resume 2.doc

25
RESUME KASUS KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET) Oleh Helda Puspitasari NIM 122310101018

Upload: indra

Post on 09-Nov-2015

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

RESUME KASUS KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)Oleh

Helda Puspitasari

NIM 122310101018PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNVERSITAS JEMBER2015Kasus KET

Ny. Saumi 38 th dengan usia kehamilan 2 bulan. Kehamilan saat ini merupakan kehamilan yang ke 2 dengan keluhan nyeri perut bagian kanan, sempat pingsan, lemah, dan pucat. Selama kehamilan Ny. Saumi melakukan pelayanan antenatal care sebanyak 1 kali yaitu ke bidan. Anak pertama Ny. Saumi saat ini berumur 8 tahun dengan berat badan normal, persalinan di bantu oleh bidan. Ny. Saumi tidak memiliki riwayat penyakit menular, menahun, dan menurun. Riwayat penggunaan KB yaitu menggunakan pil KB 4 tahun. Saat dilakukan pemeriksaan didapatkan data keadaan umum Ny. Saumi lemah dengan hasil pengukuran TTV yaitu TD 90/60 mmHg, Nadi 110x/menit, Suhu 36,9 derajat celcius, dan RR 36x/menit. Hasil pemeriksaan palpasi didapatkan nyeri tekan perut bagian bawah dan nyeri epiganstrik dengan tidak terdapat pengeluaran pervagina.Teori kasus

a. Pengertian

Kehamilan Ektopik Terganggu adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar endometrium (Mansjoer A, 2000). Kehamilan Ektopik Terganggu adalah kehamilan yang terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri (Prawiroharjo S, 2002). Kehamiian Ektopik Terganggu adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi, implantasi terjadi di luar endometrium kavum uteri (Prawiroharjo S, 2002).

Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah keadaan di mana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien. Kehamilan ektopik terganggu adalahkehamilan yang berimplantasi di luar endometrium normal dan sudah menimbulkan gangguan. b. Klasifikasi

Klasifikasi kehamilan ektopik berdasarkan tempat terjadinya implantasi dari kehamilan ektopik, dapat dibedakan menjadi :

1. Kehamilan Tuba Kehamilan tuba merupakan kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopi. Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba (95%). Konseptus dapat berimplantasi pada ampulla (55%), isthmus (25%), fimbrial (17%), atau pun pada interstisial (2%) dari tuba. Tuba fallopi mempunyai kemampuan untuk berkembang yang terbatas, sehingga sebagian besar akan pecah (ruptura) pada umur kehamilan 35-40 hari.

2. Kehamilan Ovarial

Kehamilan ovarial merupakan bentuk yang jarang (0,5%) dari seluruh kehamilan ektopik dimana sel telur yang dibuahi bernidasi di ovarium. Meskipun daya akomodasi ovarium terhadap kehamilan lebih besar daripada daya akomodasi tuba, kehamilan ovarium umumnya mengalami ruptur pada tahap awal.

3. Kehamilan Servikal

Kehamilan servikal adalah bentuk dari kehamilan ektopik yang jarang sekali terjadi. Nidasi terjadi dalam selaput lendir serviks. Dengan tumbuhnya telur, serviks mengembang. Kehamilan serviks jarang melewati usia gestasi 20 minggu sehingga umumnya hasil konsepsi masih kecil dan dievakuasi dengan kuretase.

4. Kehamilan Abdominal

Kehamilan ini terjadi satu dalam 15.000 kehamilan, atau kurang dari 0,1% dari seluruh kehamilan ektopik. Kehamilan abdominal ada 2 macam :a. Primer, dimana telur dari awal mengadakan implantasi dalam rongga perut.

b. Sekunder, yaitu pembentukan zigot terjadi ditempat yang lain misalnya di dalam saluran telur atau ovarium yang selanjutnya berpindah ke dalam rongga abdomen oleh karena terlepas dari tempat asalnya. Hampir semua kasus kehamilan abdominal merupakan kehamilan ektopik sekunder akibat ruptur atau aborsi kehamilan tuba atau ovarium ke dalam rongga abdomen. Walaupun ada kalanya kehamilan abdominal mencapai umur cukup bulan, hal ini jarang terjadi, yang lazim ialah bahwa janin mati sebelum tercapai maturitas (bulan ke 5 atau ke 6) karena pengambilan makanan kurang sempurna.

