i putu kompiang

19
PAKAN: PERMASALAHAN DAN PEMECAHANNYA I Potu Kompiang* PENDAHULUAN Pada nonna gizi untuk Indonesia telah ditetapkan bahwa kebutuhan rata-rata penduduk Indonesia akan protein per orang per hari sebanyak 50 gram yang terdiri atas 40 gram protein nabati, 6 gram protein ikani, dan 4 gram protein hewani. Empat gram protein hewani yang berasal dari ternak p~r orang per hari~tara dengan 6 kg daging, 4 kg telur, dan 4 kg susu per kapita per tahun sedang suplai rata-rata daging, telur, dan susu per kapita per tahun pada tahun 1984 masing-masing baru mencapai 4,4, 1,7, dan 4,5 kg yang kiranya juga perlu digarisbawahi bahwa suplai susu hampir 80% dari import (fabe! 1). Dengan kata lain secara nasional produksi temak dan hasil ternak belum dapat memenuhi permintaan konsumsi dalam negeri. Untuk memenuhi akan kebutuhan tersebut, ·Departemen Pertanian menjalan- kan berbagai macam program untuk meningkatkan populasi dan produksi. temak. Dalam pelaksanaannya, masalah-masalah pokok telah diidentifikasi (I), dan salah satu di antaranya adalah masalah lahan, sumber daya alam, dan lingkungan, yang mencakup tennasukpengadaan pakan ruminansia dan non-ruminansia. Seperti telah kita ketahui semua, pakan adalah merupakan salah satu faktor yang penting dalam produksi ternak. KUALITAS PAKAN Di daerah tropis, temak ruminansia pada umumnya tumbuh lebih lambat dan menghasilkan daging maupun sus lebih rendah daripada daerah subtropis. Menurut JARIOROWSKI (2), 70% dari populasi sapi dan kcrbau di dunia berada di daerah tropis/negara berkembang, tetapi hanya mcnghasilkan daging 34% dari total produksi dunia. Begitu pula halnya dengan susu, hanya 18% dari produksi dunia. Rendahnya produksi ini antara lain disebabkan oleh breed, penyakit, dan faktor lingkungan, tetapi nutrisi yang kurang baik adalah merupakan faktor utama. Telah banyak sekali dibuktikan bahwa dengan perbaikim nutrisi, produktivitas- nya dapat ditingkatkan. Kebutuhan nutrisi dari ternak akan encrgi, protein, vitamin, dan mineral telah diketahui dengan baik dan publikasi mengenai hal ini telah banyak sekali. Tetapi sayangnya, publikasi-publikasi terse but ditulis terutama untuk daerah-daerah/negara-negara subtropis, di mana banyak dihasilkan biji-bijian yang merupakan pakan utama untuk temak. Namun demikian prinsip-prinsip nutrisi ternak untuk daerah tropis dan subtropis tidaklah berbeda. Kegagalan-kegagalan • Balai Penditian Temak Ciawi, Bogor 23

Upload: hoangcong

Post on 12-Jan-2017

264 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: I Putu Kompiang

PAKAN: PERMASALAHAN DAN PEMECAHANNYA

I Potu Kompiang*

PENDAHULUAN

Pada nonna gizi untuk Indonesia telah ditetapkan bahwa kebutuhan rata-ratapenduduk Indonesia akan protein per orang per hari sebanyak 50 gram yang terdiriatas 40 gram protein nabati, 6 gram protein ikani, dan 4 gram protein hewani.Empat gram protein hewani yang berasal dari ternak p~r orang per hari~taradengan 6 kg daging, 4 kg telur, dan 4 kg susu per kapita per tahun sedang suplairata-rata daging, telur, dan susu per kapita per tahun pada tahun 1984 masing-masingbaru mencapai 4,4, 1,7, dan 4,5 kg yang kiranya juga perlu digarisbawahi bahwasuplai susu hampir 80% dari import (fabe! 1). Dengan kata lain secara nasionalproduksi temak dan hasil ternak belum dapat memenuhi permintaan konsumsidalam negeri.

Untuk memenuhi akan kebutuhan tersebut, ·Departemen Pertanian menjalan­kan berbagai macam program untuk meningkatkan populasi dan produksi. temak.Dalam pelaksanaannya, masalah-masalah pokok telah diidentifikasi (I), dan salahsatu di antaranya adalah masalah lahan, sumber daya alam, dan lingkungan, yangmencakup tennasukpengadaan pakan ruminansia dan non-ruminansia. Seperti telahkita ketahui semua, pakan adalah merupakan salah satu faktor yang penting dalamproduksi ternak.

KUALITAS PAKAN

Di daerah tropis, temak ruminansia pada umumnya tumbuh lebih lambat danmenghasilkan daging maupun sus lebih rendah daripada daerah subtropis. MenurutJARIOROWSKI (2), 70% dari populasi sapi dan kcrbau di dunia berada di daerahtropis/negara berkembang, tetapi hanya mcnghasilkan daging 34% dari totalproduksi dunia. Begitu pula halnya dengan susu, hanya 18% dari produksi dunia.Rendahnya produksi ini antara lain disebabkan oleh breed, penyakit, dan faktorlingkungan, tetapi nutrisi yang kurang baik adalah merupakan faktor utama.

