i putu ari astawa - simdos.unud.ac.id

22
SISTEM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG-UNDANG DASAR (UUD) 1945 Oleh I PUTU ARI ASTAWA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA 20

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: I PUTU ARI ASTAWA - simdos.unud.ac.id

i

SISTEM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA BERDASARKAN

PANCASILA DAN UNDANG-UNDANG DASAR (UUD) 1945

Oleh

I PUTU ARI ASTAWA

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS UDAYANA

20

Page 2: I PUTU ARI ASTAWA - simdos.unud.ac.id

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Sang Hyang Widhi Wasa atas terselesaikannya

paper ini. Paper ini saya buat berisi tentang materi Pendidikan Kewarganegaraan yang

mencakup Integrasi Nasional. Paper ini berjudul “Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia

Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen

pengampu mata kuliah Pancasila yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas paper ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu

dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan paper ini.

Mungkin dalam pembuatan paper ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.

Maka dari itu, kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi tercapainya

paper yang sempurna.

Jimbaran, 2017

Penulis

Page 3: I PUTU ARI ASTAWA - simdos.unud.ac.id

i

Page 4: I PUTU ARI ASTAWA - simdos.unud.ac.id

1

PENDAHULUAN

Reformasi menuntut dilakukannya amandemen atau mengubah UUD 1945 karena

yang menjadi causa prima penyebab tragedi nasional mulai dari gagalnya suksesi

kepemimpinan yang berlanjut kepada krisis sosial-politik, bobroknya managemen negara

yang mereproduksi KKN, hancurnya nilai-nilai rasa keadilan rakyat dan tidak adanya

kepastian hukum akibat telah dikooptasi kekuasaan adalah UUD Republik Indonesia

1945. Itu terjadi karena fundamen ketatanegaraan yang dibangun dalam UUD 1945

bukanlah bangunan yang demokratis yang secara jelas dan tegas diatur dalam pasal-pasal

dan juga terlalu menyerahkan sepenuhnya jalannya proses pemerintahan kepada

penyelenggara negara. Akibatnya dalam penerapannya kemudian bergantung pada

penafsiran siapa yang berkuasalah yang lebih banyak untuk legitimasi dan kepentingan

kekuasaannya. Dari dua kali kepemimpinan nasional rezim orde lama (1959 – 1966) dan

orde baru (1966 – 1998) telah membuktikan hal itu, sehingga siapapun yang berkuasa

dengan masih menggunakan UUD yang all size itu akan berperilaku sama dengan

penguasa sebelumnya.

Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini

telah mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada

hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan

berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain sebagai upaya memulai “kontrak sosial”

baru antara warga negara dengan negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang

dituangkan dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi). Perubahan konstitusi ini

menginginkan pula adanya perubahan sistem dan kondisi negara yang otoritarian menuju

kearah sistem yang demokratis dengan relasi lembaga negara yang seimbang. Dengan

demikian perubahan konstititusi menjadi suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini

menjadi suatu keharusan dan amat menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa.

Realitas yang berkembang kemudian memang telah menunjukkan adanya

komitmen bersama dalam setiap elemen masyarakat untuk mengamandemen UUD 1945.

Bagaimana cara mewujudkan komitmen itu dan siapa yang berwenang melakukannya

serta dalam situasi seperti apa perubahan itu terjadi, menjadikan suatu bagian yang

menarik dan terpenting dari proses perubahan konstitusi itu. Karena dari sini akan dapat

Page 5: I PUTU ARI ASTAWA - simdos.unud.ac.id

1

terlihat apakah hasil dicapai telah merepresentasikan kehendak warga masyarakat,

dan apakah telah menentukan bagi pembentukan wajah Indonesia kedepan. Wajah

Indonesia yang demokratis dan pluralistis, sesuai dengan nilai keadilan sosial,

kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan.

Dengan melihat kembali dari hasil-hasil perubahan itu, kita akan dapat dinilai

apakah rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan memang dapat dikatakan lebih baik

dan sempurna. Dalam artian, sampai sejauh mana rumusan perubahan itu telah

mencerminkan kehendak bersama. Perubahan yang menjadi kerangka dasar dan sangat

berarti bagi perubahan-perubahan selanjutnya. Sebab dapat dikatakan konstitusi menjadi

monumen sukses atas keberhasilan sebuah perubahan.

Rumusan Masalah

Berdasrkan latar belakang, didapatkan beberapa rumusan masalah diantaranya

sebagai berikut :

1. Bagaimana pengertian, kedudukan dan fungsi UUD 1945?

2. Bagaimana pengertian dan kedudukan norma dasar?

3. Apa makna Pembukaan UUD 1945?

4. Apa makna masing-masing alenia Pembukaan UUD 1945?

5. Apa saja pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945?

6. Bagaimana pelaksanaan sila-sila Pancasila?

7. Bagaimana UUD 1945 sebelum dan sesudah Amandemen?

8. Bagaimana kelembagaan Negara sebelum dan sesudah UUD 1945 di

Amandemen?

