daftar isipromkes.kemkes.go.id/pub/files/files188193_laptah promkes... · 2020. 4. 7. · b)...
TRANSCRIPT
i
ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I ANALISA SITUASI AWAL TAHUN .......................................................... 1
A. Hambatan Tahun Lalu .......................................................................... 2
B. Kelembagaan ....................................................................................... 4
C. Sumber Daya ....................................................................................... 9
BAB II TUJUAN DAN SASARAN KERJA ............................................................ 24
A. Dasar Hukum ....................................................................................... 24
B. Tujuan, Sasaran dan Indikator ............................................................. 25
BAB III STRATEGI PELAKSANAAN .................................................................... 28
A. Strategi Pencapaian Tujuan dan Sasaran ........................................... 28
B. Strategi Promosi Kesehatan…………………………………………………………….. 29
C. Hambatan Dalam Pelaksanaan Strategi .............................................. 34
D. Terobosan Yang di Lakukan ................................................................ 35
BAB IV HASIL KERJA ........................................................................................... 37
A. Pencapaian Tujuan dan Sasaran ......................................................... 37
B. Pencapaian Kinerja ………………………………………………………... 133
C. Realisasi Anggaran ………………………………………………………... 133
D. Upaya Meraih WTP dan Reformasi Birokrasi …………………………... 134
BAB V PENUTUP .................................................................................................. 137
Lampiran
1
BAB I
ANALISA SITUASI AWAL TAHUN
Kementerian Kesehatan dalam Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019
memiliki tujuan meningkatnya status kesehatan masyarakat dan meningkatnya daya
tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap resiko sosial dan
finansial di bidang kesehatan. Dalam meningkatnya status kesehatan masyarakat,
indikator keberhasilan yang akan dicapai adalah meningkatnya upaya promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat serta pembiayaan kegiatan promotif dan prevented
serta meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat. Dalam rangka
pencapaian indikator keberhasilan indikator meningkatnya status kesehatan masyarakat,
ditetapkan Indikator Kinerja Kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat sebagai berikut :
Indikator Kinerja Utama
Indikator Kinerja Kegiatan
Target
2015 2016 2018 2018 2019
Jumlah kebijakan publik yang berwawasan kesehatan
Persentase Kabupaten/Kota yang memiliki kebijakan PHBS (%)
40% 50% 60% 70% 80%
Persentase desa yang memanfaatkan alokasi dana desa untuk UKBM
10% 20%
30% 40% 50%
Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan
4 8 12 16 20
Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumberdayanya untuk mendukung kesehatan
3 6 9 12 15
Pada tahun 2018, Tema Rencana Kerja Pemerintah adalah “Memacu Pembangunan
Infrastruktur dan Ekonomi untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja serta Mengurangi
Kemiskinan dan Kesenjangan Antarwilayah” dengan arah kebijakan antara lain
pendekatan pembangunan yang holistik, tematik, terintegrasi dan spasial. Prioritas
2
Nasional dalam rangka Pembangunan Kesehatan yang terintegrasi adalah Peningkatan
Derajat Kesehatan dan Gizi Masyarakat. Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan
Derajat Kesehatan dan Gizi Masyarakat adalah :
1. Penguatan Promotif dan Preventif “Gerakan Masyarakat Hidup Sehat”
2. Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan
3. Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat
4. Peningkatan Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi
Mengacu kepada Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 dan RKP tahun 2018,
upaya yang dilakukan adalah dengan menjalankan strategi promosi kesehatan
sebagaimana yang tertuang dalam Permenkes 74 tahun 2016 tentang Upaya
Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit yaitu Advokasi, Kemitraan,
Pemberdayaan Masyarakat serta didukung dengan metode dan media yang tepat, data
dan informasi yang valid/akurat serta sumber daya manusia yang professional.
Berdasarkan hal tersebut, upaya konkrit dari kegiatan promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat adalah:
1. Peningkatan advokasi mendorong regulasi sektoral yang mendukung pembangunan
kesehatan;
2. Peningkatan dan penguatan kemitraan/jejaring kerja dengan sektoral;
3. Penguatan pengorganisasian dan peran serta masyarakat
4. Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat dan pendidikan kesehatan masyarakat;
5. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) melalui media informasi;
6. Peningkatan pembiayaan Kesehatan melalui berbagai sumber dana;
7. Peningkatan kualitas SDM promosi kesehatan; dan
8. Pengembangan metode dan teknologi promosi kesehatan.
A. Hambatan Tahun Lalu
Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan Kegiatan Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat dalam pencapaian indikator kinerja kegiatan sebagaimana
yang tercantum dalam Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 adalah:
a. Persentase kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS
Faktor penghambat yang mempengaruhi upaya pencapaian kineja adalah :
3
• Belum semua Sumber Daya Tenaga Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat telah mengikuti peningkatan kapasitas terkait Pengelolaan
kegiatan Advokasi.
• Efisiensi Anggaran berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun
2016 pada tanggal 12 Mei 2016, tentang Langkah-langkah Penghematan dan
Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga (K/L) dalam Rangka Pelaksanaan
Anggaran dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016. Hal tersebut berakibat
kepada efisiensi kegiatan penggalangan komitmen di beberapa provinsi serta
berkurangnya kegiatan pembinaan teknis dari petugas dinas kesehatan
provinsi ke dinas kesehatan kabupaten.
b. Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM
Faktor penghambat yang mempengaruhi upaya pencapaian kineja adalah:
• Kebijakan terkait Prioritas Pemanfaatan Dana Desa yang mendukung
Kesehatan dimana setiap tahun berubah sehingga fungsi koordinasi dan
sosialisasi sangar diperlukan.
• Kebijakan terkait Prioritas Pemanfaatan Dana Desa yang keluar pada akhir
tahun, dimana proses penyusunan RKP Desa yang merupakan pedoman dalam
penyusunan APBDesa telat ditetapkan.
• Kemampuan teknis perencanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan yang dimiliki Kepala dan Aparatur Desa masih terbatas.
• Terbatasnya akses informasi tenaga promosi kesehatan di Puskesmas terkait
perencanaan desa dan kegiatan kesehatan yang dibiayai dana desa.
c. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR nya untuk program kesehatan.
Faktor penghambat yang mempengaruhi upaya pencapaian kineja adalah:
• Keterbatasan sumber daya untuk membuat komitmen dengan dunia usaha
untuk menggalang kemitraan melalui program CSR
• Tidak semua Dunia Usaha tertarik untuk melakukan kerjasama jangka panjang
dan berkelanjutan.
d. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk
mendukung kesehatan.
4
Faktor penghambat yang mempengaruhi upaya pencapaian kineja adalah:
• Tidak semua ormas calon mitra potensial memenuhi persyaratan untuk MoU
dengan Kementerian Kesehatan sesuai Permenkes No 84 Tahun 2015 tentang
Pengembangan Peran Serta Organisasi Kemasyarakatan Bidang Kesehatan.
• Terbatasnya sumber daya yang dimiliki ormas untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang mendukung upaya pembangunan kesehatan.
B. Kelembagaan
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis supervisi, serta pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan di bidang promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat Dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan fungsi :
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang komunikasi, informasi, dan edukasi
kesehatan, advokasi dan kemitraan, potensi sumber daya promosi kesehatan, dan
pemberdayaan masyarakat.
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang komunikasi, informasi, dan edukasi
kesehatan, advokasi dan kemitraan, potensi sumber daya promosi kesehatan, dan
pemberdayaan masyarakat.
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
komunikasi, informasi, dan edukasi kesehatan, advokasi dan kemitraan, potensi
sumber daya promosi kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang komunikasi,
informasi, dan edukasi kesehatan, advokasi dan kemitraan, potensi sumber daya
promosi kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.
5. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang komunikasi, informasi, dan
edukasi kesehatan, advokasi dan kemitraan, potensi sumber daya promosi
kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
5
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat terdiri atas:
1. Subdirektorat Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Kesehatan.
Sub-direktorat Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Kesehatan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang komunikasi,
informasi, dan edukasi kesehatan.
Sub-direktorat Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Kesehatan menyelenggarakan
fungsi sebagaimana telah diatur dalam Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 yaitu:
a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang strategi komunikasi,
informasi, dan edukasi kesehatan dan penyebarluasan informasi kesehatan.
b. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang strategi komunikasi,
informasi, dan edukasi kesehatan dan penyebarluasan informasi kesehatan.
c. Penyiapan bahan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang strategi
komunikasi, informasi, dan edukasi kesehatan dan penyebarluasan informasi
kesehatan.
d. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan supervisi di bidang strategi
komunikasi, informasi, dan edukasi kesehatan dan penyebarluasan informasi
kesehatan.
e. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang strategi komunikasi, informasi,
dan edukasi kesehatan dan penyebarluasan informasi kesehatan.
Sub-direktorat Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Kesehatan terdiri atas:
a) Seksi Strategi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Kesehatan
Seksi Strategi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Kesehatan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, pelaporan di bidang strategi
komunikasi, informasi, dan edukasi kesehatan.
b) Seksi Penyebarluasan Informasi Kesehatan
Seksi Penyebarluasan Informasi Kesehatan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
6
standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi,
serta pemantauan, evaluasi, pelaporan di bidang penyebarluasan Informasi
kesehatan.
2. Subdirektorat Advokasi dan Kemitraan.
Subdirektorat Advokasi dan Kemitraan mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang advokasi dan kemitraan.
Subdirektorat Advokasi dan Kemitraan menyelenggarakan fungsi sebagaimana
telah diatur dalam Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 yaitu:
a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang advokasi dan kemitraan
kesehatan.
b) Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang advokasi dan kemitraan
kesehatan.
c) Penyiapan bahan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang advokasi
dan kemitraan kesehatan.
d) Penyiapan bahan bimbingan teknis dan supervisi di bidang advokasi dan
kemitraan kesehatan.
e) Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang advokasi dan kemitraan
kesehatan.
Sub-direktorat Advokasi dan Kemitraan terdiri atas:
a) Seksi Advokasi Kesehatan
Seksi Advokasi Kesehatan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar
prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
pemantauan, evaluasi, pelaporan di bidang advokasi kesehatan.
b) Seksi Kemitraan Kesehatan
Seksi Kemitraan Kesehatan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
pemantauan, evaluasi, pelaporan di bidang kemitraan kesehatan.
7
3. Subdirektorat Potensi Sumber Daya Promosi Kesehatan.
Subdirektorat Potensi Sumber Daya Promosi Kesehatan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang potensi sumber
daya promosi kesehatan.
Sub Direktorat Potensi Sumber Daya Promosi Kesehatan
menyelenggarakan fungsi sebagaimana telah diatur dalam Permenkes Nomor 64
Tahun 2015 yaitu:
a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang penggerak, sarana, dan
prasarana promosi kesehatan.
b) Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang penggerak, sarana, dan
prasarana promosi kesehatan.
c) Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
penggerak, sarana, dan prasarana promosi kesehatan.
d) Penyiapan bahan bimbingan teknis dan supervisi di bidang penggerak, sarana,
dan prasarana promosi kesehatan.
e) Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang penggerak, sarana, dan
prasarana promosi kesehatan.
Sub Direktorat Potensi Sumber Daya Promosi Kesehatan terdiri atas:
a) Seksi Penggerak Promosi Kesehatan
Seksi Penggerak Promosi Kesehatan mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
pemantauan, evaluasi, pelaporan di bidang penggerak promosi kesehatan.
b) Seksi Sarana dan Prasarana Promosi Kesehatan
Seksi Sarana dan Prasarana Promosi Kesehatan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi,
8
serta pemantauan, evaluasi, pelaporan di bidang sarana dan prasarana
promosi kesehatan.
4. Subdirektorat Pemberdayaan Masyarakat.
Subdirektorat Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pemberdayaan masyarakat.
Subdirektorat Pemberdayaan Masyarakat menyelenggarakan fungsi sebagaimana
telah diatur dalam Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 yaitu:
a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang pengorganisasian dan
peningkatan peran serta masyarakat.
b) Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang pengorganisasian dan
peningkatan peran serta masyarakat.
c) Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang pengorganisasian dan peningkatan peran serta masyarakat.
d) Penyiapan bahan bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pengorganisasian dan peningkatan peran serta masyarakat.
e) Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengorganisasian dan
peningkatan peran serta masyarakat.
Subdirektorat Pemberdayaan Masyarakat terdiri atas:
a) Seksi Pengorganisasian Masyarakat
Seksi Pengorganisasian Masyarakat mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
pemantauan, evaluasi, pelaporan di bidang pengorganisasian masyarakat.
b) Seksi Peningkatan Peran Serta Masyarakat
Seksi Peningkatan Peran Serta Masyarakat mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, serta pemantauan, evaluasi, pelaporan di bidang peningkatan
peran serta masyarakat.
9
5. Subbagian Tata Usaha;
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan koordinasi penyusunan
rencana, program, anggaran, pengelolaan keuangan, dan barang milik negara,
evaluasi dan pelaporan, urusan kepegawaian, tata laksana, kearsipan, tata
persuratan, serta kerumahtanggaan Direktorat.
6. Kelompok Jabatan Fungsional.
Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat di Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat memiliki garis koordinasi langsung
dengan Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Berdasarkan
Peta Jabatan, Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat berada di tiap
Subdirektorat. Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat diatur dalam
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
58/KEP/M.PAN/8/2000 Tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat dan Angka Kreditnya.
C. Sumber Daya
1. Sumber Daya Manusia
Pegawai di lingkungan Direaktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat pada tahun 2019 berjumlah 60 orang yang terdiri dari berbagai tingkat
golongan, jabatan, dan pendidikan :
a) Jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin
No Uraian Perempuan Laki-Laki Jumlah
1 Eselon II - 1 1
2 Eselon III 2 2 4
3 Eselon IV 8 1 9
4 Fungsional PKM 11 4 15
5 Fungsional Umum 21 10 31
Total 42 18 60
10
b) Jumlah pegawai berdasarkan pendidikan
c) Jumlah Pegawai berdasarkan golongan
No Uraian Perempuan Laki-Laki Jumlah
1 Golongan II 2 - 2
2 Golongan III 33 16 49
3 Golongan IV 11 5 16
Total 40 20 60
d) Jumlah pegawai honorer Pramubakti.
No Nama Kriteria Tugas dan Bagian
1 Fijayanti Sari, Amd Pramubakti Membersihkan dan merawat
ruang kerja dan ruang rapat
serta membantu
administrasi umum,
persuratan, dan front office
di Subag Tata Usaha
No Uraian Perempuan Laki-Laki Jumlah
1 S3 0 1 1
2 S2 25 9 34
3 S1 13 6 19
4 D3 3 2 5
5 SLTA 1 0 1
6 SLTP 0
7 SD 0
Total 42 18 60
11
2 Ahmad Pramubakti Membersihkan dan Merawat
ruang kerja dan ruang rapat
serta membantu
administrasi umum
kearsipan di Bagian
Kepegawaian dan umum.
3 Galih Alestya Timur, Amd Pramubakti Membersihkan dan merawat
ruang kerja dan membantu
desain grafis di Subdit KIE
4 Achmad Bakrie, SE Pramubakti Membersihkan dan merawat
ruang kerja dan membantu
administrasi umum
pergundangan di Subag Tata
Usaha
5 Priti Syafira Tantri, S.Sn Pramubakti Membersihkan dan merawat
ruang kerja dan membantu
desain grafis di Subdit KIE
6 Asep Suwanda, Amd Pramubakti Membersihkan dan merawat
ruang kerja dan membantu
pengelola website dan
server di Subdit KIE
7 Fanny Anggraeni Kusuma,
SKM
Pramubakti Membersihkan dan merawat
ruang kerja dan peralatan
KIE serta membantu
administrasi umum di Subdit
KIE
12
8 Wasri Prayogi Pramubakti Membersihkan dan Merawat
ruang kerja dan ruang rapat
serta membantu
administrasi umum di Bagian
Kepegawaian dan umum.
9 Tony Suprajetno Pramubakti Membersihkan dan Merawat
ruang kerja dan ruang rapat
serta membantu
administrasi umum
pemeliharaan kendaraan di
Subag Tata Usaha.
10 Ibrahim Pramubakti Membersihkan dan Merawat
ruang kerja dan ruang rapat
serta membantu
administrasi umum di Bagian
Kepegawaian dan umum.
11 Nurul Azizah Pramubakti Membersihkan dan Merawat
ruang kerja dan ruang rapat
serta membantu
administrasi umum di Bagian
Kepegawaian dan umum.
12 Samsul Alam Pramubakti Membersihkan dan Merawat
ruang kerja dan ruang rapat
serta membantu
administrasi umum di Bagian
Kepegawaian dan umum.
13 Saidah Pramubakti Membersihkan dan Merawat
ruang kerja dan ruang rapat
13
serta membantu
administrasi umum di Bagian
Kepegawaian dan umum.
14 Aldi Ahmad Hakiki Pramubakti Membersihkan dan merawat
ruang kerja serta membantu
administrasi keuangan di
Subag Tata Usaha
e) Jumlah pegawai berdasarkan status kepegawaian
No Uraian Perempuan Laki-Laki Jumlah
1 PNS 40 20 60
2 CPNS 0 0 0
3 Honorer 5 9 14
Total 45 29 47
Pada tahun 2019, terdapat 2 orang pegawai yang purnabakti, terdapat 1 orang
mutasi, dan awal tahun 2020 terdapat 1 orang pegawai yang purnabakti di
lingkungan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
14
15
2. Sarana dan Prasarana
Dukungan sarana dan prasarana sangat diperlukan dalam mendukung keberhasilan
pelaksanaan tugas. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat secara keseluruhan sudah cukup
memadai meskipun masih diperlukan penambahan dan peremajaan sarana agar
lebih representatif dan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan yang terus
berkembang.
a. Sumber Daya Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana yang dimiliki oleh Direktorat Promosi Kesehatan &
Pemberdayaan adalah :
1. Ruangan yang terdiri dari ruang kerja dan gudang
2. Peralatan kantor antara lain Personal Unit (komputer), Laptop, LCD,
Meubeulair, jaringan LAN, dan lain sebagainya
3. Perlengkapan Multimedia mencakup peralatan studio mini, peralatan
fotografi, peralatan video, peralatan audio dan peralatan design grafis
4. Media elektronik seperti film dokumenter, spot radio, spot tv, film/sinetron
dan lain sebagainya
5. Media Cetak berupa poster, lembar balik, permainan edukatif, leaflet, buku-
buku
6. Media Online Direktorat Promosi Kesehatan & Pemberdayaan diantaranya
official website, twitter, facebook, instagram
7. Perlengkapan Pameran
8. Kendaraan operasional roda 4, kendaraan operasional roda 2, kendaraan
khusus pameran dan kendaraan khusus promosi kesehat
Ringkasan Barang Milik Negara Per Tahun Anggaran 2019. Mutasi BMN per 31
Desember 2019 adalah sebagai berikut :
1. Saldo Awal Periode TahunanTahun Anggaran 2019
16
Nilai Saldo Awal Barang Milik Negara pada Laporan Barang Kuasa Pengguna (LBKP)
Gabungan (intrakomptabel dan ekstrakomptabel) yang disajikan pada Laporan
Tahunan ini adalah sebesar Rp. 62.434.181.256,- (enam puluh dua milyar empat
ratus tiga puluh empat juta seratus delapan puluh satu ribu dua ratus lima puluh
enam rupiah), dalam Periode laporan Tahunan Tahun Anggaran 2019 terdapat
mutasi tambah sebesar Rp. 1.339.650.000,- (satu milyar tiga ratus tiga puluh
sembilan juta enam ratus lima puluh ribu rupiah) dan mutasi kurang sebesar Rp.
3.785.828.032,- (tiga milyar tujuh ratus delapan puluh lima juta delapan ratus dua
puluh delapan ribu tiga puluh dua rupiah) jadi nilai BMN gabungan
(intrakomptabel dan ekstrakomptabel) yang disajikan pada Laporan Tahunan
Tahun Anggaran 2019, sebesar Rp. 59.988.003.724,- (lima puluh sembilan milyar
sembilan ratus delapan puluh delapan juta tiga ribu tujuh ratus dua puluh empat
rupiah).
2. Ringkasan Mutasi Barang Milik Negara Tahunan Tahun Anggaran 2019
Mutasi/transaksi yang terjadi pada BMN Periode Tahunan untuk Tahun Anggaran
2019 adalah sebagai berikut :
a. Barang Persediaan
Saldo Persediaan pada Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian
Kesehatan RI Periode 31 Desember 2019 yaitu sebesar Rp. 11.291.228.298,-
(Sebelas milyar dua ratus Sembilan puluh satu juta dua ratus dua puluh
delapan ribu dua ratus Sembilan puluh delapanrupiah), jumlah tersebut dapat
dirinci sebagai berikut :
Uraian Saldo (Rp)
117111 Barang Konsumsi 11.050.715.498
117128 Barang persediaan lainnya utk di
jual/Diserahkan ke Masyarakat
240.512.800
JUMLAH 11.291.228.298
17
Barang persediaan lainnya untuk di jual/Diserahkan ke Masyarakat berupa
Dacin dan Sarung yang masih tercatat di Neraca sebanyak 724 unit dengan
nilai sebesar 240.512.800,- (dua ratus empat puluh juta lima ratus dua belas
ribu delapan ratus rupiah) sedangkan menurut Opname Fisik sebanyak 465
Unit dengan nilai sebesar Rp. 154.473.000,- (seratus lima puluh empat juta
empat ratus tujuh puluh tiga ribu rupiah), terdapat selisih sebanyak 259 unit
dengan nilai sebesar Rp. 86.039.800,- (delapan puluh enam juta tiga puluh
sembilan juta delapan ratus rupiah) telah diserahkan ke Masyarakat/Daerah.
