pendahuluan 3
DESCRIPTION
laporan 3TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hama adalah serangga yang mengurangi kualitas dan kuantitas bahan
makanan, pakan ternak, tanaman serat, hasil pertanian atau panen, pengolahan dan
dalam penggunaannya. Serta dapat bertindak sebagai faktor penyakit pada
tanaman, binatang dan manusia, dapat merusak tanaman, bunga, serta merusak
bahan bangunan dan milik pribadi lainnya(Nash, 2005). Beberapa kelompok
hewan yang mampu berperan sebagai hama yang paling merugikan usaha
pertanian dalam skala luas yaitu dari kelompok serangga dan invertebrata. Dalam
menentukan serangan yang dilakukan oleh hama jenis tertentu maka identifikasi
sangat diperlukan, identifikasi dapat dilakukan dengan melihat gejala serangan.
Serangan yang disebabkan oleh hama seperti serangga akan meninggalkan gejala
kerusakan yang khas pada tanaman tersebut. Menurut Djafarudin (1995), gejala
adalah setiap perubahan pertanaman yang mengarah pada pengurangan hasil
kualitas dari hasil yang diharapkan akibat serangan hama. Gejala merusak yang
diakibatkan oleh serangan hama khususnya dari serangga tidak bisa lepas dari
pembicaraan mengenai morfologi alat mulut serangga hama.
1. Delapan ordo yang berpotensi menjadi hama
a. Ordo Orthoptera (bangsa belalang)
Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun
ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator pada serangga
lain. Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap
2
depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena
menebal/mengeras dan disebut tegmina. Sayap belakang membranus dan
melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap
belakang melipat di bawah sayap depan.
Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah
(sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana
(occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax.
Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat
pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan alat
pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax.
Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen
terakhir abdomen).
Ada mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki
bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan
masing-masing terdapat palpus maxillarisnya,dan labium dengan palpus
labialisnya.Metamorfose sederhana (Paurometabola) dengan
perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur —> nimfa —> dewasa
(imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan
ukuran sayap serta ukuran tubuhnya.
Beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah :
- Kecoa (Periplaneta sp.)
- Belalang sembah/mantis (Otomantis sp.)
- Belalang kayu (Valanga nigricornis Drum.)
3
b. Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding
Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar
anggotanya Bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun
imago). Namun beberapa di antaranya ada yang bersifat predator yang
mingisap cairan tubuh serangga lain.
Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang
tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan
pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra.
Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap
depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet
dan occeli.
Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong
(rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet.
Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala
(bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang
membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni
saluran makanan dan saluran ludah.Metamorfose bertipe sederhana
(paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur —>
nimfa —> dewasa. Bnetuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna
dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya.
Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah :
- Walang sangit (Leptorixa oratorius Thumb.)
4
- Kepik hijau (Nezara viridula L)
- Bapak pucung (Dysdercus cingulatus F)
c. Ordo Homoptera (wereng, kutu dan sebagainya)
Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan
ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak
pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya.Sayap
depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa
keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat
membranus.
Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul
dari bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan baik pada kepala maupun
thorax umumnya sama dengan anggota Hemiptera.Tipe metamorfose
sederhana (paurometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur
—> nimfa —> dewasa. Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat
bertindak sebagai hama tanaman.
Serangga anggota ordo Homoptera ini meliputi kelompok wereng dan
kutu-kutuan, seperti :
- Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.)
- Kutu putih daun kelapa (Aleurodicus destructor Mask.)
- Kutu loncat lamtoro (Heteropsylla sp.).
5
d. Ordo Coleoptera (bangsa kumbang)
Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman,
namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga
lain.Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal
serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra.Apabila istirahat, elytra
seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian
dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di
bawah sayap depan.Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya
mandibula berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari
suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk
di depan kepala.Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang
perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong (pupa)
—> dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe
oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong
tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera.
Beberapa contoh anggotanya adalah :
Kumbang badak (Oryctes rhinoceros L)
Kumbang janur kelapa (Brontispa longissima Gestr)
Kumbang buas (predator) Coccinella sp.
e. Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat)
Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi
sebagai hama, namun beberapa diantaranya ada yang predator. Serangga
6
dewasa umumnya sebagai pemakan/pengisap madu atau nektar.Sayap
terdiri dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik-sisik yang
berwarna-warni. Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe
pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa,
alat mulut berupa tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan
mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang
sempurna.
Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya
melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva bertipe
polipoda, memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya
bertipe obtekta.
