putu vierda lya suandari_01011044_semester vb_keselamatan dan kesehatan kerja_tugas 4.pdf

27
ASPEK KESELAMATAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN ERGONOMI DALAM BIDANG RADIOLOGI Dosen : Tjokorda Bagus Putra Marhaendra, SH., ST., M.Erg. OLEH : PUTU VIERDA LYA SUANDARI NIM : 01 011 044 PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI BALI (ATRO BALI) 2013

Upload: vierda-lya-suandari

Post on 25-Oct-2015

407 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ASPEK KESELAMATAN KESEHATAN KERJA (K3) DANERGONOMI DALAM BIDANG RADIOLOGI

TRANSCRIPT

ASPEK KESELAMATAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN

ERGONOMI DALAM BIDANG RADIOLOGI

Dosen : Tjokorda Bagus Putra Marhaendra, SH., ST., M.Erg.

OLEH :

PUTU VIERDA LYA SUANDARI

NIM : 01 011 044

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN

RADIOTERAPI BALI (ATRO BALI)

2013

ii

KATA PENGANTAR

“Om Swastiyastu”

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa,

Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat rahmat beliau saya dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “ASPEK KESELAMATAN

KESEHATAN KERJA (K3) DAN ERGONOMI DALAM BIDANG

RADIOLOGI” tepat pada waktunya.

Sebagai akumulasi respon terhadap permasalahan-permasalahan yang

terjadi selama ini serta berbagai pandangan yang ada, perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang sekarang ini sudah semakin berkembang. Maka

dari itu tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk memberikan informasi para

generasi muda dalam memahami dan menjalankan aspek keselamatan, kesehatan

kerja dengan prinsip ergonomi yang diperlukan dalam dunia kesehatan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang membantu dalam

penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak

kekurangan dalam bentuk penulisan maupun kata-kata. Penulis harapkan kritik

dan saran yang dapat membantu dalam membangun makalah penulis selanjutnya.

Semoga tulisan ini berguna bagi pembaca dan dapat memberikan informasi

sehingga dalam penerapan keselamatan kesehatan kerja (K3) semakin tepat.

“Om Santih Santih Santih Om”

Denpasar, 21 Oktober 2013

Penulis

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang ............................................................................... 5

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 6

1.3. Tujuan Penulisan ........................................................................... 7

1.4. Manfaat Penulisan ......................................................................... 8

1.5. Sistematika Penulisan .................................................................... 9

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1. Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) ............................................... 10

2.2. Prinsip Ergonomi .......................................................................... 11

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian .................................................................... 14

3.1.1. Jenis Penelitian ..................................................................... 14

3.1.2. Lokasi Pengumpulan Data .................................................... 14

3.1.3. Waktu Pengumpulan Data .................................................... 14

3.2. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 14

3.2.1. Observasi ....................................................................... 14

3.2.2. Dokumentasi .................................................................. 15

3.3. Pengolahan Dan Analisis Data ....................................................... 15

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Tugas Radiografer ......................................................................... 16

4.2. Kondisi Berbahaya Bagi Petugas ................................................... 19

4.3. Alat Kerja dan Interface ................................................................ 21

iv

4.4. Tempat Kerja ................................................................................ 22

4.5. Lingkungan Kerja .......................................................................... 23

4.6. Organisasi Kerja ............................................................................ 24

BAB V PENUTUP

5.1. Simpulan ....................................................................................... 25

5.2. Saran ............................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA

5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di era golbalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (K3) di setiap tempat kerja termasuk di sektor kesehatan. Untuk itu

kita perlu mengembangkan dan meningkatkan K3 disektor kesehatan dalam

rangka menekan serendah mungkin risiko kecelakaan dan penyakit yang

timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan

efesiensi. Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan atau pekerja di

sektor kesehatan tidak terkecuali di Rumah Sakit maupun perkantoran, akan

terpajan dengan resiko bahaya di tempat kerjanya. Resiko ini bervariasi

mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat tergantung jenis

pekerjaannya.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang

memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar

dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak

asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah,

mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja ( zero accident ).

Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya

( cost ) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi

6

jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang

akan datang.

International Ergonomics Association (IEA) mendefinisikan

ergonomi sebagai disiplin ilmu yang mempelajari tentang interaksi manusia

dengan berbagai elemen dari sistem, serta sebuah profesi yang

mengaplikasikan teori, prinsip, data, dan metode untuk mengoptimalkan

produktivitas manusia dan sistem secara keseluruhan. Sehingga dalam aspek

ergonomi maupun K3 memiliki kaitan erat dengan pencegah terjadinya

kecelakaan kerja yang tidak diduga yang disebabkan oleh kelalaian kerja

serta lingkungan kerja yang tidak kondusif untuk mengoptimalkan

produktivitas manusia. Dalam pelaksanaan K3 dengan ergonomic dalam

ruang lingkup radiologi selalu ber aspek pada tugas radiographer, kondisi

berbahaya bagi petugas, alat kerja dan interface, tempat kerja, lingkungan

kerja, dan organisasi kerja di bidang radiologi.

Berdasarkan teori tersebut, penulis ingin mengemukakan pendapat

dari teori yang penulis dapatkan, hal ini yang membuat penulis tertarik untuk

menuangkan dalam makalah yang berjudul ” ASPEK KESELAMATAN

KESEHATAN KERJA (K3) DAN ERGONOMI DALAM BIDANG

RADIOLOGI”.

1.2. Rumusan Masalah

Agar dalam penyusunan laporan kasus ini dapat terarah, maka

penulis membatasi beberapa masalah yang akan diangkat. Beberapa masalah

yang penulis angkat adalah sebagai berikut:

7

1.2.1. Bagaimana aspek keselamatan kesehatan kerja (K3) dengan

ergonomi terhadap tugas radiografer?

1.2.2. Bagaimana aspek keselamatan kesehatan kerja (K3) dengan

ergonomi terhadap kondisi berbahaya bagi petugas?

1.2.3. Bagaimana aspek keselamatan kesehatan kerja (K3) dengan

ergonomi terhadap alat kerja dan interface?

1.2.4. Bagaimana aspek keselamatan kesehatan kerja (K3) dengan

ergonomi terhadap tempat kerja?

1.2.5. Bagaimana aspek keselamatan kesehatan kerja (K3) dengan

ergonomi terhadap lingkungan kerja?

1.2.6. Bagaimana aspek keselamatan kesehatan kerja (K3) dengan

ergonomi terhadap organisasi kerja radiologi ?

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan Penulisan laporan kasus ini adalah sebagai berikut:

1.3.1. Untuk mengetahui aspek keselamatan kesehatan kerja (K3)

dengan ergonomi terhadap tugas radiographer.

1.3.2. Untuk mengetahui aspek keselamatan kesehatan kerja (K3)

dengan ergonomi terhadap kondisi berbahaya bagi petugas.

1.3.3. Untuk mengetahui aspek keselamatan kesehatan kerja (K3)

dengan ergonomi terhadap alat kerja dan interface.

1.3.4. Untuk mengetahui aspek keselamatan kesehatan kerja (K3)

dengan ergonomi terhadap tempat kerja.

8

1.3.5. Untuk mengetahui aspek keselamatan kesehatan kerja (K3)

dengan ergonomi terhadap lingkungan kerja.

1.3.6. Untuk mengetahui aspek keselamatan kesehatan kerja (K3)

dengan ergonomi terhadap organisasi kerja radiologi.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan dari laporan kasus ini

adalah sebagai berikut:

1.4.1. Bagi Institusi Rumah Sakit

Memberi masukan dan saran-saran yang berguna bagi

rumah sakit, dalam hal ini instalasi radiologi umumnya dan

radiografer mengenai aspek keselamatan kesehatan kerja

(K3) dengan ergonomic terhadap tugas radiographer, kondisi

berbahaya bagi petugas, alat kerja dan interface, tempat kerja,

lingkungan kerja, dan organisasi kerja di bidang radiologi.

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumber pustaka bagi Mahasiswa Akademi

Teknik Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi

(ATRO) Bali.