Telah banyak sekali dibuktikan bahwa dengan perbaikim nutrisi, produktivitas­nya dapat ditingkatkan. Kebutuhan nutrisi dari ternak akan encrgi, protein, vitamin,dan mineral telah diketahui dengan baik dan publikasi mengenai hal ini telahbanyak sekali. Tetapi sayangnya, publikasi-publikasi terse but ditulis terutama untukdaerah-daerah/negara-negara subtropis, di mana banyak dihasilkan biji-bijian yangmerupakan pakan utama untuk temak. Namun demikian prinsip-prinsip nutrisiternak untuk daerah tropis dan subtropis tidaklah berbeda. Kegagalan-kegagalan

• Balai Penditian Temak Ciawi, Bogor

23

Page 2: I Putu Kompiang

yang sering dilaporkan dalam mengaplikasikan rekomendasi-rekomendasi dari

daerah subtropis di da~rah tropis, adalah karena kualitasdari hijauan pakan ternak­nya, yakni perbedaan kandungan serat kasar/digestible energinya.

Telah diketahui bahwasalah satu faktor utama yang membatasi tingkat produk­si ternakbesar adalah jumlah net energy yang diabsorpsi setiap hari. Sebaliknya halini dikontrol oleh tiga faktor yang berlainan tetapi saling berkaitan, yaitu : (1)jum1ah konsumsi pakan, (2~ bagian dari pakan yang dapat dicerna, dan (3) eflSiensipenggunaan hasil cerna. Dari ketiga parameter ini, konsumsi pakan kelihatannyamerupakan faktor pembatasan yang terpenting dalam produksi ternak. Hal ini barumendapat perhatian sekitar 25 tahun yang lalu. Sebelum ini, pada umumnyadiasumsikan bahwa kesanggupan ternak ruminansia untuk mengkonsumsi segalajenis/kualitas pakan adalah 3% dari be rat badannya.

Pada tahun 1961 BLAXTER dkk. (3) melaporkan bahwa konsumsi ad libitumdari hay dengan kualitas rendah hanya separuh dari rumput kering dengan kualitas

bagus. Hal ini sangat erat hubungannya dengan kandungan serat kasarnya. ~mengandung serat kasar 38% sedang rumput 22%; yang mengakibatkan waktutransit melalui -reticulum-rumen yang lebih panjang (83 v 41 jam).

Pada saat ini diketahui bahwa jumlah pakan yang dimakan secara ad libitumtergantung pada dua faktor : (1) jumlah kandungan serat kasar yang tidak dapatdicerna dan (2) kecepatan transmisi dari serat ini ke rumen. Jumlah pakan yangdimakan pada ternak biasanya secukupnya agar jumlah pakan (berdasarkan beratkering) dalam rumen tetap. Ketiga hal ini diilustrasikan dengan baik oleh LAREDOdan MINSON (fabel 2, 4). Korelasi negatif antara jumlah pakan yang dimakansecara ad libitum dari acid detergent fibre maupun lignin ditunjukkan dengan jelas.Di sini dapat disimpulkan bahwa konsumsi dapat ditingkatkan dengan jalanmengurangi serat kasar atau mempercepat lajunya ingesta dalam rumen ataukombinasi keduanya. Kesimpulan ini hanya berlaku apabila kebutuhan ternak akanprotein, vitamin, dan mineral telah terpenuhi.

Dari Tabel 2 juga dapat dilihat adanya korelasi negatif antara ketercernaan dankandungan serat. Ketercernaan bergantung pada umur tanaman (Gambar 1), bagiandari tanaman (Gambar 2), pemupukan, adanya air, dan species ternak. Leguminosatropis mengandung protein yang lebih tinggi (tapi tidak daya ketercernaannya)daripada rumput tetapi' Juga mengandung lignin yang lebih tinggi, tannius, danalkaloid-alkaloid inhibitor .

.. - Bebempa jenis hijauan pakan ternak yang umum digunakan di Indonesiaditampilkan pada Tabel 3. Dari sini jelas tampak bahwa salah satu permasalahanpakan di Indonesia adalah kandungan seratnya yang tinggi/digestible energi yangrendah yang akan mempengaruhi konsumsi pakan.

Permasalahan kandungan serat kasar dan waktu tramit di rumen dapat diubahsecara fisik, kimiawi, maupun biologi. Beberapa cara tersebut akan dicoba diuraikansecara singkat pada bagian berikut.

PERBAIKAN KUALIT AS PAKAN

Pemisahlln Bagian-Bagian Tanaman. Sistem cut and carry yang banyak dilaku­kan di Indonesia, terutama didaerah-daerah yang berpenduduk padat seperti Jawa

24

Page 3: I Putu Kompiang

dan Bali mempunyai keuntungan dapat meningkatkan carrying capasity. Tetapimempunyai kerugian dimana temak tidak mempunyai kesempatan untuk memilihtanaman/bagian tanaman yang lebih baik, seperti diuraikan diatas. Estimasikonsumsi dari bagian-bagian rumput (dalam hal ini rumput Napier) dalam sistemcut and carry disajikan dalam Tabel4.Dengan lebih memperhatikan dan pemilihan dari bagian-bagian tanarnan, konsumsikiranya dapat ditingkatkan. WINUGROHO (Komunikasi pribadi) telah mempelajarinilai ketercemaan dari berbagai bagian jerami padi, dan ditemukan adanya perbeda­an untuk bagian-bagian yang berbeda. Penelitian yang serupa terhadap hijauan pakanternak, dimana sistem Cut and Carry dilakukan oleh peternak kiranya perlu dilaku­kan.

