blonk karya putu wijaya

31
BLONK KARYA : PUTU WIJAYA DISEBUAH TAMAN LAPANG, SEKELOMPOK ORANG SEDANG MERAYAKAN HARI PROKLAMASI KEMERDEKAAN. SEMUA TERLIBAT DALAM KEGIATAN YANG MERIAH, BAHKAN ADA JUGA YANG DEMONSTRASI SILAT, SEMUA TAMPAK KOMPAK. KEMUDIAN MUNCUL DALANG KETENGAH ARENA. DALANG : Para penonton sekalian, inilah sebuah sandiwara untuk menyongsong hari Proklamasi, berjudul “Hilangnya sebuah Bendera”. Eng, ingggg, eng, dengan susunan pemain.......... Stop, stop. (PADA KELOMPOK). Nah, saudara-saudara, pada hari inilah bangsa kita telah melejit menunjukkan dirinya sebagai satria sejati. Dengan bangga kita rebut kemerdekaan ini, kita kibarkan bendera kebangsaan dan kita tegakkan kehormatan kita sebagai bangsa yang mempunyai kepribadian. Hidup Para Pahlawan Bangsa !!! RAKYAT : (BERSORAK MENYAMBUT UCAPAN) DALANG : Tetapi setelah kemerdekaan ini kita rebut, banyak sekali tugas – tugas yang menanti kita, banyak tantangan – tantangan yang harus kita hadapi, agar bendera pusaka berkibar sepanjang masa. Oleh sebab itu kita jangan lengah terhadap musuh dalam selimut (TEMPO) Mereka sebetulnya saudara – saudara kita juga. Cuma mereka jadi malas, dengki, penuh hawa napsu dan licik. Tetapi yang jelas, mereka melempem. Mereka jadi jahat dan jadi pencuri dirumahnya sendiri. Kita harus waspada. Berjaga setiap saat, pasangan kesadaran setiap detik, kobarkanlah terus semangat juang yang dulu. Sebab kalau tidak kita akan diterkam dari belakang. Pahammmm !!! RAKYAT : (MENYAMBUT UCAPAN)

Upload: septi-sharah-soneta

Post on 13-Apr-2017

224 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Blonk karya putu wijaya

BLONK

KARYA : PUTU WIJAYA

DISEBUAH TAMAN LAPANG, SEKELOMPOK ORANG SEDANG MERAYAKAN HARI PROKLAMASI

KEMERDEKAAN. SEMUA TERLIBAT DALAM KEGIATAN YANG MERIAH, BAHKAN ADA JUGA YANG

DEMONSTRASI SILAT, SEMUA TAMPAK KOMPAK. KEMUDIAN MUNCUL DALANG KETENGAH ARENA.

DALANG : Para penonton sekalian, inilah sebuah sandiwara untuk menyongsong hari Proklamasi,

berjudul “Hilangnya sebuah Bendera”. Eng, ingggg, eng, dengan susunan pemain.......... Stop,

stop. (PADA KELOMPOK). Nah, saudara-saudara, pada hari inilah bangsa kita telah melejit

menunjukkan dirinya sebagai satria sejati. Dengan bangga kita rebut kemerdekaan ini, kita

kibarkan bendera kebangsaan dan kita tegakkan kehormatan kita sebagai bangsa yang

mempunyai kepribadian.

Hidup Para Pahlawan Bangsa !!!

RAKYAT : (BERSORAK MENYAMBUT UCAPAN)

DALANG : Tetapi setelah kemerdekaan ini kita rebut, banyak sekali tugas – tugas yang menanti kita,

banyak tantangan – tantangan yang harus kita hadapi, agar bendera pusaka berkibar

sepanjang masa. Oleh sebab itu kita jangan lengah terhadap musuh dalam selimut (TEMPO)

Mereka sebetulnya saudara – saudara kita juga. Cuma mereka jadi malas, dengki, penuh

hawa napsu dan licik. Tetapi yang jelas, mereka melempem. Mereka jadi jahat dan jadi

pencuri dirumahnya sendiri. Kita harus waspada. Berjaga setiap saat, pasangan kesadaran

setiap detik, kobarkanlah terus semangat juang yang dulu. Sebab kalau tidak kita akan

diterkam dari belakang. Pahammmm !!!

RAKYAT : (MENYAMBUT UCAPAN)

DALANG : Bagus. Tepat pukul sepuluh nanti kita akan kibarkan lagi bendera pusaka seperti dulu. Lalu

kita mengheningkan cipta menyanyikan lagu kebangsaan dan akhirnya melepaskan balon –

balon, membunyikan petasan terus pesta pesta.

PETUGAS : Mengerti, Pak!!

DALANG : Bagus. Nah, ayo kita bergembira. (KERAMAIAN DILANJUTKAN LAGI SAMPAI WAKTU

MENUNJUKKAN PUKUL SEPULUH. SEMUANYA BERHENTI, SALAH SEORANG MAJU

MEMIMPIN UPACARA)

PETUGAS : Upacara pengibaran bendera pusaka segera dilaksanakan !

PETUGAS : (MENGULANG) Pembukaan peti pusaka mulai. (PETUGAS MEMBUKA PETI BENDERA,

MEREKA TERPEKIK KAGET)

Page 2: Blonk karya putu wijaya

PETUGAS : (MENGULANG LEBIH KERAS) Upacara mulai !!!

PETUGAS : (BINGUNG)

PETUGAS : (TAMBAH KERAS) UPACARA MUUUULAAAIIIIII !!!!!

PETUGAS : Maap Pak, tidak bisa.

PETUGAS : Kenapa?

PETUGAS : Bendera hilang (MEMPERLIHATKAN PETI YANG KOSONG, SEMUA JADI KALANG KABUT,

MENYERBU PETI, KACAU, PANIK).

DALANG : Stop, stop. Semua harap tenang !! (SEMUA JADI TENANG)

Nah, sekarang bagaimana? (PADA PETUGAS).

PETUGAS : Saudara-saudara, bendera pusaka telah hilang. Kita tidak boleh bengong dan bingung,

singsikan lengan bajumu, pakai lagi semangat berjuang yang dulu. Ayo kita cari kesegenap

penjuru sampai dapat, jangan kembali sebelum didapat. Lebih baik mati daripada

menanggung malu. Ayo cari !

SEMUA BERANGKAT MENCARI. DITENGAH JALAN MEREKA BERTEMU DENGAN SEKELOMPOK ORANG TUA.

MEREKA BERTEMU DENGAN SEKELOMPOK ORANG TUA. MEREKA KEHERANAN MELIHAT TINGKAH PARA

PENCARI ITU.

ORANG TUA : Anak-anakku, ada apa ? Kenapa kalian membawa lembing-lembing pertempuran? Apa

musuh akan menyerang kita ? Dan mengapa kalian memakai topeng, hingga aku tidak

mengenal kalian satu persatu.

WAKIL : Ada bencana !

ORANG TUA : Bencana ?! Bencana apa?

WAKIL : Bendera pusaka ada yang menodai.

ORANG TUA : Maksudmu, ada seseorang yang naik ke tiang bendera, lalu dia merobek-robeknya, begitu?

WAKIL : Bukan, bendera pusaka kita telah hilang.

ORANG TUA : Astaga !!! Bagaimana bisa terjadi ?!!

WAKIL : Kami juga geleng-geleng kepala.

ORANG TUA : Lantas bagaimana? Apakah kalian sudah menemukan jejak pencurinya ?. Terlalu sekali.

Masak bendera pusaka yang digerayangi, harta kalian kan masih banyak.

WAKIL : Kami juga lagi kebingungan.

ORANG TUA : Itu sama juga dengan makan sayur tanpa garam. Tidak bisa anak-anak. Lagi pula bendera

pusaka bukan sekedar garam dalam sayuran. Itulah kebanggaan kita, kebanggaan yang akan

Page 3: Blonk karya putu wijaya

kita rayakan. Kalau itu sudah tidak ada lagi, berarti kita tak punya lagi kebanggan yang bisa

dirayakan. Sekarang apakah kamu sadar, apa yang sebaiknya kamu lakukan ?

WAKIL : Pasti !!!