Jumlah 259 unit dacin tersebut telah di distribusikan dan belum dilakukan
proses hibahnya, sehingga belum bisa bisa dikeluarkan dari pencatatan
aplikasi persediaan.Total nilai barang persediaan yang dalam kondisi rusak
dan usang sebesar Rp.0 (nihil).
b. Peralatan dan Mesin
Saldo Peralatan dan Mesin pada Laporan Tahunan Tahun Anggaran 2019
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat adalah sebesar Rp.
31.869.351.717,- (Tiga puluh satu milyar delapan ratus enam puluh sembilan juta
tiga ratus lima puluh satu ribu tujuh ratus tujuh belas rupiah), dari jumlah tersebut
terdapat mutasi penambahan sebesar Rp. 1.006.910.100,- (satu milyar enam juta
sembilan ratus sepuluh ribu seratus rupiah) dari pembelian dan terdapat mutasi
pengurangan sebesar Rp. 3.599.906.032,- (tiga milyar lima ratus sembilan puluh
sembilan juta sembilan ratus enam ribu tiga puluh dua rupiah) menjadi aset tetap
yang tidak di gunakan karena kondisi rusak berat dari saldo awal per 1 Januari 2019
sebesar Rp. 27.935.353.607,- (dua puluh tujuh milyar Sembilan ratus tiga puluh
lima juta tiga ratus lima puluh tiga ribu enam ratus tujuh rupiah) dengan Rincian
Peralatan dan Mesin per bidang barang adalah sebagai berikut :
1) Alat Angkutan (3.02)
Saldo nilai Alat Angkut pada Laporan Tahunan Tahun Anggaran 2019 pada Satuan
Kerja Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat periode 31
Desember 2019 sebesar Rp 15.923.871.076,- (lima belas milyar sembilan ratus
dua puluh tiga juta delapan ratus tujuh puluh satu ribu tujuh puluh enam rupiah).
18
Jumlah tersebut terdapat mutasi pengurangan 6 unit dari saldo awal per 1 Januari
2019 dengan semula jumlah barang 68 unit, nilai sebesar Rp 17.877.313.076,-
(tujuh belas milyar delapan ratus tujuh puluh tujuh juta tiga ratus tiga belas ribu
tujuh puluh enam rupiah). Untuk Alat Angkutan terdapat mutasi kurang sebesar
Rp. 1.953.442.000,- (satu milyar sembilan ratus lima puluh tiga juta empat ratus
empat puluh dua ribu rupiah) dan untuk mutasi tambah sebesar Rp. 0 (nol rupiah).
Saldo Alat Angkut :
Uraian Jenis Transaksi Jumlah
(Rp)
Saldo Per 1 Januari 2019 17.877.313.076,-
Uraian Jenis Transaksi Jumlah
(Rp)
Saldo Per 31 Desember 2019 15.923.871.076,-
2). Alat Kantor dan Rumah Tangga (3.05)
Saldo Alat Kantor dan Rumah Tangga pada Laporan Tahunan Tahun Anggaran
2019 Satuan kerja Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat Per 31 Desember 2019 sejumlah 1.084 unit dengan nilai sebesar
Rp 8.052.046.293,- (Delapan milyar lima puluh dua juta empat puluh enam
ribu dua ratus sembilan puluh tiga rupiah). Jumlah tersebut terdapat mutasi
tambah sejumlah 21 unit dengan nilai Rp. 426.626.300,- (empat ratus dua
puluh enam juta enam ratus dua puluh enam ribu tiga ratus rupiah) dan mutasi
kurang sejumlah 313 unit dengan nilai sebesar Rp. 1.163.637.682,-(satu milyar
seratus enam puluh tiga juta enam ratus dua puluh enam ribu tiga ratus rupiah)
dari saldo awal per 01 Januari 2019 sebesar Rp 8.789.057.675,- (Delapan milyar
19
tujuh ratus delapan puluh sembilan juta lima puluh tujuh ribu enam ratus tujuh
puluh lima rupiah) sebanyak 1.376 unit.
3). Alat Studio dan Alat Komunikasi (3.06)
Saldo Alat Studio dan Alat Komunikasi pada Laporan Tahunan Tahun Anggaran
2019 Satuan kerja Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat per 31 Desember 2019 sejumlah 296 unit dengan nilai sebesar Rp
2.373.769.475,- (Dua milyar tiga ratus tujuh puluh tiga juta tujuh ratus enam
puluh sembilan ribu empat ratus tujuh puluh lima rupiah). Sejumlah 314 unit
merupakan dari Saldo awal per 1 Januari 2019 sebesar Rp 2.507.523.275,- (Dua
milyar lima ratus tujuh juta lima ratus dua puluh tiga ribu dua ratus tujuh puluh
lima rupiah), dengan mutasi tambah sejumlah 3 unit dengan nilai sebesar Rp.
60.933.000,- (enam puluh juta sembilan ratus tiga puluh tiga ribu rupiah) dan
terdapat mutasi kurang sebanyak 21 unit dengan nilai sebesar Rp.
194.686.800,- (seratus sembilan puluh empat juta enam ratus delapan puluh
enam ribu delapan ratus rupiah).
4). Alat Kedokteran dan Kesehatan Umum (3.07)
Saldo Alat Kedokteran dan Kesehatan umum pada Laporan Tahunan Tahun
Anggaran 2019 Satuan kerja Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat per 31 Desember 2019 sejumlah 26 unit dengan nilai sebesar
Rp14.790.000,- (empat belas juta tujuh ratus sembilan puluh ribu rupiah).
Sejumlah 26 Unit merupakan saldo awal per 1 Januari 2019 dengan nilai
sebesar Rp14.790.000,- (empat belas juta tujuh ratus sembilan puluh ribu
rupiah) mutasi tambah sebesar Rp. 0 (nol rupiah) dan mutasi kurang sebesar
Rp. 0 (nol rupiah)
5). Unit Alat Laboratorium (3.08)
Saldo Alat Laboratorium pada Laporan Tahunan Tahun Anggaran 2019 Satuan
kerja Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat per 31
Desember 2019, sejumlah 6 unit dengan nilai sebesar Rp. 26.264.000,- (dua
puluh enam juta dua ratus enam puluh empat ribu rupiah), Sejumlah 6 unit
20
merupakan saldo awal per 1 Januari 2019, sebesar Rp. 26.264.000,- (dua puluh
enam juta dua ratus enam puluh empat ribu rupiah), terdapat mutasi tambah
sejumlah 0 unit sebesar Rp. 0,- (nol rupiah) dan mutasi kurang sejumlah 0 unit
dengan nilai sebesar Rp. 0,- (nol rupiah).
6). Alat Khusus Lainnya (3.09)
Saldo Alat Khusus Lainnya pada Laporan Tahunan Tahun Anggaran 2019
Satuan kerja Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
per 31 Desember 2019, sejumlah 19 unit dengan nilai sebesar Rp 188.931.500,-
(seratus delapan puluh delapan juta sembilan ratus tiga puluh satu ribu lima
ratus rupiah). Untuk saldo awal per 1 Januari 2019 sebesar Rp 141.762.500,-
(Seratus empat puluh satu juta tujuh ratus enam puluh dua ribu lima ratus
rupiah), mutasi tambah sejunlah 2 unit dengan nilai sebesar Rp. 47.169.000
(empat puluh tujuh juta seratus enam puluh sembilan ribu rupiah) dan mutasi
kurang sebesar Rp. 0 ( nol rupiah).
7). Komputer dan Peralatan (3.10)
Saldo untuk Komputer dan Peralatan pada Laporan Tahunan Tahun Anggaran
2019 Satuan kerja Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat per 31 Desember 2019 sejumlah 510 unit dengan nilai sebesar Rp
5.205.873.793,- (Lima milyar dua ratus lima juta delapan ratus tujuh puluh tiga
ribu tujuh ratus Sembilan puluh tiga rupiah). Jumlah 484 unit merupakan saldo
awal 1 Januari 2019 dengan nilai sebesar Rp 5.056.563.343,- (lima milyar lima
puluh enam juta lima ratus enam puluh tiga ribu tiga ratus empat puluh tiga
rupiah), dengan mutasi tambah sejumlah 36 unit sebesar Rp. 440.120.000,-
(empat ratus empat puluh juta serratus dua puluh ribu rupiah) dan mutasi
kurang sejumlah 10 unit dengan nilai sebesar Rp. 290.779.550,- (dua ratus
Sembilan puluh juta tujuh ratus tujuh puluh Sembilan ribu lima ratus lima puluh
rupiah).
21
8). Alat Peraga (3.16)
Saldo Alat Peraga berupa miniatur (contoh NAPZA) pada Laporan Tahunan
Tahun Anggaran 2019 Satuan kerja Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat per 31 Desember 2019, sejumlah 2 unit dengan
nilai sebesar Rp 30.953.780,- (Tiga puluh juta sembilan ratus lima puluh tiga
ribu tujuh ratus delapan puluh rupiah). Jumlah tersebut merupakan saldo awal
per 1 Januari 2019 sebesar Rp 30.953.780,- (tiga puluh juta sembilan ratus lima
puluh tiga ribu tujuh ratus delapan puluh rupiah), mutasi tambah sebesar Rp.
0 (nol rupiah) dan mutasi kurang sebesar Rp. 0 (nol rupiah).
9). Peralatan Olah raga (3.19)
Saldo Peralatan Olah raga pada Laporan Tahunan Tahun Anggaran 2019 Satuan
kerja Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat per 31
Desember 2019, sejumlah 1 unit dengan nilai sebesar Rp7.200.000,- (tujuh juta
dua ratus ribu rupiah). Jumlah tersebut merupakan saldo awal per 1 Januari
2019 sebesar Rp 7.200.000,-(tujuh juta dua ratus ribu rupiah), mutasi tambah
sebesar Rp. 0 (nol rupiah) dan mutasi kurang sebesar Rp. 0 (nol rupiah).
c. Aset Tetap Lainnya
Saldo Aset Tetap Lainnya pada Laporan Tahunan Tahun Anggaran 2019 di Satuan
kerja Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat sebesar Rp
10.500.000,- (Sepuluh juta lima ratus ribu rupiah), jumlah tersebut mengalami
perubahan mutasi pengurangan sebesar Rp. 0,- (nol rupiah), dari saldo awal per 1
Januari 2019 sebesar Rp 10. 500.000,- (sepuluh juta lima ratus ribu rupiah), rincian
untuk Aset Tetap Lainnya per bidang barang adalah sebagai berikut :
1). Bahan Perpustakaan (6.01)
Saldo Bahan Perpustakaan pada Laporan Tahunan Tahun Anggaran 2019 pada
Satuan Kerja Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
per 31 Desember 2019, sebesar Rp. 0 (nol rupiah), mutasi pengurangan sebesar
Rp. 0,- (nol rupiah).
22
2). Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan (6.2)
Saldo Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan pada Laporan Tahunan Tahun
Anggaran 2019 Satuan kerja Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat per 31 Desember 2019, sejumlah 1 unit dengan nilai sebesar
Rp10.500.000,- (Sepuluh juta lima ratus ribu rupiah). Jumlah tersebut
merupakan saldo awal per 1 Januari 2019 sebesar Rp. 10.500.000,- (Sepuluh
juta lima ratus ribu rupiah), untuk mutasi tambah sebesar Rp. 0 (nol rupiah)
dan mutasi kurang sebesar Rp. 0 (nol rupiah).
d. Aset Tetap Yang Tidak Digunakan
Saldo Aset Tetap Yang Tidak Digunakan pada Laporan Tahuanan Tahun Anggaran
2019 Satuan kerja Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
periode 31 Desember 2019, adalah sebesar Rp 28.080.587.007,- (Dua puluh elapan
milyar delapan puluh juta lima ratus delapan puluh tujuh ribu tujuh rupiah), jumlah
tersebut mengalami mutasi penambahan dari saldo awal per 1 Januari 2019
dengan nilai Rp 27.935.353.607,- (Dua puluh tujuh milyar Sembilan ratus iga puluh
lima juta tiga ratus lima puluh tiga ribu enam ratus tujuh rupiah), untuk mutasi
tambah sebesar Rp. 156.075.000,- (serratus lima puluh enam juta tujuh puluh lima
ribu rupiah) yang berasal dari aset Peralatan dan Mesin dan mutasi kurang sebesar
Rp. 10.841.600,- (sepuluh juta delapan ratus empat puluh satu ribu enam ratus
rupiah).
e. Aset Tak Berwujud
Saldo Aset Tak Berwujud pada Laporan Tahunan Tahun Anggaran 2019 Satuan
kerja Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat per 31
Desember 2019, adalah sebesar Rp. 21.208.381.288,- (dua puluh satu milyar dua
ratus delapan juta tiga ratus delapan puluh satu ribu dua ratus delapan puluh
delapan rupiah), jumlah tersebut mengalami mutasi penambahan dari
Pembelian/Produksi sebesar Rp. 1.768.745.000,- (satu milyar tujuh ratus enam
puluh delapan juta tujuh ratus empat puluh lima ribu rupiah) dari saldo awal per 1
Januari 2019 dengan nilai sebesar Rp. 19.439.636.288,- (Sembilan belas milyar
23
empat ratus tiga puluh Sembilan juta enam ratus tiga puluh enam ribu dua ratus
delapan puluh delapan rupiah), Aset Tak Berwujud tersebut berupa Hak Cipta,
Software dan Aset Tak Berwujud Lainnya.
3. Alokasi Anggaran
Dalam upaya menjalankan tugas dan fungsinya, Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat didukung dengan anggaran sebesar Rp.
182.496.707.000,- yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Anggaran ini bersumber dari APBN murni
sebesar Rp. 142.842.265.823,- Pendanaan tahun 2019, secara kuantitas mencukupi
untuk mendukung terselenggaranya kegiatan dalam mencapai sasaran kinerja
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
24
BAB II
TUJUAN DAN SASARAN KERJA
A. Dasar hukum:
Dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
berlandaskan kepada :
1. UU No. 17 tahun 2007 tentang RPJPN tahun 2005-2025
2. UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
3. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
4. UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan tentang
pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan
5. UU No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
6. Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perseroan Terbatas
7. Peraturan Presiden RI No. 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
8. Peraturan Presiden RI No. 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional tahun 2015-2019
9. Peraturan Presiden RI No. 45 tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
tahun 2018.
10. Permenkes No. 65 tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan
Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
11. Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas
12. Permenkes nomor 72 tahun 2014 tentang pembinaan jabatan fungsional dilingkungan
kementerian kesehatan
13. Permenkes No 74 tahun 2015 tentang Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan
Penyakit
14. Permenkes No. 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan
25
15. Permenkes No. 39 tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga
16. Permenkes No. 43 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
17. Instruksi Presiden No. 1 tahun 2018 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
18. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 140.05/292 Tahun 2011 tentang Kelompok Kerja
Operasional (Pokjanal) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
19. Kepmenkes Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019.
20. Surat Keputusan Bersama 4 Menteri (Kemenkes, Kemendiknas, Kemenag, dan
Kemendagri) tentang Usaha Kesehatan Sekolah.
B. Tujuan, Sasaran dan Indikator
Tujuan
Tujuan Promosi Kesehatan adalah Meningkatkan Perilaku Sehat dan Peran Serta Individu,
Keluarga, Masyarakat dalam setiap gerakan kesehatan masyarakat melalui upaya promosi
kesehatan yang terintegrasi secara lintas program, sektor, swasta, dan masyarakat.
Sasaran
Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh Direktorat Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat dalam rumusan yang spesifik, terukur dalam kurun waktu
satu tahun. Untuk meningkatkan penyelenggaraan pemberdayaan dan promosi kesehatan
kepada masyarakat, Direktorat Promosi Kesehatan dan pemberdayaan Masyarakat
menetapkan sasaran yaitu:
1. Meningkatnya upaya advokasi untuk mendorong regulasi sektoral yang mendukung
pembangunan kesehatan
2. Meningkatnya jumlah mitra/jejaring kerja dengan sektoral
3. Meningkatnya pemberdayaan masyarakat melalui upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat (UKBM)
26
4. Meningkatnya KIE kesehatan melalui berbagai saluran komunikasi
5. Meningkatnya pembiayaan kesehatan melalui berbagi sumber dana
6. Terpenuhinya dan meningkatnya kualitas SDM Promosi Kesehatan dan
7. Terpenuhinya standar sarana dan prasarana promosi kesehatan di daerah
Indikator
Berdasarkan Perjanjian Kinerja Tahun 2019 yang ditandatangani oleh Direktur Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan kegiatan (dokumen terlampir) indikator kinerja Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat adalah:
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR TARGET 2019
1 Meningkatnya pelaksanaan
pemberdayaan dan
promosi kesehatan kepada
masyarakat
1. Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS
80%
2. Persentase desa yang
memanfaatkan dana desa
10% untuk UKBM
50%
3. Jumlah dunia usaha yang
memanfaatkan CSR-nya
untuk program kesehatan
20
4. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan
15
Definisi operasional Indikator Kinerja Direktorat Promosi Kesehatan & Pemberdayaan
a. Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS
Merupakan Jumlah Kabupaten/Kota yang membuat kebijakan yang mendukung PHBS
minimal 1 kebijakan baru per tahun
b. Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM
27
Merupakan Jumlah Desa yang memanfaatkan dana desa minimal 10 persen untuk
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
c. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan
Merupakan Jumlah Dunia Usaha yang melakukan kerja sama (MOU) dengan
Kementerian Kesehatan dalam mendukung program kesehatan
d. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk
mendukung kesehatan
Merupakan Jumlah organisasi kemasyarakatan yang melakukan kerja sama (MOU)
dengan Kementerian Kesehatan dalam mendukung program kesehatan
28
BAB III
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
A. Arah Kebijakan
Dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 telah dijelaskan bahwa arah kebijakan
pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah:
1. Akselerasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja dan lanjut usia yang
berkualitas;
2. Mempercepat perbaikan gizi masyarakat;
3. Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan;
4. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas;
5. Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan;
6. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas;
7. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas;
8. Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, dan kualitas farmasi dan alat
kesehatan;
9. Meningkatkan pengawasan obat dan makanan;
10. Meningkatkan ketersediaan, penyebaran dan mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan;
11. Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
12. Menguatkan manajemen, penelitian pengembangan dan sistem informasi;
13. Memantapkan pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang Kesehatan; dan
14. Mengembangkan dan meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan.
Mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2018 yang merupakan penjabaran tahun
ketiga pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019,
salah satu arah kebijakan Pembangunan Kesehatan adalah meningkatkan Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat. Salah satu Program Prioritas Nasional Bidang Kesehatan
tahun 2018 adalah Penguatan Promotif dan Preventif “Gerakan Masyarakat Hidup Sehat”.
29
Program Nasional Gerakan Masyarakat Hidup sehat melibatkan seluruh komponen bangsa
seperti pemeritah, swasta, akademisi, LSM dan sektor-sektor lainnya agar dapat berperan
dalam pembangunan kesehatan dengan menekankan pada upaya promotif dan preventif.
Program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat bertujuan antara lain 1) Menurunkan beban
penyakit menular dan penyakit tidak menular, baik kematian maupun kecacatan; 2)
Menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas penduduk; 3) Menurunkan beban
pembiayaan pelayanan kesehatan karena menigkatnya penyakit dan pengeluaran kesehatan
serta 4) Penguatan system kesehatan; Pendekatan siklus hidup; Jaminan kesehatan nasional
(JKN) dan berfokus pada pemerataan layanan. Hal ini menunjukkan bahwa arah kebijakan
pembangunan kesehatan lebih mengedepankan upaya promotif dan preventif, tanpa
mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitative.
Dalam rangka mempercepat dan mensinergikan tindakan dari upaya promotif dan preventif
dan untuk mewujudkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, maka Presiden mengeluarkan
Instruksi Presiden No. 1 tahun 2018 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (terlampir),
dengan menginstruksikan para Menteri, Kepala Lembaga Pemerintah non Kementerian,
Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dan Gubernur dan Bupati
Walikota untuk menetapkan kebijakan dan mengambil langkah-langkah tugas, fungsi, dan
kewenangan masing-masing untuk mewujudkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
B. Strategi Promosi Kesehatan
Berdasarkan arah kebijakan pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat dalam RPJMN
2015-2019 tersebut, salah satu yang menjadi fokus Kementerian Kesehatan dalam kaitannya
dengan tugas promkes adalah Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat. Dalam konteks ini, maka perlu disusun/ditetapkan strategi utama dalam
pencapaian arah kebijakan tersebut. Sesuai dengan Permenkes 74 Tahun 2016 tentang Upaya
Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit, strategi Promosi Kesehatan adalah
• Pemberdayaan Masyarakat
30
Pemberdayaan masyarakat adalah proses untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran
dan kemampuan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya kesehatan yang
dilaksanakan dengan cara fasilitasi proses pemecahan masalah melalui pendekatan
edukatif dan partisipatif serta memperhatikan kebutuhan potensi dan sosial budaya
setempat. Penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui tahapan
pengenalan kondisi wilayah, survey mawas diri, musyawarah masyarakat, perencanaan
partisipatif, pelaksanaan kegiatan dan pembinaan kelestarian.