Tujuan

Penulisan ini dilakukan untuk memenuhi beberapa tujuan, yaitu :

1. Mengetahui pengertian, kedudukan dan fungsi UUD 1945.

2. Mengetahui pengertian dan kedudukan norma dasar.

3. Mendiskripsikan makna Pembukaan UUD 1945.

4. Mendiskripsikan makna masing-masing alenia Pembukaan UUD 1945.

5. Mendiskripsikan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945.

6. Mendiskripsikan pelaksanaan dari sila-sila Pancasila.

7. Mengetahui UUD 1945 sebelum dan sesudah Amandemen.

8. Mengetahui kelembagaan Negara sebelum dan sesudah UUD 1945 di

Amandemen.

Page 6: I PUTU ARI ASTAWA - simdos.unud.ac.id

1

PEMBAHASAN

Pengertian, Kedudukan dan Fungsi UUD 1945

Pengertian UUD 1945

Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Dasar 1945 angka I dinyatakan

bahwa: “ Undang-undang Dasar suatu negara ialah hanya sebagian dari hukumnya

dasar Negara itu. Undang-undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang

disampingnya Undang-undang dasar itu berlaku juga hukum dasar yang tidak

tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek

penyelenggaraan Negara meskipun tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang

timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara meskipun tidak

tertulis”.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, pengertian kata Undang-Undang

Dasar menurut UUD 1945, mempunyai pengertian yang lebih sempit daripada

pengertian hukum dasar, Karena yang dimaksud Undang-undang Dasar adalah

hukum dasar yang tertulis, sedangkan pengertiann hukum dasar mencakup juga

hukum dasar yang tidak tertulis.

Di samping istilah undang-undang dasar, dipergunakan juga istilah lain yaitu

Konstitusi. Istilah konstitusi berasal dari bahasa inggris constitution atau dari

bahasa Belanda Constitutie. Kata konstitusi mempunyai pengertian yang lebih luas

dari Undang-undang dasar karena pengertian Undang-undang Dasar hanya meliputi

konstitusi yang tertulis saja, selain itu masih terdapat konstitusi yang tidak tertulis,

yang tidak tercakup dalam pengertian Undang-undang Dasar.

(Fahrizal, 2013)

Kedudukan UUD 1945

Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari

keseluruhan produk hukum di Indonesia. Produk-produk hukum seperti undang-

undang, peraturan pemerintah, atau peraturan presiden, dan lain-lainnya, bahkan

Page 7: I PUTU ARI ASTAWA - simdos.unud.ac.id

1

setiap tindakan atau kebijakan pemerintah harus dilandasi dan bersumber pada

peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya harus dapat

dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945.

Tata urutan peraturan perundang-undangan pertama kali diatur dalam

Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, yang kemudian diperbaharui dengan

Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, dan terakhir diatur dengan Undang-undang

No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dimana

dalam Pasal 7 diatur mengenai jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan

yaitu adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,

3. Peraturan Pemerintah,

4. Peraturan Presiden,

5. Peraturan Daerah. Peraturan Daerah meliputi :

6. Peraturan Daerah Provinsi dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Provinsi bersama dengan Gubernur;

7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten/Kota bersama Bupati/Walikota;

8. Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa

atau nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.

Undang-Undang Dasar bukanlah satu-satunya atau keseluruhan hokum dasar,

melainkan hanya merupakan sebagian dari hukum dasar, masih ada hukum dasar

yang lain, yaitu hukum dasar yang tidak tertulis. Hukum dasar yang tidak tertulis

tersebut merupakan aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek

penyelenggaraan negara -meskipun tidak tertulis – yaitu yang biasa dikenal dengan

nama ‘Konvensi’. Konvensi merupakan aturan pelengkap atau pengisi kekosongan

hukum yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan ketatanegaaan,

dimana Konvensi tidak terdapat dalam UUD 1945 dan tidak boleh bertentangan

dengan UUD 1945.

(Mulyana, 2016)

Fungsi UUD 1945

Page 8: I PUTU ARI ASTAWA - simdos.unud.ac.id

1

Setiap sesuatu dibuat dengan memiliki sejumlah fungsi. Demikian juga

halnya dengan UUD 1945. Telah dijelaskan bahwa UUD 1945 adalah hukum dasar

tertulis yang mengikat pemerintah, lembaga-lembaga negara, lembaga masyarakat,

dan juga mengikat setiap warga negara Indonesia dimanapun mereka berada dan

juga mengikat setiap penduduk yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia.

