resume chapter 2

24
CHAPTER 2 PEMANGKU KEPENTINGANDAN ISU-ISU PENDEKATAN MANAJEMEN A. Mengapa Menggunakan Pendekatan Manajemen Pemangku Kepentingan untuk Etika Bisnis? Pendekatan manajemen pemangku kepentingan merupakan respon dari pertumbuhan dan kompleksitas dari perusahaan kontemporer dan kebutuhan untuk memahami bagaimana mereka beroperasi dengan para pemangku kepentingan dan pemegang saham mereka. Teori pemangku kepentingan berpendapat bahwa perusahaan harus memperlakukan semua konstituen mereka dengan adil dan hal itu bisa memungkinkan perusahaan untuk berkinerja lebih baik di pasar. “Jika organisasi ingin menjadi efektif, mereka akan memperhatikan semua dan hanya hubungan mereka yang bisa mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi.”. Cara yang lebih familiar untuk memahami perusahaan adalah “pendekatan pemegang saham”, yang fokus pada hubungan ekonomi dan keuangan. Sebaliknya, pendekatan manajemen pemangku kepentingan adalah metode deskriptif yang mempelajari para pelaku. Pendekatan Manajemen Pemangku Kepentingan: Kritik dan Respons Kritik dominan atas teori pemangku kepentingan dari beberapa ilmuwan adalah perusahaan hanya harus melayani pemegang saham karena mereka adalah pemilik perusahaan. Hal itu penting untuk mengamati kritik atas teori pemangku kepentingan dan merespons hal tersebut dalam rangka memahami tujuan dari teori pemangku kepentingan. Berikut ini adalah kritik terhadap teori pemangku kepentingan yang ditawarkan oleh para ilmuwan: 1. Meniadakan dan melemahkan kewajiban tugas fidusia manajer kepada pemegang saham

Upload: bobby-zuriati

Post on 03-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Etika Bisnis

TRANSCRIPT

CHAPTER 2PEMANGKU KEPENTINGANDAN ISU-ISU PENDEKATAN MANAJEMEN

A. Mengapa Menggunakan Pendekatan Manajemen Pemangku Kepentingan untuk Etika Bisnis?Pendekatan manajemen pemangku kepentingan merupakan respon dari pertumbuhan dan kompleksitas dari perusahaan kontemporer dan kebutuhan untuk memahami bagaimana mereka beroperasi dengan para pemangku kepentingan dan pemegang saham mereka. Teori pemangku kepentingan berpendapat bahwa perusahaan harus memperlakukan semua konstituen mereka dengan adil dan hal itu bisa memungkinkan perusahaan untuk berkinerja lebih baik di pasar. Jika organisasi ingin menjadi efektif, mereka akan memperhatikan semua dan hanya hubungan mereka yang bisa mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi..Cara yang lebih familiar untuk memahami perusahaan adalah pendekatan pemegang saham, yang fokus pada hubungan ekonomi dan keuangan. Sebaliknya, pendekatan manajemen pemangku kepentingan adalah metode deskriptif yang mempelajari para pelaku.Pendekatan Manajemen Pemangku Kepentingan: Kritik dan ResponsKritik dominan atas teori pemangku kepentingan dari beberapa ilmuwan adalah perusahaan hanya harus melayani pemegang saham karena mereka adalah pemilik perusahaan. Hal itu penting untuk mengamati kritik atas teori pemangku kepentingan dan merespons hal tersebut dalam rangka memahami tujuan dari teori pemangku kepentingan. Berikut ini adalah kritik terhadap teori pemangku kepentingan yang ditawarkan oleh para ilmuwan:1. Meniadakan dan melemahkan kewajiban tugas fidusia manajer kepada pemegang saham2. Melemahkan pengaruh dan kekuatan kelompok pemangku kepentingan3. Melemahkan perusahaan4. Merubah karakter jangka panjang dari sistem kapitalis.Secara etis, pendapat tersebut berdasarkan pada properti dan hak kontrak yang tersirat, dan dalam tugas fidusia dan tanggung jawab manajer kepada pemegang saham.Para kritikus mengklaim bahwa kekuatan kelompok pemangku kepentingan bisa dilemahkan oleh teori pemangku kepentingan dengan memberikan perlakuan yang sama kepada semua pemangku kepentingan seperti yang disarankan oleh teori pemangku kepentingan. Perusahaan bisa juga menjadi lemah dalam mengejar keuntungan apabila mereka berupaya untuk melayani semua kepentingan pemangku kepentingan. Perusahaan tidak bisa menjadi semuanya untuk semua pemangku kepentingan dan melindungi kepentingan fidusia pemegang saham.Mendapat kritik seperti itu, teori pemangku kepentingan tetap populer dan digunakan secara luas. Masyarakat dan ekonomi melibatkan kepentingan pasar dan non pasar atas keberagaman pemangku kepentingan seperti pemegang saham. Untuk memahami dan mempengaruhi strategi perusahaan yang bertanggungjawab, diperlukan metode yang meliputi pemain lain dan faktor lingkungan bukan hanya pemegang saham atau kepentingan keuangan-. Beberapa poin berikut merupakan respon terhadap kritik di atas. Pertama, teori pemangku kepentingan memang menawarkan keuntungan, dan memberikan bukti yang menunjukkan bahwa manajemen pemangku kepentingan dapat menghasilkan pembelajaran organisasi dan legitimasi masyarakat. Kedua, Keys (1999) teori pemangku kepentingan perusahaan, yang merangkum Mitchell, Agle, dan Wood (1997), menyatakan bahwa, kami berpendapat bahwa teori pemangku kepentingan harus memperhitungkan kekuatan dan urgensi seperti legitimasi, tidak perduli seberapa jelek atau meresahkan hasilnya. Manajer harus mengetahui tentang kelompok dalam lingkungan yang memegang kekuasaan dan berniat untuk memaksakan keinginannya terhadap perusahaan. Kekuatan dan urgensi harus diperhatikan jika manajer melayani kepentingan moral dan hukum atas legitimasi pemangku kepentingan.B. Definisi Pendekatan Manajemen Pemangku KepentinganPendekatan manajemen pemangku kepentingan berdasarkan pada teori instrumental yang berpendapat bahwa bagian dari prinsip etika (percaya, kepercayaan dan kegotong royongan) dapat menghasilkan keunggulan kompetitif yang signifikan.. Pada saat yang sama, pendekatan ini termasuk konsep analitis dan metode untuk mengidentifikasi, memetakan, dan mengevaluasi strategi perusahaan dengan pemangku kepentingan. Kita menyebut metode tersebut dengan nama analisis pemangku kepentingan. Pendekatan manajemen pemangku kepentingan, meliputi kerangka