ORANG TUA : Kalian memang anak-anak yang baik (TEMPO) sebetulnya kami sudah tahu bahwa bendera

itu hilang, sebelum hari yang bersejarah ini. Dengar !! bukan aksi-aksian. Kami memang tahu.

Bukankah begitu saudara?

ORANG TUA : Benar ! Bendera itu telah raib disaat kalian sedang pesta pora dibuat kesenangan pribadi,

hingga ayah berjaga-jaga. Pada saat itulah seorang maling muncul. Ia melompat dengan

gesitnya, merogoh peti pusaka, lalu kabur bagaikan angin dan menghilang bagaikan iblis,

entah kemana (RIBUT).

ORANG TUA : Tenang !! Dalam keadaan seperti ini kalian tidak boleh gegabah, jangan panik dan jangan

sembrono. Jangan sampai otak melorot kedengkul. Berfikirlah bijaksana. Hati boleh panas

kepala tetap dingin, jangan terbawa emosi.

PEMUDA : (MAJU KEMUKA) Jadi kakek tahu bahwa bendera pusaka kita disabet maling ?

ORANG TUA : Ya. (RIBUT) Tenang ! Kalau tidak, kami takkan menjelaskan.

PEMUDA : Bagaimana kami bisa tenang. Bendera pusaka ada yang mencuri. Sekarang ketahuan lagi,

kakek-kakek ini membiarkan saja malingnya kabur. Ini terlalu namanya.

ORANG TUA : Semua ada alasannya. Akan kami jelaskan. (TEMPO) Kami memang sengaja peti itu dibawa

kabur !! (TAMBAH RIBUT)

ORANG TUA : Tenang. (AGAK REDA) Begini, kalau bendera itu tidak hilang maka kalian tidak akan tahu

cara melindunginya.

ORANG TUA : Betul. Kalau tidak hilang, kalian akan menganggap enteng hal ini. Nah sekarang jelas

bendera itu sangan berarti. Ini pelajaran yang bagus sekali, lain kali kalian harus tetap

waspada dalam keadaan yang bagaimanapun juga. Kamu paham sekarang, kenapa bendera

itu kami biarkan disamber maling? (PADA SALAH SEORANG) Kamu paham ?!

PEMUDA : Jadi ini ujian, testing. Begitu ?

ORANG TUA : Bukan. Ini terang musibah. Nanti bila sudah ketemu baru kalian bisa menamakan ujian,

testing.

PEMUDA : Saya kurang mengerti ?!!

ORANG TUA : Jadi begini. Ini bukan muslihat kami, sumpah. Kami tidak bermaksud menjebak kamu

supaya waspada. Ini suara para pahlawan yang bangkit lagi, karena mereka mengganggap

kalian telah menyia-nyiakan kepercayaan mereka.

PEMUDA : Dibawa kemana?

Page 4: Blonk karya putu wijaya

ORANG TUA : Ketempat yang lebih layak. Sebab bendera pusaka itu harus tetap suci. Aku bertemu

dengan mereka, katanya terpaksa mereka mengasingkannya sampai keadaan benar-benar

pulih kembali. Bila sudah benar-benar aman, baru meereka akan mengembalikannya.

Mereka pesan padaku, agar kalian tidak boleh berhenti berjuang akan membuat mereka

kecewa.

PEMUDA : Dimana kakek bertemu dengan dia ?

ORANG TUA : Dua hari yang lalu.

PEMUDA : Masak, dimana?

ORANG TUA : Disuatu tempat yang tenang dan indah.

PEMUDA : Dihotel ya?

ORANG TUA : Bukan.

PEMUDA : Di Taman Pahlawan ?

ORANG TUA : Anak-anak. Kami betul-betul bertemu dengan mereka. Ya, mereka sangat prihatin sekali,

karena bendera itu kamu sia-siakan.

PEMUDA : Kami percaya, tapi dimana ?

ORANG TUA : Kalau kami sebutkan dalam mimpi, pasti kalian semua akan tertawa.

PEMUDA : Lho, kenapa ?

ORANG TUA : Karena disitulah kami bertemu dengan mereka. Tapi dimana saja, itu kan tidak penting.

Yang penting adalah pesan-pesannya. Mereka mengatakan, bahwa kamu semua telah jadi

pengecut. Padahal katanya sekaranglah dibutuhkan pahlawan sejati, seorang Warga Negara

teladan.

PEMUDA : He, kakek juga bertemu dengan mereka? Kalau saya yang bertemu dengan

mereka.............................

ORANG TUA : Kamu mau bilang apa ?

PEMUDA : Saya akan bilang dan menjawab semua kata-katanya. Maksud saya, kenapa kakek Cuma

diam saja, seharusnya kan kakek tidak membiarkan bendera itu dibawa kabur.

ORANG TUA : Lalu kakek mesti bilang bagaimana?

PEMUDA : Kakek harus mereka dong, sebab ini merepotkan. Atau paling tidak jangan melakukan yang

begituan hari.

ORANG TUA : Kakek sudah bilang begitu.

PEMUDA : Kakek juga harus bilang: “Tak seorangpun sekarang yang mau jadi pahlawan, kami

semua ingin hidup lebih tenang, lebih baik. Kami ingin menebus hal yang dulu tidak sempat

direguk oleh mereka-mereka yang telah gugur itu.

Page 5: Blonk karya putu wijaya

ORANG TUA : Mereka sudah tau. Ini tidak bisa diteruma. Kalian terlalu memikirkan kepentingan pribadi,

sehingga kalian lupa kepentingan bersama yang lebih penting.

PEMUDA : Lho, kepentingan pribadi kan tiap hari, sedangkan kepentingan bersama kan Cuma sekali-

kali, jangan kacaukan ah.

ORANG TUA : Cara membagi kepentingan pribadi dikiri dan kepentingan umum dikanan atau sebaliknya

adalah cara yang dipakai oleh seorang pedagang, itu tidak boleh.

ORANG TUA : Sudahlah, sekarang carilah bendera pusaka itu !

ORANG TUA : Jangan banyak bertanya lagi. Cari dulu baru berunding.

PEMUDA : Wah, payah kalau begini.

ORANG TUA : Kenapa?

PEMUDA : Sekarang kami yakin, bendera itu disembunyikan. Bukan hilang.

ORANG TUA : Memang !

PEMUDA : (TAK PERCAYA) Sekarang kami yakin, bendera itu bukan hilang, tetapi disembunyikan.

ORANG TUA : Memang !

WAKIL : Dengar ! Sekarang jelas siapa pencurinya. Kita berhadapan dengan musuh dalam selimut.

ORANG TUA : Apakah kami yang kamu sangka musuh dalam selimut?

WAKIL : Siapa lagi?

ORANG TUA : Kami bersumpah, kami tidak menyembunyikan bendera itu.

ORANG TUA : Kalau kami menyembunyikannya, biar kamu semua ditubruk sepur sampah mampus.

ORANG TUA : Anak-anak, kalian jangan ngomong sembarangan. Masa kami dituduh sebagai musuh dalam

selimut. Selimut apaan. Lagian selimut apa ? Selimut siapa ? Lihat baik-baik, kami kan tidak

memakai selimut apa-apa.

PEMUDA : Kalian memakai selimut yang tidak kelihatan.

ORANG TUA : Kalau begitu selimut ajaib dong.

PEMUDA : Selimut dari masa lalu yang telah lapuk ! Selimut itu lebih berbahaya dari musuh yang

nyata. Kakek semua telah masuk perangkap ! (PADA TEMAN-TEMANNYA) Saudara-saudara,

kita harus membebaskan kakek-kakek kita ini.

PEMUDA : Itulah yang harus kita lakukan sekarang.

PEMUDA : Siapkan diri kalian masing-masing.

WAKIL : (MAJU) Kakek yang tercinta.

ORANG TUA : Ya, ada apa?

WAKIL : Bersiaplah !

ORANG TUA : Bersiap bagaimana ?

Page 6: Blonk karya putu wijaya

WAKIL : Mungkin kami akan jadi anak-anak durhaka dipandang dari sudut famili, tapi dari sudut

kebutuhan kami adalah wajar.

ORANG TUA : Tentu saja.

