pendahuluan 3

49
PENDAHULUAN Latar Belakang Hama adalah serangga yang mengurangi kualitas dan kuantitas bahan makanan, pakan ternak, tanaman serat, hasil pertanian atau panen, pengolahan dan dalam penggunaannya. Serta dapat bertindak sebagai faktor penyakit pada tanaman, binatang dan manusia, dapat merusak tanaman, bunga, serta merusak bahan bangunan dan milik pribadi lainnya(Nash, 2005). Beberapa kelompok hewan yang mampu berperan sebagai hama yang paling merugikan usaha pertanian dalam skala luas yaitu dari kelompok serangga dan invertebrata. Dalam menentukan serangan yang dilakukan oleh hama jenis tertentu maka identifikasi sangat diperlukan, identifikasi dapat dilakukan dengan melihat gejala serangan. Serangan yang disebabkan oleh hama seperti serangga akan meninggalkan gejala kerusakan yang khas pada tanaman tersebut. Menurut Djafarudin (1995), gejala adalah setiap perubahan pertanaman yang mengarah pada pengurangan hasil kualitas dari hasil yang

Upload: ahmad-yasin

Post on 08-Feb-2016

45 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan 3

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUAN 3

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hama adalah serangga yang mengurangi kualitas dan kuantitas bahan

makanan, pakan ternak, tanaman serat, hasil pertanian atau panen, pengolahan dan

dalam penggunaannya. Serta dapat bertindak sebagai faktor penyakit pada

tanaman, binatang dan manusia, dapat merusak tanaman, bunga, serta merusak

bahan bangunan dan milik pribadi lainnya(Nash, 2005). Beberapa kelompok

hewan yang mampu berperan sebagai hama yang paling merugikan usaha

pertanian dalam skala luas yaitu dari kelompok serangga dan invertebrata. Dalam

menentukan serangan yang dilakukan oleh hama jenis tertentu maka identifikasi

sangat diperlukan, identifikasi dapat dilakukan dengan melihat gejala serangan.

Serangan yang disebabkan oleh hama seperti serangga akan meninggalkan gejala

kerusakan yang khas pada tanaman tersebut. Menurut Djafarudin (1995), gejala

adalah setiap perubahan pertanaman yang mengarah pada pengurangan hasil

kualitas dari hasil yang diharapkan akibat serangan hama. Gejala merusak yang

diakibatkan oleh serangan hama khususnya dari serangga tidak bisa lepas dari

pembicaraan mengenai morfologi alat mulut serangga hama.

1. Delapan ordo yang berpotensi menjadi hama

a. Ordo Orthoptera (bangsa belalang)

Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun

ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator pada serangga

lain. Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap

Page 2: PENDAHULUAN 3

2

depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena

menebal/mengeras dan disebut tegmina. Sayap belakang membranus dan

melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap

belakang melipat di bawah sayap depan.

Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah

(sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana

(occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax.

Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat

pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan alat

pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax.

Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen

terakhir abdomen).

Ada mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki

bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan

masing-masing terdapat palpus maxillarisnya,dan labium dengan palpus

labialisnya.Metamorfose sederhana (Paurometabola) dengan

perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur —> nimfa —> dewasa

(imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan

ukuran sayap serta ukuran tubuhnya.

Beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah :

- Kecoa (Periplaneta sp.)

- Belalang sembah/mantis (Otomantis sp.)

- Belalang kayu (Valanga nigricornis Drum.)

Page 3: PENDAHULUAN 3

3

b. Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding

Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar

anggotanya Bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun

imago). Namun beberapa di antaranya ada yang bersifat predator yang

mingisap cairan tubuh serangga lain.

Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang

tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan

pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra.

Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap

depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet

dan occeli.

Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong

(rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet.

Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala

(bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang

membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni

saluran makanan dan saluran ludah.Metamorfose bertipe sederhana

(paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur —>

nimfa —> dewasa. Bnetuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna

dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya.

Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah :

- Walang sangit (Leptorixa oratorius Thumb.)

Page 4: PENDAHULUAN 3

4

- Kepik hijau (Nezara viridula L)

- Bapak pucung (Dysdercus cingulatus F)

c. Ordo Homoptera (wereng, kutu dan sebagainya)

Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan

ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak

pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya.Sayap

depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa

keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat

membranus.

Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul

dari bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan baik pada kepala maupun

thorax umumnya sama dengan anggota Hemiptera.Tipe metamorfose

sederhana (paurometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur

—> nimfa —> dewasa. Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat

bertindak sebagai hama tanaman.

Serangga anggota ordo Homoptera ini meliputi kelompok wereng dan

kutu-kutuan, seperti :

- Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.)

- Kutu putih daun kelapa (Aleurodicus destructor Mask.)

- Kutu loncat lamtoro (Heteropsylla sp.).