kerja untuk menganalisis dan mengevaluasi hubungan perusahaan (masa kini dan potensinya) dengan kelompok eksternal, idealnya ditujukan untuk mencapai hasil kolaborasi yang win-win.Para ilmuwan dan konsultan, bagaimanapun, menggunakan pendekatan manajemen pemangku kepentingan sebagai sarana untuk merencanakan dan menerapkan hubungan kolaborasi untuk meraih hasil win-win untuk seluruh pemangku kepentingan.1. Pemangku KepentinganPemangku kepentingan adalah semua individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh aksi, keputusan, kebijakan, praktik, dan tujuan dari organisasi. Pemangku kepentingan utama dari sebuah perusahaan meliputi, pemilik perusahaan, konsumen, pekerja/pegawai, dan pemasok. Penting juga bagi kelangsungan hidup perusahaan yaitu pemegang saham dan dewan direksi. Direktur utama dan eksekutif di tingkat atas bisa juga menjadi pemangku kepentingan, tetapi analisis pemangku kepentingan, mereka biasanya bertindak sebagai pelaku dan merepresentasikan perusahaan.Pemangku kepentingan kedua meliputi semua kelompok yang berkepentingan, seperti media, konsumen, pelobi, pengadilan, pemerintah, kompetitor, publik dan masyarakat.2. StakeStake adalah kepentingan, saham atau klaim bahwa sebuah kelompok atau individu ikut merasakan hasil dari kebijakan perusahaan, prosedur, atau tindakan kepada pihak lain. Stake mungkin didasari oleh berbagai macam kepentingan. Kepentingan dari pemangku kepentingan tidak selalu jelas. Stakes bisa berorientasi masa kini, masa lalu, atau masa depan.C. Bagaimana Mengeksekusi Analisis Pemangku KepentinganAnalisis pemangku kepentingan adalah cara yang pragmatis untuk mengidentifikasi dan memahami beberapa klaim dari banyak konstituen. Analisis pemangku kepentingan adalah metode untuk membantu memahami hubungan antara sebuah organisasi dan kelompok yang harus berinteraksi dengannya. 1. Mengambil Perspektif Pengamat Pihak Ketiga yang ObjektifSeorang CEO akan membutuhkan penangguhan keyakinannya dan penilaiannya dalam rangka memahami strategi, motif, dan tindakan dari pemangku kepentingan yang berbeda. Intinya dengan menggunakan perspektif pengamat pihak ketiga yang objektif, CEOdapat melihat sebuah isu dari semua sisi dan kemudian secara objektif mengevaluasi klaim, tindakan dan hasil dari semua pihak. Menjadi lebih objektif membantu untuk menentukan siapa yang bertindak secara bertanggung jawab, siapa yang menang dan yang kalah, dan berapa biayanya.2. Peran CEO dalam Analisis Pemangku KepentinganAnalisis pemangku kepentingan adalah serangkaian langkah-langkah yang ditujukan untuk tugas-tugas berikut:a. Peta hubungan pemangku kepentinganPerhatikan bahwa analisis pemangku kepentingan Anda hanya valid dan dapat diandalkan sebagai sumber dan proses yang Anda gunakan untuk mendapatkan informasi. Sebagai isu yang lebih kontroversial, tidak lengkap, atau di-pertanyakan, Anda mungkin berharap untuk tidak mengikuti rencana kelompok jangka menengah untuk mendapatkan tambahan informasi dan perspektif. Anda harus mengidentifikasi dan menyelesaikan peta pemangku kepentingan, memasukkan masing-masing pemangku kepentingan yang terlibat dalam isu tertentu yang Anda pelajari.b. Peta koalisi pemangku kepentinganSetelah mengidentifikasi dan membuat peta pemangku kepentingan yang terlibat dengan perusahaan Anda yang Anda tangani, langkah selanjutnya adalah menentukan dan memetakan koalisi yang sudah terbentuk. Koalisi di dalam pemangku kepentingan terbentuk sesuai dengan stakes yang mereka miliki. Kepentingan kelompok dan pelobi kadang kala bergabung melawan musuh bersama. Kompetitor juga mungkin bergabung jika mereka melihat adanya keuntungan. Memetakan koalisi aktual dan potensial akan membantu CEO, mengantisipasi dan mendisaian respons strategi menuju kelompok sebelum atau sesudah mereka terbentuk.c. Menilai sifat kepentingan dari masing-masing pemangku kepentinganKepentingan dari pemangku kepentingan bervariasi, diantaranya: korban yang menuntut kompensasi atas segala kerusakan yang telah terjadi, pemegang saham berusaha untuk melindungi investasi mereka, Anggota kongres AS ingin melindungi masyarakat dari bahaya dan menjada reputasi mereka untuk bertindak atas nama konstituen mereka, konsumen ingin jaminan bahwa anak-anak mereka tidak dalam risiko, representasi media ingin cerita dan informasi yang menginformasikan dan menjual.d. Menilai sifat kekuasaan dari masing-masing pemangku kepentinganDelapan jenis kekuasaan yang dapat dipaksakan oleh pemangku kepentingan dan dapat digunakan sebagai analisis meliputi:1) Kekuatan suara, kemampuan pemangku kepentingan untuk melakukan kontrol melalui jumlah2) Kekuatan politik, kemampuan untuk mempengaruhi proses pembuatan keputusan dan agenda organisasi dan institusi publik dan swasta3) Kekuatan ekonomi, kemampuan untuk mempengaruhi dengan mengontrol sumber daya keuangan dan fisik4) Kekuatan teknologi, kemampuan untuk mempengaruhi inovasi dan keputusan melalui penggunaan teknologi5) Kekuatan hukum, kemampuan untuk mempengaruhi hukum, kebijakan dan prosedur6) Kekuatan lingkungan, kekuatan untuk mempengaruhi alam7) Kekuatan budaya, kemampuan untuk mempengaruhi nilai, norma dan kebiasaan seseorang atau organisasi8) Kekuasaan atas individu dan kelompok, kemampuan untuk mempengaruhi hal tertentu, orang-orang yang menjadi target melalui bentuk yang berbeda dari persuasi.e. Membuat matrik tanggung jawab moral pemangku kepentinganSetelah memetakan hubungan pemangku kepentingan dan menilai sifat ke-pentingan dan kekuatan masing-masing pemangku kepentingan, langkah selanjutnya adalah menentukan tanggung jawab dan kewajiban moral perusahaan terhadap masing-masing pemangku kepentingan.Pengambilan keputusan etis dari perwakilan perusahaan dapat mengacu pada prinsip-prinsip etika berikut ini:1) Utilitarianism, berat biaya dan manfaat2) Universalism, menunjukkan rasa hormat dan kepedulian terhadap manusia3) Rights, mengakui kebebasan