pleno skenario 2 mengenai malnutrisi
DESCRIPTION
apa itu BGM dok?TRANSCRIPT
SKENARIO 2“Apa itu BGM, dok…??”
KELOMPOK 4
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2013
ANGGOTA
• Aini Putri 1118011002• Bianti Nuranini 1118011023• Giok Pemula 1118011049• Indah Prambono 1118011056• Jeana Salima 1118011062• Melly Anida 1118011076• Nycho A.C 1118011092• Prayudo A. 1118011099• Resti Ramdhani 1118011108• Yusi Farida 1118011142• M.Patrio GS 0918011011
“Apa itu BGM, dok…??”
Dr. Anggi adalah dokter yang bertugas di puskesmas Raja Bintang. Pada
waktu kegiatan posyandu di wilayah tersebut, beserta bidan dan petugas
gizi, dr. Anggi melakukan kunjungan rumah ke setiap balita guna melakukan
pemeriksaan antropometri lengkap dan pemeriksaan status gizi lainnya. Dr.
Anggi menemukan satu orang balita yang obesitas dan dua kasus balita
dengan gizi buruk pada salah satu kelurahan di wilayah kerjanya.
Dua orang ibu mengeluhkan anaknya yang kelihatan sangat kurus, rewel,
dan tidak nafsu makan. Pada kartu KMS, berat badan balita di bawah garis
merah (BGM). Para ibu menanyakan, apa itu BGM dok??
Pada saat kunjungan rumah di dapatkan bahwa selain Nampak kurus, ada
beberapa anak terdapat tanda crazy pavement dermatosis, sementara anak
yang lain terdapat tanda baggy pants. Dr. Anggi kemudian memberikan
makanan tambahan untuk meningkatkan berat badan balita BGM.
Rumusan masalah
Malnutrisi
–Kwashiorkor–Marasmus–Obesitas–Defisiensi vitamin A
MALNUTRISI
Malnutrisi
over nutrient
obesitas overweight
under nutrient
mikronutrient
Gaki,def.vitA, Beri-beri
makronutrient
Kwashiorkor, marasmus, marasmus
kwashiorkor
AKIBAT GIZI BURUKKurang Gizi
Gangguan Pertumbuhan danKecerdasan
• Daya tahan tubuh
• Angka kesakitan
• Angka kematian
Kualitas SDM
KESEHATAN
PENDIDIKAN
PENDAPATAN
HDIIndonesia tahun 2002 peringkat 110 dari 273
negara(Laporan UNDP)
Penurunan Produktivitas
KMS
KMS (Kartu Menuju Sehat) adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Bawah garis merah pada KMS menunjukan bahwa anak tersebut memiliki gizi buruk.Hijau = Gizi baikKuning = Waspada
Balita naik berat badannya bila :(1) Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah
satu pita warna, atau(2) Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita
warna diatasnya.
Balita tidak naik berat badannya bila :• Garis pertumbuhannya turun, atau• Garis pertumbuhannya mendatar, atau• Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke
pita warna dibawahnya.
MARASMUS
Etiologi :Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999).
Patofisiologi
Manifestasi Klinik1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua2. Lethargi3. Irritable4. Kulit keriput (turgor kulit buruk)5. Ubun-ubun cekung pada bayi6. Jaringan subkutan hilang7. Malaise8. Kelaparan9. Apatis
KEP - Gizi Buruk : Marasmus
Wajah spt orang tua
Rambut masih hitam
Iga gambang, sangat kurus
Atrofi otot,Lemak sangat tipis/habis
KWASHIOKOR
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalahinadekuatnya intake protein yangberlangsung kronis. Faktor yang dapatmenyebabkan hal tersebut di atas antaralain:• Pola makan• Faktor sosial• Faktor ekonomi• Faktor infeksi dan penyakit lain
Manifestasi klinik• Gagal untuk menambah berat badan• Pertumbuhan linear terhenti• Edema general (muka sembab, perut yang membuncit)• Diare yang tidak membaik• Dermatitis, perubahan pigmen kulit (bersisik).• Perubahan warna rambut menjadi kemerahan dan mudah dicabut.• Penurunan massa otot• Perubahan mental seperti lethargia, iritabilitas dan apatis dapat terjadi.• Perlemakan hati, gangguan fungsi ginjal, dan anemia.• Pada keadaan berat/ akhir (final stages) dapat mengakibatkan shock,
koma dan berakhir dengan kematian.
