praktikum cacing kel 8.docx

10
ANALISIS PERILAKU CACING TANAH TERHADAP PAPARAN PESTISIDA Mutiara Astari 1 , Hafil Gusni Santana Aji 2 , Rizal Abudzar 3 , Rizqah W. Pangestu 4 Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Jl. Kamper Gedung Fateta Kampus IPB Dramaga Bogor 16680 [email protected] 1 ,[email protected] 2 , [email protected] 3 , [email protected] 4 Abstrak: Aplikasi penggunaan pestisida masih cukup banyak dilakukan oleh petani dengan cara disemprotkan dan disebarkan (dalam bentuk butiran) ke dalam tanah yang merupakan tempat hidup cacing. Cacing tanah agak peka terhadap penggunaan pestisida. Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui reaksi cacing sebagai sampel yang mewakili makhluk hidup terhadap paparan pestisida. Kegiatan praktikum dibagi menjadi 2 bagian mulai dari praktikum pergerakkan cacing terhadap keadaan tanah yang berbeda secara tidak langsung dan praktikum ketahanan cacing terhadap tanah dengan paparan pestisida dengan konsentrasi tertentu. Persiapan dasar yang dilakukan adalah memilih dan membersihkan 60 ekor cacing dengan kualitas yang baik dan aktif. Setelah dipilih, cacing tersebut dibagi tiga sama banyak dan dipindahkan ke tiga cawan untuk ditimbang dengan neraca eletrik agar dapat diketahui perbedaan massa cacing setelah dilakukan dua praktikum tersebut. Pemberian pestida pada cacing sebagai contoh makhluk hidup yang tinggal di dalam tanah sangatlah berbahaya karena dapat menurunkan tingkat populasi cacing itu sendiri. Pemberian pestida dalam takaran dan media yang berbeda dengan dapat menyebabkan reaksi dari perilaku cacing yang berbeda pula. Semakin rendah tingkat kelembaban tanah namun tingginya tingkat takaran pestisida akan memicu menurunnya tingkat populasi cacing secara signifikan dalam waktu yang singkat. Faktor kelembaban sangat berpengaruh karena sistem pencernaan, saraf dan eksresi cacing sangat tergantung pada keberadaan air yang ada pada tanah sebagai habitatnya. Berdasarkan data dari pengamatan di atas, semakin rendah tingkat kelembaban tanah, maka semakin tinggi pula tingkat kematian cacing. Ini disebabkan karena cacing hanya cocok pada kelembaban antara 60 sampai 85%. Kata kunci: cacing, pestisida, tanah Abstract: Application of pesticides is still pretty much done by the farmers by spraying and deployed ( in the form of granules ) into the ground which is where the worms lived who sensitive to pesticide use . This Practice is aimed to know the reaction of the worm as a representative sample of living beings to pesticide exposure. This Practice is divided into 2 parts ranging from worms movement against the state lab different land indirectly and lab worm resistance to ground with exposure to pesticides with a particular concentration. The first is preparing and cleaning to select 60 worms with good quality and active. Then the worms were divided into three equal lots and transferred to three cups to be weighed on scales electrically in order to know the difference in mass of worms after the two practices.

Upload: 24061992

Post on 23-Oct-2015

17 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

cacing

TRANSCRIPT

Page 1: praktikum cacing kel 8.docx

ANALISIS PERILAKU CACING TANAH TERHADAP PAPARAN PESTISIDA

Mutiara Astari1, Hafil Gusni Santana Aji2, Rizal Abudzar3, Rizqah W. Pangestu4

Departemen Teknik Sipil dan LingkunganFakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Jl. Kamper Gedung Fateta Kampus IPB Dramaga Bogor [email protected],[email protected], [email protected],

[email protected]