individu dan hak-hak istimewa di bawah hukum dan konstitusi4) Justice, mengamati distribusi beban dan manfaat dari semua pihak5) Voluntarily, bertindak secara bebas dan dari kemauan seseorang itu sendiriBagian analisis ini dapat membantu Anda mengidentifikasi tanggung jawab ekonomi, hukum, etika, dan sukarela untuk setiap kelomok pemangku kepentingan, sehingga Anda dapat mengembangkan strategi terhadap masing-masing pemangku kepentingan yang sudah diidentifikasi.f. Mengembangkan strategi dan taktik yang spesifikDengan menggunakan hasil dari proses sebelumnya, sekarang Anda bisa melanjutkan garis besar strategi dan taktik spesifik yang Anda inginkan untuk masing-masing pemangku kepentingan.Pertama, Anda harus mempertimbangkan apakah akan mendekati setiap pemangku kepentingan secara langsung atau tidak langsung. Kedua, Anda perlu memutuskan apakah tidak melakukan sesuatu, memantau, atau mengambil posisi menyerang atau bertahan. Ketiga, Anda bisa menentukan apakah akan mengakomodasi, menegosiasi, memanipulasi, bertahan, menghindar atau wait and see. Akhirnya, Anda dapat memutuskan kombinasi strategi apa yang ingin Anda lakukan untuk mencapai tujuan Anda.g. Memantau pergeseran koalisiKarena waktu dan kejadian dapat merubah kepentingan dari pemangku kepentingan, dan strateginya, Anda perlu untuk memantau evolusi dari isu dan tindakan pemangku kepentingan, menggunakan gambar berikut:

D. Metode Negosiasi: Menyelesaiakan Perselisihan Pemangku KepentinganPerselisihan adalah bagian dari hubungan para pemangku kepentingan. Kebanyakan perselisihan ditangani dalam konteks hubungan saling percaya saling menguntungkan antara para pemangku kepentingan; selain itu berpindah ke ranah hukum dan peraturan. Perselisihan terjadi antara level pemangku kepentingan yang berbeda: sebagai contoh, antara profesional dalam organisasi, konsumen dengan perusahaan, bisnis dengan bisnis, pemerintah dengan bisnis, dan antara koalisi dan bisnis. Biaya yang tersembunyi dalam mengelola konflik antara dan antar profesional dalam organisasi bisa menimbulkan ketidakhadiran, pengkhianatan, biaya hukum, dan penurunan produktivitas.Metode Penyelesaian Perselisihan Pemangku KepentinganPenyelesaian perselisihan juga diketahui sebagai Alternative Dispute Resolution (ADR).Teknik penyelesaian perselisihan meliputi berbagai metode dimaksudkan untuk membantu penggugat potensial untuk menyelesaikan konflik. Dalam ADR continuum, sisi kiri dari continuum berdasarkan consensual, metode penyelesaian perselisihan secara informal. Negosiasi, fasilitasi, dan beberapa metode mediasi di mana pihak yang berselisih mengendalikan sepenuhnya proses penyelesaian masalah. Sisi kanan dari ADR continuum, pihak yang berselisih menyerahkan kendali kepada arbitrator pihak ketiga dan kemudian litigator.E. Pendekatan Pemangku Kepentingan dan Penalaran EtikPenalaran etis dalam analisis pemangku kepentingan melibatkan pertanyaan: Apa yang sama, adil, jujut dan baik bagi mereka yang memperngaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan bisnis?. Analisis pemangku kepentingan membutuhkan pemangku kepentingan utama untuk menentukan dan memenuhi kewajiban etis mereka untuk konstituen yang terpengaruh.F. Tanggung Jawab Moral atas Area Lintas Fungsi ProfesionalAnalisis pemangku kepentingan fokus pada perhatian perusahaan dan proses pembuatan keputusan moral pada peristiwa ekternal. Pendekatan pemangku kepentingan juga berlaku secara internal, khususnya untuk manajer di area fungsional tradisional. Memahami peran manajemen dari perspektif pemangku kepentingan membantu untuk memperjelas tekanan dan tanggung jawab moral atas posisi pekerjaan tersebut. Tanggung jawab moral lintas area profesional dapat terjadi pada:1. Profesional Pemasaran dan Penjualan dan Manajer sebagai Pemangku Kepentingan2. Penelitian dan Pengembangan, Profesional Teknik, dan Manajer sebagai Pemangku Kepentingan3. Profesional Akuntansi dan Keuangan dan Manajer sebagai Pemangku Kepentingan4. Manajer Hubungan Masyarakat sebagai Pemangku Kepentingan5. Manajer Sumberdaya Manusia sebagai Pemangku Kepentingan6. Ringkasan atas Tangung Jawab Moral ManajemenG. PermasalahanManajemen: Pendekatan Pemangku Kepentingan, dan Etika: Mengintegrasikan Kerangka Kerja1. Apa yang Dimaksud dengan Masalah Publik?Isu adalah masalah, pertentangan, atau argumen yang menyangkut dua organisasi dan satu atau lebih pemangku kepentingan dan atau pemegang saham. Permasalahan manajemen juga merupakan proses formal yang digunakan untuk mengantisipasi dan mengambil tindakan yang seharusnya untuk merespons tren, kepedulian atau isu yang timbul yang dapat mempengaruhi organisasi dan para pemangku kepentingannya.2. Isu Publik LainnyaAda jenis lain dari permasalahan publik dari lingkungan eksternal yang melibatkan perusahaan dan industri lain. Pemangku kepentingan dan kerangka permasalahan manajemen dapat digunakan untuk memahami evolusi dari permasalahan tersebut dalam rangka bertanggungjawab untuk mengelola atau merubah efeknya.3. Pengenalan Masalah Manajemen: Dua Kerangka KerjaDua kerangka kerja permasalahan umum untuk memetakan dan mengelola permasalahan sebelum dan sesudah berkembang dan meletus menjadi krisis. Kerangka kerja itu bisa digunakan dengan pendekatan manajemen pemangku kepentingan.H. Mengelola KrisisIsu dan kerangka kerja manajemen krisis melengkapi analisis pemangku kepentingan sebagai metode tanggung jawab sosial. Memahami apa isu sentral untuk sebuah perusahaan dan bagaimana masalah berkembang dari waktu ke waktu dapat membantu secara efektif dan bertanggung jawab dalam mengelola perubahan arah dan operasi perusahaan. Kerangka kerja manajemen krisis membantu untuk memprediksi, mencegah, dan menanggapi keadaan darurat. Isu dan metode manajemen stakeholder yang digunakan bersama-sama memberikan pendekatan yang menyeluruh untuk memimpin dan mengelola perubahan organisasi secara bertanggung jawab dan etis.