Page 5: PENDAHULUAN 3

5

d. Ordo Coleoptera (bangsa kumbang)

Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman,

namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga

lain.Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal

serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra.Apabila istirahat, elytra

seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian

dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di

bawah sayap depan.Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya

mandibula berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari

suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk

di depan kepala.Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang

perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong (pupa)

—> dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe

oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong

tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera.

Beberapa contoh anggotanya adalah :

Kumbang badak (Oryctes rhinoceros L)

Kumbang janur kelapa (Brontispa longissima Gestr)

Kumbang buas (predator) Coccinella sp.

e. Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat)

Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi

sebagai hama, namun beberapa diantaranya ada yang predator. Serangga

Page 6: PENDAHULUAN 3

6

dewasa umumnya sebagai pemakan/pengisap madu atau nektar.Sayap

terdiri dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik-sisik yang

berwarna-warni. Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe

pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa,

alat mulut berupa tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan

mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang

sempurna.

Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya

melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva bertipe

polipoda, memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya

bertipe obtekta.

Beberapa jenisnya antara lain :

- Penggerek batang padi kuning (Tryporiza incertulas Wlk)

- Kupu gajah (Attacus atlas L)

- Ulat grayak pada tembakau (Spodoptera litura)

f. Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk)

Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan

tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa

hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang

mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter.

Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet.Tipe alat

mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe

Page 7: PENDAHULUAN 3

7

penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap.Pada tipe penjilat

pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu :

bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum

bagian tengah yang berbentuk silindris disebut haustellum

bagian ujung yang berupa spon disebut labellum atau oral

disc.

Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya

melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva tidak

berkaki (apoda_ biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging,

namun ada pula yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator.

Pupa bertipe coartacta.

Beberapa contoh anggotanya adalah :

- lalat buah (Dacus spp.)

- lalat predator pada Aphis (Asarcina aegrota F)

- lalat rumah (Musca domesticaLinn.)

- lalat parasitoid (Diatraeophaga striatalis).

g. Ordo Hymenoptera (bangsa tawon, tabuhan, semut)

Kebanyakan dari anggotanya bertindak sebagai predator/parasitoid

pada serangga lain dan sebagian yang lain sebagai penyerbuk.Sayap terdiri

dari dua pasang dan membranus. Sayap depan umumnya lebih besar

daripada sayap belakang. Pada kepala dijumpai adanya antene (sepasang),

mata facet dan occelli.Tipe alat mulut penggigit atau penggigit-pengisap

yang dilengkapi flabellum sebagai alat pengisapnya.Metamorfose

Page 8: PENDAHULUAN 3

8

sempurna (Holometabola) yang melalui stadia : telur-> larva–>

kepompong —> dewasa. Anggota famili Braconidae, Chalcididae,

Ichnemonidae, Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan parasit penting

pada hama tanaman.

Beberapa contoh anggotanya antara lain adalah :

- Trichogramma sp. (parasit telur penggerek tebu/padi).

- Apanteles artonae Rohw. (tabuhan parasit ulat Artona).

- Tetratichus brontispae Ferr. (parasit kumbang Brontispa).

h. Ordo Odonata (bangsa capung/kinjeng)

Memiliki anggota yang cukup besar dan mudah dikenal. Sayap dua

pasang dan bersifat membranus. Pada capung besar dijumpai vena-vena

yang jelas dan pada kepala dijumpai adanya mata facet yang

besar.Metamorfose tidak sempurna (Hemimetabola), pada stadium larva

dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air.

Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa jenis

serangga kecil yang termasuk hama, seperti beberapa :

jenis trips

wereng

kutu loncat

penggerek batang padi(AnonymousB, 2010)

2. Macam-macam Tipe Mulut Serangga beserta Gejala Serangannya

Tipe mulut menggigit mengunyah

Page 9: PENDAHULUAN 3

9

Gejala : tipe mulut ini menyebabkan bagian tanaman hilang sebagian atau

seluruhnya atau terpotong-potong.

Contoh :

- Oxya chinesia (belalang hijau).

- Valanga nigricornis (belalang kayu).

Tipe mulut menusuk menghisap

Gejala : Tipe mulut ini dapat menghisap cairan sel sehingga sel kosong

atau kering.

Contoh :

- Aphidsp. (kutu daun).

- Nezara viridula (kepik hijau).

Tipe mulut merauk menghisap

Gejala : Tipe ini dapat menyebabkan cairan sel sehingga daun menjadi

kuning kecoklatan dan menjadi nekrosis.

Contoh :

- Tunggau

- Tryporiza incertulas (penggerek batang padi kuning).

Tipe menjilat menjilat menghisap

Gejala : dimiliki oleh imago Lepidoptera, tidak menimbulkan gejala

apapaun.