Sebagai hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-norma dan aturan-aturan yang

harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua komponen tersebut di atas. Undang-

undang Dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar, yaitu hukum dasar

yang tertulis. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis.

Dengan demikian setiap produk hukum sepertiundang-undang, peraturan

pemerintah, peraturan presiden, ataupun bahkan setiap tindakan atau kebijakan

pemerintah haruslah berlandaskan dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi,

yang pada akhirnya kesemuanya peraturan perundang-undangan tersebut harus

dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945, dan muaranya

adalah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara (Pasal 2 UU No.

10 Tahun 2004).

Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan

perundangan atau hierarki peraturan perundangan di Indonesia menempati

kedudukan yang tertinggi. Dalam hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi

sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD 1945 mengontrol apakah norma

hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan norma hukum yang lebih tinggi.

UUD 1945 juga berperan sebagai pengatur bagaimana kekuasaan negara disusun,

dibagi, dan dilaksanakan. Selain itu UUD 1945 juga berfungsi sebagai penentu hak

dan kewajiban negara, aparat negara, dan warga negara.

(Sugiarto, 2015)

Pengertian dan Kedudukan Norma Dasar

Pengertian Norma Dasar

Menurut teori hukum norma dasar dapat dibedakan menjadi norma dasar

dalam arti formil dan dalam arti materil. Dalam arti formil dikenal dari bentuknya,

Karena bentuknya menyebabkan diketahui berlaku dan diaati , contoh : Proklamasi

Page 9: I PUTU ARI ASTAWA - simdos.unud.ac.id

1

Kemerdekaan Republik Indonesia 1945. Dengan proklamasi, esok harinya tanggal

18 Agustus 1945 disahkannya UUD 1945 . Fakta tersebut menunjukkan bahwa

proklamasi memiliki bentuk sehingga diketauhi berlaku dan ditaati oleh rakyat dan

proklamasi dapat diartikan secara yurudis adalah detik pembangunan tatanan

hukum nasional merupakan detik penjebolan tatanan hukum colonial. Norma dasar

meateriil menunjuk pada materi atau isinya tidak boleh bertentangan denga nisi

norma dasar . Di dalam Negara Indonesia yang merupakan norma dasar materiil

adalah Pancasila. Dan nilai Pancasila telah dirumuskan dan disahkan sebagai dasar

Negara dalam pembukaan UUD 1945. Dapat disimpulkan bahwa norma dasar

adalah norma yang menjadi dasar bagi semua norma yang berlaku dalam suatu

negara .

Dalam Bahasa Belanda diakatan staat fundamental norm . Terdiri dari kata

staat = negara, fundamental yang paling mendasar dan norm = norma. Jadi bila

diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia adalah pokok kaidah Negara yang

fundamental. Secara definisi staat fundamental norm adalah bahwa dalam tertib

hukum dapat diartikan pembagian secara berjenjang. UUD bukanlah merupakan

tertib hukum yang tertinggi sebab diatas UUD masih ada dasar pokok bagi UUD

yang memiliki sifat hakekat tetap, kuat, tidak berubah dan tidak boleh dirubah oleh

siapapun juga termasuk MPR. Staat Fundamental Norm harus memiliki 2

persyaratan : (1) Syarat formil bahwa staat fundamental norm harus dibentuk oleh

pembentuk negara . (2) Syarat materiil bahwa staat fundamental norm isinya harus

memuat tujuan Negara, asa politik, falsafah Negara dan merupakan sumber hukum

bagi UUD-nya.

(Mulyana, 2015)

Kedudukan Norma Dasar

Kedudukan norma dasar formil menjadikan norma dasar sebagai landasan

dibentuknya aturan-aturan hukum yang berlaku dalam suatu Negara. Dengan

dibentuknya hukum maka akan terwujud ketertiban dalam masyarakat dan Negara.

Kedudukan Norma dasar materiil menjadikan norma dasar isinya sebagai sumber

tertib hukum ialah sumber dari segala sumber hukum . Kesimpulannya norma dasar

itu pada hakekatnya adalah pandangan hidup kesadaran dan cita-cita hukum serta

cita-cita moral yang meliputi susunan kejiwaan dan watak dari bangsa Indonesia

Page 10: I PUTU ARI ASTAWA - simdos.unud.ac.id

1

.Setelah kita memahami pengertian dan kedudukan norma dasar sampailah

pembahasan kita pada makna pembukaan UUD 1945. (Firdaus, 2012)