, DAN STAKEHOLDER

Etika Bisnis dan Mengubah Lingkungan Bisnis dan Pemerintah beroperasi dalam mengubah lingkungan sosial dan politik ekonomi hukum teknologi dengan pemangku kepentingan bersaing dan klaim kekuasaan. Ketika stakeholder dan perusahaan tidak bisa setuju atau menegosiasi klaim yang bersaing di antara mereka sendiri, masalah biasanya pergi ke pengadilan. Stakeholder adalah individu, perusahaan, kelompok dan bahkan Negara-negara yang menyebabkan dan menanggapi isu-isu eksternal, peluang dan ancaman. Skandal perusahaan, globalisasi, deregulasi, merger, teknologi dan terorisme global telah mempercepat laju perubahan dan ketidakpastian di mana para pemangku kepentingan harus membuat keputusan bisnis dan moral. Pasukan Lingkungan dan Stakeholder Organisasi yang tertanam dalam berinterekasi dengan beberapa perubahan lingkungan lokal, nasional dan internasional, sebagai ahli sebelumnya menggambarkan. Lingkungan ini semakin menggabungkan penggabungan ke dalam sistem global dinamis interaksi yang saling terkait antara bisnis dan ekonomi. Lingkungan ekonomi terus berkembang menjadi konteks yang lebih global dagang, merek, dan arus sumber daya. Lingkungan teknologi telah membagi dalam munculnya komunikasi elektronik, jejaring sosial online dan internet, yang semuanya berubah ekonomi, industri perusahaan dan pekerjaan. Pendekatan Manajamen Stakeholder Pendekatan manajemen pemangku kepentingan adalah dengan cara memahami efek etis lingkungan dan kelompok pada isu-isu spesifik yang mempengaruhi stakeholder realtime dan kesejahteraan mereka. Apakah Etika Bisnis ? Mengapa Itu Penting ? Etika solusi untuk bisnis dan masalah organisasi mungkin lebih dari satu alternatif dan kadang-kadang tidak ada solusi yang tepat mungkin tampak available. Belajar untuk berfikir, akal dan bertindak etis dapat memungkinkan kita untuk pertama menyadari dan mengenali masalah etika potensial. Kemudian kita mengevaluasi nilai-nilai, asumsi dan penilaian mengenai masalah sebelum kita bertindak. Praktek Bisnis Tidak Etis dan Karyawan Kelima (2007) Nasional Etika Bisnis Survey (NBES) yang diperoleh 1.929 tanggapan mewakili seluruh AS workface 10 menemukan bahwa lanskap resiko etika adalah berbahaya dalam bisnis seperti sebelum pelaksanaan Serbanas-Oxeley Act 0f 2002. Temuan survey dirangkum dalam : 1) Berita Baik: Pertama, pelanggaran etika secara umum sangat tinggi dan cack pada tingkat pra-Enron. Banyak karyawan tidak melaporkan apa yang mereka amati-mereka takut tentang pembalasan dan spektis bahwa laporan mereka akan membuat perbedaan. Satu dari delapan karyawan mengalami beberapa bentuk pembalasan atas laporan kesalahan. Kedua, jumlah perusahaan yang berhasil dalam menggabungkan budaya etika yang kuat perusahaan-lebar ke dalam bisnis mereka telah menurun sejak tahun 2005. Hanay 9 % dari perusahaan memiliki budaya etika yang kuat 2) Berita Buruk: Pertama, jumlah etika formal dan program kepatuhan meningkat. Dalam perusahaan dengan program-program yang dilaksanakan, terjadi peningkatan pelaporan, redusing resiko etika. Kedua, survey telah mampu menunjukkan secara definitive bahwa perusahaan yang bergerak melampaui komitmen tunggal untuk mematuhi undang-undang dan peraturan dan mengadopsi budaya etis perusahaan-lebar secara dramatis mengurangi kesalahan. Etika dan Kepatuhan Program Hanya satu dari empat perusahaan memiliki etika yang diterapkan dengan baik dan program kepatuhan hanya 25 % karyawan : 1) Apakah bersedia untuk mencari nasihat tentang pertanyaan etika yang timbul; 2) Merasa mereka siap untuk menangani situasi yang dapat menyebabkan kesalahan; 3) Menunjukkan bahwa mereka dihargai untuk perilaku etis; 4) Laporakan bahwa perusahaan mereka tidak menghargai keberhasilan yang diperoleh melalui cara-cara dipertanyakan; 5) Katakanlah mereka merasa positif tentang perusahaan mereka. Mengapa Etika Cetakan Dalam Bisnis ? 1) Keuangan dan Ekonomi: Melakukan hal yang benar penting bagi perusahaan, pembayaran pajak, pengusaha, bertindak secara legal dan etis berarti menyelamatkan miliaran dolar setiap tahun dalam tuntutan hukum, pemukiman dan pencurian. 2) Hubungan, Reputasi, Moral dan Produktivitas: Biaya untuk usaha juga mencakup kerusakan dari hubungan, merusak reputasi, penurunan produktivitas karyawan, kreativitas dan loyalitas, arus informasi tidak efektif di seluruh organisasi dan absensi. 3) Integritas, Budaya, Komunikasi dan Common Good: Bagi para pemimpin bisnis dan manajer, mengelola etis juga berarti mengelola dengan integritas. 4) Integritas/Etika: Delapan pulu delapan persen karyawan di atas 10 pengusaha terbaik setuju atau sangat setuju bahwa rekan kerja ditampilkan integritas dan perilaku etis setiap saat, sedangkan hanya 60 % merasa seperti itu di bagian bawah 10 organisasi. Bekerja untuk Perusahaan Terbaik Karyawan peduli etika karena mereka tertarik untuk etis dan sosial perusahaan yang bertanggung jawab. Meskipun daftar terus berubah, itu adalah instruktif untuk mengamati beberapa karakteristik pengusaha yang baik bahwa karyawan berulang kali mengutip. Karakteristik yang paling sering disebutkan termasuk bagi hasil, bonus dan penghargaan moneter Tingkatan Level Etika Bisnis Karena masalah etika tidak hanya masalah pribadi atau personal, akan sangat membantu untuk melihat tingkat yang berbeda di mana masalah berasal, dan bagaimana mereka saling bergerak tingkat lainnya. Masalah etika dan moral dalam bisnis dapat diperiksa dari setidaknya lima tingkatan, yaitu individu, organisasi, asosiasi, masyarakat dan internasional. Mengajukan Pertanyaan Kunci Hal ini membantu untuk menyadari tingkat etika situasi dan kemungkinan interaksi antara tingkat ketika menghadapi pertanyaan yang memiliki implikasi moral. Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat ditanyakan ketika keputusan bermasalah atau tindakan dianggap (sebelum menjadi dilema etika): 1) Apakah nilai-nilai inti dan keyakinan saya? 2) Apa nilai-nilai inti dan keyakinan organisasi saya? 3) Nilai siapa, keyakinan dan kepentingan mungkin beresiko dalam keputusan ini? Kenapa? 