2 daftar isipromkes.kemkes.go.id/pub/files/files937542_laporan... · 2 daftar isi ikhtisar...
TRANSCRIPT
2
DAFTAR ISI
IKHTISAR EKSEKUTIF _________________________________________ 3
Pendahuluan ________________________________________________ 3
Kinerja Kegiatan _____________________________________________ 3
Kinerja Anggaran ____________________________________________ 4
BAB I ________________________________________________________ 5
Latar Belakang ______________________________________________ 5
Maksud dan Tujuan ___________________________________________ 6
Tugas Pokok dan Fungsi ______________________________________ 7
Sistematika Penulisan _________________________________________ 8
BAB II _______________________________________________________ 9
Perencanaan Kinerja __________________________________________ 9
Perjanjian Kinerja ___________________________________________ 16
BAB III ______________________________________________________ 19
Pengukuran dan Analisis Pencapain Kinerja ______________________ 19
Analisis Akuntabilitas Kinerja __________________________________ 20
Sumberdaya _______________________________________________ 44
BAB IV _____________________________________________________ 56
Kesimpulan ________________________________________________ 56
LAMPIRAN __________________________________________________ 57
DOKUMENTASI KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT TAHUN 2019 __________________ 57
3
IKHTISAR EKSEKUTIF
Pendahuluan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015
Tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019, Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat memiliki sasaran yang harus
dicapai yaitu ”Meningkatnya Pelaksanaan
Pemberdayaan dan Promosi Kesehatan
Kepada Masyarakat” yang kemudian
diperkuat melalui Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor : 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan tata kerja Kementerian
Kesehatan, yang mengamanatkan
Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat untuk
melaksanakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, dan
pemberian bimbingan teknis supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan di bidang promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sebagai perwujudan dari aspek transaparansi dan akuntabilitas entitas satuan
kerja Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun
2019 maka disusun Laporan Akuntabilitas Kinerja yang merupakan bukti
tertulis serta wujud pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat sepanjang
tahun 2019.
Kinerja Kegiatan
Sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah tahun 2019, dimana Prioritas
Nasional adalah Pembangunan Manusia melalui Pemerataan Pembangunan
4
untuk Pertumbuhan yang Berkualitas maka Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat menetapkan indikator kinerja kegiatan yang akan
dicapai pada tahun 2019 yaitu:
1. Persentase Kabupaten/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS target 80%
Kabupaten/Kota Memiliki Kebijakan PHBS dengan capaian 82.30%
Kabupaten/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS.
2. Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM
target 50% desa mengalokasikan dana desanya untuk kegiatan UKBM
dengan capaian 62.96% desa yang memanfaatkan dana desa untuk
UKBM.
3. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program
kesehatan target 20 dunia usaha memanfaatkan CSR-nya untuk
program kesehatan dengan capaian 21 dunia usaha memanfaatkan
CSR-nya untuk program kesehatan.
4. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber
dayanya untuk mendukung kesehatan target 15 organisasi
kemasyarakatan memanfaatkan sumber dayanya dengan capaian 17
organisasi kemasyarakatan memanfaatkan sumber dayanya untuk
mendukung kesehatan.
Kinerja Anggaran
Total Pagu Anggaraan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Tahun 2019 untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan pada tahun
2019 sebesar Rp.182,496,707,000,- dengan sarapan anggaran sebesar
Rp.146,004,999,863,-.
Direktur Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat
dr. Riskiayana Sukandhi Putra, M.Kes
5
BAB I
Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada periode 2015 - 2019 adalah Program
Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan
status gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan
finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN
2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan
anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya
akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di
daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya cakupan
pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan
kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan
tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan
responsivitas sistem kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu
paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan
kesehatan nasional: 1) pilar paradigma sehat di lakukan dengan
strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan
promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat; 2) penguatan
pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses
pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan
mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of
care dan intervensi berbasis risiko.
Kegiatan Promosi Kesehatan dalam RPJMN 2015 - 2019 diarahkan
untuk mampu meningkatkan upaya promotif kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat, pembiayaan kegiatan promotif dan
preventif, serta perilaku hidup bersih dan sehat. Mengacu kepada
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan tata kerja Kementerian Kesehatan, penyelenggaraan
kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di
6
Kementerian Kesehatan dilaksanakan oleh Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Dalam peraturan menteri
tersebut disebutkan bahwa dalam pelaksanaan tugasnya, Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dipimpin oleh
Direktur dan mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, dan pemberian bimbingan teknis supervisi, serta pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan penyusunan kebijakan teknis, bimbingan, dan
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat sebagai
unsur penyelenggaraan pemerintahan negara wajib
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya
serta kewenangan pengelolaan sumber daya dengan didasarkan suatu
perencanaan strategis yang ditetapkan oleh masing-masing instansi,
berdasarkan suatu sistem akuntabilitas yang memadai. Hal ini sejalan
dengan upaya reformasi birokrasi untuk menyelenggarakan negara
yang bersih dan berwibawa serta memiliki kinerja yang baik (Good
Governance) dan selaras dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7
tahun 1999 dan Permen PAN dan RB Nomor 29 Tahun 2010.
Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat akan menyampaikan laporan dalam
bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja selama Tahun Anggaran 2019
untuk mempertanggungjawabkan kesesuaian pelaksanaan program
yang dilaksanakan dengan tujuan dan sasaran program dalam
mencapai hasil yang diharapkan. Penyusunan Laporan Akuntabilitas
Kinerja Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
merujuk pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015 – 2019
dan Penetapan Kinerja Kementerian Kesehatan tahun 2019.
Maksud dan Tujuan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat merupakan bentuk pertanggungjawaban
secara tertulis kepada Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat yang
7
memuat keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan
program/kegiatan Tahun Anggaran 2019.
Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 64 Tahun 2015
tentang Organisasi dan tata kerja Kementerian Kesehatan, Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan
teknis supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang komunikasi, informasi,
dan edukasi kesehatan, advokasi dan kemitraan, potensi sumber
daya promosi kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang komunikasi,
informasi, dan edukasi kesehatan, advokasi dan kemitraan,
potensi sumber daya promosi kesehatan, dan pemberdayaan
masyarakat.
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang komunikasi, informasi, dan edukasi kesehatan, advokasi
dan kemitraan, potensi sumber daya promosi kesehatan, dan
pemberdayaan masyarakat.
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
komunikasi, informasi, dan edukasi kesehatan, advokasi dan
kemitraan, potensi sumber daya promosi kesehatan, dan
pemberdayaan masyarakat.
5. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang komunikasi,
informasi, dan edukasi kesehatan, advokasi dan kemitraan,
potensi sumber daya promosi kesehatan, dan pemberdayaan
masyarakat.
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
8
Sistematika Penulisan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Direktorat Promosi Kesehatan
& Pemberdayaan dan Pemberdayaan Masyarakat tahun 2016 ini
menjelaskan pencapaian kinerja Direktorat Direktorat Promosi
Kesehatan & Pemberdayaan dan Pemberdayaan Masyarakat selama
kurun waktu tahun 2015 - 2019. Capaian kinerja tersebut dibandingkan
dengan capaian kinerja tahun sebelumnya untuk mengukur
keberhasilan/kegagalan kinerja Direktorat Direktorat Promosi
Kesehatan & Pemberdayaan dan Pemberdayaan Masyarakat.
9
BAB II
Perencanaan Kinerja
Perencanaan pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian dari
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana yang
diatur dalam UU Nomor 25 tahun 2004. Selain itu, berdasarkan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan
rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) telah
ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/MENKES/52/2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019. Renstra merupakan dokumen
perencanaan yang memuat program pembangunan kesehatan yang
akan dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan maupun untuk
mendorong peran aktif masyarakat dalam kurun waktu 2015 – 2019.
Renstra berorientasi pada hasil yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun.
Penetapan kinerja merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan
yang akan dicapai antara pimpinan instansi pemerintah/unit kerja yang
menerima amanah/tanggungjawab/kinerja dengan pihak yang
memberikan amanah/tanggungjawab/kinerja. Dengan demikian,
penetapan kinerja ini merupakan suatu janji kinerja yang akan
diwujudkan oleh seorang pejabat penerima amanah kepada atasan
langsungnya.
Pernyataan penetapan kinerja merupakan suatu pernyataan
kesanggupan dari pimpinan instansi/unit kerja penerima amanah
kepada atasan langsungnya untuk mewujudkan suatu target kinerja
tertentu. Pernyataan ini ditandatangani oleh penerima amanah sebagai
tanda suatu kesanggupan untuk mencapai target kinerja yang telah
ditetapkan, dan pemberi amanah atau atasan langsungnya sebagai
persetujuan atas target kinerja yang ditetapkan tersebut.
Penetapan dan pernyataan kinerja dilakukan setiap tahun untuk
menjamin terlaksananya visi, misi, serta sasaran strategis yang termuat
dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan yang telah
10
ditetapkan. Adapun target kinerja tahun 2019 di lingkungan Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat untuk mencapai
penjabaran visi, misi, sasaran strategis, arah kebijakan Kementerian
Kesehatan adalah sebagai berikut:
A. Visi dan Misi
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015 - 2019 mengikuti visi
dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia
yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong
royong”. Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 misi
pembangunan yaitu:
1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga
kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan
mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan
kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan
demokratis berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat
jati diri sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju
dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri,
maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, serta
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam
kebudayaan.
Selanjutnya terdapat 9 agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA
CITA yang ingin diwujudkan pada Kabinet Kerja, yakni:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa
dan memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
11
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan
terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar
Internasional.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-
sektor strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial
Indonesia.
