refer at

23
BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhannya, baik fisik, mental, emosional, sosial, dan spritual. Dalam usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut sering menghadapi berbagai masalah dan hambatan sehingga timbul kecemasan (anxiety). Hal ini terjadi apabila terjadi perubahan-perubahan dalam hidup yang tidak diduga sebelumnya, seperti seseorang yang terkena pemutusan hubungan kerja, pindah kerja, atau mungkin seseorang yang menghadapi kehamilan/persalinan. Kecemasan (anxiety) merupakan bagian intrinsik kemanusiaan, suatu respon natural yang diterapkan dalam pola kemanusiaan terhadap rangsangan dari luar maupun psikologik. Kecemasan akan dialami sepanjang kehidupan mulai dari ayunan sampai usungan. Kecemasan merupakan gejala normal pada manusia dan disebut patologis bila gejalanya menetap dalam jangka waktu tertentu dan mengganggu ketenteraman individu. Ansietas dapat terjadi pada keadaan normal bila secara tiba-tiba berhadapan dengan keadaan bahaya, menghadapi ujian/tantangan dan kadang-kadang terjadi bila bertemu dengan orang yang kita takuti. Gangguan ansietas ditandai dengan gejala fisik seperti kecemasan (khawatir akan nasib buruk), sulit konsentrasi, ketegangan motorik, gelisah, gemetar, renjatan, rasa goyah, sakit perut, punggung dan kepala, ketegangan otot, mudah lelah, berkeringat, tangan terasa dingin, dan sebagainya. (3) 15

Upload: winarsi-taswin

Post on 30-Jul-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Refer At

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhannya,

baik fisik, mental, emosional, sosial, dan spritual. Dalam usaha pemenuhan kebutuhan-

kebutuhan tersebut sering menghadapi berbagai masalah dan hambatan sehingga timbul

kecemasan (anxiety). Hal ini terjadi apabila terjadi perubahan-perubahan dalam hidup yang

tidak diduga sebelumnya, seperti seseorang yang terkena pemutusan hubungan kerja, pindah

kerja, atau mungkin seseorang yang menghadapi kehamilan/persalinan.

Kecemasan (anxiety) merupakan bagian intrinsik kemanusiaan, suatu respon natural

yang diterapkan dalam pola kemanusiaan terhadap rangsangan dari luar maupun psikologik.

Kecemasan akan dialami sepanjang kehidupan mulai dari ayunan sampai usungan.

Kecemasan merupakan gejala normal pada manusia dan disebut patologis bila

gejalanya menetap dalam jangka waktu tertentu dan mengganggu ketenteraman individu.

Ansietas dapat terjadi pada keadaan normal bila secara tiba-tiba berhadapan dengan keadaan

bahaya, menghadapi ujian/tantangan dan kadang-kadang terjadi bila bertemu dengan orang

yang kita takuti. Gangguan ansietas ditandai dengan gejala fisik seperti kecemasan (khawatir

akan nasib buruk), sulit konsentrasi, ketegangan motorik, gelisah, gemetar, renjatan, rasa

goyah, sakit perut, punggung dan kepala, ketegangan otot, mudah lelah, berkeringat, tangan

terasa dingin, dan sebagainya.(3)

Kecemasan sangat mengganggu homeostasis dan fungsi individu, karena itu perlu

segera dihilangkan dengan berbagai macam cara penyesuaian.(1)

Kecemasan merupakaan gangguan mental terbesar. Diperkirakan sekitar 30 juta dari

populasi di Amerika Serikat menderita kecemasan dan wanita menderita dua kali lebih

banyak dibandingkan pria.(5)

Stressor psikososial dapat mempengaruhi setiap kehidupan manusia yang menyebabkan

terjadinya perubahan-perubahan yang akan mengganggu keseimbangan hidup. Stres dapat

digambarkan sebagai suatu kekuatan yang mendesak dan mencekam yang muncul dari dalam

diri seseorang sebagai akibat dari kesulitan penyesuaian diri. Apabila seseorang tidak dapat

menyesuaikan diri terhadap stressor yang dialami maka dia akan mengalami kecemasan yang

berat ataupun mengalami kesedihan yang mendalam. Stres ini dapat bersumber dari dalam

diri sendiri, keluarga, dan lingkungan.