4) Siapa yang akan dirugikan atau dibantu oleh keputusan ini? 5) Bagaimana saya sendiri dan nilai-nilai inti untuk organisasi dan keyakinan terpengaruh atau diubah oleh keputusan ini? 6) Bagaimana saya dan organisasi saya akan terpengaruh oleh keputusan? Mengapa Menggunakan Penalaran Etis Dalam Bisnis? Pertimbangan etis yang diperlukan dalam bisnis setidaknya ada tiga alasan. Pertama, banyak kali hokum tidak mencakup semua aspek atau daerah abu-abu masalah. Kedua, mekanisme pasar bebas dan diatur pasar tidak efektif menginformasikan pemilik konsekuensi etis yang jauh jangkauannya. Ketiga, menyatakan penalaran diperlukan karena masalah moral yang kompleks membutuhkan pemahaman intuitif atau terpelajar dan kepedulian terhadap kejujuran, keadilan, kelompok dan masyarakat. Bisakah Etika Bisnis Diajarkan Secara Terlatih? Karena hukum dan penegakan hukum tidak selalu cukup untuk membantu panduan atau memecahkan masalah manusia yang kompleks yang berhubungan dengan situasi bisnis. Untuk itu ada kursus etika dan pelatihan dapat melakukan hal berikut: 1) Memberikan orang dengan dasar pemikiran, ide dan kosa kata untuk membantu mereka berpartisipasi secara efektif dalam proses etika pengambilan keputusan. 2) Bantuan orang masuk akal dari lingkungan mereka dengan abstrak dan memilih prioritas etis. 3) Memberikan senjata intelektual untuk melakukan pertempuran dengan pendukung fundamentalis ekonomi dan mereka yang melanggar standar etika. 4) Memungkinkan karyawan untuk bertindadak sebagai system alrm untuk praktik perusahaan yang tidak memenuhi stnadar etika masyarkat. 5) Meningkatkan kesadaran dan kepekaan terhadap isu-isu moral, komitman untuk mencari solusi moral. 6) Meningkatkan refleksi moral dan memperkuat keberanian moral. 7) Meningkatkan kemampuan orang untuk menjadi bermoral, otonom dan hati nurani kelompok. 8) Memperbaiki iklim moral perusahaan dengan memberikan konsep-konsep etika dan alat untuk membuat kode etik dan audit sosial. Ulama lain berpendapat bahwa pelatihan etika dapat menabah nilai lingkungan moral perusahaan dan hubungan di tempat kerja dengan cara berikut: 1) Menemukan pertandingan antara karyawan dan majikan dan nilai-nilai. 2) Mengelola titik push-back, di mana nilai-nilai karyawan diuji oleh rekan-rekan, karyawan dan pengawas. 3) Penanganan directive dari bos. 4) Mengatasi dengan sistem kinerja yang mendorong sudut etika pemotongan. Tahapan pembangunan Moral Tingkat perkembangan moral (yang meliputi enam tahap) menawarkan panduan untuk mengamati tingkat kematangan moral seseorang, terutama karena ia terlibat dalam transaksi organisasi yang berbeda. Apakah dan sejauh mana pendidikan etika dan pelatihan memberikan kontribusi terhadap pembangunan moral. BAB 2 STAKEHOLDER DAN ISU PENDEKATAN MANAJENEN Mengapa Menggunakan Pendekatan Manajemen Stakeholder Untuk Bisnis Etika? Pendekatan pengelolaan stakeholder merupakan respon terhadap pertumbuhan dan kompleksitas perusahaan kontemporer dan kebutuhan untuk memahami bagaimana mereka beroperasi dengan para pemangku kepentingan dan pemegang saham mereka. Teori stakeholder berpendapat bahwa perusahaan harus memperlakukan semua konstituen mereka secara adil dan bahwa hal itu dapat memungkinkan perusahaan untuk tampil lebih baik di pasar. "Jika organisasi ingin menjadi efektif, mereka akan memperhatikan semua dan hanya mereka yang dapat mempengaruhi hubungan atau menjadi dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi." Cara yang lebih akrab memahami korporasi adalah "pendekatan pemegang saham," yang berfokus pada hubungan ekonomi dan keuangan. Sebaliknya, pendekatan manajemen pemangku kepentingan adalah metode deskriptif yang mempelajari aktor.11 Pendekatan manajemen stakeholder memperhitungkan kekuatan non-pasar yang mempengaruhi organisasi dan individu, seperti moral, politik, hukum, dan teknologi kepentingan, serta faktor ekonomi. Mendasari pendekatan manajemen stakeholder adalah imperatif etis yang mengamanatkan bahwa bisnis dalam hubungan fidusia kepada pemegang saham mereka: (1) tindakan demi kepentingan terbaik dari dan untuk kepentingan pelanggan, karyawan, pemasok, dan pemegang saham mereka, dan (2) sehubungan dan memenuhi hak-hak stakeholder. Satu studi menyimpulkan bahwa "analisis kami jelas mengungkapkan bahwa beberapa tujuan-termasuk baik pertimbangan ekonomi dan sosial-dapat dan, pada kenyataannya, secara simultan dan berhasil dikejar dalam organisasi besar dan organisasi yang kompleks secara kolektif memperhitungkan bagian utama dari semua kegiatan ekonomi dalam kami masyarakat."12 Pendekatan Manajemen Stakeholder: Kritik dan Tanggapan Kritik dominan dari teori stakeholder oleh beberapa orang terpelajar adalah bahwa perusahaan harus melayani hanya para pemegang saham karena mereka memiliki korporasi tersebut. Hal ini penting untuk mengamati kritik teori stakeholder dan tanggapan terhadap hal ini untuk memahami tujuan teori stakeholder. Berikut kritik dari teori stakeholder yang ditawarkan oleh para orang terpejar: (1) meniadakan dan melemahkan tugas fidusia manajer yang berutang kepada pemegang saham; (2) melemahkan pengaruh dan kekuatan kelompok stakeholder; (3) melemahkan perusahaan; dan (4) perubahan karakter jangka panjang dari sistem kapitalis. Berdasarkan etika, argumen ini didasarkan pada properti dan hak kontrak tersirat, dan pada tugas dan tanggung jawab dari manajer kepada pemegang saham yang bertanggungjawab secara hukum. Para kritikus menganggap bahwa kekuatan beberapa kelompok pemangku kepentingan dapat dilemahkan oleh teori stakeholder dengan memperlakukan semua stakeholder sama-seperti yang disarankan oleh teori stakeholder. Misalnya, serikat buruh dapat dihindari, dirugikan, atau bahkan dihilangkan. Korporasi juga dapat melemah dalam mengejar keuntungan jika mereka mencoba untuk melayani kepentingan stakeholder. Korporasi tidak bisa menjadi segalanya bagi semua stakeholder dan melindungi kepentingan fidusia pemegang saham. Akhirnya, kritik yang menyatakan bahwa teori stakeholder mengubah karakter jangka panjang kapitalisme berpendapat bahwa: (1) perusahaan tidak bertanggung jawab oleh hukum selain kepada pemegang saham mereka, karena disiplin pasar korporasi tetap; dan (2) teori stakeholder memungkinkan beberapa manajer untuk "bermain" di perusahaan dengan menyatakan bahwa mereka melindungi beberapa kepentingan stakeholder, bahkan jika kepentingan orang lain yang dirugikan. Beberapa pemikir lainnya juga mengkritik pendukung teori stakeholder sebagai naif dan utopis. Kritikus ini mengklaim bahwa tujuannya baik "orang yang selalui ingin membantu" diabaikan atau menutupi realitas hubungan kerja modal melalui gagasan sederhana dalam teori stakeholder seperti "partisipasi," "pemberdayaan," dan "mewujudkan potensi manusia."15 Definisi Pendekatan Manajemen Stakeholder Pendekatan manajemen stakeholder didasarkan pada teori instrumental yang berpendapat bahwa "bagian kecil dari prinsip-prinsip etika (keyakinan, kepercayaan, dan kegotongroyongan) dapat menghasilkan keuntungan kompetitif yang signifikan."19 