Contoh :

- kupu – kupu(jumar, 2000)

Page 10: PENDAHULUAN 3

10

3. Metamorfosis holometabola dan hemimetabola.

1. Metamorfosis sempurna (holometabola)

Serangga memiliki empat stadia selama siklus hidupnya, yaitu

telur, larva, pupa (kepompong), dan serangga dewasa (imago).Pada

tipe ini serangga pradewasa (larva dan pupa) biasanya memiliki bentuk

yang sangat berbeda dengan serangga dewasa (imago). Larva

merupakan fase yang sangat aktif makan,sedangkan pupa merupakan

bentuk peralihan yang dicirikan dengan terjadinya perombakan dan

penyusunan kembali alat alat tubuh bagian luar dan dalam. Berbeda

dengan perkembangan homometabola dam hemimetabola,pada

perkembangan holometabola sayap berkembangan secara internal dari

sekelompok seldorman yang disebut tunas sayap.

Serangga yang mengelami metamorphosis sempurna

(holometabola) seperti serangga dari ordo coleopteran (bangsa

kumbang),dipteral (bangsa lalat),lepidoptera (bangsa kupu

kupu),hymenoptera (bangsa semut) dll.Habitat serangga dewasa dan

serangga pradewasa ada yang samaa dan ada yang berbeda. Pada ordo

Lepidoptera, larva aktif makan dan biasanya menjadi, hama,

sedangkan serangga dewasanya hanya menghisap hektar atau

madunya. Pada ordo Lepidoptera,umumnya larva dan imago aktif

makan dengan habitat yang sama, sehingga kedua duanya menjadi

hama(Jumar, 2000).

Page 11: PENDAHULUAN 3

11

2. Metamorfosis tidak sempurna (hemimetabola)

Pada tipe ini, perbedaan antara serangga dewasa dan serangga

pradewasa lebih nyata dibandingkan dengan perkembangan

hemimetabola.Ciri – cirinya dari serangga dengan metamorphosis

hemimetabola :

1. Naiad dan imago hidup pada habitat yang berbeda (naiad hidup di

air,imago hidup di darat)

2. Naiad memiliki beberapa modifikasi, misalnya insang ,trahkea.

3. Imago hidup di darat dan cara mencari makananya berbeda dengan

naiad.

Serangga yang memiliki perkembangan hemimetabola ini adalah

serangga dari ordo odonata,ephimeroptera, dan plecoptera(Jumar, 2000).

Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui Hama-hama yang

mengganggu di lahan budidayadan klasifikasinya.

Page 12: PENDAHULUAN 3
Page 13: PENDAHULUAN 3

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini antara lain yaituUlat

Plutella xylostela, Ulat Pisang (Erionata thrax L), Ulat Grayak (Spodoptera

Litura), Ulat Jengkal (Chrysodeixis chalcites) dan Mencit Rumah (Mus

muscullus).

Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :

1. Buku gambar yang digunakan sebagai media menggambar objek

praktikum.

2. Alat tulis yang digunakan untuk menggambar objek praktikum.

3. Pensil warna yang digunakan untuk mewarnai hasil gambaran.

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan di depan laboratorium Fitipatologi Fakultas

Pertanian Universitas Lmabungan Mangkurat Banjarbaru pada hari kamis tanggal

24April 2014 pada pukul 16.00-18.00 WITA.

Prosedur Kerja

1. Amati hamayang telah disiapkan sebelumnya.

2. Perhatikan dengan cermat bentuk fisik hamanya.

Page 14: PENDAHULUAN 3

14

3. Identifikasi setiap hama dan kemudian gambar bentuk hama sesuai dengan

bentuk aslinya.

Page 15: PENDAHULUAN 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka diperoleh hasil

sebagai berikut.

Table 1. Ulat Pisang dan Ulat Plutella xylostela

No Gambar Deskripsi

1. Ulat Pisang Gejala pada tanaman yatu daun

berlubang pada bagian tepi dan

menggulung embentuk tabung

kecil. Pada tingkat serangan

tinggi, daun isang hanya tersisa

pelepahnya saja.

2. Ulat Plutella xylostela Betina bertelur pada

bagian batang stadium telur

antara 3-6 hari larvanya

berwarna hijau berbentuk bulat

oval. Gejala serangan pada

tanaman terlihat bercak putih

pada daun dan nampak

berlubang.

Page 16: PENDAHULUAN 3

16

Tabel 2. Ulat Grayak dan Ulat jengkal

No Gambar Deskripsi

3. Ulat Grayak Ulat ini menyerang

tanaman Padi. Serangga ulat

ini memakan helai-helai daun

dimulai dari ujung daun dan

tulang daun utama

ditinggalkan.

4 Ulat jengkal Ulat ini menyerang atau

memakan setiap makanan

(Polyfag) dan larvanya

menyerang seluruh bagian

tanaman.

