedang (hemoglobin 7 – 10,0 g/dl). Gejala deformitas tulang,
hepatomegali dan splenomegali, eritropoesis ekstra medular dan gambaran
kelebihan beban besi nampak pada masa dewasa. Umumnya tidak dijumpai gejala
klinis yang khas, ditandai oleh anemia mikrositin, bentuk heterozigot tetapi tanpa
anemia atau anemia ringan.
D. Penatalaksanaan Thalasemia
Hingga kini belum ada obat yang tepat untuk menyembuhkan pasien thalasemia.
Transfusi darah diberikan jika kadar Hb telah rendah sekali (kurang dari 6 gr%)
atau bila anak terlihat lemah dan tidak ada nafsu makan.
Pemberian transfusi hingga Hb mencapai 10 g/dl. Komplikasi dari pemberian
transfusi darah yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya penumpukan zat
besi yang disebut hemosiderosis. Hemosiderosis dapat dicegah dengan pemberian
Deferoxamine(desferal).
Splenektomi dilakukan pada anak yang lebih tua dari 2 tahun sebelum terjadi
pembesaran limpa/hemosiderosis, disamping itu diberikan berbagai vitamin tanpa
preparat besi.
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
PADA PASIEN THALASEMIADisusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Anak
DISUSUN OLEH :
Gillang Eka Prasetya
11.955
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATANASIH HUSADA SEMARANG
2013