Beberapa jenisnya antara lain :
- Penggerek batang padi kuning (Tryporiza incertulas Wlk)
- Kupu gajah (Attacus atlas L)
- Ulat grayak pada tembakau (Spodoptera litura)
f. Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk)
Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan
tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa
hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang
mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter.
Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet.Tipe alat
mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe
7
penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap.Pada tipe penjilat
pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu :
bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum
bagian tengah yang berbentuk silindris disebut haustellum
bagian ujung yang berupa spon disebut labellum atau oral
disc.
Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya
melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva tidak
berkaki (apoda_ biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging,
namun ada pula yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator.
Pupa bertipe coartacta.
Beberapa contoh anggotanya adalah :
- lalat buah (Dacus spp.)
- lalat predator pada Aphis (Asarcina aegrota F)
- lalat rumah (Musca domesticaLinn.)
- lalat parasitoid (Diatraeophaga striatalis).
g. Ordo Hymenoptera (bangsa tawon, tabuhan, semut)
Kebanyakan dari anggotanya bertindak sebagai predator/parasitoid
pada serangga lain dan sebagian yang lain sebagai penyerbuk.Sayap terdiri
dari dua pasang dan membranus. Sayap depan umumnya lebih besar
daripada sayap belakang. Pada kepala dijumpai adanya antene (sepasang),
mata facet dan occelli.Tipe alat mulut penggigit atau penggigit-pengisap
yang dilengkapi flabellum sebagai alat pengisapnya.Metamorfose
8
sempurna (Holometabola) yang melalui stadia : telur-> larva–>
kepompong —> dewasa. Anggota famili Braconidae, Chalcididae,
Ichnemonidae, Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan parasit penting
pada hama tanaman.
Beberapa contoh anggotanya antara lain adalah :
- Trichogramma sp. (parasit telur penggerek tebu/padi).
- Apanteles artonae Rohw. (tabuhan parasit ulat Artona).
- Tetratichus brontispae Ferr. (parasit kumbang Brontispa).
h. Ordo Odonata (bangsa capung/kinjeng)
Memiliki anggota yang cukup besar dan mudah dikenal. Sayap dua
pasang dan bersifat membranus. Pada capung besar dijumpai vena-vena
yang jelas dan pada kepala dijumpai adanya mata facet yang
besar.Metamorfose tidak sempurna (Hemimetabola), pada stadium larva
dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air.
Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa jenis
serangga kecil yang termasuk hama, seperti beberapa :
jenis trips
wereng
kutu loncat
penggerek batang padi(AnonymousB, 2010)
2. Macam-macam Tipe Mulut Serangga beserta Gejala Serangannya
Tipe mulut menggigit mengunyah
9
Gejala : tipe mulut ini menyebabkan bagian tanaman hilang sebagian atau
seluruhnya atau terpotong-potong.
Contoh :
- Oxya chinesia (belalang hijau).
- Valanga nigricornis (belalang kayu).
Tipe mulut menusuk menghisap
Gejala : Tipe mulut ini dapat menghisap cairan sel sehingga sel kosong
atau kering.
Contoh :
- Aphidsp. (kutu daun).
- Nezara viridula (kepik hijau).
Tipe mulut merauk menghisap
Gejala : Tipe ini dapat menyebabkan cairan sel sehingga daun menjadi
kuning kecoklatan dan menjadi nekrosis.
Contoh :
- Tunggau
- Tryporiza incertulas (penggerek batang padi kuning).
Tipe menjilat menjilat menghisap
Gejala : dimiliki oleh imago Lepidoptera, tidak menimbulkan gejala
apapaun.
Contoh :
- kupu – kupu(jumar, 2000)
10
3. Metamorfosis holometabola dan hemimetabola.
1. Metamorfosis sempurna (holometabola)
Serangga memiliki empat stadia selama siklus hidupnya, yaitu
telur, larva, pupa (kepompong), dan serangga dewasa (imago).Pada
tipe ini serangga pradewasa (larva dan pupa) biasanya memiliki bentuk
yang sangat berbeda dengan serangga dewasa (imago). Larva
merupakan fase yang sangat aktif makan,sedangkan pupa merupakan
bentuk peralihan yang dicirikan dengan terjadinya perombakan dan
penyusunan kembali alat alat tubuh bagian luar dan dalam. Berbeda
dengan perkembangan homometabola dam hemimetabola,pada
perkembangan holometabola sayap berkembangan secara internal dari
sekelompok seldorman yang disebut tunas sayap.