ORANG TUA : Apakah kalian akan durhaka kepada kami, misalnya mencoba merebut bendera yang kami

sembunyikan ini.

ORANG TUA : Ssssttt !!! Jangan terlalu jauh.

ORANG TUA : Habis kita kan tidak menyembunyikan apa-apa.

ORANG TUA : Percayalah anak-anak. Kalau bendera itu hilang, adalah karena kalian yang teledor, bukan

karena kami yang menyembunyikannya.

PEMUDA : Kalian dengar semua ! Upacara suci ini berantakan gara-gara mereka hendak mengajarkan

moral pada kita. Moral yang sudah kita ketahui, bahwa kita harus jadi pahlawan.

ORANG TUA : Bukan itu saja.

PEMUDA : Bahwa kita harus sederhana dan mawas diri.

ORANG TUA : Bukan itu saja.

PEMUDA : Terlalu panjang bila disebutkan satu persatu. Bertele-tele !

PEMUDA : Karena semua itu memang bukan untuk disebut, tetapi dihayati dan dipraktekkan.

WAKIL : Begini saja. Kalau kakek mencurinya, tidak palah. Nah, sekarang serahkan lagi pada kami.

Hari ini berjuta-juta rakyat menanti ditanah lapang diantaranya masih banyak yang belum

pernah melihat bendera pusaka. Tolonglah melancarkan jalannya upacara suci ini.

ORANG TUA : Tidak !!!!

WAKIL : Apa artinya. Tidak !!!

ORANG TUA : Artinya begini.... Kami tidak akan mengembalikannya, sebab kami tidak pernah mencurinya.

Tapi kami akan mengikuti kalian ke tanah lapang. Kamilah yang akan mengibarkannya.

Lihatlah nanti, betapa agungnya bendera pusaka ini. Ya. Kami berhasil menyelamatkannya,

sebag bendera yang dicuri itu sebetulnya palsu dan ini yang asli. Kami memang menduga

akan ada pencurian seperti ini. Inilah gunanya kehadiran kami disamping kalian yang muda-

muda, yang penuh semangat, penuh ambisi, tapi sembrono. Lihat ! Coba bawa sini petinya.

(KAKEK YANG LAIN MEMBAWA BUNGKUSAN)

ORANG TUA : Lihat. Jangan kalian kira kami sudah tua lalu jadi loyo. Diam-diam kami juga mengikuti

kalian. (MENYERAHKAN)

ORANG TUA : Kami memang tidak suka banyak bicara tetapi tetap berjuang !

ORANG TUA : Pencuri-pencuri itu sedang bergembira. Diasingkannya mereka bisa mengehentikan

jalannya upacara suci ini. Nyatanya, lihatlah kemari, barang ini tetap aman ditangan kita.

Page 7: Blonk karya putu wijaya

Mari anak-anak. Saksikanlah lambang perjuangan kita ini. (MEMBUKA PETI) Lho! (TERNYATA

PETI ITU JUGA KOSONG)

SEMUA KAKEK-KAKEK MERUBUNG PETI YANG DIPEGANG TEMANNYA.

ORANG TUA : Astaga ! Siapa yang mencuri pusaka kita.

ORANG TUA : Musibah ! Musibah !

ORANG TUA : Siapa yang tahu ?

PEMUDA : Isinya sudah tidak ada kan ?

ORANG TUA : Kemana ?

PEMUDA : Kan sudah kami hilang-hilang.

PEMUDA : Hilang artinya tak ada lagi ditempatnya lagi.

ORANG TUA : Lalu dimana ?

WAKIL : Pasti ditangan para penjahat itu.

ORANG TUA : Ya, Tuhan. (PINGSAN)

ORANG TUA : (MEMEGANG YANG PINGSAN) Lalu sekarang bagaimana ?

WAKIL : Ya, harus dicari.

ORANG TUA : Ya, cari cepat ! Jangan Cuma ngomong melulu. (HENDAK MEMUKUL KENTONGAN)

WAKIL : Sebentar.

ORANG TUA : Jangan buang-buang waktu lagi.

ORANG TUA : Ini musibah. Jangan main ayal lagi.

ORANG TUA : Kalau upacara ini sampai gagal, kita malu. Kehormatan kita akan amblas diluar negri.

ORANG TUA : Pukul kentongan. Lekas pergi !

WAKIL : Pasti kami cari. Karna ini memang tugas kami.

ORANG TUA : Kalau begitu kenapa masih pada bengong. Mau bentuk panitia lagi.

WAKIL : Tidak.

ORANG TUA : Mau menganjurkan anggaran biaya?

WAKIL : Bukan.

ORANG TUA : Makanya cepat dicari.

ORANG TUA : Sadarlah anak –anak. Ini peristiwa besar. Nyawa boleh hilang, tapi pusaka jangan sampai.

Rasa malu, kehilangan kehormatan lebih penting dari segalanya. Jangan foya – foya lagi.

Berangkat sekarang. Ayo cari, gengsi dong.

ORANG TUA : Ayo cari. Atau perlu kami marah dulu.

ORANG TUA : Apa minta digampar dulu.

Page 8: Blonk karya putu wijaya

WAKIL : Ya, ya. Kami akan segera mencari, tapi ..............

ORANG TUA : Apa lagi !

WAKIL : Berikan kami restu dulu.

ORANG TUA : (PADA TEMANNYA) Berikan ! (TEMANNYA MEMBERI RESTU)

WAKIL : Terimakasih.

MUDA : Ayo kawan – kawan siap semuanya. (SEMUANYA SIAP HENDAK PERGI)

ORANG TUA : Sebentar ! (MELEMPAR KOCEK UANGNYA) Ini untuk transport.

MUDA : (MENANGKAP KOCEK) Terimakasih.

ORANG TUA : Selamat jalan anak – anakku, semoga Tuhan menyertaimu.

WAKIL : Selamat tinggal kakek – kakekku.

PAMBUR DIPUKUL, SEMUA MENINGGALKAN TEMPAT ITU. MEREKA BERJALAN DENGAN TERATUR,

MEMBAWA LEMBING – LEMBING PERTEMPURAN MEREKA.

ORANG PINGSAN : Bagaimana ?

ORANG TUA : Tenanglah, kita harus lebih banyak berdoa.

ORANG PINGSAN : Jadi belum ketemu ?

ORANG TUA : Baru mau dicari.

ORANG PINGSAN : Oalahhhh. (PINGSAN LAGI DAN DIBAWA MASUK).

DISUATU TEMPAT SEJUMLAH ORANG SEDANG MENYANYIKAN LAGU – LAGU SEDIH. MEREKA SEDANG BELA

SUNGKAWA ATAS HILANGNYA BENDERA PUSAKA. TIBA – TIBA SALAH SEORANG MAJU

KEMUKA MEMBACA DEKLAMASI, MUNCUL DALANG.

DALANG : Stop, stop. (SEMUA BERHENTI) Apa – apaan ini.

DEKLAMATRIS : Saya sedang membaca sajak, teman – teman saya sedang menyanyi. Nama saya Pertiwi,

umur saya ........

DALANG : Bukan itu yang saya maksud, kenapa kalian menyanyi dan berdeklamasi, padahal seluruh

rakyat sedang sedih.

DEKLAMATRIS : Apakah kami dilarang bersedih dengan cara kami ?

DALANG : Menurut kamu sendiri, boleh apa tidak ?

DEKLAMATRIS : Kalau boleh kenapa ? Kalau tidak boleh kenapa ?

DALANG : Kalian harus ikut mencari.

DEKLAMATRIS : Inilah cara kami mencari. Ayo kawan – kawan tancap lagi !

Page 9: Blonk karya putu wijaya

MEREKA MELANJUTKAN CARA MEREKA LAGI, MALAH TAMBAH SEMANGAT.

DALANG : Stop, stop.

DEKLAMATRIS : (MENGGERUTU) Bapak nggak ada kerjaan ya ! Mengganggu aja.

DALANG : Ini bahaya ! Bagaimana kalau penjahat itu muncul ?

DEKLAMATRIS : Mereka bukan penjahat. Mereka dalah saudara – saudara kita juga yang perlu dibimbing,

mereka sedang keliru.