1.4.3. Bagi penulis

Menambah dan memperdalam pengetahuan penulis

tentang aspek keselamatan kesehatan kerja (K3) dengan

ergonomic terhadap tugas radiographer, kondisi berbahaya

9

bagi petugas, alat kerja dan interface, tempat kerja,

lingkungan kerja, dan organisasi kerja di bidang radiologi.

1.5. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam memahami isi laporan kasus ini, maka

penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah,

tujuan, manfaat dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Teori

Bab ini berisi aspek keselamatan kesehatan kerja (K3) dengan

ergonomic terhadap tugas radiographer, kondisi berbahaya

bagi petugas, alat kerja dan interface, tempat kerja,

lingkungan kerja, dan organisasi kerja di bidang radiologi

Bab III Metodelogi Penelitian

Bab ini berisi rancangan penelitian, metode pengumpulan

data, pengolahan dan analisis data.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisi tentang hasil dan pembahasan.

Bab V Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.

Daftar Pustaka

Lampiran

10

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Keselamatan Kesehatan Kerja

Keselamatan ( safety ) mempunyai keadaan tebebas dari celaka (

accident ) ataupun hamper cela ( incident atau near miss ). Kesehatan (

health ) menurut UU No 23 Tahun 1992 adalah “keadaan sejahtera dari

badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara

sosial dan ekonomis”.

Menurut OSHA ( 2003 ), kesehatan dan keselamatan kerja ( K3 )

yang merupakan multidisiplin ilmu yang terfokus pada penerapan prinsip

ilmiah dalam memahami adanya resiko yang mempengaruhi kesehatan dan

keselamatan manusia dalam lingkungan industri atau lingkungan diluar

industri, selain itu kesehatan dan keselamatan kerja merupakan

profesionalisme dari berbagai disiplin ilmu seperti fisika, kimia, biologi, dan

ilmu perilaku yang diaplikasikan dalam manufaktur, transportasi,

penyimpanan, dan penanganan bahan berbahaya.

Sedangkan kesehatan dan keselamatn kerja menurut definisi dari the

ILO Convention of Occupational Health Service ( No 161 ), dan The ILO

Recommendation on Occupational Health Service ( No 171 ), yang

diabdopsi pada tahun 1985, adalah menjaga dan meninggkatkan kesehatan

secara fisik, mental, dan sosial seluruh pekerja dan pada semua sektor

pekerjaan, mencegah pekerja terjangkit penyakit yang disebabkan oleh

11

kondisi pekerjaan, melindungi pekerja dari resiko yang berdampak buruk

pada kesehatan, menempatkan dan menjaga pekerja dalam lingkungan yang

sesuai dengan kondisi fisiologi dan psikologi, menyesuaikan pekerjaan

dengan pekerja serta pekerja dengan pekerjaannya.

2.2. Prinsip Ergonomi

International Ergonomics Association (IEA) mendefinisikan

ergonomi sebagai disiplin ilmu yang mempelajari tentang interaksi manusia

dengan berbagai elemen dari sistem, serta sebuah profesi yang

mengaplikasikan teori, prinsip, data, dan metode untuk mengoptimalkan

produktivitas manusia dan sistem secara keseluruhan.

Istilah 'Ergonomi' berasal dari bahasa Yunani, 'ergon' (kerja) dan

'nomos' (hukum) untuk menggambarkan ilmu tentang pekerjaan. Ergonomi

adalah disiplin ilmu yang berorientasi ke sistem dan dapat diaplikasikan ke

semua aktivitas manusia

Seorang praktisi Ergonomi harus memiliki pengetahuan yang luas

tentang hubungan manusia dan pekerjaan, dengan mempertimbangkan aspek

fisik, kognitif, sosial, organisasional, lingkungan, dan aspek lain yang

relevan. Secara umum, ruang lingkup Ergonomi terbagi dalam tiga

spesialisasi: physical ergonomics, psychological ergonomics, dan

organisational ergonomics.