Serangga yang mengelami metamorphosis sempurna
(holometabola) seperti serangga dari ordo coleopteran (bangsa
kumbang),dipteral (bangsa lalat),lepidoptera (bangsa kupu
kupu),hymenoptera (bangsa semut) dll.Habitat serangga dewasa dan
serangga pradewasa ada yang samaa dan ada yang berbeda. Pada ordo
Lepidoptera, larva aktif makan dan biasanya menjadi, hama,
sedangkan serangga dewasanya hanya menghisap hektar atau
madunya. Pada ordo Lepidoptera,umumnya larva dan imago aktif
makan dengan habitat yang sama, sehingga kedua duanya menjadi
hama(Jumar, 2000).
11
2. Metamorfosis tidak sempurna (hemimetabola)
Pada tipe ini, perbedaan antara serangga dewasa dan serangga
pradewasa lebih nyata dibandingkan dengan perkembangan
hemimetabola.Ciri – cirinya dari serangga dengan metamorphosis
hemimetabola :
1. Naiad dan imago hidup pada habitat yang berbeda (naiad hidup di
air,imago hidup di darat)
2. Naiad memiliki beberapa modifikasi, misalnya insang ,trahkea.
3. Imago hidup di darat dan cara mencari makananya berbeda dengan
naiad.
Serangga yang memiliki perkembangan hemimetabola ini adalah
serangga dari ordo odonata,ephimeroptera, dan plecoptera(Jumar, 2000).
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui Hama-hama yang
mengganggu di lahan budidayadan klasifikasinya.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini antara lain yaituUlat
Plutella xylostela, Ulat Pisang (Erionata thrax L), Ulat Grayak (Spodoptera
Litura), Ulat Jengkal (Chrysodeixis chalcites) dan Mencit Rumah (Mus
muscullus).
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
1. Buku gambar yang digunakan sebagai media menggambar objek
praktikum.
2. Alat tulis yang digunakan untuk menggambar objek praktikum.
3. Pensil warna yang digunakan untuk mewarnai hasil gambaran.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di depan laboratorium Fitipatologi Fakultas
Pertanian Universitas Lmabungan Mangkurat Banjarbaru pada hari kamis tanggal
24April 2014 pada pukul 16.00-18.00 WITA.
Prosedur Kerja
1. Amati hamayang telah disiapkan sebelumnya.
2. Perhatikan dengan cermat bentuk fisik hamanya.
14
3. Identifikasi setiap hama dan kemudian gambar bentuk hama sesuai dengan
bentuk aslinya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka diperoleh hasil
sebagai berikut.
Table 1. Ulat Pisang dan Ulat Plutella xylostela
No Gambar Deskripsi
1. Ulat Pisang Gejala pada tanaman yatu daun
berlubang pada bagian tepi dan
menggulung embentuk tabung
kecil. Pada tingkat serangan
tinggi, daun isang hanya tersisa
pelepahnya saja.
2. Ulat Plutella xylostela Betina bertelur pada
bagian batang stadium telur
antara 3-6 hari larvanya
berwarna hijau berbentuk bulat
oval. Gejala serangan pada
tanaman terlihat bercak putih
pada daun dan nampak
berlubang.
16
Tabel 2. Ulat Grayak dan Ulat jengkal
No Gambar Deskripsi
3. Ulat Grayak Ulat ini menyerang
tanaman Padi. Serangga ulat
ini memakan helai-helai daun
dimulai dari ujung daun dan
tulang daun utama
ditinggalkan.
4 Ulat jengkal Ulat ini menyerang atau
memakan setiap makanan
(Polyfag) dan larvanya
menyerang seluruh bagian
tanaman.
17
Tabel 3. Mencit Rumah
No Gambar Deskripsi
5. Mencit Rumah
Pembahasan
Ulat Kubis (Plutella xylostella) – Ulat kubis dikenal juga dengan sebutan
diamondback moth atau cabbage moth. Bagi petani, hama ini tergolong sangat
merugikan, kerusakan yang ditimbulkan bisa sangat tinggi. Bahkan di beberapa
daerah, petani kubis sangat kesulitan mengendalikan hama ulat Plutella xylostella.
Selain mudah resisten terhadap suatu jenis bahan aktif insektisida, ulat ini juga
bisa bersembunyi di balik daun saat petani melakukan penyemprotan, sehingga
bisa tidak terkena oleh kabut semprot. Menurut beberapa penelitian, ulat Plutella
xylostella berasal dari daerah Mediterania Eropa Barat.