DALANG : Lho, malah memberi nasehat.

DEKLAMATRIS : Iya dong. Dari pada Bapak yang memberi nasehat ngawur lebih baik ya dinasehati terlebih

dahulu.

DALANG : Eh, pintar ngomong juga. Mahasiswi ya?

DEKLAMATRIS : Kelihatannya bagaimana ?

DALANG : Sebentar lagi bakalan diciduk.

DEKLAMATRIS : Oleh penjahat itu maksudnya ?

DALANG : Ya. Paling tidak oleh kesibukan kalian yanag cenderung menyenang – nyenangkan diri

kalian itu. Padahal kita semua sedang berkabung. Paham maksud saya ?

DEKLAMATRIS : Nggak !

DALANG : Begini, sebagai anak muda kita harus ......

TIBA – TIBA SI DEKLAMATRIS MENINGGALKAN DALANG YANG BELUM HABIS BICARA. IA MENGHAMPIRI

TEMAN – TEMANNYA. BEBERAPA SAAT IA SUDAH KEMBALI LAGI.

DALANG : Mau ngomong apa?

DEKLAMATRIS : Temen – temen saya disana menanyakan : “Mengapa saya berhenti membaca sajak, dan

mengapa mereka berhenti bernyanyi?”

DALANG : Lantas kamu jawab apa ?

DEKLAMATRIS : Apa perlu saya jawab ?

DALANG : Adik kan tadi menjawab disana.

DEKLAMATRIS : Jangan panggil saya adik.

DALANG : Zus.

DEKLAMATRIS : Saya bukan Zus.

DALANG : (KIKUK. MENUNJUK SI DEKLAMATRIS DENGAN ISYARAT) Kan tadi menjawab disana.

Mengatakan apa saja.

DEKLAMATRIS : Saya mengatakan disana, bahwa saya sedang menghadap orang gila.

DALANG : Bukan saya kan ?

Page 10: Blonk karya putu wijaya

DEKLAMATRIS : Siapa lagi? (MENCIBIR)

SI DEKLAMATRIS KEMBALI KEPADA TEMAN – TEMANNYA. MEREKA MULAI LAGI, DALANG MENUNGGU

DENGAN SABAR. LALU SETELAH SELESAI SATU LAGU, IA CEPAT – CEPAT MEMOTONG.

DALANG : Stop, stop! (MENGHAMPIRI SI DEKLAMATRIS) Kenapa kamu bilang saya gila ?

DEKLAMATRIS : Karena ini. (SEMUA TERTAWA)

DALANG : (KESAL) Stop, stop. Kalau kalian menyanyi terus , lalu bagaimana bendera pusaka itu dapat

ditemukan ?

DEKLAMATRIS : Ya, nggak tahu.

DALANG : Makanya jangan ayal – ayalan lagi.

DEKLAMATRIS : Yang ayal kan bapak, dari tadi ngoceh melulu.

DALANG : Lho, saya kan dalang. Dalang ya mesti ngoceh.

DEKLAMATRIS : Ngoceh ya ngoceh. Tapi jangan kemari dong. Kesono noh kepenonton !

DALANG : Mereka semua sudah tau koq.

DEKLAMATRIS : Nggak bisa ! (MENDEKATI PENONTON) Iya mas sudah tahu. Belum kan ? (BERBISIK) Bilang

belum gitu. Tuh, mereka semua belum tahu. Makanya kasih tahu dong. Jadi, biarkan kami

meneruskan kesibukan kami sendiri. Ayo, tancap lagi. (MEREKA MENERUSKAN LAGI,

SEMENTARA DALANG BICARA SAMA PENONTON MENJELASKAN)

DALANG : (TERUS BICARA) Masaka saudara – saudara tidak tahu. Mungkin nggak percaya, tapi

saudara – saudara lihat sendiri kan bendera itu hilang. Ini persoalan gawat saudara – saudra,

kita harus segera mencarinya. (KELOMPOK NYANYI ITU TERUS MENYANYI).

DALANG : Kalau bendera pusaka kita sampai hilang, berarti kita tidak becus menjaganya, berarti kita

tidak menghormati jasa Imam Bonjol, Teuku Umar, Cut Nyak dien, Sultan Hassanuddin,

Untung suropati, P. Diponegoro, pattimura, Ngurah Rai, Si Singa Mangaraja, Jendral

Sudirman dan lain – lainnya. Setelah merdeka kenapa jadi gontok – gontokan, saling sikut –

sikutan. Kenapa kita jadi kehilangan semangat yang dulu pernah kita miliki. Setelah merdeka

kenapa kita jadi goblok, bloon, bego dan seterusnya dan seterusnya. (TEMPO) Saudara –

saudara, mengisi kemerdekaan itu lebih sulit dari pada kita merebutnya dari tangan penjajah

tempo hari. Membangun, menumbuhkan diri untuk mencapai masyarakat yang adil dan

makmur, bukan kerjaan yang gampang. Ini memerlukan pahlawan – pahlawan yang lebih

perkasa dan jujur. Kemakmuran yang betul – betul dapat dirasakan oleh seluruh lapisan

masyarakat. Bukan kemakmuran bagi mereka yang pinter kong kali kong, tapi betul – betul

adil, merata.

Page 11: Blonk karya putu wijaya

KETIKA DALANG BERBICARA TADI, MASUKLAH BEBERAPA ORANG BERTOPENG. MEREKA LANGSUNG

MENGHAJAR KELOMPOK YANG NYANYI YANG HANYA DIAM SAJA DIGASAK MEREKA,

AKHIRNYA KELOMPOKNYANYI ITU MATI SATU PERSATU.

DALANG : Ingatlah saudara – saudara. Sekarang kita sedang kehilangan bendera pusaka, bendera

yang paling berharga. Kalau hal ini kita anggap enteng, lama – lama kita akan kehilangan

hidung kita, mata kita, mulut kita, lalu akhirnya kita akan kehilangan otak kita. Maka jadilah

manusia yang hidup tanpa otak alias boneka. (IA MENENGOK PADA KELOMPOK NYANYI

YANG BERGELIMPANGAN) Lho ! (IA TERKEJUT TAPI AKHIRNYA IA MAKLUM) Nah, lihat

akibatnya. Betul nggak kata saya. (MEMERIKSA) Tak ada yang masih hidup. Semua mampus.

(PADA PENONTON) Apa saudara – saudara yang mengganyang mereka. (EXIT)

GANTI EPISODE. DISEBUAH TEMPAT SEJUMLAH PENJAHAT SEDANG PESTA PORA. MEREKA TERTAWA –

TAWA. SALAH SEORANG MELETAKKAN PETI YANG BERHASIL MEREKA GARONG, SETELAH

ITU DATANG BOS MEREKA.

BOSS : Sesudah tertawa, sekarang marilah kita berfikir. Bagaimana caranya kita kerjain ini cewek.

Kamu semua hebat menjalankan tugas dengan baik dan berani. Memang, merampok bukan

tugas yang enteng. Merampok membutuhkan nyali yang betul –betul macan, tidak seperti

korupsi. Mereka pengecut yang suka bersembunyi dibalik jabatan dan suka mengandalkan

backing. Tapi orang – orang menganggap bahwa perbuatan kitalah yang paling terkutuk,

padahal kenyataannya tidak demikian. Setidak – tidaknya kita masih lebih terhormat

dibanding koruptor – koruptor itu, tapi biarin. (TEMPO) Sebetulnya kalian sudah sepatutnya

menerima bintang jasa. Berhubung pemerintah nggak mungkin memberinya – lagi pula kita

nggak butuh bintang jasa, yang penting duit. Nah sekarang aku akan kasih kamu duit saja.

Ayo pesta pora, maboklah tujuh hari tujuh malam. (MELEMPARKAN KOCEK UANGNYA) Ayo

kita rayakan kemenangan kita hari ini. Biarkan orang – orang pada blingsatan karena

perbuatan kita dan kita akan masuk sejarah, asssyooooy !! (SEMUA BERSORAK) Nah

sekarang jangan takut, bagian kalian tidak akan dipotong. Lihatlah hasil rampokan kita belum

dikutak – kutik, masih utuh. Nanti kita kan bagi secara adil dan merata. Ini persenan, ayo

ambil. Apa masih kurang. (MENAMBAH LAGI) he, kamu ! Apa kamu sudah buta, itu duit !!