Page 17: PENDAHULUAN 3

17

Tabel 3. Mencit Rumah

No Gambar Deskripsi

5. Mencit Rumah

Pembahasan

Ulat Kubis (Plutella xylostella) – Ulat kubis dikenal juga dengan sebutan

diamondback moth atau cabbage moth. Bagi petani, hama ini tergolong sangat

merugikan, kerusakan yang ditimbulkan bisa sangat tinggi. Bahkan di beberapa

daerah, petani kubis sangat kesulitan mengendalikan hama ulat Plutella xylostella.

Selain mudah resisten terhadap suatu jenis bahan aktif insektisida, ulat ini juga

bisa bersembunyi di balik daun saat petani melakukan penyemprotan, sehingga

bisa tidak terkena oleh kabut semprot. Menurut beberapa penelitian, ulat Plutella

xylostella berasal dari daerah Mediterania Eropa Barat.

Klasifikasi Plutella xylostella

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Page 18: PENDAHULUAN 3

18

Kelas : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Family : Plutellidae

Genus : Plutella

Spesies : Plutella xylostella

Telur diletakkan di bawah permukaan daun secara berkelompok maupun

tunggal, dengan bentuk bulat oval yang berukuran 0,3-0,6 mm dan berwarna

kuning. Telur akan menetas menjadi larva setelah berumur 2-4 hari.

Larva atau ulat teridiri atas 4 stadium berwarna hijau dan bergerak lincah.

Larva yang baru menetas akan langsung menggerek daun kubis. Memasuki

stadium atau instar kedua, ulat akan keluar dari dalam jaringan daun. Larva pada

stadium 4, memiliki panjang tubuh optimal mencapai 10-12 mm. Ulat ini akan

menjatuhkan diri ke tanah atau bergelantungan pada benang kelamat yang

dikeluarkan saat menjatuhkan diri, bila merasa ada ancaman. Ulat kubis atau

dikenal juga dengan ngengat tritip, akan melakukan aktivitasnya pada malam hari.

Stadium larva biasanya berlangsung selama 9-12 hari kemudian larva akan

berubah menjadi kepompong. Setelah berumur 4-7 hari, kempompong akan

berubah menjadi ngengat.

Ngengat ulat kubis jantan memiliki sayap selebar kurang lebih 15 mm

dengan panjang tubuh sekitar 6-10 mm, sedangkan ngengat betina tidak memiliki

sayap. Seekor ngengat betina mampu menghasilkan telur mencapai 180-320 butir,

dan kebanyakan akan bertelur mengelompok pada satu daun. Namun ada kalanya

ngengat juga meletakkan telur bepindah-pindah ke daun yang lain.

Page 19: PENDAHULUAN 3

19

Gejala Serangan Ulat Kubis (Plutella xylostella)

Larva pada instar pertama yang baru menetas akan menggerek dan masuk

ke dalam jaringan daun, akibatnya jaringan daun akan kehilangan isinya, dan

hanya tersisa jaringan epidermis saja. Jaringan daun yang telah dimakan akan

menunjukkan gejala bercak-bercak putih. Serangan larva pada instar berikutnya

dilakukan dari bagian luar, daun tampak berlubang-lubang serta luka-luka. Jika

merasa terancam, ulat akan menjatuhkan diri ke tanah dan mengeluarkan benang

kelamat untuk menyelamatkan diri. Sehingga ulat ini sangat sulit terkena kabut

semprot saat petani melakukan penyemprotan pestisida.

Serangan parah di areal pertanaman terjadi pada saat kondisi suhu dan

kelembaban tinggi. Pada kondisi tersebut, imago akan terangsang untuk berbiak,

sehingga serangan berpotensi menimbulkan serangan berat. Jika terjadi kondisi

serangan berat, petani akan kesulitan untuk mengendalikannya, sehingga resiko

kerugian akan semakin besar (Kurnianti, 2013).

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Lepidoptera

family : Hespiredae

Genus : Erionata

Spesies : Erionata tharax

Kupu-kupu dari famili ini kebanyakan berwarna kusam dan monoton,

berbeda dengan kerabatnya dari famili Papilionidae. Ia khusus menyerang pohon

Page 20: PENDAHULUAN 3

20

pisang di seluruh dunia, dari Hawaii sampai Pasifik dan Asia. Di Asia Tenggara,

menjadi hama penting dalam menyerang tanaman pisang. Segala jenis pisang

diserang, dari pisang untuk bahan baku industri, konsumsi, hingga elemen

penghias.

Larva muda memotong miring tepi daun lalu menggulungnya membentuk

tabung kecil. di dalam gulungan, ia memakan daun hingga habis. selanjutnya, ulat

berpindah ke tempat lain melakukan hal serupa, bahkan cenderung membuat

gulungan lebih besar. Pola itu diulang terus hingga ulat tumbuh dewasa dan

menyelimuti tubuh dengan lilin. setelah itu, ia tumbuh dewasa dan menyelimuti

tubuh dengan lilin. Selanjutnya, ia menjadi pupa dan kupu-kupu yan terbang aktif

di sore dan pagi hari.

