chapter ii_6 (2)
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mesin - mesin fluida
Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi
mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida
( energi kinetik dan energi potensial ) menjadi energi mekanik poros. Dalam hal
ini fluida yang simaksud berupa cair, gas dan uap.
Secara umum mesin - mesin fluida dapat dibagi menjadi dua bagian besar,
yaitu :
1. Mesin Tenaga
yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida ( energi
potensial dan energi kinetik ) menjadi energi mekanis poros.
Contoh : turbin, kincir air, dan kincir angin.
2. Mesin kerja
yaitu mesin yang berfungsi mengubah energi mekanis poros menjadi
energi fluida ( energi potensial dan energi kinetik ).
Contoh : pompa, kompresor, kipas ( fan ).
2.2 Pengertian Pompa
Pompa adalah salah satu mesin fluida yang termasuk dalam golongan
mesin kerja. Pompa berfungsi untuk memindahkan zat cair dari tempat yang
rendah ke tempat yang lebih tinggi karena adanya perbedaan tekanan.
Universitas Sumatera Utara
6
2.3 Klasifikasi Pompa
Secara umum pompa ada dikasifikasikan dalam dua jenis kelompok besar
yaitu :
1. Pompa Tekanan Statis
2. Pompa Tekanan Dinamis ( Rotodynamic Pump )
2.3.1 Pompa Tekanan Statis
Pompa jenis ini bekerja dengan menggunakan prinsip memberi tekanan
secara periodik pada fluida yang terkurung dalam rumah pompa. Pompa ini dibagi
menjadi dua jenis.
a. Pompa Putar ( rotary pump )
Pada pompa putar, fluida masuk melalui sisi isap, kemudian dikurung di
antara ruangan rotor, sehingga tekanan statisnya naik dan fluida akan
dikeluarkan melalui sisi tekan. Contoh tipe pompa ini adalah : screw
pump, gear pump dan vane pump
Gambar 2.1. Pompa Roda gigi dan Pompa ulir
b. Pompa Torak ( Reciprocating Pump )
Pompa torak ini mempunyai bagian utama berupa torak yang bergerak
bolak-balik dala silinder. Fluida masuk melalui katup isap (Suction valve) ke
dalam silinder dan kemudian ditekan oleh torak sehingga tekanan statis fluida naik
dan sanggup mengalirkan fluida keluar melalui katup tekan (discharge valve).
Contoh tipe ini adalah : pompa diafragma dan pompa plunyer.
Universitas Sumatera Utara
7
Gambar 2.2. Pompa Diafragma
2.3.2 Pompa Tekanan Dinamis
Pompa tekanann dinamis disebut juga rotodynamic pump, turbo pump atau
impeller pump. Pompa yang termasuk dala kategori ini adalah : pompa jet dan
pompa sentrifugal
Ciri - ciri utama dari pompa ini adalah :
- Mempunyai bagian utama yang berotasi berupa roda dengan sudu-sudu
sekelilingnya yang sering disebut dengan impeler.
- Melalui sudu - sudu, fluida mengalir terus-menerus, dimana fluida berasal
diantara sudu-sudu tersebut.
Prinsip kerja pompa sentrifugal adalah energi mekanis dari luar diberikan
pada poros untuk memutar impeler. Akibatnya fluida yang berada dalam impeler,
oleh dorongan sudu-sudu akan terlempar menuju saluran keluar. Pada proses ini
fluida akan mendapat percepatan sehingga fluida tersebut mempunyai energi
kinetik. Kecepatan keluar fluida ini selanjutnya akan berkurang dan energi kinetik
akan berubah menjadi energi tekanan di sudu-sudu pengarah atau dalam rumah
pompa.
Adapun bagian-bagian utama pompa sentrifugal adaah poros, impeler dan
rumah pompa (gambar 2.3).
Universitas Sumatera Utara
8
Gambar 2.3. Bagian-bagian utama pompa sentrifugal
Pompa tekanan dinamis dapat dibagi berdasarkan beberapa kriteria
berikut, antara lain :
a. Klasifikasi menurut jenis impeler
1. Pompa Sentrifugal
Pompa ini menggunakan impeler jenis radial atau francis. Konstruksinya
sedemikian rupa (gambar 2.4) sehingga aliran fluida yang keluar dari impeler
akan melalui bidang tegak lurus pompa.
Impeler jenis radial digunakan untuk tinggi tekan (head) yang sedang dan
tinggi, sedangkan impeler jenis francis digunakan untuk head yang lebih
rendah dengan kapasitas besar.
Gambar 2.4. Pompa Sentrifugal
Universitas Sumatera Utara
9
2. Pompa Aliran Campur
Pompa ini menggunakan impeler jenis aliran capur (mixed flow), seperti pada
gambar 2.5. Aliran keluar dari impeler sesuai dengan arah bentuk permukaan
kerucut rumah pompa.