Makna Pembukaan UUD 1945

Apabila UUD merupakan sumber hukum tertinggi yang berlaku di Indonesia, maka

pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan dan

tekad bangsa Indonesia, yang merupakan sumber dari cita hukum dan cita moral yang

ingin ditegakan baik dalam lingkungan nasional, maupun dalam hubungan bangsa-bangsa

di Dunia. Pembukaan yang telah dirumuskan secara khidmat dalam (4) alenia itu, setiap

alenia dan kata-katanya mengandung arti dan makna yang sangat dalam, mempunyai

nilai-nilai yang universal dan lestari. Universal karena mengandung nilai-nilai yang

dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa yang berada dimuka bumi. Lestari, karena

mengandung dinamika masyarakat dan akan tetap menjadi landasan perjuangan bangsa

dan Negara selama bangsa Indonesia tetap setia terhadap Negara proklamasi 17 Agustus

1945. (Rahayu, 2013)

Makna Masing-masing Alenia Pembukaan UUD 1945

Pembukaan UUD 1945 berisi pokok pikiran pemberontakan melawan imperialisme,

kolonialisme, dan fasisme, serta memuat dasar pembentukan Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Selain daripada itu, Pembukaan UUD 1945 yang telah dirumuskan dengan

padat dan khidmat dalam empat alinea, dimana setiap alinea mengandung arti dan makna

yang sangat dalam, mempunyai nilai-nilai yang universal dan lestari. Mengandung nilai

universal artinya mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa

beradab di seluruh dunia, sedangkan lestari artinya mampu menampung dinamika

masyarakat dan akan tetap menjadi landasan perjuangan bangsa dan negara selama

bangsa Indonesia tetap setia kepada Negara Proklamasi 17 Agustus 1945.

Alinea-alinea Pembukaan UUD 1945 pada garis besarnya adalah:

1. Alinea I : terkandung motivasi, dasar, dan pembenaran perjuangan

(kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan bertentangan dengan

perikemanusiaan dan perikeadilan).

2. Alinea II : mengandung cita-cita bangsa Indonesia (negara yang merdeka,

bersatu, berdaulat, adil, dan makmur).

3. Alinea III : memuat petunjuk atau tekad pelaksanaannya (menyatakan bahwa

kemerdekaan atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa).

Page 11: I PUTU ARI ASTAWA - simdos.unud.ac.id

1

4. Alinea IV : memuat tugas negara/tujuan nasional, penyusunan UUD 1945,

bentuk susunan negara yang berkedaulatan rakyat dan dasar negara Pancasila.

(Rahayu, 2013)

Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945

Pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945 adalah

sebagai berikut:

1. Pokok pikiran Pertama: “Negara-begitu bunyinya–melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia untuk berdasar atas persatuan

mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dalam Pembukaan ini,

diterima aliran pengertian Negara persatuan, Negara yang melindungi dan meliputi

segenap bangsa seluruhnya. Jadi, Negara mengatasi segala paham golongan,

mengatasi segala paham perseorangan. Negara menurut pengertian “Pembukaan”

itu menghendaki persatuan menghendaki persatuan yang meliputi segenap bangsa

Indonesia. Inilah suatu dasar Negara yang tidak boleh dilupakan.

2. Pokok pikiran Kedua : “Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi social

bagi seluruh rakyat”. Hal ini merupakan pokok pikiran keadilan social. Pokok

pikiran yang hendak diwujudkan oleh Negarabagi seluruh rakyat ini didasarkan

pada kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dankewajiban yang

sama untuk menciptakan keadilan social dalam kehidupan masyarakat.

3. Pokok pikiran Ketiga : “Negara yang berkedaulatan rajyat berdasar atas kerakyatan

dan permisyawaratn/perwakilan”. Oleh karena itu, sisten negara yang terbentuk

dalam UUD 1945 harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan berdasar atas

permusyawaratn/perwakilan. Memang aliran ini sesuai dengan sifat “masyarakat

Indonesia”. Ini adalah pokok pikiran kedaulatan rakyat, yang menyatakan bahwa

kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis

Permusyawaratan Rakyat.

4. Pokok pikran Keempat : “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut

dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”. Oleh karena itu, UUD 1945 harus

mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara Negara

untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-

cita moral rakyat yang luhur. Hal ini menegaskan pokok pikiran Ketuhanan Yang

Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan beradab.

(Rahayu, 2013)

Page 12: I PUTU ARI ASTAWA - simdos.unud.ac.id

ii

Sila-sila Pancasila dan Pelaksanaannya

Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 Secara Murni dan Konsekuen artinya adalah

praktik sikap dan perilaku manusia yang sesuai dengan nilai-nilai moral pancasila dan UUD

1945 Dalam kehidupan Sehari-hari, baik pada lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan

negara dan dilakukan secara terus menerus. Makna tersebut pada dasarnya rasional, wajar

dan memang harus seperti itu.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, pencipta segala yang ada dan semua mahluk.