Gejala

Ciri khasnya, larva memotong miring tepi daun lalu menggulungnya dan

memakan hingga habis. Sebelum itu, daun terkoyak dan menggulung. Pada

tingkat serangan tinggi, daun habis dan yang tertinggal hanya tulang daun penuh

dengan gulungan.

Penyebab

a. Asal mula

Kupu-kupu terbang menghisap madu bunga pisang dan kawin saat sedang

terbang. Bertepatan dengan keluarnya tunas tanaman pisang, kupu-kupu pun

ramai-ramai meletakkan telur di permukaan daun dengan sumber makanan

melimpah maka populasipun meningkat pesat.

Page 21: PENDAHULUAN 3

21

b. Siklus hidup

Di Bogor, perkembangan satu siklus membutuhkan waktu 5-6 minggu.

Kupu-kupu betina bertelur pada malam hari. Telur diletakkan pada daun utuh dan

berkelompok dengan jumlah 25 butir. Setelah menetas, larva akan tumbuh pesat

hingga akhirnya menjadi pupa dan serangga kupu-kupu.

Penanggulangan

1. Mekanis

Daun yang menggulung dipotong dan dimusnahkan. Lakukan juga

pengambilan larva Erionota thrax dalam gulungan.

2. Budidaya

Kurangi kerimbunan kanopi dengan pemangkasan. Lakukan sanitasi lahan

di sekitar pohon, juga sanitasi untuk menghindari penggerek bonggol pisang.

Selain itu lestarikan musuh alami seperti belalang sembah, laba-laba, burung

pemakan ulat (serangga) dll.

3. Kimiawi

Pakai pestisida hayati dari berbagai mikroba maupun pestisida nabati dari

ekstrak tumbuhan. Sebagai alternatif terakhir jika ada ledakan hama maka

gunakan pestisida berbahan aktif imidakloprid seperti Confidor 200 SL,

organofosfat seperti Dursban 20 EC, ataupun pinetroid seperti Bomber 20 EC.

Alternatif lain Alika 247 ZC dan Ampligo 150 ZC (Sutiyoso, 2010).

Perkembangan ulat grayak bersifat metamorfosis sempurna, terdiri atas

stadia ulat, kepompong, ngengat dan telur.Ulat tua bersembunyi di dalam tanah

pada siang hari dan giat nenyerang tanaman pada malam hari.

Page 22: PENDAHULUAN 3

22

Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian dasar melekat pada daun

(kadang- kadang tersusun dua lapis), berwarna coklat kekuningan, . Telur

diletakkan pada bagian daun atau bagian tanaman lainnya, baik pada tanaman

inang maupun bukan inang. Bentuk telur ber- variasi. Kelompok telur tertutup

bulu seperti beludru yang berasal dari bulu- bulu tubuh bagian ujung ngengat

betina, berwarna kuning kecoklatan.

Produksi telur mencapai 3.000 butir per induk betina, tersusun atas 11

kelompok dengan rata-rata 25 -200 butir per kelompok. Stadium telur berlangsung

selam 3 hari (2;10;12). Setelah telur menetas, ulat tinggal untuk sementara waktu

di tempat telur diletakkan. Beberapa hari kemudian, ulat tersebut berpencaran

Larva mempunyai warna yang ber- variasi, memiliki kalung (bulan sabit)

berwarna hitam pada segmen abdomen keempat dan kesepuluh .Pada sisi lateral

dorsal terdapat garis kuning. Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian

sisi coklat tua atau hitam kecoklatan, dan hidup berkelompok (Gambar 1a).

Beberapa hari setelah menetas (bergantung ketersediaan makan- an), larva

menyebar dengan menggunakan benang sutera dari mulutnya. Pada siang hari,

larva bersembunyi di dalam tanah atau tempat yang lembap dan menyerang

tanaman pada malam hari atau pada intensitas cahaya matahari yang rendah.

Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar.

Stadium ulat terdiri atas 6 instar yang berlangsung selama 14 hari. Ulat

instar I, II dan III, masing-masing berlangsung sekitar 2 hari. Ulat berkepompong

di dalam tanah. Stadia kepompong dan ngengat, masing-masing berlangsung

selama 8 dan 9 hari. Ngengat meletakkan telur pada umur 2-6 hari.

Page 23: PENDAHULUAN 3

23

Ulat muda menyerang daun hingga tertinggal epidermis atas dan tulang-

tulang daun saja. Ulat tua merusak pertulangan daun hingga tampak lobang-

lobang bekas gigitan ulat pada daun.

Warna dan perilaku ulat instar terakhir mirip ulat tanah Agrothis ipsilon,

namun terdapat perbedaan yang cukup mencolok, yaitu pada ulat grayak terdapat

tanda bulan sabit berwarna hijau gelap dengan garis punggung gelap memanjang.