5. Kehamilan Heterotopik

Kehamilan Heterotopik adalah kehamilan ektopik yang dapat terjadi bersama dengan kehamilan intrauterin. Kehamilan heterotipik ini sangat langka, terjadi satu dalam 17.000-30.000 kehamilan ektopik. Kehamilan heterotopik dapat di bedakan atas :a. Kehamilan kombinasi (Combined Ectopik Pregnancy) yaitu kehamilan yang dapat berlangsung dalam waktu yang sama dengan kehamilan intrautrin normal.

b. Kehamilan ektopik rangkap (Compound Ectopic Pregnancy) yaitu terjadinya kehamilan intrauterin setelah lebih dahulu terjadi kehamilan ektopik yang telah mati atau pun ruptur dan kehamilan intrauterin yang terjadi kemudian berkembang seperti biasa. 6. Kehamilan intertisial

Kehamilan interstisial yaitu implantasi telur terjadi dalam pars interstitialis tuba. Kehamilan ini juga disebut sebagai kehamilan kornual atau kahamilan intrauteri, tetapi implantasi plasentanya di daerah kornu, yang kaya akan pembuluh darah. Karena lapisan myometrium di sini lebih tebal maka ruptur terjadi lebih lambat kira-kira pada bulan ke 3 atau ke 4. Kehamilan interstisial merupakan penyebab kematian utama dari kehamilan ektopik yang pecah.

7. Kehamilan intraligamenter

Kehamilan intraligamenter berasal dari kehamilan ektopik dalam tuba yang pecah. Konseptus yang terjatuh ke dalam ruangan ekstra peritoneal ini apabila lapisan korionnya melekat dengan baik dan memperoleh vaskularisasi di situ fetusnya dapat hidup dan berkembang dan tumbuh membesar. Dengan demikian proses kehamilan ini serupa dengan kehmilan abdominal sekunder karena keduanya berasal dari kehamilan ektopik dalam tuba yang pecah.8. Kehamilan Tubouteina

Kehamilan tubouteina merupakan kehamilan yang semula mengadakan implantasi pada tuba pars interstitialis, kemudian mengadakan ekstensi secara perlahan-lahan ke dalam kavum uteri.

9. Kehamilan Tuboabdominal

Kehamilan tuboabdominal berasal dari tuba, dimana zigot yang semula megadakan implantasi di sekitar bagian fimbriae tuba, secara beangsur mengadakan ekstensi ke kavum peritoneal.

10. Kehamilan Tuboovarial

Kehamilan tuboovarial digunakan bila kantung janin sebagian melekat pada tuba dan sebagian pada jaringan ovarium.c. Etiologi

Beberapa hal dibawah ini ada hubungannya dengan terjadinya kehamilan ektopik:1. Pengaruh faktor mekanik

Faktor-faktor mekanis yang menyebabkan kehamilan ektopik antara lain:

a. Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii. b. Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus atau infeksi pasca nifas, apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau penyempitan lumen.c. Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan hipoplasi. d. Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi. e. Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan pada adneksia.f. Penggunaan IUD ( Dr.Rustam Mochtar, sinopsis Obstetri, 2000).

Hal-hal tersebut secara umum menyebabkan perlengketan intra- maupun ekstraluminal pada tuba, sehingga menghambat perjalanan zigot menuju kavum uteri. Faktor mekanik lain adalah pernah menderita kehamilan ektopik, pernah mengalami operasi pada saluran telur seperti rekanalisasi atau tubektomi parsial, induksi abortus berulang, tumor yang mengganggu keutuhan saluran telur.

2. Pengaruh Faktor Fungsional

Faktor fungsional yaitu perubahan motilitas tuba yang berhubungan dengan factor hormonal. Dalam hal ini gerakan peristalsis tuba menjadi lamban, sehingga implantasi zigot terjadi sebelum zigot mencapai kavum uteri. Gangguan motilitas tuba dapat disebabkan oleh perobahan keseimbangan kadar estrogen dan progesteron serum. Dalam hal ini terjadi perubahan jumlah dan afinitas reseptor adrenergik yang terdapat dalam uterus dan otot polos dari saluran telur. Ini berlaku untuk kehamilan ektopik yang terjadi pada akseptor kontrasepsi oral yang mengandung hanya progestagen saja, setelah memakai estrogen dosis tinggi pascaovulasi untuk mencegah kehamilan. Merokok pada waktu terjadi konsepsi dilaporkan meningkatkan insiden kehamilan ektopik yang diperkirakan sebagai akibat perubahan jumlah dan afinitas reseptor adrenergik dalam tuba.

3. Kegagalan Kontrasepsi

Sebenarnya insiden sesungguhnya kehamilan ektopik berkurang karena kontrasepsi sendiri mengurangi insidensi kehamilan. Akan tetapi dikalangan para akseptor bisa terjadi kenaikan insiden kehamilan ektopik apabila terjadi kegagalan pada teknik sterilisasi. Alat kontrasepsi dalam rahim selama ini dianggap sebagai penyebab kehamilan ektopik. Namun ternyata hanya AKDR yang mengandung progesteron yang meningkatkan frekuensi kehamilan ektopik. AKDR tanpa progesteron tidak meningkatkan risiko kehamilan ektopik, tetapi bila terjadi kehamilan pada wanita yang menggunakan AKDR, besar kemungkinan kehamilan tersebut adalah kehamilan ektopik.4. Patofisiologi

Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba malahan kadang-kadang sulit dilihat vili khorealis menembus endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa faktor, yaitu; tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.

Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum graviditi dan tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah menjadi desidua. Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel membesar, nucleus hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler. Polaritas menghilang dan nukleus yang abnormal mempunyai tendensi menempati sel luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti buih dan dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara keseluruhan disebut sebagai reaksi Arias-Stella.

Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian dikeluarkan secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua yang degeneratif. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus.5. Tanda Dan Gejala

Pada umumnya penderita menunjukkan gejala-gejala seperti pada kehamilan muda yakni mual, pembesaran disertai rasa agak sakit pada payudara yang didahului keterlambatan haid. Disamping gangguan haid, keluhan yang paling sering ialah nyeri di perut bawah yang tidak khas, walaupun kehamilan ektopik belum mengalami ruptur. Kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda, dari perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas,

Nyeri abdomen merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik. Nyeri dapat unilateral atau bilateral, pada abdomen bagian bawah, seluruh abdomen, atau hanya di bagian atas abdomen. Umumnya diperkirakan, bahwa nyeri perut yang sangat menyiksa pada suatu ruptur kehamilan ektopik, disebabkan oleh darah yang keluar ke dalam kavum peritoneum. Tetapi karena ternyata terdapat nyeri hebat, meskipun perdarahannya sedikit, dan nyeri yang tidak berat pada perdarahan yang banyak, jelas bahwa darah bukan satusatunya sebab timbul nyeri. Darah yang banyak dalam kavum peritoneal dapat menyebabkan iritasi peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri yang bervariasi.

Amenorea atau gangguan haid merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik. Lamanya amenorea tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi. Sebagian penderita tidak mengalami amenorea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya Bercak darah (spotting) atau perdarahan vaginal merupakan juga tanda yang penting pada kehamilan ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin, dan berasal dari uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan biasanya sedikit, berwarna coklat tua, dan dapat intermiten atau terus menerus.

PATHWAY

6. Komplikasia. Pada pengobatan konservatif, yaitu jika rupture tuba telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang (recurrent bledding). Ini merupakan indikasi operasi.b. Infeksic. Sub-ileus karena massa pelvisd. Sterlitas7. Penatalaksanaan

Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Dalam tindakan demikian , beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.a. Kondisi ibu pada saat itu.b. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.c. Lokasi kehamilan ektropik.d. Kondisi anatomis organ pelvis.e. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.f. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempatHasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif yaitu hanya dilakukan salpingostoi atau reanastomis tuba.Apabia kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi.

8. Diagnosa Keperawatan1. Nyeri akut berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial2. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia jaringan3. Defisit volume cairan berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pendarahan pada rongga abdomen5. Keletihan berhubungan dengan ketidakseimbangan O2 dan kebutuhan tubuh6. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan prosedur pembedahan 9. Intervensi

NoDiagnosaTujuan dan Kriteria HasilIntervensiRasional

1.Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonialTujuan:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x24 jam, diharapkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi oleh klien deng kriteria hasil:

a. Menggunakan metode nonanalgetik untuk mengurangi nyeri

b. Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan

c. Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan

d. Mencari bantuan tenaga kesehatan

a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitasb. Kaji kontraksi uterus hemoragi atau nyeri tekan abdomenc. Berikan tindakan kenyamanan dasar contoh tekhnik relaksasi, perubahan posisi dengan sering.d. Berikan lingkungan yang tenang sesuai indikasie. Dorong ekspresi perasaan tentang nyerif. Diskusikan tindakan dapat yang menurunkan nyeri pada pengalaman masa lalua. Perubahan lokasi atau karakter atau intensitas nyeri dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi atau perbaikan.b. Membantu dalam mendiagnosis dan menentukan tindakan yang akan dilakukan. Ketidak nyamanan dihubungkan dengan aborsi spontan dan molahidatiosa karena kontraksi uterus yang mungkin diperberat oleh infuse oksitosin. Rupture kehamilan ektropik mengakibatkan nyeri hebat, karena hemoragi tersembunyi saat tuba falopi rupture ke dalam abdomen.c. Mengurangi nyeri pada klien dengan pengalihan terhadap nyeri yang dialamid. Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensivitas pada suara suara bising dan meningkatkan istirahat/relaksasi.e. Pernyataan memungkinkan pengungkapan emosi dan dapat meningkatkan mekanisme koping.

f. Membantu dan membuat kebutuhan pengobatan individu.