Gambar 2.5. Pompa aliran campur
3. Pompa Aliran Aksial
Pompa ini menggunakan impeler jenis aksial dan zat cair yang meninggalkan
impeler akan bergerak sepanjang permukaan silinder rumah pompa kearah
luar. Konstruksinya mirip dengan pompa aliran campur kecuali bentuk
impeler dan bentuk difusernya.
Universitas Sumatera Utara
10
Gambar 2.6. Pompa aliran aksial
b. Klasifikasi menurut bentuk rumah pompa
1. Pompa Volut
Pompa ini khusus untuk pompa sentrifugal. Aliran Fluida yang meninggalkan
impeler secara langsung memasuki rumah pompa yang berbentuk volut
(rumah siput) sebab diameternya bertambah besar. Bentuk dan konstruksinya
terlihat pada gambar 2.4.
2. Pompa Difuser
Konstruksi ini dilengkapi dengan sudu pengarah (diffuser) di sekeliling
saluran impeler (gambar 2.7). Pemakain diffuser ini akan memperbaiki
efisiensi pompa. Difuser ini sering digunakan pada pmopa bertingkat banyak
dengan head yang tinggi.
Gambar 2.7. Pompa diffuser
Universitas Sumatera Utara
11
3. Pompa Vortex
Pompa ini mempunyai aliran campur dan sebuah rumah volut seperti pada
gambar 2.8. Pompa ini tidak menggunakan difuser, namun memakai saluran
yang lebar. Dengan demikian pompa ini tidak mudah tersumbat dan cocok
untuk pemakaian pada pengolahan cairan limbah.
Gambar 2.8. Pompa Vortex
c. Klasifikasi menurut jumlah tingkat
1. Pompa satu tingkat
Pompa ini hanya mempunyai sebuah impeler (gambar 2.4 s/d 2.8). Pada
umumnya head yang dihasilkan pompa ini relative rendah, namun
konstruksinya sederhana.
2. Pompa bertingkat banyak
Pompa ini menggunakan lebih dari satu impeler yang dipasanag berderet pada
satu poros (gambar 2.9). Zat cair yang keluar dari impeler tingkat pertama
akan diteruskan ke impeler tingkat kedua dan seterusnya hingga tingkat
terakhir. Head total pompa merupakan penjumlahan head yang dihasilkan
oleh masing - masing impeler. Dengan demikian head total pompa ini relatif
tinggi dibanding dengan pompa satu tingkat, namun konstruksinya lebih
rumit dan besar.
Universitas Sumatera Utara
12
Gambar 2.9. Pompa bertingkat banyak
d. Klasifikasi menurut letak poros
1. Pompa poros mendatar
Pompa ini mempunyai poros dengan posisi horizontal (gambar 2.4 s/d 2.9),
pompa jenis ini memerlukan tempat yang relatif lebih luas.
2. Pompa jenis poros tegak
Poros pompa ini berada pada posisi vertikal, seperti terlihat pada gambar
2.10. Poros ini dipegang di beberapa tempat sepanjang pipa kolom utama
bantalan. Pompa ini memerlukan tempat yang relatif kecil dibandingkan
dengan pompa poros mendatar. Penggerak pompa umumnya diletakkan di
atas pompa.
Gambar 2.10. Pompa aliran campur poros tegak
Universitas Sumatera Utara
13
e. Klasifikasi menurut belahan rumah
1. Pompa belahan mendatar
Pompa ini mempuyai belahan rumah yang dapat yang dibelah dua menjadi
bagian atas dan bagian bawah oleh bidang mendatar yang melalui sumbu
poros. Jenis pompa ini sering digunakan untuk pompa berukuran menengah
dan besar dengan poros mendatar.
Gambar 2.11. Pompa jenis belahan mendatar
2. Pompa belahan radial
Rumah pompa ini terbelah oleh sebuah bidang tegak lurus poros. Konstruksi
seperti ini sering digunakan pada pompa kecil dengan poros mendatar. Jenis
ini juga sesuai dengan pompa-pompa dengan poros tegak dimana bagian-
bagian yang berputar dapat dibongkar ke atas sepanjang poros.
3. Pompa jenis berderet
Jenis ini terdapat pada pompa bertingkat banyak, dimana rumah pompa
terbagi oleh bidang-bidang tegak lurus poros sesuai dengan jumlah tingkat
yang ada.
f. Klasifikasi menurut sisi masuk impeler
1. Pompa isapan tunggal
Pada pompa ini fluida masuk dari sisi impeler. Konstruksinya sangat
sederhana, sehingga sangat sering digunakan untuk kapasitas yang relatif
kecil. Adapun bentuk konstruksinya terlihat pada gambar 2.4 s/d 2.10.
2. Pompa isapan ganda
Pompa ini memasukkan fluida melalui dua sisi isap impeler (gambar 2.12).
