skill 2 resume ratih
DESCRIPTION
resume skill anamnesaTRANSCRIPT
Demam BerdarahMasa inkubasi dengue pada manusia sekitar 4-5 hari. Gejala dan keluhan awal dengue yang tidak spesifik berlangsung sekitar 1-5 hari, berupa demam ringan, sakit kepala, lemah, letih dan lesu. Demam yang terjadi berlangsung secara mendadak untuk kemudian dalam waktu 2-7 hari menurun menuju suhu normal. Bersamaan dengan berlangsungnya demam, gejala klinis yang tidak spesifik misalnya anoreksia, nyeri punggung, nyeri tulang dan sendi, rasa lemah dan nyeri kepala dapat menyertainya. Penderita demam berdarah dengue biasanya mengalami pendarahan pada hari kedua dari demam, yang terutama terjadi di tempat vena pungsi (Soedarmo, 2007).
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini dipenuhi : a. Demam atau riwayat demam, 2-7 hari dan biasanya bifasik. b. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/μl). c. Terdapat minimal satu dari manifestasi dari pendarahan sebagai berikut : Uji tourniquest positif,
patekei, ekimosis atau purpura, pendarahan mukosa, hematemesis atau melena. d. Terdapat minimal satu tanda- tanda kebocoran plasma sebagai berikut : 1) Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai umur dan jenis kelamin. 2) Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai
hematokrit sebelumnya. 3) Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites, hipoproteinemia, hiponatremia (Anonim,
2007). Parameter nilai laboratorium yang dapat diperiksa antara lain: a. Trombosit: Umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8 (jumlah trombosit <
100.000/μl). b. Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya penumpukan hematokrit > 20%
dari hematokrit awal. c. Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PTM, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada keadaan
yang dicurigai terjadi pendarahan atau kelainan pembekuan darah. d. Golongan darah: Bila akan diberikan transfusi darah atau komponen darah. e. Elektrolit: Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan (Anonim, 2006).
Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :
1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius).2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan
(Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit dibawah
100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
Klasifikasi Dengue Hemoragic Fever (DHF) Mengingat derajat beratnya penyakit bervariasi dan sangat erat kaitanya dengan pengelolaan dan prognosis, WHO (1975) membagi DBD dalam 4 derajat setelah kriteria laboratorik terpenuhi yaitu : 1. Derajat I
Demem mendadak 2-7 hari disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah tes toniquet positif
2. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau perdarahan lain. 3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi ringan yaitu nadi cepat dan lemah tekanan darah rendah, gelisah, sianosis mulut, hidung dan ujung jari. 4. Derajat IV
Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi. 17
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok
Anak dirawat di rumah sakit
Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu, untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare.
Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:o Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetato Kebutuhan cairan parenteral
Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jamo Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit dan
hemoglobin) tiap 6 jamo Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai
keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya memerlukan waktu 24–48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan.
Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok terkompensasi (compensated shock).
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok
Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya. Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit)
atau pertimbangkan pemberian koloid 10-20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun pertimbangkan terjadinya perdarahan
tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen. Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik, tekanan nadi melebar), jumlah
cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada pemberian yang terlalu sedikit.
Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta. Demam Berdarah pada anak. 2010
TIFOID (DEMAM TIFUS)
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah.
Beberapa faktor penyebab demam tifoid masih terus menjadi masalah kesehatan penting di negara berkembang meliputi pula keterlambatan penegakan diagnosis pasti. Penegakan diagnosis demam tifoid saat ini dilakukan secara klinis dan melalui pemeriksaan laboratorium. Diagnosis demam tifoid secara klinis seringkali tidak tepat karena tidak ditemukannya gejala klinis spesifik atau didapatkan gejala yang sama pada beberapa penyakit lain pada anak, terutama pada minggu pertama sakit. Hal ini menunjukkan perlunya pemeriksaan penunjang laboratorium untuk konfirmasi penegakan diagnosis demam tifoid.
Berbagai metode diagnostik masih terus dikembangkan untuk mencari cara yang cepat, mudah dilakukan dan murah biayanya dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Hal ini penting untuk membantu usaha penatalaksanaan penderita secara menyeluruh yang juga meliputi penegakan diagnosis sedini mungkin dimana pemberian terapi yang sesuai secara dini akan dapat menurunkan ketidaknyamanan penderita, insidensi terjadinya komplikasi yang berat dan kematian serta memungkinkan usaha kontrol penyebaran penyakit melalui identifikasi karier
METODE DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis demam tifoid didasarkan pada manifestasi klinis yang diperkuat oleh pemeriksaan laboratorium penunjang. Sampai saat ini masih dilakukan berbagai penelitian yang menggunakan berbagai metode diagnostik untuk mendapatkan metode terbaik dalam usaha penatalaksanaan penderita demam tifoid secara menyeluruh.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis demam tifoid pada anak seringkali tidak khas dan sangat bervariasi yang sesuai dengan patogenesis demam tifoid. Spektrum klinis demam tifoid tidak khas dan sangat lebar, dari asimtomatik atau yang ringan berupa panas disertai diare yang mudah disembuhkan sampai dengan bentuk klinis yang berat baik berupa gejala sistemik panas tinggi, gejala septik yang lain, ensefalopati atau timbul komplikasi gastrointestinal berupa perforasi usus atau perdarahan. Hal ini mempersulit penegakan diagnosis berdasarkan gambaran klinisnya saja.
Demam merupakan keluhan dan gejala klinis terpenting yang timbul pada semua penderita demam tifoid. Demam dapat muncul secara tiba-tiba, dalam 1-2 hari menjadi parah dengan gejala yang menyerupai septisemia oleh karena Streptococcus atau Pneumococcus daripada S. typhi. Menggigil tidak biasa didapatkan pada demam tifoid tetapi pada penderita yang hidup di daerah endemis malaria, menggigil lebih mungkin disebabkan oleh malaria. Namun demikian demam tifoid dan malaria dapat timbul bersamaan pada satu penderita. Sakit kepala hebat yang menyertai demam tinggi dapat menyerupai gejala meningitis, di sisi lain S. typhi juga dapat menembus sawar darah otak dan menyebabkan meningitis. Manifestasi gejala mental kadang mendominasi gambaran klinis, yaitu konfusi, stupor, psikotik atau koma.
Nyeri perut kadang tak dapat dibedakan dengan apendisitis. Pada tahap lanjut dapat muncul gambaran peritonitis akibat perforasi usus.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid dibagi dalam empat kelompok, yaitu : pemeriksaan darah tepi; pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman; uji serologis; dan pemeriksaan kuman secara molekuler.
DAFTAR PUSTAKA
.Tumbelaka AR, Retnosari S. Imunodiagnosis Demam Tifoid. Dalam : Kumpulan Naskah Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XLIV. Jakarta : BP FKUI, 2001:65-73.
Diagnosis of typhoid fever. Dalam : Background document : The diagnosis, treatment and prevention of typhoid fever. World Health Organization, 2003;7-18.
Parry CM. Typhoid fever. N Engl J Med 2002;347(22):1770-82.
Diagnosis Malaria ( anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang laboratorium )
a. Anamnesis
Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:
1. Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal
2. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik malaria
3. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria
4. Riwayat sakit malaria
5. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir
6. Riwayat mendapat transfusi darah
b. Pemeriksaan fisik
1. Malaria tanpa komplikasi:
a. Demam (pengukuran dengan termometer ≥ 37,5°C)
b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
c. Pembesaran limpa (splenomegali)
d. Pembesaran hati (hepatomegali)
2. Malaria dengan komplikasi dapat ditemukan keadaan dibawah ini:
a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat
b. Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
c. Kejang-kejang
d. Panas sangat tinggi
e. Mata atau tubuh kuning
Catatan : penderita tersangka malaria berat harus segera dirujuk untuk mendapat kepastian diagnosis secara mikroskopik dah penanganan Iebih lanjut.
c. Diagnosis Atas Dasar Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di Puskesmas/Iapangan/rumah sakit untuk menentukan:
a. Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
b. Spesies dan stadium plasmodium
c. Kepadatan parasit
Untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
d. Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang setiap 6 jam sampai 3 hari berturut-turut.
e. Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidak ditemukan parasit maka diagnosis malaria disingkirkan.
2. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan menggunakan metoda imunokromatografi, dalam bentuk dipstik Tes ini sangat bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa dan di daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas lab serta untuk survey tertentu.
Hal yang penting lainnya adalah penyimpanan RDT ini sebaiknya dalam lemari es tetapi tidak dalam freezer pendingin.
3. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat:
a. Darah rutin
b. Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali fosfatase, albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, anaIisis gas darah
c. EKG
d. Foto toraks
e. Analisis cairan serebrospinalis
f. Biakan darah dan uji serologi
g. Urinalisis
Gejala penyakit malaria
Gejala penyakit ini terbagi menjadi 2 bagian yang ditinjau dari berat-ringan, sebagai berikut;
1. Gejala penyakit malaria ringan atau tanpa konflikasi
Pada kondisi ini penserita akan merasakan gejala seperti demam, menggigil yang berlebih, sakit kepala, muntah, mual, diare, nyeri pada otot. Gejala ini terbagi menjadi 3 stadium, diantaranya sebagia berikut;
• Stadium dingin
• Stadium demam
• Stadium berkeringat
2. Gejala penyakit malaria berat atau gejala dengan konflikasi
Gejala ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan laboratorium sendian yang diseratai dengan konflikasi, diantaranya:
• Sering mengigau
• Berbicara tidak terkontrol
• Kejang-kejang
• Koma atau tidak sadarkan diri
• Dehidrasi
• Nafas cepat
• sesak nafas
• suhu tubuh sangat tinggi
kejang demam.