Ambil, apa kamu nggak doyan duit lagi.

PENJAHAT : Doyan sih boss, tapi.....

BOSS : Makanya ambil !

Page 12: Blonk karya putu wijaya

PENJAHAT : Begini boss, kami semua sudah menjalan tugas dengan baik, kan ?

BOSS : Kan aku sudah bilang tadi.

PENJAHAT : Maksud kami, jangan sampai sukses kita ini jadi hancur gara – gara kita lengah.

BOSS : Siapa bilang aku lengah, hah ! (MELAKUKAN GERAKAN SILAT) Bilang ! Ayo bilang siapa, biar

aku tumbuk kepalanya.

PENJAHAT : (MAJU) Saya !

BOSS : Kamu ? Berani bilang aku lengah ?!

PENJAHAT : Kenapa nggak berani.

BOSS : Sialan kamu. (MENYERANG KALANG KABUT)

PENJAHAT : Sabar boss ! (MENGELAK) Kalau saya digenjot, kan bisa mati.

BOSS : Biar ! Biar kamu mampus, kamu mau coba – coba aku ya.

PENJAHAT : Saya nggak ngelawan, Cuma saya bilang kita jangan lengah. (MENGELAK) Kenapa boss jadi

sewot.

BOSS : (TERJATUH AKRENA KAKINYA DISENGKAT OLEH ANAK BUAHNYA YANG LAIN) Aduh ! Kamu

koq menyerang saya.

PENJAHAT : Begini boss. Masa kita berkelahi di depan tawanan.

BOSS : Kamu kurang ajar sekarang. Mulai hari ini kamu aku pecat.

PENJAHAT : Tapi dulu kita kan sudah berjanji akan membunuh tawanan ini dulu, baru senang – senang.

Siapa tahu dia bisa menyelamatkan diri, bagaimana ?

BOSS : Bagaimana.

PENJAHAT : Boss kan pernah bilang, kerja dulu, kalau perlu sampai mati. Kalau sudah bersih, baru

senang – senang, iya kan ? Nah sekarang perempuan ini masih hidup, masa kita senang –

senang di depan orang yang kita tawan. Itu tidak ksatria namanya. Walaupun kita penjahat,

apa salahnya kalau kita juga bersikap ksatria.

BOSS : O iya, ya. Benar juga kamu.

PENJAHAT : Itu sebabnya kami diam saja tadi.

PENJAHAT : Tapi karena boss kelihatannya sudah awas lagi dan uang ini bisa kita pungut, ya kita

pungutin saja. Dari pada nanti diambilin anak – anak, iya kan.

LALU SEMUANYA BEREBUTAN MEMUNGUTI UANG YANG DILEMPARKAN TADI.

BOSS : Ya, untungnya aku kamu ingatkan. Baiklah, sekarang kita tidak boleh lengah lagi. Siap

semua !!!

PENJAHAT : Ngapain boss?

Page 13: Blonk karya putu wijaya

BOSS : Aku bilang kan siap ! Siap, siap semuanya goblok (SEMUANYA BERSIAP). Kita akan

merampok lagi, mengerti !

PENJAHAT : Jangan begitu ah.

BOSS : Jangan begitu apanya?

PENJAHAT : Saya kan tadi mengusulkan. Akan kita apakan perempuan ini. Bukan begitu?

BOSS : Ingin kalian apakan, boleh silahkan !

PENJAHAT : Bukan. Maksud saya bukan ingin memperkosanya, koq.

PENJAHAT : Bukan. Maksud saya bukan ingin memperkosanya !

BOSS : Kalau mau boleh – boleh saja.

PENJAHAT : Bukan begitu. Masak syaa bermaksud begitu ? Tidak kan ?

BOSS : Nggak ah !

PENJAHAT : Maksudnya kita ini jangan terlalu loba.

BOSS : Jadi penjahat mesti loba tolol, kalau enggak mampuslah kau !

PENJAHAT : Kita kan sudah cukup loba. Coba saja, Bendera Pusaka kita sikat. Apa yang lebih berharga

dari bendera pusaka ini, coba !

BOSS : Eh, kamu piker bendera tua ini ada artinya ? Main hayal kamu. Mana ada orang yang

perduli dengan Bendera Pusaka, paling banter mereka rebut masalah cewek ini.

PENJAHAT : Boss kita salah ini salah kan !

PENJAHAT : Salah Boss.

PENJAHAT : Kita jangan meremehkan Bendera Pusaaka ini Boss.

BOSS : Apa artinya bendera bulukan begini, coba?

PENJAHAT : Itu bendera Pusaka yang dikibarkan puluhan tahun yang lalu, kan?

BOSS : Aku tahu.

PENJAHAT : Tahunya setelah saya kasai tahu kan?

BOSS : Engga, engga.

PENJAHAT : Bendera itu kan bendera kita juga.

BOSS : Memang. Makkanya aku suruh kalian merampoknya. Mereka kan nggak bakalan perduli.

PENJAHAT : Salah dong Boss. Dengar Boss, mereka berteriak – teriak. Upacara jadi terhenti, bahkan

kacau, sekarang mereka pasti sedang menguntit kita.

PENJAHAT : Kalau kita ketahuan, pasti kita disikat.

BOSS : Kalau mereka menyiat kita, kita sikat juga mereka, mau apa?

PENJAHAT : Tapi lebih aman kita kembalikan bendera ini. Ini kan engga berharga. Kita engga butuh

beginian, kan. Kita butuh duit saja.

Page 14: Blonk karya putu wijaya

BOSS : Siapa bilang engga berharga. Kalian tahu engga apa isi peti ini. Bendera Pusaka tahu engga !

Seluruh dunia engga ada yang punya beginian.

PENJAHAT : Tadi kan boss sendiri yang bilang enggak berharga.

BOSS : Tadi yah …… tadi. Tadi kan Cuma mau ngibulin kamu, abis kamu ngomong terus, ini sudah

keterlaluan. Pkoknya kamu sekarang jangan banyak mulut. Ayo sikat saja perempuan ini.

PENJAHAT : Kalau begitu boleh dong lihat dulu ?

BOSS : Alaahhhh….. pake lihat lihat segala. Udah gasak aja. Beres.

PENJAHAT : Bukan boss kita mau lihat bendera itu koq.

BOSS : Buat apaan ?

PENJAHAT : Kita berhak melihatnya.

PENJAHAT : Bagaimana kalau kita kibarkan disini, boss ?

BOSS : Enggak bisa, lagian buat apaan.

PENJAHAT : Ya, buat kita kibarkan. Biar mereka panas.

BOSS : Entar kalau merea panas, kita kan bias dicaplok, tolol.

PENJAHAT : Mana bisa. Orang nggak punya bendera bisa nyaplok kita. Inikan bendera pusaka, pasti

bertuah, sakti.

PENJAHAT : Iya ya. Keris jaman dulu juga mempunyai kekuatan. Begitu dihunus, musuh pasti jadi

klenger semua. Ini juga pasti begitu.

BOSS : Iya. Betul juga kamu. Mungkin bendera ini banyak khasiatnya. Gimana kalau kita

komersilkan. Kita suruh bikin duit.

PENJAHAT : Betul dong boss. Kita harus bisa memanfaatkan situasi.

BOSS : Ya, aku baru ingat sekarang, terimakasih ya.

PENJAHAT : Boss suka lupaan sekarang.

PENJAHAT : Habis boss sekarang ada main sih.

BOSS : Husy, diam kamu. Aku memang suka lupa pada hal yang kecil, soalnya aku selalu

memikirkan hal yang besar besar. Sekarang coba bawa kesini petinya.

PENJAHAT : Ayo ! (BEBERAPA ORANG MENGANGKAT PETI)

PENJAHAT : Aduh mantap sekali boss.

BOSS : Itu tandanya barang bermutu.

PENJAHAT : ini bau barang bermutu. Baunya saja sudah harum.

BOSS : Sekarang pejamkan mata kalian.

PENJAHAT : Buat apaan boss?

