resume praktek blok 2 semester 3

Upload: hasrianti-yulvi

Post on 18-Oct-2015

199 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

blok 2 semester II

TRANSCRIPT

  • 1

    Rom Exercise Ekstremitas Superior

    1. Shoulder : Flexi dan Ekstensi

    Satu tangan FT memegang lengan penderita dibawah siku, dan tangan yang lain saling bersilangan posisinya dengan memegang sendi pergelangan tangan. Angkat lengan penderita sesuai dengan ROM yang ada kemudian kembalikan ke posisi semula.

    2. Shoulder : Ekstensi/Hiperekstensi

    Posisi alternatif : Ekstensi yang melewati zero position dimungkinkan jika penderita tidur terlentang dengan bahunya ditepi tempat tidur atau jika penderita diposisikan tidur miring atau tengkurap

    (Gambar 2.1)

    3. Shoulder : Abduksi dan Adduksi

    Gunakan peletakan tangan yang sama dengan gerakan fleksi, tetapi tangan digerakkan ke arah luar/samping. Siku boleh ditekuk.

    Catatan : Untuk mencegah full ROM abduksi maka humerus dieksorotasikan dan rotasi upward pada scapula.

    4. Shoulder : Endorotasi dan Eksorotasi

    Jika memungkinkan lengan dapa abduksi 90 derajat dan lengan bawah dipertahankan dalam posisi netral. Rotasi boleh juga dikerjakan dengan lengan disamping dada/badan, tetapi endorotasi tidak memungkinkan gerakannya. Pegang tangan dan pergelangan tangan penderita dengna satu tangan, sedangkan tangan yang lain untuk menstabilisir siku. Rotasikan humerus dengan menggerakkan lengan bawah seperti memutar roda.

  • 2

    5. Abduksi Horisontal dan Adduksi Horisontal

    Posisi lengan : Untuk mencapai abduksi horisontal yang penuh, maka bahu harus diletakkan di tepi tempat tidur. Awalnya lengan boleh ditekuk atau abduksi 90 derajat.

    Peletakan tangan : Tangan diletakkan sama seperti pada gerakan fleksi, tetapi FT menggerakkan lengannya keluar dan kedalam menyilang tubuh penderita.

    6. Scapula: elevasi-depresi, protraksi-retraksi, dan rotasi upward (ke atas)/rotasi downward (ke bawah)

    Posisi penderita: tidur tengkurap dengan lengan disamping badannya atau tidur miring dengan pasien menghadap ke fisioterapi.

    Peletakkan tangan dan gerak: pegang diatas proc. Acromialis dengan satu tangan FT, sedangkan tangan yang lain disekitar angulus inferior scapula. Untuk gerakan elevasi-depresi, protraksi dan retraksi, clavicula juga ikut bergerak seperti pada gerakan scapula dimana arah geraknya dari proc. Acromialis. Untuk rotasi upward dan downward maka arah gerak scapula adalah pada angulus inferior

    7. Elbow: Fleksi dan ekstensi

    Peletakkan tangan dan gerak sendi: peletakan tangan sama dengan fleksi bahu kecuali gerakannya pada siku yakni fleksi dan ekstensi.

    Catatan: guna mengontrol gerakan supinasi dan pronasi lengan bawah maka jari jari fisioterapi diletakkan disekitar pergelangan tangan. Lakukan fleksi dan ekstensi siku dengan lengan bawah pronasi dan supinasi. Bahu tidak boleh dalam posisi protraksi saat ekstensi siku untuk menghindari ROM yang tidak sebenarnya.

    8. Pemanjangan otot dua sendi melintasi bahu dan siku

    a. Biceps Brachii Muscle

    Posisi pasien: terlentang, dengan bahu yang: menepi pada ujung bed sehingga bahu dapat diextensi melewati posisi netral.

  • 3

    Penempatan tangan dan gerak: pertama-tama pronasikan lengan pasien dengan memegang sekitar pergelangan tangan, dan memperluas siku dengan menyanggah bawah siku. Kemudian, bahu diextensikan (hyperextensi) sampai pasien mengalami ketidaknyamanan di daerah lengan anterior. (gambar 8.1)

    b. Long head of the triceps brachii muscle

    Posisi alternatif: otot ini bekerja ketika nilai mendekati normal, pasien harus duduk atau berdiri untuk mencapai ROM penuh. Ditandai dengan keterbatasan dalam jangkauan otot, ROM dapat dilakukan dalam posisi terlentang.

    Penempatan tangan dan gerak: pertama, melenturkan siku pasien dengan satu tangan pada lengan bawah bagian distal kemudian flexikan bahu dengan mengangkat atas humerus dengan tangan yang lain di bawah siku. (gambar 8.2)

    9. Forearm : Pronasi dan Supinasi

    Peletakkan tangan dan gerakan : pegang pergelangan tangan pasien, dan sanggah pada bagian distal lengan bawah dengan tangan yang lain. Gerakannya diputar yakni tulang radius diputar terhadap tulang ulna.

    Peletakan tangan alternatif : Genggam bagian distal lengan bawah dengan kedua tangan FT yang saling menjalin

    Catatan : Pronasi dan supinasi dapat dikerjakan dalam posisi siku fleksi atau ekstensi

    Perhatian : Jangan paksa pergelangan tangan dengan memuntirnya sehingga dapat tercipta kontrol gerak pronasi-supinasi melalui gerakan radius terhadap ulna.

    10. Wrist : Palmar Fleksi dan Dorso Fleksi, Radial dan Ulnal Deviasi

    Peletakkan tangan dan gerakannya : Untuk semua gerakan pada pergelangan tangan, pegang tangan pasien agak sedikit distal dari sendi dengan satu tangan, dan stabilisasi lengan bawah dengan tangan yang lain.

  • 4

    Catatan : Luas gerak dari otot-otot ekstrinsik jari-jari akan mempengaruhi ROM sendi pergelangan tangan, karena akan terjadi ketegangan pada area tersebut. Untuk memperoleh RO sendi pergelangan tangan maka buatlah agar jari-jari dapat bergerak bebas saat menggerakkan sendi pergelangan tangan.

    11. Tangan : Membentuk cekungan dan Meratakan Arkus Tangan pada Sendi Carpometacarpalia dan Intermetacarpalia

    Peletakan tangan dan gerakannya : Hadapkan tangan pasien ke arah FT; letakkan jari-jari FT padaaspek anterior dan ibu jari pada aspek dorsalis. Lengkungan metacarpalia untuk meningkatkan arkus tangan kemudian ratakan kembali.

    ROM EXERCISES EKSTREMITAS INFERIOR

    1. Kombinasi Hip dan Lutut:

    FLEKSI DAN EKSTENSI

    Angkat kaki pasien dengan telapak tangan. Tangan kanan dibawah lutut dan tangan kiri di bawah tumit. Saat knee full, ayunkan kaki ke sisi paha.

    CATATAN: Untuk mencapai full Fleksi hip, lutut juga harus difleksikan agar kelompok otot hamstring tidak tegang. Untuk mencapai fleksi knee full, hip harus difleksikan untuk melepaskan ketegangan pada m. rektus femoris

    2. Hip: Extension (Hiperekstensi)

    Posisi :

    Posisi Prone atau side-Lying bagi pasien yang dapat bergerak nomal atau menghampiri normal.

    Prosedur:

    Jika pasien tengkurap, angkat paha dengan tangan kiri di bawah lutut pasien, stabilkan panggul dengan tangan kanan.

    Jika pasien side-lying,tangan kiri di bawah paha pada permukaan anterior; fiksasi panggul dengan tangan kanan.

  • 5

    3. PERPANJANGAN ANTARA 2 SENDI (GRUP OTOT HAMSTRING)

    Tempatkan tangan kiri di bawah tumit pasien dan tangan kanan di bagian anterior lutut pasien. Jaga agar lutut tetap ekstensi sementara hip difleksikan.

    Note : Jika hip bagian posterior tegang sehingga ekstensi lutut terbatas, cukup dengan memperluas ekstensi sejauh yang bisa dilakukan dan tidak membuat hip bergerak.

    4. PERPANJANGAN ANTARA 2 SENDI (M.RECTUS FEMORIS)

    Pasien terlentang, dengan lutut difleksikan di pinggir bed, atau bisa juga tengkurap (prone lying).

    Posisi Prone, fiksasi panggul dengan tangan kanan kemudian fleksikan lutut pasien hingga terasa endfeelnya.

    5. HIP: ABDUKSI DAN ADDUKSI

    Tahan kaki pasien dengan tangan kanan di bawah lutut dan tangan kiri di bawah pergelangan kaki.

    Untuk abduksi full, kaki yang lain harus dalam posisi sedikit abduksi.

    Jaga hip dan lutut pasien tetap dalam posisi ekstensi, kemudian lakukan abduksi dan adduksi hip

    6. Hip: Internal dan Eksternal Rotasi

    Hip dan lutut fleksi 90. Pegang lutut pasien dengan tangan kanan dan bagian proksimal ankle dengan tangan kiri.

    Rotasikan femur dengan menggerakkan kaki seperti pendulum.

    7. ANKLE: DORSOFLEKSI

    Stabilkan sekitar malleoli dengan tangan kanan.

    Likukkan tumit pasien dengan tangan kiri yang ditempatkan sepanjang bagian bawah kaki.

    Tarik distal calcaneus sambil dorong ke atas dengan lengan kiri.

  • 6

    CATATAN: Jika lutut difleksikan, dorso fleksi full tidakdapat diperoleh. Jika lutut diekstensikan jangkauan gastrocnemius otot dua sendi dapat diperoleh, tetapi gastrocnemius membatasi full dorsofleksi.

    8. ANKLE: PLANTARFLEXION

    Pegang tumit dengan tangan kiri dan tangan atas diletakkan pada dorsum kaki kemudian dorong ke arah plantar fleksi.

    CATATAN: Pada pasien bed-bound, pergelangan kaki cenderung dalam posisi plantar flexi dari tarikan gravitasi, sehingga gerak ini tidak perlu dilakukan

    9. INVERSI DAN EVERSI

    Tangan kiri di tumi pasien (thumb diposisi medial dan finger diposisi lateral.

    Putar tumit ke dalam dan luar.

    10. TRANVERSAL TARSAL JOINT Fiksasi talus pasien dan calcaneus dengan satu tangan. Dengan sisi lain, pegang sekitar navicular dan berbentuk kubus. Putar secara pelan zmidfoot dengan angkat dan turunkan lengkungan. - JOINTS OF THE TOES: FLEXION AND EXTENSION AND ABDUCTION

    AND ADDUCTION (METATARSOPHALANGEAL AND

    INTERPHALANGEALJOINTS)

    Fiksasi tulang proksimal dengan satu

    tangan dan tangan yang lainnya di daerah

    tulang distal yang akan digerakkan.

    CERVICAL SPINE. 1. FLEKSI

    Angkat kepala pasien hingga ke dada

    untuk melakukan gerak fleksi.

    2. EKSTENSI

    Pada posisi supine, kepala pasien harus

    bebas dari bed. Turunkan kepala pasien

    ke arah bawah bed

    3. LATERAL FLEKSI DAN ROTASI

    Bawa kepala pasien ke arah kanan dan ke kiri mendekati bahu.

    Untuk gerak rotasi, putar kepala pasien dari satu sisi ke sisi lain

    Lumbal Spine

    1. FLEKSI

    Hip dan knee difleksikan kemudian

    angkat kaki hingga pelvix terputar

    ke atas dan lumbal ekstensi. Tahan

    di bawah paha

    2. ROTASI

    Tekan kedua knee pasien ke arah lateral dengan sisi yang sama

    hingga bagian pelvix terangkat. Tahan

    bagian thorax. Ulangi langkah tersebut di

    sisi yang lain.

  • 7

    SELF ASSISTED ROM

    1. HIP DAN KNEE

    FLEKSI HIP DAN KNEE

    Pasien terlentang, instruksikan pasien untuk memulai gerakan dengan mengangkat ke atas lututnya dengan sabuk. kemudian instruksikan pasien untuk membawa lutut ke arah dada untuk ROM full. Dengan duduk pasien, ia atau dia dapat mengangkat paha dengan tangan dan fleksi lutut sampai akhir ROM yang tersedia.