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh 38 Derajat celcius atau lebih yg disebabkan proses diluar otak. Kejang terjadi pada usia 6 bulan - 5 Tahun. Ciri khas kejang diawali demam dan pada saat kejang masih demam dan setelah kejang sadar kembali. Saat kejang anak biasanya hilang kesadaran
Penyebab kenang :1. Infeksi bakteri atau virus ex: infeksi saluran napas, infeksi saluran kemih, radang amandel, otitis media akut, bronkhitis2. Genetik3. Menderita penyakit tertentu disertai demam tinggi >= 384. Usia 14 lebih sampai 1b bln beresiko tinggi kejang demam5. Kejang berulang kembali setelah 2 Tahun setelah kejang pertama.
Kejang demam dibagi 3 1. Kejang demam sederhana : kejang demam bukan kompleks (bzz nyebelin)2. Kejang demam kompleks : kejang demam yang lebih dari 15 menit, fokal atau multiple (lebih dari 1 Kalo kejang per episode)3. Kejang berulang : kejang demam yang timbul pada lebih dari 1 Episode demam.
Hal hal yang perlu ditanya saat anamnesis:1. Ada kejang tidak? Lamanya? Suhu tubuh sebelum kejang? Berapa kali kejang? Sebelum kehang ada sakit apa?2. Ada yg sakit kejang di keluarga? Dulu adeknya oernah kejang? 3. Ada sianosis apa tidak sebelumnya? Apa sebelumnya mengompol?
Sumber :Soebagi, amanda.2014.kejang demam:tidak seseram yang dibayangkan.idaiUsu.tinjauan tentang kejang demam
ENSEFALITIS
Pengertian
Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme (Hassan,
1997). Pada encephalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat mengenai selaput pembungkus
otak dan medula spinalis.
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai system saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh
virus atau mikroorganisme lain yang nonpurulen. Penyebab tersering dari ensefalitis adalah virus
kemudian herpes simpleks, arbovirus, dan jarang disebabkan oleh enterovarius, mumps, dan
adenovirus. Ensefalitis bias juga terjadi pascainfeksi campak, influenza, varicella, dan
pascavaksinasi pertusis.
Klasifikasi ensefalitis didasarkan pada factor penyebabnya. Ensefalitis suparatif akut dengan
bakteri penyebab ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, Streptococus, E.Colli, Mycobacterium,
dan T.Pallidium. Sedangkan ensefalitis virus penyebab adalah virus RNA (Virus Parotitis),
virusmorbili, virus rabies, virus Rubela, virus dengue, virus polio, cockscakie A dan B, herpes
zoster, herpes simpleks, dan varicella.
B. Etiologi
Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan Ensefalitis:
1. bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab Ensefalitis adalah
Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial
akut sering disebut encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000).
2. Penyebab lain adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak dan chicken
pox/cacar air.
3. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus
langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi
terdahulu.Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:
Infeksi virus yang bersifat endemic
a. Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.
b. Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis, Eastern equine
encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring summer encephalitis, Murray valley
encephalitis.
Infeksi virus yang bersiat sporadik : rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster, Limfogranuloma,
Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi
belum jelas.
Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-vaksinia, pasca-
mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak
spesifik. (Robin cit. Hassan, 1997)
C. Tanda dan Gejala
1. Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia
2. Kesadaran dengan cepat menurun
3. Muntah
4. Kejang-kejang, yang dapat bersifat umum, fokal atau twitching saja (kejang-kejang di muka)
5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misal paresis
atau paralisis, afasia, dan sebagainya (Hassan, 1997)
6. Perubahan perilaku
7. Gelisah
Inti dari sindrom Ensefalitis adalah adanya demam akut, dengan kombinasi tanda dan gejala :
kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia, hemiparesis dengan asimetri refleks tendon
dan tanda Babinski, gerakan involunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah.
ANAMNESIS
1. Biodata
Umur : Penyakit ensefalitis dapat menyerang semua usia, insiden tertinggi terjadi pada anak-
anak
Jenis kelamin : Penyakit ensefalitis bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan
Bangsa : Umumnya untuk penyakit ensefalitis tidak mengenal suku bangsa, ras.
2. Keluhan utama
a. Demam
b. Kejang
3. Riwayat kesehatan sekarang
Demam, kejang, sakit kepala, pusing, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas, pucat, gelisah,
perubahan perilaku, dan gangguan kesadaran.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit Herpes,
penyakit infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh: Herpes dll. Bakteri
contoh : Staphylococcus Aureus, Streptococcus , E Coli dan lain-lain.
DIARE
Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dan
frekuensinya lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah
lebih dari 4 kali. Sedangkan untuk bayi berumur lebih dari satu bulan dan anak dikatakan diare bila
frekuensinya lebih dari 3 kali.
Diare dibedakan menjadi dua berdasarkan waktu serangan (onset) yaitu diare
akut dan diare kronik. Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang
meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak
datangnya, dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu. Diare kronik atau diare berulang adalah
suatu keadaan meningkatnya frekuansi buang air besar yang dapat berlangsung berminggu-minggu atau
berbulan-bulan baik secara terus-menerus atau berulang, dapat berupa gejala fungsional atau akibat suatu
penyakit berat.
Penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi:
Virus: Rotavirus (40-60%), Adenovirus.
Bakteri: Escherichia coli (20-30%), Shigela sp. (1-1%), Vibrio cholerae, dan
lain-lain.
Parasit: Entamoeba histolytica (<1%), Giardia lambia, Crystosporidium (4-11%).
Keracunan makanan
Malabsorbsi: karbohidrat, lemak dan protein.
Alergi: makanan, susu sapi
Imunodefisiensi: AIDS
Agent
Beberapa penyebab diare dapat dibagi menjadi :
Peradangan usus oleh:
Bakteri, seperti : Escheria coli, Salmonella typhi, Salmonella paratyphi
Shigella flexneri, Vibrio cholera, Vibrio eltor, Vibrio
parahemolytius, Clostridium perferingens, Campilobacter,
Staphilococcus, Streptococcus, Coccidiosis.
Parasit, seperti : Protozoa (Entamoeba histolyca, Giardia lambia,
Trichomonashominis isospora), cacing (Ascaris lumbricoides,
Ancylostoma duodenale, Necator americanus, Trichuris tricura,
Vermiccularis, Taenia saginata, Taenia solium), jamur (Candida).
Virus, seperti : Rotavirus, Farvovirus, Adenovirus, Norwalk.
Makanan, yaitu:
Sindroma malaborsi : malabsorpsi karbohidrat, lemak dan protein.
Keracunan makanan dan minuman yang disebabkan bakteri
(Clostridium bottulinus, Staphilococcus) atau bahan kimia.
Alergi, misalnya tidak tahan pada makanan tertentu seperti susu kaleng
atau susu sapi.
Kekurangan energi protein (KEP).
Immunodefisiensi terutama SIg A (secretory immunoglobulin A) yang
mengakibatkan berlipat gandanya bakteri/flora usus dan jamur terutama
Candida.
Lingkungan :
Ketersediaan air bersih, jamban yang sehat, dan sanitasi lingkungan
Tanda dan Gejala
Adapun tanda-tanda dan gejala-gejala yang ditimbulkan akibat diare:
Diare dengan dehidrasi ringan, dengan gejala sebagai berikut:
1) Frekuensi buang air besar 3 kali atau lebih dalam sehari
2) Keadaan umum baik dan sadar
3) Mata normal dan air mata ada
4) Mulut dan lidah basah
5) Tidak merasa haus dan bisa minum
Diare dengan dehidrasi sedang, kehilangan cairan sampai 5-10% dari berat
badan, dengan gejala sebagai berikut :
1) Frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dan sering
2) Kadang-kadang muntah, terasa haus
3) Kencing sedikit, nafsu makan kurang
4) Aktivitas menurun
5) Mata cekung, mulut dan lidah kering
6) Gelisah dan mengantuk
7) Nadi lebih cepat dari normal, ubun-ubun cekung
Diare dengan dehidrasi berat, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan,
dengan gejala:
1) Frekuensi buang air besar terus-menerus
2) Muntah lebih sering, terasa haus sekali
3) Tidak kencing, tidak ada nafsu makan
4) Sangat lemah sampai tidak sadar
Komplikasi
Kehilangan cairan dan elektrolit yang secara mendadak dapat mengakibatkan
berbagai macam komplikasi, yaitu:
Dehidrasi : ringan, sedang, dan berat.
Renjatan hipovolemik yaitu kejang akibat volume darah berkurang.
Hipokalemia yaitu kadar kalium dalam darah rendah dengan gejala
meteorismus (kembung perut karena pengumpulan gas secara berlebihan
dalam lambung dan usus), hipotonik otot, lemah, bradikardi, perubahan pada
elektrokardiogram.
Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah yang rendah.
Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defesiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa usus halus.