Pada saat yang sama, pendekatan ini mencakup konsep analitis dan metode untuk mengidentifikasi, pemetaan, dan mengevaluasi strategi perusahaan dengan para pemangku kepentingan. Kita lihat metode ini sebagai "analisis stakeholder." Pendekatan manajemen stakeholder, termasuk kerangka kerja untuk menganalisis dan mengevaluasi hubungan korporasi (sekarang dan potensial) dengan kelompok-kelompok eksternal, bertujuan strategis untuk menjangkau "menang-menang" dari hasil kolaborasi. Di sini, "menang-menang" berarti membuat keputusan moral yang bermanfaat bagi kebaikan bersama semua konstituen dalam batasan peradilan, keadilan, dan kepentingan ekonomi. Sayangnya, hal ini tidak selalu terjadi. Biasanya ada pemenang dan pecundang dalam situasi yang kompleks dimana ada yang mempersepsikan jumlah nol (yaitu, situasi di mana ada sumber daya yang terbatas, dan apa yang diperoleh oleh satu orang tentu hilang oleh yang lain). Stakeholder Stakeholder adalah "setiap individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tindakan, keputusan, kebijakan, praktik, atau tujuan organisasi." Kita mulai dengan mengidentifikasi kepentingan stakeholder utama. Hal ini adalah perusahaan atau kelompok yang merupakan fokus dari analisis kami. Stakes (Patokan) Sebuah stake (patokan) adalah kepentingan, berbagi, atau mengklaim bahwa kelompok atau individu ikut andil dalam hasil korporasi kebijakan, prosedur, atau tindakan terhadap orang lain. Stakes mungkin didasarkan pada jenis bunga. Taruhannya stakeholder tidak selalu jelas. Kelayakan ekonomi dari perusahaan yang bersaing bisa dipertaruhkan ketika salah satu perusahaan akan masuk dan bersaing ke pasar. Kesehatan fisik masyarakat bisa dipertaruhkan ketika perusahaan seperti Mattell yang menggunakan jasa pemanufakturan dari luar perusahaan tanpa kontrol kualitas. Cara Menjalankan Analisis Stakeholder Analisis stakeholder adalah cara pragmatis dalam mengidentifikasi dan memahami beberapa (atau seringkali) pernyataan dari banyak konstituen. Sebagai bagian dari pendekatan stakeholder umum, analisis stakeholder adalah metode untuk membantu memahami hubungan antara interaksi antara organisasi dengan kelompok. Setiap situasi berbeda dan karenanya memerlukan peta untuk membimbing strategi organisasi ketika berurusan dengan kelompok-kelompok tertentu, beberapa di antaranya mungkin tidak mendukung isu-isu seperti pekerjaan outsourcing. Pemakaian Perspektif Tujuan Pengamat Pihak Ketiga Anda akan diminta untuk berperan sebagai seorang chief executive officer (CEO) dari perusahaan untuk melaksanakan analisis stakeholder. Namun, disarankan agar Anda mengambil peran " tujuan pengamat pihak ketiga " ketika melakukan analisis stakeholder. Mengapa? Dalam perannya ini, Anda akan diharuskan untuk menangguhkan keyakinan dan penilaian Anda untuk memahami strategi, motif, dan tindakan dari para stakeholder yang berbeda. Anda mungkin tidak setuju dengan organisasi yang tidak sesuai atau CEO yang Anda pelajari. Oleh karena itu, intinya adalah untuk dapat melihat semua sisi dari sebuah isu dan kemudian objektif mengevaluasi klaim, tindakan, dan hasil dari semua pihak. Menjadi lebih obyektif membantu menentukan siapa yang bertanggungjawab atas tindakan, siapa yang menang dan yang kalah, dan apa konsekuensinya. Bagian dari proses pembelajaran dalam latihan ini adalah untuk melihat sendiri titik buta, nilai-nilai, keyakinan, dan hasrat terhadap isu-isu dan stakeholder tertentu. Melakukan analisis stakeholder yang mendalam dengan kelompok memungkinkan orang lain untuk melihat dan mengomentari alasan Anda. Untuk bagian berikutnya, bagaimanapun, mengambil peran CEO sehingga Anda bisa mendapatkan ide dari analisis rasa tanggungjawab terhadap seluruh organisasi. Peran CEO dalam Analisis Stakeholder Analisis stakeholder adalah serangkaian langkah-langkah yang ditujukan untuk tugas-tugas berikut: 1) Petakan atau gambarkan hubungan antar stakeholder 2) Petakan atau gambarkan kerjasama antar stakeholder 3) Nilai sifat masing-masing tujuan yang akan dicapai stakeholder 4) Nilai sifat masing-masing kekuatan yang dimiliki oleh stakeholder 5) Buatlah sebuah kerangka matrik tanggungjawab moral kepada stakeholder 6) Kembangkan strategi dan taktik tertentu 7) Pantau pergeseran kesatuan stakeholder Ringkasan Analisis Pemangku Kepentingan Analisis pemangku kepentingan memberikan, dasar sistematis rasional untuk understanding masalah dan "etika dalam aksi" yang terlibat dalam relasi kompleks tionships antara organisasi, para pemimpinnya, dan konstituen. Ini membantu pengambil keputusan struktur sesi perencanaan strategis dan memutuskan bagaimana untuk memenuhi kewajiban moral seluruh pemangku kepentingan. Sejauh mana strategi yang dihasilkan dan hasil bermoral dan efektif bagi perusahaan dan para pemangku kepentingan tergantung pada banyak faktor, termasuk nilai-nilai pemimpin perusahaan, kekuatan stakeholder, legitimasi-kegiatan yang tions, penggunaan sumber daya yang tersedia, dan urgensi dari perubahan yang lingkungan. Negosiasi Metode: Menyelesaikan Perselisihan Stakeholder Perselisihan adalah bagian dari hubungan stakeholder. Kebanyakan perselisihan ditangani dalam konteks hubungan saling percaya saling menguntungkan antara para pemangku kepentingan; lain pindah ke sistem hukum dan peraturan. Perselisihan terjadi antara berbeda tingkat pemangku kepentingan: misalnya, antara profesional dalam sebuah organisasi tion, konsumen dan perusahaan, bisnis ke bisnis (B2B), pemerintah dan bisnis, dan di antara koalisi dan bisnis. Stakeholder Metode Penyelesaian Sengketa Penyelesaian sengketa adalah keahlian juga dikenal sebagai "sengketa alternatif Resolusi "(ADR). Teknik penyelesaian sengketa mencakup berbagai meth- ods dimaksudkan untuk membantu berperkara potensial menyelesaikan konflik. metode dapat dilihat pada sebuah kontinum mulai dari tatap muka negosiasi untuk litigasi Pendekatan manajemen pemangku kepentingan melibatkan berbagai dis- teknik resolusi pute, meskipun idealnya lebih integratif dan relasional daripada metode distributif atau berbasis kekuasaan akan berusaha dulu. Pendekatan berbasis kekuatan didasarkan pada otoriter dan metode berbasis persaingan, dimana kelompok atau individu yang lebih kuat menang dan pihak lawan kalah. Pendekatan ini dapat menyebabkan perselisihan lain muncul. Pendekatan gabungan mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1) Masalah dilihat mempunyai banyak solusi daripada jelas dengan segera. 2) Sumber daya dipandang sebagai sesuatu yang dapat dapat dikembangkan, tujuannya adalah untuk memperluas kue sebelum membaginya. 