Pada dasarnya pompa ini sama dengan dua buah impeler pompa isapan
Universitas Sumatera Utara
14
tunggal yang dipasang bertolak belakang dan dipasang beroperasi secara
paralel. Dengan demikian gaya aksial yang terjadi pada kedua impeler akan
saling mengimbangi dan laju aliran total adalah dua kali laju aliran tiap
impeler. Oleh sebab itu pompa ini banyak dipakai untuk kebutuhan dengan
kapasitas besar.
Gambar 2.12. Pompa isapan ganda
2.4 Unit Penggerak Pompa
Umumnya unit penggerak pompa terdiri dari tiga jenis yaitu:
a. Motor bakar
b. Motor listrik, dan
c. Turbin
Penggerak tipe motor bakar dan turbin sangat tidak ekonomis untuk
perencanaan pompa karena konstruksinya berat, besar dan memerlukan
sistem penunjang misalnya sistem pelumasan, pendinginan dan pembuangan
gas hasil pembakaran.
Sistem penggerak motor listrik lebih sesuai dimana konstruksinya kecil
dan sederhana, sehingga dapat digabungkan menjadi satu unit kesatuan dalam
rumah pompa. Faktor lain yang membuat motor ini sering digunakan adalah
karena murah dalam perawatan dan mampu bekerja untuk jangka waktu yang
relatif lama dibanding penggerak motor bakar dan turbin.
Universitas Sumatera Utara
15
2.5 Dasar-dasar Pemilihan Pompa
Dasar pertimbangan pemilihan pompa, didasarkan pada sistem
ekonomisnya, yakni keuntungan dan kerugian jika pompa tersebut digunakan
dan dapat memenuhi kebutuhan pemindahan fluida sesuai dengan kondisi
yang direncanakan.
Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis pompa adalah fungsi
terhadap instalasi pemipaan, kapasitas, head, viskositas, temperature kerja
dan jenis motor penggerak.
Kondisi yang diinginkan dalam perencanaan ini adalah:
a. Kapasitas dan head pompa harus mampu dipenuhi.
b. Fluida yang mengalir secara kontinu.
c. Pompa yang dipasang pada kedudukan tetap.
d. Konstruksi sederhana.
e. Mempunyai efisiensi yang tinggi.
f. Harga awal relatif murah juga perawatannya.
Melihat dan mempertimbangkan kondisi yang diinginkan dalam
perencanaan ini, maka dengan mempertimbangkan sifat pompa dan cara
kerjanya, dipilih pompa sentrifugal dalam perencanaan ini, karena sesuai
dengan sifat pompa sentrifugal, yakni :
a. Aliran fluida lebih merata.
b. Putaran poros dapat lebih tinggi.
c. Rugi-rugi transmisinya lebih kecil karena dapat dikopel langsung dengan
otor penggerak.
d. Konstruksinya lebih aman dan kecil.
e. Perawatannya murah.
2.6 Head Pompa
Head pompa adalah energi yang diberikan ke dalam fluida dalam bentuk
tinggi tekan. Dimana tinggi tekan merupakan ketinggian fluida harus naik
untuk memperoleh jumlah energi yang sama dengan yang dikandung satu
satuan bobot fluida pada kondisi yang sama. Untuk lebih jelasnya perhitungan
dari head pompa dapat dilihat pada gambar 2.13 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
16
Gambar 2.13. Prinsip hukum Bernoulli
Pada gambar ini terdapat dua buah titik dengan perbedaan kondisi letak,
luas penampang, tekanan serta kecepatan aliran fluida. Fluida kerja mengalir
dari kondisi pertama (titik 1) ke kondisi yang kedua (titik 2), aliran ini
disebabkan oleh adanya suatu energi luar . Energi luar ini terjadi
merupakan perbedaan tekanan yang terjadi pada kedua kondisi operasi (titik 1
dan 2), atau = ( - ).Q
Sedangkan pada setiap kondisi tersebut terdapat juga suatu bentuk energi,
yaitu energi kinetik (Ek) dan energi potensial (Ep) atau dapat dituliskan
sebagai berikut :
- Untuk titik 1 :
Energi yang terkandung E1 = Ek1 + Ep1
= m1. + m1.g.h1
- Untuk titik 2 :
Energi yang terkandung E2 = Ek2 + Ep2
= m2. + m2.g.h2
Dan hubungan dari kondisi kerja ini adalah Eo = E2 - E1, atau dapat
dituliskan:
(P2-P1).Q = [ m2. + m2.g.h2] - [ m1. + m1.g.h1]
(P2-P1).Q = {( m2. ) - (m1. ) + (m2.g.h2) - (m1.g.h1) }……(1)
Dimana : Q = A . V = Konstan
M = ρ . A . V , dimana ρ1 = ρ2
Sehingga persamaan (1) di atas dapat dituliskan sebagai berikut :
(P2-P1)A.V = [(ρ.A.V3)2 - (ρ.A.V3)1] + ρ.A.V.g(h2 - h1)
(P2-P1) = ρ( - ) + ρ.g(h2-h1)……………………………..(2)
Universitas Sumatera Utara
17
Jika ρ (kg/m3) . g (m/s2) = γ (N/m3), maka persamaan (2) dapat disederhanakan
menjadi :
= + ( h2-h1 )
Atau persamaan untuk mencari head pompa digunakan hukum Bernoulli yaitu :
+ + Z1 + Hp = + + Z2 + HL
Maka :
HP = + + Z2 - Z1 + HL
Dimana : adalah perbedaan head tekanan.