Kejang terutama pada hidrasi hipotonik.
Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan (masukan makanan berkurang, pengeluaran bertambah).
Mekanisme Penularan
Kuman penyebab diare dapat ditularkan melalui:
Kontaminasi makanan atau air dari tinja atau muntahan penderita yang
mengandung kuman penyebab.
Kuman pada kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila
melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan ke mulut atau dipake untuk
memegang makanan.
Kontaminasi dari alat-alat rumah tangga yang tidak terjaga kebersihannya,
tidak memakai sabun pada saat mencuci alat-alat makan dan minum, mencuci
pakaian penderita di sekitar sungai dan sumber air lainnya.
SESAK NAFAS
Dispnea adalah istilah kedokteran untuk kondisi sesak. Sesak napas merupakan keluhan subyektif (keluhan yang dirasakan oleh pasien) berupa rasa tidak nyaman, nyeri atau sensasi berat, selama proses pernapasan. Pada sesak napas, frekuensi pernapasan meningkat di atas 24 kali per menit. Sesak napas juga termasuk sebagai salah satu penyakit pertama bayi. Neonatus dianggap menderita gawat nafas apabila ditemukan gejala meningkatnya frekuensi nafas (lebih dari 60x/menit). Apabila gangguan nafas sudah sangat berat, bayi terlihat biru (sianosis).
PENYEBABBanyak orang yang beranggapan sesak napas disebabkan oleh masalah paru-paru. Padahal tidak selalu penyakit paru-paru yang menyebabkan sesak napas. Berikut sejumlah penyakit yang dapat menimbulkan sesak napas:
1. Gagal napas2. TBC3. Infeksi paru-paru (pneumonia)4. Asma5. Penyakit paru obstruksi kronik6. Sumbatan benda asing pada saluran napas7. Infeksi selaput paru-paru8. Gagal jantung9. Sakit maag10. Reaksi panik11. Anemia12. Gangguan elektrolit13. Gagal ginjal14. Tumor pada paru-paru dan perut
Klasifikasi gangguan nafas pada neonatus:1. Sumbatan saluran nafas bagian atas, contoh: atresia koane(tidak ada saluran lubang hidung)2. Penyakit paru, contoh: pneumonia, atelektasis paru, Hyalin Membrab Disease3. Kelainan dinding dada, contoh: hernia diafragmatika4. Kelainan di luar paru-paru, contoh: kelainan jantung
GEJALAPenderita biasanya merasakan sensasi seperti kehabisan udara, terdapat sumbatan di tenggorokan, atau terdapat tali yang mengikat dadanya. Pada asma, misalnya, penderita akan merasa gelisah dan muncul keringat dingin. Sesak yang teramat berat dapat dilihat dari posisi duduk yang membungkuk ke depan.
1. Sesak akibat asma biasanya timbul sejak usia anak-anak, disertai suara mengik saat sesak, dan sesak muncul akibat udara dingin, debu, atau saat penderita kelelahan
2. Sesak akibat gagal jantung, muncul saat aktivitas berat dan akan membaik dengan istirahat. Sesak karena gagal jantung terasa lebih berat pada posisi tidur terlentang
3. Sesak akibat infeksi selaput paru-paru disertai nyeri dada ketika menarik napas4. Sesak akibat penyakit paru obstruksi kronik ditemukan pada perokok berat
Sesak napas karena kelainan saluran pernapasan paling sering ditemukan pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Penyakit ini disebabkan oleh proses peradangan paru dan ditandai dengan gangguan aliran udara dalam saluran pernapasan yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali kekeadaan semula). Gejala yang menyertai adalah batuk lama (kronik) yang berdahak.Kelainan jantung yang disertai keluhan sesak napas adalah gagal jantung. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi pompa jantung dalam mengisi dan memompa darah dari paru, akibatnya terjadi penumpukan darah di paru (edema paru) dan menyebabkan peningkatan tekanan pada pembuluh darah paru. Maka fungsi paru pun terganggu dan terjadilah sesak napas.
ASMA
Pengertian Asma Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap stimuli tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whizzing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner & Suddarth, 2001).
Pencetus Asma
Menurut The Lung Association of Canada dalam VitaHealth (2006), ada dua faktor yang menjadi pencetua asma : 1. Pemicu Asma (Trigger)
Pemicu asma dapat mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernapasan (bronkokonstriksi). Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu singkat. Umumnya pemicu mengakibatkan bronkokonstriksi termasuk stimulus sehari-hari, seperti perubahan cuaca dan suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernapasan, gangguan emosi, dan olahraga yang berlebihan.
2. Penyebab Asma (Inducer)
Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) dan sekaligus hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran pernapasan. Penyebab asma dapat menimbulkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi.
Umumnya penyebab asma adalah allergen, yang tampil dalam bentuk ingestan yaitu alergen yang masuk tubuh melalui mulut, inhalan yaitu alergen yang dihirup masuk tubuh melalui hidung atau mulut, dan alergen yang didapat melalui kontak dengan kulit.
Tanda dan Gejala Asma
Gejala asma sering timbul pada waktu malam dan pagi hari. Gejala yang di timbulkan berupa batuk-batuk pada pagi hari, siang hari, dan malam hari, sesak napas/susah bernapas, bunyi saat bernapas (whezzing atau ”ngik..ngik..), rasa tertekan di dada, dan gangguan tidur karena batuk atau sesak napas/susah bernapas. Gejala ini terjadi secara reversibel dan episodik berulang (Yayasan Asma Indonesia, 2008; GINA, 2004; Lewis, Heitkemper, Dirksen, 2000). Pada keadaan asma yang parah gejala yang ditimbulkan dapat berupa peningkatan distress pernapasan (tachycardia, dyspnea, tachypnea, retracsi iga, pucat), pasien susah berbicara dan terlihat lelah (Schulte, Price, Gwin, 2001). Gejala asma dapat diperburuk oleh keadaan lingkungan, seperti berhadapan dengan bulu binatang, uap kimia, perubahan temperature, debu, obat (aspirin, beta-blocker), olahraga berat, serbuk, infeksi sistem respirasi, asap rokok dan stress (GINA, 2004). Gejala asma dapat menjadi lebih buruk dengan terjadinya komplikasi terhadap asma tersebut sehingga bertambahnya gejala terhadap distress pernapasan yang di biasa dikenal dengan Status Asmaticus (Brunner & Suddarth, 2001). Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat berupa pernapasan whizing, ronchi ketika bernapas (adanya suara bising ketika bernapas), kemudian bisa berlanjut menjadi pernapasan labored (pepanjangan ekshalasi), perbesaran vena leher, hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi sianosis, dyspnea dan kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun makin besarnya obstruksi di
bronkus maka suara whizing dapat hilang dan biasanya menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan (Brunner & Suddarth, 2001).
Klasifikasi Asma Pengklasifikasian asma dapat dilakukan dengan pengkajian terhadap gejala dan kemampuan fungsi paru. Semakin sering gejala yang dialami, maka semakin parah asma tersebut, Begitu juga dengan kemampuan fungsi paru yang diukur dengan Peak Flow Meters untuk mengetahui Peak Expiratory Flow (PEF) dan Spyrometers untuk mengukur Force Expiratory Volume dalam satu detik (FEV1)
disertai dengan Force Vital Capacity (FVC), semakin rendah kemampuan fungsi paru, maka semakin parah asma tersebut (GINA, 2004).
2.1.6 Pengendalian Asma Manajemen pengendalian asma terdiri dari 6 (enam) tahapan yaitu sebagai berikut: 1. Pengetahuan
Memberikan pengetahuan kepada penderita asma tentang keadaan penyakitnya dan mekanisme pengobatan yang akan dijalaninya kedepan (GINA, 2005).
2. Monitor
Memonitor asma secara teratur kepada tim medis yang menangani penyakit asma. Memonitor perkembangan gejala, hal-hal apa saja yang mungkin terjadi terhadap penderita asma dengan kondisi gejala yang dialaminya beserta memonitor perkembangan fungsi paru (GINA, 2005).
3. Menghindari Faktor Resiko
Hal yang paling mungkin dilakukan penderita asma dalam mengurangi gejala asma adalah menhindari faktor pencetus yang dapat meningkatkan gejala asma. Faktor resiko ini dapat berupa makanan, obat-obatan, polusi, dan sebagainya (GINA, 2005).
4. Pengobatan Medis Jangka Panjang
Pengobatan jangka panjang terhadap penderita asma, dilakukan berdasarkan tingkat keparahan terhadap gejala asma tersebut. Pada penderita asma intermitten, tidak ada pengobatan jangka panjang. Pada penderita asma mild intermitten, menggunakan pilihan obat glukokortikosteroid
inhalasi dan didukung oleh Teofilin, kromones, atau leukotrien. Dan untuk asma moderate persisten, menggunakan pilihan obat β.