B. Tujuan, Strategi, dan Sasaran
Salah satu agenda pembangunan nasional yang tercantum di dalam
Nawa Cita adalah Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia dan
Masyarakat Indonesia. Upaya meningkatkan kualitas hidup manusia
dijalankan melalui pembangunan manusia sebagai insan dan sumber
daya pembangunan, baik laki-laki maupun perempuan, mulai dari
dalam kandungan ibu sampai usia lanjut. Peningkatan kualitas hidup
manusia tercermin pada penyediaan pemenuhan hak-hak dasar warga
negara untuk memperoleh layanan publik, antara lain pelayanan
kesehatan.
Terdapat dua tujuan Kementerian Kesehatan pada tahun 2015-2019,
yaitu: 1) meningkatnya status kesehatan masyarakat dan; 2)
meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan
masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan.
Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan pada semua
kontinum siklus kehidupan (life cycle), yaitu bayi, balita, anak usia
sekolah, remaja, kelompok usia kerja, maternal, dan kelompok lansia.
12
Dalam upaya pencapaian tujuan Kementerian Kesehatan tersebut,
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
menetapkan sasaran strategis yaitu meningkatnya upaya peningkatan
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, meningkatnya
pembiayaan kegiatan promotif dan preventif dan meningkatnya
perilaku hidup bersih dan sehat. Strategi yang dilakukan untuk
mencapai Sasaran Strategis yang telah ditetapkan sebagai berikut:
1. Meningkatkan upaya Advokasi Kesehatan kepada pemangku
kepentingan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah
2. Meningkatkan upaya Penggalangan Kemitraan Bidang Kesehatan
untuk mendukung program kesehatan prioritas
3. Meningkatkan upaya Pemberdayaan Masyarakat Bidang
Kesehatan
4. Meningkatkan upaya Komunikasi, Informasi dan Edukasi Bidang
Kesehatan
5. Meningkatkan kemampuan tenaga Promosi Kesehatan dalam
pelaksanaan Promosi Kesehatan baik di tingkat pusat maupun di
daerah
C. Luaran dan Indikator Kinerja
Berdasarkan Perjanjian Kinerja Tahun 2018 yang ditandatangani oleh
Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan kegiatan (dokumen
terlampir) indikator kinerja Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat adalah meningkatnya pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat dan promosi kesehatan dengan Indikator pencapaian
sasaran tersebut adalah:
1. Persentase Kabupaten/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS.
Definisi operasional Indikator Kinerja Persentase kabupaten dan
kota yang membuat kebijakan yang mendukung PHBS minimal 1
kebijakan baru per tahun (Kebijakan yang mendukung
kesehatan/PHBS/perilaku sehat adalah kebijakan dalam bentuk
Peraturan Daerah, Peraturan Bupati/Walikota, Instruksi
Bupati/Walikota, Surat Keputusan Bupati/Walikota, Surat
Edaran/Himbauan Bupati/Walikota pada tahun tersebut).
Formulasi perhitungan yang dipergunakan adalah sebagai
13
berikut:
2. Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk
UKBM
Definisi operasional Indikator Kinerja Persentase desa yang
mengalokasikan dana desa secara bertahap sampai minimal
10% dari bidang pembangunan desa dan bidang pemberdayaan
masyarakat untuk kesehatan. Formulasi perhitungan yang
dipergunakan adalah sebagai berikut:
3. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk
program kesehatan
Definisi operasional Indikator Kinerja Jumlah dunia usaha yang
melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Kementerian
Kesehatan yang memanfaatkan CSR-nya untuk program
kesehatan. Formulasi perhitungan yang dipergunakan adalah
sebagai berikut:
Jumlah absolut dunia usaha yang melakukan Perjanjian Kerja
Sama (PKS) dalam satu tahun pelaporan
4. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan
sumber dayanya untuk mendukung kesehatan
Definisi operasional Indikator Jumlah organisasi kemasyarakatan
yang melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan
Kementerian Kesehatan yang memanfaatkan sumberdayanya
Jumlah kabupaten/kota yang
mengeluarkan kebijakan PHBS
dalam satu tahun pelaporan
Jumlah kabupaten/Kota
x 100%
% kabupaten dan
kota yang memiliki
kebijakan PHBS
=
Jumlah desa yang
mengalokasikan 10% dana desa
untuk UKBM
Jumlah desa
x 100%
% Desa yang
memanfaatkan dana
desa minimal 10
persen untuk Upaya
Kesehatan
Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM)
=
14
untuk mendukung program kesehatan. Formulasi perhitungan
yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
Jumlah absolut organisasi kemasyarakatan yang melakukan
Perjanjian Kerja Sama (PKS) dalam satu tahun pelaporan
16
Perjanjian Kinerja
Tekad dan janji kinerja tahunan yang akan dicapai antara pimpinan unit
kerja yang menerima amanah/tanggung jawab/kinerja dengan pihak
yang memberikannya sebagaimana ditetapkan dalam dokumen
penetapan kinerja. Dengan demikian, penetapan kinerja merupakan
suatu janji kinerja yang akan diwujudkan oleh seorang pejabat
penerima amanah kepada atasan langsungnya. Pada tahun 2019 telah
ditetapkan target capaian indikator kegiatan yang mendukung
tercapainya sasaran hasil program, sebagai berikut:
Tabel 2.1 Target Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Pemberdayaan
Masyarakat dan Promosi Kesehatan.
NO SASARAN PROGRAM/ KEGIATAN
INDIKATOR KINERJA TARGET
1 Meningkatnya pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
1 Persentase Kabupaten/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS
80%
2 Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM
50%
3 Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan
20
4 Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan
15
19
BAB III
Pengukuran dan Analisis Pencapain Kinerja
Pengukuran kinerja adalah kegiatan manajemen khususnya
membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana,
atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah
ditetapkan. Pengukuran kinerja ini diperlukan untuk mengetahui
sampai sejauh mana realisasi atau capaian kinerja yang berhasil
dilakukan oleh Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat selama kurun waktu tahun 2015 - 2019.
Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi
capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator
sehingga diperoleh gambaran tingkat keberhasilan pencapaian setiap
indikator. Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut, dapat diperoleh
informasi menyangkut masing-masing indikator sehingga dapat
ditindaklanjuti dalam perbaikan perencanaan program/kegiatan di
masa yang akan datang. Manfaat pengukuran kinerja antara lain untuk
memberikan gambaran kepada pihak internal dan eksternal tentang
pelaksanaan misi organisasi dalam mewujudkan tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan dalam dokumen Renstra/Penetapan Kinerja.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015 - 2019, melaksanakan kegiatan Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dengan sasaran strategis
meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat, meningkatnya pembiayaan kegiatan
promotif dan preventif dan meningkatnya perilaku hidup bersih dan
sehat.
Dalam mencapai Sasaran Strategis tersebut dan sesuai dengan
Rencana Kerja Pemerintah tahun 2019, maka ditetapkan Indikator
20
Kinerja Kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Target dan Realisasi Indikator Kinerja Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2019
No Sasaran Program Idikator Kinerja Target 2019
Realisasi 2019
% Capaian
1 Meningkatnya pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
Persentase Kabupaten/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS
80% 82.30% 103%
Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM
50% 62.96% 126%
Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan
20 21 105%
Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan
15 17 113%
Analisis Akuntabilitas Kinerja
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat pada
tahun. Pengukuran keberhasilan dalam pencapaian target indikator
kinerja kegiatan adalah dengan membandingkan antara output dan
input melalui analisis deskriptif terhadap pelaksanaan kegiatan dan sub
kegiatan. Analisis dilakukan dengan berdasarkan kepada definisi
operasional indikator, kriteria keberhasilan, kondisi yang dicapai,
capaian kinerja, permasalahan yang dihadapi, serta potensi yang
dimanfaatkan untuk memecahkan permasalahan.
21
Uraian kinerja Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat berdasarkan Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan
adalah:
1. Persentase Kabupaten/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS
Dalam rangka mendukung pelaksanaan perilaku hidup sehat,
diperlukan dukungan regulasi yang mendorong penerapan PHBS
oleh masyarakat di daerah. Kebijakan yang mendukung
kesehatan/PHBS/perilaku sehat adalah kebijakan mendukung
kesehatan/PHBS/perilaku sehat dalam bentuk Peraturan Daerah,
Peraturan Bupati/Walikota, Instruksi Bupati/Walikota, Surat
Keputusan Bupati/Walikota, Surat Edaran/Himbauan
Bupati/Walikota.
Persentase Kabupaten/Kota yang memiliki kebijakan PHBS
adalah Persentase kabupaten dan kota yang membuat kebijakan
yang mendukung PHBS minimal 1 kebijakan baru per tahun dalam
bentuk Peraturan Daerah, Peraturan Bupati/Walikota, Instruksi
Bupati/Walikota, Surat Keputusan Bupati/Walikota, Surat
Edaran/Himbauan Bupati/Walikota.
Target dan capaian indikator ini dihitung secara kumulatif dan
diharapkan merupakan kebijakan baru yang dikeluarkan oleh
kabupaten dan kota yang belum mengeluarkan kebijakan PHBS.
TARGET DAN CAPAIAN INDIKATOR PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMILIKI
KEBIJAKAN PHBS TAHUN 2015 – 2019
40% 50% 60% 70% 80%
44%53.30%
60.89%70.62%
82.30%
2015 2016 2017 2018 2019
Target Capain
22
Perbandingan Target dan Realisasi Kinerja
Target indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Memiliki
Kebijakan PHBS Pada tahun 2019 adalah 80%, dengan capaian
82.30% (sebanyak 423 dari 514 kabupaten/kota yang ada sudah
memiliki kebijakan PHBS).