15

Page 2: Refer At

BAB II

PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. ANSIETAS

1.1. Definisi

Kecemasan atau dalam bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari bahasa Latin

angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.(7)

Ansietas adalah suatu keadaan patologis yang ditandai oleh perasaan ketakutan

disertai tanda somatik pertanda sistem saraf otonom yang hiperaktif.(5)

Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan

dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, dan keadaan emosi ini tidak memiliki

objek yang spesifik.(4)

Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi.

Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki

firasat akan ditimpa masalah padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang

mengancam tersebut terjadi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus

ansietas.(4)

Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas menyebar di alam dan terkait

dengan perasaan ketidakpastian dan ketidakberdayaan. Perasaan isolasi, keterasingan,

dan ketidakamanan juga hadir.(4)

Kecemasan dan ketakutan memiliki komponen fisiologis yang sama tetapi

kecemasan tidak sama dengan ketakutan. Penyebab kecemasan berasal dari dalam dan

sumbernya sebagian besar tidak diketahui sedangkan ketakutan merupakan respon

emosional terhadap ancaman atau bahaya yang sumbernya biasanya dari luar yang

dihadapi secara sadar. Kecemasan dianggap patologis bilamana mengganggu fungsi

sehari-hari, pencapaian tujuan, dan kepuasan atau kesenangan yang wajar.(1,5)

Dari pendapat beberapa para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa ansietas

adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik dan bersifat subjektif berupa rasa takut,

kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan

dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya.(4)

16

Page 3: Refer At

1.2. Tingkat Kecemasan(2)

Peplau (1963) mengidentifikasi ansietas dalam 4 tingkatan, dimana setiap tingkatan

memiliki karakteristik dalam persepsi yang berbeda, tergantung kemampuan individu

yang ada dan dari dalam dan luarnya maupun dari lingkungannya, tingkat kecemasan

ataupun ansietas, yaitu:

a. Cemas ringan adalah cemas yang normal menjadi bagian sehari-hari dan

menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.

Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan

kreativitas.

b. Cemas sedang adalah cemas yang memungkinkan seorang untuk memusatkan pada

hal yang penting dan mengesampingkan yang tidak penting.

c. Cemas berat adalah cemas yang sangat mengurangi lahan persepsi individu

cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak

dapat berfikir pada hal yang lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi

tegangan individu memerlukan banyak pengesahan untuk dapat memusatkan pada

suatu area lain.

d. Panik: tingkat panik dari suatu ansietas berhubungan dengan ketakutan dan terror,

karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang mengalami panik tidak mampu

melakukan suatu walaupun dengan pengarahan, panik mengakibatkan disorganisasi

kepribadian, dengan panik terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya

kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan

kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan

kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama dan dapat terjadi

kelelahan yang sangat bahkan kematian (Stuart & Sundent, 2000).

Pada tingkat ansietas ringan dan sedang, individu dapat memproses informasi

belajar dan menyelesaikan masalah. Keterampilan kognitif mendominasi tingkat

ansietas ini. Ketika individu mengalami ansietas berat dan panik, keterampilan bertahan

yang lebih sederhana mengambil alih, respon defensif terjadi, dan keterampilan kognitif

menurun signifikan. Individu yang mengalami ansietas berat sulit berpikir dan

melakukan pertimbangan, otot-ototnya menjadi tegang, tanda-tanda vital meningkat,

mondar-mandir, memperlihatkan kegelisahan, iritabilitas, dan kemarahan atau

menggunakan cara psikomotor emosional. Lonjakan adrenalin menyebabkan tanda-

tanda vital meningkat, pupil membesar, untuk memungkinkan lebih banyak cahaya

17

Page 4: Refer At

yang masuk, dan satu-satunya proses kognitif berfokus pada ketahanan individu

tersebut.

Sisi negatif ansietas atau sisi yang membahayakan ialah rasa khawatir yang

belebihan tentang masalah yang nyata atau potensial. Hal ini menghabiskan tenaga,

menimbulkan rasa takut dan individu melakukan fungsinya dengan adekuat dalam

situasi interpersonal, situasi kerja, dan situasi sosial. Diagnosis gangguan ansietas

ditegakkan ketika ansietas tidak lagi berfungsi sebagai tanda bahaya, melainkan

menjadi kronis dan mempengaruhi sebagian besar kehidupan individu sehingga

mengakibatkan perilaku maladaptif dan disabilitas emosional.