• Advokasi
Dilakukan kepada para penentu kebijakan dan pemangku kepentingan guna mendapatkan
dukungan dalam bentu kebijakan dan sumber daya yang diperlukan.
• Kemitraan
Dilakukan untuk mendukung pemberdayaan masyarakat dan advokasi dalam rangka
memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilaksanakan dengan prinsip kesamaan
kepentingan, kejelasan tujuan, kesetaraan kedudukan, dan transparansi di bidang kesehatan.
Serta didukung dengan metode dan media yang tepat, data dan informasi yang valid/akurat
serta sumber daya yang optimal termasuk sumber daya manusia yang professional
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan, Kementerian Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan pemerinyah bidang kesehatan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan Negara. Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian Kesehatan
menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, dan kefarmasian dan alat
kesehatan;
b. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Kesehatan;
c. pengelolaan barang milik negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Kesehatan;
d. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan;
31
e. pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia di bidang
kesehatan serta pengelolaan tenaga kesehatan;
f. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian
Kesehatan di daerah;
g. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Kesehatan; dan
h. pelaksanaan dukungan substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan
Kementerian Kesehatan.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat merupakan salah satu unit
kerja yang berada dibawah Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat yang mempunyai
tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan di bidang promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat terdiri atas:
a. Subdirektorat Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Kesehatan
b. Subdirektorat Advokasi dan Kemitraan
c. Subdirektorat Potensi Sumber Daya Promosi Kesehatan
d. Subdirektorat Pemberdayaan Masyarakat
e. Subbagian Tata Usaha dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional
Upaya yang dilakukan oleh Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
dalam mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan sebagai berikut:
1. Sub Direktorat Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
a) Terkait Strategi Komunikasi, Edukasi, dan Informasi Kesehatan
1) Penyusunan Pedoman Umum dan Petunjuk Teknis Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat
2) Penyusunan Strategi Komunikasi Program Prioritas (stunting)
3) Produksi Media KIE kesehatan
32
4) Pengembangan Media Promotif dan Preventif
5) Produksi Video Grafis
6) Pemilihan Maskot dan Komik Germas
b) Terkait Penyebarluasan Informasi Kesehatan
1) Penyebarluasan Informasi melalui Media Luar Ruang di tempat umum
2) Penyebarluasan Informasi melalui Media Sosial
3) Penggandaan Media Promotif dan Preventif
4) Penyebarluasan Informasi melalui Media Elektronik
5) Pengelolaan Web, Media Online Promosi Kesehatan
2. Sub Direktorat Advokasi dan Kemitraan
a) Terkait Advokasi
1) Menyiapkan bahan advokasi kesehatan.
2) Melaksanakan advokasi kesehatan.
3) Melakukan pembinaan dan supervisi teknis kegiatan advokasi di daerah.
b) Terkait Kemitraan
1) Menyiapakan bahan, konsep, dan program kemitraan.
2) Melakukan kemitraan dengan mitra dunia usaha potensial.
3) Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap program kemitraan yang sedang
dilaksanakan
4) Melakukan pembinaan dan supervisi teknis kegiatan kemitraan di daerah.
3. Subdirektorat Pemberdayaan Masyarakat
a) Terkait Pengorganisasian Masyarakat
1) Menyiapkan NSPK, bahan, konsep dan program pemberdayaan masyarakat,
posyandu dan UKBM lainnya
2) Melaksanakan pemberdayaan masyarakat
33
3) Melakukan penguatan posyandu melalui peningkatan kapasitas Pembina dan
pengelola/pelaksana posyandu
4) Pembentukan dan pembinaan terhadap Pokjanal/Forum Perduli Kesehatan
5) Pemantauan dan evaluasi terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat,
posyandu dan UKBM lainnya
6) Melakukan pembinaan dan supervisi teknis kegiatan posyandu dan UKBM lainnya
b) Terkait Peningkatan Peran Serta Masyarakat
1) Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan peningkatan peran serta masyarakat
2) Menyiapakan bahan dan program kerjasama dengan organisasi kemasyarakatan.
3) Mendorong kerjasama program kesehatan dengan organisasi kemasyarakatan.
4) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi terhadap pelaksanaan program
kesehatan yang dilakukan oleh organisasi kemasyarakatan.
4. Subdirektorat Potensi Sumber Daya Promosi Kesehatan
a) Terkait Penggerak Promosi Kesehatan
1) Menyusun NSPK terkait tanaga Promosi Kesehatan
2) Melakukan pembinaan tenaga Promosi Kesehatan di pusat dan daerah
3) Menilai angka kredit Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat
b) Tekait Sarana dan Prasarana
1) Menyusun NSPK terkait PHBS di berbagai tatanan
2) Melakukan pemetaan kondisi dan kebutuhan sarana prasarana dan SDM promosi
kesehatan.
3) Mengevaluasi pelaksanaan pembinaan Rumah Tangga ber-PHBS tingkat nasional.
5. Sub Bagian Tata Usaha :
a) Terkait Kepegawaian dan Rumah Tangga
1) Mengupdate dan mengarsipkan dokumen kepegawaian Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
34
2) Menyiapkan bahan usulan gaji dan tunjangan kinerja berdasarkan pedoman dan
peraturan yang berlaku.
3) Melakukan penyiapan urusan kerumahtanggan sesuai peraturan dan
perundangan yang berlaku agar terciptanya penyelenggaraan administrasi
pemerintah yang tertib dan berwibawa
4) Melakukan penyiapan bahan tata persuratan dan kerasipan sesuai peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
b) Terkait Keuangan dan BMN
1) Menyiapkan bahan dan urusan keuangan dan pengelolaan anggaran sesuai
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
2) Menyiapkan bahan dan urusan pengelolaan aset dan BMN sesuai peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
c) Terkait Perencanaan dan Evaluasi
1) Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran tahunan Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
2) Menyusun menu dan melakukan suvervisi perencanaan kegiatan Dekonsentrasi
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
3) Melakuan pembinanaan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat.
4) Melakukan evaluasi capaian kinerja dan anggaran
C. Hambatan Dalam Pelaksanaan Strategi
Hambatan yang terjadi dalam pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat
1. Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS
a. Belum semua pimpinan daerah memiliki komitmen yang sama terkait bidang
kesehatan
b. Kurangnya tenaga daerah yang terlatih di bidang advokasi kesehatan
35
c.
2. Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM
a. Kebijakan terkait Prioritas Pemanfaatan Dana Desa yang mendukung Kesehatan
dimana setiap tahun berubah sehingga fungsi koordinasi dan sosialisasi sangat
diperlukan.
b. Kebijakan terkait Prioritas Pemanfaatan Dana Desa yang merupakan pedoman dalam
penyusunan APBDesa seringkali diterbitkan diakhir masa penyusunan APBDes.
c. Kemampuan teknis yang dimiliki Pendamping Desa, Kepala Desa dan Aparatur Desa
dalam perencanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan masih
terbatas
d. Terbatasnya akses informasi tenaga promosi kesehatan di Puskesmas terkait
perencanaan desa dan kegiatan kesehatan yang dibiayai dana desa.
e. Terbatasnya akses akan data penggunaan dana desa untuk kesehatan
f. Kesehatan belum menjadi prioritas dalam kewenangan local berskala desa
3. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan
a. Belum semua mitra/dunia usaha mendukung program prioritas bidang kesehatan
b. Mitra/dunia usaha belum dapat melaksanakan program CSR secara mandiri
4. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk
mendukung kesehatan
Merupakan Jumlah organisasi kemasyarakatan yang melakukan kerja sama (MOU)
dengan Kementerian Kesehatan dalam mendukung program kesehatan
D. Terobosan Yang di Lakukan
1. Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS
a. Melakukan advokasi kepada kepala daerah yang masih kurang komitmennya dalam
mendukung bidang kesehatan
b. Melakukan pendampingan ke daerah
2. Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM
36
a. Melakukan koordinasi secara intensif dengan instansi terkait
b. Dibuatnya buku Pedoman Penggunaan Dana Desa
c.
3. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan
a. Melakukan pendampingan dalam program csr yang dilakukan oleh mitra/dunia usaha.
b. Perlu koordinasi dengan unit eselon 2 terkait untuk pengembangan program
kemitraan.
4. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk
mendukung kesehatan
Merupakan Jumlah organisasi kemasyarakatan yang melakukan kerja sama (MOU)
dengan Kementerian Kesehatan dalam mendukung program kesehatan
37
BAB IV
HASIL KERJA
A. PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN
Dalam pencapaian tujuan dan sasaran Kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat dengan tidak terlepas dari tugas pokok dan fungsi dari Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, upaya yang dilakukan sebagai berikut:
I. Sub Direktorat Pemberdayaan Masyarakat
1. Model Intervensi Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
• Input
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat mengembangkan
Model intervensi Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan bekerjasama dengan
Pusat Perilaku dan Promosi Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat
dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada. Model intervensi dikembangkan dengan
tujuan menguatkan sistem organisasi struktural posyandu yang melibatkan perangkat
desa dan menjadikan posyandu sebagai layanan kesehatan yang mudah diakses oleh
masyarakat. Lokus penerapan model intervensi pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan adalah Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta. Waktu
pelaksanaan dari bulan Oktober hingga Desember 2019 dengan anggaran sebesar Rp.
447.982.653,0 Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangkaian pengembangan model
intervensi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yaitu:
a) Koodinasi dengan Pemda dalam menyepakati sasaran posyandu, program dan
jadwal pelaksanaan
38
b) Persiapan awal berupa kunjungan ke puskesmas dan kantor kepala desa sasaran
model untuk menysosialisasikan rencana program, wawancara dan observasi
untuk melihat permasalahan posyandu dan potensi solusi
c) Workshop pengembangan jejaringan dalam upaya penguatan posyandu di
Kabupaten Bantul dan Kulonprogro dilakukan selama 1 hari dengan peserta para
akademisi, LSM dan Dinas Kesehatan.
d) Diskusi kelompok terarah di masing-masing lokus dengan peserta kader
pembangunan manusia, petugas puskesmas, TP PKK serta kader dari masing-
masing posyandu dilaksanakan selama 2 hari
e) Workshop Pengembangan Posyandu dan Evaluasi Pelaksanaan Posyandu peserta
terdiri dari kader posyandu, kader pembangunan manusia, perwakilan
puskesmas, Kepala Desa dan kader pembanguan masyarakat dilakukan selama 1
hari
f) Workshop penguatan sistem pelaporan dan pemantauan posyandu dengan
‘SiCakep” dilaksanakan selama 1 hari dengan peserta kader posyandu, kader
pembangunan manusia, perwakilan puskesmas, Kepala Desa dan kader
pembanguan masyarakat
39
g) Pendampingan lapangan untuk pengawasan posyandu yang dilakukan antara lain
praktik implementasi pengunaan aplikasi SICAKEP, evaluasi hasil pengukuran,
evaluasi konseling, evaluasi SOP dan diskusi mengenai kendala dan kesulitan
pelayanan posyandu dan implementasi inovasi posyandu. Pendampingan
lapangan untuk pengawasan dilakukan pada saat hari buka posyandu pada
posyandu sasaran.
h) Workshop pengembangan pengembangan SOP dan paket layanan posyandu
dilaksanakan selama 2 hari efektif. Peserta workshop antara lain kader posyandu,
kader pembangunan manusia, petugas puskesmas, kepala desa dan koorindator
kader dari 4 Desa sasaran serta dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di masing-masing kabupaten. Metode yang
digunakan antara lain presentasi, tanya jawab dan praktik (role play) oleh
perwakilan kader
40
i) Diskusi Kelompok Terarah Evaluasi program membahas penggunakan siCakep dan
penguatan peran desa dalam posyandu melibatkan perangkat desa, kader
pembangunan manusia, petugas puskesmas,TP PKK desa, dan kader posyandu.
j) Diseminasi dan advokasi program penguatan kader posyandu merupakan paparan
hasil model intervensi pemberdayaan masyarakat yang telah dilaksanakan oleh
Universitas Gadjah Mada di Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulonprogo
dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2019 di Hotel Santika. Sasaran diseminasi
antara lain Dinas Kesehatan dan PMD semua kabupaten/ kota di D.I. Yogyakarta,
puskesmas terpilih dalam program penguatan kader posyandu di Kabupaten
Bantul dan Kulonprogo, serta perguruan tinggi dan LSM lokal yang sudah
tergabung dalam pendampingan program penguatan kader posyandu
• Output
Model Intervensi Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan di Kabupaten Bantul
dan Kabupaten Kulonprogro, Provinsi D.I. Yogyakarta
• Outcome
a. Peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali dan
mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi;
b. Peningkatan kesadaran masyarakat melalui penggerakkan masyarakat;
c. Pengorganisasian dan pengembangan masyarakat (community organization -
community development);
d. Peningkatan advokasi kepada pemangku kepentingan untuk mendukung
masyarakat memperjuangkan kepentingannya dibidang kesehatan;
e. Peningkatan kemitraan dan partisipasi lintas sektor dan pemangku kepentingan
terkait, organisasi kemasyarakatan serta swasta peduli kesehatan;
f. Peningkatan pemanfaatan potensi dan sumber daya berbasis kearifan lokal baik
dana, tenaga serta sosial budaya;
41
g. Pengintegrasian antar program dan/atau kegiatan dan/atau kelembagaan
Pemberdayaan Masyarakat yang sudah ada sesuai dengan kesepakatan dan
kebutuhan masyarakat
• Benefit
a. Masyarakat mampu mengenali dan mengatasi permasalahan kesehatan yang
dihadapi;
b. Pemangku kepentingan mendukung masyarakat mengenali dan mengatasi
permasalahan kesehatan yang dihadapi
c. Adanya kemitraan dan partisipasi lintas sektor dan pemangku kepentingan terkait,
organisasi kemasyarakatan serta swasta peduli kesehatan dalam menanggulangu
permasalahan kesehatan;
d. potensi dan sumber daya berbasis kearifan lokal baik dana, tenaga serta sosial
budaya dimanfaatkan dengan optimal;
e. Integrasi antar program dan/atau kegiatan dan/atau kelembagaan Pemberdayaan
Masyarakat yang sudah ada sesuai dengan kesepakatan dan kebutuhan
masyarakat
• Impact
- Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan
- Meningkatkan peran lintas sektor dalam penyelenggaraan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan.
- Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
• Hambatan
- Tidak adanya pembagian peran dalam pengelolaan dan pebinaan pemberdayan
masyarakat bidang kesehatan
- Perangkat desa tidak peka terhadap permasalahan kesehatan
• Alternative solusi
- Memperbaiki sistem organisasi dan sistem kerja serta memperkuat peranan kader
di desa dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat
- pembagian peran antara kader, pemerintah desa, dinas terkait seperti Dinas
Kesehatan dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat, dan pihak lain seperti perguruan
tinggi dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang ada di tingkat lokal
- Perguruan tinggi dan LSM lokal di Kabupaten Kulon Progo dan Bantul sepakat dan
berkomitmen untuk dapat mendampingi secara terus menerus, di tingkat
posyandu, desa, maupun kelurahan, dalam mengembangankan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan
• Dokumentasi
42
2. Evaluasi Model Intervensi Kegiatan Posyandu
• Input
43
Saat ini, Kementerian Kesehatan memfokuskan program pada permasalahan stunting yang dianggap perlu penanganan segera. Pencegahan stunting dengan melakukan intervensi gizi spesifik dan sensitif di seribu hari pertama kehidupan. Kegiatan dalam intervensi spesifik antara lain makanan tambahan untuk mengatasi KEK pada ibu hamil, pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil dan remaja putri, konsumsi garam beryodium, ASI eksklusif , imunisasi, CTPS, pemberian obat cacing, pemberian makanan tambahan, pemberian vitamin A, tata laksana gizi, pencegahan dan pengobatan diare. Kegiatan tersebut dilakukan di posyandu. Untuk itu perlu penguatan dan pengaktifan kembali posyandu dalam upaya pencegahan stunting dengan cara melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kegiatan posyandu setiap bulannya.
Terkait hal tersebut, Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat telah mengembangkan perangkat lunak sistem pemantauan kegiatan posyandu (SiCakep) dan diimplementasikan di 5 kabupaten yaitu Kabupaten Garut, Kabupaten Bandung, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Banjar Baru dan Kabupaten Blora sebagai model percontohan dalam mengamati proses kegiatan posyandu yang sedang berlangsung. Selanjutnya perlu evaluasi untuk melihat efektifitas dan manfaat dari sistem tersebut. Oleh karenanya Evaluasi Model Intervensi Kegiatan Posyandu dilaksanakan sebagai acuan model di daerah. Kegiatan ini berbentuk kontraktual yang dilakukan dalam rangka penguatan dan pengaktifan kembali posyandu dalam upaya pencegahan stunting yang mendukung program prioritas Kementerian Kesehatan yaitu persentase posyandu aktif. Anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatan ini adalah Rp.198.250.000,-.
• Output
Laporan Evaluasi Model Intervensi Kegiatan Posyandu.
• Outcome
- Si Cakep berhasil membuka komunikasi lebih baik antara tenaga kesehatan dan
kader
- umpan balik dari pelaporan
- peningkatan mutu layanan di posyandu.
• Benefit
- terjadi penghematan waktu, tenaga dan biaya untuk melakukan pelaporan
kegiatan posyandu
• Impact
- Mengevaluasi penerapan sistem pemantauan kegiatan posyandu dalam rangka
peningkatan jumlah posyandu aktif (posyandu dalam strata purnama dan
mandiri).
- Mengukur efektifitas sistem pemantauan kegiatan posyandu
- Mengukur manfaat sistem pemantauan kegiatan posyandu
44
- Mengukur keberlangsungan sistem pemantauan kegiatan posyandu
• Hambatan
- Tidak ada studi kuantitatif untuk mengukur berapa banyak Posyandu yang berhasil
naik strata sebagai dampak dari intervensi ini.
- Tidak ada responden dari wilayah non-intervensi sebagai pembanding, khususnya
untuk membandingkan permasalahan pelaporan Posyandu.
• Alternative solusi
- Perlu adanya studi dampak dan studi kualitatif untuk mengukur dampak dari
intervensi
- Di evaluasi selanjutnya, terdapat responden dari wilayah non-intervensi sebagai
pembanding, khususnya untuk membandingkan permasalahan pelaporan
Posyandu
• Dokumentasi
3. Evaluasi Penggunaan Dana Desa untuk Kesehatan
• Input
Dalam meningkatkan koordinasi pembinaan, advokasi, fasilitasi, pemantauan dan
evaluasi yang terkait dengan peningkatan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan melalui UKBM perlu adanya aktifasi kelembagaan/pokjanal/forum
pemberdayaan masyarakat terkait bidang kesehatan, oleh karena itu perlu
mengkoordinasikan dan melakukan pemantauan pelaksanaan peningkatan
45
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan melalui UKBM secara berkelanjutan.
Pencapaian indikator persentase desa yang memanfaatkan dana desa untuk upaya
kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) perlu diupayakan sejak awal. Untuk
itu petugas Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat di provinsi dan
kabupaten/kota serta di Puskemas harus memahami bagaimana upaya yang perlu
dilakukan agar kegiatan UKBM di desa dapat dibiayai dari dana desa. Oleh sebab itu
petugas promosi kesehatan di Dinas Kesehatan provinsi, kabupaten/kota dan
Puskesmas untuk mengawal/mendampingi aparat desa dalam menyusun
perencanaan penggunaan dana desa untuk bidang kesehatan. Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat menginisiasi kegiatan evaluasi dana desa.
Kegiatan ini berbentuk kontraktual (pengadaan barang/jasa sederhana) dalam rangka
pendampingan penggunaan dana desa untuk kegiatan UKBM yang mendukung
program prioritas Kementerian Kesehatan yaitu persentase posyandu aktif. Anggaran
yang dikeluarkan untuk kegiatan ini adalah Rp198.600.000,-.
• Output
Laporan Evaluasi Penggunaan Dana Desa untuk Kesehatan
• Outcome
a. Mengukur besaran penggunaan dana desa untuk bidang kesehatan
b. Mengukur manfaat dana desa untuk pembiayaan bidang kesehatan
c. Mengukur efektifitas dana desa untuk pembiayaam bidang kesehatan
• Benefit
a. Acuan bagi semua pemangku kepentingan dalam rangka penggunaan dana desa
untuk bidang kesehatan;
b. Acuan bagi pengurus dan kader posyandu dalam manfaat dana desa untuk
pembiayaan bidang kesehatan
• Impact
a. Penguatan pemberdayaan masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan individu, keluarga dan
masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya kesehatan
c. Sinergitas program pelayanan sosial dasar di posyandu
• Hambatan
a. responden dari wilayah non-intervensi sebagai pembanding, khususnya untuk
membandingkan permasalahan pelaporan Posyandu
b. Besaran Dana Desa di bidang kesehatan mencapai lebih dari 10% pada saat adanya
pembangunan infrastruktur yang berkaitan dengan UKBM seperti pembangunan
Poskesdes, pembangunan dan rehabilitasi jaringan air bersih, dan pembangunan
MCK dalam penunjang program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
46
c. program pemberdayaan masyarakat dalam kaitannya dengan UKBM yang didanai
dana desa paling besar adalah insentif kader posyandu dan pemberian makanan
tambahan. Kedua kegiatan tersebut menyerap rata-rata 68% Dana Desa di bidang
kesehatan diluar pembangunan infrastruktur.
d. Rendahnya pengalokasian Dana Desa untuk UKBM disebabkan oleh kurangnya
upaya advokasi dari tenaga kesehatan dalam pengajuan program dalam
musyawarah desa.
e. Manfaat terbesar dari dana desa di bidang kesehatan adalah semakin mudahnya
dicapai akses pelayanan kesehatan oleh masyarakat desa.