3) Pihak2 berusaha menciptakan solusi yang lebih potensial dan proses2 yang demikian dikatakan sebagai pencipta nilai. 4) Pihak2 mencoba untuk menampung sebanyak mungkin kepentingan dari tiap2 pihak. 5) Disebut juga pendekatan win-win atau semua untung. Pendekatan distributif mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1) Masalah dilihat sebagai zero sum 2) Sumber daya diimajinasikan tetap: membagi kue 3) Nilai diakui 4) Tawar menawar atau memisahkan perbedaan32 Pendekatan relational (yang mempertimbangkan kekuatan, kepentingan, hak, dan etika) termasuk dan berdasarkan atas: 1) Pembangunan hubungan 2) Naratif, perundingan, dan dialogical (yaitu berdasarkan dialog) 3) Keadilan dan rekonsiliasi restroratif (yaitu pendekatan yang menghormati martabat setiap orang, membangun pengertian, dan menyediakan kesempatan bagi korban untuk mendapatkan pemulihan dan bagi pelanggar untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka) 4) Pendekatan transformatif lain untuk membangun kedamaian.33 Proses negosiasi berprinsip dari Roger Fry dan William Ury, Getting to Yes, terus digunakan untuk hampir semua jenis sengketa. Empat prinsip itu adalah: 1) Pisahkan orangnya dari masalahnya. 2) Fokus pada kepentingan, bukan pada posisi. 3) Menciptakan pilihan untuk keuntungan bersama. 4) Bersikeras pada kriteria obyektif, tidak pernah menyerah pada tekanan. Ajudikatif, legislatif, keadilan yang menguatkan, reparasi, dan pendekatan berbasis hak dibutuhkan ketika hak, properti, atau hal2 yang sah lainnya telah dilanggar dan dirugikan. Para pemimpin dan profesional yang mempraktekkan sebuah pendekatan manjemen pemangku kepentingan, menggabungkan dan mendapatkan kemahiran dalam berbagai konflik dan penyelesaian sengketa alternatif.35 Pendekatan Stakeholder dan Pertimbangan Etika Pertimbangan etika pada analisis stakeholder melibatkan pertanyaan Apakah yg adil, jujur, dan baik bagi mereka yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh bisnis perusahaan? Siapakah stakeholder yg paling lemah kekuatan dan pengaruhnya? Siapakah yg dapat, akan, dan seharusnya membantu stakeholder yg paling lemah agar suaranya terdengar dan mendorong partisipasi mereka dalam proses pengambilan keputusan? Akhirnya, analisis stakeholder membutuhkan stakeholder utama untuk menentukan dan memenuhi kewajiban etis mereka kepada konstituen yg terpengaruh. Tanggung Jawab Moral Dari Area Lintas Fungsional Profesional Salah satu tujuan dari analisis stakeholder adalah untuk mendorong dan mempersiapkan manajer organisasi untuk mengucapkan dengan jelas tanggung jawab moral mereka sendiri, sebaik tanggung jawab kepada perusahaan dan profesi mereka, menuju konstituen mereka yg berbeda. Analisis stakeholder fokus kpd perhatian dan keputusan moral perusahaan yg berproses pada peristiwa2 eksternal. Pendekatan stakeholder juga diterapkan secara internal, khususnya pada manajer individual di area2 fungsional tradisional. Para manajer ini dapat dilihat sebagai saluran melalui dimana stakeholder eksternal yg lain terpengaruh. Marketing dan Sales Profesional dan Manajer sebagai Stakeholder Sales profesional dan manajer terus terlibat secara elektronik dan/atau tatap muka dengan pelanggan, pemasok, dan vendor. Sales profesional juga dievaluasi berdasarkan kuota dan ekspektasi hitungan basis mingguan, bulanan, dan triwulanan. Stress dan tekanan utk memenuhi harapan selalu ada. Sales profesional harus secara kontinyu menyeimbangkan etika diri dan tekanan profesi mereka. Dilema sering muncul: Siapa yg saya wakili? Bobot apa yg dimiliki kepercayaan dan etika saya saat diukur dibandingkan dengan penilaian kinerja departemen dan perusahaan pada saya? Pertanyaan penting yang lain untuk sales profesional adalah Dimana batas antara praktik yg tidak etis dan etis bagi saya? R&D, Engineering Professionals, dan Manajer sebagai Stakeholder Manajer R&D dan insinyur bertanggungjawab atas keamanan dan keandalan desain produk. Produk yang salah dapat menyebabkan kemarahan publik, yang dapat mengakibatkan liputan media yang tidak diinginkan dan mungkin (mungkin dibenarkan) tuntutan hukum. Manajer R&D harus bekerja dan berkomunikasi secara efektif dan sungguh2 dengan profesional dalam bidang manufaktur, pemasaran, dan sistem informasi; manajer senior; kontraktor; dan perwakilan pemerintah, sampai beberapa stakeholder mereka. Akuntansi dan Keuangan Profesional dan Manajer sebagai Stakeholder Akuntansi dan keuangan profesional bertanggung jawab untuk kesejahteraan klien dengan menjaga kepentingan keuangan mereka. Perencana keuangan, broker, akuntan, pengelola reksa dana, bankir, ahli penilaian, dan agen asuransi memiliki tanggung jawab untuk memastikan handal dan akurat transaksi dan pelaporan uang dan aset orang lain. Banyak profesi ini adalah bagian dari industri diatur; Public Relations Manajer sebagai Stakeholder Public relations (PR) manajer harus terus-menerus berinteraksi dengan kelompok-kelompok di luar dan eksekutif perusahaan, terutama di zaman ketika media yang komunikasi, hubungan eksternal, dan bermain pengawasan publik peran penting tersebut. Manajer PR bertanggung jawab untuk transmisi, penerimaan, dan menafsirkan informasi tentang karyawan, produk, jasa, dan perusahaan. Sumber Manajer manusia sebagai Stakeholder Manajer sumber daya manusia (HRMS) berada di garis depan membantu lainnya manajer merekrut, mempekerjakan, api, mempromosikan, mengevaluasi, penghargaan, disiplin, transfer, dan karyawan nasihat. Mereka bernegosiasi permukiman serikat dan membantu pemerintah dengan menegakkan Equal Employment Opportunity Commission (EEOC) standar. Ringkasan Tanggung jawab Moral Manajerial Ahli dan manajer area fungsional dihadapkan dengan menyeimbangkan tujuan keuntungan operasional dan kewajiban moral perusahaan terhadap stakeholders. Tekanan tersebut dianggap "bagian dari pekerjaan." Sayangnya, jelas arah perusahaan untuk menyelesaikan dilema yang melibatkan konflik antara hak-hak individu dan kepentingan ekonomi perusahaan umumnya tidak tersedia. Menggunakan analisis stakeholder adalah "seperti berjalan di sepatu lain profesional. "Anda mendapatkan rasa tekanan nya. Menggunakan pemangku kepentingan yang Analisis adalah langkah untuk mengklarifikasi isu yang terlibat dalam menyelesaikan etis dilema. Permasalahan Manajemen, Stakeholder Pendekatan, Dan Etika: Integrasi Kerangka Metode Isu manajemen melengkapi pendekatan manajemen stakeholder. Mungkin akan membantu untuk memulai dengan mengidentifikasi dan menganalisis