Abstrak: Aplikasi penggunaan pestisida masih cukup banyak dilakukan oleh petani dengan cara disemprotkan dan disebarkan (dalam bentuk butiran) ke dalam tanah yang merupakan tempat hidup cacing. Cacing tanah agak peka terhadap penggunaan pestisida. Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui reaksi cacing sebagai sampel yang mewakili makhluk hidup terhadap paparan pestisida. Kegiatan praktikum dibagi menjadi 2 bagian mulai dari praktikum pergerakkan cacing terhadap keadaan tanah yang berbeda secara tidak langsung dan praktikum ketahanan cacing terhadap tanah dengan paparan pestisida dengan konsentrasi tertentu. Persiapan dasar yang dilakukan adalah memilih dan membersihkan 60 ekor cacing dengan kualitas yang baik dan aktif. Setelah dipilih, cacing tersebut dibagi tiga sama banyak dan dipindahkan ke tiga cawan untuk ditimbang dengan neraca eletrik agar dapat diketahui perbedaan massa cacing setelah dilakukan dua praktikum tersebut. Pemberian pestida pada cacing sebagai contoh makhluk hidup yang tinggal di dalam tanah sangatlah berbahaya karena dapat menurunkan tingkat populasi cacing itu sendiri. Pemberian pestida dalam takaran dan media yang berbeda dengan dapat menyebabkan reaksi dari perilaku cacing yang berbeda pula. Semakin rendah tingkat kelembaban tanah namun tingginya tingkat takaran pestisida akan memicu menurunnya tingkat populasi cacing secara signifikan dalam waktu yang singkat. Faktor kelembaban sangat berpengaruh karena sistem pencernaan, saraf dan eksresi cacing sangat tergantung pada keberadaan air yang ada pada tanah sebagai habitatnya. Berdasarkan data dari pengamatan di atas, semakin rendah tingkat kelembaban tanah, maka semakin tinggi pula tingkat kematian cacing. Ini disebabkan karena cacing hanya cocok pada kelembaban antara 60 sampai 85%.

Kata kunci: cacing, pestisida, tanah

Abstract: Application of pesticides is still pretty much done by the farmers by spraying and deployed ( in the form of granules ) into the ground which is where the worms lived who sensitive to pesticide use . This Practice is aimed to know the reaction of the worm as a representative sample of living beings to pesticide exposure. This Practice is divided into 2 parts ranging from worms movement against the state lab different land indirectly and lab worm resistance to ground with exposure to pesticides with a particular concentration. The first is preparing and cleaning to select 60 worms with good quality and active. Then the worms were divided into three equal lots and transferred to three cups to be weighed on scales electrically in order to know the difference in mass of worms after the two practices. Provision of Pesticides on the worm as an example of living creatures that live in the soil is very dangerous because it can reduce the level of worm population itself. Giving Pesticides in doses and different media can cause reactions of different worm’s behavior. The lower soil moisture levels but high levels of pesticide dose will trigger the worm population declining significantly in a short time. Humidity factor is very powerful because the digestive system too, nervous and excretion worm is highly dependent on the presence of water existing in the soil as a habita . Based on the data from the above observation , the lower the level of soil moisture, the higher the mortality rate of worms . This is because the worm is only suitable in the humidity between 60 to 85 % .