• Alternatif solusi
a. Meningkatkan peran aktif dari tenaga kesehatan di wilayah baik dari puskesmas
maupun bidan desa untuk terlibat aktif dalam perencanaan pembangunan desa
dan musyawarah desa
b. Melakukan sinergi dengan Pemerintah Desa untuk peningkatan upaya-upaya
pemberdayaan masyarakat terutama berkaitan dengan bidang kesehatan
c. Mengingat bahwa untuk pemenuhan kebutuhan desa tidak dapat dilakukan dalam
waktu singkat, terutama di bidang kesehatan, maka perlu adanya pembuatan
roadmap kesehatan desa di tiap desa yang berisikan perencanaan pembangunan
kualitas kesehatan masyarakat di desa yang dalam pelaksanaan kegiatannya
dilakukan secara bertahap per tahun dan dimasukan dalam perencanaan
pembangunan desa.
d. Mendorong kebijakan di tingkat nasional untuk menentukan minimal persentase
penganggaran Dana Desa untuk upaya peningkatan kualitas kesehatan di
masyarakat.
• Dokumentasi
47
4. Pengembangan Media Kit Posyandu
• Input
Kegiatan ini berbentuk kontraktual yang dilakukan dalam rangka pengembangan media
kit posyandu yang mendukung program prioritas Kementerian Kesehatan yaitu
persentase posyandu aktif. Media Kit Posyandu terdiri dari 2 paket pengadaan. Paket I
terdiri dari buku saku pegangan kader, poster edukasi tinggi badan, pin, lembar
balik/flipchart, flyer, dan CD Prototype Media siap cetak serta tas. Sedangkan Paket II
merupakan pengembangan permainan ular tangga beserta dadunya. Masing-masing
paket digandakan sebanyak 1000 buah diperuntukan bagi posyandu terutama
posyandu di Kabupaten/Kota lokus stunting dan posyandu diluar lokus stunting serta
dibagikan kepada Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota sebagai prototipe untuk
diperbanyak. Anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatan ini adalah Rp.398.118.750,-.
• Output
Media Kit Posyandu yang terdiri dari buku saku pegangan kader, poster edukasi tinggi
badan, pin, lembar balik/flipchart, flyer, permainan ular tangga dan CD Prototype Media
siap cetak, serta tas media.
• Outcome
- angka stunting menurun, demikian pula dengan angka kesakitan TBC serta cakupan
imunisasi meningkat
- meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat
• Benefit
- Meningkatkan pengetahuan kader terkait program yang ada di posyandu
- Tersedianya alat bantu untuk penyuluhan kesehatan bagi kader
48
• Impact
- Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengaktifan Posyandu.
- Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat
- Meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan di posyandu.
• Hambatan
-
• Alternatif solusi
-
• Dokumentasi
49
5. Penyusunan NSPK Rapermenkes Upaya Kesehatan di Posyandu
50
• Input
Sehubungan dengan Permendagri Nomor 18 Tahun 2018 tentang Lembaga
Kemasyarakatan Desa (LKD) dan Lembaga Adat Desa (LAD) Pasal 6 yang menyebutkan
bahwa Posyandu merupakan LKD yang bertugas membantu Kepala Desa dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat desa, sampai saat ini belum ada
peraturan yang mengatur tentang upaya/pelayanan kesehatan di posyandu. Untuk itu,
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat menginisiasi
penyusunan rancangan Permenkes tentang Upaya Kesehatan di Posyandu. Kegiatan ini
berbentuk swakelola dan dilaksanakan di Jakarta Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal
2 Agustus 2019, 9 September 2019, 8 November 2019 dan 2-3 Desember 2019.
Anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatan ini adalah Rp.229.696.000,-.
• Output
Rancangan Rapermenkes Upaya Kesehatan di Posyandu
• Outcome
a. Meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan terutama KIA,
imunisasi, Gizi dan kesehatan lingkungan di tingkat desa/kelurahan
b. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan Posyandu.
c. Meningkatkan peran lintas sektor dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di
Posyandu.
d. Meningkatkan dukungan kebijakan dan anggaran dalam penyelenggaraan dan
pembinaan posyandu
• Benefit
a. Acuan bagi semua pemangku kepentingan dalam rangka pembinaan teknis
kesehatan di Posyandu;
b. Acuan bagi pengurus dan kader posyandu dalam penyelenggaraan posyandu
• Impact
a. Penguatan pemberdayaan masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan individu, keluarga dan
masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya kesehatan
c. Sinergitas program pelayanan sosial dasar di posyandu
• Hambatan
a. Pengintegrasikan layanan sosial dasar di posyandu melibatkan berbagai sektor
hingga perlu adanya peraturan yang mengikat semua sektor. Namun sampai dengan
berakhirnya tahun 2019 belum ada kesepakatan bentuk peraturan yang memayungi
kebutuhan sektor.
b. Adanya kebijakan Presiden tentang simplifikasi peraturan yaitu peraturan yang biru
diarahkan agar mencabut beberapa peraturan yang lama (min. 3)
51
• Alternatif solusi
a. Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat tetap akan
menyusun rapermenkes tentang upaya kesehatan di posyandu, jika nantinya akan
dibentuk peraturan yang lebih tinggi maka rapermenkes yang sudag disusun akan
menjadi lampiran
b. upaya kesehatan di posyandu belum diatur dalam regulasi manapun hingga tetap
dapat disusun tanpa harus menghapus regulasi lain
• Dokumentasi
6. Penyusunan Materi Orientasi Penguatan Posyandu dengan Pemberdayaan Masyarakat
dalam Pencegahan Stunting
• Input
Capaian posyandu aktif di tahun 2018 mencapai 61,12% dari 291,872. Cakupan yang
masih kurang baik dikarenakan pula karena kurangnya kapasitas kader dalam
pengelolaan Posyandu serta pembinaan posyandu oleh pokja/pokjanal. Kader
posyandu yang terlatih hanya 2—3 orang per posyandu. Berdasarkan temuan tim
akreditasi Puskesmas kemampuan/ketrampilan Petugas Puskesmas masih kurang,
selain itu Pembinaan Posyandu masih dirasa kurang pula disebabkan oleh tebatasnya
52
petugas puskesmas dan tidak aktifnya pokja/pokjanal. Kenyataan dilapangan Survey
Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah Masyarakat Desa (SMD) tidak berjalan semestinya.
Karena hal tersebut, Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
melaksanakan peningkatan kapasitas berupa lokakarya dan orientasi penguatan
posyandu dalam pemberdayaan masyarakat untuk pencegahan stunting bagi kader,
petugas puskesmas, aparat desa dan pembina posyandu. Untuk bahan ajar maka
disusun materi untuk Lokakarya dan Orientasi tersebut. Kegiatan Penyusunan Materi
bahan ajar Lokakarya dan Orientasi Penguatan posyandu dalam pemberdayaan
masyarakat untuk pencegahan stunting dilaksanakan di Jakarta pada bulan Maret
sampai dengan bulan Mei 2019 dan dengan metode berbentuk swakelola dengan nilai
realisasi sebesar Rp.124.235.000,-
• Output
Panduan Lokakarya kader posyandu dan panduan Orientasi kader posyandu
• Outcome
Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan kader, aparat desa/kelurahan dan
petugas kesehatan dalam melaksanakan SMD dan MMD terutama dalam pencegahan
dan penanggulangan stunting di desa
• Benefit
- Memperoleh bahan ajar untuk Lokakarya dan Orientasi penguatan posyandu
dalam pencegahan stunting
- Memperoleh referensi penguatan posyandu dengan pemberdayaan masyarakat
dalam pencegahan stunting
• Impact
- Memperoleh 349 Fasilitator penguatan posyandu dalam pencegahan stunting dari
unsur dinas kesehatan, dinas pemberdayaan masyarakat dan TP PKK
- Meningkatkan peran lintas sektor terutama dinas pemberdayaan masyarakat dan TP
PKK dalam penguatan posyandu
• Hambatan
- Materi yang akan diberikan terbatasi oleh jumlah jam pelajaran hingga tidak semua
dapat disampaikan
- Waktu penyusunan terbatas
- Beberapa materi membutuhkan input dari lintas program hingga membutuhkan
waktu dalam merangkai dalam satu panduan
- Proses editing dan tata letak memerlukan waktu yang cukup lama
• Alternativ solusi
- Memperbanyak jam pelajaran sesuai materi
- Memberi batas waktu dalam pengumpulan masukan
53
- Menunjuk editor dan designer grafis yang berpengalaman untuk melakukan proses
editing dan tata letak
• Dokumentasi
7. Orientasi/Workshop Penguatan Posyandu dengan Pemberdayaan Masyarakat dalam
Pencegahan Stunting
• Input
Penguatan Posyandu dengan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pencegahan Stunting berbentuk lokakarya dan orientasi dilaksanakan dengan metode swakelola type 2 (G to G) dengan nilai realisasi sebesar Rp. 13.707.657.073,-. Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dalam pelaksanaannya bekerjasama dengan Perguruan Tinggi terpilih yang telah melakukan MOU dengan Kementerian Kesehatan, yaitu Universitas Lampung di Regional Barat, Universitas Padjadjaran di Regional Tengah, dan Universitas Hassanudin di Regional Timur. Tahapan kegiatan yang dilakukan; 1) Lokakarya pesertanya dari provinsi dan Kab/Kota yang tediri dari Staf promkes, staf BPMD dan anggota TP PKK, 2) Orientasi Kader di masing-masing Kabupaten yang pesertanya dari 10 desa @ petugas promkes puskesmas, bidan, kades dan 2 orang kader posyadu, 3) Penggerakan masyarakat di masing-masing desa dengan melakukan SMD dan MMD.
54
Kegiatan Lokakarya sudah dilaksanakan di masing-masing regional dengan hasil sebagai berikut; 1) Regional Barat dilaksanakan pada tanggal 9 – 12 Juli 2019 di Jakarta. Peserta yang
hadir 165 orang dari 177 orang yang diharapkan. Ada satu kabupaten yang tidak
mengirimkan perwakilan yaitu Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara dan
ada 9 Kabupaten pesertanya tidak lengkap dengan alasan ada kegiatan yang
bersamaan.
2) Regional Tengah dilaksanakan dalam 2 tahap, tahap 1 dilaksanakan pada tanggal 10—
13 Juli 2019 di Bandung dan tahap ke 2 dilaksanakan pada tanggal 17—20 Juli 2019
di Surabaya. Peserta yang hadir 214 orang dari 216 yang di harapkan, yang tidak
lengkap hadir adalah provinsi NTT dan kabupaten Sabu Raijua.
3) Regional Timur dilaksanakan di 2 lokasi yaitu Makassar dan Papua. Pelaksanaan di
Makassar pada tanggal 29—31 Juli 2019, peserta semua hadir dan ada peserta
tambahan 3 orang Ketua TP PKK Kabupaten. Pelaksanaan di Papua peserta berasal
dari dari 22 Kab/kota di Papua dan 5 kab/kota di Papua Barat, dilaksanakan tanggal
20-23 Agustus 2019. Dikarenakan adanya kerusuhan di daerah Papua pada tanggal
19 Agustus 2019 maka banyak peserta yang membatalkan dan tidak bisa hadir dalam
lokakarya, dari 27 Kab/Kota hanya 21 kab/kota perwakilannya hadir/mengikuti
lokakarya, 6 kabupaten/kota yang tidak hadir antara lain Kab. Nduga, Kab. Dogyai,
Kab. Puncak Jaya, Kab. Puncak, Kab. Yalimo, dan Kabupaten Sorong Selatan.
55
4) Orientasi dilaksanakan setelah dilakukan Lokakarya berdasarkan kesepakatan
Peserta dari Kabupaten/Kota dengan pihak Perguruan tinggi. Masa waktu orientasi
mulai bulan Juli sampai dengan Bulan Oktober 2019. Dalam pelaksanaan orientasi
hanya 11 Kabupaten/Kota yang tidak melaksanakan yaitu kabupaten/kota di daerah
Papua dan Papua Barat dikarenakan faktor keamanan.
• Output
• Pelaksanaan Lokakarya Penguatan Posyandu dengan Pemberdayaan Masyarakat
dalam pencegahan stunting di 3 Regional bekerjasama dengan 3 Perguruan Tinggi
• Pelaksanaan Orientasi Penguatan Posyandu dengan Pemberdayaan Masyarakat
dalam pencegahan stunting di 149 Kabupaten/Kota Lokus Stunting
• Peningkatan kapasitas bagi 349 Fasilitator dari unsur Dinas kesehatan, Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan TP PKK tingkat provinsi dan kabupaten/kota
• Outcome
Kegiatan Penguatan Posyandu dengan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pencegahan
Stunting diharapkan dapat meningkatkan jumlah dan kualitas serta pendanaan
Posyandu Aktif sebagai wadah screening awal upaya pencegahan stunting.
• Benefit
a. Bagi kader
- Meningkatnya pengetahuan kader tentang pencegahan dan penanggulangan
stunting
- Meningkatnya kemampuan kader dalam melaksanakan SMD dan MMD serta
melakukan pemberdayaan masyarakat
b. Bagi Aparat Desa/Kelurahan
- Meningkatnya pengetahuan aparat desa/kelurahan tentang pencegahan dan
penanggulangan stunting
- Meningkatnya kemampuan aparat desa/kelurahan dalam melaksanakan SMD dan
MMD serta melakukan pemberdayaan masyarakat
- Meningkatkan kesadaran aparat desa/kelurahan untuk merencanakan dan
menganggarkan kegiatan terkait kesehatan dalam APB Desa
c. Bagi Puskesmas
- Meningkatnya kemampuan petugas puskesmas dalam melakukan pendampingan
SMD dan MMD serta pemberdayaan masyarakat
- Meningkatkan komitmen petugas puskemas dalam membina posyandu
d. Bagi Kementerian dan Dinas Kesehatan
• Memperoleh 349 Fasilitator penguatan posyandu dalam pencegahan stunting dari
unsur Dinas kesehatan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan TP PKK tingkat
provinsi dan kabupaten/kota
56
- Memperoleh dukungan dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan TP PKK di 149
Kab/Kota dan 34 Provinsi untuk penguatan posyandu dalam pencegahan stunting
- Pendanaan upaya kesehatan di Posyandu dari pemerintah desa/kelurahan dan
swadaya masyarakat
• Impact
- Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dan gizi di Posyandu.
- Meningkatkan peran lintas sektor dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan
dan gizi di Posyandu.
- Meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dan gizi terutama
yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
• Dokumentasi
57
8. Supervisi dan Evaluasi Penguatan Posyandu dengan Pemberdayaan Masyarakat dalam
Pencegahan Stunting
• Input
Kegiatan supervisi dan evaluasi penguatan posyandu dengan pemberdayaan
masyarakat dalam pencegahan stunting berbentuk swakelola. Dilaksanakan dalam
rangka standarisasi, pendampingan dan evaluasi penguatan posyandu dengan
pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan stunting.
Kegiatan Supervisi dilaksanakan mulai bulan Juni—Desember 2019. Lokasi Supervisi
antara lain Kota Bandung, Kabupaten Bogor, Sumatera Barat, Banten, Nusa Tenggara
Barat, Kalimantan Barat, Kota Makassar, Kota Surabaya, Kota Jayapura, Kalimantan
Selatan, Kab Cirebon, Bengkulu, Kabupaten Brebes, Kabupaten Pati, Lampung.
Adapaun kegiatan evaluasi penguatan posyandu dengan pemberdayaan masyarakat
dalam pencegahan stunting merupakan pertemuan membahas hasil supervisi.
Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 23 Desember 2019 di Jakarta. Anggaran yang
dikeluarkan untuk kegiatan supervisi dan evaluasi penguatan posyandu dengan
pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan stunting adalah Rp.461.259.042,-.
• Output
Hasil Evaluasi penguatan posyandu dengan pemberdayaan masyarakat dalam
pencegahan stunting
58
• Outcome
Meningkatkan peran serta kader, toma, pemerintah dan masyarakat dalam
pemberdayaan masyarakat dalam upaya penguatan posyandu dan pencegahan stunting
• Benefit
- Memperoleh gambaran kegiatan dan permasalahan posyandu dan stunting di
Lokus stunting
- Mengetahui kebutuhan dalam pengembangan posyandu aktif
- Meningkatkan peran lintas sektor dalam pengembangan Posyandu aktif dan
pencegahan stunting.
• Impact
- Meningkatkan kualitas posyandu aktif
- Meningkatkan pendanaan APB Desa/kelurahan untuk posyandu aktif
• Dokumentasi
9. Workshop Penguatan Promkes dan Posyandu untuk Surveyor
• Input
59
Kegiatan Wokshop Penguatan Promkes dan Posyandu untuk Surveyor dilaksanakan di
Jakarta pada tanggal 16—17 Desember 2019 dengan sasaran peserta adalah para
surveyor fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pratama khususnya surveyor upaya
kesehatan masyarakat (UKM) khususnya yang berada di Jabodetabek dan lintas
program terkait. Kegiatan ini bertujuan untuk menyosialisasikan program promosi
kesehatan dan mendiskusikan permasalahan yang ada dilapangan terkait upaya
kesehatan masyarakat. Anggaran yang digunakan dalam kegiatan ini sebesar Rp.
271.285.000,-.
• Output
100 Surveyor Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama terpapar program promosi
kesehatan
• Outcome
- Para Surveyor dapat melakukan pembinaan promosi kesehatan kepada tenaga
kesehatan di Puskesmas
- Para Surveyor dapat menekankan pentingnya promosi kesehatan dan
pengembangan UKBM dilakukan oleh puskesmas
• Benefit
- Memperoleh gambaran kegiatan dan permasalahan promosi kesehatan dan
UKBM/Posyandu
- Merencanakan kebijakan dan program promosi kesehatan dan posyandu/UKBM
sesuai dengan kondisi di lapangan
- Memperoleh mitra dalam melakukan pembinaan promosi kesehatan di
Puskesmas
• Impact
- Meningkatkan peran serta surveyor dalam pembinaan promosi kesehatan di
puskesmas.
- Semua Puskesmas mengutamakan kegiatan UKM
- Pembinaan terhadap posyandu/UKBM meningkat.
• Permasalahan:
- Tempat pertemuan kurang kondusif untuk menampung peserta dan melakukan
rangkaian kegiatan
- Tidak semua surveyor dapat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan
• Alternatif solusi
- Ketika memilih tempat pertemuan mempertimbangkan kapasitas dan mobilisasi
peserta
- Waktu akan disesuaikan dengan kegiatan para surveyor
• Dokumentasi
60
10. Penilaian PHBS RT
• Input
Kegiatan Penilaian PHBS merupakan kegiatan rutin yang dilakukan 1 tahun sekali untuk
menilai keaktifan Posyandu dan penilaian PHBS Rumah Tangga. Penilaian terbagi
menjadi 2 kategori yaitu kategori kabupaten dan kota. Anggaran yang dikeluarkan untuk
kegiatan ini adalah Rp.6.831.092.819,-.
• Output
a. 12 Kabupaten dan Kota Nominasi pemenang Lomba PHBS dan Posyandu
b. Pemenang Lomba PHBS dan Posyandu berdasarkan katagori Kabupaten dan Kota
• Outcome
c. Menigkatnya pengetahuan masyarakat (sasaran Ormas) dalam Germas dan
program prioritas
d. Meningkatnya jumlah fasilitator/kader Ormas yang mampu
menggerakkan/mobilisasai masyarakat.
• Benefit
a. Meningkatnya produktivitas masyarakat
• Impact
a. Masyarakat menjadi lebih sehat
b. Mengurangi angka kesakitan
c. Mengurangi angka stunting
• Dokumentasi
61
11. Fasilitasi MoU Kementerian Kesehatan dengan Organisasi Kemasyarakatan
• Input
Kegiatan dalam rangka mendukung program prioritas Kementerian Kesehatan yang
berbentuk swakelola dan dilakukan dengan bekerjsama dengan 17 Organisasi
Kemasyarakatan yang telah melakukan MoU dengan Kementerian Kesehatan yaitu
PBNU, Muslimat NU, Fatayat NU, Alhidayah, PP Muhamadiyah, Aisyah, Persis, DMI,
Kowani, APPI, PGI, PHDI, Pelkesi, DWP, Jannur, Perwanas, Perdhaki. Daerah sasaran
kegiatan berada di 20 provinsi dan 92 Kabupaten/Kota dan merupakan wilayah binaan
Ormas. Bentuk kegiatan yang dilaksanakan ormas antara lain lomba, deteksi dini,
orientasi, penyuluhan, penyebarluasan informasi dan lainnya. Jumlah sasaran yang
telah dibina 1962 kader, 137 kelompok binaan, dan sasaran lainnya salah satunya santri
berjumlah 16.860. Anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatan ini adalah
Rp.8.000.000.000,-.