Pada umur 2 minggu, panjang ulat sekitar 5 cm. Ulat berkepompong di dalam

tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon), berwarna coklat kemerahan

dengan panjang sekitar 1,60 cm. Siklus hidup berkisar antara 30-60 hari (lama

stadium telur 2-4 hari). Stadium larva terdiri atas 5 instar yang berlangsung

selama 20-46 hari. Lama stadium pupa 8-11 hari.

Seekor ngengat betina dapat meletakkan 2.000-3.000 telur. Sayap ngengat

bagian depan berwarna coklat atau keperakan, dan sayap belakang berwarna

keputihan dengan bercak hitam . Kemampuan terbang ngengat pada malam hari

mencapai 5 km

Ulat Grayak ini merupakan hama pada hampir semua tanaman baik dari

tanaman pangan seperti padi,kedele dan jagung, juga pada tanaman hortikultura

seperti cabe, kubis, kacang panjang dan lainnya. Ulat grayak juga menyerang

tanaman perkebunan seperti tembakau. Bahkan ulat ini juga menyerang berbagai

macam gulma seperti Limnocharis sp, Passiflora foetida , Ageratum sp, Cleome

sp, Clibadium sp, dan Trema sp.

Serangan Ulat ini terjadi pada stadium larva (ulat). Larva yang masih muda

merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas (transparan)

Page 24: PENDAHULUAN 3

24

dan tulang daun. Larva instar lanjut merusak tulang daun dan kadang-kadang

menyerang polong. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun dan

menyerang secara serentak dan berkelompok. Serangan berat menyebabkan

tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat

Serangan berat pada umumnya terjadi pada musim kemarau, dan

menyebabkan defoliasi daun yang sangat berat.

Pertumbuhan populasi ulat grayak sering dipicu oleh situasi dan kondisi

lingkungan, yakni:

1) Cuaca panas. Pada kondisi kering dan suhu tinggi, metabolisme serangga

hama meningkat sehingga memper- pendek siklus hidup. Akibatnya

jumlah telur yang dihasilkan meningkat dan akhirnya mendorong

peningkatan populasi.

2) Penanaman tidak serentak dalam satu areal yang luas. Penanaman tanaman

seperti kedelai yang tidak serentak menyebabkan tanaman berada pada

fase pertumbuh- an yang berbeda-beda sehingga makanan ulat grayak

selalu tersedia di lapangan. Akibatnya, pertumbuhan populasi hama makin

meningkat kare- na makanan tersedia sepanjang musim.

3) Aplikasi insektisida. Penggunaan insektisida yang kurang tepat baik jenis

maupun dosisnya, dapat memati- kan musuh alami serta meningkatkan

ketahanannya terhadapinsektisida (Halil,2011).

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Page 25: PENDAHULUAN 3

25

Class : Insecta

Order : Lepidoptera

Family : Noctuidae

Genus : Chrysodeixis

Species : C. Chalcites

Imago C. Chalcites mempunyai sayap dengan berwarna khas, yaitu dasarnya

hitam coklat dengan sepasang bintik putih pada masing-masing sayap, sedang

pada ulat jengkal Trichoplusia orichalcea bagian ujung sayap depannya berwarna

keemasan.Telur berbentuk bundar agak pipih, berenda putih, dan berwarna

keputih-putihan yang kemudian berubah kekuning-kuningan sebelum

menetas.Larva berkepala kecil, mempunyai tiga pasang tungkai palsu, berwarna

hijau. Larva instar akhir berukuran antara 30-40 mm. Pupa berada di dalam kokon

yang transparan. Pupa C. Chalcites berwarna hijau muda dan pada punggungnya

berwarna coklat hitam, sedangkan pupa jenis Trichoplusia orichalcea berwarna

coklat.Siklus hidup ± 3 minggu yaitu Telur 3-4 hari, Larva ± 13 hari, Pupa ± 7

hari.

Gejala serangan dan kerusakan

Serangan oleh instar muda menyebabkan bercak-bercak putih pada daun

karena jaringan dan dimakan, namun epidemis dan tulang daun ditinggalkan ,

sedang larva besar memakan habis helai daun menyebabkan daun yang terserang

tinggal beberapa tulang daunya saja. Kerusakan daun oleh ulat jengkal biasanya

mulai pada awal pembungaan. Kerusakan terus meningkat hingga fase pengisian

biji sekitar 60 hst. Kehilangan hasil karena defoliasi dapat menurunkan bobot biji,

Page 26: PENDAHULUAN 3

26

dan pada akhirnya menurunkan hasil panen. Kerusakan daun 50 % pada awal

pembungaan hingga pembungaan penuh dapat menurunkan hasil 9-18%, atau

setara dengan 135 kg sampai 270 kg/ha. Kerusakan daun total pada fase pengisian

dapat menurunkan hasil sebesar 80%, yaitu setara dengan 1200 kg/ha.