KEP - Gizi Buruk : Kwashiorkor
Kurus, Tulang Selangka & Tulang Rusuk Kelihatan
Edema
KEP-Gizi Buruk : Kwashiorkor
Crazy PavementDermatosis
Kwashiorkor
Edema
Hepatomegali(pembesaran hati)
Marasmus – Kwashiokor
Keadaan yang ditimbulkan akibat adanya kekurangan energi protein yang disertai dengan kekurangan energi kalori
Perbedaan marasmus dengan kwashiorkor
no. tanda klinis Marasmus kwashiorkor
1 Usia bayi tahun 2 dan 3
2 Edema tidak ada ada
3 Dermatosis (flaky) jarang sering
4 Lemak bawah kulit tidak ada ada
5 penurunan berat badan parah parah tertutup edema
6 nafsu makan baik buruk
7 infiltrasi lemak hati tidak ada ada
8 penyembuhan luka baik jika stress tidak lama buruk
Komplikasi
Jangka panjangJangka pendek
hipotermia
hipoglikemia
dehidrasi
gangguan fungsi vital
gangguan keseimbangan elektrolit asam basa
infeksi berat
hambatan penyembuhan penyakit penyerta
berkurangnya potensi tumbuh kembang
stunting
Langkah Diagnosis pada penderita marasmus dan kwashiokor
1. Anamnesis• Riwayat kehamilan• Riwayat imunisasi• Riwayat pemberian ASI dan MPASI• Riwayat penggunaan obat-obatan
2. Pemeriksaan fisik• Status mental• Antropometri
3. Pemeriksaan Tambahan• Pemeriksaan feses lengkap• Pemeriksaan kadar albumin serum• Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit
Penatalaksanaan KEP
1. Penatalaksanaan KEP ringan
• Diberikan penyuluhan gizi dan nasehat pemberian makanan di rumah (bilamana pasien rawat jalan). Dianjurkan untuk memberikan ASI eksklusif (bayi sampai 6 bulan) dan terus memberikan ASI sampai 2 tahun.
2. Penatalaksanaan KEP sedang a. Penderita rawat jalan: nasehat pemberian
makanan dan vitamin serta teruskan ASI.Selalu dipantau kenaikan berat badannya dan dirujuk ke puskesmas untuk penangan masalah gizinya.
b. Penderita rawat inap: diberikan makanan tinggi energi dan protein, dengan kebutuhan energi 20% -50% di atas Angka kecukupan gizi/AKG dan diet sesuai dengan penyakitnya, serta dipantau berat badannya setiap hari dan diberi vitamin dan berikan penyuluhan gizi.
3. Pengobatan rutin KEP berat yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah penting yaitu:
1.Atasi/cegah hipoglikemia2.Atasi/cegah hipotermia3.Atasi/cegah dehidrasi4.Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit5.Obati/cegah infeksi6.Mulai pemberian makanan7.Fasilitasi tumbuh-kejar (“catch up growth”)Koreksi
defisiensi nutrien mikro9.Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan
emosi/mental10.Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah
sembuh.
LANGKAH KE-1: PENGOBATAN/PENCEGAHAN HIPOGLIKEMIA (< 50 mg/dL)
50 ml “bolus” (pemberian sekaligus) glukosa 10% atau larutan sukrosa 10% (1 sdt gula dalam 5 sdm air) secara oral atau pipa naso-gastrik.
Selanjutnya berikan larutan tsb. setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali berikan ¼ bagian dari jatah untuk 2 jam)
Berikan antibiotika
Secepatnya berikan makan setiap 2 jam, siang dan malam
LANGKAH KE-2: PENGOBATAN/PENCEGAHAN HIPOTERMIA
Segera beri makanan cair/formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila perlu)
Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala, letakkan dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau peluk anak di dada ibu, selimuti (metoda kanguru).