1.3. Pengukuran Kecemasan(4)

Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan baik itu kecemasan ringan,

sedang, berat, berat sekali (panik) digunakan alat ukur kecemasan yang dikenal dengan

Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRSA). Alat ukur ini terdiri dari 10 kelompok

gejala yang masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4,

yang artinya:

Nilai 0 = tidak ada gejala (tidak ada gejala yang muncul)

Nilai 1 = gejala ringan (hanya satu gejala yang muncul)

Nilai 2 = gejala sedang (sebagai gejala yang muncul)

Nilai 3 = gejala berat (lebih dari sebagian gejala yang muncul)

Nilai 4 = gejala berat sekali/panik (seluruh gejala muncul)

Masing-masing nilai angka (score) dari ke-10 kelompok gejala tersebut jumlahkan

sehingga dari penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu:

a. Tidak ada kecemasan (<14)

b. Kecemasan ringan (14-20)

c. Kecemasan sedang (21-27)

d. Kecemasan berat (28-41)

e. Kecemasan berat sekali/panik (42-56)

Sepuluh (10) komponen kecemasan:

a. Perasaan cemas

b. Ketegangan

c. Ketakutan

d. Gangguan tidur

e. Gangguan kecerdasan

f. Perasaan depresi

18

Page 5: Refer At

g. Gejala somatik

h. Gejala sensorik

i. Gejala kardiovaskuler

j. Gejala pernapasan

1.4. Respon Kecemasan(4)

Macam-macam respon ansietas yaitu (Stuart, 2006):

a. Respon fisiologis

Sistem tubuh ResponKardiovaskuler - Palpitasi

- Jantung berdebar- Tekanan darah meningkat- Rasa ingin pingsan- Pingsan- Tekanan darah menurun- Denyut nadi menurun

Pernapasan - Nafas cepat- Sesak nafas- Tekanan pada dada- Napas dangkal- Pembengkakan pada tenggorokan- Sensasi tercekik- Terengah-engah

Neuromuskular - Refleks meningkat- Reaksi terkejut- Mata berkedip-kedip- Insomnia- Tremor- Rigiditas- Gelisah, mondar-mandir- Wajah tegang- Kelemahan umum- Tungkai lemah

Gastrointestinal - Kehilangan nafsu makan- Menolak makan- Rasa tidak nyaman pada abdomen- Nyeri abdomen- Mual- Nyeri ulu hati- Diare

Saluran kemih - Tidak dapat menahan kencing- Sering berkemih

Kulit - Wajah kemerahan- Berkeringat setempat (telapak tangan)- Gatal- Rasa panas dan dingin pada kulit- Wajah pucat

19

Page 6: Refer At

- Berkeringat seluruh tubuh

b. Respon perilaku, kognitif, dan afektif

Sistem ResponsPerilaku - Gelisah

- Ketegangan fisik- Reaksi terkejut- Bicara cepat- Kurang koordinasi- Cenderung mengalami cedera- Menarik diri dari hubungan interpersonal- Inhibisi - Melarikan diri dari masalah- Menghindar- Hiperventilasi- Sangat waspada

Kognitif - Perhatian terganggu- Konsentrasi buruk- Preokupasi- Pelupa- Salah dalam memberikan penilaian- Hambatan berpikir- Lapangan persepsi menurun- Kreativitas menurun- Produktivitas menurun- Bingung- Sangat waspada- Kehilangan objektivitas- Takut kehilangan kendali

Afektif - Mudah terganggu- Tidak sabar- Gelisah- Tegang- Gugup- Ketakutan- Waspada- Kengerian- Kekhawatiran- Kecemasan- Mati rasa- Rasa bersalah- Malu

2. STRESSOR PSIKOSOSIAL

2.1. Definisi

Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Indri, 2007) kondisi fisik, lingkungan dan

sosial yang merupakan penyebab dari kondisi stres disebut dengan stressor. Istilah

20

Page 7: Refer At

stresor diperkenalkan pertama kali oleh Selye (dalam Indri, 2007). Situasi, kejadian,

atau objek apapun yang menimbulkan tuntutan dalam tubuh dan penyebab reaksi

psikologis ini disebut stressor (Berry, 1998 dalam Indri, 2007). Pikiran ataupun

perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik yang nyata

maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor.(6)

Stressor psikososial adalah setiap keadaan/peristiwa yang menyebabkan perubahan

dalam kehidupan seseorang, sehingga seseorang itu terpaksa mengadakan

adaptasi/penyesuaian diri untuk menanggulanginya (Smeltzer & Bare, 2001).

