makalah toksikologi kel. 1.docx

24
Makalah TOKSIKOLOGI “ABSORBSI” O L E H NAMA : FITRYANI F1F1 13 094 LETI LISNAWATI DARMA F1F1 13 095 WA ODE LISNAWATI F1F1 13 097 HAMZA AZALI F1F1 13 098 KELOMPOK : I (SATU) KELAS : FARMASI C

Upload: rahmat-bin-abdu-rahman

Post on 08-Nov-2015

19 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Makalah

TOKSIKOLOGIABSORBSI

O L E HNAMA: FITRYANIF1F1 13 094 LETI LISNAWATI DARMAF1F1 13 095 WA ODE LISNAWATIF1F1 13 097 HAMZA AZALIF1F1 13 098KELOMPOK: I (SATU)KELAS: FARMASI C

JURUSAN FARMASIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HALU OLEOKENDARI2015Kata PengantarAssalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang maha megetahui dan maha bijaksana yang telah memberi petunjuk yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-Nya salawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang membimbing umatnya degan suri tauladan-Nya yang baik. Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan anugrah, kesempatan dan pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan tugas ini. Tugas makalah ini merupakan pengetahuan tentang Absorbsi, semua ini di rangkup dalam makalah ini, agar pemahaman terhadap permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan akurat. penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, yang telah memberikan arahan dan inspirasi untuk menyelesaikan tugas ini. Tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan kriktikan dari berbagai pihak yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan lengkap selanjutnya dan semoga laporan ini bermanfaaat bagi kita semua. Terimakasih.Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kendari, Maret 2015

Penulis

Daftar IsiKata Pengantar .....iDaftar Isi ..iiBAB I PendahuluanA. Latar Belakang ...B. Rumusan Masalah ..C. Tujuan BAB II Pembahasan A. Definisi Absorbsi ....B. Perbedaan Absorbsi dan Adsorbsi ...C. Jalur Masuk Absorbsi .D. Transpor yang digunakan Absorbsi .E. Jenis-jenis transport BAB III PenutupA. Kesimpulan B. Saran .Daftar Pustaka ...