    HIP ABDUCTION AND ADDUCTION

    S-AROM

    dapat dilakukan duduk dengan menggunakan tangan untuk membantu bergerak ke dalam dan ke luar

    Kombinasi abduksi Hip dengan eksternal rotasi hip.

    pasien duduk di lantai atau di tempat tidur dengan bagian belakang

    ditahan . Hip (pinggul) dan lutut difleksikan dan kaki di permukaan bed. Lutut didorong ke luar (menuju meja / tempat tidur) dan kembali ke dalam, dengan

    bantuan dari ekstremitas atas (tangan).

    2. ANKLE DAN TOES

    Pasien duduk dengan kaki distal

    bertumpu pada lutut normal.

    Tangan menggerakkan kaki dengan

    arah ke dorsofleksi, plantarflexion,

    inversi, dan eversi, dan toe fleksi

    dan ekstensi

    WAND ( T- BAR) EXERCISE

    SHOULDER FLEXION AND RETURN

    Genggam tongkat dengan tangan selebar bahu. Tongkat diangkat ke depan dan ke atas sepanjnag ROM yang bisa dilakukan, elbow dalam posisi ekstensi jika memungkinkan. Gerak scapulohumeral harus pelan, hindari elevasi scapular atau gerakan tubuh.

    SHOULDER HORIZONTAL ABDUCTION AND ADDUCTION

    Tongkat diangkat fleksi 90. Jaga agar siku Tetap tertahan, pasien mendorong dan menarik tongkat bolak-balik di dada melalui ROM yang dapat dijangkau. Jangan biarkan rotasi trunk.

    SHOULDER INTERNAL AND EXTERNAL ROTATION

    Lengan pasien berada di bed, dan siku tertekuk 90. Rotasi lengan dicapai dengan memindahkan tongkat dari sisi ke sisi. Rotasi terjadi pada humerus, jangan biarkan siku fleksi dan ekstensi.

  • 8

    Elbow flexion and extension

    Lengan bawah pasien bisa supinasi dan pronasi. Tangan menggenggam tongkat. Instruksikan pasient untuk fleksi dan ekstensi elbow.

    Shoulder hyperextension

    Pasien boleh berdiri atau tengkurap. Pasien menyimpan tongkat di daerah buttocks (bokong), dan genggam tongkat kemudian angkat tongkat menjauhi tubuh.Pasien harus menghindari bergeraknya trunk.

    Variations and combinations of movements.

    Pasien memulai dengan tongkat disamping buttocks (bokong) kemudian menggerakkan tongkat ke atas untuk shoulder internal rotation, and elbow flexion.

    FINGER LADDER

    Finger ladder atau tangga jari tangan adalah suatu alat yang dapat menguatkan kemampuan objektif pasien, oleh karena itu alat ini merupakan motivasi bagi pasien untuk menunjukan ROM dari bahu.

    Pencegahan : Pasien harus diajarkan gerakan yang sesuai dan tidak diperbolehkan untuk membuat sisi badan melengkung, menaikkan jari kaki, atau mengangkat bahu

    1. Flexi bahu

    Pasien berdiri, berhadapan dengan finger ladder dengan lengan lurus, dan pasien menempatkan jari telunjuk atau jari tengah pada sebuah anak Tangga.Lengan mengikuti pola finger ladder. langkah-langkah pasien semakin dekat kepada finger ladder dan lengan tangan diangkat.

    2. Abduksi bahu

    Pasien berdiri menyamping,

    Bahu yang dilatih kearah tangga

    Panjang lengan menjauh.

    WALL CLIMBING

    Wall Cmibing (perangkat seperti tangga jari) memiliki manfaat sama seperti Fingger Ladder. Tanda didinding juga dapat digunakan untuk memberikan umpan balik untuk mencapai ketinggian dinding (ROM full). Lengan dapat dipindahkan ke fleksi atau abduksi. Langkah pasien lebih dekat ke dinding saat lengan terangkat.

    PENCEGAHAN: Pasien harus diajarkan gerakan yang tepat dan tidak diperbolehkan

    membungkuk, atau mengangkat bahu.

    ASSIsTIVE PULLEY

    Sistem katrol dapat secara efektif digunakan untuk membantu ekstrimitas dalam melakukan ROM. Dua katrol dilekatkan di atas kepala atau di

  • 9

    langit-langit yang panjangnya kira-kira selebar bahu. Ujung Tali kedua dilewati oleh katrol, dan pegangan masing-masing terikat dengan tali. Pasien boleh duduk, berdiri, terlentang, dengan bahu sejajar dengan katrol.

    Flexi Bahu dan abduksi

    Instruksikan pasien untuk memegang satu pegangan pada setiap tangan, tarik tali dan angkat ekstrimitas yang dilibatkan ke bagian mana saja (flexi) atau abduksi). siku harus bertahan dalam gerakan extensi jika memungkinkan. Pasien tidak boleh mengangkat bahu atau menyandarkan badan. Pandu dan instruksikan pasien untuk melakukan gerakan dengan pelan.

    Rotasi external dan internal pada bahu

    Posisi pasien dengan bahu diabduksikan 90 dan siku diflexikan 90 derajat. Lengan tangan disandarkan pada kursi jika pasien duduk atau pada atas bed jika pasien dalam posisi terlentang. Pasien kemudian mengangkat lengan bawah dengan katrol, sehingga terjadi rotasi pada bahu.

    Flexi siku

    Pasien mengangkat lengan bawah dan memfleksikan siku.

    Skate Board/ Powder Board

    Penggunaan skate board dapat mendorong gerakan tanpa melawan gravitasi atau gesekan. Jika tersedia, skate dengan rol dapat digunakan. Dapat pula digunakan metode lain seperti menggunakan bedak di permukaan atau menempatkan handuk di bawah

    ekstremitas sehingga dapat meluncur di sepanjang permukaan halus tersebut. Setiap gerakan bisa dilakukan, namun yang paling umum adalah Abduksi / adduksi hip saat terlentang dan abduksi horisontal/ adduksi bahu saat duduk.

    Abduksi hip dan adduksi

    Pasien terlentang. lutut ekstensi untuk hip berotasi secara netral. Kaki tidak boleh berotasi saat berlangsungnya gerakan

    Flexi hip dan extensi

    Pasien telentang. Kaki diatas papan dan biarkan lutut untuk flexi dan extensi. Hip seharusnyaa tidak berotasi, abduksi atau adduksi

    Self- assistance Arm and forearm perintahkan pasien untuk menggapai dengan extremitas yang normal dan memegang extremitas yang terlibat di sekitar wrist, untuk menopang wrist and hand

    Shoulder flexion and extension

    Shoulder horizontal abd and add

    Shoulder rotation

  • 10

    Elbow flexion and extension

    Pronation and supination

    Wrist and hand

    ibu jari pasien yang normal digerakkan terhadap tangan yang terlibat dengan jari-jari yang normal sepanjang dorsum tangan.

    Wrist flexion and extension and radial and ulnar deviation

    Finger flexion and extension

    Thumb flexion with opposition and extension with reposition

    RESISTANCE EXERCISE UPPER EKSTREMTY

    Flexi shoulder

    a. tahanan ditempatkan di bagian anterior distal arm atau bagian distal forearm jika elbow joint stabil dan tidak nyeri.

    b. stabilisasi scapula dan trunk dilakukan oleh permukaan meja.

    Ekstensi shoulder

    a. tahanan diberikan di bagian posterior distal arm atau distal forearm

    b. stabilisasi scapula dilakuka oleh permukaan meja.

    Hiperekstensi shoulder

    a. pasien dalam posisi berbaring tengkurap dengan letak tahanan sama halnya pada ekstensi shoulder

    b. stabilisasi dilakukan pada scapula

    Abduksi dan adduksi shoulder

    a. tahanan diberikan pada bagian distal arm dengan elbow fleksi 90o. Untuk abduksi, tahanan berada di lateral lengan sedangkan untuk adduksi, tahanan berada di bagian medial.

    b. stabilisasi diberikan di superior scapula untuk mencegah terjadinya abduksi disertai elevasi scapula

  • 11

    Internal dan eksternal rotasi shoulder

    a. fleksikan elbow 90o dan abduksi shoulder 90o, tahanan diberikan di bagian distal forearm.

    b. stabilisasi pada clavicula pada internal rotasi dan punggung dan scapula pada eksternal rotasi.

    Horizontal abduksi dan adduksi shoulder

    a. fleksi shoulder dan elbow 90o, tahanan di distal arm di bawah elbow.

    b. stabilisasi pada anterior shoulder pada adduksi horizontal dan scapula dan tubuh pada abduksi horizontal

    Elevasi dan depresi scapula

    a. pasien dalam posisi duduk.

    b. tahanan diberikan sepanjang bagian superior dari shoulder girdle pada elevasi scapula.

    c. pada depresi scapula, instruksikan pasien untuk menjangkau ke arah kaki dan mendorongkan tangannya ke tangan terapis.

    Protraksi dan retraksi scapula

    a. tahanan diberikan pada bagian anterior shoulder di bagian kepala humerus untuk protraksi dan bagian posterior shoulder untuk retraksi

    b. stabilisasi dilakukan pada tubuh untuk mencegah terjadinya rotasi.

    Fleksi dan ekstensi elbow

    a. tahanan diberikan di bagian anterior di distal forearm untuk fleksi elbow

    b. untuk ekstensi elbow, pasien dalam posisi berbaring tengkurap dan tahanan diberikan di bagian distal forearm

    c. stabilisasi dilakuka pada bagian upper dari humerus

    Pronasi dan supinasi

    a. tahanan diberikan pada bagian radius di distal forearm dengan elbow fleksi 90o

    b. stabilisasi pada humerus diperlukan untuk mencegah terjadinya gerakan pada shoulder.

    Fleksi dan ekstensi wrist

    a. tahanan diberikan pada bagian metacarpal

    b. stabilisasi pada bagian dorsal di distal forearm

    Radial dan ulnar devasi

    a. tahanan diberikan di metacarpal kedua dan kelima.

    b. stabilisasi pada distal forearm

  • 12

    Gerakan jari-jari

    a. tahanan diberikan pada bagian distal dari sendi yang bergerak

    b. stabilisasi akan terjadi pada sendi yang berada di proksimal dan distal dari sendi yang dilatih

    RESISTANCE EXERCISE LOWER EXTREMITY

    Flexi Hip dengan Flexi Knee

    Tahanan flexi hip : di bagian anterior dari distal paha

    Tahanan flexi knee : di posterior distal tungkai bawah atau diatas ankle

    CEGAH ! Bila hip kaki lainnya ekstensi, pelvis rotasi ke anterior, lordosis lumbal bertambah maka fleksikan hip dan knee lalu kaki menapak di meja pemeriksaan

    Extensi Hip

    Tahanan di bagian posterior dari distal paha

    Tahanan di distal tungkai bawah atau pada atas tumit

    HIPEREKTENSI HIP

    Posisi Pasien: Prone Lying, Tahanan: pada

    posterior dari distal femur, Stabilisasi posterior

    dari pelvis , Untuk menghindari Lumbal Spine

    Abduksi dan Adduksi Hip resist

    Posisi pasien: Supine Lying,

    Tahanan: pada lateral medial dari

    distal femur , Stabilisasi

    diterapkan pada pelvis untuk

    menghindari hip-hiking dari

    tindakan pengganti dari

    lumborum kuadratus dan hip

    tetap dalam posisi netral untuk

    mencegah eksternal rotasi femur

    dan substitusi olehiliopsoas.

    INTERNAL DAN EXTERNAL ROTASI RESIST I

    Posisi Pasien: terlentang dengan hip dan knee extensi, Resistance:

    pada lateral dari distal femur untuk external rotasi resist dan medial

    femur untuk internal rotasi resist, Stabilisasi pelvis

    INTERNAL DAN EXTERNAL ROTASI RESIST II

    Posisi Pasien: Supine Lying dengan

    hip dan knee flexi, Resistance: di

    medial di distal tibia tepat di atas

    maleolus selama external rotasi dan

    di lateral selama internal rotasi.,

    Stabilisasi di anterior pelvis dan

    sedikit hip yang didukung dengan

    flexi hip 900

  • 13

    Internal dan Eksternal rotasi resisten III

    Posisi pasien: Prone Lying dengan

    extensi hip dan flexi knee, Resisten:

    pada medial dan lateral dari tibia,

    Stabilisasi: pelvis dengan memberikan

    tekanan di pantat

    FLEXI KNEE

    RESIST

    Posisi Pasien: Prone Lying dengan hip extensi,

    Resisten : Pada posterior tibia tepat di atas

    tumit, Stabilisasi : posterior pelvis

    EXTENSI KNEE

    Posisi Pasien:

    1. Jika Prone Lying , tempatkan

    gulungan handuk di bawah aspek

    anterior femur distal; ini

    memungkinkan patela meluncur

    normal selama ekstensi knee

    2. Jika pasien duduk, tempatkan

    gulungan handuk di bawah

    posterior aspek dari distal femur.