Klasifikasi Plutella xylostella
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
18
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Plutellidae
Genus : Plutella
Spesies : Plutella xylostella
Telur diletakkan di bawah permukaan daun secara berkelompok maupun
tunggal, dengan bentuk bulat oval yang berukuran 0,3-0,6 mm dan berwarna
kuning. Telur akan menetas menjadi larva setelah berumur 2-4 hari.
Larva atau ulat teridiri atas 4 stadium berwarna hijau dan bergerak lincah.
Larva yang baru menetas akan langsung menggerek daun kubis. Memasuki
stadium atau instar kedua, ulat akan keluar dari dalam jaringan daun. Larva pada
stadium 4, memiliki panjang tubuh optimal mencapai 10-12 mm. Ulat ini akan
menjatuhkan diri ke tanah atau bergelantungan pada benang kelamat yang
dikeluarkan saat menjatuhkan diri, bila merasa ada ancaman. Ulat kubis atau
dikenal juga dengan ngengat tritip, akan melakukan aktivitasnya pada malam hari.
Stadium larva biasanya berlangsung selama 9-12 hari kemudian larva akan
berubah menjadi kepompong. Setelah berumur 4-7 hari, kempompong akan
berubah menjadi ngengat.
Ngengat ulat kubis jantan memiliki sayap selebar kurang lebih 15 mm
dengan panjang tubuh sekitar 6-10 mm, sedangkan ngengat betina tidak memiliki
sayap. Seekor ngengat betina mampu menghasilkan telur mencapai 180-320 butir,
dan kebanyakan akan bertelur mengelompok pada satu daun. Namun ada kalanya
ngengat juga meletakkan telur bepindah-pindah ke daun yang lain.
19
Gejala Serangan Ulat Kubis (Plutella xylostella)
Larva pada instar pertama yang baru menetas akan menggerek dan masuk
ke dalam jaringan daun, akibatnya jaringan daun akan kehilangan isinya, dan
hanya tersisa jaringan epidermis saja. Jaringan daun yang telah dimakan akan
menunjukkan gejala bercak-bercak putih. Serangan larva pada instar berikutnya
dilakukan dari bagian luar, daun tampak berlubang-lubang serta luka-luka. Jika
merasa terancam, ulat akan menjatuhkan diri ke tanah dan mengeluarkan benang
kelamat untuk menyelamatkan diri. Sehingga ulat ini sangat sulit terkena kabut
semprot saat petani melakukan penyemprotan pestisida.
Serangan parah di areal pertanaman terjadi pada saat kondisi suhu dan
kelembaban tinggi. Pada kondisi tersebut, imago akan terangsang untuk berbiak,
sehingga serangan berpotensi menimbulkan serangan berat. Jika terjadi kondisi
serangan berat, petani akan kesulitan untuk mengendalikannya, sehingga resiko
kerugian akan semakin besar (Kurnianti, 2013).
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
family : Hespiredae
Genus : Erionata
Spesies : Erionata tharax
Kupu-kupu dari famili ini kebanyakan berwarna kusam dan monoton,
berbeda dengan kerabatnya dari famili Papilionidae. Ia khusus menyerang pohon
20
pisang di seluruh dunia, dari Hawaii sampai Pasifik dan Asia. Di Asia Tenggara,
menjadi hama penting dalam menyerang tanaman pisang. Segala jenis pisang
diserang, dari pisang untuk bahan baku industri, konsumsi, hingga elemen
penghias.
Larva muda memotong miring tepi daun lalu menggulungnya membentuk
tabung kecil. di dalam gulungan, ia memakan daun hingga habis. selanjutnya, ulat
berpindah ke tempat lain melakukan hal serupa, bahkan cenderung membuat
gulungan lebih besar. Pola itu diulang terus hingga ulat tumbuh dewasa dan
menyelimuti tubuh dengan lilin. setelah itu, ia tumbuh dewasa dan menyelimuti
tubuh dengan lilin. Selanjutnya, ia menjadi pupa dan kupu-kupu yan terbang aktif
di sore dan pagi hari.
Gejala
Ciri khasnya, larva memotong miring tepi daun lalu menggulungnya dan
memakan hingga habis. Sebelum itu, daun terkoyak dan menggulung. Pada
tingkat serangan tinggi, daun habis dan yang tertinggal hanya tulang daun penuh
dengan gulungan.
Penyebab
a. Asal mula
Kupu-kupu terbang menghisap madu bunga pisang dan kawin saat sedang
terbang. Bertepatan dengan keluarnya tunas tanaman pisang, kupu-kupu pun
ramai-ramai meletakkan telur di permukaan daun dengan sumber makanan
melimpah maka populasipun meningkat pesat.