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangToksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia yang merugikan bagi organisme hidup. Pengaruh yang merugikan ini timbul sebagai akibat terjadinya interaksi diantara agent-agent toksis (yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kerusakan pada organisme hidup) dengan system biologi dari organisme. Pada beberapa racun, yang bereaksi itu bukan agentnya sendiri, tetapi hasil metabolismenya. Proses pengrusakan ini baru terjadi apabila pada target organ telah menumpuk satu jumlah yang cukup dari agent toksik ataupun metabolitnya, begitupun hal ini bukan berarti bahwa penumpukan yang tertinggi dari agent toksis itu berada di target organ, tetapi bisa juga ditempat yang lain. Sebagai contoh, insekticida hidro karbon yang diklorinasi mencapai konsentrasi dalam depot lemak dari tubuh, tetapi disana tidak menghasilkan efek-efek keracunan yang dikenal. Selanjutnya, untuk kebanyakan racun-racun, konsentrasi yang tinggi dalam badan akan menimbulkan kerusakan yang lebih banyak. Konsentrasi racun dalam badan ini merupakan fungsi dari jumlah racun yang dipaparkan, yang berkaitan dengan kecepatan absorpsinya dan jumlah yang diserap, juga berhubungan dengan distribusi, metabolisme maupun ekskresi agent toksis tersebut. Makalah ini dimaksudkan untuk membahas mengenai masalah absorpsi dari agent toksis oleh badan. Proses-proses yang menyebabkan zat-zat beracun itu mampu melewati membran-membran tubuh dan memasuki aliran darah adalah dirujuk ke absorption. Seperti seseorang bisa menduga, tidak ada system yang khusus pada mamalia untuk tujuan tunggal mengenai penyerapan zat-zat beracun. Zat beracun terlihat menembus membran-membran tubuh dan memasuki aliran darah oleh proses-proses yang sama yang digunakan untuk absorpsi fisiologis dari oksigen, zat-zat makanan dan lain-lain zat gizi. Lintasan-lintasan utama yang dilalui agent-agent beracun yang diserap adalah tr.gastro intestinalis, paru-paru, dan kulit. Bagaimanapun, lintasan-lintasan pemberian yang khusus seperti intra peritoneal dan subcutan sering digunakan dalam pemahaman toksikologi.B. Rumusan MasalahRumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.1. Definisi absorbsi?2. Perbedaan absorbsi dan adsorbsi?3. Jalur masuk absorbsi?4. Transport-transpor yang digunakan untuk absorbsi?5. Jenis-jenis transport absorbsi?C. Tujuan Tujuan yang dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut.1. Dapat menjelaskan definisi absorbsi.2. Dapat menjelaskan perbedaan absorbsi dan adsorbsi.3. Dapat menjelaskan jalur masuk absorbsi.4. Dapat menjelaskan transport-transpor yang digunakan absorbsi obat.5. Dapat menjelaskan jenis transport absorbsi obat.BAB IIPEMBAHASANToksikologi mempelajari efek-efek merugikan (toksik) dari zat-zat. Sejak dahulu, Farmakologi dan toksikologi dikelompokan bersama, karena praktis setiap zat (juga setiap obat) yang diberikan dalam dosis yang berlebihan dapat menunjukan efek toksik. Teori Paracelus: Hanya besarnya dosis yang menjadikan zat bukan racun). Farmakodinamik membahas efek obat didalam dan terhadap suatu organisme. Hal-hal yang dibahas antara lain tempat kerja obat, mekanisme kerja seperti aksi reseptor, kopling reseptor-efektor, transduksi sinyal, intensitas efek, efek maksimal dan jenis-jenis missal. Analgesik, antipiretik, antiflogistik.A. Definisi Farmakokinetika atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yakni proses absorbsi (A), distribusi (D), metabolisme (M) dan ekskresi (E). metabolisme atau biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif, merupakan proses eliminasi obat. Absorbsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian kedalam darah. (Gunawan, 2007). Proses-proses yang menyebabkan zat-zat beracun itu mampu melewati membran-membran tubuh dan memasuki aliran darah adalah dirujuk ke absorbsi. Seperti seseorang bisa menduga, tidak ada system yang khusus pada mamalia untuk tujuan tunggal mengenai penyerapan zat-zat beracun.

B. Perbedaan Adsorbsi dan Absorbsi. Adsorpsi adalah proses yang terjadi pada permukaan suatu zat padat yang berkontak dengan suatu larutan dimana terjadi akumulasi molekul-molekul larutan pada permukaan zat padat tersebut (Kasam dkk, 2005). Sedangkan absorbsi adalah peristiwa penyerapan pada permukaan suatu zat adsorben (Anonim, 2015).