NO PROVINSI JUMLAH
KABUPATEN/KOTA
PERSENTASE KABUPATEN/KO
TA MEMILIKI KEBIJAKAN
PHBS
1 ACEH 23 86.96%
2 SUMATERA UTARA 33 72.73%
3 SUMATERA BARAT 19 89.47%
4 RIAU 12 91.67%
5 JAMBI 11 100.00%
6 BENGKULU 10 100.00%
7 SUMATERA SELATAN 17 70.59%
8 LAMPUNG 15 100.00%
9 KEP.BANGKA BELITUNG 7 100.00%
10 KEPULAUAN RIAU 7 100.00%
11 BANTEN 8 100.00%
12 DKI JAKARTA 6 100.00%
13 JAWA BARAT 27 96.30%
14 JAWA TENGAH 35 100.00%
15 D.I. YOGYAKARTA 5 100.00%
16 JAWA TIMUR 38 89%
17 BALI 9 100.00%
18 NUSA TENGGARA BARAT 10 100.00%
19 NUSA TENGGARA TIMUR 22 27.27%
20 KALIMANTAN BARAT 14 100.00%
21 KALIMANTAN TENGAH 14 100.00%
22 KALIMANTAN SELATAN 13 100.00%
23 KALIMANTAN TIMUR 10 100.00%
24 KALIMANTAN UTARA 5 60.00%
25 SULAWESI UTARA 15 86.67%
26 SULAWESI TENGAH 13 84.62%
27 SULAWESI TENGGARA 17 88.24%
28 SULAWESI SELATAN 24 100.00%
29 SULAWESI BARAT 6 100.00%
30 GORONTALO 6 100.00%
31 MALUKU 11 81.82%
32 MALUKU UTARA 10 40.00%
33 PAPUA 29 10.34%
34 PAPUA BARAT 14 35.71%
23
Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2019 dengan Tahun
2018
Persentase capaian indikator kabupaten/kota yang memiliki
kebijakan PHBS pada Tahun 2019 sebesar 103% (82.30%
kabupaten/kota telah miliki kebijakan PHBS) sedangkan capaian
indikator Persentase capaian indikator kabupaten/kota yang
memiliki kebijakan PHBS pada Tahun 2018 kembali capaiannya
101% (70,62% kabupaten/kota memiliki kebijakan PHBS).
Capain indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Memiliki
Kebijakan PHBS selama 5 tahun pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015
- 2019 sepenuhnya dapat tercapai dalam tiap tahun
pelaksanaannya dengan hasil capain yang selalu menunjukkan
trend positif (capaian selalu melebihi target yang sudah
ditetapkan). Hal ini menggambarkan seluruh aspek kegiatan yang
dilaksanakan oleh Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat telah sepenuh mengarah pada
kegiatan yang memiliki daya ungkit terhadap pencapaian indikator
yang telah ditetapkan.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai target
tahun 2019
• Pemetaan Kebijakan PHBS
Kegiatan pemetaan kebijakan PHBS dilakukan dalam bentuk
pertemuan di Provinsi. Tujuan dari kegiatan ini adalah
tersedianya peta kebijakan yang mendukung PHBS di
Provinsi dan Kabupaten Kota. Sasaran kegiatan ini adalah
LP/LS di Provinsi serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
• Pelaksanaan Advokasi Kebijakan PHBS
Kegiatan pelaksanaan advokasi dilakukan dengan
melakukan pertemuan di 60% Kabupaten/Kota sasaran.
Tujuan dari kegiatan ini adalah adanya komitmen dari
pemerintah kabupaten/kota untuk mengeluarkan kebijakan
24
PHBS. Sasaran kegiatan ini adalah Bupati/Walikota dan
Lintas Program Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
• Pembinaan Teknis pada daerah yang telah diadvokasi.
Pembinaan teknis pada daerah yang telah diadvokasi
dilakukan oleh petugas promosi kesehatan provinsi kepada
petugas promosi kesehatan kabupaten/kota. Tujuan
kegiatan ini adalah meningkatnya pemahaman teknis
petugas promosi kesehatan kabupaten/kota tentang teknis
kebijakan PHBS yang akan dikeluarkan serta teknis
pelaksanaan advokasi. Sasaran kegiatan ini adalah Petugas
Promosi Kesehatan Kabupaten/Kota dan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
Analisis keberhasilan pencapaian indikator.
Beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi upaya
pencapain kinerja yaitu adalah :
• Paradigma pembangunan kesehatan nasional yang
mengedepankan upaya promotif preventif
• Inisiasi kampanye nasional Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat (Germas)
Analisis hambatan pencapaian indikator.
Beberapa faktor penghambat yang mempengaruhi upaya
pencapain kinerja yaitu antara lain:
• Belum semua Sumber Daya Tenaga Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat telah mengikuti peningkatan
kapasitas terkait Pengelolaan kegiatan Advokasi.
• Proses administrasi birokrasi pembuatan kebijakan di level
kabupaten/kota yang
Alternatif solusi
• Penguatan dukungan teknis dan pedampingan pelaksanaan
kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
di daerah.
• Peningkatan kapasitas tenaga promosi kesehatan di daerah.
• Pelaksanaan advokasi terhadap pemerintah daerah.
25
Analisis Efisiensi
Penyerapan anggaran sebesar 90% dari alokasi anggaran
sebesar Rp.23,718,623,102,- dapat terealisasi sebesar
Rp.23,718,623,102,- Hal ini menunjukkan korelasi positif dengan
capaian indikator.
2. Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk
UKBM
Salah satu sasaran strategis Kementerian Kesehatan yang
tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun
2015-2019 adalah meningkatnya pembiayaan kegiatan promotif
dan preventif dan meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah mendorong
pemanfaatan Dana Desa untuk mendukung pembangunan
kesehatan. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari APBN
yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui APBD
Kabupaten/Kota dan digunakan untuk mendanai
penyelenggaraan pemerintah, pelakasanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.
Indikator Persentase desa yang mengalokasikan dana desa untuk
UKBM dihitung pertahun dengan kenaikan target capaiannya
setiap tahun sebesar 10%.
TARGET DAN CAPAIAN INDIKATOR PERSENTASE DESA YANG MEMANFAATKAN DANA DESA
10% UNTUK UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) TAHUN 2015 – 2019
10% 20% 30% 40% 50%1%7.10%
31.99%
48.30%
62.96%
2015 2016 2017 2018 2019
Target Capain
26
Perbandingan Target dan Realisasi Kinerja
Persentase capaian indikator Persentase Desa Yang
Mengalokasikan Dana Desa untuk UKBM pada tahun 2018
sebesar 122% (48.30% desa mengalokasikan dana untuk UKBM)
sedangkan Persentase Desa Yang Mengalokasikan Dana Desa
untuk UKBM pada Tahun 2019 126% (62.96% desa
mengalokasikan dana untuk UKBM).
NO PROVINSI JUMLAH
DESA
JUMLAH DESA YANG
MENGALOKASIKAN DANA DESA
PERSENTASE DESA YANG
MENGALOKASIKAN DANA DESA
UNTUK UKBM
1 ACEH 6497 63 0.97%
2 SUMUT 5417 4408 81.37%
3 SUMBAR 928 688 74.14%
4 RIAU 1591 1519 95.47%
5 JAMBI 1399 712 50.89%
6 BENGKULU 1341 1227 91.50%
7 SUMSEL 2853 1982 69.47%
8 LAMPUNG 2435 1981 81.36%
9 BABEL 313 273 87.22%
10 KEPRI 275 258 93.82%
11 BANTEN 1546 1294 83.70%
12 DKI NA NA NA
13 JABAR 5312 4072 76.66%
14 JATENG 7809 6390 81.83%
15 DIY 392 381 97.19%
16 JATIM 7724 4038 52.28%
17 BALI 636 609 95.75%
18 NTB 1990 995 50.00%
19 NTT 3080 1262 40.97%
20 KALBAR 2031 1318 64.89%
21 KALTENG 1432 1406 98.18%
22 KALSEL 1866 1123 60.18%
23 KALTIM 841 211 25.09%
24 KALTARA 447 29 6.49%
25 SULUT 1507 559 37.09%
26 SULTENG 2014 1880 93.35%
27 SULTRA 1915 1273 66.48%
28 SULSEL 2255 2078 92.15%
29 SULBAR 575 312 54.26%
30 GORONTALO 1320 515 39.02%
31 MALUKU 1198 619 51.67%
32 MALUT 1064 773 72.65%
27
33 PAPUA 5411 3679 67.99%
34 PABAR 1742 652 37.43%
Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2019 dengan Tahun
2018
Persentase capaian indikator Persentase Desa Yang
Mengalokasikan Dana Desa untuk UKBM pada tahun 2019
sebesar 126% (62.96% desa mengalokasikan dana untuk UKBM)
sedangkan Persentase Desa Yang Mengalokasikan Dana Desa
untuk UKBM pada Tahun 2018 121% (48,30% desa
mengalokasikan dana untuk UKBM).
Capain indikator Persentase Desa Yang Mengalokasikan Dana
Desa untuk UKBM selama 5 tahun pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015
- 2019 baru menghasilkan capain yang positif pada tahun 2017,
2018, 2019. Pada tahun 2 tahun awal pelaksanaan RPJMN target
indikator tidak dapat tercapai karena upaya-upaya advokasi yang
dilakukan terhadap pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten)
dan lintas sektor/OPD terkait (Badan Pemberdayaan Masyarakat
Desa dan Kepala Desa) belum menampakkan hasil. Baru pada
tahun ke 3 pelaksanaan RPJMN upaya-upaya advokasi
pemanfaatan dana desa untuk kegiatan UKBM mulai
menampakkan hasil. Capaian positif pada tahun 2017, 2018,
2019 tersebut juga disebabkan adanya dukungan positif dari sisi
regulasi dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi sebagai pengampu program dana
desa.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai target
tahun 2018
• Penguatan Koordinasi dengan Lintas Program tingkat Pusat
terkait penyusunan menu kesehatan yang akan diusulkan
dalam pedoman umum tentang prioritas pemanfaatan dana
desa yang ditetapkan oleh kementerian terkait.