    Resistance: pada anterior dari tungkai bawah, Stabilisasi: femur,

    pelvis atau trunk jika diperlukan

    Dorsiflexion dari ANKLE

    Resistance: Pada plantar pada

    permukaan kaki pada metatarsal

    untuk menolak plantarflexion

    Plantarflexion dari ANKLE

    Resistance : pada dorsum dari foot

    tepat di atas jari-jari kaki untuk

    menahan dorsofleksi, Stabilisasi :

    Tungkai Bawah

    INVERSI DAN EVERSI ANKLE

    Resistance: pada medial MT Iuntuk inversi resist dan lateral dari MT

    V untuk eversi, Stabilisasi: Tungkai Bawah

    FLEXI DAN EXTENSI TOES

    Resistance: pada permukaan plantar untuk flexi resist toes dan

    dorsal dari toes untuk extensi resist., Stabilisasi: Pada joints di atas

    dan di bawah untuk menghindari gerakan.

  • 14

    Isotonic Regimens - DeLorme Technique

    Nama asli teknik ini adalah Heavy Resistance Exercise kemudian diubah menjadi Progressive Resistive Exercise (PRE) , Prosedur :

    1. Tentukan 10 Resisten Maximum

    2. Pasien melakukan

    o 10 pengulanagan dari 10 RM

    o 10 pengulangan pada dari 10 RM

    o 10 pengulangan dari 10 RM

    3. Pasien melakukan 3 bouts pada tiap sesi latihan dan istirahat singkat diantara tiap bouts

    4. Jumlah beban ditingkatkan tiap minggu seiring peningkatan kekuatan

    The Oxford Technique

    Didesain untuk mengurangi tahanan yang meningkatkan kelelahan otot

    Mengurangi efek kelelahan , Prosedur :

    1. Tentukan 10 Resisten Maximum

    2. Pasien melakukan

    o 10 pengulangan dari full 10 RM

    o 10 pengulangan pada dari 10 RM

    o 10 pengulangan dari 10 RM

    Daily Adjustable Progressive Resistance Exercise (DAPRE)

    Dikembangkan oleh Knight untuk lebih menentukan secara objektif kapan tahanan ditingkatkan dan bagaimana peningkatannya

    Prosedur :

    1. Tentukan beban usaha pertama (Kninght menyarankan 6 RM)

    2. Pasien melakukan

    o Set 1 :10 pengulangan dari beban usaha

    o Set 2 : 6 pengulangan dari beban usaha

    o Set 3 : Lakukan sebanyak mungkin beban usaha

    o Set 4 : Lakukan sebanyak mungkin beban usaha yang sesuai

    Circuit Weight Training

    Latihan ini bisa dilakukan dengan tahanan berapapun atau satu unit beban-latihan

    Latihan terdiri dari 8-10 RM :

    o Menekan bangku

    o Menekan kaki

    o Sit up

    o Menekan bahu

    o Jongkok

    Waktu istirahat 30 60 detik pada setiap latihan

  • 15

    Plyometric Training (Stretch Shortening drills) - Latihan memendek- regangkan

    Kombinasi kecepatan, kekuatan dan aktivitas fungsional

    Untuk tahap akhir rehabilitasi pada individu yang masih muda dan aktif

    Tingginya intensitas dan kecepatan latihan meningkatkan kekuatan dan koordinasi otot (menstimulasi proprioceptif)

    Meningkatkan rangsangan dan kereaktifan reseptor neuromuscular

    Tahanannya bisa ditingkatkan sesuai kemajuan pasien

    Isometric Regimens - Brief Repetitive Isometric Exercise

    Metode alternative dari penguatan otot, kemajuannya akan dirasakan 6 minggu setelah melakukan tahanan maximum 5-6 kali perminggu

    Sampai 20 maximum kontraksi, yang masing2 dilakukan dalam 6 detik yang dilakukan perhari. Istirahat 20 detik dengan mengatur ritme pernafasan

    Current use of isometrics in rehabilitation and conditioning

    Meningkatkan kekuatan otot

    Meningkatkan ketahanan otot (minimal)

    Isokinetik Regimen - Velocity Spectrum Rehabilitation (Rehabilitasi Kecepatan Spectrum)

    Untuk meningkatkan kekuatan, daya tahan, dan pengontrolan kekuatan saat latihan berkecepatan pelan, medium dan cepat

    Latihan biasnya menggunakan 60, 120, 180 derajat per detik atau 60, 150 dan 240 per detik yang pada umumnya 6-10 pengulangan

    Menggunakan latihan submaksimal consentric

    Pada taha rehabilitasi menggunakan kecepatan tinggi karna bagus untuk pembiasaan aktivitas sehari-hari

    Latihan Isokinetik Eccentric

    Dilakukan pada tahap akhir dari rehabilitasi

    Kecepatannya 60-120 derajat per detik dan lebih dari 180 derajat perdetik untuk atlit

    Lakukan latihan submaksimal

  • 16

    STRETCHING EXERCISES UPPER EXTREMITY

    Fleksi Shoulder Untuk meningkatkan fleksi shoulder (untuk stretching ekstensor shoulder)

    Penempatan tangan dan Prosedur :

    Pegang bagian posterior distal humerus, hanya bawah siku.

    Menstabilkan garis axillaris pada skapula untuk meregangkan teres major, atau menstabilkan bagian lateral dari toraks dan bagian superior dari pelvis untuk meregangkan latissimus dorsi

    gerakkan lengan pasien ke fleksi shoulder penuh untuk memanjangkan ekstensor bahu.

    Hiperekstensi Shoulder Untuk meningkatkan hiperekstensi shoulder ( untuk stretching fleksor shoulder )

    Posisi pasien :

    Tempatkan pasien dalam posisi tengkurap.

    Penempatan tangan dan Prosedur :

    bantu lengan dan pegang distal humerus.

    Menstabilkan bagian posterior skapula untuk mencegah gerakan tambahan.

    gerakkan lengan pasien ke arah hiperekstensi penuh bahu untuk memanjangkan fleksor bahu.

    Abduksi Shoulder Untuk meningkatkan abduksi pada shoulder

    (untuk stretching adduktor)

    Penempatan tangan dan Prosedur :

    Dengan siku tertekuk sampai 90derajat, pegang bagian distal humerus.

    Menstabilkan garis axillaris skapula.

    gerakkan pasien ke abduksi bahu penuh untuk memperpanjang adduktor bahu.

    Adduksi Shoulder Untuk meningkatkan adduksi shoulder (untuk

    stretching abduktor).

    Sangat jarang ketika pasien tidak dapat adduksi bahu sepenuhnya 0 derajat (sehingga lengan atas berada di sisi pasien). Bahkan jika pasien tidak bertenaga splint abduksi setelah jaringan lunak atau cedera sendi bahu, ketika ia tegak tarik konstan gravitasi memanjang para abduktor shoulder sehingga pasien dapat adduksi ke posisi netral

    External Rotasi Shoulder Untuk meningkatkan external rotasi shoulder (stretching the internal rotators)

    Penempatan tangan dan Prosedur :

    Abduksi bahu ke posisi nyaman-sekitar 30 atau 45 dan kemudian 90 jika glenohumoral (GH) joint stabil atau menempatkan lengan di sisi pasien.

  • 17

    siku sampai 90 sehingga lengan bawah dapat digunakan sebagai tuas.

    Pegang permukaan volar dari pertengahan lengan dengan satu tangan.

    Stabilisasi skapula diberikan oleh meja di mana pasien berbaring.

    Eksternal rotasi bahu pasien dengan menggerakkan lengan pasien lebih dekat ke meja. Hal ini sepenuhnya memperpanjang rotator internal.

    Pencegahan:

    Karena itu perlu untuk menerapkan kekuatan stretching seluruh sendi siku ketika memanjangkan rotator internal dan eksternal bahu, pastikan sendi siku stabil dan bebas rasa sakit. Selain itu, menjaga intensitas kekuatan peregangan yang sangat rendah, terutama pada pasien dengan osteoporosis.

    Internal Rotasi ShoulderBUntuk meningkatkan internal rotasi shoulder (stretching eksternal rotator)

    Penempatan tangan dan Prosedur :

    Abduksi bahu ke posisi yang nyaman yang memungkinkan rotasi internal terjadi tanpa thorax menghalangi gerak (awalnya untuk 45 dan akhirnya 90).

    Flexi siku sampai 90 sehingga lengan bawah dapat digunakan sebagai tuas.

    Pegang permukaan dorsal lengan dengan satu tangan, dan menstabilkan bagian anterior shoulder dan dukungan siku dengan lengan Anda yang lain dan tangan.

    gerakkan lengan pasien ke rotasi internal untuk memperpanjang Rotator eksternal bahu.

    Horizontal Abduction of the Shoulder To increase horizontal

    abduction of the shoulder (stretch the pectoralis muscles)

    Posisi pasien :

    Untuk mencapai abduksi horisontal secara full pasien posisi telentang, bahu pasien harus di tepi meja. Dimulai dengan bahu di 60-90 pada abduksi pasien sehingga siku juga tertekuk.

    Penempatan tangan dan prosedur

    Memahami aspek anterior Ikhtisar distal.

    Menstabilkan aspek anterior bahu.

    Siku dan lengan: hal yang harus dipertimbangkan

    Beberapa otot-otot yang melintasi siku, seperti bisep brachii

    dan brachioradialis, ini juga mempengaruhi supinasi dan pronasi

    lengan. Oleh karena itu, ketika peregangan fleksor siku dan

    extensors, teknik yang harus dilakukan dengan lengan pronated

    serta supinated

  • 18

    Elbow Flexion To increase elbow flexion (stretch the one-joint elbow extensors).

    Posisi pasien, penempatan tangan dan prosedur :

    Dengan pasien duduk atau berbaring telentang dengan lengan di tepi Meja, flexikan pasien bahu sejauh mungkin.

    Sambil mempertahankan fleksi bahu, pegang lengan distal dan flexi siku sejauh mungkin

    Penempatan tangan dan prosedur :

    Pegang lengan distal proksimal ke pergelangan tangan.

    Dengan lengan di samping pasien didukung pada tabel, menstabilkan Ikhtisar proksimal.

    Flexi elbow pasien melewati titik resistensi jaringan untuk memperpanjang extensors siku.

    Elbow Extension To increase elbow extension (to stretch the elbow flexors)

    Penempatan tangan dan prosedur :

    Pegang lengan distal. Dengan lengan atas di samping pasien didorong pada meja pasien. menstabilkan tulang belikat dan aspek anterior Ikhtisar proksimal.

    Memperpanjang siku hanya melewati titik resistensi jaringan untuk memperpanjang fleksor siku. Pastikan untuk melakukan hal ini dengan lengan dalam posisi netral untuk meregangkan setiap dari fleksor siku, pronasi dan supinasi

    To increase elbow extension with the shoulder extended (stretch

    the long head of the biceps)

    Dengan pasien berbaring telentang dekat dengan sisi Meja, menstabilkan aspek anterior bahu atau dengan pasien berbaring rentan, menstabilkan scapula.

    Supination or Pronation of the Forearm To increase supination or pronation of the forearm.

    Penempatan tangan dan prosedur

    Dengan pasien humerus didukung pada tabel dan siku tertekuk sampai 90, pegang lengan distal.

    Menstabilkan Ikhtisar.

    Supinate atau pronate lengan hanya di luar titik resistensi jaringan.

    Pastikan gaya peregangan diterapkan untuk jari-jari yang berputar di sekitar tulang hasta. Tidak memutar tangan, dengan demikian menghindari stres untuk sendi pergelangan tangan.