C. Jalur Masuk Agent-agent beracun biasanya memasuki aliran darah manusia sesudah penyerapan dari kulit, paru-paru, atau TR.GI. Bagaimanapun, dalam memahami agent-agent kimia, ahli-ahli toksikologi sering memberikan bahan-bahan kimia ini ke binatang-binatang laboratorium melalui berbgai jalan-jalan khusus, yang sangat sering adalah (1) intra peritoneal, (2) sub cutan, (3) intra muscular, (4) intravena. Pemberian intravena memasukkan toksikan langsung kedalam aliran darah dan proses penyerapan disingkirkan. Cara pemberian melalui intra vena. Jalur masuk bahan kimia ke dalam tubuh berbeda menurut situasi paparan. Metode kontak dengan racun melalui cara berikut: 1). Tertelan,efeknya bisa lokal pada saluran cerna dan bisa juga sistemik. Contoh kasus: overdosis obat,pestisida. 2)Topikal (melalui kulit), efeknya iritasi lokal, tapi bisa berakibat keracunan sistemik. Kasus ini biasanya terjadi di tempatindustri. Contoh: soda kaustik, pestida organofosfat, 3)Topikal (melalui mata), efek spesifiknya pada mata dan bisa menyebabkan iritasi lokal. Contoh : asam dan basa, atropine. 4).Inhalasi, iritasi pada saluran nafas atas dan bawah, bisa berefek pada absopsi dan keracunan sistemik. Keracunan melalui inhalasi juga banyak terjadi di tempat-tempat industri. Contoh : atropin, gas klorin, CO (karbon monoksida). Dan 5).Injeksi, efek sistemik, iritasi lokal dan bisa menyebabkan nekrosis. Masuk ke dalam tubuh bisa melalui intravena, intramuskular, intrakutan maupun intradermal.Cara pemberian toksikan melalui intra vena kepada bintang-binatang laboratorium juga merupakan satu prosedur yang biasa. Cara ini mengakibatkan satu penyerapan toksikan yang cepat dikarenakan banyaknya persediaan darah keruangan peritoneal dan besarnya puas permukaan. Senyawa-senyawa yang diberikan secara intra peritoneal utamanya diserap melalui sirkulasi portal dan karenanya harus melalui liver sebelum mencapai organ-organ lain.Toksikan-toksikan yang diberikan secara sub cutan dan intra muscular biasanya diserap dengan suatu kecepatan rendah. Kecepatan penyerapan dengan kedua cara ini dapat dirubah oleh perubahan aliran darah kedaerah tersebut dan penggantian larutan dimana toksikan itu diberikan. Untuk contoh, epinephrine akan menyebabkan vaso kontriksi dan mengurangi kecepatan penyerapan dari satu toksikan. Perumusan dari toksikan juga dapat mempengaruhi kecepatan penyerapan, toksikan dalam bentuk suspensi diserap lebih lambat dari pada bentuk larutan-larutan.Daya racun suatu zat kimia bisa terghantung atau tidak pada cara pemberian parenteral. Jika satu toksikan diinjeksikan intra peritoneal, kebanyakan dari obat akan memasuki liver melalui sirkulasi portal sebelum dia mencapai sirkulasi umum tersebut. Karena itu, senyawa yang diberikan secara intra perineal bisa dimetabolisir sempurna, atau diekraksi oleh liver dan dikeluarkan dalam empedu, dan tidak pernah memperoleh jalan masuk kesisa dari binatang tersebut. Propanolol (Shand dan rangno, 1972) dan Lidocaine (Boyes dkk 1970) dan adalah dua obat-obat demikian yang secara effisien disaring selama penembusan pertama dari liver. Setiap toksikan yang diperlakukan secara demikian yang memiliki satu daya racun yang selektif untuk satu organ selain dari liver dan Tr.GI akan diharapkan banyak kurang toksis bila diberikan intra peritoneal dari bila diberikan subcutan atau intra musculair. Daya racun senyawa-senyawa yang tidak dimetabolisme oleh hati atau dieksresikan kedalam empedu tidak akan diharapkan berbeda jelas ketika diberikan oleh 3 jalan-jalan kecuali faktor-faktor lain seperti perbedaan-perbedaan dalam kecepatan penyerapan dari ketiga jalan-jalan yang terlibat. Zat beracun terlihat menembus membran-membran tubuh dan memasuki aliran darah oleh proses-proses yang sama yang digunakan untuk absorpsi fisiologis dari oksigen, zat-zat makanan dan lain-lain zat gizi. Lintasan-lintasan utama yang dilalui agent-agent beracun yang diserap adalah gastro-intestinalis, paru-paru, dan kulit. Bagaimanapun, lintasan-lintasan pemberian yang khusus seperti intra peritoneal dan subcutan sering digunakan dalam pemahaman-pemahaman toksikologi.Penyerapan-penyerapan zat-zat beracun oleh Gastro-Intestinalis : Gastro Intestinalis adalah satu lintasan yang penting melalui mana zat-zat beracun diserap. Beberapa zat-zat beracun dilingkungan memasuki rantai makanan dan diserap dari gastro intestinalis. Lintasan penyerapan ini juga menarik minat ahli toksikologi karena usaha-usaha bunuh diri sering melibatkan satu over dosis dari satu obat yang diberikan melalui mulut. Gastro Intestinalis juga merupakan lintasan yang biasa dimana anak-anak keracunan. Gastro Intestinalis bisa dipandang sebagai satu tabung yang menembus badan. Meskipun dia dalam badan, isi-isinya dapat difikirkan bagian luar dari badan. Karena itu, racun-racun didalam GI tidak menghasilkan kerusakan ke individu sampai mereka diserap, kecuali agent-agent itu pembakar atau sangat merangsang GI kebanyakan zat-zat beracun yang ditelan melalui jalan mulut tidak akan menghasilkan effek sistemik kecuali mereka sudah diserap kedalam aliran darah. Penyerapan zat beracun dapat terjadi sepanjang Tr.GI, bahkan dialam mulut dan rectum. Untuk contoh, beberapa obat-obatan seperti nitrogliserin diberikan per rectal. Jika satu toksikan adalah satu asam atau basa lemah organic, dia akan cenderung diserap melalui diffusi dibagian Tr.GI, diamana dia berada dalam bentuk sangat larut dalam lipid. Karena cairan lambung bersifat asam dan isi-isi usus mendekati netral, kelarutannya dalam lemak secara jelas berbeda didalam kedua daerah TR.GI ini. Dengan menggunakan persamaan Henderson-Hasselbalc seseorang dapat menentukan berapa persent atau pecahan dari toksikan ada dalam bentuk larut lipid tak terionisasi dan karenanya dapat ditemukan untuk absorpsi. Persen dari satu asam lemah (benzoat) dan satu basa lemah (anilin) dalam bentuk terionisir dalam lambung dan usus.