Keywords: pesticide, soil, worm

Page 2: praktikum cacing kel 8.docx

PENDAHULUAN Serangan organisme penganggu tumbuhan merupakan salah satu faktor pembatas dalam peningkatan produksi pertanian. Salah satu pengendaliannya yaitu dengan cara menggunakan pestisida kimia. Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan perkembangan atau pertumbuhan dari hama, penyakit, dan gulma. Penggunaan pestisida dibatasi, khususnya pada hama apabila telah melampaui ambang kendali. Pada saat ini dan masa yang akan datang pestisida tampaknya masih menjadi salah satu komponen penting guna pengendalian organisme pengganggu tumbuhan. Aplikasi penggunaan pestisida masih cukup banyak dilakukan oleh petani dengan cara disemprotkan dan disebarkan (dalam bentuk butiran). Tanah merupakan salah satu reservoir utama bagi pestisida di dalam lingkungan. Salah satu organisme yang hidup dalam tanah adalah cacing tanah. Cacing tanah agak peka terhadap penggunaan pestisida. Konsentrasi 10 ppm tidak berpengaruh nyata terhadap mortalitas cacing tanah, tetapi pada konsentrasi 100 ppm dapat menyebabkan kematian 100% (Tantera 1977). Banyaknya bahan kimia yang digunakan dalam pestisida akan berdampak merugikan konservasi tanah. Persistensi pestisida dalam tanah adalah jangka waktu yang dibutuhkan oleh pestisida sehingga daya kerjanya dalam tanah menurun sampai 0%. Lamanya persistensi pestisida tergantung dari jenis, konsentrasi, dan keadaan lingkungan atau tempat pestisida tertinggal. Persistensi berkaitan erat dengan residu pestisida dalam tanah. Residu pestisida tanah akan berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan organisme tanah. Organisme tanah seperti cacing tanah lama-kelamaan akan mati akibat pemberian pestisida. Selain memberikan dampak terhadap kehidupan organisme tanah, penggunaan pestisida juga memberikan dampak terhadap manusia, yaitu iritasi kulit, perubahan genetik, bahkan kematian. Maka dari itu, tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian pestisida terhadap organisme cacing tanah dan dampak yang ditimbulkan. Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui reaksi cacing sebagai sampel yang mewakili makhluk hidup terhadap paparan pestisida.

METODOLOGI Kegiatan praktikum dibagi menjadi 2 bagian mulai dari praktikum pergerakkan cacing terhadap keadaan tanah yang berbeda secara tidak langsung dan praktikum ketahanan cacing terhadap tanah dengan paparan pestisida yang berbeda secara

Page 3: praktikum cacing kel 8.docx

langsung. Persiapan dasar yang dilakukan adalah memilih dan membersihkan 60 ekor cacing dengan kualitas yang baik dan aktif. Setelah dipilih, cacing tersebut dibagi tiga sama banyak dan dipindahkan ke tiga cawan untuk ditimbang dengan neraca eletrik agar dapat diketahui perbedaan massa cacing setelah dilakukan dua praktikum tersebut. Praktikum pertama merupakan praktikum satu kelas dan tidak dilakukan per kelompok. Kegiatan dimulai dengan menyiapkan 2 wadah plastik sebagai reaktor. Wadah tersebut secara melintang dibagi menjadi 3 bagian yang sama besar. Sisi kanan kemudian diisi dengan tanah basah dan sisi kiri diisi dengan tanah kering. Tanah basah diambil dari tanah yang diatur kelembabannya pada nilai 8,467% sedangkan tanah kering pada kelembaban 0,3%. Kelembaban tanah pada wadah diatur dengan menyemprotkan air dengan sprayer berisi air bersih sambil diaduk- aduk secara merata kemudian. Pengecekkan kelembaban dan suhu pada setiap tanah diukur dengan menggunakan RH meter. Tanah basah tersebut kemudian diletakan di kedua wadah pada bagian kanan sedangkan tanah kering diletakkan pada bagian kiri. Pada wadah pertama, reaktor tersebut tidak diberi perlakuan sama sekali , sedangkan wadah kedua pestisida tipe insektisida dicampurkan pada tanah basah dan kering sebanyak masing- masing 1 ml. Setelah 2 reaktor tersebut siap, 40 cacing kemudian dibagi dua secara merata dan diletakkan di setiap wadah pada bagian tengah. Setiap pergerakkan cacing di kedua reaktor kemudian diperhatikan masing- masing selama 20 menit. Praktikum kedua tentang ketahanan cacing terhadap paparan pestisida secara langsung. Pada dasarnya pada praktikum ini secara objektif ingin ditunjukkan reaksi cacing bila tanah sebagai habitatnya terkena pestisida. Maka paparan langsung akan pestisida akan memberikan efek yang signifikan tentang reaksi mereka baik perubahan tingkah laku dan bentuk fisiknya. Kegiatan dimulai dengan menyiapkan kembali tanah basah dengan kelembaban 9,67% untuk kemudian dicampurkan pestisida sebanyak 20 ml. Tanah basah dan pestisida dicampurkan secara merata untuk kemudian diisikan ke dalam reaktor kaca sebanyak ¾ bagian. Proses dimasukkannya tanah tersebut dimulai dengan memasukkan kira- kira 1/3 dari total 20 cacing lalu ditimbun dengan tanah sebanyak 1/3 bagian reaktor. Kemudian bergantian 1/3 bagian cacing kembali dimasukkan disusul dengan tanah 1/3 bagian juga. Begitu seterusnya sampai habis sehingga lapisan teratas diisi oleh tanah. Keadaan dan tingkah laku cacing diamati selama 20 menit. Setelah 20 menit, reaktor dibongkar dan cacing dibersihkan dari tanah yang melekat pada mereka. Cacing tersebut kembali ditimbang massanya agar bisa dilihat perbedaan yang ditunjukkan akibat paparan pestisida. Setelah ditimbang, cacing-