21
b. Siklus hidup
Di Bogor, perkembangan satu siklus membutuhkan waktu 5-6 minggu.
Kupu-kupu betina bertelur pada malam hari. Telur diletakkan pada daun utuh dan
berkelompok dengan jumlah 25 butir. Setelah menetas, larva akan tumbuh pesat
hingga akhirnya menjadi pupa dan serangga kupu-kupu.
Penanggulangan
1. Mekanis
Daun yang menggulung dipotong dan dimusnahkan. Lakukan juga
pengambilan larva Erionota thrax dalam gulungan.
2. Budidaya
Kurangi kerimbunan kanopi dengan pemangkasan. Lakukan sanitasi lahan
di sekitar pohon, juga sanitasi untuk menghindari penggerek bonggol pisang.
Selain itu lestarikan musuh alami seperti belalang sembah, laba-laba, burung
pemakan ulat (serangga) dll.
3. Kimiawi
Pakai pestisida hayati dari berbagai mikroba maupun pestisida nabati dari
ekstrak tumbuhan. Sebagai alternatif terakhir jika ada ledakan hama maka
gunakan pestisida berbahan aktif imidakloprid seperti Confidor 200 SL,
organofosfat seperti Dursban 20 EC, ataupun pinetroid seperti Bomber 20 EC.
Alternatif lain Alika 247 ZC dan Ampligo 150 ZC (Sutiyoso, 2010).
Perkembangan ulat grayak bersifat metamorfosis sempurna, terdiri atas
stadia ulat, kepompong, ngengat dan telur.Ulat tua bersembunyi di dalam tanah
pada siang hari dan giat nenyerang tanaman pada malam hari.
22
Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian dasar melekat pada daun
(kadang- kadang tersusun dua lapis), berwarna coklat kekuningan, . Telur
diletakkan pada bagian daun atau bagian tanaman lainnya, baik pada tanaman
inang maupun bukan inang. Bentuk telur ber- variasi. Kelompok telur tertutup
bulu seperti beludru yang berasal dari bulu- bulu tubuh bagian ujung ngengat
betina, berwarna kuning kecoklatan.
Produksi telur mencapai 3.000 butir per induk betina, tersusun atas 11
kelompok dengan rata-rata 25 -200 butir per kelompok. Stadium telur berlangsung
selam 3 hari (2;10;12). Setelah telur menetas, ulat tinggal untuk sementara waktu
di tempat telur diletakkan. Beberapa hari kemudian, ulat tersebut berpencaran
Larva mempunyai warna yang ber- variasi, memiliki kalung (bulan sabit)
berwarna hitam pada segmen abdomen keempat dan kesepuluh .Pada sisi lateral
dorsal terdapat garis kuning. Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian
sisi coklat tua atau hitam kecoklatan, dan hidup berkelompok (Gambar 1a).
Beberapa hari setelah menetas (bergantung ketersediaan makan- an), larva
menyebar dengan menggunakan benang sutera dari mulutnya. Pada siang hari,
larva bersembunyi di dalam tanah atau tempat yang lembap dan menyerang
tanaman pada malam hari atau pada intensitas cahaya matahari yang rendah.
Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar.
Stadium ulat terdiri atas 6 instar yang berlangsung selama 14 hari. Ulat
instar I, II dan III, masing-masing berlangsung sekitar 2 hari. Ulat berkepompong
di dalam tanah. Stadia kepompong dan ngengat, masing-masing berlangsung
selama 8 dan 9 hari. Ngengat meletakkan telur pada umur 2-6 hari.
23
Ulat muda menyerang daun hingga tertinggal epidermis atas dan tulang-
tulang daun saja. Ulat tua merusak pertulangan daun hingga tampak lobang-
lobang bekas gigitan ulat pada daun.
Warna dan perilaku ulat instar terakhir mirip ulat tanah Agrothis ipsilon,
namun terdapat perbedaan yang cukup mencolok, yaitu pada ulat grayak terdapat
tanda bulan sabit berwarna hijau gelap dengan garis punggung gelap memanjang.
Pada umur 2 minggu, panjang ulat sekitar 5 cm. Ulat berkepompong di dalam
tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon), berwarna coklat kemerahan
dengan panjang sekitar 1,60 cm. Siklus hidup berkisar antara 30-60 hari (lama
stadium telur 2-4 hari). Stadium larva terdiri atas 5 instar yang berlangsung
selama 20-46 hari. Lama stadium pupa 8-11 hari.