D. Trnaspor transport Yang Digunakan Kulit manusia berhubungan dengan beberapa agent-agent beracun. Untungnya kulit tidak sangat permeabel dan karena itu merupakan perintah yag ralatif baik yang memisahkan manusia dari lingkungannya. Bagaimananpun, beberapa zat kimia dapat diserap oleh kulit dalam jumlah-jumlah yasng cukup untuk menghasilkan effek-effek sistemik. Untuk contoh, gas-gas saraf seperti sarin siap diserap oleh kulit yang utuh. Juga carbon tetra chlorida dapat diserap oleh kulit untuk menghasilkan kerusakan liver, dan beragam insektisidainsektisida telah menghasilkan kematian pekerja-pekerja perkebunan sesudah penyerapan melalui kulit yang utuh. Supaya toksikan diserap melalui kulit, zat kimia itu harus menembus sel-sel epidermis, sel-sel kelenjar keringat, atau kelenjar-kelenjar scea, atau masuk melalui follikel-follikel rambut. Meskipun jalan follikel bisa membolehkan masuknya sejumlah kecil toksikan dengan segera, kebanyakan zat kimia menembus sel-sel epidermis, yang menyusun daerah permukaan yang besar dari kulit. Kelenjar-kelenjar keringat dan folikel-folikel rambut tersebar diseluruh kulit dalam jumlah yang beragam tetapi secara perbandingan berupa jarang luas penampang lintang total mereka adalah mungkin diantara 0,1 dan 1,0 % dari luas kulit. Agar satu zat kimia diserap melalui jalan percutaneous dia harus menembus lapisan luar yang tersusun padat dari sel-sel epidermis yang berzat tanduk dan berkeratin, melalui germ layer dari epidermis, melalui corium, dan terus kedalam sirkulasi sistemik. Karena itu, agar toskikan diserap melalui kulit, zat kimia harus menembus sejumlah besar sel-sel. Berbeda, apabila toksikan diserap oleh paru-paru dan Tr.GI, zat kimia itu boleh menembus hanya dua sel. Fase pertama penyerapan melalui kulit adalah diffusi toksikan melalui epidermis, dan dalam daerah ini beradanya rintangan yang membatasi kecepatan penyerapan toksikan-toksikan melalui kulit. Secara lebih khusus rintangan itu adalah stratum Corneum-membran multiselluler, kohesif dan tipis yang terdiri dari lapisan permukaan yang mati dari kulit. Penelaahan telah menunjukkan bahwa stratum corneum dilengkapi lagi sekitar setiap dua minggu pada orang dewasa. Cara pemindahan zat melalui sel membrane ada beberapa cara yaitu : 1). Difusi pasif ialah perjalanan zat langsung melalui lipid atau saluran berair. 2). Pengankutan aktif atau disebut difusi fasilitas yaitu pemindahan molekul polar dengan media alat pengangkut. 3). Pinositosis merupakan invaginasi dari sel membrane yang menelan tetesan cairan ekstrakeluler hingga memungkinkan solute dapat diangkut kedalam hasil vakuola berair. 3). Persorpsi merupakan filtrasi atau difusi berair dan akhirnya terjadi difusi ion.E. Jenis-jenis TransporBarier absorpsi dapat merupakan epitelium di membran sel, dll. Untuk dapat melewati barier absorpsi, maka perlu adanya mekanisme transpor. Beberapamekanisme transporabsorpsiadalah:1. Difusi pasif. Difusi pasif digunakan untuk melukiskan lewatnya molekul- molekul obat melalui suatu membrane yang bersifat inert (tidak mudah bereaksi) dan tidak berpartisipasi aktif dalam proses tersebut. Proses absorbsi dikendalikan oleh perbedaan konsentrasi yang ada diseberang membrane, dengan perjalanan zat terjadi terutama dari tempat yang berkonsentrasi yang ada diseberang membrane, dengan perjalanan terjadi terutama dari tmepat yang berkonsentrasi obat tinggi ketempat yang berkosentrasi rendah (Ansel, 2008).2. Difusi aktif : adalah pergerakkan zat yang melawan gradien konsentrasi sehingga perlu energi. Karena adanya energi, maka pergerakkan obat dapat bergerak dari keadaan konsentrasinya rendah ke konsentrasinya tinggi. Pergerakkan ini akan berhenti jika energi telah habis (Gunawan, 2007). 3. Difusi terfasilitasi: pada proses ini terdapatcarrier yang memfasilitasi proses transpor. Bersifat spesifik, karena hanya zat yang cocok dengancarriersajalah yang dapat terbawa. Proses ini tidak tergantung dari konsentrasi dan berhenti ketikacarrier tidak ada lagi.