    Ulangi prosedur dengan siku diperpanjang. Pastikan untuk menstabilkan tulang lengan atas untuk mencegah rotasi internal atau eksternal bahu

    The Wrist and Hand: Special Considerations

    Otot-otot ekstrinsik jari melewati sendi pergelangan tangan dan karena itu mungkin pengaruh ROM dari pergelangan tangan. Gerakan pergelangan tangan juga dapat dipengaruhi oleh posisi siku dan lengan karena fleksor pergelangan tangan dan extensors menghasilkann proksimal pada epikondilus .

  • 19

    Ketika peregangan otot-otot di pergelangan tangan, kekuatan peregangan harus diterapkan proksimal ke sendi metacarpophalangeal (MCP), dan jari-jari harus santai.

    Posisi pasien

    Ketika peregangan otot-otot tangan dan pergelangannya, pasien harus duduk di kursi berdekatan dengan Anda dengan lengan didukung pada tabel untuk menstabilkan lengan secara efektif.

    Wrist Flexion To increase wrist flexion.

    Lengan disupinasikan, di midposition, atau pronated.

    stabilkan lengan terhadap meja pasien dan memahami aspek sal dor tangan pasien.

    Untuk memanjangkan pergelangan tangan extensors, flex pergelangan tangan pasien dan memungkinkan jari untuk memperpanjang pasif.

    Untuk lebih lanjut memanjangkan pergelangan tangan extensors, memperpanjang pasien siku.

    Wrist Extension To increase wrist extension

    Pronate lengan atau menempatkannya di midposition, dan posisikan pasien pada palmar tangan. Jika ada contracture fleksi pergelangan tangan parah, mungkin perlu untuk menempatkan tangan pasien ke tepi atas meja pasien.

    stabilkan lengan terhadap tabel.

    Untuk memperpanjang fleksor pergelangan tangan, memperpanjang pasien pergelangan tangan, memungkinkan jari untuk flex pasif.

    Radial Deviation To increase radial deviation.

    Memahami aspek ulnar tangan sepanjang metacarpal kelima. Memegang pergelangan tangan di midposition. Menstabilkan lengan. Radial pergelangan tangan untuk memperpanjang deviators ulnar dari pergelangan tangan

    Ulnar Deviation To increase ulnar deviation

    Memahami aspek radial tangan sepanjang metacarpal kedua, tidak jempol. Menstabilkan lengan. Menyimpang pergelangan tangan ulnarly untuk memperpanjang radial deviators

    The Digits: Special Considerations

    Kompleksitas hubungan antara struktur-struktur sendi dan otot ekstrinsik intrinsik dan multijoint dari digit tersebut memerlukan pemeriksaan yang teliti dan evaluasi faktor yang berkontribusi pada hilangnya fungsi di tangan karena keterbatasan gerak. Terapis harus menentukan apakah pembatasan dari pembatasan sendi, otot menurun fleksibilitas atau pelekatan tendon atau ligamen.

    Hasil harus selalu ditarik secara individual, tidak secara bersamaan. Jika otot ekstrinsik membatasi gerak, memperpanjang itu lebih dari satu sendi sementara menstabilkan sendi lainnya.Kemudian memegang posisi dipanjangkan dan peregangan atas kedua sendi, dan sebagainya, sampai panjang normal yang diperoleh. Seperti disebutkan dalam bab 3, mulai gerakan dengan sendi paling distal untuk meminimalkan geser dan tekan menekankan permukaan sendi-sendi kecil digit. Metode tertentu dari intervensi untuk berurusan dengan adhesi tendon dijelaskan dalam bab 19.

  • 20

    CMC Joint of the Thumb To increase flexion, extension, abduction, or adduction of the carpometacarpal (CMC) joint of the thumb.

    stabilkan genjang dengan ibu jari dan jari telunjuk.

    Memahami metacarpal pertama (tidak phalanx pertama) dengan ibu jari dan jari telunjuk lainnya.

    gerakkan metacarpal pertama ke arah yang diinginkan untuk meningkatkan fleksi CMC, ekstensi, penculikan, dan adduksi.

    MCP Joints of the Digits To increase flexion, extension, abduction, or adduction of the MCP joints of the digits.

    stabilkan metacarpal dengan ibu jari dan jari telunjuk.

    Memahami phalanx proksimal dengan ibu jari dan jari telunjuk lainnya.

    Perhatikan pergelangan tangan midposition.

    gerakkan bersama MCP ke arah yang diinginkan untuk peregangan.

    Memungkinkan sendi (IP) interphalangeal untuk melenturkan atau memperpanjang pasif.

    PIP and DIP Joints To increase flexion or extension of the proximal(PIP) and distal(DIP) interphalangeal joints.

    Memahami phalanx tengah atau distal dengan ibu jari dan jari.

    stabilkan phalanx proksimal atau menengah dengan ibu jari dan jari lainnya.

    gerakkan bersama PIP atau berenang ke arah yang diinginkan untuk peregangan

    LOWER EKTREMITY

    Meningkatkan fleksi hip dengan knee difleksikan

    1. Hand placement: hip & knee difleksikan bersamaan

    2. Stabilisasi: opposite femur dlm keadaan ekstensi untuk mencegah tilt pd pelvis

    3. Gerakkan hip dan knee pada full fleksi untuk meregangkan otot2 ekstensor hip

    Meningkatkan fleksi pada hip dengan knee diekstensikan (stretch of m. Gluteus maximus)

    Hand placement

    Sanggah pada bagian bawah betis klien dengan tangan atau bahu dengan lutut dalam keadaan extensi.

    Stabilisasi pada femur yang satunya untuk mencegah kompensasi pelvis ke arah posterior.

    Meningkatkan flexi Hip dengan Knee Diekstensikan (stretch m. Hamstring)

    Hand Placement

    posisikan knee pasien full ekstensi, beri sanggahan pada daerah tungkai bawah dengan lengan atau bahu

    Beri stabilisasi pada tungkai dengan menggunakan tangan atau bantuan dari asisten

    Dengan knee full ekstensi lakukan fleksi hip semaksimal mungkin

  • 21

    Meningkatkan ekstensi Hip (stretch of iliopsoas)

    1. Stabilisasi: pelvis, hip dan knee difleksikan

    2. Hand placement:

    -pasien berada di tepi tempat tidur, sehingga hip mudah dihiperekstensikan. - hiperekstensikan hip yang lainnya. Tekan bag. anterior distal femur.

    3. Posisi alternatif: - pasien dengan posisi tengkurap

    4. Posisi Alternatif

    Hand placement

    Sokong dan genggam bagian anterior pada distal femur Stabilisasi pada bagian gluteus untuk mencegah pergerakan pelvis. Hyperekstensikan hip.

    Meningkatkan ekstensi hip dan fleksi knee secara simultan (stretch of m. Rectus Femoris)

    1. Posisi pasien:

    fleksikan hip dan knee untuk menstabilkan pevis.

    2. Hand placement:

    letakkan tangan terapis pada distal tibia dan fleksikan knee perlahan-lahan sebisa mungkin.

    Meningkatkan abduksi hip (stretch of adductors)

    1. Hand placement

    sanggah bagian distal dari tibia dengan lengan bawah terapist.

    2. Stabilisasi: femur yg berlawanan dlm keadaan ekstensi untuk menghindari terjadinya posterior tilt pada pelvis

    Gerakkan hip dan knee pasien pada full fleksi

    Meningkatkan adduksi (stretch of m. Tensor fasciae Latae)

    1. Posisi: pasien berbaring menyamping

    2. Stabilisasi: crista iliaca

    3. Ekstensikan hip pasien hingga hampir hyperekstensi.

    4. Tangan pada bag.lateral distal femur.

    5. Minta pasien untuk mengadduksikan hip serah gravitasi, lalu lakukan stretch pada lateral distal femur.

    Meningkatkan external & internal rotasi hip

    Posisi: pasien tengkurap, hip ekstensi, dan knee fleksi 90o.

    Hand placement: Genggam pada distal tibia (bag.yg akan dilatih)

  • 22

    Stabilisasi :pelvis. Tekan pula bagian gluteus.

    Tekanlah maleolus lateral dan rotasikan secara eksternal dan internal (tergantung latihan) sesuai dengan yg diinginkan.

    Meningkatkan fleksi knee(stretch of Ekstensor Knee)

    1. Posisi: pasien tengkurap

    2. Stabilisasi pelvis dengan dengan memberi tekanan pd gluteus

    3. Genggam bag.anterior distal tibia; fleksi knee

    Meningkatkan ekstensi knee pada mid-range (stretch of fleksor knee)

    Posisi: pasien tengkurap dan letakkan sebuah bantalan kecil di distal femur, tepatnya dibawah patella.

    Hand placement & Stabilitation: Genggam pada distal tibia dan stabilisasikan pada bagian posterior femur. Luruskan perlahan lutut dan lakukan stretch.

    Meningkatkan ekstensi pada end-range

    1. Genggam bag. distal tibia dalam posisi tidur terlentang.

    2. Stabilisasi hip dengan tangan tepatnya pada bag. anterior-distal femur.

    Meningkatkan dorsofleksi pada ankle dgn ekstensi knee ( stretch of m. gastrocnemius)

    -Genggam heel (calcaneus) -Stabilisasi: bag.anterior tibia - calcaneus ke bawah dan dorong bagian metatarsal ke dalam.

    Meningkatkan dorsofleksi dgn fleksi knee (stretch of m. soleus) 1 Untuk mengurangi kerja m.gastrocnemius, knee hrs difleksikan. 2 Hand placement, stabilisasi, dan peregangan sama dengan peregangan pada m. gastrocnemius

    Meningkatkan plantarfleksion pd ankle

    Hand Placement

    1. Sokong bag.aspek distal tibia dengan satu tangan

    2. Genggam area tarsal dan metatarsal.

    Berikan stretch force pada bag. Anterior foot dan plantarfleksi sebisa mungkin.

    Meningkatkan inversi dan eversi pd ankle

    - Untuk meningkatkan gerakan, genggam calcaneus dan gerakkan ke arah medial(inversi) dan lateral(eversi)

    - Untuk stretching daerah tibialis anterior -genggam bag.anterior foot -dorsofleksi dan eversi foot

    Meningkatkan fleksi & ekstensi pd toes

    Stabilisasi bag.proksimal pada sendi yg kaku, kemudian gerakkan. Lakukan satu persatu.

    Principle of Aerobic Exercise

  • 23

    Fitness testing of healthy subjects Untuk menentukan kemampuan cardiovasikuler dapat

    dilakukan dengan berlari 1,2 mil atau jarak lari dalam 12 menit.

    Hal ini berhubungan dengan VO2max, tetapi hal ini terbatas

    digunakan pada orang yang masih muda atau usia menengah

    yang bisa melakukan dengan hati-hati dan sudah sering

    melakukan jogging dan running

    Tes yang dilakukan dalam beberapa tahap dapat mengarahkan

    pengukuran VO2max. Tes ini biasanya dilakukan dalam 4 sampai

    6 tahap, dimana kecepatan meningkat dalam tiap tahap. Tiap

    tahap dilakukan selama 3 sampai 6 menit. Melakukan

    pengukuran EKG selama tes berlangsung. Oksigen maksimal

    yang dapat dihirup dapat ditentukan ketika pemanfaatan

    oksigen yang tinggi disamping peningkatan beban kerja.

    Stress testing for convalescing individuals and individuals at risk Individu yang menjalani stress testing perlu dilakukan suatu

    pengujian fisik, yang dimonitor oleh ECG, yang dilakukan saat

    beristirahat, selama exercise, dan selama recovery

    Prinsip stress testing

    Mengubah beban kerja dengan terus meningkatkan

    kecepatan dan tingkat dari treadmill atau resistensi pada

    sepeda ergometer

    suatu beban kerja awal yang rendah dalam kaitan yang

    dapat diantisipasi atau sesuai kemampuan individu

    Tiap Workload diberikan selama 2 sampai 6 menit

    Tes dihentikan bila ada gejala atau kelainan yang dilihat

    pada ECG

    Jika tersedia dilakukan pengukuran pada jumlah oksigen

    maximal pada individu.