DIAGNOSIS BANDING Diagnosis banding asma antara lain sbb : Dewasa Penyakit Paru Obstruksi Kronik Bronkitis kronik Gagal Jantung Kongestif Batuk kronik akibat lain-lain Disfungsi larings Obstruksi mekanis (misal tumor) Emboli Paru Anak Benda asing di saluran napas Laringotrakeomalasia Pembesaran kelenjar limfe Tumor Stenosis trakea Bronkiolitis
Riwayat penyakit / gejala : Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu Respons terhadap pemberian bronkodilator
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit : Riwayat keluarga (atopi) Riwayat alergi / atopi Penyakit lain yang memberatkan Perkembangan penyakit dan pengobatan
Ciri-ciri asma terkontrol:1. Tanpa gejala harian atau d” 2x/minggu2. Tanpa keterbatasan aktivitas harian3. Tanpa gejala asma malam4. Tanpa pengobatan pelega atau d” 2x/minggu5. Fungsi paru normal atau hampir normal6. Tanpa eksaserbasiCiri-ciri asma tidak terkontrol1. Asma malam (terbangun malam hari karena gejala asma)2. Kunjungan ke gawat darurat, karena serangan akut3. Kebutuhan obat pelega meningkat.
Sumber : Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta .Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 11, Nopember 2008
Kemenkes Ri
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia
Bronkiolitis
Sumber dr.Rozi Abdullah
Bronkiolitis
DEFINISI
Bronkiolitis adalah suatu peradangan pada bronkiolus (saluran udara yang merupakan percabangan dari saluran udara utama), yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus.
Bronkiolitis biasanya menyerang anak yang berumur di bawah 2 tahun.
PENYEBAB
Penyebabnya adalah RSV (respiratory syncytial virus). Virus lainnya yang menyebabkan bronkiolitis adalah parainfluenza, influenza dan adenovirus.
Virus ditularkan melalui percikan ludah. Meskipun pada orang dewasa RSV hanya menyebabkan gejala yang
ringan, tetapi pada bayi bisa menyebabkan penyakit yang berat.
Faktor resiko terjadinya bronkiolitis:
Usia kurang dari 6 bulan Tidak pernah mendapatkan ASI Prematur Menghirup asap rokok.
GEJALA
Gejalanya berupa:
– batuk – wheezing (bunyi nafas mengi) – sesak nafas atau gangguan pernafasan – sianosis (warna kulit kebiruan karena kekurangan oksigen) – takipneu (pernafasan yang cepat) – retraksi interkostal (otot di sela iga tertarik ke dalam karena bayi
berusaha keras untuk bernafas) – pernafasan cuping hidung (cuping hidung kembang kempis)
– demam (pada bayi yang lebih muda, demam lebih jarang terjadi).
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada pemeriksan dengan stetoskop terdengar wheezing dan ronki. Pemeriksaan lainnya adalah rontgen dada dan analisa gas darah.
PENGOBATAN
Kadang tidak perlu diberikan pengobatan khusus.Terapi suportif terdiri dari
– Pemberian oksigen – Udara yang lembab, – Drainase postural atau menepuk dada untuk mengeluarkan lendir – Istirahat yang cukup – Pemberian cairan.
Kadang bayi menjadi lelah dan mengalami serangan apneu (henti nafas). Jika hal ini terjadi, dilakukan intubasi dan pemasangan ventilator.
Pada bayi yang sangat muda dan sakit berat, kadang diberikan obat anti-virus Ribavirin. Obat ini dapat mengurangi beratnya penyakit dan agar efektif harus diberikan pada awal penyakit.
PROGNOSIS
Setelah 1 minggu, biasanya infeksi akan mereda dan gangguan pernafasan akan membaik pada hari ketiga.
Angka kematian kurang dari 1%. Masa paling kritis adalah 48-72 jam pertama. Jarang terjadi bronkiolitis ulang,
PENCEGAHAN
Beberapa tindakan pencegahan pada bronkiolitis:
Jangan membawa bayi berumur kurang dari 3 bulan ke tempat umum, terutama jika banyak anak-anak
Penderita infeksi saluran pernafasan harus mencuci tangan atau
menggunakan masker jika berdekatan dengan bayi.
Batuk Rejan (Batuk Pertusis)
Gejala:Pertusis biasanya mulai seperti pilek saja, dengan hidung beringus, rasalelah dan adakalanya demam parah.• Kemudian batuk terjadi, biasanya sebagai serangan batuk, diikutidengan tarikan napas besar (atau “whoop”). Adakalanya penderitamuntah setelah batuk.• Pertusis mungkin serius sekali di kalangan anak kecil. Mereka mungkinmenjadi biru atau berhenti bernapas ketika serangan batuk dan mungkinperlu ke rumah sakit.• Anak yang lebih besar dan orang dewasa mungkin menderita penyakityang kurang serius, dengan serangan batuk yang berlanjut selama berminggu-minggu tanpa memperhatikan perawatan.Penularan:Pertusis ditularkan kepada orang lain melalui tetesan dari batuk atau bersin.Tanpa perawatan, penderita pertusis dapat menularkannya kepada orang lainsampai tiga minggu setelah batuk mulai terjadi.Waktu antara eksposur dan jatuh sakit biasanya tujuh sampai sepuluh hari,tetapi mungkin sampai tiga minggu resiko pertusis*Siapa saja dapat terkena pertusis. *Orang yang tinggal di rumah yang sama dengan penderita pertusis lebihmungkin terjangkit.*Imunisasi amat mengurangi risiko Anda terinfeksi, tetapi infeksi kembalidapat terjadi.pencegahan-Imunisasi anak Anda secara tepat waktu-Vaksin tidak memberikan perlindungan seumur hidup terhadap pertusis,dan perlindungan adakalanya tidak lengkap.• Anak-anak perlu diimunisasi pada dua, empat dan enam bulan.• Booster diperlukan pada usia empat tahun dan sekali lagi pada usia 15 tahun.• Imunisasi dapat diperoleh dari dokter keluarga dan beberapa pemerintahsetempat.Jauhkan bayi Anda dari orang yang batuk• Bayi memerlukan dua atau tiga vaksinasi sebelum terlindung. Olehkarena ini, penting sekali bayi Anda menjauhi dari orang yang menderitapenyakit batuk supaya pertusis atau kuman lain tidak ditularkan.Dapatkan imunisasi jika Anda seorang dewasa yang berada dalamkontak dekat dengan anak kecilTersedia vaksin untuk orang dewasa. Vaksin ini dianjurkan:• Untuk kedua orang tua sewaktu merencanakan kehamilan, atau segerasetelah bayi lahir• Untuk orang dewasa yang bekerja dengan anak kecil, terutama petugaskesehatan dan petugas penitipan anak.Bagaimana penyakit ini didiagnosis?Jika seorang dokter merasa bahwa seseorang menderita pertusis, sekaan daribelakang hidung atau tes darah mungkin dilakukan untuk membantumengkonfirmasikan diagnosis.Bagaimana penyakit ini dirawat?Suatu antibiotik khusus – biasanya azithromycin, erythromycin atauclarithromycin digunakan untuk merawat pertusis. Antibiotik ini dapat
mencegah menularnya kuman ini kepada orang lain.Batuk sering berlanjut selama berminggu-minggu walaupun sedang dirawat.Sumber jurnal UI bambng supriyanto dep kes anak RSCM
Tuberkulosis pada Anak
Anak-anak lebih sering mengalami tuberkulosis luar paru-paru
(extapulmonary) dibanding tuberkulosis paru-paru dengan perbandingan 3:1.
Tuberkulosis luar paru-paru adalah tuberkulosis berat yang terutama
ditemukan pada usia < 3tahun. Angka kejadian (prevalensi) tuberkulosis paru-
paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia
remaja di mana tuberkulosis paru-paru menyerupai kasus pada pasien dewasa
(sering disertai lubang/kavitas pada paru-paru).
Keluhan tuberkulosis pada anak yang sering muncul, antara lain :
Demam : subfebris, febris (40-41◦C) hilang timbul.
Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkhus. Batuk ini terjadi untuk
membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk
kering sampai dengan batuk purulen (menghasilkan sputum). Sesak nafas :
bila sudah lanjut di mata infiltrasi radang sampai setengah paru-paru.
Nyeri dada : jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
Malaise : ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat malam.
Sianosis, sesak napas dan kolaps merupakan gejala atelektasis,. Bagian
dada pasien tidak bergerak pada saat bernpasa dan jantung terdorong ke
sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit tampak bayangan
hitam dan diafragma menonjol ke atas.
Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini
muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan
penyakit infeksi menular.
Pemeriksaan Tuberkulosis Anak
Pemeriksaan fisik Tuberkulosis Pada Anak :
1. Pada tahap dini sulit diketahui
2. Ronchi basah, kasar dan nyaring
3. Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskulatasi
memberikan suaru umforik
4. Pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi interkostal dan fibrosis
5. Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara
pekak).
Kasus tuberkulosis pada anak adalah salah satu jenis masalah yang khusus
yang berbeda dengan kasus penyakit tbc pada orang dewasa. Perkembangan
dari penyakit TBC pada anak saat ini berkembang dengan pesat. Dan paling
tidak sekurang-kurangnya ada sekitar 500.000 anak didunia ini yang
menderita tuberkulosis dalam hitungan setiap tahunnya. Di negara Kita,
proporsi dari kasus tuberkulosis anak pada semua kasus yang sudah
ternotifikasi di dalam program TB ada dalam batas yang normal yakni adalah
sekitar 8-11% namun jika dilihat berdasarkan tingkatan provinsi sampai juga
fasilitas dari pelayanan kesehatan, variasi proporsi menunjukkan hal yang
cukup lebar yakni adalah 1,8-15,9%. Untuk membantu mengobati masalah
permasalah tuberkulosis anak, maka saat ini sudah diterbitkan suatu panduan
tingkat global. Tuberkulosis pada anak saat inia dalah salah satu bentuk
komponen yang sangat penting untuk bisa mengendalikan penyakit TBC,
dengan cara pendekatan pada kelompok orang-orang yang mempunyai resiko
tinggi dalam hal menderita penyakit tbc dan salah satunya adalah anak-anak,
mengingat tuberkulosis merupakan salah satu penyebab dari kematian yang
tinggi pada anak dan bayi di negara endemis tuberkulosis.