Yang Maha Esa berarti yang Maha tunggal, tiada sekutu, Esa dalam zatNya, Esa

dalam sifat-Nya, Esa dalam Perbuatan-Nya, bahwa sifat Tuhan adalah sempurna,

bahwa perbuatan Tuhan tidak dapat disamai oleh siapapun. Jadi ke-Tuhanan yang

maha Esa, mengandung pengertian dan keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa,

pencipta alam semesta, beserta isinya. Keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa itu

bukanlah suatu dogma atau kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya

melalui akal pikiran, melainkan suatu kepercayaan yang berakar pada pengetahuan

yang benar yang dapat diuji atau dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika.

Atas keyakinan yang demikianlah maka Negara Indonesia berdasarkan ketuhanan

yang Maha Esa, dan Negara memberi jaminan kebebasan kepada setiap penduduk

untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya dan beribadah menurut agamanya

dan kepercayaannya. Bagi dan didalam Negara Indonesia tidak boleh ada

pertentangan dalam hal ketuhanan yang Maha Esa, tidak boleh ada sikap dan

perbuatan yang anti ketuhanan yang Maha Esa, dan anti keagamaan serta tidak boleh

ada paksaan agama dengan kata lain dinegara Indonesia tidak ada paham yang

meniadakan Tuhan yang Maha Esa (ataisme).

2. Kemanusiaan yang adil dan beradap

Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan

manusia yang didasarka kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan

norma-norma dan kebudayaan umumnya baik terhadap diri pribadi, sesama manusia

maupun terhadap alam dan hewan. Didalam silan kedua kemuanusian yang adil yang

Page 13: I PUTU ARI ASTAWA - simdos.unud.ac.id

iii

beradab telah tersimpul cita-cita kemanusiaan yang lengkap yang adil dan beradab

memenuhi seluruh hakekat mahluk manusia. Sila dua ini diliputi dan dijiwai sila satu

hal ini berarti bahwa kemanusiaan yang adil dan beradab bagi bangsa Indonesia

bersumber dari ajaran Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan kodrat manusia sebagai

ciptaa-Nya. Hakekat pengertian disamping sesuai dengan Pembukaan UUD 1945

alenia yang pertama dan pasal-pasal 27,28,29,30 UUD 1945.

3. Persatuan Indonesia

Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh tidak terpecah belah persatuan

berarti bersatunya bermacam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan.

Indonesia mengandung dua makna yaitu makna geograpis dan makna bangsa dalam

arti politis. Jadi persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah

Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia bersatu karena didorong untuk

mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah Negara yang merdeka dan berdaulat,

persatuan Indonesia merupakan paktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa

Indonesia bertujuan memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.

Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaan Indonesia yang

dijiwai oleh sila I dan II. Nasionalisme Indonesia mengatasi paham golongan, suku

bangsa, sebaliknya membina tumbuhnya persatuan dan kesatuan sebagai satu bangsa

yang padu tidak terpecah belah oleh sebab apapun. Hakekat pengertian itu sesuai

dengan pembukaan UUD1945 alenia ke empat dan pasal-pasal 1,32,35,dan 36 UUD

1945.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan

Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yang berarti sekelompok manusia dalam

suatu wilayah tertentu kerakyatan dalam hubungan dengan sila IV bahwa “kekuasaan

yang tertinggi berada ditangan rakyat. Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan

pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan

kesatuan bangsa kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan sadar, jujur dan

bertanggung jawab. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian

Indonesia untuk merumuskan dan memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak

Page 14: I PUTU ARI ASTAWA - simdos.unud.ac.id

iv

rakyat hingga mencapai keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau

mupakat. Perwakilan adalah suatu sistem dalam arti tata cara (prosedura)

mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara

melalui badan-badan perwakilan.

Jadi sila ke IV adalah bahwa rakyat dalam menjalankan kekuasaannya melalui

sistem perwakilan dan keputusan-keputusannya diambil dengan jalan musawarah

dengan pikiran yang sehat serta penuh tanggung jawab baik kepada Tuhan yang maha

Esa maupun kepada rakyat yang diwakilinya. Hakekat pengertian itu sesuai dengan

pembukaan UUD alenia empat dan pasal-pasal 1,2,3,28 dan 37 UUD 1945.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Keadilan social berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidabg

kehidupan, baik materi maupun spiritual. Seluruh rakyat Indonesia berarti setiap

orang yang menjadi rakyat Indonesia, baik yang berdiam diwilayah kekuasaan

Republik Indonesia maupun warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri. Jadi

sila ke V berarti bahwa setiap orang Indonesia mendapat perlakuan yang adil dalam

bidang hukum, politik, social, ekonomi dan kebudayaan.