Inti dari ergonomi adalah suatu prinsip fitting the task / the job to the

man, yang artinya pekerjaan harus disesuaikan dengan kemampuan dan

keterbatasan yang dimiliki oleh manusia. Hal ini menegaskan bahwa dalam

12

merancang suatu jenis pekerjaan perlu memperhitungkan keterbatasan

manusia sebagai pelaku kerja. Keadaan ini akan memberikan keuntungan

dalam proses pemilihan pekerja untuk suatu pekerjaan tertentu. Mencari

pekerja yang mampu menahan beban kerja yang berat bukanlah suatu

pekerjaan yang mudah. Namun mengupayakan cara kerja lainnya yang

mengurangi beban kerja sampai berada dalam batas kemampuan rata-rata,

akan mempermudah kita dalam mencari pekerja yang sanggup

melaksanakan pekerjaan tersebut. Bidang kajian ergonomi berkaitan dengan

bidang penyelidikan yang dilakukan, dimana ergonomi dikelompokkan atas

empat bidang penyelidikan, yaitu:

2.2.1. Penyelidikan tentang Display.

Display adalah suatu perangkat antara (interface) yang

menyajikan informasi tentang keadaan lingkungan dan

mengkomunikasikannya kepada manusia dalam bentuk angka-

angka, tanda-tanda, lambang dan sebagainya. Informasi ini

dapat disajikan dalam bentuk statis, misalnya peta suatu kota

dan dapat pula dalam bentuk dinamis yang menggambarkan

perubahan variabel menurut waktu, misalnya speedometer.

2.2.2. Penyelidikan tentang Kekuatan Fisik Manusia.

Dalam hal ini penyelidikan dilakukan terhadap

aktivitas-aktivitas manusia pada saat bekerja dan kemudian

dipelajari cara mengukur aktivitas-aktivitas tersebut.

Penyelidikan ini juga mempelajari perancangan obyek serta

13

peralatan yang disesuaikan dengan kemampuan fisik manusia

pada saat melakukan aktivitasnya.

2.2.3. Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja.

Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan

rancangan tempat kerja yang sesuai dengan dimensi tubuh

manusia agar diperoleh tempat kerja yang baik sesuai dengan

kemampuan dan keterbatasan manusia.

2.2.4. Penyelidikan tentang Lingkungan Kerja.

Penyelidikan ini meliputi kondisi lingkungan fisik

tempat kerja dan fasilitas, seperti pengaturan cahaya,

kebisingan suara, temperatur, getaran dan lain-lain yang

dianggap mempengaruhi tingkah laku manusia.

14

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang penulis ambil dalam penyusunan makalah ini

adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan aspek keselamatan

kesehatan kerja (K3) dengan ergonomic terhadap tugas radiographer,

kondisi berbahaya bagi petugas, alat kerja dan interface, tempat

kerja, lingkungan kerja, dan organisasi kerja di bidang radiologi

3.1.2 Lokasi Pengumpulan Data

Lokasi pengumpulan data yang akan digunakan dalam

penyusunan makalah ini adalah di Kampus ATRO BALI dan media

internet.

3.1.3 Waktu Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penyusunan makalah ini adalah

dimulai pada tanggal 21 Oktober 2013

3.2 Metode Pengumpulan Data

3.2.1 Observasi

Data diperoleh dari hasil penulis melakukan pengamatan

secara tak langsung dalam mencari informasi di jejaring sosial media

internet.

15

3.2.2 Dokumentasi

Penulis memperoleh data-data yang diambil dari jejaring

sosial media internet.

3.3 Pengolahan dan Analisis Data

Analisa data dimulai dengan mengumpulkan data untuk mendukung

makalah ini, antara lain dengan cara observasi tak langsung aspek keselamatan

kesehatan kerja (K3) dengan ergonomic terhadap tugas radiographer, kondisi

berbahaya bagi petugas, alat kerja dan interface, tempat kerja, lingkungan

kerja, dan organisasi kerja di bidang radiologi. Kemudian peneliti melakukan

dokumentasi dengan memperoleh data – data dari jejaring sosial media

internet. Data-data yang telah terkumpul kemudian diolah oleh penulis.

Selanjutnya penulis mengkaji data-data yang ada dengan literatur yang

digunakan untuk membahas sesuai permasalahan yang ada, kemudian

disajikan dalam bentuk pendapat-pendapat dari sumber literatur dan penulis

sehingga dapat diambil kesimpulan.