Penggilingan dan Pemeletlln. Penggilingan hijauan pakan ternak akan mening­katkan daya ketercernaannya apabila diuji secara in vitro, tetapi apabila diberikanke temak, hampir semuanya akan memberikan ketercemaan yang lebih rendah(7, 8) disebabkan waktu yang tersedia bagi bakteri memfermentasikan di rumenberkurang. Keuntungan dari penggilingan dan pemeletan, hanyalah dalam mening­katkan konsumsi pakan (Tabel 5). Seperti diuraikan di atas net energy bergantungpada konsumsi pakan dan daya ketercernaannya. Dengan demikian apakah metodeini menguntungkan secara biologis atau tidak bergantung pada keseimbangan keduafaktor tadi yangsebaliknya dipengaruhiolehjenis dan umur tanaman dan ternaknya.

[radiosi Gamma. Laporan-Iaporan mengenai pengaruh radiasi terhadap dayaketercernaan pakan dan konsurnsinya berbeda-beda. PRITCHARD dkk. (10),menunjukkan daya ketercemaan dari "jerami gandum" dapat ditingkatkan sampai95% dengan radiasi gamma (1 x 109 Rads). Disamping itu juga mengakibatkanpeningkatakan konsumsi pakan. Sebaliknya McMANUS dkk. (11), melaporkanbahwa konsumsi, tanpa sup plementasi , dari "jerami gandum atau padi, tidak

dipengaruhi oleh radiasi". Malahan daya ketercemaan in vivo dari jerami padi turundari 47% menjadi 20 - 35 %, bergantung dari kekuatan radiasi yang digunakan.Sampai saat ini pengaruh radiasi masih belum jelas.

Hidrolisis Asam. Penambahan asam terhadap hijauan pakan temak akan menga­kibatkan terhydrolisanya hemicellulosa dan pada perlakuan yang lebih keras ikatanalpha. cellu10sa juga akan dipecahkan. Asam yang digunakan pada umumnya asamsuIfat. .Proses ini memerlukan kontrol yang sangat ketat dan dengan demikian

biayanya tinggi, sehingga tidak mungkinlah kiranya digunakan untuk meningkatkannilai gizi dari pakan seperti jerami.

Perlakuan Alkali. Alkali akan melarutkan hemicellulosa dengan demikianmakro-organisme dalam rumen akan mempunyai kesempatan yang lebih banyakuntuk mencemanya. Alkali akan melemahkan ikatan lignin dan hemicellulose dan

ini mengakibatkan Swelling capacity dari dinding cell akan meningkat (12). Pening­katan daya ketercemaan dari pakan oleh perlakuan ini tergantung sekali padakekuatan alkali yang digunakan, konsentrasi yang digunakan dan lama dan cara

pemberiannya, apakah disemprotkan atau direndam.Berbagai macam alkali telah dicobakan, antara lain sodium hydroxida, ammoniumhydroxida, calcium hydroxida, potassium hydroxida, amoniak.Penggunaan NaOH untuk meningkatkan nilai gizi dari jerami dikembangkan di

25

Page 4: I Putu Kompiang

Jerman pada akhir abad yang lalu dan dapat meningkatkan kecernaan bahan

or8anik dari jerami rey dari 46% menjadi 71% (13). Laporan-laporan yang serupaterhadap berbagai jenis pakan dengan berbagai kandungan serat kasar tinggi te1ahbanyak ditulis. Daya ketercernaan dari jerami padi dapat ditingkatkan antara 10­13% unit, tetapi sering juga dilaporkan bahwa konsumsi jerarni padi yang mendapatperlakuan NaOH menurun, dan ha1ini mun~ dikarenakan palatabilitasnya. Walau­pun ada masalah ini, penyemprotan makanan ternak dengan NaOH mempunyaipengaruh yang menguntungkan pada ternak (14, 15, 16, 17). Walaupun sampai

saat ini, NaOH adalah alkali yang paling efektif, ada.ptasinya pada peternak,terutama untuk negara-negara berkembang belum banyak dapat dilakukan antaralain karena biaya yang mahal, kesukaran mendapat bahannya, bahaya penanganan"NaOH bagi orang awam, dan bahaya po1usi. Akhir-akhir inijuga telah di informasi­kan bahwa penggunaan NaOH di Eropa mu1ai menu run dimana perlakuan denganamonium hydroxida (anhydrous ammonia, aquanous ammonia atau urea) meningkatdi Asia, termasuk Indonesia. Para peternak dan peneliti cenderung mengg1,1nakanurea, karena pengangkutannya yang mudah dibandingkan sumber-sumber yang lain.Urea di ubah menjadi ammonia oleh urease yang terdapat pada jerarni dalam tempo6 rninggu (18). Hal ini menyebabkan kenapa perlakuan urea memerlukan waktucukup lama untuk efektif. Dalam pe1aksanaan di lapangan, karena pemupukan yangtebal, maka se1ama perlakuan teIjadi peningkatan temperatur yang dapat mening­katkan aktivitas urease dan ammonia, hasil yang efektif dapat dicapai dalam waktu7 - 10 hari. "

Pada percobaan dengan ternak menunjukkan bahwa jerami padi sete1ahmendapat perlakuan menunjukkan peningkatan nilai gizi. Ada beberapa hal yangbe1um jelas dalam hal perlakuan Urea ammonia ini, yakni sampai seberapa jauhperbaikan dari konsumsi pakan, daya ketercernaan dan produktivitas dari temakadalah karena perlakuan alkali atau penambahan NPN. Disamping urea, Urine jugadilaporkan mempunyai efek yang serupa dengan urea terhadap jerami padi tanpadampak negatif pada kesehatan temak yang diberi makan jerami tersebut (19).Calcium hydroxida, ada1ah bahan kirnia yang cukup murah dan telah ditunji.1kkanbahwa dapa-t digunakan untuk meningkatkan nilai gizi dari jerarni padi. Perendamanpada kadar yang tinggi mempunyai efek sarna dengan penyemprotan dengan NaOH(20).