• Output
a. Rancangan Indikator Kinerja Kegiatan yang dilakukan oleh Organisasi
Kemasyarakatan
b. Rancangan menu kegiatan prioritas
c. Rancangan proposal dan waktu pelaksanaan
62
d. Pelaksanaan Kegiatan
• Outcome
e. Menigkatnya pengetahuan masyarakat (sasaran Ormas) dalam Germas dan
program prioritas
f. Meningkatnya jumlah fasilitator/kader Ormas yang mampu
menggerakkan/mobilisasai masyarakat.
• Benefit
a. Masyarakat binaan, pengurus dan mitra kerja Ormas meningkat pengetahuan dan
perilaku sehat dalam germas dan 3 program kesehatan prioritas nasional (TBC,
Imunisasi dan PTM)
b. Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan penyakit
tidak menular di lingkungan masyarakat binaan Ormas dan keluarganya
c. Meningkatnya produktivitas masyarakat
• Impact
a. Meningkatnya peranserta dan optimalisasi sumberdaya Ormas dalam pembagunan
kesehatan
b. Meningkatnya keterampilan Ormas dalam menggerakkan masyarakat/ mobilisasi
social akan pentingnya hidup sehat yang berkorelasi pada penurunan pembiayaan
kesehatan
• Dokumentasi
12. Fasilitasi SBH dalam Mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
• Input
Dalam mewujudkan peningkatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat maka diperlukan
serangkaian kegiatan peran serta Satuan Karya Bakti Husada (SBH) Tingkat Nasional
dengan kerjasama antara Kementrian Kesehatan dan Universitas Indonesia. Anggaran
yang dikeluarkan untuk kegiatan ini adalah Rp. 3.000.000.000,-. Adapun rangkaian
kegiatan Fasilitasi SBH dalam mendukung Gerakan Masyarakat hidup sehat antara lain:
1. Orientasi Pinsaka SBH Tingkat Nasional
63
2. Penyusunan Panduan Orientasi Pergerakan Masyarakat SBH dalam GERMAS
3. Kursus Pamong Saka
4. Penyusunan Panduan Orientasi bagi Pamong & Pembina
5. Orientasi Pamong & Pembina di Daerah
6. Penyusunan Pedoman Umum SBH
7. Penyusunan Profil & Roadmap SBH
8. Latgab Jabodetabek
9. Pertemuan Koordinasi Pinsaka SBH Nasional
10. Monitoring Penyelenggaraan SBH
11. Pengadaan Media Krida
12. Pembinaan dan Pengembangan Pangkalan
13. Fasilitasi Teknis Pembina Pinsaka di Daerah, Musyawarah Nasional
14. Penyusunan Laporan
• Output
a. Dilaksanakannya Orientasi Pinsaka SBH Tingkat Nasional
b. Panduan Orientasi Pergerakan Masyarakat SBH dalam GERMAS
c. Dilaksanakannya Kursus Pamong Saka
d. Panduan Orientasi bagi Pamong & Pembina
e. Dilaksanakannya Orientasi Pamong & Pembina di Daerah
f. Pedoman Umum SBH
g. Profil & Roadmap SBH
h. Dilaksankannya Latgab Jabodetabek
i. Hasil Monitoring Penyelenggaraan SBH
j. Media Krida
k. Laporan Kegiatan dan video dokumentasi
• Outcome
a. Adanya dukungan pemangku kepentingan terhadap Saka Bakti Husada (SBH) dalam
peningkatan perilaku sehat dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
b. Penguatan kelembagaan SBH di Pusat dan Daerah
c. Peran aktif anggota SBH dalam peningkatan perilaku sehat dan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat
d. Kegiatan SBH dalam peningkatan perilaku sehat dan gerakan masyarakat hidup
sehat terselenggara secara terstruktur dan sistematis
• Benefit
64
a. Meningkatkan kapasitas majelis pembimbing, pimpinan, pengurus, pembina,
pamong dan bagi anggota SBH di Pusat, Daerah tentang gerakan Pramuka
b. Adanya pedoman dan acuan bagi majelis pembimbing, pimpinan, pengurus,
pembina, pamong dan bagi anggota SBH dalam pelaksanaan gerakan pramuka saka
Bakti Husada
• Impact
a. Implementasi Hidup sehat oleh majelis pembimbing, pimpinan, pengurus,
pembina, pamong dan bagi anggota SBH
b. SBH menjadi teladan dalam gerakan masyarakat hidup sehat
• Dokumentasi
(foto kegiatan atau produk )
II. Sub Direktorat Komunikasi Edukasi dan informasi Kesehatan
1. Penyebarluasan Informasi melalui Media Elektronik
• Input
Kegiatan ini berbentuk kontraktual yang dilakukan dalam rangka mendukung program
prioritas Kementerian Kesehatan. Sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat
umum.Total anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatan ini adalah Rp. 31.565.303.000.
Kegiatan dilakukan di Jakarta.
• Output
Adanya penyebarluasan informasi melalui media elektronik terkait program prioritas
Kementerian Kesehatan dengan tema:
a. Sehat Saat Berhaji
Anggaran yang dikeluarkan sebesar Rp. 6.668.717.000.
Penayangan Televisi
Total TV Spot yang ditayangkan sebanyak 1.200 kali tayang selama 20 hari (Juli),
dengan rincian sebagai berikut:
- TVRI menayangkan spot sebanyak 220 spot
- RCTI menayangkan spot sebanyak 160 spot
65
- MNC TV menayangkan sebanyak 180 spot
- Trans TV menayangkan sebanyak 160 spot
- Trans7 menayangkan sebanyak 160 spot
- Global TV menayangkan sebanyak 160 spot
- TV One menayangkan sebanyak 160 spot
b. Pencegahan Stunting
Anggaran yang dikeluarkan sebesar Rp. 6.409.612.000.
Total TV Spot yang ditayangkan sebanyak 1.200 kali tayang selama 25 hari (5-29
Agustus 2019), dengan rincian sebagai berikut:
- TVRI menayangkan spot sebanyak 175 spot
- RCTI menayangkan spot sebanyak 175 spot
- Indosiar menayangkan sebanyak 175 spot
- Trans TV menayangkan sebanyak 175 spot
- Trans7 menayangkan sebanyak 175 spot
- Global TV menayangkan sebanyak 175 spot
- TV One menayangkan sebanyak 150 spot
c. Remaja Putri Minum Tablet Tambah Darah
Anggaran yang dikeluarkan sebesar Rp. 6.112.524.000.
Penayangan Televisi
Total TV Spot yang ditayangkan selama 24 hari (2-25 September 2019) sebanyak
1.272 kali tayang, dengan rincian sebagai berikut:
- TVRI menayangkan sebanyak 264 spot
- RCTI menayangkan sebanyak 168 spot
- MNC TV menayangkan sebanyak 168 spot
- Trans TV menayangkan sebanyak 168 spot
- Trans7 menayangkan sebanyak 168 spot
- Global TV menayangkan sebanyak 168 spot
- Metro TV menayangkan sebanyak 168 spot
66
d. Isi Piringku
Anggaran yang dikeluarkan sebesar Rp. 6.198.720.000
Penayangan Televisi
Total TV Spot yang ditayangkan selama 24 hari (1-24 September 2019) sebanyak
1.272 kali tayang, dengan rincian sebagai berikut:
- TVRI menayangkan sebanyak 264 spot
- RCTI menayangkan sebanyak 168 spot
- MNC TV menayangkan sebanyak 168 spot
- Trans TV menayangkan sebanyak 168 spot
- Trans7 menayangkan sebanyak 168 spot
- Global TV menayangkan sebanyak 168 spot
- Metro TV menayangkan sebanyak 168 spot
e. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
Anggaran yang dikeluarkan sebesar Rp. 6.175.730.000.
Penayangan Televisi
Total TV Spot yang ditayangkan sebanyak 1.242 kali tayang selama 23 hari
(November 2019), dengan rincian sebagai berikut:
- TVRI menayangkan spot sebanyak 230 spot
- RCTI menayangkan spot sebanyak 184 spot
- MNC TV menayangkan sebanyak 184 spot
- Trans TV menayangkan sebanyak 161 spot
- Trans7 menayangkan sebanyak 161 spot
- Global TV menayangkan sebanyak 161 spot
- Metro TV menayangkan sebanyak 161 spot
• Outcome
Tersebarluasnya informasi kepada masyarakat tentang Program Prioritas Kementerian
Kesehatan melalui media elektronik (TV).
• Benefit
67
Diharapkan penyebarluasan informasi melalui media elektronik dapat mendukung
keberhasilan Kampanye Germas kepada masyarakat umum.
• Impact
Terwujudnya masyarakat yang dapat berperilaku hidup sehat, mengatasi masalah
kesehatan secara mandiri berperan aktif dalam setiap pembangunan kesehatan, serta
dapat menjadi penggerak dalam mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan.
• Hambatan
Lelang sampai diulang sebanyak 3 kali karena:
- Adanya permintaan Itjen untuk penambahan PPN 10%
- Adanya kenaikan harga yang signifikan di awal tahun 2019, sehingga penawaran tidak
sesuai spesifikasi yang diminta
- Para peserta gagal teknis
• Solusi
- Revisi harga dengan menambahkan PPN 10%
- Merevisi spesifikasi merujuk pada daftar kenaikan harga
• Dokumentasi
2. Penyebarluasan Informasi melalui Berbagai Media
• Input
Kegiatan ini merupakan penyebarluasan informasi kesehatan yang merupakan bagian
dari kampanye hidup sehat. Kampanye ini dilakukan secara kontraktual dengan
sasaran masyarakat umum. Total anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatan ini sebesar
Rp 5.696.515.000. Kegiatan ini dilakukan di Jakarta.
• Output
Adanya penyebarluasan informasi kesehatan melalui berbagai media, yaitu:
- Train branding di kereta jarak jauh dan commuter line
68
- Penayangan pesan di LED di wilayah TMII, Pakubuwono, Sisingamangaraja, Plaza
Atrium
- Penerbitan artikel di Koran Kompas
- Penayangan top banner di Kompas.id
• Outcome
Tersebarluasnya informasi kepada masyarakat tentang Program Prioritas Kementerian
Kesehatan melalui berbagai media.
• Benefit
Penyebarluasan informasi kesehatan melalui berbagai media diharapkan dapat
mendukung keberhasilan kampanye tema prioritas nasional, dengan adanya
peningkatan pengetahuan dan awareness masyarakat mengenai hidup sehat dan
program prioritas nasional.
• Impact
Terwujudnya perubahan perilaku masyarakat yang sehat yang akhirnya dapat
mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dan berperan aktif dalam setiap
pembangunan kesehatan, serta dapat menjadi penggerak dalam mewujudkan
pembangunan berwawasan kesehatan.
• Hambatan
Lelang agak terhambat karena kegiatan ini merupakan permintaan baru untuk
menambahkan kampanye melalui berbagai media.
• Solusi
Revisi POK.
• Dokumentasi
Train branding di kereta jarak jauh dan commuter line
69
3. Penyebarluasan Informasi melalui Pameran Kesehatan (Skala Besar dan Sedang)
• Input
Kegiatan ini berbentuk kontraktual yang dilakukan dalam rangka mendukung program
prioritas nasional Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Sasaran dari kegiatan ini adalah
masyarakat umum, adapun sebagian besar lokasinya di Jakarta, kecuali Pameran
Rakerkesnas dan HKN di ICE BSD Tangerang Banten, Pameran Harganas di Kota Baru
Kalimantan Selatan, serta Pameran Sail Nias di Nias Selatan Sumatera Utara. Realisasi
anggaran dalam pameran tersebut sebesar Rp. 1.853.755.000,-.
• Output
Adanya penyebarluasan informasi melalui pameran kesehatan sebagai berikut:
a. Pameran Rakerkesnas
b. Pameran Harganas
c. Pameran Hari Kesehatan Nasional
d. Pameran Mudik Sehat Natal dan Tahun Baru
e. Pameran Ngabuburit Sehat
f. Pameran Hari Raya Idul Fitri 1440 H
g. Pameran Edu Health Fair
h. Pameran Sail Nias
i. Pameran Zona Ceria “Germas Goes To School”
70
j. Pameran HUT Lalu Lintas, Kemnaskes dan Ormas-Dunia Usaha-Poltekkes
k. Pameran Acara Puncak HKN
• Outcome
Diharapkan tersebarluasnya informasi kepada masyarakat tentang Program Prioritas
Kementerian Kesehatan melalui pameran kesehatan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
• Benefit
Diharapkan penyebarluasan informasi melalui pameran kesehatan ini dapat
mendukung keberhasilan Kampanye Germas kepada masyarakat umum.
• Impact
Terwujudnya masyarakat yang dapat berperilaku hidup sehat, mengatasi masalah
kesehatan secara mandiri berperan aktif dalam setiap pembangunan kesehatan, serta
dapat menjadi penggerak dalam mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan.
• Hambatan
• Solusi
• Dokumentasi
PAMERAN RAPAT KERJA NASIONAL (RAKERKESNAS)
71
Permainan Pohon Germas dengan memberikan
pertanyaan tentang kesehatan
Permainan Puzzle Isi Piringku di Kampung Germas
PAMERAN HARI KELUARGA NASIONAL (HARGANAS)
Antusias Ibu-ibu TP PKK pada pesan-pesan
kesehatan di Stand Kemenkes
Permainan Puzzle
PAMERAN HARI KESEHATAN NASIONAL (HKN)
dr. Tan Shot Yen memberikan edukasi tentang Isi
Piringku kepada pengunjung pameran
Bu Dirjen Kesmas (Kiramencoba permainan Virtual
Games
PAMERAN MUDIK SEHAT NATAL DAN TAHUN BARU (NATARU)
72
Acara Mudik Sehat Natal dan Tahun Baru (Nataru) Petugas Dishub memberikan pesan kepada pemudik
untuk tetap berhati-hati selama perjalanan
NGABUBURIT SEHAT
Ngabuburit Sehat Bersama Menkes dan Menhub
dengan tema “ Mudik Aman, Selamat, Sehat Sampai
Tujuan”
Membagikan Takjil kepada para pengguna
transportasi kereta api di Stasiun Gambir
PAMERAN EDU HEALTH
Kunjungan Menkes di Stand Pameran Kementerian
Kesehatan
73
PAMERAN SAIL NIAS
Edukasi tentang nyamuk Games tanya jawab tentang kesehatan
PAMERAN ZONA CERIA “GERMAS GOES TO SCHOOL”
Pentas Seni di SDN Pademangan Timur 05 Seminar Parenting di SDN Rawa Barat 03
PAMERAN ACARA PUNCAK HKN
Lomba Karnaval Pesta Kostum Berbentuk Makanan
Sehat
Main Angklung Massal berjumlah 2.000 orang
74
4. Penyebarluasan Informasi melalui Pameran Kesehatan (Skala Kecil)
• Input
Kegiatan ini berbentuk swakelola yang dilakukan dalam rangka mendukung program
prioritas nasional Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Sasaran dari kegiatan ini adalah
masyarakat umum, adapun sebagian besar lokasinya di Jakarta, kecuali Pameran
Malaria Sedunia dan Hepatitis Sedunia di Sanur Bali, Pameran Rakerkesnas di ICE BSD
Tangerang Banten serta Pameran TB Sedunia di Tasikmalaya Jawa Barat. Realisasi
anggaran dalam pameran tersebut sebesar Rp. 596.490.000,-.
• Output
Adanya penyebarluasan informasi melalui pameran kesehatan sebagai berikut:
a. Pameran Hari Gizi Nasional
b. Pameran Rakerkesnas
c. Pameran GOIFEX
d. Pameran Pencegahan Stunting
e. Pameran Youth Town Hall
f. Pameran Hari TB Sedunia
g. Pameran Hari Malaria Sedunia
h. Pameran Hari Tanpa Tembakau Sedunia
i. Pameran Hari Hepatitis Sedunia
j. Pameran Pekan ASI Sedunia
k. Pameran Himpaudi
l. Pameran Hari Anak Nasional
• Outcome
Diharapkan tersebarluasnya informasi kepada masyarakat tentang Program Prioritas
Kementerian Kesehatan melalui pameran kesehatan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
75
• Benefit
Diharapkan penyebarluasan informasi melalui pameran kesehatan ini dapat
mendukung keberhasilan Kampanye Germas kepada masyarakat umum.
• Impact
Terwujudnya masyarakat yang dapat berperilaku hidup sehat, mengatasi masalah
kesehatan secara mandiri berperan aktif dalam setiap pembangunan kesehatan, serta
dapat menjadi penggerak dalam mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan.
• Hambatan
• Solusi
• Dokumentasi
PAMERAN HARI GIZI NASIONAL
PAMERAN GOIFEX
76
Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular
Pemberian Informasi Kesehatan Kepada Pengunjung
PAMERAN YOUTH TOWN HALL
HARI TB SEDUNIA
Antusias para santri bermain puzzle Isi Piringku di
Stand Pameran
Pemberian Informasi tentang Isi Piringku
PAMERAN HARI MALARIA SEDUNIA
PAMERAN HARI TANPA TEMBAKAU SEDUNIA
77
PAMERAN HARI HEPATITIS SEDUNIA
PAMERAN PEKAN ASI SEDUNIA
PAMERAN HIMPAUDI
PAMERAN HARI ANAK NASIONAL
5. Penyebaran Informasi Kesehatan melalui Media Luar Ruang di Tempat Umum
• Input
Kegiatan merupakan penyebarluasan informasi kesehatan yang merupakan bagian
dari kampanye hidup sehat. Anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatan ini sebesar Rp
2.505.250.000,- . Kegiatan ini dilakukan di Jakarta.
• Output
Adanya penyebarluasan informasi kesehatan melalui media luar ruang berupa:
a. LED Billboard
78
Penayangan dilakukan di 3 titik, yaitu: a) Sudirman Central selama 1 bulan (minimal
400 spot per hari), b) Plaza Semanggi selama 5 bulan (minimal 400 spot per hari),
dan c) Bandara Soekarno-Hatta selama 5 bulan (minimal 235 spot per hari).
b. Statis Broadcasting
Penayangan dilakukan di Stasiun Tanah Abang selama 5 bulan dengan tema yang
berbeda setiap bulannya.
• Outcome
Tersebarluasnya informasi kepada masyarakat tentang Program Prioritas Kementerian
Kesehatan melalui media luar ruang.
• Benefit
Penyebarluasan informasi kesehatan melalui media luar ruang diharapkan dapat
mendukung keberhasilan kampanye tema prioritas nasional, dengan adanya
peningkatan pengetahuan dan awareness masyarakat mengenai hidup sehat dan
program prioritas nasional.
• Impact
Terwujudnya perubahan perilaku masyarakat yang sehat yang akhirnya dapat
mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dan berperan aktif dalam setiap
pembangunan kesehatan, serta dapat menjadi penggerak dalam mewujudkan
pembangunan berwawasan kesehatan.
• Hambatan
Tidak ada.
• Solusi
Tidak ada.
• Dokumentasi
Penayangan melalui LED Billboard
79
Penayangan melalui TVC Commuterline
6. Penyebaran Informasi Kesehatan melalui Media Luar Ruang di Lingkungan Kementerian
Kesehatan
• Input
Kegiatan ini merupakan penyebarluasan informasi kesehatan yang merupakan bagian
dari kampanye hidup sehat. Total anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatan ini
sebesar Rp 90.000.000. (tanya bela)
80
• Output
Adanya penyebarluasan informasi kesehatan melalui media luar ruang di lingkungan
Kementerian Kesehatan berupa spanduk, umbul-umbul, backdrop, neon box dalam
rangka mendukung hari-hari kesehatan serta kegiatan prioritas Kementerian
Kesehatan lainnya. Tema yang diangkat yaitu:
- Hari Gizi Nasional
- Hari Kesehatan Kerja
- Hari Kesehatan Jiwa
- Pekan ASI Sedunia
- Hari Hepatitis Sedunia
- HUT RI
- Tema-tema terkait stunting
- Aktivitas fisik
- Hari Olahraga Nasional
- Tema-tema terkait Germas
• Outcome
Tersebarluasnya informasi kepada masyarakat, utamanya di lingkungan Kementerian
Kesehatan, tentang hari-hari kesehatan serta Program Prioritas Kementerian
Kesehatan melalui media luar ruang.
• Benefit
Penyebarluasan informasi kesehatan melalui media luar ruang diharapkan dapat
mendukung keberhasilan kampanye tema prioritas nasional, dengan adanya
peningkatan pengetahuan dan awareness masyarakat mengenai hidup sehat dan
program prioritas nasional. Selain itu juga untuk mendukung hari-hari kesehatan di
tahun 2019.
• Impact
Terwujudnya perubahan perilaku masyarakat yang sehat yang akhirnya dapat
mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dan berperan aktif dalam setiap
81
pembangunan kesehatan, serta dapat menjadi penggerak dalam mewujudkan
pembangunan berwawasan kesehatan.
• Hambatan
Tidak ada.
• Solusi
Tidak ada.
• Dokumentasi
7. Penyebaran Informasi Kesehatan melalui Media Lainnya
• Input
82
Kegiatan ini merupakan penyebarluasan informasi kesehatan yang merupakan bagian
dari kampanye hidup sehat. Total anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatan ini
sebesar Rp 1.000.000.000.
• Output
Adanya penyebarluasan informasi kesehatan melalui berbagai media, yaitu melalui:
- Koran Kompas
- Radio untuk pesan mudik
- TVC Alfamart
- Body branding kereta
- LED billboard
• Outcome
Tersebarluasnya informasi kepada masyarakat tentang Program Prioritas Kementerian
Kesehatan melalui berbagai media.