16

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Tugas Radiografer

Didalam bidang pelayanan radiologi tugas Radiografer dapat diuraikan

sebagai berikut:

4.1.1. Di bidang Radiodiagnostik

Melakukan pemeriksaan secara radiografi pada organ-organ

tubuh sesuai dengan permintaan pemeriksaan radiologi yang

hasilnya digunakan untuk menegakkan diagnosa oleh dokter

spesialis radiologi. Dari segi K3 dan ergonomi, radiografer

diharapkan selalu memakai APD sesuai peraturan dan

peruntukannya, sehingga baik petugas dan pasien tidak terpapar

penyakit, serta selalu menghindari pengulangan foto untu

meminimalisir dosis radiasi untuk mencapai tujuan aspek ergonomi

yaitu mewujudkan pekerja yang sehat, selamat, nyaman, dan

produktif.

4.1.2. Di Bidang Radioterapi

Melakukan teknik dan prosedur terapi radiasi sebagaimana

mestinya sesuai dengan rekam medik rencana penyinaran yang telah

ditetapkan melalui proses treatment planning oleh fisikawan medik

dan telah ditetapkan oleh dokter spesialis radiologi, baik jenis dan

tenaga radiasi, posisi penyinaran lamanya selang waktu penyinaran,

17

dosis radiasi, sentrasi, separasi serta luas lapangan penyinaran. Dari

segi K3 dan ergonomi, radiografer diharapkan selalu meminimalisir

dosis radiasi yang diterima pasien untuk mencapai tujuan aspek

ergonomi yaitu mewujudkan pekerja yang sehat, selamat, nyaman,

dan produktif.

4.1.3. Bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan Radiasi

Melakukan prosedur kerja dengan zat radioaktif atau sumber

radiasi lainnya, karena sebagian besar radiografer adalah petugas

proteksi radiasi ( PPR ) maka bertugas untuk melakukan upaya--

upaya tindakan proteksi radiasi dalam rangka meningkatkan

kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja radiasi, pasien dan

lingkungan. Evaluasi tindakan proteksi radiasi termasuk pengujian

terhadap efektifitas dan efisiensi tindakan proteksi untuk mencapai

tujuan aspek ergonomi yaitu mewujudkan pekerja yang sehat,

selamat, nyaman, dan produktif.

4.1.4. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Peralatan Radiologi dan

Radioterapi

Mutu pelayanan kesehatan bidang radiologi tidak saja

ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia penyelenggara

pelayanan, tetapi juga sangat ditentukan oleh kualitas sarana,

prasarana dan peralatan yang digunakan. Pemeliharaan tersebut

meliputi pemeliharaan kontak film screen, viewing Box, safe Light

untuk kerja otomatis prosesing film, kebersihan pesawat, yang

18

semuanya tercakup dalam upaya dan tindakan Quality Assurance

radiologi. Dari segi K3 dan ergonomi, radiografer diharapkan selalu

melakukan pemelihasaan terhadap peralatan yang digunakan untuk

menjauhkan pekerja dari peralatan-peralan yang berpotensi

menimbulkan bahaya.

4.1.5. Pelayanan Belajar Mengajar

Radiografer bertugas memberikan inforrnasi keilmuan dan

keterampilannya kepada semua pihak yang membutuhkan untuk

meningkatkan pengetahuan dibidang IPTEK radiologi dalam upaya

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

4.1.6. Penelitian dan Pengembangan IPTEK Radiografi dan Imejing

Melaksanakan penelitian baik yang bersifat ilmiah akademik

maupun ilmiah populer dalam kerangka tugasnya sebagai

sumbangan keilmuannya kepada masyarakat. Penelitian yang

dilakukan dapat mencakup tentang teknik Radiografi, keselamatan

dan kesehatan kerja dengan radiasi, aplikasi manajemen radiologi,

reject analisis film dan lain sebagainya yang menyangkut bidang

radiologi diagnostik, Terapi dan hasil penelitian tersebut dapat

disosialiasikan/didesiminasikan guna peningkatan dan

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi radiologi.