Perlalalan Biologis. Di antara perlakuan biologis yang telah ban yak dilakukanantara lain pengomposan, silase, penjamuran dan penambahan enzym, di sampingitu juga untuk media pembuatan protein sel tunggal (21, 22, 23). Pada umumnyaperlakuan bio1ogis tidak akan memperbaiki nilai gizi dari pakan, malahan sebalik­nya kadar zat-zat organik yang terlarut menurun karena digunakan untuk kehidup­an rnikroba. Dengan kata lain kadar lignin secara proposional akan meningkat.Pada proses ensiling penambahan non protein nitrogen seperti kotoran ayam (24)secara tidak lan~ung meningkatkan nilai gizi dari pakan tersebut.

Perlak.uan biologis sampai saat ini lebih banyak berf~i sebagai salah satu cara

pengawetan pakan, bilamana pengeringan, karena musim/cuaca, sukar dilakukan.MantpuJosi Biologis. Telah dijumpai bahwa nilai gizi dari hijauan makanan

temak berbeda-beda diantaIa genotype. Misalnya nilai gizi dari Digitaria setivalva

26

Page 5: I Putu Kompiang

umumnya lebih tinggi dari digitaria lainnya (25). Begitu pula halnya dengan jeramipadi dan sorghum (26, 27). Berdasarkan laporan.,laporan ini membuka suatukemungkinan untuk melQkukan program pemuliaan untuk mernperoleh hiiauanmakanan ternak yang lebih baik, atau jerami dengan kualitas yang lebih baik,dengan tidak mengabaikan produk utamanya.

DISKUSI DAN KESIMPULAN

Kandungan serat kasar yang tinggi dari hijauan makanan ternak dan limbahpertanian adalah merupakan salah satu faktor utama dalam produksi ternak.Permasalahan ini pada umumnya diatasi dengan pengenceran kadar serat kasar inidengan penambahan dengan pakan yang serat kasarnya rendah seperti biji-bijian,umbi-umbian dan lain-lain. Tapi hal ini agak sukar untuk dilakukan di Indonesia.mengingat bahan-bahan tersebut masih banyak untuk konsumsi man usia atauternak nOn ruminansia.

Dari beberapa perlakuan yang telah diketahui untuk meningkatkan nilai gizidari hijauan makanan temak/limbah pertanian, kiranya perlakuan dengan urea yangmempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan di Indoensia. Urea ensiling darilimbah pertanian adalah kualitas baru, dan masih banyak hal-hal yang belumdiketahui secara sain maupun cara-cara aplikasinya yang dapat diterapkan denganmudah dipedesaan.Penelitian perlakuan dengan urea baru hanya terhadap limbah pertanian kemung­k1nan penggunaannya pada hijauan makanan ternak lainnya, seperti rumput, legu­minosa, yang juga mengandung serat kasar cukup tinggi perlu dipe1ajari, apakahmungkin nilai gizinya dapat ditingkatkan lagi. Hal ini kiranya penting sekali di

Indonesia pada sistem cut and carry, di mana hijauan banyak pada musim hujan,yang perlu disimpan untuk musim kemarau.

Kerja sarna antara pemulia tanaman dengan ahli gizi ternak kiranya sangat perluapabila manipulasi biologi akan digunakan untuk mengatasi permasalahan pakan.Dengan terbatasnya lahan, kami kira hal ini akan menjadi suatu keharusan. Sebagaicontoh dalam hal ini adalah pada pemuliaan sorghum, pemulia tanaman pada mula­nya terutama memperhatikan hasil per hektar, tetapi kemudian juga diarahkankepada kualitas, dengan memperhatikan kadar tannin, karena tannin merupakansenyawa anti nutrlsi.

Untuk mengatasi kekurangan pakan, McDOWEL (6) melaporkan mengenai tataguna tanah pertanian di Afrika, di mana dipelajari ratio penggunaan untuk tanamanpangan, industri dan ternak secara menyeluruh untuk memperoleh hasil maximalbaru satu areal pertanian (garnbar 3). Hal yang serupa kiranya perlu dikerjakan diIndonesia, di mana saat ini terjadi produksi berlebihan dari beberapa komoditiseperti padi yang kurang rnenguntungkan bagi petani. Kerja sarna antara berbagaidisiplin, sosiologi, ekonorni, tanah, pakan tanamah dan temak dalam pemecahan inisangat diperlukan.

27

Page 6: I Putu Kompiang

DAFTAR PUSTAKA

1. DIIrn~TDIUT J~~n~llip~'mIUJAItiR Pola dasar Jan pola umumkebijaksanaan operasional pembangunan peternakan, Direktorat JonderalPetem"Bkan, Jakarta (1983).

2. JASIOROWSKl, H.A., "The developing world as a source of beef for worldmarkets", Beef Cattle Production in Devoloping Countries (SMITH, A.1.,Ed.), Univ. Edinburgh, London (1976) 2.

3. BLAXTER, KL., WAINMAN, F.W., and WILSON, R.W., The regulation offood intake by sheep, Anim. Prod. 3 (1%1) 51.

4. LAREDO, MA., and MINSON, D.1., The voluntary intake, digestibility andretension time by sheep of leaf and stein fraction of five grasses, Aust. J.Agric. Res. 24 (1973) 875.