Seekor ngengat betina dapat meletakkan 2.000-3.000 telur. Sayap ngengat
bagian depan berwarna coklat atau keperakan, dan sayap belakang berwarna
keputihan dengan bercak hitam . Kemampuan terbang ngengat pada malam hari
mencapai 5 km
Ulat Grayak ini merupakan hama pada hampir semua tanaman baik dari
tanaman pangan seperti padi,kedele dan jagung, juga pada tanaman hortikultura
seperti cabe, kubis, kacang panjang dan lainnya. Ulat grayak juga menyerang
tanaman perkebunan seperti tembakau. Bahkan ulat ini juga menyerang berbagai
macam gulma seperti Limnocharis sp, Passiflora foetida , Ageratum sp, Cleome
sp, Clibadium sp, dan Trema sp.
Serangan Ulat ini terjadi pada stadium larva (ulat). Larva yang masih muda
merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas (transparan)
24
dan tulang daun. Larva instar lanjut merusak tulang daun dan kadang-kadang
menyerang polong. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun dan
menyerang secara serentak dan berkelompok. Serangan berat menyebabkan
tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat
Serangan berat pada umumnya terjadi pada musim kemarau, dan
menyebabkan defoliasi daun yang sangat berat.
Pertumbuhan populasi ulat grayak sering dipicu oleh situasi dan kondisi
lingkungan, yakni:
1) Cuaca panas. Pada kondisi kering dan suhu tinggi, metabolisme serangga
hama meningkat sehingga memper- pendek siklus hidup. Akibatnya
jumlah telur yang dihasilkan meningkat dan akhirnya mendorong
peningkatan populasi.
2) Penanaman tidak serentak dalam satu areal yang luas. Penanaman tanaman
seperti kedelai yang tidak serentak menyebabkan tanaman berada pada
fase pertumbuh- an yang berbeda-beda sehingga makanan ulat grayak
selalu tersedia di lapangan. Akibatnya, pertumbuhan populasi hama makin
meningkat kare- na makanan tersedia sepanjang musim.
3) Aplikasi insektisida. Penggunaan insektisida yang kurang tepat baik jenis
maupun dosisnya, dapat memati- kan musuh alami serta meningkatkan
ketahanannya terhadapinsektisida (Halil,2011).
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
25
Class : Insecta
Order : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Genus : Chrysodeixis
Species : C. Chalcites
Imago C. Chalcites mempunyai sayap dengan berwarna khas, yaitu dasarnya
hitam coklat dengan sepasang bintik putih pada masing-masing sayap, sedang
pada ulat jengkal Trichoplusia orichalcea bagian ujung sayap depannya berwarna
keemasan.Telur berbentuk bundar agak pipih, berenda putih, dan berwarna
keputih-putihan yang kemudian berubah kekuning-kuningan sebelum
menetas.Larva berkepala kecil, mempunyai tiga pasang tungkai palsu, berwarna
hijau. Larva instar akhir berukuran antara 30-40 mm. Pupa berada di dalam kokon
yang transparan. Pupa C. Chalcites berwarna hijau muda dan pada punggungnya
berwarna coklat hitam, sedangkan pupa jenis Trichoplusia orichalcea berwarna
coklat.Siklus hidup ± 3 minggu yaitu Telur 3-4 hari, Larva ± 13 hari, Pupa ± 7
hari.
Gejala serangan dan kerusakan
Serangan oleh instar muda menyebabkan bercak-bercak putih pada daun
karena jaringan dan dimakan, namun epidemis dan tulang daun ditinggalkan ,
sedang larva besar memakan habis helai daun menyebabkan daun yang terserang
tinggal beberapa tulang daunya saja. Kerusakan daun oleh ulat jengkal biasanya
mulai pada awal pembungaan. Kerusakan terus meningkat hingga fase pengisian
biji sekitar 60 hst. Kehilangan hasil karena defoliasi dapat menurunkan bobot biji,
26
dan pada akhirnya menurunkan hasil panen. Kerusakan daun 50 % pada awal
pembungaan hingga pembungaan penuh dapat menurunkan hasil 9-18%, atau
setara dengan 135 kg sampai 270 kg/ha. Kerusakan daun total pada fase pengisian
dapat menurunkan hasil sebesar 80%, yaitu setara dengan 1200 kg/ha.