4.1.7. Pengembangan Diri

Melakukan pengembangan profesionalisme secara terus-

menerus melalui pendidikan formal dan atau non formal,

19

pendidikan dan pelatihan ilmiah secara berkala dan berkelanjutan

sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki dan atau disiplin ilmu

lainnya yang berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas

pelayanan radiologi, seminar, workshop dan lain sebagainya baik di

dalam maupun diluar negeri.

4.1.8. Pengabdian Kepada Masyarakat

Melakukan pengabdian kepada masyarakat melalui

penyuluhan tentang manfaat dan bahaya radiasi yang mungkin

timbul akibat pemanfaatan radiasi, membuat standar-standar

pemeriksaan pelayanan radiologi kepada penyelenggara pelayanan

kesehatan radiologi yang membutuhkan, mengukur tingkat paparan

radiasi, mengadakan pemeriksaan kesehatan melalui Mass Chest

Survey, donor darah dan lain sebagainya.

4.1.9. Konsultasi Teknik Pelayanan Radiologi

Melakukan konsultasi teknis tentang peningkatan mutu

pelayanan radiologi, Teknik Radiografi, Proteksi Radiasi, Proteksi

Ruang Radiasi, pengolahan limbah hasil proses pelayanan

radiografi dan Quality Assurance radiology.

4.2. Kondisi Berbahaya Bagi Petugas

Kondisi lingkungan dan tempat kerja merupakan salah satu kajian

prinsip ergonomi yang dapat menjadi sumber yang berpotensi menimbulkan

bahaya atau kecelakaan kerja. Di dalam instalasi radiologi kondisi berbahaya

bagi petugas dapat dijabarkan sebagai berikut :

20

4.2.1. Bahan Kimia

Meliputi bahan-bahan yang mudah terbakar, bersifat

racun, reaktif, dan lain-lain, contohnya cairan developer,

fixer, dan zat reaktif seperti radionuklida.

4.2.2. Bahan Biologis

Meliputi microorganism yang berpotensi menimbulkan

bahaya penyakit yang terpapar bagi petugas radiologi.

Contohnya AIDS, hepatitis, tubercolosis, dll.

4.2.3. Aliran Listrik

Penggunaan peralatan dengan daya listrik yang besar

seperti alat rontgen memberikan kemungkinan untuk

terjadinya kecelakaan kerja. Contohnya tersetrum aliran

listrik.

4.2.4. Ionisasi Radiasi

Ionisasi radiasi yang dikeluarkan oleh peralatan

radiologi dapat memberikan efek negatif apabila terpapar

secara berlebihan melebihi nilai batas ambang dosis.

4.2.5. Mekanik

Banyak peralatan mekanik yang digunakan di bidang

radiologi apabila tidak dirawat dan dikelola dengan baik

dapat menimbulkan potensi bahaya bagi petugas.

4.2.6. Api

21

Dalam pengoprasian bahan kimia yang mudah terbakar

di instalasi radiologi harus dilakukan dengan hati-hati agar

tidak menimbulkan potensi bahaya bagi petugas. Serta

konsleting listrik dapat pula menimbulkan kebakaran.

4.2.7. Kebisingan

Potensi bahaya dapat disebabkan oleh faktor kebisingan

yang ditimbulkan oleh peralatan-peralatan dalam ruangan

radiologi sehingga kondisi ini mampu berpotensi

menimbulkan kecelakaan kerja serta gangguan kesehatan.

4.2.8. Cara Kerja Yang Salah

Ini merupakan salah satu faktor ergonomi yang sering

dilakuakan oleh petugas, dimana petugas sering

mengabaikan tata cara duduk yang baik, cara mengangkat

pasien dan pengoprasian alat.

4.3. Alat kerja dan Interface

Peralatan yang di gunakan dalam instalasi radiologi hamper

sebagian besar sudah menggunakan teknologi modern. Peralatan yang baru

mempunyai interface yang modern dan simple. Program mesin yang

digunakan juga semakin canggih, namun dosis paparan yang dikeluarkan

lebih besar. Kebanyakan peralatan sekarang menggunakan sistem computer

sehingga hasil radiograf sekarang dapat di manipulasi.