2.Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia jaringan Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam, tekanan darah normal dan pengisian kapiler baik.

Kriteria hasil:a. Tanda-tanda vital stabil

b. Membran mukosa merah muda

c. Pengisian kapiler baik

d. Wajah tidak pucat

a. Awasi TTV, kaji pengisian kapiler.

b. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.

c. Pantau adanya pucat, sianosis dan kulit dingin atau lembab.d. Pantau pengisian kapiler (CRT)e. Pantau kadar Hb klien

f. Pertahankan suhu lingkungan dan kehangatan tubuhg. Awasi pemeriksaan laboratorium misalnya GDA, darah lengkap, AST, ALT, CPK, dan BUNa. memberikan informasi tentang keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.

b. meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.

c. Sirkulasi yang terhenti menyebabkan transport O2ke seluruh tubuh juga terhenti sehingga akral sebagai bagian yang paling jauh dengan jantung menjadi pucat dan dingin.d. Suplai darah kembali normal jika CRT < 2 detik dan menandakan suplai O2kembali normale. Mengetahui kadar hemoglobin klienf. Mencegah vasokontriksi, membantu dalam mempertahankan sirkulasi dan perfusig. Penurunan perfusi jaringan dapat menimbulkan infark terhadap organ jaringan

3.Defisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, deficit volume cairan teratasi.

Kriteria Hasil:

a. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

b. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

c. Jumlah dan irama pernapasan dalam batas normald. Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normale. Intake oral dan intravena adekuata. Kaji tanda-tanda vital klien

b. Pantau input dan output cairan klien

c. Pantau adanya pendarahan

d. Pantau kadar Hb klien

e. Kolaborasi pemberian cairan parenteral untuk kliena. Parameter deteksi dini adanya komplikasiyang terjadib. Untuk mengetahui kesaimbangan cairan dalam tubuhc. Pendarahan yang berlebih menjadikan anemia yang dapat menimbulkan syok pada pasien d. Mengetahui kadar Hb klien sehubungan dengan perdarahan.e. Memenuhi asupan cairan dalam tubuh

4.Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pendarahan pada rongga abdomen Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, status nutrisi klien menjadi normal.Kriteria hasil:

a. Intake nutrien normal

b. Intake makanan dan cairan normal

a. Catat status nutrisi klien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah

b. Kaji pola diet klin yang disukai/tidak disukai.

c. Monitor intake dan output secara periodik.

d. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi.a. Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat.

b. Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet anak.

c. Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.

d. Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.

DAFTAR PUSTAKA

Bari, Abdul Saifuddin. 2002. Kehamilan Ektopik Terganggu. Dalam: Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi I. Editor: Affandi B, Waspodo B. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Masjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Prawirohardjo, S. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Prawirohardjo, S. 2004. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Binapustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wilkinson, J. M. et al. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.Wilkinson, J. M. et al. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria NOC. Jakarta: ECG.

Salpingektomi

MK: Ansietas

Pelepasan desidua

Spotting

Berlangsung lama

Syok

Zigot tumbuh & berkembang di tuba fallopi, fimbrae, Intertisial, Abdominal, Ovarium & Servical

Kehamilan Ektopik Terganggu

MK:Kurang Pengetahuan

Terjadinya abortus tuba

Hasil nidasi membesar dan mendesak ruang tumbuh

Terbukanya villi karialis dan menembus psendokpsularis

Perdarahan pada lumen tubaba

Amenorea

Sel telur tumbuh ke arah peritoneum

Menembus lapisan muskularis & peritoneum

Terjadinya ruptur

Janin mati

MK:Duka Cita

Pengaruh Faktor Fungsional

Pengaruh kontrasepsi (Hormonal)

Zigot tidak sampai ke kavum uteri

Kelainan peristaltic kontraksi tuba

Implantasi zigot terjadi sebelum sampai di kavum uteri

Perubahan jumlah dan afinitas reseptor andronergik pada uterus di otot polos

Peristaltik tuba menjadi lambat

Menghambat perjalanan zigot

Perubahan hormonal

Perubahan kadar estrogen & progesteron

Riwayat operasi tuba, salpingitis, perlekatan tuba, tumor di tuba

Perlengketan intra/ ekstraluminal tuba

Pengaruh Faktor Mekanik

MK: Gangguan mobulitas fisik

MK: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Curah Jantung

MK:Ketidakefektifan perfusi jaringan

Metabolisme terganggu

MK: Keletihan

Ketidakseimbangan O2 dan kebutuhan

Pendarahan pada lumen peritoneum

Pengeluaran darah berlebih

Kehilangan cairan berlanjut

Nyeri perut bagian bawah

MK:Nyeri Akut

Mual dan muntah

Nafsu makan

Intake tidak adekuat

MK: Defisit volume cairan tubuh

Penumpukan darah di rongga abdomen