Namun, tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stressor

tersebut sehingga timbullah keluhan-keluhan antara lain stres, cemas, dan depresi.(8)

2.2. Penyebab

Masalah penyesuaian atau keadaan stres dapat bersumber pada frustrasi, konflik,

tekanan, atau krisis.(1)

a. Frustrasi

Timbul bila ada aral melintang antara kita dan maksud (tujuan) kita yang dapat

menimbulkan stres padanya. Ada frustrasi yang datangnya dari luar, seperti

bencana alam, kecelakaan, kematian seorang yang tercinta, persaingan yang

berlebihan, perubahan yang terlalu cepat dan pengangguran. Frustrasi yang

datangnya dari dalam misalnya cacat badaniah, kegagalan dalam usaha dan moral

sedingga penilaian diri sendiri menjadi sangat tidak enak dan merupakan frustrasi

yang berhubungan dengan kebutuhan rasa harga diri.

b. Konflik

Terjadi bila kita tidak dapat memilih antara dua atau lebih macam kebutuhan

atau tujuan. Memilih yang satu berarti frustrasi terhadap yang lain. Ibarat kita

berada di persimpangan jalan dan tidak dapat memilih apakah akan ke kiri atau ke

kanan. Misalnya, jika seseorang harus memilih antara terus melanjutkan sekolah

atau menikah, mengurus rumah tangga atau terus aktif dalam sebuah organisasi,

atau mungkin memilih antara berbuat sesuatu yang berbahaya atau dicap sebagai

pengecut.

c. Tekanan

Juga dapat menimbulkan masalah penyesuaian. Tekanan sehari-hari, biarpun

kecil tetapi bila bertumpuk-tumpuk, dapat menjadi stres yang hebat. Tekanan sama

halnya frustrasi, bisa berasal dari dalam maupun dari luar.

21

Page 8: Refer At

Tekanan dari dalam datang dari cita-cita atau norma-norma yang kita

gantungkan terlalu tinggi dan kita mengejarnya tanpa ampun, sehingga kita terus-

menerus berada di bawah tekanan. Contoh tekanan dari luar, misalnya orang tua

menuntut dari anak angka rapor yang gilang-gemilang..

d. Krisis

Suatu keadaan yang mendadak menimbulkan stres pada seorang individu

ataupun suatu kelompok, misalkan kematian, kecelakaan, bencana alam, ataupun

anak yang masuk sekolah pertama kali. Dahulunya dikira bahwa krisis selalu tidak

baik bagi kesehatan jiwa. Sekarang ini ternyata tidaklah demikian. Setelah

mengalami krisis, maka kemungkinan individu atau kelompok menjadi terganggu

atau lebih mudah terganggu, bila ada stres lagi ataupun lebih matang atau lebih

kuat menghadapi stres di kemudian hari.

Beberapa contoh stresor psikososial menurut Dadang Hawari (2008) antara lain

sebagai berikut:(6)

a. Perkawinan

Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini, lembaga perkawinan adalah

lembaga yang paling banyak menderita. Salah satu faktor yang menyebabkan krisis

perkawinan adalah ketidaksetiaan atau perselingkuhan sehingga menyebabkan

perceraian.

b. Problem Orangtua

Salah satu problem orangtua pada zaman sekarang adalah bahwa yang penting

bukan berapa banyak jumlah anak (kuantitas), melainkan yang utama adalah

kualitas dari anak yang diasuhnya. Orang tua juga akan mengalami problem

manakala anak terlibat kenakalan remaja, pergaulan bebas, kehamilan diluar nikah,

aborsi dan penyalahgunaan narkotika.

c. Hubungan Interpersonal (Antar Pribadi)

Hubungan antar sesama manusia (perorangan/ individual) yang tidak baik dapat

merupakan sumber stres. Misalnya hubungan yang tidak serasi, tidak baik atau

buruk dengan kawan dekat atau kekasih, antara sesama rekan, antara bawahan dan

atasan, pengkhianatan dan lain sebagainya.