Gambar 1. Macam-macam transport

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanBerdasrkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa, 1. Absorbsi adalah proses-proses yang menyebabkan zat-zat beracun itu mampu melewati membran-membran tubuh dan memasuki aliran darah.2. Perbedaan adsorbsi dan absorbsi yaitu adsorpsi adalah proses yang terjadi pada permukaan suatu zat padat yang berkontak dengan suatu larutan dimana terjadi akumulasi molekul-molekul larutan pada permukaan zat padat tersebut sedangkan absorbsi adalah peristiwa penyerapan pada permukaan suatu zat adsorben.3. Jalur masuk zat toksik, penyerapan-penyerapan melalui jalan-jalan khusus, seperti intra peritoneal, sub cutan, sub cutan, intra muscular, intravena, tertelan,topikal (melalui kulit),topikal, inhalasi dan injeksi.4. Transport-transpor yang biasa digunakan absorbsi zat toksik yaitu transport aktif dan difusi pasif.5. Jenis transport zat toksik yaitu difusi pasi, difusi aktif, dan transport terfasilitasi.B. SaranMakalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga saran yang membangun sangat dibutuhkan untuk pembuatan makalah yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKAAnief, M., 1993, Farmasetika, Universitas Gadjah Mada : Jakarta.

Ansel, H.C., 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press : JakartaGunawan, S.G., 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.

Kasam., Yulianto, A., dan Titin Sukma., 2005, Penurunan COD (Chemical Oxygen Demand) dalam Limbah Cair Laboratorium Menggunakan Filter Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa. Logika. Vol. 2, No. 2

Lachman, L., Lieberman, .H.A dan Joseph L.K., 1991. Teori dan Praktek Farmasi Industri. UI Press : Jakarta. Robert K.Murray, MD,PhD dkk : Harpers Biochemistry Edisi ke 22, Toronto University .Alih bahasa : dr.Andry hartono. EGC