Page 4: praktikum cacing kel 8.docx

cacing yang mati dibuang, sedangkan yang masih hidup kembali dimasukkan bersama tanah yang sudah dipakai sebelumnya. Sebelum dimasukkan dengan cara yang sama dengan cara sebelumnya, tanah kembali diukur tingkat kelembaban dan suhunya. Pemeriksaan reaktor kaca berupa pembongkaran dan pengukuran massa serta pengecekkan keadaan cacing dilakukan setiap hari sampai semua cacing benar- benar mati. Bila cacing masih ada yang hidup, maka praktikum akan diulang lagi sampai seluruh cacing mati dengan kembali memasukkan cacing ke dalam reaktor yang sama. Reaktor kemudian ditutup plastik untuk mengantisipasi pergerakkan cacing keluar dari reaktor dan tidak lupa diberi lubang udara agar oksigen bisa masuk ke dalam reaktor. Praktikum serupa juga dilakukan oleh kelompok- kelompok lainnya menggunakan tanah dengan kelembaban berbeda dan takaran pestisida yang beragam pula sehingga waktu yang dibutuhkan untuk cacing bertahan hidup juga berbeda- beda.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pada pecobaan pertama akan dibagi berdasarkan digunakan atau tidaknya pestisida pada suatu reaktor. Berdasarkan pengamatan di reaktor 1 yang tidak menggunakan pestisida, pada praktikum pertama, pergerakkan didominasi oleh cacing yang bergerak ke arah tanah yang kering. Sedangkan pada praktikum kedua, pergerakkan cacing juga ada yang ke arah tanah yang lembab namun tidak sebanyak yang ke arah tanah kering. Perbedaan pergerakkan ini disebabkan keadaan pada tanah yang lembab terlalu padat sehingga menyulitkan cacing untuk masuk ke dalam tanah basah dan lebih memilih tanah yang kering. Berdasarkan pengamatan di reaktor 2 yang menggunakan pestisida, pada praktikum pertama pergerakan cacing didominasi ke arah tanah basah sedangkan hanya sedikit yang akhirnya merayap ke bagian luar tanah yang kering. Pada praktikum kedua, semua cacing bergerak dan masuk ke tanah yang basah. Keadaan ini disebabkan sistem saraf cacing tanah yang terdiri atas ganglion serebral dorsal, sepasang konektif sirkumentrik dan satu atau lebih tali saraf longitudinal. Ganglion serebral dorsal menyuplai saraf bagian anterior tubuh dan saraf prostomial. Pengontrolan pergerakkan tubuh cacing tanah diatur oleh ganglion subenterik. Sedangkan konektif sirkumenterik dan tali saraf longitudinal mengontrol saraf sensoris dan motoris keseluruhan dinding tubuh serta organ di setiap tubuh (Edwards & Lofty 1972). Cacing tanah tidak memiliki mata, tetapi spesies ini memiliki sel- sel sensori yang strukturnya seperti lensa di daerah epidermis dan dermis terutama pada bagian prostomium. Oleh karena itulah keadaan tanah yang lembab diterima langsung oleh dinding permukaan kulit cacing menentukan pergerakkan cacing. Pada praktikum kedua tentang ketahanan cacing terhadap paparan pestisida secara langsung, massa cacing awal sebelum dimasukkan ke dalam tanah adalah sebesar 0,553 gr dengan kelembaban dan suhu tanah secara berturut- turut sebesar 9,67% dan 28˚C . Selama pengamatan, cacing langsung bereaksi dengan keluarnya 3 ekor cacing naik ke permukaan tanah pada reaktor mulai dari menit ke-1 sampai ke-20.