adalah perbedaan head kecepatan
Z2 - Z1 adalah perbedaan head potensial
HL adalah kerugian head ( head losses )
Dari rumus di atas dapat dilihat bahwa head total pompa diperoleh dengan
menjumlahkan head tekanan, head kecepatan, head potensial, dan head losses
yang timbul dalam instalasi pompa. Sementara head losses sendiri merupakan
jumlah kerugian head mayor (hf) dan kerugian head minor (hm).
HL = hf + hm
2.7 Putaran spesifik
Jenis impeler yang digunakan pada suatu pompa tergantung pada putaran
spesifiknya. Putaran spesifik adalah putaran yang diperlukan pompa untuk
menghasilkan 1 m degan kapasitas 1 m3/s, dan dihitung berdasarkan
(Khetagurov, hal 205)
ns = 3,65
Dimana : ns = putaran spesifik [rpm]
n = putaran pompa [rpm]
Q = kapasitas pompa [m3/s]
Hp= head pompa [mH2O]
Universitas Sumatera Utara
18
2.8 Daya pompa
Daya pompa ialah daya yang dibutuhkan poros pompa untuk memutar
impeler didalam memindahkan sejumlah fluida denga kondisi yang
diinginkan. Besarnya daya poros yang dibutuhkan dapat dihitung berdasarkan
( Fritz dietzel. Hal 243 )
NP =
Dimana : Np = daya pompa [watt]
Q = kapasitas pompa [m3/s]
Hp = head pompa [m]
ρ = rapat jenis fluida [kg/m3]
ηp = effisiensi pompa
2.9 Aliran fluida
Aliran dalam pemipaan akan terjadi dari titik yang mempunyai head
hidrolik yang lebih tinggi (energi internal per satu-satuan berat air) ke head
yang lebih rendah, dimana terjadi kehilangan energi hidrolik di sepanjang
pipa.
Kehilangan energi hidrolik sepanjang pipa secara umum disebabkan oleh :
A. Kerugian head mayor
Kerugian head ini terjadi akibat adanya gesekan antara dinding pipa
dengan fluida yang mengalir di dalamnya. Persamaan umum yang dapat
digunakan untuk mencari headlosses akibat gesekan dalam pipa dapat
dilakukan dengan menggunakan :
a. Persamaan Darcy - Weisbach
b. Persamaan Hazen - Williams
Kedua persamaan diatas memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing yaitu :
a. Persamaan Darcy - Weisbach
1. Memberikan hasil yang lebih baik untuk pipa yang relatif pendek.
2. Untuk sistem terdiri dari bermacam-macam pipa akan lebih rumit
perhitungannya.
Universitas Sumatera Utara
19
3. Populer atau sering dipakai untuk perhitungan dengan beda energi
besar.
4. Persamaan ini secara teori paling bagus dan dapat digunakan ke semua
jenis fluida.
b. Persamaan Hazen-Williams :
1. Umumnya dipakai untuk menghitung kerugian head dalam pipa yang
relatf sangat panjang seperti jalur pipa penyalur air minum.
2. Untuk sistem yang terdiri dari bermacam-macam pipa, perhitungannya
akan lebih mudah disbanding Darcy - Weisbach.
3. Persamaan Hazen - Williams paling banyak digunakan untuk
menghitung headlosses, tetapi biasa digunakan untuk semua fluida
selai dari air dan digunakan hanya untuk aliran turbulen.
B. Kerugian Minor
Kerugian ini diakibatkan adanya perubahan dalam geometri aliran
seperti katup, belokan, perubahan diameter pipa, sambungan saluran
masuk dan keluar pipa. Dan kerugian minor dapat dihitung berdasarkan
hm = K
Dimana : V = Kecepatan rata-rata aliran fluida dala suatu pipa [m/s]
g = gravitasi bumi [m/s2]
K = Koefisien minor loses
2.10 Kavitasi
Kavitasi adalah fenomena perubahan phase uap dari zat cair yang sedang
mengalir, karena tekanannya berkurang hingga di bawah tekanan uap jenuhnya.
Pada pompa bagian yang sering mengalami kavitasi adalah sisi isap pompa. Hal
ini terjadi jika tekanan isap pompa terlalu rendah hingga dibawah tekanan uap
jenuhnya, hal ini dapat menyebabkan :
- Suara berisik, getaran atau kerusakan komponen pompa tatkala
gelembung-gelembung fluida tersebut pecah ketika melalui daerah yang
lebih tinggi tekanannya
- Kapasitas pompa menjadi berkurang
Universitas Sumatera Utara
20
- Pompa tidak mampu membangkitkan head (tekanan)
- Berkurangnya efisiensi pompa.