28
• Advokasi lintas sektor terkait memasukkan menu kesehatan
dalam Pedoman Umum tentang prioritas pemanfaatan dana
desa yang mendukung kesehatan.
• Penyusunan Panduan terkait Pemanfaatan Dana Desa yang
mendukung kesehatan tahun 2018 untuk dijadikan pedoman
bagi Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan
Kabupaten.
• Penguatan Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten khususnya
Bidang Kesehatan Masyarakat Provinsi terkait pelaksanaan
kegiatan advokasi pemerintah Kabupaten dalam penyusunan
Peraturan Bupati tentang Petunjuk Teknis Prioritas
Pemanfaatan Dana Desa yang mendukung kesehatan
• Koordinasi dengan Lintas Program di Dinas Kesehatan
Kabupaten terkait penyusunan bahan petunjuk teknis prioritas
pemanfaatan dana desa yang mendukung kesehatan
• Advokasi Pemerintah Kabupaten dalam penyusunan
Peraturan Bupati tentang Petunjuk Teknis Prioritas
Pemanfaatan Dana Desa yang mendukung kesehatan.
• Penguatan Teknis Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
terkait pemanfaatan Dana Desa yang mendukung kesehatan
Analisis keberhasilan pencapaian indikator
Beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi upaya
pencapain kinerja yaitu antara lain;
• Dukungan komitmen internal Kementerian Kesehatan
terhadap pentingnya dukungan pembiayaan kesehatan yang
bersumber dari Dana Desa.
• Dukungan komitmen Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dalam menetapkan
kebijakan terkait prioritas pemanfaatan dana desa yang
mendukung kesehatan bagi kegiatan pembangunan desa dan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan melalui
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018
tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2019.
29
• Dukungan komitmen dari Pemerintah Daerah Provinsi dan
Kabupaten dalam hal ini Dinas Pemberdayaan Masyarakat
dan Pembangunan Desa untuk menetapkan kebijakan teknis
terkait prioritas pemanfaatan dana desa yang mendukung
kesehatan bagi kegiatan pembangunan desa dan
pemberdayaan masyaakat bidang kesehatan
• Dukungan komitmen dari Pemerintah Desa untuk
mengimplementasikan kebijakan teknis terkait prioritas
pemanfaatan dana desa yang mendukung kesehatan bagi
kegiatan pembangunan desa dan pemberdayaan masyaakat
bidang kesehatan dalam bentuk operasional kegiatan
• Dukungan komitmen dari Dinas Kesehatan Kabupaten serta
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Desa
Kabupaten terkait pelaporan pemanfaatan dana desa yang
mendukung kesehatan
Analisis hambatan pencapaian indikator
Beberapa faktor penghambat yang mempengaruhi upaya
pencapain kinerja yaitu antara lain:
• Kebijakan terkait Prioritas Pemanfaatan Dana Desa yang
mendukung Kesehatan setiap tahun berubah sehingga fungsi
koordinasi dan sosialisasi sangat diperlukan dalam
penyusunan maupun sosialisasinya pada daerah.
• Kebijakan terkait Prioritas Pemanfaatan Dana Desa yang
keluar pada akhir tahun, dimana proses penyusunan RKP
Desa yang merupakan pedoman dalam penyusunan
APBDesa terlambat ditetapkan. Namun masih dimungkinklan
untuk melakukan revisi dengan mekanisme yang telah
ditetapkan.
• Kemampuan teknis perencanaan kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan yang dimiliki Kepala dan
Aparatur Desa masih terbatas.
30
• Terbatasnya akses informasi tenaga promosi kesehatan di
Puskesmas terkait perencanaan desa dan kegiatan
kesehatan yang dibiayai dana desa.
Alternatif Solusi yang Dilakukan
• Melakukan koordinasi dengan Lintas Program terkait
penyusunan menu kesehatan sebagai pedoman dalam
prioritas pemanfaatan dana desa yang mendukung kesehatan
di awal tahun, sehingga dapat menjadi bagan panduan bagi
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten untuk melakukan
advokasi kepada pemerintah Kabupaten terkait penyusunan
Petunjuk Teknis Prioritas Pemanfaatan Dana Desa serta
sebagai bahan bagi Petugas Promosi Kesehatan di
Puskesmas dalam proses perencanaan di desa.
• Penguatan advokasi kepada Pemerintah Kabupaten,
khususnya Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Pembangunan Desa Kabupaten terkait penyusunan
Peraturan Pemanfaatan Dana Desa
• Tenaga kesehatan terlibat dalam penyusunan panduan teknis
pemanfaatan dana desa yang mendukung kesehatan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten, sebagai bahan bagi Petugas
Puskesmas untuk mengadvokasi Kepala Desa dan ikut dalam
proses perencanaan desa.
• Peningkatan koordinasi antara Dinas kesehatan dengan
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Desa
Kabupaten terkait pelaporan pemanfaatan dana desa yang
mendukung kesehatan
Analisis Efisiensi
Penyerapan anggaran sebesar 90% dari alokasi anggaran
sebesar Rp.20,525,975,641,- dapat terealisasi sebesar Rp.
18,473,378,077,- Hal ini menunjukkan korelasi positif dengan
capaian indikator.
31
3. Dunia usaha yang Memanfaatkan CSR nya untuk Program
Kesehatan
Untuk mengatasi masalah kesehatan di Indonesia tentunya tidak
bisa diselesaikan oleh Kementerian Kesehatan saja, tetapi perlu
melibatkan seluruh komponen masyarakat, salah satunya adalah
Dunia Usaha dan mitra potensial lainnya. Oleh karena itu
diperlukan kerjasama dengan berbagai multi sektor termasuk
dengan pihak swasta seperti Dunia Usaha melalui program CSR
dan mitra potensial dengan melakukan kemitraan di bidang
Kesehatan.
Dunia usaha dan swasta memiliki kewajiban untuk turut serta
dalam pembangunan kesehatan. Melihat peluang besar
dukungan yang dapat dioptimalkan melalui peran serta dunia
usaha melalui program Corporate Social Responsibility (CSR)-
nya, Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat menggalang kemitraan dengan dunia usaha. Definisi
operasional indikator Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan
CSR-nya untuk program kesehatan adalah jumlah dunia usaha
yang telah melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan
Kementerian Kesehatan untuk memanfaatkan CSR-nya untuk
program kesehatan.
Target capaian indikator Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan
CSR-nya Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2019 bersifat absolut
dengan kenaikan target capaiannya setiap tahun sebanyak 4
Dunia Usaha dengan perhitungan jumlah absolut dunia usaha
yang telah melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan
Kementerian Kesehatan untuk memanfaatkan CSR-nya.
32
TARGET & CAPAIN INDIKATOR JUMLAH DUNIA USAHA YANG MEMANFAATKAN CSR-NYA UNTUK PROGRAM
KESEHATAN TAHUN 2015 – 2019
Perbandingan Target dan Realisasi Kinerja
Pada tahun 2019 Capaian jumlah dunia usaha yang
memanfaatkan CSR-nya untuk adalah 21 dunia usaha (Capain
105% dari target yang telah ditetapkan). Ada pun dunia usaha
yang melakukan perjanjian kerja dengan Kementerian Kesehatan:
NO NAMA DUNIA
USAHA RUANG LINGKUP CSR
1 PT. Media Televisi Indonesia (Metro TV)
Publikasi dan sosialisasi program kesehatan antara lain berupa program talkshow, documentaries, filler, advertorial, pemberitaan, running text, event off air dan iklan layanan masyarakat di Metro TV beserta afiliasinya.
2 PT. Gorry Gourmet Indonesia
1. Rekomendasi makanan dan
minuman sehat
2. Sosialisasi makanan sehat
melalui aplikasi Gorrywell; dan
3. Melakukan riset terkait manfaat
aplikasi Gorrywell untuk
kesehatan
4 8 12 16 20
5
11
19
16
21
2015 2016 2017 2018 2019
Target Capain
33
3 PT. Darya Varia Laboratoria
1. Peningkatan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat;
2. Perbaikan gizi; dan
3. Peningkatan kesehatan ibu
dan balita.
4 PT. Amerta Indah Otsuka
1. Edukasi Demam Berdarah
2. Edukasi Diabetes Mellitus
3. Edukasi hidrasi bagi calon
jemaah haji
4. Pembudayaan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS)
5. Pembinaan posyandu.
5 PT. Bank Mandiri
1. Peningkatan kapasitas
kesehatan bagi masyarakat
2. Stimulan dalam peningkatan
kesehatan masyarakat
3. Edukasi kesehatan
4. Pemberdayaan masyarakat
dalam tanggap darurat
kesehatan
6 PT. Pertamina Bina Medika Upaya promotif dan preventif dalam peningkatan kesehatan ibu, anak usia sekolah, remaja, dan lansia
7 PT. Merck
1. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan
2. Deteksi dini penyakit 3. Promosi kesehatan
8 PT. Merck Sharp Dohme
1. Peningkatan kemampuan tenaga kesehatan dalam penanganan penyakit tidak menular dan
2. Edukasi masyarakat mengenai penyakit menular, penyakit tidak menular, dan program keluarga berencana.
9 PT. XL Axiata
1. Peningkatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
2. Digitalisasi informasi kesehatan
10 PT. Fonterra Brands Indonesia
1. Edukasi dan pemberdayaan gaya hidup sehat dan aktif
2. Edukasi dan pemberdayaan kesehatan ibu dan anak
11 PT. Novo Nordisk 1. Program Kesehatan
Masyarakat 2. Program Pengendalian PTM
34
3. Pemberdayaan masyarakat dalam penanganan pasca bencana
12 PT. Johnson and Johnson
1. Program Kesehatan Masyarakat
2. Program Pengendalian PTM 3. Program Pengendalian PM 4. Pelayanan Kesehatan 5. Pemberdayaan masyarakat
dalam tanggap darurat bidang kesehatan.