5. SOEST, P.1. van, Nutritional Ecology of the Ruminant, 0 & B Books Inc.,Corvallis, Oregon (1982).

6. McDOWELL, R.E., "Meeting constraints to liverstock production systems inAsia", Regional Workshop on Livestock Production Management ADB,Manila (1985).

7. MINSON, D.J., The effect of peletting and wafering on feeding value of rogha­ges, A review J. Br. Grassld. Soc.I8 (1963) 39.

8. DONEFER. :E., "The effect of processing on the nutritive value of ronghage",Proc. Symposium on the Effect of Processing on the Nutritive Values ofFeed, N.A.s. Washington D.C. (1972).

9. PRITCHARD, Gl., PIG DEN, W.1., and MINSON, D.J., Effect of gammaradiation on the utilization of wheat straw by rumen microorganisms, Can.J. Anim. 42 (1962) 215.

10. MINSON, DJ., "Fibre as a limit to tropical animal production", The 3rdAAAP Anim.Sci.Congress, Vo1.l (1985) 108.

11. McMANUS, W.R., MANTA, L., McFARLANE, J.D., and GRAY, A.C., Theeffect of diet, supplements and gamma radiation on dissimilation of lowquality roughages by ruminants. IV. Effects of feeding gamma irradiatedbase diets of wheaten straw to sheep, J. Agric. Sci. 79 (1972) 55.

12. FEIST, W.C. BAKER, A.1., and TARKOW, H., Alkali requirements forimpro­ving digestibility of headwoods by rumen microorganisms, J. Anim. Sci.30 (1970) 832.

13. HOMB, T., 'Wet treatment with sodium hidroxide", Straw and Other Fibrousby Products as Feeds (SUNDSTOL, F., and OWEN, E., Eds.), Elsevier,Amsterdam (1984 ).

14. COMBE, J.B., DINIUS, D.A., and WHEELER, W.E., Effect of alkali treatmenton intake and digestion of barley straw by beof steers, J. Anim. Sei. 49(1979) 169.

28

Page 7: I Putu Kompiang

15. THIAGO, L.R.L., KELLAWAY, R.C., and LEIBHOLZ, J., Kinetics of foragedigestion in the rumen, Anim. Res. Vet. 10 (1979) 329.

16. BRAMAN, W.L., and ABE, R.K., NaOH treated and oat straws for fmishingcattle diet, J. Anim. Sci.42 (1976) 262.

17. JAYASURIYA, M.C.N., 'The potential of fibrous residues for animal feedingin Sri Lanka", 36th Ann Sci. SLAAS, Sri Lanka (1980).

18. THOMSEN, K.V., The nutritional improvement oflow quality forages in forafeconservation in the 80's, (1980).

19. HAGUE, M., DAVIS, CR., SAADULLAH, M" and DOLBERG, F., A note on

the performance of cattle feed treated paddy straw with animal urineas a source of ammonia, Trop. Anim.Prod.8 (1983) 276.

20. WINUGROHO, M., IBRAHIM, M.N.M., and PEARCE, G.R., A soak and pressmethod for the alkali treatment of fibrous crop residues. Calcium hydro­xide and sodium hydroxide treatment of rice straw, Agric. Wastes 9 (1984)87.

21. VANSELOW, D.G., "Microbial treatment of rice straw for improved ruminant

nutrition preliminary results", Utilization of Fibrous Agricultural Residues(pEARCE, G.R., Ed.), Publishing Service, Canberra (1983) 146.

22. LATHAM,'M.J., "Pretreatment of barley straw with shite rat fungi to improvedigestion in the rumen", Decay and its Effect on Disposal and Utilization(GRASSBARD, E., Ed.), John Wiley and Sons, New York (1979). 131:

23. ZADBRAZIL, F., "Screening of basidiomecetes for optimal utilization ofstraw", Straw Decay and its Effect on Disposal and Utilization (GRASS­BARD, E. Ed.), John Wiley and Sons, New York (1979) 139.

24. NEOG, B.N., and PATHAK, N.N., Voluntary intake and nutritive value ofpaddy straw-poultry silage, Ind. J. Nut. Diet~L 13 ,(1976) 413.

25. STRICKLAND, R.W., and HAYDOCK, K.P., A comparison of twenty digitariaaccessions at four sites in South-East Queensland Australia, J. Exp. Anim.Husb.18 (1978) 817.

26. DEV ASIA, P .A., THOMAS, C.T., and MANDAKUMARAN, M., Studies on thechemical composition certain varieties of paddy straw, Kerala J. Vet. Sci.7 (1976) 101.

27. SUMMERS, C.B., and SHERROD, L.B., Nutrition values of grain sorghumstubble. I. Composition and digestibility before and after frost, Proc. West.Sect. Am. Soc. Anim. Sci. 28 (1977) 132.

29

Page 8: I Putu Kompiang

Tabd 1. Suplai dan konsumsi basil temak (000 ton) 1984.

KonsumsiSuplaiKg/cap.

Dalam

Luar

negerinegeri

Daging

706.0704.1 1.94.4Telur

270.0270.0 -1.7

Susu710.61533 557.34/5

Tabd 2. Pengaruh dari wnur dan bagian hijauan terliadap kandungan serat. konsurnsi, keter-cemaan, dan isi rumen deb domba.