• Benefit
Penyebarluasan informasi kesehatan melalui media lainnya diharapkan dapat
mendukung keberhasilan kampanye tema prioritas nasional, dengan adanya
peningkatan pengetahuan dan awareness masyarakat mengenai hidup sehat dan
program prioritas nasional.
• Impact
Terwujudnya perubahan perilaku masyarakat yang sehat yang akhirnya dapat
mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dan berperan aktif dalam setiap
pembangunan kesehatan, serta dapat menjadi penggerak dalam mewujudkan
pembangunan berwawasan kesehatan.
• Hambatan
Penyiapan materi, terutama untuk artikel di Kompas yang agak lama dikarenakan
kesibukan.
• Solusi
Mengatur jadwal supaya terbit/tayang tepat waktu.
83
• Dokumentasi
8. Penyusunan Materi Perubahan Perilaku Terkait Stunting
9.
III. Sub Direktorat Potensi dan Sumber Daya Promosi Kesehatan
1. Intervensi Promosi Kesehatan dalam PIS-PK)
• Input
Kegiatan dilakukan dengan metode swakelola dan kontraktual, yang terdiri atas:
- Penyusunan Pedoman Intervensi Promosi Kesehatan dalam PIS-PK
Penyusunan pedoman dilakukan dengan melibatkan lintas program dan lintas
sektor terkait. Pedoman bertujuan sebagai acuan petugas Puskesmas, khususnya
tenaga promosi kesehatan, dalam merencanakan, melaksanakan, memantau dan
menilai kegiatan promosi kesehatan dalam meningkatkan Indeks Individu Sehat
dan Indeks Keluarga Sehat.
Sasaran pengguna pedoman teknis ini adalah petugas puskesmas, terutama
Pembina wilayah PIS-PK Desa/Kelurahan, petugas puskesmas pembantu, bidan di
Poskesdes/Desa serta Tim Pendamping Pemberdayaan Masyarakat di
Desa/Kelurahan
- Pengembangan Model Intervensi Promosi Kesehatan dalam PIS-PK
Kegiatan tersebut bertujuan memandirikan keluarga untuk mengenai dan
menyelesaikan permasalahan kesehatannya serta meningkatkan peran
masyarakat dalam pembangunan kesehatan di wilayahnya.
Pengembangan model dilakukan di Kota Tangerang Selatan, dengan sasaran 50 KK
yang berada di RT 01, Kecamatan Pondok Benda
• Output
- Adanya Pedoman Intervensi Promosi Kesehatan dalam PIS-PK
- Adanya lokasi percontohan/model intervensi promosi kesehatan dalam PIS-PK
• Outcome
Meningkatkan Indeks Individu Sehat, Indeks Keluarga Sehat, dan Indeks Tatanan Sehat
• Benefit
Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat
84
• Impact
Terwujudnya desa/kelurahan sehat, kecamatan sehat, menuju Indonesia Sehat
• Hambatan
PIS-PK merupakan program besar Kementerian Kesehatan yang melibatkan banyak
lintas program baik di tingkat pusat maupun daerah, sehingga penyusunan pedoman
dan pengembangan model intervensi membutuhkan koordinasi serta integrasi lintas
program terkait. Karena banyaknya lintas program yang harus terlibat memberikan
masukan dan tanggapan, proses penyusunan pedoman membutuhkan waktu cukup
lama.
• Alternatif Solusi
Pembahasan pedoman diawali dengan memberikan draft/bahan terlebih dahulu
kepada lintas program terkait agar dapat dipelajari terlebih dahulu sebelum pertemuan
pembahasan dilakukan. Mekanisme perolehan tanggapan dan masukan dari lintas
program terkait pasca pertemuan pembahasan dilakukan dengan menghubungi secara
berkala masing-masing peserta yang hadir pada pertemuan sebelumnya.
• Dokumentasi
MODEL INTERVENSI PROMOSI KESEHATAN DALAM PIS-PK
PENYUSUNAN PEDOMAN PROMKES DALAM PIS-PK
85
2. Promosi Kesehatan di Sekolah
• Input
Kegiatan dilakukan dengan metode swakelola dan kontraktual, dengan rincian kegiatan
sebagai berikut
- Penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan promosi kesehatan di sekolah
Kegiatan dilaksanakan dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait.
- Lokakarya Promosi Kesehatan di Sekolah
Sasaran lokakarya adalah kepala sekolah/guru, peserta didik, TP UKS tingkat
Kecamatan, petugas Puskesmas (Promkes/UKS) dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota (Promkes/Penanggungjawab UKS).
Lokakarya diarahkan untuk meningkatkan kapasitas penyelenggara promosi
kesehatan di sekolah agar dapat memahami konsep promosi kesehatan di sekolah
serta memiliki kemampuan untuk melakukan pengembangan, pelaksanaan dan
pemantauan/penilaian.
- Pengembangan Model Intervensi Promosi Kesehatan di Sekolah
Kegiatan dilaksanakan di Kabupaten Bogor, dengan sasaran SMAN 1 Babakan
Madang dan SMPN 1 Bojong Gede.
Kegiatan bertujuan untuk mendapatkan suatu model sekolah yang menerapkan
promosi kesehatan di sekolah yang berdampak pada meningkatnya PHBS di
sekolah
- Sistem Informasi Promosi Kesehatan di Sekolah
Sistem bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi penyelenggaraan
promosi kesehatan di sekolah/madrasah serta penilaian PHBS di
sekolah/madrasah, serta strata promosi kesehatan di sekolah
• Output
- Adanya pedoman teknis promosi kesehatan di sekolah
- Terselenggaranya lokakarya promosi kesehatan di sekolah
- Adanya sekolah model intervensi promosi kesehatan di sekolah
- Adanya sistem informasi promosi kesehatan di sekolah
• Outcome
Meningkatnya kapasitas penyelenggara promosi kesehatan di sekolah
86
• Benefit
Meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di sekolah/madrasah
• Impact
Terwujudnya masyarakat sekolah yang sehat, mandiri, dan berperan aktif dalam
menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat sekolah
• Hambatan
Sekolah sebagai satuan pendidikan telah memiliki sistem pendidikan dan kurikulum
pembelajaran yang harus dijalankan
• Alternatif Solusi
Promosi kesehatan di sekolah dikembangkan berdasarkan kondisi dan kebutuhan
sekolah, serta diintegrasikan dengan mempertimbangkan sistem dan kurikulum yang
ada sehingga penyelenggaraan promosi kesehatan di sekolah dapat diimplementasikan
secara efektif dan tepat sasaran.
• Dokumentasi
3. Pesantren Sehat
• Input
Kegiatan dilakukan dengan metode kontraktual dan swakelola, yang terdiri atas
- Lokakarya Pesantren Sehat di 15 Kabupaten/Kota, yaitu Bener Meriah, Padang
Pariaman, Pasaman Barat, Payakumbuh, Kota Metro, Lampung Tengah,
LOKAKARYA PROMOSI KESEHATAN DI SEKOLAH
MODEL INTERVENSI PROMOSI KESEHATAN DI SEKOLAH
87
Pandeglang, Garut, Kendal, Pati, Malang, Ponorogo, Ngawi, Sleman, dan Gunung
Kidul.
Lokakarya bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pengelola pesantren sehat
terkait konsep Pesantren Sehat dan kemampuan pesantren untuk
menyelenggarakan pesantren sehat.
Sasaran lokakarya adalah pimpinan pesantren, ustad/ustadzah, santri, Kepala
Desa/Lurah, petugas puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
- Pengembangan Sistem Informasi Promosi Kesehatan di Pesantren (Simkestren)
yang bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi penyelenggaraan
pesantren sehat serta penilaian PHBS di pesantren
• Output
Terselenggaranya lokakarya pesantren sehat bagi 45 pesantren yang tersebar di 15
kabupaten/kota
• Outcome
Meningkatnya kapasitas pengelola pesantren sehat
• Benefit
Meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat pesantren
• Impact
Terwujudnya masyarakat pesantren yang sehat secara mandiri serta berperan aktif
dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat pesantren
• Hambatan
Penyelenggaraan pesantren sehat tidak hanya menjadi tanggung jawab pesantren dan
sektor kesehatan tetapi juga memerlukan dukungan dan bantuan dari sektor terkait
lainnya
• Alternatif Solusi
Pelibatan lintas sektor terkait seperti Kemenag baik di tingkat pusat hingga daerah,
puskesmas setempat, kepala desa/lurah setempat dalam pelaksanaan lokakarya
pesantren sehat sehingga lintas sektor terkait dapat terlibat langsung dan
menindaklanjuti penyelenggaraan pesantren sehat pasca kegiatan lokakarya.
• Dokumentasi
MATERI PENYELENGGARAAN PESANTREN SEHAT
88
4. Pertemuan Nasional Penguatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
• Input
Kegiatan dilakukan dengan metode swakelola menggunakan DIPA APBN Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun Anggaran 2019. Pelaksana
kegiatan ditetapkan melalui SK Panitia Penyelenggara Pertemuan Nomor
PR.02.02/5/8179/2019 tanggal 8 November 2019.
Kegiatan dilakukan di Hotel Harris Bandung pada tanggal 25-28 November 2019
dengan peserta berjumlah 619 orang yang terdiri atas peserta pusat, peserta provinsi,
dan peserta dari 155 kabupaten/kota terpilih.
89
Peserta pusat berasal dari lintas program. Peserta provinsi terdiri atas Kepala Bidang
Kesehatan Masyarakat (1 orang), Kepala Seksi Promosi Kesehatan (1 orang) dan
jabfung Penyuluh Kesehatan Masyarakat / pengelola promkes masing-masing 1
orang.
Peserta Kabupaten/Kota terdiri dari dari Kepala Bappeda, Kepala Bidang Kesehatan
Masyarakat dan Kepala Seksi Promosi Kesehatan masing-masing 1 orang.
• Output
Terlaksananya pertemuan sinergisme pusat dan daerah, baik provinsi maupun
kabupaten/kota dalam rangka menjaga konsistensi dan kontinuitas pencapaian
indikator kinerja promosi kesehatan tahun 2020-2024
• Outcome
- Adanya usulan lokasi fokus binaan Germas dari provinsi. Masing-masing dua
kabupaten/kota per provinsi untuk tahun 2020
- Adanya pedoman/regulasi/rekomendasi GERMAS bagi Kementerian Lembaga
• Benefit
Meningkatkan komitmen dan peran kepala daerah dan pimpinan OPD dalam
menerapkan kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
• Impact
Penerapan kebijakan Germas yang didukung oleh pemerintah daerah dapat
mendorong masyarakat untuk berperilaku hidup sehat
• Hambatan
Karena waktu persiapan pelaksanaan kegiatan yang minim dengan penentuan waktu
pelaksanaan yang mepet, tidak semua Kepala Bappeda dapat hadir
• Alternatif Solusi
Mendorong komitmen peserta Dinkes yang hadir untuk dapat menyampaikan dan
menindaklanjuti penerapan kebijakan Germas bersama dengan Bappeda setempat
• Dokumentasi
90
91
92
5. Intervensi Promosi Kesehatan Dalam Pencegahan Stunting Melalui Pendidikan Gizi Bagi
Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Ibu Balita
• Input
Kegiatan dilakukan dengan metode swakelola kontraktual menggunakan DIPA APBN
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun Anggaran 2019.
Intervensi Promosi Kesehatan melalui Pendidikan Gizi Bagi Ibu Hamil, Ibu Menyusui,
dan Ibu Balita dilakukan dengan kerjasama dengan 10 Perguruan Tinggi di 17
Kabupaten dengan 93 desa.
Kegiatan dilakukan atas dasar Surat Keputusan Penetapan Perjanjian Kerja Sama
Swakelola Antara Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
dengan Perguruan Tinggi Negeri dalam Peningkatan Pencapaian Sustainable
Development Goals 2,3,5 dan 6 dengan Nomor HK.03.01/3/7863/2019 tanggal 28
Oktober 2019.
Daftar Nama Perguruan Tinggi, Lokasi dan Jumlah Desa pelaksanaan Pendidikan Gizi
Tahun 2019
No Perguruan Tinggi Nama Kabupaten Jumlah Desa
1 Universitas Gadjah Mada 1. Lombok Barat 5
2. Lombok Tengah 5
2 Universitas Airlangga 3. Jember 5
3 Universitas Padjajaran 4. Majalengka 10
4 Universitas Diponegoro 5. Blora 6
6. Grobogan 6
5 Institut Pertanian Bogor 7. Cianjur 5
8. Bandung Barat 5
6 Universitas Andalas 9. Pasaman 5
10. Pasaman Barat 5
7 Universitas Lampung 11. Tanggamus 5
12. Lampung Tengah 5
8 Universitas Lambung
Mangkurat
13. Hulu Sungai Utara 5
14. Tanah Bumbu 5
9 Universitas Sriwijaya 15. Ogan Komering Ilir 5
16. Muara Enim 5
10 Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah
17. Gianyar 6
Jumlah desa 93
93
Pada awal kegiatan, dilakukan pertemuan Orientasi Kader di Tingkat Kabupaten yang
bertujuan untuk koordinasi lintas sektor, persiapan pelaksanaan di tingkat desa,
penyiapan materi dan media yang diperlukan, serta bimbingan teknis pelaksanaan
kegiatan di tingkat desa, penyamaan persepsi dan pembagian tugas dalam
pelaksanaan kegiatan di desa. Adapun rangkaian kegiatan di masing-masing desa
terdiri dari:
a. Pertemuan lintas sektor tingkat desa, yang bertujuan untuk meminta komitmen
kepala desa dan lintas sektor dalam penanggulangan stunting di desa.
b. Pemberian informasi dan edukasi kesehatan kepada kelompok sasaran dengan
materi perilaku pencegahan stunting, seperti pemberian ASI eksklusif,
pemberian MP-ASI, cuci tangan pakai sabun di air mengalir, penggunaan
jamban sehat, penggunaan air bersih, konsumsi makan dengan porsi Isi
Piringku, pengolahan makanan sehat, pemenuhan kebutuhan bahan pangan
lokal dengan pemanfaatan lahan pekarangan dan kolam ikan, serta
penggunaan buku KIA dan pola asuh anak.
c. Praktik menyusun menu dan menyiapkan makanan untuk ibu hamil, ibu
menyusui, dan balita
d. Lomba memasak menu untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan balita
e. Pertemuan evaluasi dan tindak lanjut pasca pelaksanaan kegiatan pendidikan
gizi bersama dengan lintas sektor terkait di tingkat desa
• Output
Terlaksananya intervensi promosi kesehatan dalam pencegahan stunting melalui
pendidikan gizi bagi ibu hamil, ibu menyusui dan ibu balita di 97 Desa lokus stunting
• Outcome
- Meningkatnya pengetahuan ibu hamil, ibu menyusui dan ibu balita dalam perilaku
hidup sehat dan perilaku pencegahan stunting
- Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan dalam mempersiapkan dan
menyediakan menu gizi seimbang makanan lokal untuk ibu hamil, ibu menyusui
dan balita.
- Meningkatnya asupan gizi ibu hamil, ibu menyusui dan balita melalui penyediaan
konsumsi pangan sesuai prinsip gizi seimbang melalui pemanfaatan bahan pangan
lokal.
- Meningkatnya komitmen perangkat desa dalam peningkatan asupan gizi ibu
hamil, ibu menyusui dan balita melalui pengorganisasian sesuai rencana tindak
lanjut pelaksanaan intervensi promkes dalam pendidikan gizi
94
• Benefit
Mendorong terwujudnya masyarakat yang sadar gizi dalam rangka penurunan
stunting
• Impact
Menurunkan angka stunting di Indonesia
• Hambatan
Diperlukan waktu yang cukup lama dalam mendesain konsep dan metode
pelaksanaan kegiatan sehingga waktu pelaksanaan kegiatan menjadi cukup singkat
• Alternatif Solusi
- Pelibatan perguruan tinggi dalam pelaksanaan kegiatan
- Penyusunan petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan sebagai acuan pelaksanaan
kegiatan
• Dokumentasi
95
96
6. Orientasi Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dalam Percepatan Pencegahan Stunting
• Input
Kegiatan dilakukan dengan metode swakelola yang bersumber dari DIPA Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun Anggaran 2019. Kegiatan
dilaksanakan di 30 kabupaten/kota lokus stunting di 19 provinsi, yaitu:
97
1) Kab. Aceh Timur, Prov. Aceh
2) Kab. Langkat, Prov. Sumatera Utara
3) Kota Gunung Sitoli, Prov. Sumatera Utara
4) Kab. Solok, Prov. Sumatera Barat
5) Kab. Tanjung Jabung Timur, Prov. Jambi
6) Kab. Lampung Tengah, Prov. Lampung
7) Kab. Pandeglang, Prov. Banten
8) Kab. Tasikmalaya, Prov. Jawa Barat
9) Kab. Sumedang, Prov. Jawa Barat
10) Kab. Brebes, Prov. Jawa Tengah
11) Kab. Grobogan, Prov. Jawa Tengah
12) Kab. Banyumas, Prov. Jawa Tengah
13) Kab. Malang, Prov. Jawa Timur
14) Kab. Pamekasan, Prov. Jawa Timur
15) Kab. Trenggalek, Prov. Jawa Timur
16) Kab. Sintang, Prov. Kalimantan Barat
17) Kab. Kapuas, Prov. Kalimantan Tengah
18) Kab. Lombok Barat, Prov. NTB
19) Kab. Lombok Tengah, Prov. NTB
20) Kab. Rote Ndao, Prov. NTT
21) Kab. Sumba Timur, Prov. NTT
22) Kab. Sumba Barat, Prov. NTT
23) Kab. Majene, Prov. Sulawesi Barat
24) Kab. Enrekang, Prov. Sulawesi Selatan
25) Kab. Bone, Prov. Sulawesi Selatan
26) Kab. Mamuju, Prov. Sulawesi Selatan
27) Kab. Gorontalo, Prov. Gorontalo
28) Kab. Halmahera Selatan, Prov. Maluku Utara
29) Kab. Yapen, Prov. Papua
30) Kab. Sorong Selatan, Prov. Papua Barat
Sasaran kegiatan di masing-masing kabupaten/kota adalah 50 orang peserta yang
terdiri atas petugas promosi kesehatan, gizi, kesehatan lingkungan, bidan
koordinator/KIA dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas setempat.
• Output
Terlaksananya orientasi Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dalam percepatan
pencegahan stunting bagi 50 tenaga Puskesmas di 30 Kabupaten/Kota lokus stunting
98
• Outcome
- Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan tenaga kesehatan untuk
melakukan KAP bagi masyarakat
- Meningkatnya kapasitas tenaga Puskesmas dalam melakukan fasilitasi KAP
bagi kader kesehatan
• Benefit
Mendorong perilaku pencegahan stunting di masyarakat
• Impact
Mendorong percepatan pencegahan stunting di 30 kabupaten/kota lokus stunting
• Hambatan
- Waktu pelaksanaan orientasi yang singkat selama 2 hari efektif (pagi hingga
malam) dengan materi yang cukup banyak dan praktik kerja lapangan (PKL)
dirasa kurang efektif dan cukup melelahkan
- Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan di Puskesmas
mengharuskan peserta berpindah dari tempat pertemuan menuju Puskesmas
dirasa kurang efektif
• Alternatif Solusi
- Meninjau ulang dan memodifikasi jadwal pelaksanaan orientasi KAP sesuai
dengan kondisi dan situasi di lokasi kegiatan, termasuk mempertimbangkan
jarak antara lokasi PKL dan tempat pertemuan.
- Memodifikasi orientasi KAP yang semula berbentuk pertemuan menjadi
pelatihan untuk perencanaan kegiatan pada tahun anggaran berikutnya
• Dokumentasi
99
7. Pertemuan Workshop Kampus Sehat
• Input
Kegiatan dilakukan dengan metode swakelola menggunakan DIPA APBN Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun Anggaran 2019.
Kegiatan dilakukan di Hotel Margo Depok pada tanggal 10-12 Desember 2019 dengan
target peserta yang terdiri atas peserta lintas program di tingkat pusat, 28 perguruan
tinggi negeri dan 31 politeknik kesehatan.
• Output
Terlaksananya pertemuan workshop penyelenggaraan kampus sehat
• Outcome
Adanya rencana implementasi kampus sehat di tiap perguruan tinggi negeri dan
politeknik kesehatan yang hadir
100
• Benefit
Mendorong perilaku kesehatan warga kampus
• Impact
Mendorong penerapan kebijakan Germas melalui penyelenggaraan kampus sehat
• Hambatan
Kampus sehat merupakan kegiatan yang baru dikembangkan oleh Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat sehingga diperlukan penyusunan konsep
dan strategi pengembangan yang jelas dengan melibatkan perguruan tinggi serta
lintas program dan lintas sektor terkait.