13 PT. Herlina Indah
Komunikasi informasi edukasi dan pemberdayaan masyarakat sekolah untuk mewujudkan lingkungan sehat dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tatanan sekolah.
14 PT. Reckitt Benckiser Indonesia
1. Edukasi dan pemberdayaan masyarakat mengenai Kesehatan Lingkungan (STBM 5 Pilar) dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
2. Penyebarluasan informasi kesehatan
15 PT. Bank BTPN Peningkatan upaya promotif dan preventif untuk mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
16 PT. Nutrifood Indonesia
1. Peningkatan status gizi melalui Germas
2. Edukasi gizi seimbang dan hidup sehat
3. Kampanye gizi seimbang 4. Edukasi pangan aman dan
bergizi 5. Advokasi kebijakan prog gizi
seimbang 6. Pemberian masukan pada
perumusan kebijakan program gizi seimbang
17 PT. Boehringer Ingelheim Indonesia
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular
18 PT. Adaro energy Tbk
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), upaya pencegahan Stunting, pencegahan Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular serta Kesehatan Ibu dan Anak
19 PT. Aventis Pharma Peningkatan upaya promotif dan preventif pada penyakit menular dan tidak menular
20 PT. Novell Pharmaceutical Produksi, sosialisasi dan komunikasi edukasi informasi (KIE) dan pemberdayaan masyarakat dalam
35
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dan pencegahan Stunting
21 PT. AXA Mandiri Financial Services
1. Edukasi kesehatan dalam mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)
2. Penerapan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) baik di internal perusahaan maupun di masyarakat
3. Penyebarluasan informasi kesehatan.
Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2018 dengan Tahun
2019
Pencapain Jumlah Dunia Usaha yang memanfaatkan CSR-nya
untuk Mendukung Kesehatan pada 2018 mencapai 16 dunia
usaha (capaian 100%), sedangkan pada Tahun 2019 capaian
Jumlah Organisasi Kemasyarakatan yang Memanfaatkan Sumber
Dayanya untuk Mendukung Kesehatan adalah sebanyak 21 dunia
usaha (105%). Dapat disimpulkan bahwa trend positif capain
target kinerja Dunia Usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk
Mendukung Kesehatan pada tahun 2018 (capain 16 dunia usaha),
pada tahun 2019 dapat kembali dipertahankan dan secara
persentasi naik capainnya sebesar 5% (capaian 21 dunia usaha
= 105%).
Capain indikator Jumlah Dunia Usaha yang memanfaatkan CSR-
nya untuk Mendukung Kesehatan selama 5 tahun pelaksanaan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2015 - 2019 sepenuhnya dapat tercapai dalam tiap tahun
pelaksanaannya. Hal ini menggambarkan seluruh aspek kegiatan
yang dilaksanakan oleh Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat telah sepenuh mengarah pada
kegiatan yang memiliki daya ungkit terhadap pencapaian indikator
yang telah ditetapkan.
36
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai target
tahun 2019
• Kementerian Kesehatan menyelenggarakan penghargaan
(award) CSR kepada dunia usaha yang telah
melaksanakan program CSR yang baik, berkaitan dengan
bidang kesehatan, antara lain: air bersih, kesehatan
lingkungan, sanitasi, pengelolaan sampah, promosi
kesehatan, gaya hidup sehat, gizi, kesehatan reproduksi,
sarana kesehatan, pemberdayaan masyarakat.
Penghargaan (award) CSR ini diselenggarakan setiap dua
tahun sekali.
• Guna mendorong dunia usaha melaksanakan program
CSR yang merupakan investasi terkait pertumbuhan dan
keberlanjutan usaha serta sekaligus turut berkontribusi
pada perubaha perilaku masyarakat untuk hidup sehat,
maka disusun Model Intervensi Kegiatan CSR di bidang
kesehatan.
• Memperkenalkan kepada dunia usaha potensial terkait
program kesehatan prioritas yang bisa dilakukan dengan
kemitraan melalui program CSR.
• Pemantauan terhadap pelaksanaan CSR bidang
Kesehatan untuk memastikan pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan yang ditetapkan.
Analisis keberhasilan dalam pencapaian indikator
• Dukungan dari Forum Filantropi yang merupakan
perhimpunan independen dan nirlaba yang dipercaya oleh
pemerintah dan sektor usaha dalam menjalan menjalankan
sosial-kemanusian dan lingkungan di Indonesia.
• Pertumbuhan industri farmasi dan produk-produk
kesehatan yang terus meningkat di Indonesia mendorong
muncul calon-calon mitra potensial.
• Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
terbatas. Dalam pasal 74 ayat 1 s/d 3 bahwa Perseroan
Terbatas yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang
37
dan/atau berkaitan dengan sumberdaya alam wajib
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dan
merupakan kewajiban perseoran yang dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya perseroan.
• Peraturan Pemerintah No 47 tahun 2012 tentang tanggung
jawab sosial dan lingkungan perseroan terbatas
merupakan penjelasan dari Undang-Undang No. 40 tahun
2007, bahwa setiap perseroan mempunyai tanggung jawab
sosial dan lingkungan baik di dalam maupun di luar
lingkungan perseroan dengan memperhatikan kepatutan
dan kewajaran.
Analisis hambatan pencapaian indikator
• Kurangnya partispasi aktif Internal lintas program
Kementerian Kesehatan dalam memberikan masukan
program teknis yang mempengaruhi penentuan ruang
lingkup kerjasama (program dan kegiatan)
• Keterbatasan sumber daya untuk membuat komitmen
dengan dunia usaha untuk menggalang kemitraan melalui
program CSR
• Tidak semua Dunia Usaha tertarik untuk melakukan
kerjasama jangka panjang dan berkelanjutan.
Alternatif solusi yang dilakukan
• Penyusunan Panduan Menggalang Kemitraan di Bidang
Kesehatan
• Meningkatkan kapasitas sumber daya Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dalam
pengelolaan Kemitraan Kesehatan.
• Meningkatkan kepercayaan Dunia Usaha untuk mau
melakukan kerjasama jangka panjang dan berkelanjutan.
• Pertemuan secara berkala dengan lintas program terkait
dalam pengembangan kemitraan
Analisis Efisiensi
38
Penyerapan anggaran sebesar 99% dari alokasi anggaran
sebesar Rp.810,180,000,- dapat terealisasi sebesar
Rp.802,078,200,-.Hal ini menunjukkan korelasi positif dengan
capaian indikator.
4. Jumlah Organisasi Kemasyarakatan yang Memanfaatkan
Sumber Dayanya untuk Mendukung Kesehatan
Organisasi kemasyarakatan merupakan kelompok potensial
untuk meningkatkan perilaku sehat masyarakat karena mereka
memiliki sumberdaya dan jaringan kerja dan keanggotaan hingga
ke grassroot. Direktorat Promosi Kesehatan & Pemberdayaan
menggalang peran serta ormas baik ormas keagamaan,
kepemudaan, dan wanita untuk meningkatkan jangkauan akses
informasi kesehatan dan pemberdayaan program kesehatan
prioritas terhadap masyarakat luas. Target capaian jumlah
Organisasi Kemasyarakatan yang Memanfaatkan Sumber
Dayanya untuk Mendukung Kesehatan Tahun 2015 sampai
dengan Tahun 2019 bersifat progresif dengan kenaikan target
capaiannya setiap tahun sebesar 3 Organisasi Kemasyarakatan.
TARGET & CAPAIN INDIKATOR JUMLAH ORGANISASI KEMASYARAKATAN YANG MEMANFAATKAN SUMBER
DAYANYA UNTUK MENDUKUNG KESEHATAN TAHUN 2015 – 2019
3 6 9 12 15
4
6
9
12
17
2015 2016 2017 2018 2019
Target Capain
39
Pada tahun 2019 Capaian Organisasi Kemasyarakatan yang
Memanfaatkan Sumber Dayanya untuk Mendukung Kesehatan
adalah 17 (Tujuh Belas) ormas atau 113% dari target yang telah
ditetapkan. Ada pun Organisasi Kemasyarakatan yang
Memanfaatkan Sumber Dayanya untuk Mendukung Kesehatan
tersebut antara lain:
NO ORMAS RUANG LINGKUP KERJA SAMA
1 Aisyiyah
Pengembangan kapasitas kader 'Aisyiyah dalam upaya optimalisasi GERMAS, pencegahan Stunting & perluasan cakupan imunisasi
2 Muslimat NU
1. Penggalangan komitmen terhadap optimalisasi GERMAS di lingkungan pesantren, mencakup:
• Konsumsi sayur & buah secara teratur setiap hari
• Aktifitas fisik secara teratur
• Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala
• Perilaku hidup sehat : tidak merokok, mencuci tangan pakai sabun, menjaga kebersihan lingkungan, & penggunaan jamban
2. Sosialisasi pencegahan Stunting (demo pemeriksaan sederhana & makanan sehat bagi ibu hamil, bayi/balita)
3 Fatayat NU
1. Penggalangan komitmen dari tingkat pusat-daerah dalam mendukung Optimalisasi GERMAS & Pencegahan Stunting
2. Orientasi GERMAS & Pencegahan Stunting pada masyarakat
4 Persatuan Gereja-gereja Indonesia (PGI)
Orientasi & Implementasi GERMAS
5 Pergerakan Wanita Nasional Indonesia (PERWANAS)
Pergerakkan dan mobilisasi GERMAS dan Pencegahan Stunting di masyarakat
6
Persekutuan Pelayanan Kristen untuk Kesehatan di Indonesia (PELKESI)
Peningkatan GERMAS & Percepatan Pencegahan Stunting di Jemaat & Masyarakat Binaan Rumah Sakit Kristen Anggota PELKESI
40
7
Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia (PERDHAKI)
Peranserta PERDHAKI dalam Optimalisasi GERMAS
8 Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI)
1. Peningkatan perilaku Aktifitas fisik dengan yoga
2. Peningkatan perilaku tidak merokok dengan PUTAR (Pura Tanpa Asap Rokok)
3. Pengembangan kegiatan deteksi dini penyakit melalui Posbindu PTM di Pura atau balai Banjar/Desa
4. Pencegahan Stunting pada usia remaja
9 Persatuan Islam (PERSIS)
1. Eliminasi TBC di Pondok Pesantren 2. Pembinaan Pondok Pesantren dalam
melaksanakan GERMAS
10 Yayasan Jannur (YANNUR)
1. Advokasi kepada penentu kebijakan, baik dari ORMAS maupun pemerintahan
2. Optimalisasi GERMAS melalui peningkatan peranserta kelompok masyarakat di kabupaten/kota binaan lokus GERMAS
3. Peningkatan kapasitas bagi tokoh/kader/fasilitator dalam pencegahan Stunting, eliminasi TBC, & peningkatan cakupan Imunisasi
4. Penggerakkan kelompok binaan dalam menjangkau sasaran
11 Al- Hidayah
Penggalangan dukungan pelaksanaan GERMAS, penurunan Stunting, eliminasi TBC, & peningkatan cakupan Imunisasi, dari prov. & kab/kota, pimpinan Al-Hidayah dari pusat sampai majelis taklim.