isu-isu utama sebelum melakukan analisis pemangku kepentingan. Banyak perusahaan besar terkemuka menggunakan masalah manajer dan metode untuk mengidentifikasi, melacak, dan menanggapi tren yang menawarkan peluang potensial, serta ancaman terhadap perusahaan. Sebelum membahas cara mengintegrasikan manajemen pemangku kepentingan (dan analisis) untuk isu-isu manajemen, manajemen isu didefinisikan. Apa Itu Publik "Issue"? Isu adalah masalah, pertentangan, atau argumen yang menyangkut kedua organisasi dan satu atau lebih dari para pemangku kepentingan dan / atau pemegang saham. Juga, "Pikirkan dari masalah seperti kesenjangan antara tindakan dan harapan stakeholder. Kedua, memikirkan isu manajemen sebagai proses yang digunakan untuk menutup kesenjangan tersebut. Kesenjangan bisa ditutup dalam beberapa cara, dengan menggunakan beberapa strategi. Metode utama adalah menggunakan kebijakan akomodatif. Memberikan pendidikan publik, dialog masyarakat, dan mengubah harapan melalui komunikasi beberapa strategi akomodatif yang digunakan dalam manajemen isu. Memecahkan masalah rumit kadang-kadang membutuhkan tindakan radikal, seperti mengganti anggota dari dewan direksi dan tim manajemen senior. Masalah Umum Lainnya Ada jenis lain dari isu-isu publik dari lingkungan eksternal yang melibatkan perusahaan yang berbeda dan industri. Misalnya, masalah obesitas telah menjadi menonjol di Amerika Serikat. Setelah dianggap sebagai masalah gaya hidup pribadi, obesitas kini dipandang sebagai penyakit kesehatan masyarakat, dengan pengobatannya harus dibayar oleh asuransi kesehatan seseorang. Masalah ini melibatkan perusahaan asuransi, perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan individu menghadapi ini masalah, pengacara ketenagakerjaan, keluarga dari orang-orang yang terkena dampak, dan pembayar pajak, untuk beberapa nama. Isu publik lain yang mempengaruhi banyak pemangku kepentingan adalah driver yang minum. Ibu AS yang telah kehilangan anak anak mereka fenomena yang berkembang ini telah menemukan bahwa masalah ini tidak satu set peristiwa yang terisolasi, tapi luas. Stakeholder dan Isu Manajemen: "Menghubungkan Dots" Isu dan manajemen pemangku kepentingan digunakan secara bergantian oleh para sarjana dan praktisi perusahaan, sebagai dua kutipan berikut menggambarkan: Bagi banyak keadaan sulit sosial, pemangku kepentingan dan isu-isu mewakili dua sisi yang saling melengkapi dari coin sama. Stakeholder cenderung untuk mengatur sekitar isu-isu "panas", dan isu-isu biasanya terkait dengan kelompok pemangku kepentingan vokal tertentu. Sarjana isu-isu manajemen Oleh karena itu dapat menjelajahi bagaimana isu-isu manajemen memerlukan prioritas pemangku kepentingan, dan bagaimana manajemen pemangku kepentingan akan difasilitasi ketika manajer memiliki pengetahuan yang mendalam tentang isu agenda pemangku kepentingan. Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa apakah atau tidak stakeholder memutuskan untuk terlibat dengan isu-isu tertentu memiliki pengaruh besar pada masalah evolusi, dan seperti halnya waktu dan tingkat mereka keterlibatan. Tingkatan keempat Model siklus hidup Thomas Marx menawarkan sebuah model yang berkaitan sebagai fase ketujuh dari kerangka yang disampaikan diatas. Marx mengamati bahwa permasalahan berkembang dari tingkatan yang keempat siklus hidup dari harapan sosial ke kontrol sosial seperti pada tahapa-tahap berikut (Figur 2.10). 1) Harapan social 2) Permasalahan politik 3) Undang-undang 4) Kontrol sosial Mengelola Krisis Metode manajemen krisis dikembangkan dari mempelajari bagaimana perusahaan dan para pemimpin merespon krisis. Menggunakan manajemen krisis dengan metode pemegang kepentingan adalah penting untuk memahami dan kemungkinan untuk mencegah kegagalan di masa depan karena krisis terus berlanjut dalam beberapa area: produk/krisis jasa (contohnya kecelakaan JetBlue tahun 2007 akibat cuaca), sistem keuangan (kasus Enron), dan proyek pemerintah/kontraktor privat. Sir Michael Bishop merespon krisis yang dia hadapi dalam cerita sebelumnya adalah sebuah cerita kesuksesan. Sayangnya, kebanyakan pemimpin perusahaan tidak meresponnya secara berani. Bagaimana Para Eksekutif Telah Merespon Krisis Bagaimanapun juga, sebuah model krisis manajemen klasik telah dikembangkan oleh Matthews, Goodpaster, dan Nash memberikan anjuran sebuah tipe yang berbeda dari mode respon CEO dalam lima fase dari respon sosial perusahaan kepada krisis berhubungan dengan produk krisis manajemen. Model ini berdasar pada studi penulis tentang bagaimana perusahaan harus merespon krisis yang serius. Fase tersebut adalah (1) reaksi, (2) pertahananan, (3) wawasan, (4) akomodasi, dan (5) agensi (Figur 2.12). Baca ulang kasus Mattel pada akhir bab ini dan terpakan metode manajemen krisiss ini selama anda melanjutkan membaca. Rekomendasi Manajemen Krisis Rekomendasi taktis berikut ini juga membantu pencegahan dan penanganan krisis teknik: 1) Memahami seluruh bisnis Anda dan dependensi 2) Pahami bisnis Anda memberikan dasar bagi semua kebijakan dan proses selanjutnya didasarkan dan, oleh karena itu, tidak boleh terburu-buru 3) Melaksanakan penilaian dampak bisnis 4) Setelah mengidentifikasi proses misi kritis, penting untuk menentukan apa dampaknya jika krisis terjadi. Proses ini harus menilai kualitatif (seperti tingkat keuangan dan layanan) dan kualitatif (seperti operasional, reputasi, hukum dan peraturan) dampak yang mungkin timbul dari krisis dan tingkat minimum sumber daya untuk pemulihan. 5) Lengkapi penilaian risiko 360 derajat 6) Ini digunakan untuk menentukan ancaman internal dan eksternal yang dapat menyebabkan gangguan dan kemungkinan kejadian serupa. Memanfaatkan pengakuan teknik risiko, skor dapat dicapai, seperti tinggi menengah rendah, satu untuk 10, pr tidak dapat diterima / risiko yang dapat diterima 7) Mengembangkan respon yang layak, relevan, dan menarik 8) Ada dua bagian untuk tahap ini: mengembangkan respon rinci untuk insiden dan perumusan rencana krisis bisnis yang mendukung respon tersebut 9) Rencana penggunaan, pemeliharaan, dan audit 10) Sebuah rencana krisis bisnis tidak dapat dianggap handal sampai telah diuji. Menggunakan rencana tersebut cukup penting, sebagai rencana belum teruji menjadi rencana dipercaya. Akhirnya, masalah, metode manajemen krisis dan teknik pencegahan hanya afektif dalam perusahaan jika: 1) Manajemen puncak adalah pendukung dan berpartisipasi 2) Keterlibatan adalah lintas departemen 3) Isu unit manajemen cocok dengan budaya perusahaan 4) Output, bukan proses, adalah fokus