Pemeriksaan penemuan pasien tuberkulosis pada anak bisa dilakukan dengan cara pemeriksaan seperti :
1. Anak yang melakukan kontak erat dengan mereka yang menderita TB
menular. Kontak erat misalnya adalah tinggal 1 rumah atau juga sering
bertemu dengan penderita TB. Pasien TB yang menular adalah salah
seorang pasien Tb dari hasil suatu pemeriksaan sputumnya BTA yang
dinyatakan positif dan umumnya lebih banyak terjadi pada usia dewasa.
2. Anak dengan tanda dan gejala klinis yang sesuai dengan Tuberkulosis pada
anak. TBC adalah salah satu jenis penyakit dari infeksi sistemik dan juga
lebih sering menyerang bagian orang paru-paru. Gejala TBC yang klinis
dari penyakit ini adalah bisa berupa gejala umum atau juga tergantung dari
organ yang terkait. Penakanan pada gejala klinis TB harus diperlukan,
karena gejala yang tidak khas juga akan bisa disebabkan karena berbagai
jenis penyakit yang lainnya selain penyakit tuberkulosis.
Diagnosis Tuberkulosis pada Anak
Tuberkulosis adalah salah satu jenis penyakit yang menular dan angka
kejadian kaus TB di Indonesia sangat tinggi. Diagnosis yang ditegakan
pada kasus TB seperti umumnya jenis penyakit menular yang lain adalah
dengan menemukan terlebih dahulu penebab dari penyakit TB yakni adalah
kuman atau bakteri Mycibacterium tuberculosis. Pemeriksaan yang dilakukan
adalah pemeriksaan sputum, membilas lambung, penggunaan cairan
serebrospinal, dan cairan pleura atau menggunakan biopsi
jaringan. Diagnosis yang ditegakkan berdasarkan dari suatu
pemeriksaan mikrobiologi yang biasanya terdiri dari beberapa
tahapan, yakni adalah :
1. Pemeriksaan mikroskopis apusan langsung atua jaringan untuk
menemukan BTA
2. Dan pemeriksaan pada perkembabiakan kuman TB
Untuk anak yang mengalami penyakit tuberkulosis, maka sangat dianjurkan
untuk melakukan suatu emeriksaan mikrobiologi. Pemeriksaan serologi yang
dilakukan biasanya tidak direkomendasikan oleh Who dalam hal sarana
diagnosti TB. Pemeriksaan mikrobiologik ini sulit dilakukan pada anak karena
susahnya dalam mendapatkan spesimen. Spesimen misalnya adalah dalam
bentuk sputum, induksi sputum atau juga melakukan pemeriksaan seperti
bilas lambung selama 3 hari berturut-turut
Pengobatan Tuberkulosis
Penting sekali DPS untuk memiliki paradigma bahwa pengobatan pasien
tuberkulosis harus mengupayakan kesembuhan, tidak sekedar menemukan,
mendiagnosis dan mengobati saja. Strategi DOTS memudahlan mencapai
tujuan pengobatan tuberkulosis yaitu kesembuhan.
Adapun DOTS meliputi lima komponen kunci, yaitu :
1. Komitmen politis. Ini bisa harus ada pada setiap dokter yang akan
mengobati paisen tuberkulosis. Poin yang pertama ini berarti bahwa dokter
bersedia dengan penuh tanggung jawab untuk menangani pasien tersebut
hingga sembuh. Jika dokter tidak bersedia menangani, ia boleh merujuk
pasien ke unit pelayanan kesehatan lainnya seperti puskesmas atau rumah
sakit.
2. Pemeriksaan dahak mikroskopik yang terjamin mutunya, yaitu
pemeriksaan 3 kali dahak SPS (sewaktu pagi sewaktu).
3. Pengobatan jangka pendek, termasuk pengawasan langsung pengobatan.
Pengobatan minimal dilakukan 6 bulan baik pasien tuberkulosis anak
maupun dewasa dan diawasi oleh PMO (pengawas minum obat).
4. Jaminan ketersediaan obat anti tuberkulosis (OAT) yang bermutu.
Pemerintah memberikan OAT gratis bagi pasien tuberkulosis.
Hingga saat ini Pemeriksaan Tuberkulosis lewat dahak menjadi Pemeriksaan
Tuberkulosis yang wajib dilakukan untuk pasien tuberkulosis dewasa dan
anak yang sudah bisa mengeluarkan dahak. Pemeriksaan dahak sangat
penting dilakukan untuk mengetahui apakah pasien benar-benar
menderita penyakit tbc atau tidak. Selain itu pasien dengan pemeriksaan
dahak yang menunjukkan BTA (+) harus ditangani khusus karena ia menjadi
sumber penularan bagi orang lain.
Pemeriksaan Tuberkulosis
Untuk mendiagnosis tuberkulosis, Pemeriksaan Tuberkulosis dengan
dahak dilakukan minimal 3 kali yaitu saat datang ke laboratorium hari
pertama, saat pagi hari ketika bangun tidur hari kedua, dan saat
datang lagi ke laboratorium hari kedua. Rangkaian pemeriksaan ini
disebut dengan SPS (sewaktu pagi sewaktu). Untuk mendapatkan hasil
yang diinginkan, pasien harus mengerti bahwa yang diperiksa adalah
dahak, riak/sputum, bukan air liur/ludah. Oleh karena itu, sebelum
pasien datang ke laboratorium, dokter harus menjelaskan hal tersebut
kepada pasien, termasuk cara mengeluarkan dahak apabila pasien
kesulitan mengeluarkan dahak.
Selain dengan melakukan pemeriksaan dahak, pemeriksaan tuberkulosis yang
dilakukan adalah dengan pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan ini merupakan
salah satu jenis pemeriksaan yang rutin dilakukan yakni dengan foto thorax.
Pemeriksaan ini atas indikasi dari pemeriksaan foto apikolordotik, oblik, dan
CT scan. Tuberkulosis biasanya akan memberikan suatu gambaran dengan
bervariasi pada foto thorax. Gambaran dari radiologis yang biasanya
ditemukan bisa berupa :
1. Bayangan yang muncul pada lesi lapangan yang letaknya diatas paru atau
juga segmen dari apikal lobus bawah.
2. Bayangan berawan dan juga adanya bercak
3. Adanya suatu kavitas tunggal dan ganda
4. Bayangan berbentuk bercak militer
5. Bayangan pada efusi pleura, dan umumnya adalah unilateral
6. Destroyed lobe sampai destroyed lung
7. Klasifikasi
8. Shcwate
Selain dengan melakukan pemeriksaan dahak dan pemeriksaan radiologis, pemeriksaan khsuus yang lain yang bisa dilakukan dalam hal pemeriksaan tuberkulosis adalah :
1. BACTEC dengan cara metode radiometrik, dimana letak dari CO2 yang
dihasilkan dari sistem metabolisme asam lemak M. Tuberculosis yang
dideteksi dari growth indeksnya.
2. Polymerase chain reaction (PCR) dengan cara melakukan suatu deteksi
DNA dari M. Tuberculosis, namun hanya saja masalah teknik yang terjadi
dari pemeriksaan ini adalah suatu kemungkinan dari kontaminasi.
3. Pemeriksaan dari serologi : misalnya seperti ELISA, ICT,dan Mycodot.
Pemeriksaan tuberkulosis penunjang lainnya adalah misalnya dengan :
1. Pemeriksaan analisan cairan pleura dan juga hispatologi jaringan
2. Pemeriksaan darah dimana letak LED masih bisa mengalami peningkatan
namun tidak bisa digunakan sebagai salah satu indaktor yang lebih spesifik
lagi dari penyakit TB.
Di Idonesia dengan kasus TB yang tinggi, melakukan uji tuberkulin sebagai
salah satu alat bantu untuk melakukan dan menegakkan diagnosis pada
penyakit biasanya kurang berguna untuk orang dewasa. Hal ini mempunyais
suatu manfaat jika sudah didapatkan suatu konversi, bila dan kepositifan dari
yang bisa didapat dan jumlahnya besar sekali.
Jika sudah melakukan pemeriksaan, maka penderita akan melakukan
pengobatan dengan cara minum obat. Penentuan dari dosis pada terapi
kombinasi pemberian obat tetap misalnya 4 obat semua berdasarkan dari
rentang dosis yang sudah ditentukan oleh WHO dan merupakan dosis yang
sangat efektif atau juga masih termasuk ke dalam salah satu batas dosis
terapi dan non toksik. Untuk kasus yang bis amendapatkan obat dari
kombinasi dosis tetap tadi, jika Anda mengalami suatu efek samping yang
terjadi lebih serius lagi, maka Anda harus melakukan pemeriksaan kerumah
sakit atau pada dokter spesialis paru atau juga utnuk fasiliti yang bisa
menangani masalah ini.