Pakan

ADF (%)LigninKonsumsiKetercer-Isi

(%)(g/kg Wnaanrumen

0.75/h)(DM %)

52 h. regrowth

353.15960670

75 h. regrowth

384.24352720

88 h ..regrowth

394.74450690lAlun

353.45853710

Batang

394.64056680

30

Page 9: I Putu Kompiang

w.....

Tabd Sa. KompOllisi leguminOla.

No.

Nama KeteranganProtein Lemak EnergiSDN SDA LigninSelulosa AbuCaPSumber

kasar

kasar

(%)(%) (KCal/kg) (%)(%)(%)(%)(%)(%)(%)

J.

Acacia auriculiformis -15,03,9485045,0 32,8 17,015,77,11,50,3Balitnak

2. Acacia villosa

-26,24,8480024,0 15,46,87,84,30,60,3Balitnak

3.Alibizzia fa/cataria Contoh 124,04,6451037,0 27,08,0·18,07,01,40,1Balitnak

4. Albizzia falcataria

Contoh 216,04,9420049,5 37,4 10;026,78,41,40,1Balitnak

5. Anterolobium

-27,35,8494035,1 29;18,420,65,50,50,2Lowry6.

Glyricidia maculata -25,03,842003 5,0 23,0 11,011,011,02,70,2Balitnak

7. Leucaena leucocephala

-27,03,5408039,4 26,85,820,88,51,70,3Balitnak

8. Sesbania grandiflora

-26,3-482524 ,4 17,22,713,97,51,50,4Balitnak

9. Mimosa pigra

Daun22,24,3465040,0 35.4 15,518,77,91,80,2Lowry10. Samanea saman

Daun24,64,6496048,0 37,5 18,315,76,11,30,2Balitnak

11. Calliandra callothyrsus

Daun24,04,1463024,0 20,05,013,08,01,60,2Balitnak

Page 10: I Putu Kompiang

w Tabel !lb. Kampasisi bahan pakan.N

No.

Nama KeteranganProtein Lemak Energi SDNa SDAb LigninSelulosaAbuCaPSumberkasar

kasar

(%)(%)(%)1(%)(%)(%)(%)(%)(%)(%)

1.

Alang-alang -9,11,917,679,9-- -8,50,36 0,21Balitnak

(lmpera to silindrica) 2.Brachiria sp. -9,62,817,567,5 35,13,327,5 11,20,48 0,21Balitnak

3.Daun jagung -12,93,5-53,2 30,32,624,79,00,07 0,7Lowry

(Zea mays)

Balitnak

4.Daun Singkong Tanpa29,08,7-19,4 18,9 10,47,85,50,90 0,37Lowry

tangkai

Balit:nak

5.Daun singkong Dengan27,08,9-28,6 25,29,215,55,61,14 0,31Lowry

tangkai

Balitnak

6.Daun singkong pahit -26,89,3-21,3-- -6,41,20 0,33Balitnak .

(Manihot utilissima) 7.

Jerarni padi -7,0-14,269,3 60,5 10,932,4 24,10,58 0,26Balitnak

(Oriza sativa) 8.Rumput gajah -9,8

2,016,071,6-- -14,20,47 0,41Balitnak

(Pennisetum purpureum)

a: Sent deterjen netIal

b: Sent deterjen asam

Page 11: I Putu Kompiang

ww

Tabe1 5c. Komposili bahan.

No.

Nama KeteranganAirProtein LemakEnergiSeratSDNAbuCaPSumber(%)

kasar kasarkasar

(%)(%)(%)(%)(%)(%)(%)(%)

1.

Beras Putih-8,31,94160-2,00,6 0,08 0,15Balitnak

2.Beras Merah11,79,31,6-1,31

3.Bungkil kapuk -9,431,73,44580-46,5

11,0 0,68 0,87Balitnak4.

Bungkil kelapa sawit Inti I10,219,47,54230-68,04,2 0,49 0,67Balitnak5.

Bungkil kelapa sawit Inti II11,417,62,8-15,2-6,3 0,29 0,59Balitnak6.

Bungkil biji kapas Asal8,843,42,14730-26,47,1 0,23 1,28Balitnak

Australia 7.Bungkil.biji karet Inti I7,519,718,3-16,3-3,5 0,17 0,55Balitnak

8.Bungkil biji karet Inti II7,131,311,9492016,634,26,5 0,43 0,69Balitnak

9.Kecipir B\ingkil11,238,95,9-6,3-5,9 2,960,66

10. SagaBiji9,420,114,8499012,1-4,1 0,70 0,25Balitnak

11. SorgumMerah-11 ,8-4180-11,0

3,5 0,21 0,31Balitnak

Page 12: I Putu Kompiang

Tabel 4. Estimasi konsumsi bagian-bagian nunput.

Bagian rumput

PucukDaun mudaDaun tua

Batang bagian atasBatang bagian bawah

Sumber : Me Dowell 1985 (6).

% Berat potong

525

52540

Estimate % konsumsi

10010086

495

Tabel 5. Pengaruh penepungan clan pemdetan terhadap konsumsi pakan.

Konsumsi pakan (g/kg W 0.75th)

Barby strawCoastal bermuda grass

Coostal bermuda grass

Setaria

Chaff

84

80

102

34

Pellet Kenaikan (%)

Sapi95

11105

25

Sapi perah 158

62

Domba 48

14

Sumber

34

Minson D.]. 1985 (9).