Sila Keadilan sosial adalah tujuan dari empat sila yang mendahuluinya,

merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara, yang perwujudannya ialah tata

masyarakat sdil-makmur berdasarkan Pancasila. Hakekat pengertian itu sesuai dengan

pembukaan UUD 1945 alinea kedua dan pasal-pasal 23, 27, 28, 29, 31 dan 34 UUD

1945.

Pelaksanaan pancasila secara murni dan kosenkuen untuk dapat dilaksanakan

menjadi kenyataan dalam kehidupan maka harus dipenuhi syarat syarat sebagai berikut :

a) Adanya pendorong lahir batin untuk melaksanakan Pancasila

Tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan wilayah

kekuasaan dari Sabang sampai Merauke

Terwujudnya masyarakat adil dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan

Republik Indonesia

Terwujudnya persahabatan antar bangsa dengan dasar saling menghormati

yang pada gilirannya terwujud perdamaian dunia

Page 15: I PUTU ARI ASTAWA - simdos.unud.ac.id

v

b) Ketaatan dalam melaksanakan Pancasila

c) Kesadaran untuk melakukan Pancasila

(Fahrian, 2013)

Amandemen UUD 1945

Dalam sejarah amandemen UUD 1945 terhitung sudah 4 kali UUD 1945 mengalami

amandemen (Amendment, Perubahan, tetapi bukan dalam pengertian Pergantian). Setelah 4

kali diamandemen sebanyak 25 butir tidak dirubah, 46 butir dirubah atau ditambah dengan

ketentuan lainnya. Secara keseluruhan saat ini berjumlah 199 butir ketentuan, 174 ketentuan

baru. Alasan dilakukan amandemen :

1. Lemahnya checksandbalancespadainstitusiinstitusi ketatanegaraan.

2. Executiveheavy, kekuasaan terlalu dominan berada di tangan Presiden

(hak prerogatif dan kekuasaan legislatif)

3. Pengaturan terlalu fleksibel (vide:pasal 7 UUD 1945 sebelum amandemen)

4. Terbatasnya pengaturan jaminan akan HAM

Berikut ini sejarah amandemen UUD 1945 di Indonesia.

1. Amandemen I

Amandemen yang pertama kali ini disahkan pada tanggal 19 Oktober 1999

atas dasar SU MPR 14-21 Oktober 1999. Amandemen yang dilakukan terdiri dari

9 pasal, yakni: Pasal 5, pasal 7, pasal 9, pasal 13, pasal 14,

pasal 15, pasal 17, pasal 20, pasal 21. Inti dari amandemen pertama ini adalah

pergeseran kekuasaan Presiden yang dipandang terlalu kuat (executive heavy).

2. Amandemen II

Amandemen yang kedua disahkan pada tanggal 18 Agustus 2000 dan

disahkan melalui sidang umum MPR 7-8 Agustus 2000. Amandemen dilakukan

pada 5 Bab dan 25 pasal. Berikut ini rincian perubahan yang dilakukan pada

amandemen kedua. Pasal 18, pasal 18A, pasal 18B, pasal 19, pasal 20, pasal 20A,

pasal 22A, pasal 22B, pasal 25E, pasal 26, pasal 27, pasal 28A, pasal 28B, pasal

Page 16: I PUTU ARI ASTAWA - simdos.unud.ac.id

vi

28C, pasal 28D, pasal 28E, pasal 28F, pasal 28G, pasal 28H, pasal 28I, pasal 28J,

pasal 30, pasal 36B, pasal 36C. Bab IXA, Bab X, Bab XA, Bab XII, Bab XV, Ps.

36A. Inti dari amandemen kedua ini adalah Pemerintah Daerah, DPR

dan Kewenangannya, Hak Asasi Manusia, Lambang Negara dan Lagu

Kebangsaan.

3. Amandemen III

Amandemen ketiga disahkan pada tanggal 10 November 2001 dan

disahkan melalui ST MPR 1-9 November 2001. Perubahan yang terjadi dalam

amandemen ketiga ini terdiri dari 3 Bab dan 22 Pasal. Berikut ini detil dari

amandemen ketiga. Pasal 1, pasal 3, pasal 6, pasal 6A, pasal 7A, pasal 7B, pasal

7C, pasal 8, pasal 11,pasal 17,pasal 22C, pasal 22D, pasal 22E, pasal 23, pasal

23A, pasal 23C, pasal 23E, pasal 23F, pasal 23G, pasal 24, pasal 24A, pasal24B,

pasal24C. Bab VIIA, Bab VIIB, Bab VIIIA. Inti perubahan yang dilakukan pada

amandemen ketiga ini adalah Bentuk dan Kedaulatan Negara, Kewenangan MPR,

Kepresidenan, Impeachment, Keuangan Negara, Kekuasaan Kehakiman.