Secara umum, terjadinya kavitasi diklasifikasikan atas 5 alasan dasar :
1. Vaporization - Penguapan
Fluida menguap bila tekanannya menjadi sangat rendah atau temperaturnya
menjadi sangat tinggi. Setiap pompa sentrifugal memerlukan head (tekanan)
pada sisi isap untuk mencegah penguapan. Tekanan yang diperlukan ini,
disiapkan oleh pabrik pembuat pompa dan dihitung berdasarkan asumsi bahwa
air yang dipompakan adalah 'fresh water' pada suhu 68oF. Dan ini disebut Net
Positive Suction Head Available (NPSHA). Karena ada pengurangan tekanan
(head losses) pada sisi suction( karena adanya valve, elbow, reduser, dll), maka
perhitungan head total pada sisi suction dan biasa disebut Net Positive Suction
Head is Required (NPSHR). Nilai keduanya mempengaruhi terjadinya
penguapan, maka untuk mencegah penguapan, syaratnya adalah :
NPSHA - Vp ≥ NPSHR
Dimana :
Vp = Vapor pressure fluida yang dipompa.
Dengan kata lain untuk memelihara supaya vaporization tidak terjadi maka harus
dilakukan hal berikut :
a. Menambah Suction head, dengan :
- Menambah level liquid di tangki.
- Meninggikan tangki.
- Memberi tekanan tangki.
- Menurunkan posisi pompa(untuk pompa portable).
Universitas Sumatera Utara
21
- Mengurangi head losses pada suction piping system. Misalnya dengan
mengurangi jumlah fitting, membersihkan striner, cek mungkin venting
tangki tertutup) atau bertambahnya speed pompa.
b. Mengurangi Tempertur fluida, dengan :
- Mendinginkan suction dengan fluida pendingin
- Mengisolasi suction pompa
- Mencegah naiknya temperature dari bypass system dari pipa discharge.
c. Mengurangi NPSHR, dengan :
- Gunakan double suction. Ini bias mengurangi NPSHR sekitar 25 % dan
dalam beberapa kasus memungkinkan penambahan speed pompa sebesar
40 %.
- Gunakan pompa dengan speed yang lebih rendah.
- Gunakan impeller pompa yang memiliki bukaan 'lobang' (eye) yang lebih
besar.
- Install Induser, dapat mereduksi NPSHR sampai 50 %.
- Gunakan pompa yang lebih kecil. Menggunakan 3 buah pompa kecil
dengan ukuran kapasitas separuhnya, hitungannya lebih murah dari pada
menggunakan pompa besar dan spare-nya. Lagi pula dapat menghemat
energy.
2. Air Ingestion - Masuknya Udara Luar ke Dalam System
Pompa sentrifugal hanya mampu mengendalikan 0.5% udara dari total volume.
Lebih dari 6% udara, akibatnya bisa sangat berbahaya, dapat merusak
komponen pompa.
Udara dapat masuk ke dalam system melalui beberapa sebab, antara lain :
- Dari packing stuffing box. Ini terjadi, jika pompa dari kondensor,
evaporator atau peralatan lainnya bekerja pada kondisi vakum.
- Letak valve di atas garis permukaan air (water line).
Universitas Sumatera Utara
22
- Flens (sambungan pipa) yang bocor.
- Tarikan udara melalui pusaran cairan (vortexing fluid).
- Jika 'bypass line' letaknya terlalu dekat dengan sisi isap, hal ini akan
menambah suhu udara pada sisi isap.
- Berkurangnya fluida pada sisi isap, hal ini dapat terjadi jika level cairan
terlalu rendah.
Gambar 2.14 Vortexing Fluida
Keduanya, baik penguapan maupun masuknya udara ke dalam system
berpengaruh besar terhadap kinerja pompa yaitu pada saat gelembung-
gelembung udara itu pecah ketika melewati 'eye impeller' sampai pada sisi
keluar (Sisi dengan tekanan yang lebih tinggi). Terkadang, dalam beberapa
kasus dapat merusak impeller atau casing. Pengaruh terbesar dari adanya
jebakan udara ini adalah berkurangnya kapasitas pompa.
3. Internal Recirculation - Sirkulasi Balik di dalam System
Kondisi ini dapat terlihat pada sudut terluar (leading edge) impeller, dekat
dengan diameter luar, berputar balik ke bagian tengah kipas. Ia dapat juga
terjadi pada sisi awal isap pompa. Efek putaran balik ini dapat menambah
kecepatannya sampai ia menguap dan kemudian 'pecah' ketika melalui
tempat yang tekanannya lebih tinggi. Ini selalu terjadi pada pompa dengan
NPSHA yang rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, kita harus tahu nilai
Universitas Sumatera Utara
23
Suction Spesific Speed , yang dapat digunakan untuk mengontrol pompa saat
beroperasi, berapa nilai terdekat yang teraman terhadap nilai BEP (Best
Efficiency Point) pompa yang harus diambil untuk mencegah terjadinya
masalah.