12 PB Nahdlatul Ulama
Gerakan Santri Sehat & Edukasi Pencegahan TBC dalam mewujudkan Pesantren Sehat
13 Aliansi Pita Putih Indonesia (APPI)
Optimalisasi GERMAS & pencegahan Stunting
14 Dewan Masjid Indonesia (DMI)
1. Penggalangan komitmen pengurus DMI baik di provinsi/ kabupaten/kota, pengurus/takmir masjid di desa untuk menjadikan GERMAS sebagai program kesehatan berbasis masjid & rumah tangga
2. Peningkatan kapasitas SDM masjid untuk mendorong terwujudnya GERMAS berbasis masjid & rumah tangga
41
3. Peningkatan pemahaman jama'ah masjid untuk menerapkan GERMAS di lingkungan masjid & rumah tangga
4. Membangun GERMAS sebagai gerakan sosial berbasis masjid & rumah tangga
15 Dharma Wanita Persatuan (DWP)
1. Peningkatan peran aktif pimpinan & pengurus DWP mulai dari pusat hingga provinsi/kabupaten/kota
2. Mendorong terciptanya kebijakan publik dalam mendukung GERMAS
3. Penggerakkan masyarakat terkait pencegahan Stunting (workshop)
4. Orientasi Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
16 KOWANI
1. Pembentukkan tenaga terampil dalam menggerakkan masyarakat terkait optimalisasi GERMAS, pencegahan Stunting, & peningkatan cakupan Imunisasi
2. Penjangkauan rumah tangga sebagai pilar utama dalam optimalisasi GERMAS & penggerakan peranserta KOWANI dalam pencegahan Stunting & peningkatan cakupan Imunisasi
17 PP Muhammadiyah
1. Pelatihan fasilitator/kader/pembina teknis yang memiliki kemampuan menggerakkan masyarakat
2. Pembinaan kelompok yang mendukung Kampanye GERMAS, peduli TBC, peduli Imunisasi
3. Terbentuknya posyandu aktif & integrasi pelayanan posyandu dengan posbindu, posyandu remaja, serta terbentuknya pos TB desa
Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2018 dengan Tahun
2019
Pencapain Jumlah Organisasi Kemasyarakatan yang
Memanfaatkan Sumber Dayanya untuk Mendukung Kesehatan
pada 2018 mencapai 12 ormas (capaian 100%), sedangkan pada
Tahun 2019 capaian Jumlah Organisasi Kemasyarakatan yang
Memanfaatkan Sumber Dayanya untuk Mendukung Kesehatan
adalah sebanyak 17 ormas (113%). Dapat disimpulkan bahwa
trend positif capain target kinerja jumlah ormas pada tahun 2018
42
(capain 12 ormas), pada tahun 2019 dapat kembali dipertahankan
dan secara persentasi naik capainnya sebesar 13% (capaian 17
ormas = 113%).
Capain indikator Jumlah Organisasi Kemasyarakatan yang
Memanfaatkan Sumber Dayanya untuk Mendukung Kesehatan
selama 5 tahun pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 - 2019 sepenuhnya
dapat tercapai dalam tiap tahun pelaksanaannya. Hal ini
menggambarkan seluruh aspek kegiatan yang dilaksanakan oleh
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
telah sepenuh mengarah pada kegiatan yang memiliki daya ungkit
terhadap pencapaian indikator yang telah ditetapkan.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai target
tahun 2019
• Melakukan sosialisasi Program Prioritas Kesehatan
dengan Organisasi Kemasyarakatan.
• Penggalangan komitmen Organisasi Kemasyarakatan
yang telah MoU dengan Kementerian Kesehatan untuk
meningkatkan dukungan sumberdaya yang dimiliki
organisasi kemasyarakatan.
• Penguatan jejaring organisasi kemasyarakatan untuk
mendapatkan dukungan sumberdaya organisasi
kemasyarakatan sehingga jejaring organisasi
kemasyarakatan juga menjadi bagian dari pelaksanaan
kegiatan untuk mendukung program kesehatan.
• Koordinasi dengan Lintas Program terkait identifikasi
organisasi kemasyarakatan yang telah bekerjasama
dengan Program di lingkup Kementerian Kesehatan.
Analisis keberhasilan pencapaian indikator
Faktor pendukung yang mempengaruhi upaya pencapain kinerja
• Organisasi Kemasyarakatan yang telah MoU dengan
Kementerian Kesehatan memiliki kriteria: legal aspek,
43
kemampuan teknis dan administrasi, wilayah dan kader
penggerak untuk melaksanakan program prioritas
kesehatan.
• Pengarusutamaan permasalahan kesehatan dalam
agenda pembangunan mulai menimbulkan kesadaran
dalam masyarakat yang dan kelompok-kelopok perduli
lainnya seperti organisasi-organisasi keagamaan,
organisasi profesi.
Analisis hambatan pencapaian indikator
• Tidak semua ormas calon mitra potensial memenuhi
persyaratan untuk MoU dengan Kementerian Kesehatan
sesuai Permenkes No 84 Tahun 2015 tentang
Pengembangan Peran Serta Organisasi Kemasyarakatan
Bidang Kesehatan.
• Terbatasnya sumber daya yang dimiliki ormas untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang mendukung upaya
pembangunan kesehatan.
Alternatif Solusi yang Dilakukan
• Pembinaan terhadap Ormas yang belum memenuhi syarat
sesuai Permenkes No 84 Tahun 2015 tentang
Pengembangan Peran Serta Organisasi Kemasyarakatan
dalam bentuk mendorong organisasi kemasyarakatan
untuk membangun jejaring dengan berbagai pihak
potensial lainnya.
• Pendampingan teknis dan administrasi yang lebih intens
untuk meningkatkan kinerja ormas yang telah
bekerjasama.
Analisis Efisiensi
Penyerapan anggaran sebesar 97%, dari alokasi anggaran
sebesar Rp.13,855,403,000,- dapat terealisasi sebesar
Rp.13,441,176,804. Hal ini menunjukkan korelasi positif dengan
capaian indikator
44
Sumberdaya
Pencapaian kinerja Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat didukung oleh adanya sumber daya antara lain Sumber Daya
Manusia (SDM), Sumber Daya Anggaran, maupun Sumber Daya Sarana dan
Prasarana.
a. Sumber Daya Manusia
Pegawai Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan sampai tanggal
31 Desember 2019 sejumlah 81 orang dengan komposisi sebagai berikut:
Tabel 3.2 Jumlah Pegawai Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat Berdasarkan Jabatan
No Uraian Perempuan Laki-Laki Jumlah
1 Eselon II - 1 1
2 Eselon III 2 2 4
3 Eselon IV 8 1 9
4 Fungsional PKM 7 3 10
5 Umum 30 14 44
6 Non PNS 6 9 15
Total 53 30 83
Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa pejabat struktural ada 14 orang
(17%). Selain itu, di Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat 2 jabatan fungsional, terbanyak yaitu Jabatan Fungsional Umum
sebanyak 44 orang (53%), Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM) Ahli
berjumlah 10 orang (9%). Sementara pegawai Non PNS di Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat sebanyak 15 orang
(12%).