4. Amandemen IV

Sejarah amandemen UUD 1945 yang terakhir ini disahkan pada tanggal 10

Agustus 2002 melalui ST MPR 1-11 Agustus 2002. Perubahan yang terjadi pada

amandemen ke-4 ini terdiri dari 2 Bab dan 13 Pasal. Pasal 2, pasal 6A, pasal 8,

pasal 11, pasal16, pasal 23B, pasal 23D, pasal 24, pasal 31, pasal 32, pasal 33,

pasal 34, pasal 37. BAB XIII, Bab XIV. Inti Perubahan: DPD sebagai bagian

MPR, Penggantian Presiden, pernyataan perang, perdamaian dan perjanjian, mata

uang, bank sentral, pendidikan dan kebudayaan, perekonomian nasional dan

kesejahteraan sosial, perubahan UUD.

Tujuan dari dilakukannya amandemen UUD 1945 yang terjadi hingga 4 kali ini adalah

menyempurnakan aturan-aturan mendasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM,

pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain

yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Sejarah amandemen

UUD 1945 yang dilakukan berdasarkan kesepakatan diantaranya tidak mengubah

Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI), dan juga mempertegas sistem pemerintahan presidensil.

Page 17: I PUTU ARI ASTAWA - simdos.unud.ac.id

vii

(Rahayu, 2013)

2.8 Kelembagaan Negara sebelum dan Sesudah UUD 1945 di Amandemen

Perbandingan pengaturan antar lembaga Negara sebelum dan sesudah

Amandemen:

A. Sebelum Amandemen

1. MPR, sebagai pelaksana kedaulatan rakyat, mempunyai kekuasaan untuk

menetapkan UUD, GBHN, memilih Presiden dan Wakil Presiden serta mengubah

UUD

2. Presiden, yang berkedudukan dibawah MPR, mempunyai kekuasaan yang luas

yang dapat digolongkan kedalam beberapa jenis:

1) Kekuasaan penyelenggaran pemerintahan;

2) Kekuasaan didalam bidang perundang undangan, menetapakn PP, Perpu;

3) Kekuasaan dalam bidang yustisial, berkaitan dengan pemberian grasi, amnesti,

abolisi dan rehabilitasi;

4) Kekuasaan dalam bidang hubungan luar negeri, yaitu menyatakan perang,

membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain, mengangkat duta dan

konsul.

3. DPR, sebagai pelaksana kedaulatan rakyat mempunyai kekuasaan utama, yaitu

kekuasaan membentuk undang-undang (bersama-sama Presiden dan mengawasi

tindakan presiden.

4. DPA, yang berkedudukan sebagai badan penasehat Presiden, berkewajiban

memberikan jawaban atas pertanyaan presiden dan berhak mengajukan usul kepada

pemerintah

5. BPK, sebagai “counterpart” terkuat DPR, mempunyai kekuasaan untuk memeriksa

tanggung jawab keuangan Negara dan hasil pemeriksaannya diberitahukan kepada

DPR.

6. MA, sebagai badan kehakiman yang tertinggi yang didalam menjalankan tugasnya

tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan pemerintah.

B. Setelah Amandemen

Page 18: I PUTU ARI ASTAWA - simdos.unud.ac.id

viii

1. MPR, Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi negara

lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK, menghilangkan

kewenangannya menetapkan GBHN, menghilangkan kewenangannya mengangkat

Presiden (karena presiden dipilih secara langsung melalui pemilu), tetap berwenang

menetapkan dan mengubah UUD, susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri

dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan angota Dewan Perwakilan Daerah yang

dipilih secara langsung melalui pemilu.

2. Presiden, Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan memperbaiki tata cara

pemilihan dan pemberhentian presiden dalam masa jabatannya serta memperkuat

sistem pemerintahan presidensial, Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan

kepada DPR, Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua periode

saja, Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta harus memperhatikan

pertimbangan DPR, kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi harus

memperhatikan pertimbangan DPR, memperbaiki syarat dan mekanisme

pengangkatan calon presiden dan wakil presiden menjadi dipilih secara langsung

oleh rakyat melalui pemilu, juga mengenai pemberhentian jabatan presiden dalam

masa jabatannya.

3. DPR, Posisi dan kewenangannya diperkuat, mempunyai kekuasan membentuk UU

(sebelumnya ada di tangan presiden, sedangkan DPR hanya memberikan

persetujuan saja) sementara pemerintah berhak mengajukan RUU, Proses dan

mekanisme membentuk UU antara DPR dan Pemerintah, Mempertegas fungsi

DPR, yaitu: fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan sebagai

mekanisme kontrol antar lembaga negara.

4. BPK, Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD,

berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN) dan

daerah (APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan

ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum, berkedudukan di ibukota negara dan

memiliki perwakilan di setiap provinsi, mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi

pengawas internal departemen yang bersangkutan ke dalam BPK.