4. Turbulence - Pergolakan Aliran
Aliran fluida diinginkan pada kecepatan yang konstan. Korosi dan hambatan
yang ada pada system perpipaan dapat merubah kecepatan fluida dan setiap ada
perubahan kecepatan, tekanannya juga berubah. Untuk menghambat hal
tersebut, perlu dilakukan perancangan system perpipaan yang baik. Antara lain
memenuhi kondisi jarak minimum antara suction pompa dengan elbow yang
pertama minimal 10 X diameter pipa. Pada pengaturan banyak pompa, pasang
suction bells pada bays yang terpisah, sehingga satu sisi isap pompa tidak akan
mengganggu yang lainnya. Jika ini tidak memungkinkan, beberapa buah
pompa bisa dipasang pada satu bak isap (sump) yang besar, dengan syarat :
- Posisi pompa tegak lurus dengan arah aliran.
- Jarak antara dua 'center line' pompa minimum dua kali suction diameter.
- Semua pompa dalam keadaan 'runing'.
- Bagian piping upstream paling tidak memiliki pipa yang lurus dengan
panjang minimal 10 x diameter pipa.
- Setiap pompa harus memiliki kapasitas kurang dari 15.000 gpm.
- Batas toleransi dasar pompa seharusnya sekitar 30% diameter pipa isap
5. Vane Passing Syndrome
Kerusakan akibat kavitasi jenis ini terjadi ketika diameter luar impeller lewat
terlalu dekat dengan 'cutwater' pompa. Kecepatan aliran fluida ini bertambah
tatkala alirannya melalui lintasan kecil tersebut, tekanan berkurang dan
menyebabkan penguapan lokal. Gelembung udara yang terbentuk kemudian
pecah pada tempat yang memiliki tekanan yang lebih tinggi, sedikit diluar
alur cutwater. Hal inilah yang menyebabkan kerusakan pada volute(rumah
keong) pompa. Untuk mencegah pergerakan poros yang berlebihan, beberapa
pabrik pembuat memasang bulkhead rings pada suction eye. Pada sisi keluar
Universitas Sumatera Utara
24
(discharge), ring dapat dibuat untuk memperpanjang sisi keluar dari dinding
discharge sampai selubung impeller.
Kavitasi dinyatakan dengan cavities atau lubang di dalam fluida yang kita pompa.
Lubang ini juga dapat dijelaskan sebagai gelembung-gelembung, maka kavitasi
sebenarnya adalah pembentukan gelembung-gelembung dan pecahnya gelembung
tersebut. Gelembung terbentuk tatkala cairan mendidih. Hati-hati untuk
menyatakan mendidih itu sama dengan air yang panas untuk disentuh, karena
oksigen cair juga akan mendidih dan tak seorang pun menyatakan itu panas. Dan
pengaruh Kavitasi denhgan kinerja pompa sentrifugal adalah sebagai berikut:
1. Kapasitas Pompa Berkurang
- Ini terjadi karena gelembung-gelembung udara banyak mengambil
tempat(space), dan kita tidak bisa memompa cairan dan udara pada tempat
dan waktu yang sama. Otomatis cairan yang diperlukan menjadi
berkurang.
- Jika gelembung itu besar pada eye impeller, pompa akan kehilangan
pemasukan dan akhirnya perlu priming (tambahan cairan pada sisi isap
untuk menghilangkan udara).
2. Tekanan (Head) kadang berkurang
Gelembung-gelembung tidak seperti cairan, ia bisa dikompresi
(compressible). Hasil kompresi ini yang menggantikan head, sehingga head
pompa sebenarnya menjadi berkurang.
3. Pembentukan gelembung pada tekanan rendah karena mereka tidak bisa
terbentuk pada tekanan tinggi.
Jika kecepatan fluida bertambah, maka tekanan fluida akan berkurang. Ini
artinya kecepatan fluida yang tinggi pasti di daerah bertekanan rendah. Ini
akan menjadi masalah setiap saat jika ada aliran fluida melalui pipa terbatas,
volute atau perubahan arah yang mendadak. Keadaan ini sama dengan aliran
fluida pada penampang kecil antara ujung impeller dengan volute cut water.
Universitas Sumatera Utara
25
4. Bagian-bagian Pompa Rusak
- Gelembung-gelembung itu pecah di dalam dirinya sendiri, ini dinamakan
imploding kebalikan dari exploding. Gelembung-gelembung itu pecah dari
segala sisi, tetapi bila ia jatuh menghantam bagian dari metal seperti
impeller atau voluteia tidak bisa pecah dari sisi tersebut, maka cairan
masuk dari sisi kebalikannya pada kecepatan yang tinggi dilanjutkan
dengan gelobang kejutan yang mampu merusak part pompa. Ada bentuk
yang unik yaitu bentuk lingkaran akibat pukulan ini, dimana metal seperti
dipukul dengan 'ball peen hammer'.