    Hal tambahan yang dilakukan sebagai dasar untuk

    menentukan level exercise atau exercise prescription pada

    stress test

    Melakukan diagnosa terhadap penyakit jantung

    Melakukan evaluasi pada kapasitas fungsional

    cardiovaskuler untuk membebaskan individu pada

    pekerjaan yang berat atau exercise program

    Menentukan kapasitas kerja fisik dalam kg-m/min atau

    kapasitas fungsional dalam METs

    Melakukan evaluasi pada exercise training dan preventive

    pograms

    Memilih dan mengevaluasi jenis treatment yang sesuai pada

    penderita penyakit jantung

    Meningkatkan motivasi individu untuk melakukan dan

    mempertahankan exercise programs

    Melakukan evaluasi secara klinis pada pasien dengan chest

    sensation atau memiliki riwayat chest pain untuk

    menetapkan probablilas pada pesien yang mempunyai

    penyakit serangan jantung. Dapat juga dilakukan evaluasi

    kapasitas fungsional pada pasien yang memiliki penyakit

    kronis.

    Hal yang perlu dilakukan oleh individu yang menjalani stress

    test

    Melakukan pengujian fisik

    Melakukan suatu persetujuan

    Melakukan monitoring ECG pada saat istirahat, selama

    exercise, dan selama recovery

  • 24

    Tindakan pencegahan yang diterapkan pada stress testing dan

    execcise program

    Memonitor denyut nadi untuk menilai peningkatan

    abnnormal pada heart rate

    Peningkatan tekanan darah pada saat exercise sekitar 7

    sampai 10 milimetersof mercury per MET pada aktifitas fisik

    Sistol mestinya tidak melebihi 220 sampai 240

    mmHg

    Diastol mestinya tidak melebihi 120 mmHg

    Rate and depth dari peningktan pernafasan dg exercise

    Pernafasan tidak sulit

    Individu tidak memiliki presepdi terhadap

    pemendekan pernafasan

    Peningkatan aliran darah saat exercise, mengatur

    temperatur dan mengimbangi kerja otot, mengakibatkan

    perubahan kulit pada cneeks, hidung, dan earlobes.

    menjadi merah muda, lembab, dan hangat jika disentuh

    End points yang menandakan berhentinya tes

    Progresif angina

    Penurunan tekanan systolic sebagai respon terhadap

    peningkatan workload

    Muka pucat, mual, atau ketidakcukupan peredaran

    sekeliling

    Respon ECG yang tidak normal mencakup ST segmen lebih

    dari 4 mms

    Multistage testing

    Pada tahap 4 sampai 6 dilakukan sekitar 3 sampai 6 menit.

    Berbeda pada tiap tahap, intensitas latihan, alat yang digunakan

    (sepeda,treadmill), durasi tiap tahap, end point, posisi tubuh,

    kelompok otot yng dilatih, dan tipe effort.

    Protokol telah dikembangkan untuk multistage testing.

    Treadmill yang paling populer adalah Bruce protocols. Treadmill

    speed and grade diubah tiap 3 menit. Peningkatan terjadi

    dengan cepat, dari 1,7mph menjadi 5,0mph, sedangkan initial

    grade dari 10% meningkat menjadi 18% selama lima tahap

    A. The Warm Up Period (Pemanasan)

    Tujuan dari periode ini adalah untuk tahap adaptasi sebelum

    latihan dilakukan. Selama periode ini akan terjadi:

    Peningkatan temperatur otot

    Peningkatan kebutuhan oksigen pada otot

    Pelebaran dari pembuluh kapiler

    Adaptasi dari pusat respirator pada berbagai stimulasi

    latihan

    Mencegah atau mengurangi Kemungkinan terjadinya cedera

    pada sistem muskuloskletal oleh peningkatan fleksibilitas

    Mencegah Terjadinya ischemia dan arryhtmias

    Harus dilakukan secara berangsur-angsur dan secukupnya

    untuk meningkatkan temperatur otot tanpa menyebabkan

    kelelahan.

    Karakteristik dari periode ini :

    10 menit periode dari latihan seperti calisthenic,

    static stretching, dan berlari dengan pelan

    Pencapaian dari heart rate adalah 20 beats/menit.

    B. The Aerobic Exercise Periode

    Periode ini merupakan tahap pemberian program latihan

    yang disesuaikan dengan kondisi klien.

    Penentuan Frequensi, Intensitas, Time, dan Teknik harus

    diperhatikan agar program latihan dapat memberikan hasil

    yang efektif.

  • 25

    Pada Latihan aerobik, energi submaksimum, ritme,

    repetitive, dan latihan dinamis dari kelompok otot besar

    harus ditekankan.

    Metode Latihan Aerobik

    Ada 4 jenis metode latihan aerobik, yaitu :

    Continous Training

    Energi submaksimum diperlukan sebagai syarat untuk

    menopang selama periode latihan.

    Aktivitas dapat dilakukan selama 20-60 menit tanpa

    menghabiskan sistem transpor O2

    Dosis ditingkatkan secara progresif sebagai

    perkembangan dari latihan yang dicapai. Overload

    dapat dicapai dengan meningkatkan durasi latihan

    Pada individu yang sehat, continous training merupakan

    cara paling efektif untuk meningkatkan daya tahan

    kardiorespirasi dan kebugaran.

    Interval Training

    Pada tipe ini, latihan diikuti oleh sebuah interval

    istirahat. Interval training ini lebih ringan atau tidak

    memaksa dibandingkan pada continous training.

    Pada individu sehat, interval training ini cenderung

    untuk meningkatkan kekuatan dan power daripada

    daya tahan.

    Interval relief bisa salah satunya rest relief atau work

    relief dan durasinya dari beberapa detik sampai

    beberapa menit.

    Jumlah total latihan yang dapat dilakukan dengan

    interval training ini lebih besar jika dibandingkan

    dengan continous training.

    Circuit Training

    Circuit training ini dilakukan dengan rentetan latihan

    aktivitas yang dilakukan secara berulang beberapa kali.

    Pemberian Circuit Training ini dapat meninkatkan

    kekuatan otot, dan daya tahan dari stressing baik itu

    aerobic mauoun anaerobic system.

    Circuit-Interval Training

    Merupakan kombinasi dari cirkuit dan interval training

    yang efektif karena dapat memproduksi ATP dari

    interaksi antara aerobik dan anaerobik sistem

    dan anaerobik sistem menjadi stress oleh aaktivitas

    yang beragam, dengan adanya interval relief maka ada

    jeda yang dibutuhkan untuk glikolisis dan produksi asam

    laktat sebelumnya untuk ketersediaan oksigen sebagai

    penyuplai ATP.

    C. The Cool-Down Periode

    Periode ini berlangsung selama 5-8 menit. Tujuan dari periode ini

    adalah

    Untuk mencegah terjadinya fainting (pingsan)

    Untuk menambah periode recovery dengan meningkatkan

    oksidasi dari sisa metabolisme dan pemindahan energi yang

    tersimpan

    Untuk mencegah myocardial ischemia, arrhytmias, dan

    komplikasi jantung lainnya

    A. Chronic illness and deconditioning

    1. Perubahan terjadi disebabkan oleh aktivitas maupun dampak

    penyakit.

    a. Ada penurunan kapasitas kerja, dampak dari penurunan O2

    maksimum dan penurunan kemampuan untuk

    menggunakan O2 dan melakukan pekerjaan .

  • 26

    b. Ada penurunan volume sirkulasi darah sebanyak 700-800

    ml. Dampaknya untuk beberapa orang yang masih pusing

    ketika pada awalnya mencoba untuk berdiri.

    c. Ada penurunan dalam plasma dan sel-sel darah merah, yang

    memungkinkan perpanjangan waktu sembuh.

    d. Ada penurunan massa tubuh tanpa lemak, yang

    mengakibatkan :

    1. penurunan ukuran otot

    2. penurunan kekuatan otot dan kemampuan untuk

    melakukan kegiatan yang memerlukan kelompok otot

    besar. Misalnya, seseorang mungkin mengalami

    kesulitan untuk berjalan, dalam memakai tongkat

    penyangga atau naik tangga.

    e. Ada peningkatan eksresi kalsium urin, yang hasilnya:

    1. dari penurunan dalam menahan beban

    rangsanganpenting dalam mempertahankan integritas

    tulang.

    2. osteoporosis.

    3. kemungkinan fraktur.

    2. Melalui program latihan, cardiovakular, neuromuskular, dan

    fungsi metabolisme dapat di balik. Hasil ini dapat dilihat dari :

    a. Penurunan denyut jantung istirahat, dengan latihan yang

    diberikan beban.

    b. Peningkatan stroke volume saat istirahat, stroke volum

    dengan olahraga, total volume jantung, paru-paru volume

    (volume ventilator), kapasitas vital, maksimal pengambilan

    O2, sirkulsi volume darah, volume plasma dan sel-sel darah

    merah, dan tubuh ramping massa.

    c. Kurang penggunaan sistem anaerobik selama kegiatan.

    B. disability, functional limitations, and deconditioning.

    seseorang yang memiliki cacat fisik atau batasan fungsional

    tidak boleh dikecualikan dari program conditioning yang akan

    meningkatkan tingkat kebugarannya. Ini termasuk orang-orang yang

    memakai kursi roda atau yang bermasalah seperti yang hemiplegia,

    atau amputasi.

    C. Tujuan

    tujuan dari suatu program latihan aerobik tergantung pada

    tingkat awal kebugaran seseorang dan kebutuhan klinis yang

    spesifik. Tujuan umum untuk mengurangi efek deconditioning

    penyakit dan penyakit kronis untuk meningkatkan kebugaran

    seseorang terhadap otot dan cardiovaskular.

    a. Masalah klinis

    a. Peningkatan kerentanan terhadap penyakit-penyakit atau

    kemungkinan patah tulang.

    b. pusing, ketika bergerak dari posisi duduk ke posisi

    berdiri.

    c. penurunan kekuatan otot dengan susah payah dan sesak

    napas saat naik tangga.

    d. penurunan kapasitas kerja yang membatasi jarak berjalan.

    e. Peningkatan denyut jantung dan tekanan darah untuk

    untuk berbagai kegiatan .

    f. Penurunan produk tekanan atau lainnya dengan gejala

    iskemik yang muncul pada tingkat latihan .

    b. Tujuan jangka pendek.

    a. pencegahan penyakit dan patah tulang.

    b. besarnya penurunan orthostatic hypotensive.

    c. kemampuan untuk naik tangga dengan aman tanpa sesak

    napas.

  • 27

    d. toleransi untuk walking, diukur jarak dan menyelesaian

    kegiatan tanpa menimbulkan kelelahan atu gejala lainnya.

    e. penurunan denyut jantung dan tekanan darah pada tingkat

    kegiatan tertentu.

    f. peningkatan tekanan maksimum tanpa menghasilkan

    iskemik

    c. Tujuan jangka panjang

    a. perbaikan paru, jantung, dan metabolisme respons

    terhadap berbagai tingkatan latihan.

    b. meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan kegiatan

    yang dipilih dengan tepat untuk denyut jantung dan

    tekanan darah untuk latihan.

    PERIPHERAL JOINT MOBILIZATION EKS. SUPERIOR

    Glenohumeral joint

    - Fossa glenoid concav dengan kepala humerus convex - Resting Position : shoulder abduksi 550 , adduksi horisontal 300 ,

    dan rotasi sehingga lengan bawah dalam bidang horisontal. - Treatment plane : dalam fossa glenoid dan bergerak dengan

    scapula. - Stabilisasi : fiksasi scapula dengan sebuah belt atau dibantu

    seorang astisten. a. Joint traction

    Indikasi : Testing ; treatment awal (grade II terus menerus) ; mengontrol nyeri ( grade I atau grade II oscilations) ; gerakan normal (grade III terus menerus).

    Posisi pasien : supine, dengan lengan dalam resting position ; tahan lengan diantara trunk dan elbow dari pemeriksa.

    Tangan pemeriksa : gunakan tangan yang dekat dengan bagian yg di treatment (ex : tangan kiri jika pengobatan pada shoulder kiri pasien) dan tempatkan pada axila pasien dengan bagian distal ibu jari ke sisi anterior dan finger ke posterior. Tangan yang lainnya memegang humerus dari sisi lateral.

    Mobilizing force : tangan pada axila menggerakkan humerus ke lateral

    Note : seluruh lengan bergerak dalam gerakan translasi menjauh dari bidang fossa glenoid. Distraksi mungkin dilakukan dengan humerus pada posisi apapun.