BOSS : Aku yang pertama lihat. Yang lain belakangan. Ayo tutup. (SEMUA MENUTUP MATA) Lihat

kemari, hai penjahat seluuruh jagat, lihat kemari. Dengan sangat mudahnya aku gasak

Page 15: Blonk karya putu wijaya

bendera ini yang katanya pusaka. (TERTAWA) Sebentar lagi aku akan gasak lagi bendera –

bendera di seluruh dunia ini. Yang bule, yang kuning, yang hitam, yang belang, pokoknya

semua. Tunggu saja tanggal mainnya. Biar semua tahu siapa aku, biar semua ketakutan dan

bertekuk lutut padaku.

(BOSS TERTAWA LAGI LALU MEMBUKA PETI DAN TERKEJUT) Ah ! bangsat ! Bendera kita da

yang nyolong ! (PARA PENJAHAT KAGET MEMBUKA MATA DAN MERUBUNG PETI) Sialan

kamu semua, kamu pencuri semua. (MENJAMBRET SALAH SEORANG PENJAHAT) Dimana

bendera itu.

PENJAHAT : Jangan boss. Kami betul – betul enggak tahu koq.

BOSS : (GERAM) Kamu harus bertanggung jawab.

PENJAHAT : Lho. Jangan main tuding – tudingan dong.

PENJAHAT : Mungkin ada musuh dalam selimut boss.

PENJAHAT : Makanya aku selalu bilang, kita harus waspada.

BOSS : Brengsek semua. Ayo sekarang cari sampai dapat (SEMUA BERGERAK HENDAK MENCARI )

Stop ! Mau kemana kamu ?!

PENJAHAT : Mau mencari bendera kan ?

BOSS : Cari, cari. Cari kemana tolol ?!

PENJAHAT : Ya kemana saja, pokoknya cari.

PENJAHAT : kalau perlu kita cari ke ujung dunia.

PENJAHAT : Barangkali ketinggalan dipinggir kali waktu kita mandi.

PENJAHAT : Atau barangkali disikat teman kita waktu di senen.

BOSS : Tidak ! Kalian goblok semua, tolol, bego dan lain – lain.

PENJAHAT : habis gimana dong boss?

BOSS : Bego. Sebelum nyari jauh – jauh, cari dulu disini.

PENJAHAT : Disini atau disitu boss ?

PENJAHAT : Kira – kira nyong. Mereka kan pada bayar semua. Mereka baik – baik.

PENJAHAT : Memang. Tapi curiga perlu.

PENJAHAT : Saya jamin deh. Penonton disini nggak ada yang punya bakat maling.

BOSS : Kalau begitu curigain diri kamu masing – masing.

PENJAHAT : Idiih. Aku jadi bingung.

BOSS : Ya, ampun. Dasar. Goblog dipiara. Cari bendera itu cepat !!!

PENJAHAT : Iya, tapi dimana dong ?

BOSS : Pertama – tama cari dalam diri kamu masing – masing.

PENJAHAT : Oh iya, ya. Boss memang hebat. Ayo kita cari.

Page 16: Blonk karya putu wijaya

PENJAHAT : Boss sendiri bagaimana?

PENJAHAT : Boss juga harus mencari dong.

BOSS : (MEMAKI) Mana mungkinn aku mencuri, kunyuk.

PENJAHAT : Sama – sama dong. Baru namanya konsekwen.

BOSS : (KESAL, AKHIRNYA IKUT MENCARI) Stop ! Jangan lama – lama...... Sekarang cari ditubuh

teman kamu yang paling dekat. (SEMUA MENCARI DITUBUH TEMAN – TEMANNYA)

PENJAHAT : Nyari – nyari dong, tapi jangan ambil dompet.

BOSS : Jangan mengail di air keruh ya. Jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan, jangan

adduhh ! (MEMUKUL TEMANNYA) Kunyuk, kamu nyari apa goblok.

PENJAHAT : Nah lu ketahuan. Kamu membawa senjata rahasia, ya. Katanya bertangan kosong.

PENJAHAT : Hei kamu bawa ya. (SEMUA BERCELOTEH, RIBUT)

BOSS : Jangan banyak mulut monyong. Diam ! cari terus jangan ribut. Stop, stop. (SEMUA

MENURUTI)

PENJAHAT : Kenapa boss ?

BOSS : Istirahat bentar. Tarik napas dan cari inspirasi.

PENJAHAT : boleh dong kita tanya boss. Kasih komentar.

PENJAHAT : boleh kan boss.

BOSS : Kamu pikir tidak boleh.

PENJAHAT : bagaimana kalau kita buka topeng?

BOSS : Jangan !

PENJAHAT : Ayo dong boss. Dari tadi kita pakai topeng. Kita kan perlu juga saling kenal.

BOSS : Tidak perlu. Nanti kalian jadi cengeng. Kerajaan tidak memerlukan famili, yang penting bisa

kerja, titik.

PENJAHAT : Siapa tahu kalau saling kenal, kita jadi tambah akrab.

BOSS : Idenya bagus tapi berbahaya.

PENJAHAT : Kenapa bahaya, boss.

BOSS : Kalau kamu saling kenal, nanti kamu jadi.......

PENJAHAT : Jadi apa Boss.

PENJAHAT : Paling nggak jadi jujur, iya kan.

BOSS : Ya betul.

PENJAHAT : Itukan baik boss.

BOSS : Memang.

PENJAHAT : Kenapa kita nggak berani mengerjakan yang baik boss.

BOSS : Kita kan penjahat.

Page 17: Blonk karya putu wijaya

PENJAHAT : Kenapa kita jadi penjahat boss.

PENJAHAT : Saya kira karena kita memakai topeng ini atau karena kita melakukan kejahatan.

PENJAHAT : Saya nggak tanya sama kamu. Jawaban kamu tidak penting, saya Cuma tanya sama boss.

Gimana boss.

BOSS : Apa jawaban saya lebih penting.

PENJAHAT : Ya

BOSS : Kalau begitu yang meras apenjahat maju ke depan.

PENJAHAT : Jangan begitu dong boss.

BOSS : (BERFIKIR) Tapi memang ada baiknya juga, ayo buka topeng.

PENJAHAT : Sebentar. Sebentar boss. Ada satu pertanyaan, satu saja.

BOSS : Buka (TIDAK ADA YANG MENANGGAPI) Kenapa kalian tidak mau buka topeng. Padahal tadi

kalian yang mengusulkan, apa mesti saya dulu yang buka.

PENJAHAT : (BERBISIK PADA TEMANNYA) Saya kira begitu ya.

BOSS : Hey ! Ngomong jangan bisik – bisik. Terus terang, blak – blakan.

PENJAHAT : dari dulu boss Cuma merentah doang, tapi nggak pernah memberi contoh, selalu

belakangan. Boss takut.

BOSS : Ya, saya memang takut. Sebab kalau kamu tahu siapa aku, pasti akan malu.

PENJAHAT : Emangnya kenapa boss ?

BOSS : Itu akan terjawab, bila aku membuka topeng ini.

PENJAHAT : Coba buka boss.

BOSS : Baik. (AKAN MEMBUKA TOPENG)

PENJAHAT : Sebentar boss. (BERUNDING DENGAN TEMANNYA) Nah kalau nanti ketahuan kalau dia itu

guru kita, orang alim. Kalau ternyata dia itu orang yang terhormat dikampung kita,

bagaimana ?

PENJAHAT : maka kita akan tahu. Bahwa dia itu cuma pura – pura alim, pura – pura terhormat. Padahal

dia gembong kejahatan, munafik.

PENJAHAT : Maksud saya. Kalau ternyata begitu, apa kita mau menerima.

PENJAHAT : Kenapa tidak ?

PENJAHAT : Okey kalau begitu. Silahkan buka boss.

PENJAHAT : Sebentar – sebentar. Tadi saya bilang mau menerima, tapi saya nggak bilang sudi melihat

kenyataan siapa boss kita ini. Sebentar boss. Apakah anda ini sebenarnya guru kami.

BOSS : Bukan.

PENJAHAT : tetangga kami barangkali.

BOSS : Bukan.

Page 18: Blonk karya putu wijaya

PENJAHAT : Penghulu.