46
Tabel 3.3 Jumlah Pegawai Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat Berdasarkan Golongan
No Uraian Perempuan Laki-Laki Jumlah
1 Golongan II 2 - 2
2 Golongan III 31 18 49
3 Golongan IV 12 5 17
Total 45 23 68
Dari data di atas, dapat dilihat sebagaian besar pegawai Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat berada pada golongan III
sebanyak 49 orang, dan golongan paling sedikit berada pada golongan II
sebanyak 6. Jumlah Pegawai berdasarkan tingkat pendidikan pada
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat sebagai
berikut:
b. Sumber Daya Anggaran
Dalam mendukung pelaksanaan kegiatan Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat didukung melalui anggaran dari APBN
Kementerian Kesehatan RI dan berbagai sumber lainnya sesuai peraturan
yang berlaku. Anggaran Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat pada tahun 2019 adalah Rp. 182,496,707,000,-
Realisasi anggaran Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat tahun 2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 Realisasi Anggaran Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2019
PAGU REALISASI
Rp %
182,496,707,000,- : 146.004.999.863 80%
47
c. Sumber Daya Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana yang dimiliki oleh Direktorat Promosi Kesehatan &
Pemberdayaan adalah :
1. Ruangan yang terdiri dari ruang kerja dan Gudang
2. Peralatan kantor antara lain Personal Unit (komputer), Laptop, LCD,
Meubeulair, jaringan LAN, dan lain sebagainya
3. Perlengkapan Multimedia mencakup peralatan studio mini, peralatan
fotografi, peralatan video, peralatan audio dan peralatan design grafis
4. Media elektronik seperti film dokumenter, spot radio, spot tv,
film/sinetron dan lain sebagainya
5. Media Cetak berupa poster, lembar balik, permainan edukatif, leaflet,
buku-buku
6. Media Online Direktorat Promosi Kesehatan & Pemberdayaan
diantaranya official website, twitter, facebook, Instagram
7. Perlengkapan Pameran
8. Kendaraan operasional roda 4, kendaraan operasional roda 2,
kendaraan khusus pameran dan kendaraan khusus promosi kesehat
Ringkasan Barang Milik Negara Tahun 2019:
1. Saldo Awal Periode Tahunan Tahun Anggaran 2019 Nilai Saldo Awal
Barang Milik Negara pada Laporan Barang Kuasa Pengguna (LBKP)
Gabungan (intrakomptabel dan ekstrakomptabel) yang disajikan pada
Laporan Tahunan Tahun Anggaran 2019 ini adalah sebesar Rp.
62,060,134,256,- (enam puluh dua milyar enam puluh juta seratus
tiga puluh empat ribu dua ratus lima puluh enam rupiah), dalam
Periode laporan Tahunan Tahun Anggaran 2019 terdapat mutasi
tambah sebesar Rp. 174,047,000,- (Seratus tujuh puluh empat juta
empat puluh tujuh ribu rupiah) jadi nilai BMN gabungan
(intrakomptabel dan ekstrakomptabel) yang disajikan pada Laporan
Tahunan Tahun Anggaran 2019, sebesar Rp. 62,234,181,256,-
(enam puluh dua milyar dua ratus tiga puluh empat juta seratus
delapan puluh satu ribu dua ratus lima puluh enam rupiah).
48
2. Ringkasan Mutasi Barang Milik Negara Periode Tahunan Tahun
Anggaran 2019 Mutasi/transaksi yang terjadi pada BMN Periode
Tahunan untuk Tahun Anggaran 2019 adalah sebagai berikut :
a. Barang Persediaan
Saldo Persediaan pada Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat Kementerian Kesehatan RI Periode 31 Desember
2018 yaitu sebesar Rp. 10.807.760.715,- (Sepuluh milyar delapan
ratus tujuh juta tujuh ratus enam puluh ribu tujuh ratus lima belas
rupiah), jumlah tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
Uraian Saldo (Rp)
117111 Barang Konsumsi 10.467.587.915
117128 Barang persediaan lainnya utk di
jual/Diserahkan ke Masyarakat
340.172.800
JUMLAH 10.807.760.715
Barang persediaan lainnya untuk di jual/Diserahkan ke
Masyarakat berupa Dacin dan Sarung yang masih tercatat di
Neraca sebanyak 1,024 unit dengan nilai sebesar
Rp.340,172,800,- (Tiga ratus empat puluh juta seratus tujuh puluh
dua ribu delapan ratus rupiah) sedangkan menurut Opname Fisik
sebanyak 609 Unit dengan nilai sebesar Rp.202,309,800,- (Dua
ratus dua juta tiga ratus sembilan ribu delapan ratus rupiah),
terdapat selisih sebanyak 415 unit dengan nilai sebesar
Rp.137,863,000,- (Seratus tiga puluh tujuh juta delapan ratus
enam puluh tiga ribu rupiah) telah diserahkan ke
Masyarakat/Daerah. Total nilai barang persediaan yang dalam
kondisi rusak dan usang sebesar Rp.0 (nihil).
b. Peralatan dan Mesin
Saldo Peralatan dan Mesin pada Laporan Tahunan Tahun
Anggaran 2019 Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat adalah sebesar Rp.34,488,327,640,-
(Tiga puluh empat milyar empat ratus delapan puluh delapan juta
49
tiga ratus dua puluh tujuh ribu enam ratus empat puluh rupiah),
dari jumlah tersebut terdapat mutasi penambahan sebesar
Rp.378,047,000,- (Tiga ratus tujuh puluh delapan juta empat
puluh tujuh ribu rupiah) dari pembelian dan terdapat mutasi
pengurangan sebesar Rp.244,190,682,- (Dua ratus empat puluh
empat juta seratus sembilan puluh ribu enam ratus delapan puluh
dua rupiah) menjadi aset tetap yang tidak di gunakan karena
kondisi rusak berat dari saldo awal per 1 Januari 2019 sebesar
Rp.34,354,471,331,- (Tiga puluh empat milyar tiga ratus lima
puluh empat juta empat ratus tujuh puluh satu ribu tiga ratus tiga
puluh satu rupiah) dengan Rincian Peralatan dan Mesin per
bidang barang adalah sebagai berikut:
1. Alat Angkutan (3.02)
Saldo nilai Alat Angkut pada Laporan Tahunan Tahun
Anggaran 2019 pada Satuan Kerja Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat periode 31
Desember 2019 sebesar Rp.17.877.313.076,- (tujuh belas
milyar delapan ratus tujuh puluh tujuh juta tiga ratus tiga
belas ribu tujuh puluh enam rupiah). Jumlah tersebut
terdapat mutasi pengurangan 1 unit dari saldo awal per 1
Januari 2019 dengan semula jumlah barang 69 unit, nilai
sebesar Rp.17.880.579.076,- (tujuh belas milyar delapan
ratus delapan puluh juta lima ratus tujuh puluh sembilan ribu
tujuh puluh enam rupiah). Untuk Alat Angkutan terdapat
mutasi kurang sebesar Rp.3.266.000,- (Tiga juta dua ratus
enam puluh enam ribu rupiah) dan untuk mutasi tambah
sebesar Rp. 0 (nol rupiah).
Saldo Alat Angkut :
Uraian Jenis Transaksi Jumlah
(Rp)
Saldo Per 1 Januari 2019 17,880,579,076,-
50
Uraian Jenis Transaksi Jumlah
(Rp)
Saldo Per 31 Desember 2019 17,877,313,076,-
2. Alat Kantor dan Rumah Tangga (3.05)
Saldo Alat Kantor dan Rumah Tangga pada Laporan
Tahunan Tahun Anggaran 2019 Satuan kerja Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Per 31
Desember 2019 sejumlah 1,381 unit dengan nilai sebesar
Rp.8,789,057,666,- (Delapan milyar tujuh ratus delapan
puluh sembilan juta lima puluh tujuh ribu enam ratus enam
puluh enam rupiah). Jumlah tersebut terdapat mutasi
tambah sejumlah 2 unit dengan nilai Rp.42,700,000,-
(Empat puluh dua juta tujuh ratus ribu rupiah) dan mutasi
kurang sejumlah 28 unit dengan nilai sebesar
Rp.54,815,600,- (Lima puluh empat juta delapan ratus lima
belas ribu enam ratus rupiah) dari saldo awal per 01 Januari
2019 sebesar Rp.8.801.173.275,- (Delapan milyar delapan
ratus satu juta seratus tujuh puluh tiga ribu dua ratus tujuh
puluh lima rupiah) sebanyak 1.402 unit.
3. Alat Studio dan Alat Komunikasi (3.06)
Saldo Alat Studio dan Alat Komunikasi pada Laporan
Tahunan Tahun Anggaran 2019 Satuan kerja Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat per 31
Desember 2019 sejumlah 314 unit dengan nilai sebesar
Rp.2,507,523,275,- (Dua milyar lima ratus tujuh juta lima
ratus dua puluh tiga ribu dua ratus tujuh puluh lima rupiah).
Sejumlah 372 unit merupakan dari Saldo awal per 1 Januari
2019 sebesar Rp 2,529,461,725,- (Dua milyar lima ratus dua
puluh sembilan juta empat ratus enam puluh satu ribu tujuh
ratus dua puluh lima rupiah), dengan mutasi tambah
sejumlah 3 unit dengan nilai sebesar Rp.36,350,000,- (Tiga
puluh enam juta tiga ratus lima puluh ribu rupiah) dan
51
terdapat mutasi kurang sebanyak 61 unit dengan nilai
sebesar Rp.58,288,450,- (Lima puluh delapan juta dua ratus
dua puluh delapan ribu empat ratus lima puluh rupiah).
4. Alat Kedokteran dan Kesehatan Umum (3.07)
Saldo Alat Kedokteran dan Kesehatan umum pada Laporan
Tahunan Tahun Anggaran 2019 Satuan kerja Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat per 31
Desember 2019 sejumlah 27 unit dengan nilai sebesar
Rp.17,290,000,- (Tujuh belas juta dua ratus sembilan puluh
ribu rupiah). Sejumlah 27 Unit merupakan saldo awal per 1
Januari 2019 dengan nilai sebesar Rp.17,290,000,- (Tujuh
belas juta dua ratus sembilan puluh ribu rupiah) mutasi
tambah sebesar Rp. 0 (nol rupiah) dan mutasi kurang
sebesar Rp. 0 (nol rupiah).
5. Unit Alat Laboratorium (3.08)
Saldo Alat Laboratorium pada Laporan Tahunan Tahun
Anggaran 2019 Satuan kerja Direktorat Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat per 31 Desember 2019,
sejumlah 11 unit dengan nilai sebesar Rp.60,664,000,-
(Enam puluh juta enam ratus enam puluh empat ribu
rupiah), Sejumlah 13 unit merupakan saldo awal per 1
Januari 2019, sebesar Rp.49,652,000,- (empat puluh
sembilan juta enam ratus lima puluh dua ribu rupiah),
terdapat mutasi tambah sejumlah 1 unit sebesar
Rp.11,150,000,- (Sebelas juta seratus lima puluh ribu
rupiah) dan mutasi kurang sejumlah 3 unit dengan nilai
sebesar Rp.138,000,- (Seratus tiga puluh delapan ribu
rupiah).