Berikan antibiotika
LANGKAH KE-3: PENGOBATAN/PENCEGAHAN DEHIDRASI
Cairan Resomal / pengganti sebanyak 5 ml/KgBB setiap 30 menit selama 2 jam secara oral atau lewat pipa nasogastrik.
Selanjutnya beri 5–10 ml/kg/jam untuk 4–10 jam berikutnya
Ganti Resomal/cairan pengganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formula khusus sejumlah yang sama bila keadaan rehidrasi menetap/stabil.
Selanjutnya mulai beri formula khusus
LANGKAH KE-4: KOREKSI GANGGUAN KESEIMBANGAN ELEKTROLIT
Tambahan Kalium 2-4 mEq/kg BB/hari (= 150-300 mg KCl/kgBB/hari)Tambahkan Mg 0.3-0.6 mEq/kg BB/hari (= 7.5-15 mg MgCl2 /kgBB/hari)Untuk rehidrasi, berikan cairan rendah natrium (Resomal/pengganti)
Siapkan makanan tanpa diberi garam/rendah garam.
LANGKAH KE-5: PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI
Antibiotik spektrum luas
Vaksinasi Campak bila umur anak >6 bulan dan belum pernah diimunisasi
LANGKAH KE-6: MULAI PEMBERIAN MAKANAN
Energi : 80 – 100 kal/kgBB/hari
Protein : 1 – 1.5 g/kgBB/hari
Cairan : 130 ml/kgBB/hari (100 ml/kgBB/hari bila terdapat edema)
Bila masih mendapat ASI, tetap diberikan tetapi setelah pemberian formula.
LANGKAH KE-7: FASILITASI TUMBUH KEJAR
Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100 ml) dalam jangka waktu 48 jam.
Naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa,saat tercapai jumlah 30 ml/kgBB/kali (=200 ml/kgBB/hari).
LANGKAH KE-8: KOREKSI DEFISIENSI MIKRO NUTRIEN
Suplementasi multivitamin
Asam folat 1 mg/hari (5 mg pada hari pertama)
Seng (Zn) 2 mg/kgBB/hari
Tembaga (Cu) 0.2 mg/kgBB/hari
Bila BB mulai naik: Fe 3 mg/kgBB/hari atau sulfas ferrosus 10 mg/kgBB/hari
Vitamin A oral pada hari I : umur > 1 tahun : 200.000 SI, 6-12 bulan : 100.000 SI, < 6 bulan : 50.000 SI, kecuali bila dapat dipastikan anak sudah mendapat suplementasi vit.A pada 1 bulan terakhir. Bila ada
tanda/gejala defisiensi vit.A, berikan vitamin dosis terapi.
LANGKAH KE-9: BERIKAN STIMULASI SENSORIK DAN DUKUNGAN EMOSIONAL
Kasih sayang
Lingkungan yang ceria
Terapi bermain terstruktur selama 15
– 30 menit/hari
Aktifitas fisik segera setelah sembuh
Keterlibatan ibu (memberi makan,
memandikan, bermain dsb).
LANGKAH KE-10: TINDAK LANJUT DI RUMAH
Bila gejala klinis sudah tidak ada dan BB anak sudah mencapai 80% BB/U, dapat dikatakan anak sembuh.
Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah setelah penderita dipulangkan.
ZAT MAKANAN
Protein • Asam amino Esensial; asam amino yang tidak dapat
disintesis tubuh yaitu: Isoleusin, Leusin, Lisin, Metionin, Fenilalanin, valin, triptofan dan valin.
• Asam amino tidak esensial; asam amino yang dapat diseintesis tubuh. Misalnya: Glutamat, alanin, aspartat, dsb.
• 1 gram/kg.BB/hari. Jika berlebih dibuang dalam bentuk urea (Nitrogen Balans). kekurangannya menyebabkan kwashiokor dan hongeroedem
ZAT MAKANAN
Lemak (Lipid) • Diperlukan sebagai pelarut beberapa vitamin,
sebagai pelindung jaringan tubuh dan penghasil energi yang besar (9 kal/g). Kebutuhannya 0,5 - 1 gram/kg.BB/hari.