Page 13: I Putu Kompiang

90rurnput-rurnputan haai! sampingan biji-bijian

80

70

. ikJim dingin

69muda

64berbunga

54

tua (matang)

iklim tropis

muda (45 D)

58

45 berbunga-----ftua (matang) (60 D)

I38

jagungbungkil biji kapalgandumsingkong

bungkil ke1apabungki! biji kapas

molases

dedak padi

jerami jagung kering (asH)

jerami padi

pucuk tebu

ampas tebu(sete1ah gula diperas)

Gambar 1. Kecernaan pakan ternak berupa rumput-rumputan dan biji-bijian.

35

Page 14: I Putu Kompiang

36

daun yang kering (50-55%)

",.;1

\\

_"';..--tlttl-_-_ tinggi pernotongan normal (15 ern)- .:-==- - ;-=--...•. :::-- ~-­- --=...-

Garnbar 2. Kecernaan dan bagian-bagian tanaman.

Page 15: I Putu Kompiang

W-...J

TRADISIONALkebutuhantanaman

untuk

basil tanaman rakya t 1.7 ha

perda-aJli 1.000 kggangan

sapiteredia 4.0SUlU:

0.5 ha7.0

bahan kering

YANGLEBIH MAJU I

kebutuhanuntuk

hijauan

1.500 kg

haJil tanaman rakyat 1. 7 ha

rnakananyang iebih majususu:

8.0ternak sapitersedia 6.5

0.5 ha

bahan kering

YANG LEBIH MAJU nkebutuhan

untukhasil tanaman tanamanhijauan

yang-Iebih majutersedia 8.01.800 kg

rakyatperda·makanan

SUlU:1.2 ha ganganternaksapi 8.00.3 ha0.7 ha

Gambar 3. Cara-cara tradisional dan model-model yang lebih baik untuk produksi SUIU didataran tinggi dari Ethiopia.

tidak

cukup

tidak

cukup

cukup

Page 16: I Putu Kompiang

DISKUSI

HADiWAHYONO:

Penggunaan jerami sebagai bahan pakan hewan akan ada perebutan jerami denganorang-orang ahli tanah karena jerami tersebut dapat menyuburkan tanah dan pabrikkertas juga menginginkan jerami. Bagaimana bila prioritas pertama jerami diberikanpada pabrik kertas dan kertas diberikan kepada ternak dan akhirnya sludge dariternak digunakan untuk menyuburkan tanah pertanian sebagai pupuk kandang?

1PUTU KOMPIANG :

lni merupakan pertanyaan klasik yang selalu timbul pada diskusi-diskusi pengguna­an jerami, tetapi belum pemah ada studi yang mendetail dalam hal ini. Penggunaanuntuk pakan temak, kiranya tidak akan memberi dampak yang terlalu jelek biladibandingkan untuk bahan bakarjdibakar, bila kotoran ternak terse but dikembali­kan ke tanah.

BlNTARA H.S. :

1. Kira-kira sampai berapa persen urine dapat digunakan di dalam menaikkankualitas pakan agar tidak menimbulkan toxin bagi temak?

2. Kalau tidak salah, aromajbau ransum dapat mempengaruhi kualitas dan susuyang dihasilkan. Seandainya pemberian urine terse but memang dapat diterap­kan pada sapi perah, apakah konsumen dapat menerimanya.

1 PUTU KOMPiANG :

Level urine yang digunakan saya kurang ingat, informasi yang lebih lengkap dapatsaya berikan belakangan.

ROSALINA :

Saya sependapat dengan Anda' bahwa kualitas soal nomor dua tetapi kuantitasdiutamakan. Tetapi ha1 ini perlu dipertimbangkan juga kualitas. Kalau kualitashanya soal rasa yang berubah tidak menjadi problem. Tetapi efek yang lebihmerugikan atau beracun dan lain-lain, kiranya perlu diperhatikan.

1 PUTU KOMPlANG :

Kualitas produk, terutama mengenai faktor keracunan perlu diketahui dan diteliti.Namun demikian saat ini saya berpendapat, prioritas pada peningkatan produksi.

C. HENDRA TNO :

Dalam masalah produksi ternak, maka tidak saja ruminansia merupakan sumberprotein. Selain pakan ruminansia, apa perlu kita perhatikan untuk monogastrik?Bagaimana menurut Anda hasil daripada pakan terhadap reproduksi hewan?

38

Page 17: I Putu Kompiang

I PUTU KOMPIANG :

Permasa\ahan pakan monogastrik juga ada. Tapi saat ini saya hanya mencobamembahas mengenai ruminansia saja.Nutrisi akan mempengaruhi reproduksi.

E.L. SISWORO :

Apakah di Indonesia Azolla spp pemah digunakan sebagai pakan temak, karenaN-total cukup tinggi (3-4%), mudah memperbanyak, tidak perlu tempat tumbuh

yang luas, dan yang penting dapat menambah N-dari udara. Sebagai pertimbangan,ill Philipina dan RRC,Azolla sudah digunakan sebagai pakan temak.

I PUTU KOMPIANG :

Fapet UGM, telah/sedang melakukan penelitiannya.(Hubungi Dr. Soemitro Pw., Jurusan nmu Makanan Temak, Fakultas Petemakan,agar jelas apa yang telah dikerjakan ten tang Azolla).

L.A. SOFYAN:

Dalam peningkatan nilai gizi, bagaimana mengenai penggunaan pemanasan bahanpakan ?

I PUTU KOMPIANG :

Pemanasan yang terkontrol, umumnya meningkatkan nilai gizi, terutama dalam haldetoxifikasi dari beberapa faktor antinutrisi yang heat labile.