  • 28

    b. Caudal glide

    Indikasi : untuk meningkatkan abduksi (grade III terus-menerus) ; untuk reposisi kepala humerus jika diposisikan superior.

    Posisi pasien : sama seperti distraksi. Tangan pemeriksa : tempatkan satu tangan pada axila untuk

    memberikan distraksi grade I. Mobilizing force : tenaga berasal dari tanga disekitar lengan,

    tarik ke caudal dengan berat tubuh pemeriksa ke inferior. Note : glide juga biasa disebut long-axis traction

    c. Caudal glide alternate Tangan pemeriksa : sama

    seperti distraksi Mobilizing force : berasal

    dari tangan sekitar lengan, tarik kearah caudal seperti kita bersandar kebelakang

    d. Glenohumeral caudal glide progression

    Indikasi : untuk meningkatkan abduksi Posisi pasien : supine atau duduk dengan lengan abduksi

    sampai batas akhir. Tambahkan eksternal rotasi humerus sampai posisi akhir sampai lengan mendekat dan melampaui 900 .

    Posisi physio dan tangan pemeriksa : dengan pasien supine, berdiri menghadap kaki pasien dan stabilkan lengan pasien melawan trunk pemeriksa dengan tangan lebih jauh dari pasien. Pemeriksa menggerakan trunk sedikit yang akan memberikan distraksi grade I.

    Mobilizing force : tangan di proksimal humerus, glide humerus ke inferior

    e. Glenohumeral elevation progression Indikasi : untuk meningkatkan elevasi melebihi 900 dari

    abduksi Posisi pasien : supine

    dengan lengan abduksi dan elevasi sampai batas akhir jarak yang ada

    Posisi Physio dan tangan : tangan sama seperti caudal glide progresion. Atur posisi tubuh sehingga tangan untuk memberikan mobilizing force lurus dengan treatment plane. Tangan memegang elbow untuk mengaplikasikan distraksi grade I.

    Mobilizing force : dengan tangan pada proksimal humerus, tambah glide humerus kearah anterior. Tekan kepala humerus melawan lipatan inferior dari capsula pada axilla. arah gaya terhadap tubuh pasien bergantung pada jumlah dari rotasi keatas dan protraksi dari scapula.

    f. Glenohumeral posterior glide

    Indikasi : untuk meningkatkan fleksi, meningkatkan internal rotasi

    pasien : supine dengan lengan dalam posisi istirahat.

    Physio dan tangan : berdiri membelakangi pasien, diatara trunk dan lengan pasien. Sanggah lengan dengan trunk, pegang distal humerus dengan tangan lateral. Posisi ini memberikan distraksi sendi grade I.

  • 29

    Mobilization force : glide kepala humerus ke posterior dengan memindahkan seluruh lengan seperti menekuk lutut

    g. Glenihumeral posterior glide progression

    Indikasi : untuk meningkatkan posterior gliding saat fleksi 900 , untuk meningkatkan adduksi horisontal.

    Posisi pasien : supine dengan lengan fleksi 900 dan internal rotasi dan fleksi elbow. Lengan bisa juga dalam posisi adduksi horisontal.

    Posisi tangan : tempatkan pelapis dibawah scapula untuk stabilisasi. Tempatkan satu tangan disebbelah proksimal humerus untuk mengaplikasikan distraksi grade I. Tempatkan tangan lainya diatas elbow pasien. Tempatkan sebuah belt disekitar pelvis dan humerus pasien siap diaplikasikan distraksi force.

    Mobilizing force : glide humerus ke posterior dengan mendorong kebawah dari elbow

    h. Glenohumeral anterior glide

    Indikasi : meningkatkan ekstensi, meningkatkan eksternal rotasi

    Posisi pasien : prone, dengan lengan resting position pada pinggir bed. Sanggah lengan pasien dengan paha. Posisi lengan diatas paha memberikan distraksi grade I. Tangan yang lainya di dekat prosesus

    akromion dengan finger mengarah ke superior. Tangan ini memberikan stabilisasi force.

    Mobilizing force : aplikasikan di anterior dan sedikit kearah medial. Tekuk kedua lutut agar lengar bergerak ke anterior

    i. Glenohumeral anterior progression Indikasi : untuk meningkatkan

    eksternal rotasi Precaution : jangan tempatkan

    shoulder dalam abduksi 900 dan ke ekternal rotasi saat lengan diaplikasikan glide anterior karena dapat menyebabkan subluksasi anterior dari kepala humerus

    Teknik : gunakan distraksi progression. Mulai dengan shoulder dalam posisi rest, dengan humerus eksternal rotasi, lalu aplikasikan grade III distraksi tegak lurus ke tempat fossa glenoid

    Acromion clavicular joint ; anterior glide Indikasi : untuk menambah

    gerakan sendi Stabilisasi : fiksasi scapula

    pada prosesus akromion Posisi pasien : duduk atau

    prone Posisi tangan : pasien duduk,

    berdiri dibelakang pasien dan stabilkan akromion dengan fingger dari tangan lateral.ibu jari dari tangan lainya tempatkan pada posterior clavicula, hanya medial dari bagian sendi. Untuk pasien prone, stabilisasi akromion dengan gulungan handuk dibawah shoulder.

    Mobilizing force : ibu jari mendorong clavicula ke anterior

  • 30

    Sternoclavicular joint Permukaan proksimal clavicula adalah convex

    superior/inferior dan concave anterior/posterior

    Posisi pasien dan stabilisasi : supine, thoraks memberikan stabilitas ke strernum.

    a. Sternoclavicular posterior dan anterior glide : Indikasi : untuk

    meningkatkan retraksi Posisi tangan : finger pada suferior dan thumb desikitar

    clavikula b. Sternoclavicular anterior dan Inferior glide

    Indikasi : inferior glide untuk meningkatkan elevasi ; anterior glide meningkatkan protraksi

    Posisi tangan : finger ditempatkan di superior, thumb di inferior sekitar clevicula

    Mobilizing force : finger dan thumb mengangkat clavicula ke anterior dengan anterior glide. Finger menekan ke inferior untuk inferior glide.

    Scapulothoracic articulation Ini merupakan bukan sendi

    sebenarnya, tetapi soft tissue yang membentang untuk menstabilkan shoulder girdle.

    Indikasi : untuk meningkatkan elevasi scapula, depresi, protraksi, retraksi, rotasi.

    Posisi pasien : jika terdapat sedikit pergerakan, mulai dengan prone, dan tingkatkan ke side lying, dengan pasien menghadap ke pemeriksa. Lengan pasien diatas bagian inferior lengan pemeriksa dann biarkan menggantung sehingga lengan dapat rilkes

    Posisi tangan : tangan bagian superior ditempatkan disebelah prosesus akromion untuk mengantrol arah gerakan. Finger inferior mengangkat dibawah batas medial dan sudut inferior scapula.

    Mobilizing force : scapula bergerak dalam arah yang kita inginkan karena terangkat dari sudut inferior atau terdorong pada posesus akromion.

    ELBOW 1. Humeroulnar articulation

    Trochlea sendi conves dengan fossa olekranon concave position : elbow fleksi 700 , forearm supinasi 100 Tempat pengobatan : pada fossa olekranon, sudut kira-

    kira450 dari sumbu ulna Stabilization : fiksasi humerus dengan belt atau terdapat

    asisten yang dapat memegang itu a. Humeroulnar distraction dan progression

    Indikasi : awal tretment (grade I terusmenerus), control nyeri (grade I atau II) , untuk meningkatkan fleksi atau ekstensi (grade III atau IV)

    Posisi pasien : supine, dengan elbow diatas bed atau ditopang dengan prosesus olekranon proksimal. Istirahatkan wrist pasien, biarkan elbow dalam posisi resting untuk memulai treatment.

  • 31

    Posisi tangan : saat dalam resting posisi atau end range fleksi, tempatkan jari tangan tengah diatas proksimal ulna pada volar surface, perkuat dengan tangan lainya. Saat end range ekstensi, berdiri dan tempatkan dasar proksimal tangan diatas proksimal bagiann ulna dan topang dengan forearm distal dengan tangan lainya.

    Mobilizing force : tekanan berlawanan pada proksimal ulna pada sudut 450 ke batang tulang.

    b. Humeroulnar distal glide Indikasi : meningkatkan

    fleksi Posisi pasien dan posisi

    tangan : sama pada bagian a.

    Mobilizing force : gerakan seperti mecungkil dimana distraksi diterapkan seperti bagian 1, lalu tarik ulna sendiri.

    2. Humeroradial joint Capitulum conves dengan kepala radial concav Resting posisi : elbow ekstennsi, supinasi Treatment plane : pada kepala radial concave tegak lurus

    radial Stabilisasi : fiksasi humerus

    dengan satu tangan a. Humeroradial distraksi

    Indikasi : meningkatkan gerakan radius, memperbaiki dorongan elbow

    Posisi pasien : supine atau duduk dengna lengan rest di bed

    Posisi pemeriksa dan tangan : posisi pemeriksa pada bagian ulna pasien. Stabilisasi humerus dengan tangan superior, pegang disekitar distal radius dengan finger.

    Mobilizing force : tarik ke raius ke arah distal

    b. Humerolradial Dorsal dan volar glide glide Indikasi : glide dorsal untuk

    meningkatkan ekstensi. Volar glide untuk meningkatkan fleksi.

    Posisi pasien : supine atau duduk dengan elbow ekstensi dan supinasi sebisa mungkin

    Posisi tangan : stabilkan humerus dari sisi medial lengan pasien. Tempatkan permukaan palmar di lateral tangan pada aspec volar dan finger pada dorsal aspek dari kepala radial.

    c. Humeroradial compression Indikasi : menurangi subluksasi elbow Posisi pasien : supine atau duduk Posisi tangan : fiksasi humerus

    dan proksimal ulna Mobilizing force : dorong radius

    3. Radioulnar articulation a. Proksimal radioulnar

    Resting posisi : fleksi elbow 700 supinasi 350

    Stabilisasi : peoksimal ulna Indikasi : dorsal glide,

    meningkatkan pronasi, valar glide, untuk meningkatkan supinasi

    Posisi pasien : duduk atau supine dengan elbow dan lengan bawah istirahat.

    Posisi tangan : fiksasi ulna dengan dengan medial tangan sekitar medial aspect dari forearm, tempatkan tangan lainnya disekitar kepala radius dengan finger.

    Mobilizing force : tekan kepala radial dengan mendorong atau menarik dengan finger.

  • 32

    b. Distal radioulnar joint Resting posisi : supinasi 100 Treatment plane :

    permukaan sendi radius, sejajar ke radius

    Stabilisasi : distal ulna Indikasi : dorsal glide, untuk

    meningkatkan supinasi, untuk meningkatkan pronasi.

    Posisi pasien : duduk dengan lengan diatas bed ; lengna bawah dalam posisi istirahat.

    Posisi tangan : stabilkan distal ulna dengan finger dan tempatkan tangan lainya pada distal radius.

    Mobilizing force : glide distal radius ke dorsal atau volar sejajar dengan ulna.

    Wrist complex 1. Radiocarpal joint

    Resting posisi : lururs dengn radius dan metacarpal ketiga sedikit ulnar deviasi

    Stabilisasi : distal radius dan ulna a. Joint traksi

    Indikasi : pain control, pergerakan wrist dengan normal. Posisi pasien : duduk dengan lengan bawah diatas bed, wrist

    diatas sudut meja.

    Posisi tangan : pegang sekitar prosesus styloid dan fiksasi radius dan ulna. Tana lainya memegang distal carpal

    Mobilizing force : tarik ke arah distal

    b. General glide indikasi : dorsal glide untuk

    meningkatkan fleksi, volar glide untuk meningkatkan ekstensi, radial glide untuk meningkatkan ulnar deviasi, ulnar glide untuk meningkatkan radial deviasi

    Posisi pasien dan tangan : sama seperti bagian a.