BOSS : Bukan.

PENJAHAT : Barangkali polisi, hansip.

BOSS : Bukan.

PENJAHAT : Atau barangkali pemerintah, wakil DPR.

BOSS : Bukan.

PENJAHAT : Habis siapa dong. (BOSS MEMBUKA TOPENGNYA)

PENJAHAT : Sialan. Kamu kan si kasdut.

PENJAHAT : Dut, kasdut. Kenapa kamu bisa jadi boss.

BOSS : Itu rahasia perusahaan.

PENJAHAT : Kalau gua tahu elu, nggak baklan gua mau jadi anak buah.

PENJAHAT : Saya juga. Haram ikut – ikutan kamu merampok bendera.

PENJAHAT : (MEMAKI) Sialan kita kena kibul semua.

BOSS : Tenang, semua ini ada alasannya.

PENJAHAT : Alasan tai. Apa coba.

BOSS : Begini. Bendera itu sengaja kita garong, biar semua kelabakan. Kalau nggak begitu mana

ada yang perduli sama bendera pusaka. Masing – masing sibuk mencari kekayaan, sikat sana,

sikat sini,. Nggak peduli itu duit halal apa haram yang penting ada kesempatan, mumpung.

Sampai – sampai duit rakyat disikat juga. Semua sudah lupa sama perjuangan bangsa kita,

yang dulu banyak menelan korban. Dia pikir itu semua cuma pelajaran anak SD saja, ini

nggak benar, bahaya. Makanya aku suruh sikat bendera pusaka. Biar mereka merasakan

pentingnya lambang perjuangan ini, biar mereka tahu rasa sekarang. Celeng, celeng.

PENJAHAT : Tapi nyatanya bendera itu hilang beneran, Dut.

BOSS : Masak. Hilang kemana.

PENJAHAT : lihat. Dasar si Kasdut, ya tetap Kasdut. (MENGAMBIL PETI) Sini lihat dut. Buka mata lebar –

lebar. Lihat. Nah ada benderanya nggak.

BOSS : Nggak ada.

PENJAHAT : Artinya bendera itu hilang kan.

BOSS : Lho, hilang kemana, siapa yang ambil.

PENJAHAT : (KESAL) Ini kasdut kan.

BOSS : Kasdut... kasdut asli, tulen.

PENJAHAT : Jangan main – main kunyuk. Lihat bendera ini betul – betul hilang.

BOSS : Lha memang petinya kosong, ya biar dilongok seribu kali juga tetap kosong.

PENJAHAT : Kalau begitu benderanya kemanain.

Page 19: Blonk karya putu wijaya

BOSS : Mana Kasdut tahu boy.

PENJAHAT : (MARAH) Kamu jangan main – main ya.

PENJAHAT : (MENCEGAH KAWANNYA) Ingat ini si Kasdut.

PENJAHAT : Saya tahu ini si Kasdut, temen kita.

BOSS : (KEDEPAN) Saya memang Kasdut. Mr Kasdut, you know. Siapa kamu, kenalkan. Dan

mengapa kalian memakai topeng. Kamu rampok ya, mau ngerampok peti ini ya. Peti kosong

begini mau dirampok, apa gunanya. (MELIHAT TAWANAN) Eh kenapa cewek itu diikat,

wah.....wah, rupanya saya sedang berhadapan dengan penjahat. Banci kalian. Masa

beraninya sama cewek. Kemana rasa perikemanusiaan kalian, kemana peradaban kalian.

Inikah pergaulan yang kalian dapatkan dari pergaulan tingkat tinggi, apakah kepinteran yang

kalian daptkan itu cuma buat minterin orang lain yang bodoh. Lagi pula kan kasihan cewek

diikat begitu , lebih baik dimanfaatkan. Kalian terlalu, sewenang – wenang , tidak

bertanggung jawab, Anarkis, tyran......................Fantastis !!!

PENJAHAT : Dut. Kasdut. Kamu jangan belagu.

BOSS : Kamu siapa.

PENJAHAT : Saya ya saya.

BOSS : Buka topengmu. (MERENGGUT TOPENG TEMANNYA) Lho. Kamu koq disini. Kamu Kasdut

kan.

PENJAHAT : Baru tahu ya.

BOSS : Kalau begitu yang lain – lain juga Kasdut dong. (SEMUA TOPENG TERBUKA) Astaga ! Kita

semua koq si kasdut. Kenapa pada ada disini. Apa nggak ada kerjaan di daerah kalian. Apa

lagi ada liburan... ya Tuhan, nasib telah mengatur Kasdut – Kasdut berkumpul disini

(SEMUANYA JADI PADA BENGONG)

KETIKA MEREKA SEMUA PADA BENGONG, TAWANAN DIBEBASKAN DALANG

DALANG : Lho, jangan pada bengong, teruskan mainnya.

BOSS : Tapi nanti honornya ditambah ya.

DALANG : Beres. Asal mainnya yang bagus. Jadi penjahat lagi dong.

BOSS : Okey. Ayo kawan p kawan pakai lagi topengnya (SEMUA MENURUT)

DALANG : (MENDORONG PERTIWI) Ayo kamu lati.

PERTIWI : Saya nggak mau lari. Saya mau jadi ibu pertiwi. Ibu pertiwi Indonesia pantang lari. Ibu

pertiwi Indonesia mampu menghadapi penjahat – penjahat ini. Minggir (MENDORONG

DALANG)

Page 20: Blonk karya putu wijaya

BOSS : Hei, tawanan lari, ayo tangkap ! (SEMUA MENGEPUNG PERTIWI) Patahkan pu;ang lehernya,

tumbuk kepalanya, bekuk, sikat, hajar, gasak . yaak, terus masak kalian kalah sama cewek.

PERTIWI MENGHAJAR SEMUA PENJAHAT TANPA AMPUN HINGGA MEREKA MATI SEMUA.

PERTIWI : (MEMUNGUT PETI) Terusnya gimana nih.

DALANG : (BINGUNG) Waduhhhh, makanya mesti nurut apa kata saya. Udah deh masuk saja...........

woiiiiii lampu matiin. (EXIT)

SEKELOMPOK PENDEKAR SEDANG BERSIAP – SIAP UNTUK MENCARI BENDERA PUSAKA. MEREKA SEDANG

BERLATIH SILAT, BERTANDING BERGAINTIAN LALU MASUK DALANG.

DALANG : Stop. (SEMUA BERHENTI) Jadi begitulah. Kita akan membekuk pencuri keparat ini.

Sekarang, coba dengarkan pengumuman ini. Pengumuman. (TEMPO) Dengan ini diumumkan

pada umum, demi terjaganya keamanan umum, maka dengan ini diumumkan kepada

umum...... Barangsiapa yang berhasil menemukan bendera pusaka dalam tempo 24 jam,

maka orang tersebut akan diberikan imbalan yang memadai, sebagai jerih payah yang telah

dilakukannya, berupa hadiah Tabanas sebesar 175.000.000,- ...................... ditambah

dengan hadiah lainnya yang menarik dari sponsor. (MENGGULUNG PENGUMUMAN) Nah,

saudara – saudara ketahui, bila bendera itu, tidak dapat ditemukan tepat pada waktunya,

kami khawatir sekali rakyat akan marah pada kita. Saudara – saudara tahu apa artinya, bila

rakyat sudah ngamuk, kita bisa berabe, kedudukan kita akan terancam. Maka marilah kita

berlomba untuk mendapatkan bendera pusaka itu. Nan ! Selamat berlomba, selamat

berjuang. Pekikkan semangat perjuangan yang dulu. MERDEKA !!!!

PENDEKAR : (MENYAMBUT RIUH)

DALANG : Rebut kembali bendera pusaka ! (DISAMBUT LAGI ). Pertahankan sepanjang masa, kibarkan

sepanjang jaman. (SAMBUTAN) Kita adalah bangsa yang selalu menjunjung tinggi nama baik

Negara dimanapun juga. Bangsa yang selalu disepelekan, tapi selalu berusaha melejit,

menggeliat untuk bebas dari penjajahan, penindasan yang bagaimanapun juga bentuknya.