ELL YDA ABAS WlKARDI :

Bagaimana pengaruhnya perlakuan kualitas nutrisi terhadap rasa daging, telur, ataususu, terutama perlakuan yang menggunakan tambahan bahan kimia? Bagaimanapula efeknya terhadap konsumen terakhir ?

I PUTU KOMPIANG :

Saya belum mengetahui tentang pengaruh perlakuan terhadap kualitas produktemak.

HARSOJO :

Bagaimana pendapat Anda mengenai penggunaan single cell protein yang berasaldari molases untuk pakan temak?

. Mohon penjelasan mengenai hal tersebut, mengingat dari molases dapat dibuatmenjadi single cell protein (SCP).

I PUTU KOMPIANG :

Secara teknis SCP, umumnya rendah dalam sulfur amino acid dan fat soluble vit,dan kandungan tinggi nucleic acid. Pada monogastrik, penggunaannya dianjurkantidak lebih dari 12 - 15 %.

39

Page 18: I Putu Kompiang

Sampai saat ini, faktor pembatas penggunaannya selain faktor di a18s, adalah soalharga yang masih terlalu mahal.

MARGARE1HA OKA :

1. Dalam makalah dicantumkan beberapa metode untuk perbaikanpakan. Apakahdengan perbedaan metode yang dipakai itu memberikan hasil akhir yangberbeda, dalam hal ini produksi ternak sepertfkenaikan hobot badan?

2. Apakah pernah dilakukan penelitian mengenai pengaruh kuali18s pakan terhadapreproduksi temak sebab banyak kasus di lapangan sterllitas pada sapi disebab­kan karena kurangnya gizi.

1PUTU KOMPlANG :

1. Tingkat perbaikan yang dihasilkan dari setiap perlakuan akan berbeda dantentunya pengaruh pada ternaknya juga berbeda. Dalam penelitian, beberapafaktor harus diperhatikan, terutama dampak sosial ekonominya.

2. Kelarnin reproduksi adalah merupakan hal yang kompleks interaksi berbagaifaktor. Nutrisi yang memegang peranan, tapi saya kira tidak dorninan kecualidalam hal toxin.

ZUBAlDAH :

Apakah penambahan antibiotik pada pakan ayam tidak memberikan efek sampingbagi konsumen (dalam hal ini manusia)?

1PUTU KOMPlANG :

lni bergantung pada sifat antibiotik tersebut. Apakah akan ada atau tidak residunyapada daging/telur sehingga orang yang memakannya akan terexpose a18u tidak.

HARSOJO :

Apakah di Indonesia sudah digunakan sludge (kotoran hewan atau manusia) sebagaipakan ternak? Kalau sudah digunakan untuk ternak apa?

I purn KOMPlANG :

Kotoran ayam telah dicobakan sebagai bahan pakan babi/sapi potong dengan hasilyang memuaskan.

MARlA LlNA :

1. Untuk perbaikan kualitas pakan ternak (menambah daya cerna), rnisalnya padajerami, apakah perlakuan dengan penambahan garam (NaCl) juga dapat mening­katkan perbaikan gizi terse but, mengingat NaCl ini mudah didapat dan harga·nya cukup murah ..

2. Dari uraian Anda, dengan perlakuan iradiasi untuk perbaikan gizi, pada dosis109 rad baru terjadi pemecahan lignin dan se1ulosa. Bagaimana pendapat Anda

. jika diadakan perlakuan kombinasi rnisalnya asam dengan iradiasi sehingga

kemungkinan dosis iradiasi dapat diperkecil dan juga pemalcaian asam dikurangi.

40

Page 19: I Putu Kompiang

I PU1U KOMPlANG :

1. NaCI mungkin tidak akan mempunyai efek sam ping pada pakan, tetapi secaratotal dalam pakan mungkin akan mempunyai pengaruh sebagai sumber mineral.Misalnya pada pemberian Ieucaena, penambahan NaCI pada pakan akanmenguntungkan.

2. Sifat sinergis dari beberapa kombinasi perlakuan memang ada. Penelitian

mengenai hal ini pernah dilakukan dan kiranya perlu juga kita pelajari/ketahui.

DECIY ANTO SOETOPO :

1. Akhir-akhir ini ada berita penggunaan narkotik pada pakan ternak impor dariRRC, juga dikemukakan pula oleh seorang peneliti bahwa bahan tambahan inimenurut penelitian meningkatkan bobot tertimbang. Pada makalah tidaktampak adanya perlakuan bahan narkotik ini sebagai salah satu perlakuanuntuk perbaikan mutu pakan. Bagaimana pendapat Anda?

2. Tingkat konsumsi susu yang tinggi, penyediaan (supply) susu dalam negeri yangrendah dan dari impor yang cukup tinggi. di lain pihak sering teIjadi basil susudalam negeri terpaksa dibuang. Bagaimana pendapat Anda dengan adanyadilema ini.

I PU1U KOMPlANG :

1. Beberapa narkotik, seperti ganja memang diketahui sebagai apatizea mening­katkan nafsu makan pada penggunaan level tertentu. Tetapi mengingatkemungkinan penyalahgunaannya yang aka.n mempunyai dampak sangat buruk.sebaiknya hal ini dalam pakan ternak tidak disentuh.

2. Cost production dari susu di Indonesia kelihatannya sangat tinggi. Jalurpenanganan/penjualan susu memang panjang hingga sewaktu-waktu rantai initerputus yang mengakibatkan tidak tertanganinya susu-susu yang telah

. diproduksi. Di samping faktor-faktor produksi. faktor-faktor marketing jugasangat menentukan.

L • Tt:' (" ". 41