    Mobilizing force : dari tangan sekitar distal carpal

    2. Spesifik carpal gliding Posisi pasien : duduk Posisi tangan : tengpatkan finger

    pada volar untuk stabilisasi, thumb di dorsal untuk mobilisasi

    Stabilisasi : untuk meningkatkan fleksi stabilisasi finger pada scapoid atau lunatum, untuk ekstensi stabilisassi finger pada radius

    Hand dan finger joint 1. Carpometacarpal dan intermetacarpal joint 2 sampai 5 a. Distraksi

    Indikasi : untuk meningkatkan pergerakan tangan

    Stabilisasi dan posisi tangan : stabilkan masing carpal dengan satu tangan, tangan lainya memegang sekitar metacarpal, dorsal thum dan volar finger.

    Mobilizing : aplikasikan traksike metacarpal untuk memisahkan permukaan sendi.

  • 33

    b. Volar glide

    Indikasi : meningkatkan gerakan arkus tangan

    Stabilisasi dan posisi tangan :sama seperti bagian a

    Mobilizing force : thumb mengglide proksimal metacarpal

    2. Carpometacarpal joint Resting posisi :midway Stabilisasi : fiksasi trappesium Treatment plane : trapesium untuk abduksi-adduksi,

    metacarpal proksimal untuk fleksi-ekstensi a. Joint traksi

    Indikasi : pain control; gerakan umum Posisi pasien : fiksasi trapezium; pegang metacarpal pasien Mobilizing force : terapkan traksi

    b. Glide Indikasi : untuk meningkatkan fleksi ulnar glide , untuk

    meningkatkan ekstensi glide radial, untuk meningkatkan abduksi glide dorsal, dan untuk meningkatkan adduksi glide volar

    Posisi pasien dan tangan : stabilkan trapezium Mobilizing force : berasal dari thenar metacarpal

    3. Metacarpophalangeal Posisi rest : sedikit fleksi Treatment plane : permukaan distal artikulasio Stabilisasi : isturahatkan tangan dan lengan pada bed, fiksasi

    artikulasio proksimal dengan finger a. Joint traksi

    Indikasi : pain control, gerakan umum

    Posisi tangan : gunakan proksimal tangan untuk menstabilkan proksimal tulang dan tangan lainya disekitar distal sendi

    Mobilizing force : terapkan traksi b. Distraksi

    Indikasi : untuk meningkatkan fleksi, volar glide ; untuk meningkatkan ekstensi , dorsal glide, untuk abduksi dan adduksi, radial dan ulnar glide

    Mobilizing force : tekanan glide berasal dari thumb

  • 34

    TEKNIK MOBILISASI SENDI EKS. INFERIOR Hip Joint Asetabulum konkaf menerima konveks ada kepala femur

    Posisi Istrahat: fleksi hip 30 dan sedikit rotasi eksternal. Stabilisasi: fiksasi pelvis dengan menggunakan belt.

    1. Distraksi pada permukaan dengan beban berat; a. caudal glide

    Indikasi : Menguji, pengobatan pertama, mengontrol nyeri, mobilisasi umum.

    Posisi pasien : Supine, dengan hip dalam posisi istrahat dan lutut ekstensi.

    Precaution: Posisi ini tidak bisa dilakukan apabila lutut mengalami disfungsi.

    Posisi terapis dan letak tangan: Berdiri di ujung bed, letakkan belt di area trunkmu lalu lilitkan belt di kaki pasien dan sekitar ankle. Letakkan tangan pada proksimal malleolus, di bawah belt.

    Gaya mobilisasi: Traksi aksis panjang dilakukan dng menarik kaki sambil mengayung ke belakan.

    Posisi alternatif untuk caudal glide Indikasi: untuk melakukan distraksi pada permukaan

    dengan beban berat apabila terjadi disfungsi nyeri. Posisi pasien: Supine, dengan hip dan lutut fleksi Posisi terapis dan letak tangan: genggam epicondilus dan

    distal femur. Jangan tekan patella. Gaya mobilisasi: berasal dari tangan terapis dan digunakan

    pada arah kaudal ketika mengayun ke belakang.

    b. Posterior glide hip Indikasi: untuk

    meningkatkan gerakan fleksi dan internal rotasi

    Posisi pasien: supine, dengan hip di ujung bed. Pasien membantu stabilisasi pelvis dengan memfleksikan hip yang berlawanan dan memegang paha dengan tangan. Hip dimobilisasi dalam posisi istrahat.

    Posisi terapis dan letak tangan: berdiri di sisi medial paha pasien. Letakkan belt di sekeliling shoulder dan di bawah paha pasien untuk membantu menahan beban dari ektstremitas bawah. Letakan tangan distal anda di bawah belt dan distal paha. Letakan tangan proksimal pada permukaan anterior pada proksimal paha.

    Gaya mobilisasi: jaga elbow Anda tetap ekstensi dan fleksikan lutut; lakukan force melalui tangan proksimal Anda pada arah posterior.

    c. Anterior glide Indikasi: untuk

    meningkatkan ekstensi dan eksternal rotasi.

    Posisi pasien: prone dng trunk istrahat pada bed dan hip berada pada pinggir bed. Kaki yg berlawanan di atas lantai.

    Posisi terapis dan letak tangan: berdiri di sisi medial paha pasien; letakan belt di sekeliling shoulder dan paha pasien untuk membantu menahan beban kaki. Dengan tangan distal, genggam kaki pasien; sedangkan tangan proksimal ada di belakan paha proksimal tepat di bawah gluteus.

    Gaya mobilisasi: jaga elbow Anda tetap ekstensi dan fleksikan lutut; lakukan force melalui tangan proksimal Anda pada arah anterior.

  • 35

    Posisi Alternatif Anterior Glide Posisi pasien side-lying dengan

    paha fleksi dan dibantu bantal. Berdirilah di belakang pasien dan stabilisasi pelvis melewati SIAS dengan tangan kranial. Dorong melawan bagian posterior dari trokhanter mayor pada arah anterior dengan tangan kaudal. The Knee And Leg 1. Artikulasi Tibiofemoral

    Konkaf tibial mendatar tinggi pada konveks kondilus femur. Posisi Istirahat: fleksi 25 Treatment plane: sepanjang permukaan plateaus tibial. Ini

    bergerak dengan tibia sebagai perubahan sudut lutut. Stabilisasi: Pada banyak kasus, femur distabilisasi dengan

    belt atau bet. a. Traksi sendi: traksi long-axis

    Indikasi: pengujian, penyembuhan pertama; kontrol nyeri, mobilitas umum.

    Posisi pasien: duduk, supine atau prone; dimulai dengan posisi lutut istrahat.

    Letak tangan: Genggam di sekitar distal kaki, proksimal malleolus dengan kedua tangan.

    Gaya mobilisasi: tarik pada axis yang panjang dari tibia untuk memisahkan permukaan sendi

    b. Posterior Glide; Tes Drawer Indikasi: untuk

    meningkatkan fleksi Posisi pasien: supine

    dengan kaki isirahat pada bed. Posisi untuk tes Drawer bisa digunakan untuk memobilisasi tibia baik posterior.

    Posisi terapis dan letak tangan: duduk di bed dengan paha memfiksasi kaki pasien. Dengan kedua tangan genggam di sekitar tibia, jari2 pada posterior dan thumb pada anterior.

    Gaya mobilisasi: ekstensikan elbow dan ayunkan tubuh ke depan; tekan tibia ke belakang dengan ibu jari.

    Posterior glide, posisi alternatif, dan progresi Indikasi: Untuk meningkatkan fleksi Posisi pasien: duduk,

    lutut fleksi di sepanjang pinggir bed

    Posisi terapis dan letak tangan: pada posisi istrahat, berdirilah di sisi medial kaki pasien. Pegang distal kaki pasien dengan tangan distal dan letakkan palmar tangan proksimal disepanjang sisi anterior tibia.

    Gaya mobilisasi: ekstensikan elbow dan ayunkan tubuh ke tibia, gliding ke arah posterior.

  • 36

    c. Anterior glide Indikasi: untuk meningkatkan ekstensi Posisi pasien: prone, lutut

    dalam posisi istrahat. Letakan pad kecil dibawah distal paha untuk mencegah kompresi patela.

    Letak tangan: genggam distal tibia dengan tangan yang dekat dengan itu, dan letakan palmar dari tangan proksimal pada sisi posterior dari proksimal tibia.

    Gaya mobilisasi: tekan denga tangan pada proksimal tibia ke arah anterior.

    2. Patellofemoral Joint a. Distal Glide

    Indikasi: untuk meningkatkan mobilitas patela pada fleksi lutut

    Posisi pasien: supine dengan lutut ekstensi

    Letak tangan: berdiri di samping paha pasien. Letakan arkus tangan yg dekat dengan paha di pinggir superior patela.

    Gaya mobilisasi: Glide patela ke arah kaudal, paralel dengan femur.

    Precautions: Jangan tekan patella ke dalam kondilus femur ketika melakukan teknik ini.

    b. Medial-Lateral Glide Indikasi: untuk meningkatkan

    mobilitas patella Posisi pasien: terlentang,

    dengan knee di ekstensikan Peletakan tangan: letakkan

    jari-jari anda di bagian medial dan ibu jari dibagian lateral disekeliling medial dan lateral dipinggir patella, secara berurutan.

    Gaya mobilisasi: Arahkan patella ke arah medial atau lateral, melawan tahanan.

    3. Artikulasi tibiofibular proximal : anterior (ventral) glide Indikasi: Untuk meningkatkan gerakan dari kepala fibular;

    untuk mereposisi bagian posterior dari posisi kepala Posisi pasien: Baring

    menyamping, dengan trunk dan hip diputar sebagian menuju pronasi; bagian atas kaki difleksikan ke depan jadi knee dan bagian bawah kaki disandarkan di bed atau didukung dengan bantal.

    Posisi terapis dan peletakan tangan: berdiri dibelakang pasien, letakkan satu dari tangan fisioterapis dibawah tibia untuk menstabilisasikannya. Letakkan pangkal dari tangan posterior anda di kepala fibula, genggam tangan anda dibagian anterior.

    Gaya Mobilisasi: berasal dari tumit dari tangan melawan bagian posterior dari kepala fibula, kearah lateral anterior.

  • 37

    4. Artikulasi tibiofibular proximal anterior (ventral) glide Indikasi: Untuk meningkatkan

    gerakan dari kepala fibular; untuk mereposisi bagian posterior dari posisi kepala

    Posisi pasien: Baring menyamping, dengan trunk dan hip diputar sebagian menuju pronasi; bagian atas kaki difleksikan ke depan jadi knee dan bagian bawah kaki disandarkan di bed atau didukung dengan bantal.

    Posisi terapis dan peletakan tangan: berdiri dibelakang pasien, letakkan satu dari tangan fisioterapis dibawah tibia untuk menstabilisasikannya. Letakkan pangkal dari tangan posterior anda di kepala fibula, genggam tangan anda dibagian anterior.

    Gaya Mobilisasi: berasal dari tumit dari tangan melawan bagian posterior dari kepala fibula, kearah lateral anterior.

    5. Distal Tibiofibular Joint Anterior atau Posterior Glide Indikasi: Untuk meningkatkan mobilitas ketika kaki dibatasi

    untuk dorsiflexion. Posisi Pasien: Telentang atau tengkurap atau tedengan

    distabilisasi handuk d bag bawah ankle. Penempatan Tangan:

    kedua tangan berada di ujung meja, tempatkan tangan sisi medial dan lateral distal tibia . Gunakan thumb utk stabilisasi dan jari2 lainnya d bagian posterior.

    Gaya Mobilisasi: Tekan melawan fibula ke arah anterior saat tertelungkup dan ke arah posterior saat terlentang.

    Ankle dan Sendi Tarsal 1. Talocrular (sendi ankle atas) Konveks persendian talus dengan konkaf mortise membuat tibia dan fibula. Posisi istirahat: Plantarfleksi 10 derajat Treatment plane: Dalam mortise, di arah anterior-posterior

    dengan mengenai kaki. Stabilisasi: Tibia tertahan melawan bed a. Talocrural Distraction

    Indikasi: Pengujian, pemeriksaan awal, kontrol nyeri, mobilitas umum

    Posisi pasien: Terlentang dengan extremitas bawah extensi dan ankle dalam posisi istirahat.

    Posisi therapist: Berdiri di samping meja, letakan kedua tangan pada dorsum pedis pasien. Latakan ibu jari pada pada plantar pedis.