• Alternatif Solusi
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat sedang dan masih
melakukan penyusunan konsep dan strategi pengembangan kampus sehat bekerja
sama dengan perguruan tinggi serta lintas program dan lintas sektor terkait
• Dokumentasi
101
IV. Sub Direktorat Advokasi dan Kemitraan Kesehatan
1. Advokasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) Kerjasama dengan Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Provinsi Kalimantan Selatan
• Input
Kegiatan ini berbentuk kontraktual dengan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat Provinsi Kalimantan Selatan. Dalam mendukung RPJMN 2020-2024 GERMAS
menjadi salah satu strategi dan indikator dalam meningkatkan komitmen pemerintah
daerah dalam pembagunan kesehatan. Tujuannya untuk memperoleh komitmen
daerah dalam pelaksanaan GERMAS. Bentuk kegiatan yang dilaksanakan berupa
Audiensi dan pertemuan Forum GERMAS. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Oktober-
Desember. Anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatan ini adalah Rp. 170.136.141,-
(kontraktual). Kegiatan dilakukan di Kabupaten Tabalong, Kabupaten Tanah Laut dan
Kabupaten Bajar.
• Output
Ouput dari Kegiatan Audiensi dan Forum GERMAS yaitu :
1. Terbentuknya Forum Germas di Kabupaten Tabalong dalam rangka percepatan
implementasi Germas di Kabupaten Tabalong.
2. Adanya Peraturan tentang Germas di Kabupaten Tabalong (Terlampir).
3. Adanya draft Rencana Tindak Laut terkait Implementasi Germas di Kabupaten Tanah
Laut dan Kabupaten Banjar (Terlampir).
• Outcome
Outcome dari Kegiatan Audiensi dan Forum GERMAS adalah meningkatnya dukungan
lintas sektor dalam pelaksanaan GERMAS, dimana semua pihak menjalankan tugas dan
fungsinya sesuai dengan SK Forkom GERMAS dan adanya komitmen untuk
melaksanakan rencana tindak lanjut yang telah sepakati.
• Benefit
Masyarakat dapat merasakan dampak dari adanya komitmen atau regulasi yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah, yaitu berupa lingkungan yang mendukung untuk
hidup sehat.
• Impact
Dampak yang diharapkan dengan adanya Kegiatan Audiensi dan Forum GERMAS yaitu:
102
1) Menurunkan beban penyakit menular dan penyakit tidak menular (baik kematian
maupun kecacatan) serta menurunkan angka prevalensi Stunting dan meningkatkan
cakupan imunisasi;
2) Menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena meningkatnya
penyakit;
3) Menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas penduduk; dan
4) Menghindarkan peningkatan beban finansial penduduk untuk pengeluaran
kesehatan
• Hambatan
Sulitnya mendapatkan jadwal dari para pembuat kebijakan di daerah terkait dengan
pelaksanaan advokasi yang dilakukan.
• Alternative Solusi 1) Meningkatkan koordinasi untuk penyesuaian waktu pelaksanaan advokasi 2) Memperpanjang waktu (jadwal) pelaksanaan advokasi
• Dokumentasi
Pelaksanaan Forum Komunikasi germas di Kabupaten Tabalon Pelaksanaan audiensi germas di Kabupaten Tabalong
Pelaksanaan forum komunikasi germas di Kabupaten Tanah
Laut
Pelaksanaan audiensi germas di Kabupaten Tanah Laut
103
Pelaksanaan audiensi germas di Kabupaten Banjar
Peraturan Bupati Kabupaten Tabalong tentang Pedoman
Pelaksanaan Germas
104
2. Model Intervensi Perokok Pemula “GenSTAR: GENERASI SEHAT TANPA ROKOK”
• Input
Kegiatan ini berbentuk kontraktual yang dilakukan dalam upaya pengendalian konsumsi
produk tembakau serta dalam rangka menurunkan prevalensi perokok pemula pada
anak dan remaja usia 10-18 tahun. Bentuk kegiatannya yaitu pengembangan model
intervensi peer group educator pada anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) melalui
Pelatihan Pendidik Sebaya Generasi Sehat Tanpa Rokok. Anggaran yang dikeluarkan
untuk kegiatan ini adalah Rp. 200.000.000,-. Lokus kegiatan tahun 2019 yaitu difokuskan
di 5 SMP (SMPN 1 Manggar, SMP 1 Simpang Pesak, SMP 4 Manggar, SMP 1 Dendang,
dan SMP 1 Gantung) Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepualuan Bangka dan
Belitung atau merupakan perluasan dari kegiatan yang sudah dilaksanakan pada tahun
2018. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2019.
• Output
Adanya trainer dan peer educator GenSTAR serta pelaksanaan edukasi pengendalian
merokok kepada teman sebaya tentang bahaya dan dampak merokok di Kabupaten
Bangka Belitung yang berasal dari 5 SMP di Kab, Belitung Timur.
• Outcome
Model ini mampu meningkatkan pengetahuan siswa mengenai bahaya dan ancaman
rokok dan membentuk sikap negatif siswa terhadap rokok serta meingkatkan
kemampuan menyuluh siswa kepada teman sebayanya.
• Benefit
Diharapkan adanya gerakan-gerakan di institusi pendidikan serta masyarakat serta
kerjasama adekuat antara sektor kesehatan dengan pendidikan untuk terlibat langsung
dalam pengendalian rokok di Indonesia, terutama penurunan angka perokok pemula.
Adanya model percontohan tentang intervensi penurunan angka perokok pemula
melalui pendidikan kelompok sebaya di sekolah.
• Impact
Adanya penurunan prevalensi perokok, terutama perokok pemula. Terwujudnya SDM
generasi penerus bangsa yang unggul dan berperilaku sehat tanpa rokok, serta
masyarakat yang berperan aktif dalam setiap pembangunan kesehatan, serta dapat
menjadi penggerak dalam mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan.
105
• Hambatan
Kegiatan ini belum tersosialisasikan dan belum direplikasi di provinsi/ kabupaten/ kota
lain.
• Alternative Solusi
Menyosialisasikan Kegiatan ini sehingga dapat direplikasi di provinsi/ kabupaten/ kota
lain.
• Dokumentasi
106
3. Pengembangan Model Pengendalian Rokok di Kalangan Anak dan Remaja Melalui
Retail/Warung di Kota Bogor dan Kota Depok Tahun 2019
• Input
Kegiatan ini berbentuk kontraktual yang dilakukan dalam rangka salah satu upaya
pemerintah untuk mencegah penjualan rokok pada remaja melalui retil/warung yaitu
dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah nomor 109 tahun 2012 tentang
Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi
Kesehatan. Anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatan ini adalah Rp. 200.000.000,-.
Kegiatan dilakukan di Kota Bogor dan Kota Depok pada bulan November-Desember
tahun 2019.
• Output
Adanya suatu lesson learned berbentuk video contoh retail/warung penjualan rokok
yang tidak mudah diakses oleh anak dan remaja
• Outcome
Terbentuknya suatu model pengendalian perokok pemula melalui retail/warung di Kota
Bogor dan Kota Depok
• Benefit
Diharapkan kegiatan ini menjadi terobosan dan dapat dijadikan suatu model
percontohan yang dapat diperluas ke daerah lainnya di Indonesia
• Impact
Diharapkan dapat mencegah perokok pemula yang berdampak dapat menurunkan
prevalensi perokok remaja usia 10-18 tahun di Indonesia, dan kepatuhan retil/warung
dalam pengendalian perokok pemula demi terwujudnya masyarakat yang dapat
berperilaku hidup sehat.
• Hambatan
Jadwal kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang padat pada akhir tahun
• Alternative Solusi
Meningkatkan koordinasi untuk penyesuaian waktu
107
• Dokumentasi Kegiatan
➢ Workshop dengan Management Point of Sales Kota Bogor dan Depok
➢ Shooting Video Kios Model Percontohan
108
4. Model Intervensi Pelarangan Iklan, Promosi dan Sponsorsip Produk Tembakau Pada
Sekitar Kawasan Tanpa Rokok
• Input
Kegiatan ini berbentuk kontraktual yang dilakukan dalam rangka salah satu upaya
pengendalian iklan promosi dan sponsor rokok di Kawasan Tanpa Rokok yaitu di Sekolah
dan Puskesmas sesuai Peraturan Pemerintah nomor 109 tahun 2012 tentang
Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi
Kesehatan. Anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatan ini adalah Rp. 169.015.277,-.
Kegiatan dilakukan di Kabupaten Sleman Provinsi DIY tahun 2019.
• Output
Adanya pemahaman stackholder di Sekolah dan Puskesmas bahwa iklan, promosi dan
sponsor rokok merupakan upaya industri rokok untuk meningkatkan penjualan rokok
• Outcome
Terbentuknya suatu model intervensi pengendalian perokok pemula melalui
pelarangan iklan, promosi dan sponsor rokok di Kawasan Tanpa Rokok khususnya
Sekolah dan Puskesmas
• Benefit
109
Diharapkan kegiatan ini menjadi terobosan dan dapat dijadikan suatu model
percontohan yang dapat diperluas ke daerah lainnya di Indonesia
• Impact
Diharapkan dapat mencegah perokok pemula yang berdampak dapat menurunkan
prevalensi perokok remaja usia 10-18 tahun di Indonesia, dan kepatuhan retil/warung
dalam pengendalian iklan, promosi dan sponsor rokok demi terwujudnya masyarakat
yang dapat berperilaku hidup sehat.
• Hambatan
Ketua MTCC berada di Jakarta sedangkan lokasi kegiatannya dan Tim administrasi MTCC
berada di Yogjakarta, sehingga terhambat koordinasi untuk penyelesaian administrasi
dan laporan.
• Alternative Solusi
Adanya Komitmen Tim Administrasi dari Yogjakarta ke Jakarta untuk menyelesaikan
administrasi dan laporan.
• Dokumentasi Kegiatan
110
5. Sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)
• Input
Kegiatan ini berbentuk swakelola dan kontraktual yang dilakukan dalam rangka
mendukung program prioritas nasional Gerakan Masyarakat Hidup Sehat serta Instuksi
Presiden Nomor 1 Tahun 2017 dan indikator capaian Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015 – 2019 yaitu Persentase Kabupaten/Kota yang Memiliki
Kebijakan PHBS. Anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatan ini adalah Rp.
18.651.215.641,- (swakelola) dan Rp. 4.701.147.000,- (kontraktual).
• Output
Ouput dari Kegiatan Sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yaitu:
Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang Gerakan Masyarakat Sehat
a. Komitmen tertulis yang ditandatangani oleh pemangku kepentingan dari pusat
hingga di daerah serta perwakilan masyarakat
b. Kebijakan terkait Germas berupa Instruksi, Surat Edaran Bupati/Walikota, dsb.
111
c. Hingga tanggal 24 November 2019 Kebijakan Germas yang sudah diterbitkan oleh
Pemerintah Daerah sejumlah 366 kebijakan yang tersebar di 31 Provinsi dan 241
Kabupaten/Kota.
• Outcome
Outcome dari Kegiatan Sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yaitu adalah
meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi masyarakat
tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
• Benefit
Manfaat dari Kegiatan Sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat adalah
Bagi Masyarakat: Sebagai sarana untuk mendapatkan akses informasi terkait
kesehatan, khususnya Germas
Bagi Pemerintah:
1) Sebagai sarana untuk memberikan akses informasi terkait kesehatan, khususnya
Germas
2) Sebagai sarana komunikasi terkait kesehatan khusus Germas antara masyarakat,
kader, toma, toga, kepala desa/lurah, petugas puskesmas, dinas kesehatan
kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi dan pusat.
3) Memperoleh gambaran terkait kegiatan Germas di daerah
4) Merencanakan kebijakan dan program kesehatan terkait dengan Germas sesuai
dengan kondisi di lapangan
• Impact
Dampak yang diharapkan dengan adanya Kegiatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
yaitu :
1) Menurunkan AKI, AKB;
2) Menurunkan beban penyakit menular dan penyakit tidak menular (baik kematian
maupun kecacatan) serta menurunkan angka prevalensi Stunting dan
meningkatkan cakupan imunisasi;
3) Menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena meningkatnya
penyakit;
5) Menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas penduduk; dan
6) Menghindarkan peningkatan beban finansial penduduk untuk pengeluaran
kesehatan.
• Hambatan
Hambatan dalam pelaksanaan GERMAS antara lain:
112
1) Jadwal mitra dan kepala Daerah yang berubah dari jadwal yang disepakati
2) Peserta yang hadir pada saat proses audiensi bukan pengambil keputusan
• Alternative Solusi
1) Lebih meningkatkan koordinasi terkait jadwal dan teknis
2) Memberikan penegasan terkait peserta undangan bahwa peserta yang hadir
sebaiknya yang dapat memberikan keputusan
• Dokumentasi
Sosialisasi Germas di Kota Halmahera Utara
113
Sosialisasi Germas di Kota Gorontalo
Sosialisasi Germas di Kota Tarakan
6. Penyusunan Buku Tiga Tahun Germas Lessons Learned
• Input
Kegiatan ini berbentuk kontraktual yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yang sudah berjalan selama 3 (tiga) tahun sejak
tahun 2016, dimana inovasi dan kendala dalam pelaksanaan Germas di daerah dapat
menjadi pembelajaran untuk pelaksanaan Germas tahun 2020 - 2024. Anggaran yang
dikeluarkan untuk kegiatan ini adalah Rp. 196.124.320,-. Kegiatan dilakukan di Jakarta.
• Output
Tersusunnya Buku Tiga Tahun Germas Lessons Learned.
• Outcome
Diharapkan inovasi dan kendala dalam implementasi Germas di daerah dapat menjadi
pembelajaran untuk pelaksanaan Germas tahun 2020 – 2024.
• Benefit
Diharapkan dari adanya pembelajaran daritahun-tahun sebelumnya dalam pelaksanaan
Germas, kedepan implementasi Germas di daerah dapat lebih inovatif dan semakin
banyak gerakan masyarakat yang muncul untuk hidup sehat.
• Impact
114
Terwujudnya masyarakat yang dapat berperilaku hidup sehat, mengatasi masalah
kesehatan secara mandiri berperan aktif dalam setiap pembangunan kesehatan, serta
dapat menjadi penggerak dalam mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan.
• Hambatan
Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini sangat sempit karena dilaksanakan
dipenghujung akhir tahun.
• Alternative Solusi
Sebaiknya dilakukan dipertengah tahun.
• Dokumentasi
7. Kegiatan Pengendalian Merokok
• Input
Kegiatan ini berbentuk pertemuan koordinasi dengan mitra potensial terkait antara lain
lintas program, lintas sektor, organisasi profesi dan LSM pengendalian tembakau,
Identifikasi dan survei gambar peringatan kesehatan bergambar dan Focus Group
Diskusi membahas pelarangan iklan rokok di internet serta pembahasan rokok isu
elektronik. Kegiatan ini dilakukan pada bulan Januari sd bulan Desember 2019.
• Output
115
1. Adanya rancangan gambar peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok
rotasi ketiga
2. Adanya rekomendasi pelarangan iklan rokok di internet dan kriteria pelarangan iklan
rokok di internet.
3. Adanya koordinasi dengan jejaring pengendalian tembakau.
• Outcome
Diharapkan adanya kebijakan nasional dan daerah untuk pengendalian tembakau.
• Benefit
Dengan adanya kebijakan yang mendukung pengendalian tembakau diharapkan
Diharapkan adanya gerakan-gerakan masyarakat di tingkat nasional dan daerah untuk
untuk terlibat langsung dalam pengendalian tembakau di Indonesia.
• Impact
Menurunnya angka perokok pemula, prevalensi merokok pada dewasa dan angka
penyakit tidak menular.
• Hambatan
Kurang dukungan dari Lintas Sektor
• Alternative Solusi
Meningkatkan koordinasi dengan LS dan LP
• Dokumentasi
116
8. Kegiatan Evaluasi Program Prioritas Kesehatan di Sulawesi Utara
• Input Kegiatan ini berbentuk swakelola dan kontraktual dalam sebagai upaya penguatan dan
mengoptimalkan capaian program kesehatan. Untuk itu. Evalusi pelaksanaan program
kesehatan di tingkat provinsi Sulawesi Utara, untuk mengetahui capaian, evaluasi,
tantangan dan kendala serta untuk mengeksplorasi inovasi-inovasi atau praktik baik
pelaksanaan program kesehatan untuk kemudian dihasilkan rekomendasi untuk
penguatan pelaksanaan program. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal. 28
November- 1 Desember 2019.Anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatan ini adalah
571.978.000 (Kontraktual) dan 414.307.697 (Swakelola), kegiatan ini dilaksanakan di
di Hotel Four Point Manado.
• Output 1. Terlaksananya evaluasi pelaksanaan program kesehatan di tingkat provinsi
Sulawesi Utara dan tingkat Kabupaten/Kota
2. Adanya data capaian pelaksanaan program kesehatan (kesehatan masyarakat,
P2P, pelayanan kesehatan) di tingkat provinsi Sulawesi Utara dan tingkat
Kabupaten/Kota
3. Teridentifikasi inovasi-inovasi praktik baik dan program unggulan program
kesehatan di tingkat provinsi Sulawesi Utara dan tingkat Kabupaten/Kota
4. Pendalaman saran dan masukan penguatan pelaksanaan program kesehatan di
tingkat provinsi Sulawesi Utara dan tingkat Kabupaten/Kota
5. Penilaian
117
• Outcome Outcome dari Kegiatan Evaluasi Program Kesehatan Sulawesi Utara yaitu untuk
mengetahui capaian, evaluasi, tantangan dan kendala serta untuk mengeksplorasi
inovasi-inovasi atau praktik baik pelaksanaan program kesehatan untuk kemudian
dihasilkan rekomendasi
• Benefit Manfaat dari Evaluasi Program Kesehatan Sulawesi Utara adalah
1. Pendalaman informasi mekanisme dan capaian pelaksanaan Program Kesehatan di
Sulawesi Utara;
2. Identifikasi inovasi-inovasi praktik baik dan program unggulan Program Kesehatan
di Sulawesi Utara;
3. Pendalaman informasi tentang tantangan dan hambatan dalam pelaksanaan
Program Kesehatan di Sulawesi Utara;
4. Identifikasi permasalahan dan kendala dalam koordinasi lintas sektor pelaksanaan
Program Kesehatan di Sulawesi Utara;
5. Pemetaan tingkat pelaksanaan Program Kesehatan di Sulawesi Utara dan hasil
evaluasinya; dan
6. Pendalaman saran dan masukan penguatan pelaksanaan Program Kesehatan di
Sulawesi Utara ke depan.
• Impact Dampak yang diharapkan dengan adanya Kegiatan Evaluasi Program Kesehatan
Sulawesi Utara yaitu :
Adanya rekomendasi yang dapat dijadikan acuan untuk program kesehatan, sehingga
penangulangan masalah kesehatan dapat lebih komprehensif baik promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif, melalui pendekatan keluarga maupun pendekatan
multi sektor.
• Hambatan Ada beberapa Panelis yang tidak hadir.
• Alternative Solusi Panelis yang tidak hadir digantikan oleh Panelis dari Direktorat Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat.
118
• Dokumentasi
1.
2. Apresiasi Peran Mitra Kemenkes Dalam Mendukung Program Kesehatan Tahun 2019
(CSR Award)
• Input
Untuk memberikan apresiasi kepada Dunia Usaha yang telah menjalankan program
CSR Bidang Kesehatan maka sejak tahun 2015 setiap dua tahun sekali, Kementerian
Kesehatan menyelenggarakan penghargaan CSR Award kepada dunia usaha yang
telah melaksanakan dengan baik program CSR yang berkaitan dengan bidang
kesehatan. Perusahaan yang mengikuti kegiatan ini mendaftar dan mengisi formulir
di kemenkescsraward.com untuk selanjutnya melengkapi seluruh dokumen terkait
sesuai panduan keikutsertaan yang dapat didownload oleh peserta melalui website
tersebut. Pada penyelenggaraan kali ini perusahaan yang mendaftar harus sudah
melaksanakan CSR bidang kesehatan dengan penekanan pada program-program
yang berkaitan antara lain dengan: GERMAS, Stunting atau Kesehatan Ibu dan Anak.
Anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatan ini adalah Rp. 200.000.000,-. Kegiatan ini
dilakukan oleh pihak ketiga di Jakarta.
119
• Output
Setelah melalui rangkaian tahapan kegiatan, dari pembuatan website, pendaftaran
dan penerimaan data, penyelenggaraan penjurian, maka diperoleh lima perusahaan
terpilih yang menjadi finalis. Selanjutnya dilakukan field visit terhadap lima
perusahaan tersebut dan dilakukan seleksi penilaian akhir. Selanjutnya dilakukan
penetapan terhadap 4 perusahaan penerima penghargaan dengan tiga kategori
yaitu PT.Putera Manunggal Perkasa (ANJ Group) pemenang kategori Kesehatan Ibu
dan Anak, PT.Bhimasena Power Indonesia dan PT. TIrta Investama sebagai
pemenang kategori GERMAS, PT.Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field sebagai
pemenang kategori stunting.
• Outcome
Dengan demikian mitra dunia usaha dapat meningkatkan jumlah kebijakan
bewawasan kesehatan baik di tingkat pusat maupun kabupaten/kota sehingga
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
• Benefit
Dengan adanya kegiatan CSR Award diharapkan dapat memotivasi para mitra dunia
usaha yang peduli kesehatan melalui pelaksanaan kegiatan CSR dalam melakukan
upaya pembangunan kesehatan dan memberikan kontribusi positif berbagai sektor
pembangunan lainnya.