Seseorang yang sudah melakukan pengobatan dengan minum obat tbc dinyatakan sembuh jika mempunyai beberapa kriteria seperti :
1. BTA mikroskopis yang menunjukkan negatif sebanyak 2 kali.
2. Foto thorax atau gambaran dari radiolohi serial yang tetap sama atau
mengalami suatu perbaikan.
3. Adanya suatu perbaikan yang klinis dalam bentuk batuk yang menghilang,
dan naiknya berat badan.
4. Jika ada suatu fasiliti biakan, maka kriteria ini bisa ditambahkan biakan
negatifnya
Tuberkulosis Paru Pada Anak – Tuberkulosis (TB) adalah suatu infeksi
akibat mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang berbagai
organ, terutama paru-paru, dengan gejala yang sangat
bervariasi. Penting untuk diperhatikan bahwa janis bisa tertular tuberkulosis
dari ibunya selama masih berada dalam kandunga, sebelum atau selama
persalinan berlangsung (karena menghirup atau menelan cairan ketuban yang
terinfeksi). atau setelah lahir (karena menghirup udara yang terkontaminasi
oleh percikan ludah yang terinfeksi. Jika tidak diobati dengan antibiotik atau
tidak divaksinasi, maka sekitar 50% bayi yang ibunya merupakan penderita
tuberkulosis aktif akan menderita penyakit ini pada tahun pertamanya.
Tuberkulosis Paru Pada Anak
Gejala Tuberkulosis pada Anak
Gejala Tuberkulosis Paru Pada Anak yang timbul pada bayi dan anak berupa:
Demam
Tampak mengantuk
Tidak kuat mengisap
Gangguan pernapasan
Gagal berkembang (tidak terjadi penambahan berat badan)
Pembesaran hati dan limpa karena organ ini menyaring bakteru
tuberkulosis sehingga menyebabkan aktivasi sel-sel darah putih.
Sementara itu, gejala tuberkulosis yang timbul pada orang dewasa
berupa :
Batuk lebih dari 4 minggu, dengan atau tanpa dahak (sputum)
Lemas
Timbul gejala flu
Berkeringat pada malam hari
Berat badan turun
Demam ringan
Nyeri di bagian dada
Batuk berdarah
Diagnosis Penyakit TBC
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisikGambaran gejala TB paru berupa :
Tahap asimptomatis
Timbul gejala TB yang khas, kemudian stagnasi dan regresi
Kekambuhan/feksaserbasi yang memburuk
Gejala berulang dan menjadi kronis
Pemeriksaan Tuberkulosis
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan :
Terdapat sekret di saluran napas dan ronki
Tanda-tanda infiltrasi suara napas yang redup, ronki basah
Tanda-tanda ada penarikan paru, difragma dan mediastinum dada
Pada pemeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan darah rutin memperlihatkan bahwa laju endap darah (LED)
normal atau meningkat, serta terjadi limfositosis (limfosit tinggi).
Pada foto thoraks :
Terdapat gambaran lesi di bagian atas paru atau segmen apikal lobus
bawah
Gambaran berawan (patchy) atau bercak (nodular)
Adanya kavitas tunggal atau ganda
Adanya pengapuran atau klasifikasi paru
Gambaran menetap pada pemeriksaan beberapa minggu kemudian
Gambaran milier
Pemeriksaan dahak (sputum)
Pemeriksaan sputum terhadap basil tahan asam (BTA) yang positif
memastikan diagnosis TB paru. Namun pemeriksaan ini kurang sensitif
karena hanya mendeteksi sekitar 30 hingga 70%.
Tes PAP (Perosidase Anti Peroksidase)
Tes ini merupakan uji serologi imunoperoksidase menggunakan alat histogen
imunoperoksidase staining untuk menentukan adanya imunoglobulin G (IgG)
spesifik terhadap basil TB
Tes Tuberkulin/Mantoux
Pilihan lain adalah melakukan tes tuberkulin/mantoux.
Cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah untuk bisa menemukan
kuman penyebab tuberkulosis paru pada anak Anda bisa menegakkan
diagsnosis penyakit TB anak misalnya adalah dengan cara memadukan suatu
gejala yang klinis dan juga melakukan suatu pemeriksaan dalam hal
penunjang yang lain yang sesuai. Adanya suatu riwayat dari kontak yang
sangat erat hubungannya dengan pasien penyakit TBCyang menular adalah
salah satu jenis informasi yang sangat penting dalam hal mengetahui adanya
suatu sumber dari penularan. Dan kemudian selanjutnya, perlu adanya suatu
pembuktian apakah anak sudah mengalami penularan dari kuman TBC
dengan cara melakukan uji tuberkulin. Uji tuberkulin yang dilakukan pada
tuberkulosis paru pada anak akan menandakan adanya suatu reaksi dari
hipersensitifitas pada antigen yang diberikan.
Hal ini dengan tidak langsung maka akan menandakan bahwa pernah ada
kuman yang masuk ke dalam tubuh paisen atau anak yang sudah mengalami
penularan. Anak yang mengalami penularan belum tentu juga menderita
penyakit TBC hanya karena tubuh pasien mempunyai daya tahan tubuh atau
juga karena sistem imunitas yang cukup dalam melawan kuman penyakit TBC.
Jika sistem daya tahan tubuh anak sudah cukup baik, maka pasien tersebut
secara klinis biasanya akan terlihat sehat dan juga keadaan ini biasanya
disebut dengan suatu infeksi TB Laten. Namun jika sistem daya tahan tubuh
anak mengalami penurunan dan tidak bisa mengendalikan kuman maka
biasanya anaka akan menderita penyakit TB serta akan menunjukkan suatu
gejala klinis dan juga gejala radiologis. Gejala tbc yang klinis serta radiologis
pada TB anak akan menjadi tidak spesifik, karena gambaran yang lebih mirip
gejala akibat dari penyakit yang lainnya. Oleh sebab itulah, sangat dibutuhkan
suatu ketelitian yang sangat tinggi untuk bisa menilai suatu gejala yang klinis
pada pasien atau juga pada suatu hasil foto thorax.
Pemeriksaan tuberkulosis paru pada anak penunjang lainnya yang paling
utama adalah membantu untuk menegakkan diagnosis penyakit TB pada anak
dengan membuktikan bahwa adanya suatu infeksi seperti melakukan uji
tuuberkulin atau mantoux test. Tuberkulin yang ada di Indonesia saat ini
adalah dengan melakukan PPD RT-23 2 Tu dan Staten Serum Institute
Denmark, produksi dari Biofarma. Namun, uji tuberkulin ini belum terseida
dalam semua fasilitas pelayanana kesehatan. Cara yang bisa dilakukan untuk
melaksanakan terdapat suatu lampiran.
Dalam pemeriksaan penunjang yang lain dan sangat cukup penting adalah
suatu pemeriksaan foto thorax. Namun, gambaran dari foto thorax yang
terdapat di tuberkulosis paru pada anak sifatnya tidak khas karena biasanya
juga akan dijumpai pada penyakit yang lainnya. Dan dengan demikian,
pemeriksaan dari foto thorax saja tidak bisa digunakan dalam hal melakukan
dan menegakkan diagnosis Tb kecuali jika gambaran dari TB milier.
GCS (Glasgow Coma Scale)
GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah
pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang
diberikan. Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata (Eye),
bicara (Verbal) dan gerakan (Motorik). Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan
rentang angka 1 – 6 tergantung responnya.
Namun, hasil pemeriksaan GCS pada orang dewasa dan bayi jelas berbeda, karena perbedaan respon
antara orang dewasa dan bayi saat diberi rangsangan
1. Pada orang Dewasa
Eye (respon membuka mata) :
(4) : spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)
(1) : tidak ada respon
Verbal (respon verbal) :
(5) : orientasi baik
(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang), disorientasi tempat dan
waktu.
(3) : kata-kata tidak jelas
(2) : suara tanpa arti (mengerang)
(1) : tidak ada respon
Motorik (Gerakan) :
(6) : mengikuti perintah
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi
rangsang nyeri)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi
rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal &
kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : tidak ada respon
2. Pada Anak/Bayi
Eye (Respon membuka Mata)
(4) : spontan
(3) : Patuh pada perintah/suara
(2) : dengan rangsangan nyeri
(1) : tidak ada respon
Verbal (bicara)
(5) : mengoceh
(4) : menangis lemah
(3) : menangis (karena diberi rangsangan nyeri)
(2) : merintih (karena diberi rangsangan nyeri)
(1) : tidak ada respon
Motorik (gerakan)
(6) : spontan
(5) : menarik (karena sentuhan)
(4) : menarik (karena rangsangan nyeri)
(3) : fleksi abnormal
(2) : ekstensi abnormal
(1) : tidak ada respon
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E…V…M… Selanjutnya
nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu
E1V1M1
Kesimpulan :
1. Composmentis : 15-14
2. Apatis : 13-12
3. Delirium : 11-10
4. Somnolen : 9-7
5. Stupor : 6-4
6. Coma : 3
Masa Inkubasi
Dalam pengobatan, masa inkubasi adalah waktu dari saat paparan agen menular sampai tanda-
tanda dan gejala penyakit muncul.