Maka dari itu seorang radiografer harus mendalami ilmunya

dengan cara seminar, pelatihan dan sebagainya agar bisa mengoprasikan

22

peralatan yang semakin canggih, sehingga pekerja dapat meminimalisir

kecelakaan kerja serta dampak yang ditimbulkan akibat pekerja tidak

menguasai peralatan canggih yang digunakan.

4.4. Tempat Kerja

Setiap tempat kerja selalu mengandung aspek bahaya bagi pekerja dan

rumah sakit merupakan salah satu tempat kerja yang berpotensi besar

mengandung potensi bahaya bagi pekerjanya. Oleh karena itu, perlu adanya

upaya untuk mengendalikan potensi bahaya yang ada supaya tempat kerja

dapat mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya.

Keselamatan kesehatan kerja bisa terwujud bilamana tempat kerja itu

aman, sehat, dan bebas dari risiko terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan

petugas cedera atau bahkan kematian serta bebas dari risiko terjadinya

gangguan kesehatan atau penyakit (occupational diseases) sebagai akibat

kondisi kurang baik di tempat kerja. Potensi bahaya di ruang radiologi

efeknya berkembang perlahan-lahan dan baru terlihat sesudah periode cukup

lama.

Di ruangan tempat kerja radiologi terdapat peralatan yang dapat

menimbulkan potensi bahaya bagi petugas seperti penempatan pesawat x-ray

yang over head, sehingga petugas perlu tenaga ekstra untuk meraihnya, serta

peletakan arsip dan perlengkapan lainnya yang sulit diraih petugas seperti

harus membungkuk, berjinjit, dan lain sebagainya.

Maka dari itu tujuan diadakannya prinsip keselamatan kesehatan kerja

yang berkaitan dengan aspek ergonomi berfokus pada pekerja yang mengacu

23

pada peningkatan kinerja dan produktifitas sehingga terwujud tempat kerja

yang sehat, aman, nyaman dan produktif.

4.5. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja adalah tempat dimana radiographer melakukan

aktivitas setiap harinya. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa

aman dan memungkinkan radiografer untuk dapat bekerja optimal.

Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi petugas. Jika petugas

menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka petugas tersebut

akan betah di tempat kerjanya, melakukan aktivitas sehingga waktu kerja

dipergunakan secara efektif. Lingkungan kerja itu mencakup hubungan kerja

yang terbentuk antara sesama petugas dan hubungan kerja antara bawahan

dan atasan serta lingkungan fisik tempat petugas bekerja.

Lingkungan kerja dapat dibagi atas 2 (dua) jenis, yaitu: lingkungan

kerja sosial, dan lingkungan kerja fisik. Lingkungan kerja sosial mencakup

hubungan kerja yang terbina dalam perusahaan sedangkan lingkungan kerja

fisik adalah tempat kerja petugas melakukan aktivitasnya. Lingkungan kerja

fisik mempengaruhi semangat kerja dan emosi para petugas. Faktor-faktor

fisik ini mencakup suhu udara di tempat kerja, luas ruang kerja, kebisingan,

kepadatan, kesesakan, penerangan, dan mutu udara. Misalnya tangga yang

mudah patah, lantai licin, dan kebisingan yang melampaui batas, penerangan

yang kurang dapat memicu terjadinya potensi berbahaya bagi radiografer.

Maka dari itu diperlukan rambu-rambu peringatan sebagai upaya mengatasi

24

kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan, serta perbaikan lingkungan kerja

sehingga radiographer dapat bekerja lebih optimal.

4.6. Organisasi Kerja Radiologi

Pelaksanaan K3 di radiologi sangat tergantung dari rasa tanggung

jawab menejemen dan petugas radiologi. Tanggung jawab ini harus

ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas dimana dilakukan penyuluhan

kepada semua petugas, bimbingan dan latihan, serta penegakan disiplin.

Maka dari itu diperlukan organisasi kerja di ruang radiologi.