Pengendalian:
a. Musuh alami :
• Parasitoid telur, Trichogramma sp (Hymenoptera Trichogrammatidae)
• Parasitoid larva, Cotesia sp. (Hymenoptera Braconidae)
• Parasitoid larva, microplitis sp
Ulat jengkal menyebar secara berkelompok, umumnya terdapat pada daun
muda dan sebagian besar terdapat pada permukaan bawah daun. Pengamatan
populasi larva muda dilakukan sejak 35 sampai 56 hst dengan interval waktu 1
minggu. Tanaman contoh diambil secara diagonal sebanyak 10 rumpun per petak
alami.Ambang pengendalian ulat jengkal tergantung dari fase pertumbuhan
tanaman yang diserang dan stadia larva. Diketahui bahwa kemampuan ulat
jengkal dalam memakan daun adalah setengah daripada kemampuan ulat grayak
Melakukan pergiliran tanaman dan bertanam serentak akan dapat memutus
siklus hidup, mengurangi populasi awal dan mengecerkan populasi. Kalau masih
terdapat serangan, maka pengumpulan dan pemusnahan larva instar 4 sampai
dengan instar akhir perlu dilakukan.Pengendalian dengan insektisida dapat
dilakukan apabila populasi melampaui ambang pengendalian dan dibatasi sampai
dengan instar -3, karena aplikasi insektisida pada ulat instar 4-6 sangat rendah.
27
Oleh karena itu pengendalian ulat yang sudah mulai besar hanya efektif dengan
cara pengumpulan (Arifin, 1992).
Mencit (Mus musculus) merupakan hewan yang masuk dalam familia dari
kelompok mamalia (hewan menyusui). Para ahli zoology (Ilmu hewan), setelah
melakukan penelitian dan pengamatan yang memakan waktu yang lama dan
pemikiran yang berat sepakat untuk menggolongkan hewan ini ke dalam ordo
rodensia (hewanpengerat), sub ordo Mymorpha, famili Muridae, dan sub famili
Murinae. Untuk lebih jelasnya Mencit (Mus musculus) dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Klasifikasi Mencit atau tikus putih
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Class : Mamalia
Sub class : Theria
Ordo : Rodentia
Sub ordo : Myomorpha
Famili : Muridae
Sub family : Murinae
Genus : Mus
Species : Mus musculus
Pada beberapa jenis ternak yang hidup didaerah berikilim subtropics,
siklus birahi (astrus) hanya terjadi selama musim kawin dan peride bukan musim
28
kawin ternak betina dalam keadaan enastrus (tidak birahi). Pada sejumlah
mamalia, proses reproduksi terjadi selama satu periode terbatas dalam setahun,
seperti pada sebagian besar hewan menyusui. Estrus adalah keadaan fisiologi
hewan betina yang siap menerima perkawinan dengan jantan. Siklus birahi dibagi
dua fase fasu luteal dan fase folikel Pada fase luteal dan fase folikel. Pada fase
luteal dicirikan oleh aktifnya korpus luteum yang mensekresikan progesterone
pada level yang tinggi sedangkan LH dan FSH rendah. Pada fase folikel diawali
pada saat corpus luteum lisis, kadar progerteron menurun dan pertumbuhan folikel
mulai aktif dan ,mensekresikan secara bertahap estrogen sesuai dengan
perkembangan populasi folikel. Peningkatan estrogen akan menimbulkan
terjadinya tingkahlaku birahi dan control umpan balik positif terhadap
hipotalamus dan hipofisia yang berdampak meningkatkan pulsaliti LH dan kadar
FSH sampai terjadi evolusi.
Mencit (mus musculus) menghasilkan jumlah anak yang cukup banyak
sekitar 5-10 lebih/ekor dalam satu melahirkan. Pada kelahiran ternak diawali
dengan dengsan peningkatan yang drastis dalam sekresi/kortisol dari kortek
adrenal dimana cortiso fetus bekerja untuk meningkatkan konfersi progesteron
sehingga menghasilkan besarnya nisbah pada estrogen terhadap progesterone pada
darah induk, sehingga pada saat melahirkan akan menghasilkan jumlah anak yang
cukup banyak.