- Kerusakan ini kebanyakan terjadi membentuk sudut ke kanan pada metal,
tetapi pengalaman menunjukan bahwa kecepatan tinggi cairan
kelihatannya datang dari segala sudut.
Semakin tinggi kapasitas pompa, kelihatannya semakin mungkin kavitasi
terjadi. Nilai Specific speed pump yang tinggi mempunyai bentuk impeller
yang memungkinkan untuk beroperasi pada kapasitas yang tinggi dengan
power yang rendah dan kecil kemungkinan terjadi kavitasi. Hal ini biasanya
dijumpai pada casing yang berbentuk pipa, dari pada casing yang berbentuk
volute.
2.11 Computational Fluid Dynamic (CFD) Fluent
Computational Fluid Dynamic (CFD) dapat dibagi menjadi dua kata,
yaitu:
a. Computational : Segala sesuatu yang berhubungan dengan
matematika dan metode numerik atau komputasi.
b. Fluid Dynamic : Dinamika dari segala sesuatu yang mengalir.
Ditinjau dari istilah di atas, CFD bisa berarti suatu teknologi komputasi
yang memungkinkan untuk mempelajari dinamika dari benda-benda atau
zat-zat yang mengalir.
Secara definisi, CFD adalah ilmu yang mempelajari cara memprediksi n
fluida, perpindahan panas, reaksi kimia, dan fenomena lainnya denga
menyelesaikan persamaan-persamaan matematika (model matematika). Dan
Universitas Sumatera Utara
26
Fluent adalah salah satu jenis program CFD yang menggunakan metode
elemen hingga dan Fluent juga menyediakan fleksibilitas mesh yang
lengkap, sehingga dapat menyelesaikan kasus aliran fluida dengan mesh
(grid) yang tidak terstruktur sekalipun dengan cara yang relatif mudah.
Penggunaan CFD umumya berhubungan dengan keempat hal berikut:
1. Studi konsep dari desain baru
2. Pengembangan produk secara detail
3. Analisis kegagalan atau troubleshooting
4. Desain ulang
2.11.1 Metode Diskritisasi CFD
CFD sebenarnya mengganti persamaan-persamaan diferensial parsial dari
kontinuitas, momentum, dan energi dengan persamaan-persamaan aljabar.
CFD merupakan pendekatn dari persoalan yang asalnya kontinum
(memiliki jumlah sel tak terhingga) menjadi model yang diskrit (jumlah sel
terhingga).
Perhitungan / komputasi aljabar untuk memecahkan persamaan-
persamaan diferensial ini ada beberapa metode (metode diskritisasi),
diantaranya adalah:
a. Metode beda hingga
b. Metode elemen hingga
c. Metode volume hingga
d. Metode elemen batas
e. Metode skema resolusi tinggi
Dan CFD FLUENT versi 6.1.22 sendiri menggunakan metode volume
hingga ( Finite Volume Method ) sebagai metode diskritisasinya (
Firman Tuakia, hal 8 ).
Universitas Sumatera Utara
27
2.11.2 Proses simulasi CFD
Pada uumnya terdapat tiga thapan yang harus dilakukan ketika kita
melakukan simulasi CFD, yaitu:
1. Preprocessing
Komponen pre-processor merupakan komponen input dari
permasalahan aliran ke dalam program CFD dengan menggunakan
interface yang memudahkan operator, berfungsi sebagai transformer
input berikutnya ke dalam bentuk yang sesuai dengan pemecahan oleh
solver. Pada tahapan pre-processor, dapat dilakukan hal-hal sebagai
berikut: 1) mendefinisikan geometri daerah yang dikehendaki
(perhitungan domain); 2) pembentukan grid (mesh) pada setiap
domain; 3) pemilihan fenomena kimia dan fisik yang dibutuhkan; 4)
menetukan sifat-sifat fluida (konduktivitas, viskositas, panas jenis,
massa jenis dan sebagainya); 5) menentukan kondisi batas yang sesuai
dengan keperluan. Ketepatan aliran dalam geometri yang dibentuk
dalam CFD ditentukan oleh jumlah sel di dalam grid yang dibangun.
Semakin besar jumlah sel, ketepatan atau ketelitian dari hasil
pemecahan semakin baik. Mesh optimal tidak harus selalu seragam,
dapat dilakukan dengan memperhalus mesh pada bagian yang memiliki
variasi cukup besar dan semakin kasar untuk bagian yang relatif tidak
banyak mengalami perubahan.