Karbohidrat • Sebagai penghasil energi (4 kal/g). Kelebihan
karbohidrat dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak.
ZAT MAKANANgaram garam mineral
Calsium (Ca) Untuk membentuk matriks tulang, membantu proses penggumpalan darah. Dibutuhkan 0,8 g/hari.
Fosfor (P) Untuk membentuk matriks tulang, diperlukan dalam pembelahan sel dan metabolisme. Dibutuhkan 1 mg/hari.
Besi (Fe) komponen penting sitokrom (enzim pernafasan), komponen penyusun Hemoglobin. Dibutuhkan 15 - 30 mg/hari.
Fluor (F) Untuk menguatkan geligi
lodium (I) Komponen penting hormon pertumbuhan (Tiroksin)
Natrium & Klor (NaCl)
Pembentukan asam klorida (HCl). Dibutuhkan 1 g/hari.
ZAT MAKANANvitamin larut lemak
Vitamin A (Aseroftol) untuk pertumbuhan sel epitel, mengatur rangsang sinar pada saraf mata. Defisiensi awal menimbulkan gejala Hemeralopia (rabun senja) dan Frinoderma (kulit bersisik), timbul Bercak Bitot lalu mengering (Xeroftalmia) akhirnya hancur (Keratomalasi)
Vitamin D Mengatur kadar kapur dan fosfor, (Kalsiferol = Ergosterol) memperlancar proses Osifikasi. Defisiensi akan menimbulkan Rakhitis.
Vitamin E Berperan dalam meningkatkan Fertilitas
Vitamin K (Anti Hemoragi) Berfungsi dalam pembentukan protrombin. Dibuat dalam kolon dengan bantuan bakteri Escherichia coli
ZAT MAKANANvitamin tak larut lemak
B1 (Aneurin = Thiamin) Untuk mempengaruhi absorbsi lemak dalam usus. Defisiensinya menyebabkan Beri-Beri dan Neuritis.
B2 (Riboflavin = Laktoflavin) Transmisi rangsang sinar ke mata. Defisiensinya akan mengakibatkan Katarak, Keilosis
Asam Nikotin (Niasin) Proses pertumbuhan, perbanyakan sel dan anti pelagra. Defisiensinya menyebabkan Pelagra dengan gejala 3D: Dermatitis, Diare, Dimensia.
B6 (Piridoksin ) Untuk gerak peristaltik usus. Defisiensi akan menyebabkan Sembelit
Asam Pantotenat Defisiensi akan menyebabkan Dermatitis
Kolin Defisiensi akan menimbulkan timbunan lemak pada hati.
Biotin (Vitamin H) Defisiensi akan menimbulkan gangguan kulit
Asam Folat Defisiensi akan menimbulkan Anemia defisiensi asam folat.
B12 (Sianokobalamin) Defisiensi akan menimbulkan Anemia Pernisiosa
Vitamin C (Asam Askorbinat) untuk pembentukan sel, pembuatan trombosit. Defisiensi akan menimbulkan pendarahan gusi, karies gigi, pendarahan di bawah kulit.
Defisiensi vitamin A
• Manfaat vitamin a:– Proses penglihatan– Mengatur kekebalan tubuh– Pembentukan mukus– Pertumbuhan dan perkembangan– Reproduksi– Pencegahan kanker(menangkal radikal bebas)
Patologi dan gejala: a. buta senja :
gangguan regenerasi rodopsingejala pertama defisiensi vitamin A
b. xeroftalmia: jaringan epitel berubah menjadi kering dan
kerasKadang terlihat bercak bitotfotofobiakonjuntivitisulserasi, perforasi, dan destruksi total bola mata
c. kelainan kulit hiperkeratosis folikularis
d. metaplasia jaringan epitele. konsentrasi vitamin A dan karotin dalam
plasma rendah
Komplikasi:Ptisis bulbiKebutaanRentan infeksi
• Kebutuhan akan vitamin A.Anjuran Food and Nutrition Board of te National Research Council of the United States of America pemberian vitamin A dalam diet :
• Bayi : 1.500 SI• Umur 1 – 3 tahun : 2.000 SI• Umur 4 – 6 tahun : 2.500 SI• Umur 7 – 9 tahun : 3.500 SI• Umur 10 – 12 tahun : 4.500 SI• Umur 13 – 19 tahun : 5.000 SI
Penatalaksanaan
Defisiensi vitamin AMenurut WHO/Unicef, bila penderita diatas 1 tahun: Segera setelah di diagnosis diberikan vitamin A:
200.000 SI peroral atau 100.000 SI intramukulus Pada hari kedua diberikan 200.000 SI peroral
Bila dibawah 1 tahun diberikan separuh dari dosis diatas
Tindakan yang mendukung:• Berikan ASI Eksklusif kepada bayi sampai
berumur 6 bulan dan ASI hingga berumur 2 tahun disertai dengan pemberian MP-ASI yang cukup dan berkualitas.