Pengendalian:

a. Musuh alami :

• Parasitoid telur, Trichogramma sp (Hymenoptera Trichogrammatidae)

• Parasitoid larva, Cotesia sp. (Hymenoptera Braconidae)

• Parasitoid larva, microplitis sp

Ulat jengkal menyebar secara berkelompok, umumnya terdapat pada daun

muda dan sebagian besar terdapat pada permukaan bawah daun. Pengamatan

populasi larva muda dilakukan sejak 35 sampai 56 hst dengan interval waktu 1

minggu. Tanaman contoh diambil secara diagonal sebanyak 10 rumpun per petak

alami.Ambang pengendalian ulat jengkal tergantung dari fase pertumbuhan

tanaman yang diserang dan stadia larva. Diketahui bahwa kemampuan ulat

jengkal dalam memakan daun adalah setengah daripada kemampuan ulat grayak

Melakukan pergiliran tanaman dan bertanam serentak akan dapat memutus

siklus hidup, mengurangi populasi awal dan mengecerkan populasi. Kalau masih

terdapat serangan, maka pengumpulan dan pemusnahan larva instar 4 sampai

dengan instar akhir perlu dilakukan.Pengendalian dengan insektisida dapat

dilakukan apabila populasi melampaui ambang pengendalian dan dibatasi sampai

dengan instar -3, karena aplikasi insektisida pada ulat instar 4-6 sangat rendah.

Page 27: PENDAHULUAN 3

27

Oleh karena itu pengendalian ulat yang sudah mulai besar hanya efektif dengan

cara pengumpulan (Arifin, 1992).

Mencit (Mus musculus) merupakan hewan yang masuk dalam familia dari

kelompok mamalia (hewan menyusui). Para ahli zoology (Ilmu hewan), setelah

melakukan penelitian dan pengamatan yang memakan waktu yang lama dan

pemikiran yang berat sepakat untuk menggolongkan hewan ini ke dalam ordo

rodensia (hewanpengerat), sub ordo Mymorpha, famili Muridae, dan sub famili

Murinae. Untuk lebih jelasnya Mencit (Mus musculus) dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

Klasifikasi Mencit atau tikus putih

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub filum : Vertebrata

Class : Mamalia

Sub class : Theria

Ordo : Rodentia

Sub ordo : Myomorpha

Famili : Muridae

Sub family : Murinae

Genus : Mus

Species : Mus musculus

Pada beberapa jenis ternak yang hidup didaerah berikilim subtropics,

siklus birahi (astrus) hanya terjadi selama musim kawin dan peride bukan musim

Page 28: PENDAHULUAN 3

28

kawin ternak betina dalam keadaan enastrus (tidak birahi). Pada sejumlah

mamalia, proses reproduksi terjadi selama satu periode terbatas dalam setahun,

seperti pada sebagian besar hewan menyusui. Estrus adalah keadaan fisiologi

hewan betina yang siap menerima perkawinan dengan jantan. Siklus birahi dibagi

dua fase fasu luteal dan fase folikel Pada fase luteal dan fase folikel. Pada fase

luteal dicirikan oleh aktifnya korpus luteum yang mensekresikan progesterone

pada level yang tinggi sedangkan LH dan FSH rendah. Pada fase folikel diawali

pada saat corpus luteum lisis, kadar progerteron menurun dan pertumbuhan folikel

mulai aktif dan ,mensekresikan secara bertahap estrogen sesuai dengan

perkembangan populasi folikel. Peningkatan estrogen akan menimbulkan

terjadinya tingkahlaku birahi dan control umpan balik positif terhadap

hipotalamus dan hipofisia yang berdampak meningkatkan pulsaliti LH dan kadar

FSH sampai terjadi evolusi.

Mencit (mus musculus) menghasilkan jumlah anak yang cukup banyak

sekitar 5-10 lebih/ekor dalam satu melahirkan. Pada kelahiran ternak diawali

dengan dengsan peningkatan yang drastis dalam sekresi/kortisol dari kortek

adrenal dimana cortiso fetus bekerja untuk meningkatkan konfersi progesteron

sehingga menghasilkan besarnya nisbah pada estrogen terhadap progesterone pada

darah induk, sehingga pada saat melahirkan akan menghasilkan jumlah anak yang

cukup banyak.