2. Solving
Proses pada solver merupakan proses pemecahan secara matematika
dalam CFD dengan software FLUENT 6.1.22. Metode yang digunakan
adalah metode volume hingga (finite volume) yang dikembangkan dari
metode beda hingga (finite difference) khusus. Proses pemecahan
matematika pada solver digambarkan sebagai diagram alir metode
SIMPLE (Semi-Implicit Method for Pressure-Linked Equation)
(Gambar 2)
Universitas Sumatera Utara
28
Gambar 2.15 Diagram Alir Algoritma Numerik volume hingga dengan metode
SIMPLE
Proses pemecahan matematika pada solver memiliki 3 tahapan yaitu: 1)
aproksimasi aliran yang tidak diketahui dilakukan dengan
menggunakan fungsi sederhana; 2) diskretisasi dengan mensubstitusi
hasil aproksimasi ke dalam persamaan aliran disertai dengan manipulasi
Universitas Sumatera Utara
29
matematis; 3) penyelesaian persamaan aljabar. Pada proses solver,
terdapat 3 persamaan atur aliran fluida yang menyatakan hukum
kekekalan fisika, yaitu : 1) massa fluida kekal; 2) laju perubahan
momentum sama dengan resultansi gaya pada partikel fluida (Hukum II
Newton); 3) laju perubahan energi sama dengan resultansi laju panas
yang ditambahkan dan laju kerja yang diberikan pada partikel fluida
(Hukum I Termodinamika).
a. Kekekalan Massa 3 Dimensi steady state
Keseimbangan massa untuk fluida dinyatakan sebagai berikut:
Laju kenaikan massa dalam elemen fluida = Laju net aliran fluida
massa ke dalam elemen batas
xywδδρ
zyu δδρ
zx
vδ
δρ
xδ
yδ
zδ
xyzz
w
w
δδδρ
ρ
)
(∂
∂+
zyxxuu δδδρρ )(
∂∂
+
xzyyvv δδδρρ )(
∂∂
+
Gambar 2.16 Elemen Fluida pada persamaan kekekalan massa Atau dapat ditulis dalam bentuk matematika sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
30
Persamaan diatas merupakan persamaan kontinuitas untuk fluida.
Ruas kiri menggambarkan laju net massa keluar dari elemen melewati
batas dan dinyatakan sebagai faktor konveksi.
b. Persamaan Momentum 3 Dimensi Steady State
Persamaan momentum dikembangkan dari persamaan Navier-Stokes
dalam bentuk yang sesuai dengan metode finite volume sebagai
berikut:
xδ
yδ
zδ
fx
zyp δδ
zyxx δδσyxzx δδτ
zxyx δδτ
zyxxpp δδδ )(∂∂
+
zyxx
xxxx δδδσσ )(
∂∂
+yxzzzx
zx δδδττ )(∂∂
+
zxyy
yx
yx
δδδτ
τ
)
(∂
∂+
Gambar 2.17 Elemen fluida pada persamaan momentum
Momentum x :
Momentum y :
\
Momentum z :
Universitas Sumatera Utara
31
c. Persamaan energi diturunkan dari Hukum I Termodinamika yang
menyatakan bahwa : laju perubahan energi partikel fluida = laju
penambahan panas ke dalam partikel fluida ditambahkan dengan
laju kerja yang diberikan pada partikel. Secara matematika dapat
ditulis sebagai berikut :
Untuk Gas ideal :
3. Postprocessing
Postprocessing adalah langkah akhir dalam analisis CFD. Hal yang
dilakukan pada langkah ini adalah mengorganisasi dan
menginterpretasi data hasil simulasi CFD yang bisa berupa gambar,
kurva, dan animasi. Hasil yang diperoleh dari proses yang berada
dalam pre-processor dan solver akan ditampilkan dalam post-
processor. Tampilan tersebut dapat berupa : 1) tampilan geometri
domain dan grid; 2) plot vektor; 3) plot permukaan 2 dan 3 dimensi;
4) pergerakan partikel; 5) manipulasi pandangan; 6) output warna.
2.11.3 Penggunaan CFD Fluent pada Pompa Sentrifugal
Pada pompa sentrifugal, yang dapat dianalisa oleh CFD Fluent ini adalah
airan fluidanya, dimana dengan CFD Fluent ini kita dapat mensimulasikan
vektor - vektor kecepatan yang terjadi pada impeler dan rumah keong
pompa tersebut. CFD Fluent juga dapat mensimulasikan distribusi tekanan
yang terjadi dalam pompa tersebut. Hasil simulasi aliran fluida ini adaah
gambaran aliran fluida nantinya yang terjadi di lapangan. Pada gambar
2.14 dan gambar 2.15 merupakan contoh hasil dari simulasi pompa
sentrifugal dengan massa alir 0,5 kg/s dan tekanan pompa 0,5 atm.
Universitas Sumatera Utara
32
Gambar 2.17. Hasil simulasi untuk vektor-vektor kecepatan yang terjadi
Gambar 2.17. Hasil simulasi untuk distribusi tekanan yang terjadi
Universitas Sumatera Utara