Page 5: praktikum cacing kel 8.docx

Mulai dari menit ke-1 sampai ke-15, badan cacing membengkak menjadi lebih besar volumenya, namun kembali mengempis saat menit ke-15 sampai ke-20. Setelah pengamatan tersebut, reaktor dibongkar kemudian keadaan cacing diamati. Saat pemisahan, cacing yang masih hidup hanya tinggal 10 ekor sedangkan sisanya sudah mati dengan keadaan rapuh dan mudah putus saat dibersihkan dari tanah yang menempel. Massa terukur seluruh cacing baik yang sudah mati maupun yang masih hidup setelah pengamatan sama dengan massa awal sebelum pengamatan sebesar 0,553 gr. Praktikum kembali diulang dengan menggunakan tanah dari reaktor sebelumnya dan memasukkan kembali 10 cacing yang masih hidup ke dalam reaktor dengan kelembaban dan suhu secara berturut- turut sebesar 7,2% dan 28,9 ˚C. Dua hari setelah reaktor tersebut dibiarkan, kelembaban reaktor meningkat menjadi 8,9% dan suhu menurun menjadi 27,9 ˚C. Seluruh cacing pada reaktor mati dan seolah- olah hilang karena sudah hancur dan menyatu dengan tanah. Keadaan ini membuat massa cacing tidak dapat diketahui secara pasti. Keadaan ini disebabkan oleh organ sensoris yang bereaksi terhadap rangsangan kimia (kemoreseptor) yang terdapat pada bagian prostomium (Laverack 1963). Kemoreseptor berperan penting dalam kehidupan cacing tanah. Kemoreseptor dapat mendeteksi dan mengumpulkan bahan- bahan makanan. Kemoreseptor kemudian dapat digunakan juga untuk memberi informasi tentang kondisi lingkungan. Kemudian dengan bantuan bagian nefridia sebagai organ eksresi terpenting cacing, bahan- bahan makanan yang ternyata merupakan limbah kemudian dikeluarkan oleh tubuh melalui nefridiofor termasuk pestisida yang dipaparkan kepada cacing- cacing. Pengeluaran zat- zat tersebut dilakukan dalam bentuk urin yang mengandung amonia dan urea. Kemudia zat- zat tersebut dilintaskan melalui nefrostom dan dilanjutkan ke tabung nefridia oleh gerakan silia (Edward & Lofty 1972). Nefridia memiliki 3 fungsi pada proses eksresi, yaitu filtrasi, reabsorbsi dan transformasi kimiawi (Bahl 1947). Cacing tanah kemudian mengekskresikan zat- zat sisa tersebut dari dinding tubuh sebagai mukur. Mukus ini berperan sebagai pelumas, mengikat partikel tanah untuk membentuk dinding liang dan membentuk lapisan pelindung dari bahan- bahan beracun. Maka ketika paparan pestisida melebihi ambang batas kemampuan cacing dalam menerima zat beracun, maka ketiga fungsi dari nefridia pun terganggu. Ketika nefridia terganggu, maka mukus yang dihasilkan pun berlebihan sehingga mengeluarkan kandungan air dalam tubuh cacing. Maka tubuh cacing mengalami pengempisan dan keropos serta mudah lapuk. Hasil yang berbeda yang diperoleh oleh kelompok- kelompok lain ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 1. Hasil Data Praktikum