Siklus Estrus Mencit (Mus musculus)

Pada setiap siklus yang terjadi pada tubuh mencit, terjadi perubahan-

perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh hormon

Page 29: PENDAHULUAN 3

29

1. Fase Estrus

Pada fase estrus yang dalam bahasa latin disebut oestrus yang

berarti “kegilaan” atau “gairah” , hipotalamus terstimulasi untuk

melepaskan gonadotropin-releasing hormone (GRH). Estrogen

menyebabkan pola perilaku kawin pada mencit, gonadotropin

menstimulasi pertumbuhan folikel yang dipengaruhi follicle stimulating

hormone (FSH) sehingga terjadi ovulasi. Kandungan FSH ini lebih rendah

jika dibandingkan dengan kandungan luteinizing hormone (LH) maka jika

terjadi coitus dapat dipastikan mencit akan mengalami kehamilan. Pada

saat estrus biasanya mencit terlihat tidak tenang dan lebih aktif, dengan

kata lain mencit berada dalam keadaan mencari perhatian kepada mencit

jantan. Fase estrus merupakan periode ketika betina reseptif terhadap

jantan dan akan melakukan perkawinan, mencit jantan akan mendekati

mencit betina dan akan terjadi kopulasi. Mencit jantan melakukan

semacam panggilan ultrasonik dengan jarak gelombang suara 30 kHz –

110kHz yang dilakukan sesering mungkin selama masa pedekatan dengan

mencit betina, sementara itu mencit betina menghasilkan semacam

pheromon yang dihasilkan oleh kelenjar preputial yang diekskresikan

melalui urin. Pheromon ini berfungsi untuk menarik perhatian mencit

jantan.

Mencit dapat mendeteksi pheromon ini karena terdapat organ

vomeronasal yang terdapat pada bagian dasar hidungnya. Pada tahap ini

vagina pada mencit betinapun membengkak dan berwarna merah. Tahap

Page 30: PENDAHULUAN 3

30

estrus pada mencit terjadi dua tahap yaitu tahap estrus awal dimana folikel

sudah matang, sel-sel epitel sudah tidak berinti, dan ukuran uterus pada

tahap ini adalah ukuran uterus maksimal, tahap ini terjadi selama 12 jam.

Lalu tahap estrus akhir dimana terjadi ovulasi yang hanya berlangsung

selama 18 jam.

2. Fase Metestrus

Pada tahap metestrus birahi pada mencit mulai berhenti,

aktivitasnya mulai tenang, dan mencit betina sudah tidak reseptif pada

jantan. Ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran yang paling kecil

karena uterus menciut. Pada ovarium korpus luteum dibentuk secara aktif,

terdapat sel-sel leukosit yang berfungsi untuk menghancurkan dan

memakan sel telur tersebut. Fase ini terjadi selama 6 jam. Pada tahap ini

hormon yang terkandung paling banyak adalah hormon progesteron yang

dihasilkan oleh korpus leteum.

3. Fase Diestrus

Tahap selanjutnya adalah tahap diestrus, tahap ini terjadi selama 2-

2,5 hari. Pada tahap ini terbentuk folikel-folikel primer yang belum

tumbuh dan beberapa yang mengalami pertumbuhan awal. Hormon yang

terkandung dalam ovarium adalah estrogen meski kandungannya sangat

sedikit. Fase ini disebut pula fase istirahat karena mencit betina sama

sekali tidak tertarik pada mencit jantan. Pada apusan vagina akan terlihat

banyak sel epitel berinti dan sel leukosit. Pada uterus terdapat banyak

Page 31: PENDAHULUAN 3

31

mukus, kelenjar menciut dan tidak aktif, ukuran uterus kecil, dan terdapat

banyak lendir

4. Fase Proestrus

Pada fase proestrus ovarium terjadi pertumbuhan folikel dengan

cepat menjadi folikel pertumbuhan tua atau disebut juga dengan folikel de

Graaf. Pada tahap ini hormon estrogen sudah mulai banyak dan hormon

FSH dan LH siap terbentuk. Pada apusan vaginanya akan terlihat sel-sel

epitel yang sudah tidak berinti (sel cornified) dan tidak ada lagi leukosit.

Sel cornified ini terbentuk akibat adanya pembelahan sel epitel berinti

secara mitosis dengan sangat cepat sehingga inti pada sel yang baru belum

terbentuk sempuna bahkan belum terbentuk inti dan sel-sel baru ini berada

di atas sel epitel yang membelah, sel-sel baru ini disebut juga sel cornified

(sel yang menanduk). Perilaku mencit betina pada tahap ini sudah mulai

gelisah namun keinginan untuk kopulasi belum terlalu besar. Fase ini

terjadi selama 12 jam. Setelah fase ini berakhir fase selanjutnya adalah

fase estrus dan begitu selanjutnya fase akan berulang (Jumani, 2013).

Page 32: PENDAHULUAN 3

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Hama adalah makhluk hidup yang mengurangi kualitas dan kuantitas

beberapa sumber daya manusia yang berupa tanman.

2. Gejala adalah kehilangan yang rasakan oleh tanaman akibat serangan

hama antara lain dalam bentuk penurunana kualitas dan kuantitas produksi.

3. Beberapa hama ada yang hanya meyerang tanaman tertentu dan yang

lainnya menyerang hampir semua tanaman.

Saran

Adapun saran untuk praktikum kali ini yaitu praktikan harusnya tertib dan

tidak gaduh saat praktikum sedang berlangsung.