Masa Inkubasi tiap penyakit :
1. DHF : 1 – 2 hari
2. Demam Tifoid : 10 – 20 hari
3. Malaria : Tergantung spesies parasit
a) Plasmodium falciparum : 12 hari
b) Plasmodium vivax : 13 – 17 hari
c) Plasmodium ovale : 13 – 17 hari
d) Plasmodium malariae : 28 – 30 hari
4. Diare : Tergantung spesies parasit
a) Rotavirus : 1 – 7 hari
b) Shigella : 1 – 7 hari
c) Salmonella : 6 jam – 2 hari
d) Escherichia coli : 12 – 17 jam
e) Vibrio cholerae : 6 jam – 5 hari
f) Entamoeba histolytica : 2 – 4 minggu
5. Influenza : 2 – 4 hari
6. TB Paru : 4 – 12 minggu
7. Bronkitis : 18 – 36 jam
8. Pertusis : 6 – 12 hari
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:- Bayi baru lahir : 140 kali per menit- Umur di bawah umur 1 bulan : 110 kali per menit- Umur 1 - 6 bulan : 130 kali per menit- Umur 6 - 12 bulan : 115 kali per menit- Umur 1 - 2 tahun : 110 kali per menit- Umur 2 - 6 tahun : 105 kali per menit- Umur 6 - 10 tahun : 95 kali per menit- Umur 10 - 14 tahun : 85 kali per menit- Umur 14 - 18 tahun : 82 kali per menit- Umur di atas 18 tahun : 60 - 100 kali per menit- Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit
Jumlah pernapasan seseorang adalah:- Bayi : 30 - 40 kali per menit- Anak : 20 - 50 kali per menit
Biasanya pada pasien yang sangat sesak cuping hidung pasien kembang kempis ketika bernafas. Kondisi ini dinamakan pernafasan cuping hidung.
2. Wheezing (mengi)
Adalah bunyi seperti bersiul, kontinu, yang durasinya lebih lama dari krekels. Terdengar selama : inspirasi dan
ekspirasi, secara klinis lebih jelas pada saat ekspirasi.
Penyebab : akibat udara melewati jalan napas yang menyempit/tersumbat sebagian. Dapat dihilangkan dengan batuk.
Dengan karakter suara nyaring, suara terus menerus yang berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yang
menyempit (seperti pada asma dan bronchitis kronik). Wheezing dapat terjadi oleh karena perubahan temperature,
allergen, latihan jasmani, dan bahan iritan terhadap bronkus.
Ronchi
Adalah bunyi gaduh yang dalam. Terdengar selama : ekspirasi.
Penyebab : gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi : sumbatan akibat
sekresi, odema, atau tumor.
Contoh : suara ngorok. Ronchi kering : suatu bunyi tambahan yang terdengar kontinyu terutama waktu ekspirasi disertai adanya
mucus/secret pada bronkus. Ada yang high pitch(menciut) misalnya pada asma dan low pitch oleh karena secret yang meningkat pada bronkus yang besar yang dapat juga terdengar waktu inspirasi.
Ronchi basah (krepitasi) : bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar, disebabkan oleh secret di dalam alveoli atau bronkiolus. Ronki basah dapat halus, sedang, dan kasar. Ronki halus dan sedang dapat disebabkan cairan di alveoli misalnya pada pneumonia dan edema paru, sedangkan ronki kasar misalnya pada bronkiekstatis.
Perbedaan ronchi dan mengi.
Mengi berasal dari bronki dan bronkiolus yang lebih kecil salurannya, terdengar bersuara tinggi dan bersiul. Biasanya
terdengar jelas pada pasien asma.
Ronchi berasal dari bronki dan bronkiolus yang lebih besar salurannya, mempunyai suara yang rendah, sonor. Biasanya
terdengar jelas pada orang ngorok.
STRIDOR
Stridor adalah bunyi kasar saat inspirasi, karena penyempitan saluran udara pada orofaring, subglotis atau trakea. Jika sumbatan berat, stridor juga bisa terjadi saat ekspirasi. Penyebab utama stridor yang berat adalah viral croup, benda asing, abses retrofaringeal, difteri dan trauma laring.
2. Etiologi
Ada berbagai penyebab dari stridor. Beberapa penyebab adalah penyakit, sedangkan yang lain adalah masalah dengan struktur anatomi saluran napas anak. Saluran napas bagian atas pada anak-anak yang lebih pendek dan lebih sempit daripada orang dewasa dan karenanya, lebih mungkin menyebabkan masalah dengan obstruksi. Berikut ini adalah Empat penyebab tersering penyebab gagal napas pada obstruksi saluran napas atas yang dapat menimbulkan stridor pada anak-anak umumnya yaitu, Benda asing (tersedak kacang, aspirasi makanan), Epiglotitis (peradangan pita suara), Sindrom croup, dan Laringomalasia
Riwayat, pemeriksaan fisik dan radiologi sering menunjukkan dugaan benda asing saluran napas tanpa diagnosis pasti. Pada keadaan ini harus dibuktikan adanya benda asing secara endoskopi untuk menyingkirkan dari diagnosis diferensial. Keterlambatan mengeluarkan benda asing akan menambah tingkat kesulitan terutama pada anak, tetapi ahli endoskopi menyatakan walaupun bronkoskopi harus dilakukan pada waktu yang tepat dan cepat untuk mengurangi risiko komplikasi terapi tidak harus dilakukan terburu-buru tanpa persiapan yang baik dan hati-hati.
Penatalaksanaan dan teknik ekstraksi benda asing harus dinilai kasus per kasus sebelum tindakan ekstraksi.
a. Epiglotitis
Epiglotitis paling sering ditemukan pada anak-anak yang berumur 2-5 tahun dan jarang terjadi pada anak yang berumur dibawah 2 tahun. Infeksi biasanya bermula di saluran pernafasan atas sebagai peradangan hidung dan tenggorokan. Kemudian infeksi bergerak ke bawah, ke epiglotis. Infeksi seringkali disertai dengan bakteremia. Epiglotitis bisa segera berakibat fatal karena pembengkakan jaringan yang terinfeksi bisa menyumbat saluran udara dan menghentikan pernafasan.
Infeksi biasanya dimulai secara tiba-tiba dan berkembang dengan cepat. Gejalanya terdiri dari, nyeri tenggorokan, gangguan menelan, gangguan pernafasan, badannya bungkuk ke depan sebagai upaya untuk bernafas, stridor, suara serak, menggigil, demam, sianosis. Infeksi juga kadang menyebar ke persendian, selaput otak, kantung jantung atau jaringan bawah kulit. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan dengan laringoskopi yang menunjukkan pembengkakan epiglotis.
b. Croup
Croup adalah terminologi yang digunakan untuk menunjukan beberapa penyakit pernafasan yang memiliki karakteristik berupa batuk yang menggonggong, suara serak, stridor inspirasi dalam berbagai derajat yang disebabkan obstruksi pada daerah laring, dengan atau tanpa tanda stres pernafasan. Pada sindrom croup peradangan jalan nafas terutama terjadi di daerah laring (laringitis subglotik, laringitis spasmodik) sampai dengan bronkus (laringotrakeitis, laringotrakeobronkitis).
Etiologi dari sindrom croup sebagian besar adalah virus. Diantaranya yaitu :
1. virus parainfluenza terutama tipe 1 (bertanggungjawab atas 80% kasus croup) dan 3.
2. Influenza A and B, adenovirus, respiratory syncytial virus (RSV), echo virus, rhinovirus.
Penyebab lain yang jarang adalah Mycoplasma pneumonia. Pada perjalanan penyakit tidak jarang terjadi infeksi bakteri sekunder, antara lain oleh Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae, dan Moraxella catarrhalis. Edema mukosa pada daerah glottis
akan menyebabkan terganggunya mobilitas pita suara. Edema pada daerah subglotis juga dapat menyebabkan gejala sesak nafas. Penyempitan saluran nafas akibat inflamasi ini menyebabkan turbulensi udara yang menyebabkan terjadinya stridor. Pada kebanyakan kasus, anak-anak dengan sindrom croup tidak memerlukan uji klinis lain selain anamnesis menyeluruh dan pemeriksaan fisik. Hal yang terpenting adalah menegakkan diagnosis yang tepat atas penyakit obstruktif akut lainnya.
Berdasarkan derajat kegawatan, croup dibagi menjadi empat kelompok dapar dilihat pada tabel 1. Pembagian ini juga dapat diperoleh dengan menilai penyakit melalui Westley Croup Score, tabel 2.
Tabel 1 Derajat kegawatan Croup.
Derajat Kegawatan
Karakteristik
Ringan Kadang-kadang batuk menggonggong, tidak terdengar stridor ketika istirahat, retraksi ringan atau tidak ada.
Sedang Batuk menggonggong yang sering, stridor yang terdengar pada saat istirahat, terdapat retraksi pada saat istirahat, anak tidak gelisah
Berat Batuk menggonggong yang sering, stridor ekspirasi, terdapat retraksi sternal yang jelas, anak gelisah dan terdapat tanda-tanda distress
Ancaman gagal nafas
Batuk menggonggong, stridor yang terdengar saat istirahat, terdapat retraksi sternal, letargi atau terdapat penurunan kesadaran dan sianosis
Anamnesis
Episode stridor pertama atau berulang Riwayat tersedak Stridor ditemukan segera setelah lahir.