Siklus Estrus Mencit (Mus musculus)
Pada setiap siklus yang terjadi pada tubuh mencit, terjadi perubahan-
perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh hormon
29
1. Fase Estrus
Pada fase estrus yang dalam bahasa latin disebut oestrus yang
berarti “kegilaan” atau “gairah” , hipotalamus terstimulasi untuk
melepaskan gonadotropin-releasing hormone (GRH). Estrogen
menyebabkan pola perilaku kawin pada mencit, gonadotropin
menstimulasi pertumbuhan folikel yang dipengaruhi follicle stimulating
hormone (FSH) sehingga terjadi ovulasi. Kandungan FSH ini lebih rendah
jika dibandingkan dengan kandungan luteinizing hormone (LH) maka jika
terjadi coitus dapat dipastikan mencit akan mengalami kehamilan. Pada
saat estrus biasanya mencit terlihat tidak tenang dan lebih aktif, dengan
kata lain mencit berada dalam keadaan mencari perhatian kepada mencit
jantan. Fase estrus merupakan periode ketika betina reseptif terhadap
jantan dan akan melakukan perkawinan, mencit jantan akan mendekati
mencit betina dan akan terjadi kopulasi. Mencit jantan melakukan
semacam panggilan ultrasonik dengan jarak gelombang suara 30 kHz –
110kHz yang dilakukan sesering mungkin selama masa pedekatan dengan
mencit betina, sementara itu mencit betina menghasilkan semacam
pheromon yang dihasilkan oleh kelenjar preputial yang diekskresikan
melalui urin. Pheromon ini berfungsi untuk menarik perhatian mencit
jantan.
Mencit dapat mendeteksi pheromon ini karena terdapat organ
vomeronasal yang terdapat pada bagian dasar hidungnya. Pada tahap ini
vagina pada mencit betinapun membengkak dan berwarna merah. Tahap
30
estrus pada mencit terjadi dua tahap yaitu tahap estrus awal dimana folikel
sudah matang, sel-sel epitel sudah tidak berinti, dan ukuran uterus pada
tahap ini adalah ukuran uterus maksimal, tahap ini terjadi selama 12 jam.
Lalu tahap estrus akhir dimana terjadi ovulasi yang hanya berlangsung
selama 18 jam.
2. Fase Metestrus
Pada tahap metestrus birahi pada mencit mulai berhenti,
aktivitasnya mulai tenang, dan mencit betina sudah tidak reseptif pada
jantan. Ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran yang paling kecil
karena uterus menciut. Pada ovarium korpus luteum dibentuk secara aktif,
terdapat sel-sel leukosit yang berfungsi untuk menghancurkan dan
memakan sel telur tersebut. Fase ini terjadi selama 6 jam. Pada tahap ini
hormon yang terkandung paling banyak adalah hormon progesteron yang
dihasilkan oleh korpus leteum.
3. Fase Diestrus
Tahap selanjutnya adalah tahap diestrus, tahap ini terjadi selama 2-
2,5 hari. Pada tahap ini terbentuk folikel-folikel primer yang belum
tumbuh dan beberapa yang mengalami pertumbuhan awal. Hormon yang
terkandung dalam ovarium adalah estrogen meski kandungannya sangat
sedikit. Fase ini disebut pula fase istirahat karena mencit betina sama
sekali tidak tertarik pada mencit jantan. Pada apusan vagina akan terlihat
banyak sel epitel berinti dan sel leukosit. Pada uterus terdapat banyak
31
mukus, kelenjar menciut dan tidak aktif, ukuran uterus kecil, dan terdapat
banyak lendir
4. Fase Proestrus
Pada fase proestrus ovarium terjadi pertumbuhan folikel dengan
cepat menjadi folikel pertumbuhan tua atau disebut juga dengan folikel de
Graaf. Pada tahap ini hormon estrogen sudah mulai banyak dan hormon
FSH dan LH siap terbentuk. Pada apusan vaginanya akan terlihat sel-sel
epitel yang sudah tidak berinti (sel cornified) dan tidak ada lagi leukosit.
Sel cornified ini terbentuk akibat adanya pembelahan sel epitel berinti
secara mitosis dengan sangat cepat sehingga inti pada sel yang baru belum
terbentuk sempuna bahkan belum terbentuk inti dan sel-sel baru ini berada
di atas sel epitel yang membelah, sel-sel baru ini disebut juga sel cornified
(sel yang menanduk). Perilaku mencit betina pada tahap ini sudah mulai
gelisah namun keinginan untuk kopulasi belum terlalu besar. Fase ini
terjadi selama 12 jam. Setelah fase ini berakhir fase selanjutnya adalah
fase estrus dan begitu selanjutnya fase akan berulang (Jumani, 2013).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hama adalah makhluk hidup yang mengurangi kualitas dan kuantitas
beberapa sumber daya manusia yang berupa tanman.
2. Gejala adalah kehilangan yang rasakan oleh tanaman akibat serangan
hama antara lain dalam bentuk penurunana kualitas dan kuantitas produksi.
3. Beberapa hama ada yang hanya meyerang tanaman tertentu dan yang
lainnya menyerang hampir semua tanaman.
Saran
Adapun saran untuk praktikum kali ini yaitu praktikan harusnya tertib dan
tidak gaduh saat praktikum sedang berlangsung.