• Konsumsi makanan dengan gizi seimbang dan kaya vitamin A dalam menu makanan sehari-hari.
• Cegah cacingan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
• Etiologi
1. Obesitas primer Faktor nutrisi = masukan makan berlebih
dibanding dgn kebutuhan energi yg diperlu- kan tubuh
2. Obesitas sekunder - kongenital : mielodisplasia - endokrin : sindroma Cushing
: sindroma Freulich: sindroma Mauriac: pseudo paratiroidisme
- kondisi lain : sindroma Down: sindrome Turner: sindroma Klinefelter
• Gejala klinis:- wajah membulat, pipi tembem- dagu rangkap, leher relatif pendek- dada yg menggembung , payudara yg
membesar mengandung jar. Lemak- perut membuncit, dinding perut berlipat2- pada anak laki2, penis tampak kecil krn terkubur dlm jar.lemak suprapubik.
• Prinsip penanganan obesitas
1. Mengurangi masukan kalori/energi2. Menambah/meningkatkan pengeluaran atau
penggunaan energi3. Memodifikasi perilaku anak dan keluarga.
• Upaya Pencegahan1. Memperhatikan status nutrisi terutama pada
periode kritis dalam perkembangan lemak tubuh
2. Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan maupun orang tua tentang obesitas, pengaturan makanan, gizi seimbang dan pentingnya olah raga.
3. Memberikan pengertian kepada orangtua tentang dampak obesitas anak.
Pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui status gizi seorang anaklangsung :–antropometri–klinis–biokimia–biofisik
tidak langsung:–survey konsumsi makanan–statistik vital–faktor ekologi
Antropometri
Tinggi badan
Berat badan
Lingkar dada
Jaringan lunak
Lingkar lengan atas
Lingkar kepala
• Penentuan secara antropometri:1. BB > 120% obesitas
BB antara 110-120% overweight2. BB / TB BMI = BB/TB2 % Derajat 1 : 25 - 29,9
Derajat 2 : 30 - 40Derajat 3 : > 40
ANALISIS HASIL ANTROPOMETRI
• Persen terhadap median• Persentil• Standar Deviasi Unit (SD)
Kategori Cut of Point
Gizi Lebih >120 % Median BB/U baku
Gizi Baik 80%--120 % Median BB/U baku
Gizi Sedang 70-79,9 % Median BB/U baku
Gizi Kurang 60-69,9 % Median BB/U baku
Giizi Buruk <60 % Median BB/U baku
Kriteria Status Gizi Menurut WHO-NCHS
MENCEGAH KEJADIAN KASUS GIZI BURUK
• Kenali tanda awal : sulit makan, anak rewel• Berikan makan dengan kasih sayang, sesuai umur : jenis dan
jumlah zat gizi• Perbaiki semua anak dengan tanda gizi kurang atau anak pada
pita warna kuning di kartu KMS• Berikan menu tinggi kalori (minyak sawit/margarine) dan
protein, dan penambah nafsu makan khusus sumber makanan yang mengandung unsur mineral zink dan selenium (seperti ikan kutuk)
• Indikator terjadi perbaikan : perbaikan psikomotor (tidak rewel, suka bermain ), kenaikan berat badan
Daftar Pustaka
• FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI
• Supariasa, I Nyoman Dewa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC
TERIMAKASIH