d. Pekerjaan

Kehilangan pekerjaan (PHK, Pensiun) yang berakibat pada pengangguran akan

berdampak pada gangguan kesehatan bahkan bisa sampai pada kematian. Dengan

22

Page 9: Refer At

meningkatnya pengangguran, maka terlalu banyak beban pekerjaan sementara

waktu yang tersedia sangat sempit, hal ini dapat pula menyebabkan stres.

e. Lingkungan Hidup

Kondisi lingkungan hidup yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan

seseorang. Misalnya masalah perumahan, polusi, penghijauan dan lain-lain yang

merupakan sarana dan prasarana pemukiman hendaknya memenuhi syarat

kesehatan lingkungan dan terciptanya suasana kehidupan yang bebas dari

gangguan kriminalitas.

f. Keuangan

Masalah keuangan dalam kehidupan sehari-hari ternyata merupakan salah satu

stresor utama. Misalnya, pendapatan lebih kecil dari pengeluaran, terlibat hutang,

kebangkrutan usaha, soal warisan dan lain sebagainya.

g. Hukum

Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum dapat merupakan sumber stres.

Misalnya, tuntutan hukum, pengadilan, penjara dan lain sebagainya. Selain itu

tidak ditegakkannya supremasi hukum yang berdampak pada ketidakadilan dapat

pula merupaka sumber stres. 

h. Perkembangan

Yang dimaksudkan disini adalah tahapan perkembangan baik fisik maupun

mental seseorang (siklus kehidupan). Misalnya masa remaja, masa dewasa,

menopause, usia lanjut dan lain sebagainya yang secara alamiah akan dialami oleh

setiap orang. Dan apabila tahapan perkembangan tersebut tidak dapat dilampaui

dengan baik (tidak mampu beradaptasi), yang besangkutan dapat mengalami stres.

i. Penyakit Fisik atau Cidera

Berbagai penyakit fisik terutama yang kronis dan atau cidera dapat

menyebabkan stres pada diri seseorang, sebagai contoh misalnya penyakit jantung,

paru-paru, stroke, kanker, HIV/ AIDS, kecelakaan dan lain sebagainya.

j. Faktor Keluarga

Anak dan remaja dapat pula mengalami stres yang disebakan karena kondisi

keluarga yang tidak harmonis. Sikap orang tua terhadap anak yang dapat

menimbulkan stres antara lain:

Hubungan kedua orang tua yang dingin, atau penuh ketegangan, atau acuh tak

acuh.

23

Page 10: Refer At

Kedua orang tua jarang dirumah dan tidak ada waktu untuk bersama dengan

ank-anak.

Komunikasi antara orang tua dan anak yang tidak serasi (communication gap).

Kedua orang tua berpisah atau bercerai.

Salah satu orang tua menderita gangguan jiwa atau kelainan kepribadian.

Orang tua dalam mendidik anak kurang sabar, pemarah, keras, otoriter dan lain

sebagainya.

k. Trauma

Seseorang yang mengalami bencana alam, kecelakaan transportasi (darat, laut

dan udara), kebakaran, kerusuhan, peperangan, kekerasan, penculikan,

perampokan, perkosaan, kehamilan diluar nikah dan lain sebagainya merupakan

pengalaman yang traumatis yang pada gilirannya yang bersangkutan dapat

mengalami stres.

B. PERANAN STRESSOR PSIKOSOSIAL TERHADAP ANSIETAS

Salah satu faktor yang dianggap sebagai penyebab atau pencetus ansietas adalah stressor

psikososial. Seperti yang telah kita ketahui stressor psikososial adalah setiap keadaan atau

peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang. Sehingga orang itu

terpaksa mengadakan adaptasi atau menanggulangi stressor yang timbul. Taraf besarnya

stressor psikososial ditulis pada aksis IV pada sistem diagnostik multiaksial PPDGJ III. Aksis

ini dipakai untuk pemberian kode dari berat ringannya stressor psikososial yang dinilai

bermakna sebagai faktor penting perkembangan atau kambuhnya gangguan jiwa saat ini.