    Mobilization Force: Tarik kaki dari axis longitudinal dari tungkai ke arah distal dgn fisioterapis mundur ke belakang.

    b. Talocrural Dorsal (Posterior) Glide Indikasi: Untuk meningkatkan dorsofleksi Posisi Pasien: Terlentang dengan kaki pada meja dan tumit

    berada di luar meja. Posisi terapist ,letak tangan,dan mobilisasinya: posisi terapis

    berada di samping pasien,lalu satu tangan terapis berada di bagian anterior distal tibia,dan tangan yang satunya lagi memegang bagian talus, Glidingkan talus ke arah posterior dgn tibia melawan talus.

  • 38

    c. Talocrural Ventral (Anterior) Glide Indikasi: untuk menngkatkan

    gerakan plantarfleksi Posisi Pasien: Pasien

    tengkurap dengan kaki ditepi meja

    Posisi terapist ,letak tangan,dan mobilisasinya: Terapisnya berada di ujung meja bagian lateral dari pasien,lalu satu tangan pemeriksa ditempatkan di bagian dorsum kaki,dan tangan yang satunya lagi memegang bagian calcaneus lalu gerakan secara berlawanan.

    2. Subtalar ( talocalcaneal) joint Calcaneus merupakan bagian convex, sedangkan persendian

    tallus adalah concav dimana terletak pada bagian posterior. a. Subtalar (Talocalcaneal) Distraction

    Indikasi: Pengujian, pemeriksaan awal, kontrol nyeri, mobilias umum untuk eversi dan inversi

    Posisi Pasien: Terlentang dengan kaki di letakan pada meja dan tumit agak ke tepi.

    Posisi terapist ,letak tangan,dan mobilisasinya: Terapis berada di bagian bawah kaki pasien,lalu satu tangan memegang calcaneus bagian posterior. Tangan yang satunya memfikasi tallus dan malelolus pada meja,dan tarik calcaneus ke arah distal.

    b. Subtalar Medial atau lateral glide Indikasi: Medial glide

    untuk meningkatkan eversi; lateral glide untuk meningkatkan inversi

    Posisi Pasien: pasien tengkurap dengan kaki di sandar pada meja

    Posisi terapist ,letak tangan,dan mobilisasinya: pemeriksa berada di samping pasien,lalu satu tangan pemeriksa memegang bagian talus,dan tangan yang satunya memegang bagian distal calcaneus lalu bagian distal calcaneus di dorong ke arah lateral (untuk lateral glide) dan ditarik ke arah medial (untuk medial glide).

    3. Intertarsal joints and tarsometatarsal joints pergerakan pada arah dorsi-plantar, semua permukaan

    artikulasi menjadi konkaf dan konveks pada arah yg sama. a. Plantar glide

    Indikasi: untuk meningkatkan pergerakan planterfleksi

    Posisi Pasien: Terlentang dengan hip dan knee di flexikan atau duduk dengan knee menggantung d ujung bed diistirahatkan.

    Stabilisasi: Fixasi ankle bagian proksimal dengan jari2 pd bagian plantar.

  • 39

    Penempatan tangan: Untuk mobilitas tarsal joint genggam di bagian medial. Ftis berada d bagian lateral kaki. Letakkan tangan proksimal melingkari ankle joint dan tangan lainnta menggennggam telapak kaki dengan jari2 d bagian plantar untuk stabilisasi. Untuk mobilisasi bagian medial, ftis berada pada bagian medial kaki. Dgn prosedur spt di atas

    Gaya Mobilisasi: Dorong tulang bag.distal dari bagian dorsal dengan arah plantarfleksi.

    b. Dorsal glide Posisi Pasien: Tengkurap

    dengan knee di flexikan. Stabilisasi: Fiksasi

    dibagian tulang2 proksimal.

    Penempatan tangan: Untuk mobilisasi lateral tarsal joint, Fts berada di sisi medial kaki, genggam dengan jari2 mengelilingi bagian lateral kaki; begitu juga untuk bagian medial.

    Kekuatan Mobilisasi: Dorong dari permukaan plantar ke arah dorsal

    Principle of treating shoulder Otot otot pada Shoulder Joint

    Pectoralis

    Coracobrachialis

    Subscapularis

    Biceps brachii

    Deltoid

    Supraspinatus

    Infraspinatus

    Latissimus dorsi

    Teres major Otot otot pada Shoulder Gridle

    Pectoralis minor : gerakan depresi

    Serratus anterior : gerakan abduksi

    Subclavius : melindungi dan menstabilisasi sternoclavicular joint, dan gerakan depresi scapula.

    Levator scapula : gerak elevasi

    Rhomboid major-minor : gerak downward rotasi scapula, adduksi, dan elevasi scapula menstabilisasi scapula selama abduksi lengan

    Upper trapezius : gerak elevasi dan upward rotasi scapula

    Middle trapezius : adduksi lengan

    Lower trapezius : gerak upward rotasi scapula, depresi, dan adduksi lengan

    Untuk Meningkatkan fleksi elevasi lengan Untuk Meningkatkan External Rotasi

    Lengan

  • 40

    Untuk Meningkatkan Abduksi Elevasi Lengan

    Meningkatkan Ekstensi

  • 41

    Principle of treating elbow

    Meningkatkan Fleksibilitas Otot Dan Meningkatkan Mobilitas Pada Bekas Luka A. Teknik aktif inhibisi untuk ekstensor carpi radialis brevis. Posisi pasien dimulai dengan elbow diekstensikan dan dalam keadaan pronasi. Physio memegang tangan wrist pasien, kemudian pasien melakukan gerakan ulnar deviasi wrist dan memfleksikan wrist dan finger. Nyeri tidak meningkatkan, hanya sensasi peregangan yang dapat dirasakan. Teknik contract-relax juga dapat diterapkan B. Teknik self-stretching untuk kelompok otot ekstensor. Pasien menempatkan punggung tangan pada dinding, dan jari-jari mengarah ke bawah. Keadaan elbow ekstensi dan pronasi, pasien diminta untuk menggerakkan punggung tangan dari posisi awal menaiki dinding perlahan-lahan. Ketika sensasi yang menarik pada area extensors terasa, posisi pasiendipertahankan. aktif inhibisi dapat ditambahkan oleh dengan posisi fleksi jari-jari. C. Teknik self-stretching untuk kelompok otot fleksor. Memanjangkan otot dengan menempatkan telapak tangan ke dinding, jari-jari mengarah ke bawah, keadaan elbow ekstensi dan pronasi kemudian minta pasien untuk menggerakkan punggung tangan dari posisi awal menaiki dinding perlahan-lahan (cara yang sama seperti yang dijelaskan dalam b) D. Berikan cross-fiber massage pada lokasi bekas luka sehingga mengaktifkan jaringan-jaringan disekitar luka.

  • 42

    2. Menguatkan Otot A. Kemajuan latihan isometrik pada berbagai posisi yang bebas nyeri. Ketika tidak ada rasa nyeri melalui jangkauan gerak sehingga kemajuan dari gerakan konsentris dengan tahanan dapat optimal B. Latihan resistensi progresif (pres) menggunakan sebuah hand-held (beban yang digenggam) yang digunakan untuk fleksi, ekstensi, pronasi dan supinasi. Untuk melakukan latihan pasien memgang beban, kemudian melakukan gerakan strenthening dengan tahanan. Tahanan diberikan dengan melawan arah gaya dari pasien. C. Memulai gerakan eksentrik, pertama dengan bobot ringan, dan mengembangkan kontrol pada pain-free. Tingkatkan waktu untuk setiap latihan dari 1 sampai 3 menit untuk mengembangkan ketahanan, kemudian meningkatkan beban atau kecepatan, tergantung pada hasil yang diinginkan. Memperkuat Dan Mengembangkan Ketahanan Dalam Gabungan Pola Gerakan

    Mensimulasikan aktivitas yang diinginkan. Misalnya menggunakan pulley dinding untuk merangsang tenis ayunan. Ada 3 jenis latihan yang dapat dilakukan dengan menggunakan pulley

    A. Backhand stroke B. Forehand stroke C. Serve

    Menentukan Apakah Ada Komponen Yang Rusak Yang Berkontribusi Terhadap Penggunaan Berlebih Pada Elbow.

    Menilai pola gerak pada seluruh ekstremitas atas dan kontrol pada batang tubuh. To stretch tight muscles Catatan: sebelum memulai program otot-peregangan, pastikan kapsul sendi tidak membatasi gerak. jika bermain bersama terbatas, menggunakan teknik mobilisasi sendi dalam hubungannya dengan otot-peregangan teknik. (lihat bab 6).

    Elbow flexors tindakan pencegahan: ketika peregangan fleksor siku ketat,

    adalah penting untuk membedakan antara bisep dan otot brakialis dengan memanjangkan otot bisep di bahu sambil mempertahankan siku dalam ekstensi dan pronasi. jika brakialis adalah otot membatasi dan lembut atas perut otot distal, peregangan cintraindicated karena peregangan mungkin endapan assificans myositis. lihat bagian IV.

    jika bisep yang ketat, gunakan penghambatan aktif, pasif, atau teknik self-stretching (lihat gbr. 2-8)

    meregangkan sendiri otot bisep, tempat individu lengan di belakang punggung dengan siku diperpanjang dan lengan bawah pronasi dan menarik lengan belakang dengan sisi lain.

    intensitas rendah lama-lama peregangan dengan belat dinamis dapat digunakan untuk mengurangi siku kontraktur fleksi.

    untuk kontraktur ringan, menggunakan bobot yang ringan dipegang di tangan atau gelang di lengan bawah distal selama 5 sampai 7 menit. menempatkan handuk di bawah humerus distal sebagai titik tumpu.

    Elbow extensors jika trisep ketat, gunakan penghambatan, pasif peregangan, dan

    peregangan diri teknik, termasuk fleksi bahu untuk meregangkan kepala panjang (lihat gbr. 2-7 dan 2-9.)

    untuk diri-peregangan, flexes individu siku dan bahu sejauh mungkin, kemudian mendorong terhadap humerus dengan tangan yang lain.

    diri peregangan untuk meningkatkan fleksi siku, pasien berbaring dalam posisi rawan disangga dengan siku tertekuk dan lengan beristirahat di atas meja. pasien menurunkan dada sejauh fleksi siku memungkinkan dan mempertahankan posisi selama ditoleransi.

  • 43

    Supinators and pronators jika pronasi atau supinasi terbatas, peregangan dengan siku

    pasien tertekuk untuk menstabilkan humerus terhadap pasukan rotasi (lihat gbr. 2-10)

    diri-stretch ke pronasi, pasien menggenggam belakang yang terlibat lengan dengan tangan normal sehingga dasar adalah melawan radius posterior dan jari melilit ulna.

    diri-stretch ke supinasi, tumit tangan normal ditempatkan di sisi volar radius. gaya diterapkan terhadap jari-jari sehingga tidak ada trauma pada pergelangan tangan to strengthen weak muscles elbow flexion

    untuk menggunakan sebagian efisien kepala panjang biseps, memungkinkan bahu untuk memperpanjang sementara meregangkan siku. pasien duduk atau berdiri dengan berat badan di tangan dan fleksi siku, menjaga lengan supinated sementara tangan bergerak ke arah pinggang (gbr. 5-9). ini juga dapat dilakukan dengan resistensi elastis dijamin di bawah kaki.

    fleksor siku juga diperkuat dengan humerus dipertahankan pada sisi atau stabil dalam fleksi atau penculikan dan lengan bawah pronasi untuk de-menekankan bisep

    elbow extension menggunakan trisep, bahu flexes paling efisien sementara

    memperpanjang siku. pasien duduk atau berdiri dengan siku tertekuk dan dengan berat di tangan pada tingkat bahu. berat diangkat lurus di atas kepala. hati-hati: fungsi otot korset bahu yang baik diperlukan untuk secara efektif melakukan latihan ini (lihat gbr 8-26.)

    menggunakan kepala panjang trisep, bahu flexes paling efisien sementara memperpanjang siku. pasien duduk atau berdiri dengan siku tertekuk dan dengan berat di tangan pada tingkat bahu. berat diangkat lurus di atas kepala. hati-hati: fungsi otot korset bahu yang baik diperlukan untuk secara efektif melakukan latihan ini

    Principle of treating wrist and hand WRIST Palmar flexi Otot : m.flexor carpi ulnaris, m.carpi radialis, m.