5. DPD, Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan

kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah ditiadakannya

Page 19: I PUTU ARI ASTAWA - simdos.unud.ac.id

ix

utusan daerah dan utusan golongan yang diangkat sebagai anggota MPR,

keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan negara Republik

Indonesia, dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu,

mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU yang berkaitan

dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, RUU lain yang berkait dengan

kepentingan daerah.

6. Mahkmah Agung, Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kekuasaan

kehakiman, yaitu kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan

hukum dan keadilan [Pasal 24 ayat (1)], berwenang mengadili pada tingkat kasasi,

menguji peaturan perundang-undangan di bawah Undang-undang dan wewenang

lain yang diberikan Undang-undang.di bawahnya terdapat badan-badan peradilan

dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan

Peradilan militer dan lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN), badan-

badan lain yang yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur

dalam Undang-undang seperti: Kejaksaan, Kepolisian, Advokat/Pengacara dan lain-

lain.

7. Mahkamah Konstitusi, Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian

konstitusi (the guardian of the constitution), Mempunyai kewenangan: Menguji UU

terhadap UUD, Memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara, memutus

pembubaran partai politik, memutus sengketa hasil pemilu dan memberikan

putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden dan atau

wakil presiden menurut UUD, Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan

masing-masing oleh Mahkamah Agung, DPR dan pemerintah dan ditetapkan oleh

Presiden, sehingga mencerminkan perwakilan dari 3 cabang kekuasaan negara yaitu

yudikatif, legislatif, dan eksekutif.

(Mitra, 2010)

Page 20: I PUTU ARI ASTAWA - simdos.unud.ac.id

x

KESIMPULAN

Simpulan

Berdasarkan paper tentang sistem ketatanegaraan ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa

Undang-undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang disampingnya Undang-

undang dasar itu berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis. Sebagai hukum dasar, UUD

1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari keseluruhan produk hukum di Indonesia.

UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD 1945

mengontrol apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan norma hukum

yang lebih tinggi. Apabila UUD merupakan sumber hukum tertinggi yang berlaku di

Indonesia, maka pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi

perjuangan dan tekad bangsa Indonesia, yang merupakan sumber dari cita hukum dan cita

moral yang ingin ditegakan baik dalam lingkungan nasional, maupun dalam hubungan

bangsa-bangsa di Dunia.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, alangkah baiknya jika kita jauh lebih menghargai

Pancasila, UUD 1945. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Mentaati UUD

1945 sebagai sumber hukum tertinggi.

Page 21: I PUTU ARI ASTAWA - simdos.unud.ac.id

xi

DAFTAR PUSTAKA

Fahrian, Rizki. 2013. Hakikat Sila-Sila Pancasila.

rizkifahrian09.blogspot.co.id/2013/11/hakikat-sila-sila-pancasila.html?m=1. Diakses

pada tanggal 25 Februari 2017

Fahrizal. 2013. Pengertian UUD 1945. http://rizhalfahrizhal.blogspot.co.id/2013/02/normal-0-

false-false-false-en-us-x-none.html?m=1. Diakses pada tanggal 25 Februari 2017

Firdaus. 2012. Staat Fundamental Norm.

https://www.google.co.id/amp/s/alfirusss.wordpress.com/2012/12/12/staat-

fundalmental-norm/amp/. Diakses pada tanggal 24 Februari 2017.

Mitra. 2010. Perbandingan Lembaga-lembaga Negara sebelum dan sesudah Amandemen.

http://mitrapustaka.blogspot.nl/2010/10/perbandingan-lembaga-negara-sebelum-

dan.html. Diakses pada tanggal 24 Februari 2017.

Mulyana, Aina. 2015. Makna kedudukan dan Fungsi UUD.

http://ainamulyana.blogspot.co.id/2016/08/makna-kedudukan-dan-fungsi-uud-

tahun.html?m=1. Diakses pada tanggal 25 Februari 2017.

Mulyana, Aina. 2016. Pengertian Norma.

http://komunitasgurupkn.blogspot.co.id/2014/08/pengertian-norma-macam-macam-

norma-dan.html?m=1. Diakses pada tanggal 24 Februari 2017.

Rahayu. 2013. Makalah sistem ketatanegaraan.

http://shakuyaa.blogspot.co.id/2013/04/makalah-sistem-ketatanegaraan-ri.html?m=1.

Diakses pada tanggal 25 Februari 2017.

Page 22: I PUTU ARI ASTAWA - simdos.unud.ac.id

xii

Sugianto. 2015. Pengertian Fungsi dan Kedudukan UUD.

artonang.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-fungsi-dan-kedudukan-uud-

1945.html?m=1. Diakses pada tanggal 25 Februari 2017.