Bila mendapatkan stressor, tubuh manusia akan berusaha mengadakan perlawanan dengan

mencari keseimbangan. Tubuh manusia merespon stressor dengan mengaktifkan sistem saraf

dan hormon tertentu. Akibatnya secara klinik akan bermanifestasi sebagai gejala-gejala

stress, yang terdiri dari gejala psikologis, fisiologis dan perilaku. Perubahan psikososial dapat

merupakan tekanan mental (stressor psikososial) sehingga bagi sebagian individu dapat

menimbulkan perubahan dalam kehidupan dan berusaha beradaptasi untuk

menanggulanginya. Stressor psikososial, seperti perceraian dalam rumah tangga, masalah

orang tua dengan banyaknya kenakalan remaja, hubungan interpersonal yang tidak baik dan

sebagainya. Namun tidak semua orang mampu beradaptasi dan mengatasi stressor akibat

perubahan tersebut sehingga ada yang mengalami gangguan kecemasan/ansietas. Dari

berbagai penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa ada peranan stressor  psikososial

terhadap ansietas. Namun, berat ringannya stressor tersebut sehingga dapat menimbulkan

24

Page 11: Refer At

ansietas tergantung pada seberapa mampu manusia untuk beradaptasi dengan lingkungan atau

faktor stressor tersebut, bukan dari jenis stressor yang dialami. Pada tahap pencegahan dan

terapi dari stressor yang dialami memerlukan suatu metode pendekatan yang holistic, yaitu

yang mencakup fisik (somatic), psikologik/psikiatrik, psikososial dan religious. Dalam hal ini

manusia diharapkan mampu menghadapi stressor yang didapat sehingga tidak menimbulkan

ansietas yang berkepanjangan. Untuk mencegah agar seseorang tidak jatuh dalam keadaan

stress, maka sebaiknya ketahanan yang bersangkutan perlu ditingkatkan agar mampu

menanggulangi stressor (penyebab) psikososial yang muncul dan sebagainya

Kepribadian Pencemas(2)

Tidak semua orang yang mengalami stressor psikososial akan menderita gangguan cemas,

hal ini tergantung pada struktur kepribadiannya. Orang yang kepribadian pencemas resiko

untuk menderita gangguan cemas lebih besar dari orang yang tidak berkepribadian pencemas.

a. Seseorang akan menderita ansietas mana kala yang bersangkutan tidak mampu

mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya. Tetapi orang-orang tertentu meskipun

tidak ada stressor psikososial yang bersangkutan menunjukkan kecemasan juga, yang

ditandai dengan corak atau kepribadian pencemas, yaitu antara lain cemas, khawatir,

tidak tenang, ragu, dan bimbang.

b. Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir)

c. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (demam panggung)

d. Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain

e. Tidak mudah mengalah “sering ngotot”

f. Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah

g. Sering kali mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik), khawatir yang berlebihan

terhadap penyakit

h. Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil (dramatisir)

i. Dalam mengambil keputusan, sering mengalami rasa bimbang dan ragu

C. PENATALAKSANAAN ANSIETAS

1. PSIKOTERAPI

Melakukan pembicaraan yang melibatkan tenaga kesehatan yang terlatih, seperti

psikiater, psikolog, pekerja sosial, atau konselor, untuk menentukan penyebab gangguan

cemas yang dialami pasien dan bagaimana penanganannya.(10)

Ventilasi: memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan keluhan dan

isi hati pasien sehingga pasien menjadi lega

25

Page 12: Refer At

Konseling: memberikan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya dan

memahami kondisinya lebih baik dan menganjurkan untuk berobat teratur, serta efek

samping dari pengobatan yang dijalaninya.

2. COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY (CBT)

Cognitive-behavioral therapy (CBT) sangat berguna dalam mengobati gangguan

kecemasan. Dari segi kognitif, terapis harus mampu membantu mengubah pola berpikir

pasien yang senantiasa mendukung ketakutan mereka, sedangkan dari segi perilaku, dapat

membantu pasien mengubah cara mereka bereaksi terhadap kecemasan yang dihadapi

(memprovokasi situasi).(10)

CBT dilakukan ketika pasien memutuskan bahwa mereka telah siap untuk diterapi dan

juga atas izin dan kerjasama dari pasien itu sendiri. Agar efektif, terapi harus diarahkan

pada specific anxiety orang tersebut dan harus disesuaikan dengan kebutuhannya.(10)

CBT atau terapi perilaku biasanya dilakukan selama 12 minggu. Ini dapat dilakukan

secara individual atau dengan sekelompok orang yang memiliki masalah yang sama.