NoKeada

anPestisida (ml)

Praktikum hari ke-0Praktikum hari ke-

3Praktikum hari

ke-4

Rh (%)CacingHidup Rh (%)

Cacing Hidup Rh (%)

Cacing Hidup

1 Kering 01,0- 3,9

103,0 - 7,0

33,3 - 7,4

02 Kering 1 10 0 03 Kering 5 10 3 0

Page 6: praktikum cacing kel 8.docx

4 Kering 20 3 1 05 Basah 0

9,7 - 10,5

10

7,47 - 10,5

10

10,8 - 13,7

66 Basah 1 10 0 07 Basah 5 10 0 0

8 Basah 20 5 0 0 Berdasarkan data dari pengamatan di atas, semakin rendah tingkat kelembaban tanah, maka semakin tinggi pula tingkat kematian cacing. Ini disebabkan karena cacing hanya cocok pada kelembaban antara 60 sampai 85%. Kelembaban mempengaruhi pertumbuhan, daya reproduksi dan daya serap cacing tanah terhadap oksigen. (Red Worm Organic, 2007). Jika perbandingan dilihat pada besarnya paparan pestisida, maka keadaan dengan tingkat pestisida yang paling besar menyebabkan kematian cacing paling cepat. Paparan pestisida dalam tanah turut mengganggu tingkat keasaman (pH) tanah. Keasaman media yang ideal untuk cacing tanah berkisar antara 6 sampai 7,2. Bahan organik yang dibutuhkan cacing tanah harus mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral (Rukmana,1999). Secara kesuluruhan, rata- rata massa cacing dari setiap kelompok mengalami penurunan walaupun volume cacing mengalami peningkatan. Ini terjadi karena mekanisme sistem eksresi dan saraf dalam merespon pestisida sebagai limbah dengan paparan yang melebihi ambang batas cacing seperti yang telah dijelaskan di atas.

KESIMPULAN Pemberian pestida pada cacing sebagai contoh makhluk hidup yang tinggal di dalam tanah sangatlah berbahaya karena dapat menurunkan tingkat populasi cacing itu sendiri. Pemberian pestida dalam takaran dan media yang berbeda dengan dapat menyebabkan reaksi dari perilaku cacing yang berbeda pula. Semakin rendah tingkat kelembaban tanah namun tingginya tingkat takaran pestisida akan memicu menurunnya tingkat populasi cacing secara signifikan dalam waktu yang singkat seperti yang terjadi pada kelompok 8 . Faktor kelembaban sangat berpengaruh karena sistem pencernaan, saraf dan eksresi cacing sangat tergantung pada keberadaan air yang ada pada tanah sebagai habitatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Sodiq, M. 2000. Pengaruh Pestisida terhadap Kehidupan Organisme Tanah [Ulasan]. Mapeta ISSN 1411-2817 Vol. 2 No. 5

Page 7: praktikum cacing kel 8.docx

Tantera, D.M. 1977. Pengaruh Fungisida dan Bakterisida terhadap Lingkungan dalam Aspel Pestisida di Indonesia. LP3 Bogor. Edisi Khusus No. 3: 52-58.

Sofyan, Sashadi. 2007. “Karakter dan Pertumbuhan Cacing Tanah Lokal pada Media Mengandung Limbah Tanaman Pisang serta Jerami Padi”. Tugas Akhir. Universitas Brawijaya. Malang

Page 8: praktikum cacing kel 8.docx

LAMPIRAN 1. Kegiatan Selama Pengamatan Cacing pada Reaktor

Gambar 1. Cacing setelah dibersihkan Gambar 2. Cacing-Cacing yang mati

Gambar 3. Kondisi cacing setelah 20 menit

Gambar 4. Ketika dimasukkan pertisida

Gambar 5. uji pengamatan arah gerak cacingdengan 2 kondisi tanah berbeda