Adanya organisasi tersebut bertujan untuk menjaga keseimbangan

suatu instalasi. Apabila sudah ada suatu organisasi maka ada pemimpin dan

bawahan. Pemimpin tersebut bertujuan untuk memimpin dan mengatur suatu

instalasi tersebut agar berjalan terarah kedepannya. Dan bawahan harus bisa

mentaati aturan yang sudah di buat oleh pemimpin. Organisasi di lingkungan

kerja merupakan salah satu aspek untuk dapat mewujudkan keselamatan

kerja, karena organisasi tersebut dapat membuat peraturan-peraturan tentang

keselamatan dan kesehatan kerja di suatu instalasi yang harus di patuhi dan

dilaksanakan.

25

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Dari uraian makalah diatas maka penulis dapat menyimpulkan:

5.1.1. Dalam bidang pelayanan radiologi tugas radiografer dapat di

bedakan menjadi sepuluh bidang yaitu bidang radiodiagnostik,

radiotherapi, kedokteran nuklir, keselamatan dan kesehatan kerja

dengan radiasi, pengelolaan sarana dan prasarana peralatan

radiologi dan radiotherapi, pelayanan belajar mengajar, penelitian

dan pengembangan iptek radiografi imejing, pengembangan diri,

pengabdian kepada masyarakat, konsultasi teknik pelayanan

radiologi dimana tercangkup dalam Keputusan Menteri Kesehatan

No 375/MENKES/SK/III/2007.

5.1.2. Potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja

dipengaruhi oleh kondisi pada suatu lingkungan kerja. Pada

instalasi radiologi ada beberapa kondisi yang berbahaya bagi

petugas meliputi bahan kimia, biologi, arus listrik, paparan

radiasi, kebisingan dan cara kerja yang salah.

5.1.3. Pada jaman sekarang peralatan yang di gunakan dalam instalasi

radiologi semua menggunakan teknologi modern yang

mempunyai interface yang modern dan simple. Peralatan tersebut

semua menggunakan program komputer yang mengharuskan

26

pekerja memperdalam ilmunya dengan cara pelatihan, seminar

dan sebagainya.

5.1.4. Lingkungan atau tempat kerja seperti instalasi radiologi

mempunyai potensi yang besar terjadinya kecelakaan kerja, mulai

dari kecelakaan yang ringan sampai yang berat. Dan untuk

meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja maka dari itu pekerja

harus mematuhi dan menjalani semua peraturan yang di tentukan.

5.1.5. Di instalasi radiologi biasanya di wajibkan untuk membentuk suatu

organisasi untuk menjaga keseimbangan instalasi tersebut.

Organisasi merupakan salah satu aspek untuk dapat mewujudkan

keselamatan kerja, karena organisasi tersebut dapat membuat

peraturan-peraturan yang berlaku di instalasi.

5.2. Saran

Meminimalisir kecelakaan kerja di instalasi radiologi merupakan

tanggung jawab petugas radiologi, sehingga sebagai radiographer serta

petugas radiologi lainnya harus mentaati peraturan yang berlaku sehingga

aspek keselamatan kesehatan kerja dapat berjalan dengan baik dan dapat

meningkatkan kualitas dan mutu kerja serta mencapai tujuan aspek ergonomi

yaitu mewujudkan pekerja yang sehat, selamat, nyaman, dan produktif.

27

DAFTAR PUSTAKA

Mohamad Ikhwan, Pengertian Ergonomi,

http://www.konsultasik3.com/p/ergonomik.html ( diakses 21 Oktober

2013 )

Anonim, Peningkatan Kinerja K3 dengan Ergonomi, 2010,

http://www.ergoinstitute.com/index.php?option=com_content&task=view

&id=24&Itemid=38 ( diakses 21 Oktober 2013 )

Anonim,Ergonomi,http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26125/

5/Chapter%20I.pdf ( diakses 21 Oktober 2013 )

Anonim, Keselamatan Kerja di Area Radiasi, Februari 2012,

http://gilangpermanapatty.blogspot.com/2012/02/normal-0-false-false-

false-en-us-x-none.html ( diakses 21 Oktober 2013 )