Terapi kelompok sangat efektif untuk fobia sosial. Ada beberapa penelitian yang

mengatakan bahwa manfaat CBT bertahan lebih lama dibandingkan dengan obat-obatan

untuk orang dengan gangguan panik, dan hal yang sama mungkin benar untuk OCD

(Obsessive Compulsive Disorder), PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder), dan fobia

sosial. Bila gangguan kambuh di kemudian hari, terapi yang sama dapat digunakan untuk

mengatasi gangguan tersebut.(10)

Cognitive Behavioral Therapy (CBT) diharapkan berperan sebagai mekanisme proteksi

agar kecemasan tidak mengancam, karena pasien belajar mengatasi faktor faktor yang

menyebabkan munculnya gangguan.(10)

3. SOSIOTERAPI

Bertujuan mengembalikan fungsi-fungsi sosial penderita, agar dapat berorientasi

terhadap diri, orang lain, waktu dan tempat secara wajar serta dapat menyesuaikan diri

kembali terhadap tuntutan/norma sosial. Kegiatan sosioterapi dapat dilakukan bersama-

sama atau berselang-seling dengan kegiatan yang lain dalam proses rehabilitasi.

Selain itu, perlu juga memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang

sekitarnya sehingga dapat menerima dan menciptakan lingkungan yang baik untuk

membantu menyembuhkan pasien

4. PSIKOFARMAKA

Obat-obatan tidaklah menyembuhkan gangguan kecemasan, akan tetapi dapat

mengontrol gejala-gejala yang diderita pada pasien.

26

Page 13: Refer At

Obat-obatan utama yang digunakan untuk gangguan kecemasan adalah obat anti-

anxietas Golongan Benzodiazepine sebagai obat anti anxietas mempunyai ratio

terapeutik lebih tinggi dan kurang lebih menimbulkan adiksi dengan toksisitas yang

rendah, bila dibandingkan dengan phenobarbital. Golongan benzodiazepine sebagai

“drug of choice” dari semua obat yang mempunyai efek anti-anxietas, disebabkan

spesifitas, potensi dan keamanannya. Spektrum klinis benzodiazepine meliputi efek anti-

anxietas, anti-konvulsan, anti-insomnia, premedikasi tindakan operatif.(9)

a. Diazepam : ” broadspectrum”

b. Clobazam : ”psychomotor performance” paling kurang terpengaruh, untuk pasien

dewasa dan usia lanjut yang ingin tetap aktif

c. Lorazepam : ” short half life benzodiazepine ” , untuk pasien-pasien dengan kelainan

fungsi hati dan ginjal.

d. Alprazolam : efektif untuk anxietas antisipatorik ” onset of action lebih cepat dan

mempunyai komponen efek anti depresi.

27

Page 14: Refer At

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Manusia adalah makhluk biopsikososiospiritual yang unik dan menerapkan sistem terbuka

dan saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha mempertahankan keseimbangan hidupnya.

Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk menyesuaikan diri dengan

linkungannya sedangkan stres merupakan suatu respon adaptif individu terhadap situasi yang

diterima seseorang sebagai suatu tantangan atau ancaman keberadaannya. Dimana setiap

keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan pada setiap kehidupan seseorang

sehingga orang itu terpaksa melakukan adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulangi

stress tersebut yang disebut sebagai stressor. Salah satu stressor yang dapat menimbulkan

ansietas adalah stressor psikososial. Beberapa contoh psikososial, adalah perkawinan,

problem orangtua, hubungan interpersonal (antar pribadi), pekerjaan, lingkungan hidup,

keuangan, hukum, perkembangan, penyakit fisik atau cedera, faktor keluarga, trauma.

B. SARAN

Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan

laporan ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran atas penyusunan

laporan kami ini dan untuk selanjutnya dari para dosen pengampu.

28

Page 15: Refer At

DAFTAR PUSTAKA

1. Maramis, W. F. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press. 2009.

2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27216/4/Chapter%20II.pdf

3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22531/4/Chapter%20II.pdf

4. http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/207312047/bab2.pdf

5. Sadock, Benjamin James dan Sadock, Virgia Alcott. Anxiety Disorder: Overview.

Dalam Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical

Psychiatry, 10th Edition. 2007.

6. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/08/stres-penangganan-dan-pengukuran.html

7. http://skripsistikes.files.wordpress.com/2009/08/47.pdf

8. Hawari, Dadang. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. 2006.

9. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotrophic Medication) Edisi

Ketiga. Jakarta. 2007

10. http://www.nimh.nih.gov/health/publications/anxiety-disorders/nimhanxiety.pdf

29