Kita adalah bangsa yang besar . terdiri dari beberapa pulau, suku bangsa, adat istiadat dan

kebudayaan. Tapi kita tetap satu tujuan. Bhineka Tunggal Ika. Kita juga berhak akan

kemerdekaan ini, kita.............

PERTIWI : (MUNCUL SERAYA MEMOTONG) Adalah bangsa yang membiarkan benderanya dicolong

orang.

Page 21: Blonk karya putu wijaya

PENDEKAR : Siapa kamu ?

PERTIWI : Namaku Pertiwi.

PENDEKAR : Siapa namamu kami tidak perduli. Tapi kami melihat kamu membawa peti pusaka. Apa itu

peti pusaka yang kami cari ?

PERTIWI : Apa kalian sedang mencari peti ?

PENDEKAR : Betul. bendera pusaka kami hilang dicuri orang.

PENDEKAR : Dan kami akan mencari dengan taruhan nyawa.

PERTIWI : Kalau begitu, kenapa kalian pada bengong.

PENDEKAR : Kami lagi berunding mengatur siasat, membentuk panitia, sebab kalau tidak, bendera itu

pasti akan hilang.

PERTIWI : Bendera itu kan telah hilang, lenyap.

PENDEKAR : Karena kamu curi.

PERTIWI : Enak saja, karena kamu yang tidak cepat – cepat bertindak.

PENDEKAR : Jangan banyak mulut kamu.

PERTIWI : Siapa yang banyak mulut, mulut saya Cuma satu, mulut kalian yang banyak, yang bisanya

Cuma kaok – kaok. Kenapa kalian tidak tanyakan apakah aku membawa bendera atau tidak.

PENDEKAR : tidak perlu . kami tidak perlu belas kasihan. Kami akan merebutnya. Siap – siap maju kamu.

PENDEKAR : biar musuh seribu kali lebih banyak kami tidak takut.

PENDEKAR : ayo saudara jangan gentar, sikat saja sampai hancur.

PENDEKAR : hei cewek brengsek, jangan lari kau ya.

PENDEKAR : hati – hati nampaknya dia berbahaya.

PENDEKAR : lebih baik kami mampus, dari pada malu. Sikaaat !!!

PENDEKAR : rasakan kamu sekarang (PERTIWI MENJATUHKAN PETINYA)

PENDEKAR : Lho, koq kosong.

PENDEKAR : hei, kamu jangan ......

PERTIWI : tidak dapatkah kalian bicara agak sopan ?

PENDEKAR : pendekar kalau bicara memang galak, tetapi hatinya baik.

PENDEKAR : nah anak manis, dimana kau sembunyikan bendera pusaka ?

PERTIWI : seharusnya kamu tanya dulu siapa saya.

PENDEKAR : tadikan kamu sudah bilang. Pertiwi kan ? Sekarang mana ?

PERTIWI : saya tidak akan menjawab sebelum kalian bicara sopan.

PENDEKAR : sialan, kamu main – main ya ....... - ........ aduh, disini licin sekali. Nah rasakan.

PENDEKAR : ah brengsek ini kain..... eh , mana bendera pusakanya adik yang baik ?

PENDEKAR : maafkan teman kami ini, ... eh, boleh saya bertanya ?

Page 22: Blonk karya putu wijaya

PERTIWI : silahkan. Kalau dapat saya jawab, ya akan dijawab.

PENDEKAR : kenapa adik memukul dia?

PERTIWI : Lho.. saya kan nggak mukul dia, tapi dia yang mukul duluan.

PENDEKAR : adik betul. Maksud kami dimana bendera pusaka itu.

PERTIWI : panjang sekali ceritanya.

PENDEKAR : coba ceritakan.

PERTIWI : Percayalah, kalian semua telah menyia – nyiakan diri kalian sendiri, kesempatan kalian

serta tugas – tugas kalian dalam menjaga bendera pusaka, yang sekarang hilang itu.

PENDEKAR : apakah tampaknya begitu dik ?

PERTIWI : Saya kira memang begitu. Kalau tidak mustahil bisa hilang.

PENDEKAR : hilang kan bisa saja dik.

PENDEKAR : dulu memang kami terlalu sibuk, tapi sekarang tidak. Kami sadar, dan kami akan

mencarinya.

PERTIWI : tapi kenapa kalian tidak lekas – lekas mencarinya. Waktu saya datang tadi sampai sekarang,

kalian masih bengong.

PENDEKAR : bukan bengong, kami sedang berunding, musyawarah kan perlu.

PERTIWI : memang perlu. Bendera pusaka kan perlu segera dicari. Dan bendera itu tidak ada lagi

ditangan penjahat.

PENDEKAR : habis dimana dong ?

PERTIWI : Mau kalian percaya pada saya ?

PENDEKAR : Kalau omongan lurus tentu kami percaya.

PERTIWI : Apakah kita perlu berkelahi dulu, untuk membuktikan omongan saya lurus atau tidak.

PENDEKAR : (NYELETUK) Saya kira nggak usah deh

PENDEKAR : makanya bilang saja percaya.

PERTIWI : jadi, maukah kalian percaya atau paling sedikit mendengar ucapan saya nanti.

PENDEKAR : okey

PERTIWI : Kalau begitu semua duduk dan pejamkan mata.

PENDEKAR : jangan mau, nanti dia menggasak kita.

DALANG : Husy, sudah diam nanti berlarut – larut lagi.

PERTIWI : sebab kalian harus mengembara bersama saya kedalam lubuk hati kalian yang terdalam.

masuklah kedalam sanubarimu hai putra – putraku, lepaskanlah nafsu dalam ragamu.

Pandanglah siapa aku, akulah ibumu, akulah yang telah basah oleh darahmu dalam setiap

pertempuran untuk menebus setiap jengkal tanah, dari tangan penjajah yang tak berhak

menjamahnya. Akulah yang memangku kepalamu yang terkulai rebah mencium tanah.

Page 23: Blonk karya putu wijaya

Akulah yang selalu menyanyikan tembang nenek moyang, manakala engkau terlena dalam

mimpi buruk, hingga engkau tersadar. Dengarkan suara ibu, rasakan lah setiap perubahan

disini. Dengarkan getaran bumi ini, dan lihatlah kesana. (TETAP KELAM TAPI DI SUATU

TEMPAT NAMPAK SEGEROMBOLAN BAYANG – BANYANG YANG TAK JELAS SIAPA MEREKA.

DIANTARANYA ADA YANG MEMBAWA BENDERA ATAU TEPATNYA PETI ) Lihatlah mereka

yang telah datang. Mereka memegang bendera pusaka yang kalian cari. Mereka tidak bisa

berkata – kata lagi pada kalian. Mereka sangat rindu dan terharu... Mereka selalu hadir

ditempat kita ini, berdiri beramai- ramai ditempat yang tinggi, sunyi, dan remang – remang .

kita tidak akan melihatnya, tetapi pikiran mereka tertuju pada kalian semua. Mereka sangat

cemas kalau kalian menyia-nyiakan bendera pusaka yang telah mereka rebut dengan

mengorbankan seluruh kepentingan serta kesenangan pribadi mereka. Nah mereka semakin

dekat. Ambilah bendera pusaka itu serta jaga , jangan terulang lagi kejadian seperti ini.

SEMUA MENKURKAN DIRINYA. PARA PENDEKAR INI TAK KUASA MEMANDANG KEHADIRAN PAHLAWAN

YANG MEMBAWA BENDERA PUSAKA. MELIHAT INI IBU PERTIWI GELISAH. KEGELISAHAN

IBU PERTIWI BERTAMBAH KETIKA PARA PAHLAWAN ITU MULAI CEMAS, KARENA TAK ADA

YANG BERGERAK MENGAMBIL BENDERA PUSAKA. TAPI SEMUA DAPAT DIATASI, SETELAH

ADA SESEORANG YANG MENGAMBIL BENDERA PUSAKA. SETELAH MENERIMA BENDERA

ITULALU IA BERJALAN KEARAH LAPANGAN DANMENGIBARKANNYA SEPERTI SEHARUSNYA.

S E L E S A I

Page 24: Blonk karya putu wijaya
Page 25: Blonk karya putu wijaya