6. Alat Khusus Lainnya (3.09)
Saldo Alat Khusus Lainnya pada Laporan Tahunan Tahun
Anggaran 2019 Satuan kerja Direktorat Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat per 31 Desember 2019,
sejumlah 17 unit dengan nilai sebesar Rp.141,762,500,-
52
(Seratus empat puluh satu juta tujuh ratus enam puluh dua
ribu lima ratus rupiah). Untuk saldo awal per 1 Januari 2019
sebesar Rp.88,462,500,-(delapan puluh delapan juta empat
ratus enam puluh dua ribu lima ratus rupiah), mutasi tambah
sejunlah 8 unit dengan nilai sebesar Rp.53,300,000,- (Lima
puluh tiga juta tiga ratus ribu rupiah) dan mutasi kurang
sebesar Rp. 0 ( nol rupiah).
7. Komputer dan Peralatan (3.10)
Saldo untuk Komputer dan Peralatan pada Laporan
Tahunan Tahun Anggaran 2019 Satuan kerja Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat per 31
Desember 2019 sejumlah 484 unit dengan nilai sebesar
Rp.5,056,563,348,- (Lima milyar lima puluh enam juta lima
ratus enam puluh tiga ribu tiga ratus empat puluh delapan
rupiah). Jumlah 466 unit merupakan saldo awal 1 Januari
2018 dengan nilai sebesar Rp.4,949,698,975,- (Empat
milyar Sembilan ratus empat puluh sembilan juta enam ratus
sembilan puluh delapan ribu sembilan ratus tujuh puluh lima
rupiah), dengan mutasi tambah sejumlah 18 unit sebesar
Rp.234,547,000,- (Dua ratus tiga puluh empat juta lima
ratus empat puluh tujuh ribu rupiah) dan mutasi kurang
sejumlah 19 unit dengan nilai sebesar Rp.127,682,632,-
(Seratus dua puluh tujuh juta enam ratus delapan puluh dua
ribu enam ratus tiga puluh dua rupiah).
8. Alat Peraga (3.16)
Saldo Alat Peraga berupa miniatur (contoh NAPZA) pada
Laporan Tahunan Tahun Anggaran 2019 Satuan kerja
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat per 31 Desember 2019, sejumlah 2 unit dengan
nilai sebesar Rp.30,953,780,- (Tiga puluh juta sembilan
ratus lima puluh tiga ribu tujuh ratus delapan puluh rupiah).
Jumlah tersebut merupakan saldo awal per 1 Januari 2019
sebesar Rp.30,953,780,- (tiga puluh juta sembilan ratus lima
53
puluh tiga ribu tujuh ratus delapan puluh rupiah), mutasi
tambah sebesar Rp. 0 (nol rupiah) dan mutasi kurang
sebesar Rp. 0 (nol rupiah).
9. Peralatan Olah raga (3.19)
Saldo Peralatan Olah raga pada Laporan Tahunan Tahun
Anggaran 2019 Satuan kerja Direktorat Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat per 31 Desember 2019,
sejumlah 1 unit dengan nilai sebesar Rp.7,200,000,- (tujuh
juta dua ratus ribu rupiah). Jumlah tersebut merupakan
saldo awal per 1 Januari 2019 sebesar Rp.7,200,000,- (tujuh
juta dua ratus ribu rupiah), mutasi tambah sebesar Rp. 0 (nol
rupiah) dan mutasi kurang sebesar Rp. 0 (nol rupiah).
c. Aset Tetap Lainnya
Saldo Aset Tetap Lainnya pada Laporan Tahunan Tahun
Anggaran 2019 di Satuan kerja Direktorat Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat sebesar Rp.10,500,000,-
(Sepuluh juta lima ratus ribu rupiah), jumlah tersebut mengalami
perubahan mutasi pengurangan sebesar Rp.4,000,000,- (Empat
juta rupiah), karena reklas keluar menjadi barang persediaan, dari
saldo awal per 1 Januari 2019 sebesar Rp.14,500,000,- (Empat
belas juta lima ratus ribu rupiah), rincian untuk Aset Tetap Lainnya
per bidang barang adalah sebagai berikut :
1. Bahan Perpustakaan (6.01)
Saldo Bahan Perpustakaan pada Laporan Tahunan Tahun
Anggaran 2019 pada Satuan Kerja Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat per 31
Desember 2019, sebesar Rp. 0 (nol rupiah), terdapat mutasi
pengurangan sebesar Rp.4,000,000,- (Empat juta rupiah),
karena reklas keluar menjadi barang persediaan.
2. Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan (6.2)
Saldo Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan pada
Laporan Tahunan Tahun Anggaran 2019 Satuan kerja
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
54
Masyarakat per 31 Desember 2019, sejumlah 1 unit dengan
nilai sebesar Rp.10,500,000,- (Sepuluh juta lima ratus ribu
rupiah). Jumlah tersebut merupakan saldo awal per 1
Januari 2019 sebesar Rp.10,500,000,- (Sepuluh juta lima
ratus ribu rupiah), untuk mutasi tambah sebesar Rp.0 (nol
rupiah) dan mutasi kurang sebesar Rp.0 (nol rupiah).
d. Aset Tetap Yang Tidak Digunakan
Saldo Aset Tetap Yang Tidak Digunakan pada Laporan Tahuanan
Tahun Anggaran 2019 Satuan kerja Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat periode 31 Desember
2019, adalah sebesar Rp.27,935,353,607,- (Dua puluh tujuh
milyar sembilan ratus tiga puluh lima juta tiga ratus lima puluh
tiga ribu enam ratus tujuh rupiah), jumlah tersebut mengalami
mutasi penambahan dari saldo awal per 1 Januari 2019 dengan
nilai Rp.27,691,162,925,- (Dua puluh tujuh milyar enam ratus
sembilan puluh satu juta seratus enam puluh dua ribu sembilan
ratus dua puluh lima rupiah), untuk mutasi tambah sebesar
Rp.244,190,682,- (Dua ratus empat puluh empat juta seratus
sembilan puluh ribu enam ratus delapan puluh dua rupiah) yang
berasal dari aset Peralatan dan Mesin dan mutasi kurang sebesar
Rp.0 (nol rupiah).
e. Aset Tak Berwujud
Saldo Aset Tak Berwujud pada Laporan Tahunan Tahun
Anggaran 2019 Satuan kerja Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat per 31 Desember 2019, adalah
sebesar Rp.19,013,236,288,- (Sembilan belas milyar tiga belas
juta dua ratus tiga puluh enam ribu dua ratus delapan puluh
delapan rupiah), jumlah tersebut mengalami mutasi penambahan
dari Pembelian/Produksi sebesar Rp.991,730,000,- (Sembilan
ratus sembilan puluh satu juta tujuh ratus tiga puluh ribu rupiah)
dari saldo awal per 1 Januari 2019 dengan nilai sebesar
Rp.18,447,906,288,- (Delapan belas milyar empat ratus empat
puluh tujuh juta sembilan ratus enam ribu dua ratus delapan puluh
55
delapan rupiah), Aset Tak Berwujud tersebut berupa Hak Cipta,
Software dan Aset Tak Berwujud Lainnya.
56
BAB IV
Kesimpulan
Dari seluruh uraian yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa secara umum Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
telah melakukan berbagai upaya dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari pelaksanaan program kerja tahun
anggaran 2019 adalah sebagai berikut:
1. Seluruh target kinerja yang diperjanjikan dapat tercapai
2. Aspek perencanaan dan pengawasan pelaksanaan kegiatan perlu ditingkatkan
untuk mendorong kinerja anggaran yang efisien dan tepat guna dalam
pencapian target kinerja yang telah ditentukan.
3. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia harus terus digalakkan untuk
medukung pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat baik di level pusat maupaun di level daerah.
Berdasarkan hasil analisis dari capaian kinerja, selanjutnya dirumuskan beberapa
langkah penting sebagai upaya peningkatan kinerja pada pelaksanaan kegiatan
RPJMN 2020-204 yang akan datang, antara lain:
1. Mendorong komitmen pemerintah daerah dalam memprioritaskan upaya
promotif preventif dalam pelaksanaan Germas di daerah.
2. Mendorong implementasi dan pembudayaan Germas oleh lintas sektor dan
lintas program di level pusat maupun di daerah.
3. Meningkatkan peran aktif dari mitra strategis (dunia usaha/swasta,
LSM/NGO/INGO, ormas, dan pers) untuk mendukung program kesehatan
khususnya upaya promosi kesehatan dan pelaksanaan Germas.
4. Memaksimalkan potensi sumber daya pendanaan untuk kegiatan promotif &
preventif di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan puskesmas.
57
LAMPIRAN
DOKUMENTASI KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT TAHUN 2019
Advokasi Kebijakan PHBS/Germas di Daerah
Pelaksanaan audiensi germas di Kabupaten Banjar
Peraturan Bupati Kabupaten Tabalong tentang
Pedoman Pelaksanaan Germas
Advokasi Kebijakan PHBS/Germas di Daerah
58
Aktivitas Posyandu Puskesmas Negeri Besar, Way Kanan, Provinsi Lampung yang
operasional didukung melalui pandanaan Dana Desa Tahun 2019
Kegiatan Advokasi Dana Desa untuk UKBM di Daerah
59
Penganugrahan CSR Award Kementerian Kesehatan
Penandatangan MoU antara Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan dengan Dunia Usaha
Parisada Hindu Dharma Indonesia - Festival Yoga Cibubur
Aliansi Pita Putih Indonesia - Penyuluhan Stunting kepada remaja, bumil dan ibu balita di Wanakerta, Kab. Garut