Pemeriksaan fisis
Penampilan bull neck Sekret hidung bercampur darah Stridor terdengar walaupun anak tenang Faring: membran keabuan.
Tabel 11. Diagnosis Banding pada anak dengan Stridor
DIAGNOSIS GEJALA
Croup
Batuk menggonggong (barking cough)
Suara serak Distres pernapasan
Abses retrofaringeal
Demam Kesulitan menelan Pembengkakan jaringan lunak
Benda asing Riwayat tiba-tiba tersedak Distres pernapasan
Difteri
Imunisasi DPT tidak ada atau tidak lengkap
Sekret hidung bercampur darah Bull neck karena pembesaran
kelenjar leher dan edema Tenggorokan merah Membran putih-keabuan di
faring/tonsil
Kelainan bawaan
Suara mengorok sejak lahir
A. Pengertian
Stridor adalah suara, abnormal bernada tinggi yang dihasilkan oleh
aliran udara turbulen melalui sebagian jalan napas yang terhambat pada
tingkat supraglottis, glotis, subglottis, dan atau trakea. Karakteristik nada
suara barmacam-macam (misalnya, kasar, musik, atau mendesah), namun
kombinasi dengan , volume, durasi, tingkat onset, dan gejala terkait,
karakter nada dapat memberikan petunjuk tambahan diagnostik. Dalam
semua kasus, itu harus dibedakan dari stertor, yang merupakan suara,
bernada rendah-mendengkur-jenis yang dihasilkan di tingkat nasofaring,
oropharynx, dan, kadang-kadang,supraglottis.
B. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan Stridor bronkhial.
1. Faktor predisposisi
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit stridor bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus.
Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1). Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2). Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
3). Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
stridor. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu
terjadinya serangan stridor. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan
musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini
berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
c. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan stridor, selain itu
juga bisa memperberat serangan stridor yang sudah ada. Disamping gejala
stridor yang timbul harus segera diobati penderita stridor yang mengalami
stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala stridornya
belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan stridor.
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja
di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
e. Olah raga/ aktifitas jstridorni yang berat
Sebagian besar penderita stridor akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jstridorni atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan stridor. Serangan stridor karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
C. Patofisiologi
Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel
mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrient), factor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek
gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal
pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam
lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga
menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada stridor, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi
dari pada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama
eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah
tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan
eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.
Pada penderita stridor biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik
dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan
dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi
sangat meningkat selama serangan stridor akibat kesukaran mengeluarkan
udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
Etiologi↓
Merangsang imun dan kontraksi saluran pernafasan↓
Penyempitan aliran udara inspirasi dan ekspirasi↓
Timbul bunyi abnormal saat eks dan inspirasi↓
Gangguan pada aliran oksigen dan karbondioksia↓
Gangguan pertukaran gas↓
Hipoksia, anoreksia, cemas
D. Manifestasi Klinik
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan
gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan
dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot
bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Gejala klasik dari stridor ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ),
batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-
gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan.
Pada serangan stridor yang lebih berat, gejala-gejala yang timbul
makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran,
hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan
stridor seringkali terjadi pada malam hari.
E. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah
a. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
b. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
c. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3
dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
Pencetus :
Allergen, Olahraga, Cuaca, Emosi
Imun respon menjadi aktif Pelepasan mediator humoral
Histamine, SRS-A, Serotonin, Kinin, Bronkospasme
Edema mukosa, Sekresi meningkat, inflamasi, Penghambat kortikosteroid
Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada
waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada stridor pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen
akan semakin bertambah.
Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada
paru-paru.
2. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada stridor.
3. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru yaitu :
Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi
dan clock wise rotation.
Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB
(Right bundle branch block).
Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan
VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
4. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi
udara selama serangan stridor tidak menyeluruh pada paru-paru.
5. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang
paling cepat dan sederhana diagnosis stridor adalah melihat respon
pengobatan dengan bronkodilator.
Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian
bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.
Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan
diagnosis stridor.
Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan
diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek
pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan
spirometrinya menunjukkan obstruksi.
G. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
1. Status stridortikus
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema
6. Deformitas thoraks
7. Gagal nafas
H. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan stridor bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan
serangan stridor
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya
mengenai
penyakit stridor, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan
penyakitnya
sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan
bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.
Pengobatan pada stridor bronkhial terbagi 2, yaitu:
1. Pengobatan non farmakologik:
Memberikan penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pemberian cairan
Fisiotherapy
Beri O2 bila perlu.
2. Pengobatan farmakologik :
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2
golongan :
a. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin) Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricstridor)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup,
suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose
inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin
Diskhaler dan Bricstridor Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent,
Berotec, brivstridor serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi
aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.
b. Santin (teofilin)
Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara
kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya
saling memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada
serangan stridor akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke
pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau
sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita
yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat
ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya
dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita
karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau
lambungnya kering).
Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan
stridor. Manfaatnya adalah untuk penderita stridor alergi terutama
anakanak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti stridor
yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap stridor seperti kromalin. Biasanya
diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah
dapat diberika secara oral.
METALIC SOUND dan CETAKAN USUS
Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke
distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan dalam lumen usus,
dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang
menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.
Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh adhesi, hernia inkarserata, neoplasma, intususepsi,
volvulus, benda asing, kumpulan cacing askaris, sedangkan obstruksi usus besar penyebabnya
adalah karsinoma, volvulus, divertikulum Meckel, penyakit Hirschsprung, inflamasi, tumor jinak,
impaksi fekal. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Bising
usus yang meningkat “metallic sound” dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi
di daerah distal.
Gejala umum berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit. Kolik dapat terlihat pada inspeksi perut
sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada auskultasi sewaktu serangan kolik, hiperperistaltis
kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi. Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi
bagian yang mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu
diperlukan.
A. Obstruksi Usus Halus
Keluhan yang timbul pada penderita dengan obstruksi intestinal yang khas
adalah
- Nyeri perut, muntah-muntah, obstipasi, abdominal distensi, tidak flatus dan
tidak buang air besar.
- Nyeri kram ini dapat berulang dengan interval 4-5 menit pada obstruksi
intestinal bagian proximal. Pada obstruksi intestinal bagian distal
frekwensinya bertambah jarang.
- Setelah beberapa lama mengalami obstruksi rasa nyeri kram ini akan
berkurang atau menghilang sebab usus yang distensi gerakannya akan
berkurang atau setelah terjadi strangulasi dengan peritonitis, nyeri perut
menjadi hebat dan terus menerus.
- Pada obstruksi intestinal proximal terjadi muntah-muntah yang profuse
dengan distensi yang ringan.
- Pada obstruksi intestinal distal, muntahannya jarang dengan isi muntahan
feses, tetapi distensinya lebih hebat.`
- Meningkatnya lingkaran abdomen terjadi oleh karena pemindahan cairan
dan gas dalam lumen usus akibat obstruksi di bagian distal dari usus dan
colon atau pada paralitik ileus.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : penderita tampak lemah, gelisah, sesak nafas dengan perut
kembung dan tegang.
Kalau obstruksi berlangsung lama dan terjadi strangulasi, maka akan terjadi
demam, penderita dehidrasi, bibir kering, turgor kulit menurun, hipotensi,
takikardi dan syok septik.
Abdomen :
Inspeksi : Terlihat distensi, tampak gambaran usus (darm contour), tampak
gerakan usus (darm steifung), terutama pada penderita kurus.
Auskultasi : Terdengar suara usus meninggi (metallic sound) terutama pada
permulaan terjadinya obstruksi dan terdengarnya sangat jelas pada saat
serangan kolik. Kalau obstruksi berlangsung lama dan telah terjadi
strangulasi serta peritonitis, maka bising usus akan menghilang.
Palpasi : Pada obstruksi intestinal yang simple berbeda dengan obstruksi
intestinal strangulasi. Pada obstruksi intestinal strangulasi akan terjadi
rangsangan peritoneum akibat terjadinya peritonitis, akan terdapat tanda-
tanda : perut distensi tegang, nyeri tekan, nyeri lepas, nyeri kejang otot
(defance muscular)
Perkusi : Seluruh dinding abdomen nyeri ketok dan terdengar suara tympani.
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah rutin (Hb dan leukosit). Untuk mengetahui gangguan elektrolit akibat
muntah-muntah perlu diperiksa kadar Na, K, Cl, HCO3, dan Ca. Untuk
mengetahui fungsi ginjal diperiksa kadar ureum darah dan serum kreatinin.
Pemeriksaan colok dubur :
Untuk mengetahui apakah ada massa dalam rectum. Adanya feces harus
diperhatikan, apakah ada darah samar, sebab adanya darah dalam feces
kemungkinan adanya lesi dari mukosa atau adanya intussusepsi.
Radiologi
Penderita yang suspek obstruksi intestinal perlu dibuat foto thorax dan foto
polos abdomen dalam posisi :
- Berbaring telentang
- Tegak / berdiri
- Miring ke kiri (Left lateral decubitus)
Foto thorax PA untuk mengetahui adanya udara bebas yang terletak di bawah
diafragma kanan. Bila ditemukan udara bebas menunjukkan adanya perforasi
usus.