• Impact
Dampak yang diharapkan dengan adanya Kegiatan Apresiasi Peran Mitra Kemenkes
Dalam Mendukung Program Kesehatan (CSR Award) yaitu meningkatkan kegiatan
CSR Bidang Kesehatan melalui terwujudnya program kesehatan bersama mitra
dunia usaha melalui kegiatan CSR yang menjadi salah satu program prioritas dalam
agenda pembangunan masyarakat di wilayah provinsi, kabupaten/kota, kecamatan
bahkan di tingkat desa/kelurahan.
• Hambatan
− Pemahaman peserta mitra dunia usaha dalam memenuhi persyaratan CSR
Award belum sesuai yang diinformasikan.
• Solusi Alternatif
120
− Perlu penyebarluasan informasi yang lebih intens
• Dokumentasi
3. Penyusunan Nota Kesepahaman (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara
Kementerian Kesehatan dan Mitra Potensial
• Input
Untuk mengatasi masalah kesehatan di Indonesia tentunya tidak bisa diselesaikan
oleh Kementerian Kesehatan saja, tetapi perlu melibatkan seluruh komponen
masyarakat, salah satunya adalah Dunia Usaha dan mitra potensial lainnya. Oleh
karena itu diperlukan kerjasama dengan berbagai multi sektor termasuk dengan
pihak swasta seperti Dunia Usaha melalui program CSR dan mitra potensial dengan
melakukan kemitraan di bidang Kesehatan. Hal ini diwujudkan dengan adanya
Memorandum of Understanding (MoU) dan sebagai tindaklanjut melalui Perjanjian
Kerja Sama (PKS). Oleh karena itu penyusunan MoU dan PKS dilakukan dengan
pertemuan pembahasan dengan mitra dunia usaha/mitra potensial dan unit teknis
terkait. Anggaran yang dibutuhkan untuk pertemuan tersebut sebesar Rp.
300.000.000,-
• Output
1. Tersusunnya Nota Kesepahaman antara Kementerian Kesehatan dan 9 Dunia
Usaha, 3 mitra potensial lainnya seperti organisasi kemasyarakatan, yayasan,
lembaga lainnya
2. Tersusunnya Perjajian Kerja Sama antara Kementerian Kesehatan dan 9 Dunia
Usaha, 3 mitra potensial lainnya seperti organisasi kemasyarakatan, yayasan,
lembaga lainnya
• Outcome
121
1. Meningkatnya kepedulian dan peran pihak swasta (dunia usaha dan mitra
potensial lainnya) dalam membantu pemerintah dalam mengatasi masalah
kesehatan dengan melakukan upaya promotif dan preventif di bidang
kesehatan.
2. Meningkatnya pengetahuan masyarakat dan pihak terkait tentang kesehatan
masyarakat yang akan merubah sikap dan perilaku masyarakat terkait
kesehatan.
Benefit
1. Perusahaan akan lebih dikenal oleh masyarakat, sehingga perusahaan akan
mendapat citra yang positif dan memudahkan akses perusahaan ke masyarakat.
2. Masyarakat merasakan mendapatkan informasi terkait kesehatan bukan hanya
dari pemerintah saja, tetapi pihak lain yang turut peduli dengan kesehatan.
• Impact
Meningkatkan peran dan kepedulian seluruh komponen yang ada di masyarakat
dalam pembangunan kesehatan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang
sehat dan mandiri.
• Hambatan
− Ketidakhadiran lintas program terkait dalam memberikan masukan program
teknis yang mempengaruhi penentuan ruang lingkup kerjasama (program dan
kegiatan)
• Solusi alternative
− Pertemuan secara berkala dengan lintas program terkait dalam pengembangan
kemitraan
• Dokumentasi
Pertemuan pembasan draft MoU
Pertemuan pembahasan draft PKS
122
Penandatangan MoU
Penandatangan PKS
4. Fasilitasi Akademisi/Perguruan Tinggi Dalam Pengembangan Kemitraan Untuk
Mendukung Penggerakan GERMAS
• Input
Salah satu konsep yang dapat digunakan dalam pelaksanaan program aksi GERMAS
ini adalah konsep kemitraan PentaHelix Model, dimana dalam pelaksanaan program
tidak saja melibatkan melibatkan tiga komponen (Triple Helix) yaitu akademisi,
pelaku bisnis dan pemerintah yang saling berkaloborasi dan bersinergis secara
seimbang tetapi juga melibatkan masyarakat sipil secara utuh dalam sistem yang
mana dalam konteks kegiatan ini masyarakat sipil yang dilibatkan adalah tokoh
agama, tokoh adat dan insan cendekiawan. Peran media juga dibutuhkan dalam
pelaksanaan program aksi GERMAS. Anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatan ini
adalah Rp. 500.000.000,- (Lima ratus juta rupiah). Kegiatan ini dilakukan oleh
Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat dan di Kabupaten Banjar
Kalimantan Selatan. .
• Output
Secara keseluruhan output program kegiatan ini adalah terbentuknya Model
Pendekatan Implementasi Aksi GERMAS yang melibatkan masyarakat langsung,
pemerintah daerah, perusahaan mitra CSR melalui pelaksanaan penggerakan
GERMAS di khalayak sasaran yang dilakukan oleh tokoh sumber daya budaya
didampingi Tim pelaksana pemberdayaan masyarakat dari Perguruan Tinggi.
Disamping itu melalui kegiatan ini juga diperoleh media promosi kesehatan yang
efisien dan efektif digunakan untuk meningkatkan pengetahuan para pelaku aksi
GERMAS dan juga digunakan untuk promosi aksi GERMAS pada masyarakat luas di
daerah intervensi, secara terintegrasi dan berkelanjutan.
• Outcome
123
Dengan adanya kegiatan ini maka akan membentuk kerjasama yang saling
bersinergis diantara akademisi, pemerintah daerah setempat, masyarakat serta
mitra CSR terkait untuk menjamin keberlanjutan (sustainability) program aksi
GERMAS di Lingkungan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan Indeks Keluarga Sehat. Hal ini ditandai dengan adanya wadah forum
GERMAS yang disahkan oleh pemerintah desa setempat.
• Benefit
Pelaksanaan kegiatan ini memberikan outcome berupa peningkatan pengetahuan
para sumber daya budaya (tokoh adat, tokoh agama dan insan cendekia) sebagai
pelaku pembentuk opini dan tindakan sosial masyarakat desa tehadap aksi GERMAS.
• Impact
Dampak yang diharapkan dengan adanya pelaksanaan kegiatan ini maka diharapkan
dapat meningkatkan potensi keberlanjutan dengan diterbitkannya Surat Keputusan
Pembentukan Wadah GERMAS berbasis budaya/adat lokal di setiap Desa sasaran
dan diharapkan dapat berkembang ke wilayah sasaran lain dengan terbentuknya
replika desa GERMAS yang mengimplementasi aksi GERMAS yang melibatkan
masyarakat langsung, pemerintah daerah, dan perguruan tinggi local
• Hambatan
− Keterbatasan Perguruan Tinggi dalam penyelesaian administrasi kegiatan
• Solusi Alternatif
− Perlu pendampingan lebih intensif terkait administrasi dan teknis kegiatan
• Dokumentasi
124
5. Penguatan Pengembangan Kemitraan Program CSR Mendukung Stunting
Bekerjasama Dengan Perguruan Tinggi
• Input
Stunting adalah problem gizi yang kompleks, dan oleh sebab itu upaya
pengentasannya harus melibatkan beragam sektor. Pemecahan problem stunting
dengan kegiatan atau program yang bersifat sensitif gizi sesuai dengan
permasalahan setempat menjadi acuan utama. Menyadari bahwa
perusahaan/industri memiliki sumberdaya berupa CSR yang dapat dimanfaatkan
untuk membantu pemerintah dalam pengentasan stunting, maka diharapkan sinergi
kerjasama antara perguruan tinggi-pemda-dan perusahaan/industri ini dapat
memberikan kontribusi penting untuk perbaikan gizi masyarakat. Anggaran yang
dikeluarkan untuk kegiatan ini adalah Rp. 600.000.000,- (Enam ratus juta rupiah).
Kegiatan ini dilakukan oleh Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian
Bogor di Kabupaten Lombok Utara Nusa Tenggara Barat dan di Kabupaten Barito
Timur, Kalimantan Tengah.
• Output
Secara keseluruhan output program kegiatan ini adalah Model kemitraan triple helix
yang melibatkan akademisi, pemerintah dan mitra dunia usaha melalui kegiatan CSR
125
yang diterapkan di Kabupaten Barito Timur dan Kabupaten Lombok Utara.
Implementasi di lapangan disesuaikan dengan keadaan daerah dan perusahaan CSR
yang berada di wilayah tersebut.
• Outcome
Keberhasilan kerjasama antara pemerintah, industri, dan perguruan tinggi tersebut
dalam bentuk model kerjasama yang dapat diterapkan di berbagai wilayah di
Indonesia. Mengingat bahwa Indonesia memiliki karakteristik pemerintahan dan
CSR yang beragam di berbagai wilayah maka diperlukan upaya untuk
mengembangkan model kerjasama yang tepat. Dengan adanya kegiatan ini maka
peran akademisi dalam hal ini IPB dapat menjembatani mitra CSR agar dapat
melaksanakan kegiatan sesuai kebutuhan di lapangan. Melalu kegiatan ini akan
membentuk kerjasama yang saling bersinergis diantara akademisi, pemerintah
daerah setempat, masyarakat serta mitra CSR terkait untuk menjamin keberlanjutan
(sustainability) program penanggulangan stunting di wilayah setempat.
• Benefit
Pelaksanaan kegiatan ini memberikan outcome berupa peningkatan pengetahuan
para kader dan tim pendamping gizi dalam melakukan upaya penanggulangan
stunting di wilayahnya sehingga meningkatkan kapasitas para kader dan petugas
kesehatan dalam upaya penurunan stunting.
• Impact
Dampak yang diharapkan dengan adanya pelaksanaan kegiatan ini maka diharapkan
dapat menjadi salah satu daya ungkit untuk menurunkan angka stunting di wilayah
sasaran melalui meningkatnya peran Puskesmas dalam merangkul pihak-pihak
terkait dengan menjalin kerjasama lintas sektor di wilayah kerjanya.
• Hambatan
− Keterbatasan Perguruan Tinggi dalam penyelesaian administrasi kegiatan
• Solusi Alternatif
− Perlu pendampingan lebih intensif terkait administrasi dan teknis kegiatan
126
• Dokumentasi
6. Model Intervensi Kegiatan CSR Bidang Kesehatan
• Input
Guna mendorong dunia usaha melaksanakan program CSR yang merupakan
investasi terkait pertumbuhan dan keberlanjutan usaha serta sekaligus turut
berkontribusi pada perubahan perilaku masyarakat untuk hidup sehat, maka perlu
disusun Model Intervensi Kegiatan CSR di bidang kesehatan. Dari model intervensi
ini diharapkan terjadi kolaborasi dan kerjasama dengan berbagai stakeholders,
termasuk organisasi kemasyarakatan dalam mengembangkan tantanan sehat di
suatu wilayah atau komunitas. Anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatan ini
sejumlah sejumlah Rp 199.280.000,-. Kegiatan ini dilakukan melalui pengadaan
langsung melalui penyedia barang/jasa.
• Output
Tersedianya Model Intervensi Kegiatan CSR Bidang Kesehatan berupa penguatan
kapasitas pengelola dan pelaksana Gerai Kesehatan Ibu dan Anak melalui
pemanfaatan teknologi informasi di komunitas pasar Kabupaten Tangerang Provinsi
127
Banten hasil kerjasama antara Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang dan USAID Jalin serta stake holder lainnya di lingkungan setempat.
• Outcome
Model intervensi dapat digunakan sebagai contoh dan pembelajaran program serta
kegiatan CSR bagi mitra potensial Kemenkes dan Pemerintah Daerah untuk
mendukung bidang kesehatan
• Benefit
Dengan adanya kegiatan ini para mitra potensial kemenkes dapat mengembangkan
dan mereplikasi model intervensi CSR bidang kesehatan diwilayah kerjanya,
komunitas dan daerah lokus priorias kesehatan.
• Impact
Adanya peningkatan peranserta mitra potensial melaksanakan kegiatan CSR Bidang
Kesehatan yang mewujudkan tatanan sehat di tingkat komunitas dengan adanya
forum masyarakat yang aktif, adanya kader pemberdayaan masyarakat, kemudahan
akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar, UKBM yang aktif, dukungan
dana desa, peran aktif mitra dunia usaha LSM dan organisasi kemasyarakatan dan
diterapkannya PBHS di masyarakat.
• Hambatan
Model intervensi masih terbatas di satu lokasi dengan karakteristik yang unik
dilokasi tersebut
• Alternatif Solusi
Perlu pengembangan konten dan lokasi yang berbeda
• Dokumentasi
Koordinasi dan persiapan
Pelatihan penggunaan aplikasi kepada
peserta
128
Registrasi online peserta orientasi
Pre Test dan Post Test
Pemaparan oleh narasumber dalam
orientasi
Sesi tanya jawab kepada narasumber
7. Penyusunan Panduan Menggalang Kemitraan di Bidang Kesehatan
• Input
Kemitraan merupakan salah satu strategi dalam promosi kesehatan untuk
mengatasi masalah kesehatan, karena dalam mengatasi masalah tersebut perlu
kontribusi dari berbagai pihak termasuk pihak swasta seperti dunia usaha dan mitra
potensial lainnya. Sebagai acuan dalam menggalang kemitraan maka disusunlah
buku panduan menggalang kemitraan dibidang kesehatan dengan anggaran
sejumlah Rp. 100.000.000,-
• Output
Tersedianya buku panduan menggalang kemitraan dibidang kesehatan
• Outcome
1. Proses penggalangan kemitraan mengacu pada panduan yang tersedia sehingga
kerjasama ini akan lebih efektif, terencana dan sejalan dengan program di
Kementerian Kesehatan
129
2. Meningkatnya jumlah mitra yang bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan
dalam mengatasi masalah kesehatan
• Benefit
Sebagai panduan bagi pihak swasta maupun pemerintah dalam menggalang
kemitraan dibidang kesehatan
• Impact
Penyelenggaraan penggalangan kemitraan bidang kesehatan lebih efektif, dan
pembangunan kesehatan dapat dilaksanakan secara optimal.
• Hambatan
− Membutuhkan waktu untuk mengumpulkan sumber referensi
• Solusi Alternatif
− Perlu adanya kerjasama dengan lembaga/instansi/LSM terkait pengembangan
kemitraan
• Dokumentasi
8. Pemetaan Mitra Potensial/Swasta Yang Telah Mendukung Bidang Kesehatan
• Input
Guna memenuhi kebutuhan pelayanan informasi terkait pelaksanaan kegiatan, pemetaan dan dokumentasi kegiatan CSR bidang kesehatan mitra dunia usaha dan stakeholders lainnya. Maka perlu disusun dilaksanakan Pemetaan Mitra Potensi/Swasta yang telah Mendukung Bidang Kesehatan tahun 2019. Anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatan ini sejumlah sejumlah Rp 199.500.000,-. Kegiatan ini dilakukan melalui pengadaan langsung melalui penyedia barang/jasa.
• Output
130
Tersedianya online aplikasi web Pemetaan Mitra Potensi/Swasta yang telah
Mendukung Bidang Kesehatan.
• Outcome
Aplikasi web Pemetaan Mitra Potensi/Swasta menyediakan layanan informasi
kegiatan, peta dan dokumentasi kegiatan CSR bidang kesehatan yang dapat diakses
oleh Kemenkes, mitra dunia usaha dan masyarakat.
• Benefit
1. Terpenuhinya kebutuhan pelayanan informasi, peta dan dokumentasi kegiatan
CSR bidang kesehatan yang dilaksanakan oleh mitra dunia usaha
2. Meningkatnya kinerja dan efektifitas pelaporan kegiatan CSR bidang
kesehatan oleh mitra dunia usaha
3. Memudahkan pemantauan dan evaluasi kegiatan CSR bidang kesehatan oleh
mitra dunia usaha
• Impact
Menunjang kinerja mitra dunia usaha dalam melaksanakan kegiatan CSR Bidang
Kesehatan dan meningkatan peranserta mitra dunia usaha dalam pembangunan
bidang kesehatan.
• Hambatan
− Sosialisasi kepada mitra dirasa masih kurang
− Kemampuan setiap mitra dunia usaha dalam memanfaatkan sistem aplikasi
masih terbatas dan berbeda-beda.
• Alternative solusi
− Perlu ada solusi dan pemantauan secara berkala kepada mitra dunia usaha
− Pendampingan secara berkala melalui sistem maupun tatap muka.
• Dokumentasi
131
9. Pendampingan teknis melalui kegiatan kunjungan lapangan dan Webinar
• Input
Untuk memantau pelaksanaan program/kegiatan CSR yang dilakukan oleh mitra
dunia usaha yang bertujuan untuk melihat perkembangan serta capaian dari setiap
program yang dilaksanakan sesuai dengan rencana kerja yang disepakati, serta
sebagai masukan untuk pelaksanaan kegiatan berikutnya. Maka perlu dilakukan
132
pemantauan melalui kegiatan pendampingan dengam kunjungan ke lapangan dan
atau webinar, dengan anggaran sejumlah Rp. 11.400.000,-
• Output
Tersedianya laporan dan perkembangan pelaksanaan kegiatan CSR
• Outcome
Kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan Nota Kesepahaman, Perjanjian Kerja
Sama dan Rencana Kerja yang disepakati
• Benefit
Berjalannya pendampingan kegiatan CSR yang dilaksanakan oleh mitra.
• Impact
Penyelenggaraan penggalangan kemitraan bidang kesehatan lebih efektif, dan
pembangunan kesehatan dapat dilaksanakan secara optimal.
• Hambatan
− Koordinasi waktu pelaksanaan dengan program teknis terkait dan dunia usaha
• Solusi Alternatif
− Mengagendakan kegiatan dan menginformasikan lebih awal waktu pelaksanaan
kepada program teknis dan dunia usaha terkait.
• Dokumentasi
133
B. PENCAPAIAN KINERJA
Besarnya target dan realisasi masing-masing indikator kinerja kegiatan Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat sebagai berikut:
No Sasaran Startegis IKU Target
2019
Realisasi
2019
%
Capaian
1 Meningkatnya pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS
80% 82,30% 103%
Persentase desa
yang memanfaatkan
dana desa 10%
untuk UKBM
50% 60,96% 126%
Jumlah dunia usaha
yang memanfaatkan
CSR-nya untuk
program kesehatan
20 21 105%
Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan
15 17 113%
Ket *) : Laporan Provinsi per Januari 2020
C. REALISASI ANGGARAN
Realisasi/penyerapan anggaran tahun 2019 Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat mencapai sebesar 78,27% atau dapat direalisasikan sebesar
Rp. 142.842.265.823,- dari pagu sebesar Rp. 182.496.707.000,-
134
D. UPAYA UNTUK MERAIH WTP DAN REFORMASI BIROKRASI
Dalam rangka tranparansi dan akuntabilitas kepemerintahan, perlu dilakukan upaya-
upaya pencegahan terjadinya praktek-praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Dengan
pengelolaan anggaran dan kegiatan sesuai ketentuan diharapkan tidak adanya LHP
(laporan hasil pemeriksaan) BPK pada Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat.
Pada tahun 2019, kegiatan yang dilakukan di lingkup Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat dalam rangka mendukung Opini WTP (Wajar Tanpa
Pengecualian) dan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan adalah:
1. Membangun Komitmen dan Integritas
Setiap pegawai Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat menandatangani Pakta Integritas untuk berperan aktif dalam
pencegahan dan pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Sosialisasi WBK kepada seluruh pegawai Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat.
Melakukan pembinaan WBK dan WTP dalam rakorstaf Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Menerapkan SOP dalam melaksanakan pekerjaan.
Meningkatkan komitmen pelaksanaan perjalanan dinas sesuai ketentuan,
melalui berbagai pertemuan, rapat koordinasi dll.
Pelaksanaan proses pengadaan barang dan jasa yang akuntable dan sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
2. Penguatan Perencanaan dan Penganggaran
Penyusunan perencanaan berbasis bukti (evidence planning).
Penyusunan Anggaran yang mengacu kepada Bagan Akun Standar.
Konsolidasi penyusunan TOR, RAB dan data pendukung.
3. Perbaikan Pengelolaan Hibah Langsung
Rekening Hibah Langsung Pusat Promosi Kesehatan telah disetujui dan
dilaporkan kepada Kementerian Keuangan RI
135
Dana Hibah Langsung Pusat Promosi Kesehatan telah dimasukkan dalam DIPA
Pusat Promosi Kesehatan
Rekonsiliasi dengan Unit Utama secara berkala
Pengesahan pendapatan, belanja dan setoran sisa ke KPPN
4. Penataan Rekening
Melaporkan pembukaan rekening ke Kementerian Keuangan melalui Biro
Keuangan Kementerian Kesehatan.
5. Pembenahan Penatausahaan BMN
Inventarisasi BMN baik di tingkat pusat maupun di daerah
Mengikuti koordinasi penyusunan BMN
Pemberian label telah dilakukan pada semua Aset di Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Mentuntaskan konversi Aset.
6. Penguatan Monitoring dan Evaluasi
Melaksanakan monitoring realisasi anggaran bulanan
Melakukan pemantauan dan evaluasi pencapaian Strategi Raih WTP
Rekon SAI (SAK dan SIMAK) setiap bulan
Rekon SAI dengan Unit Eselon I setiap bulan
Rekon SAI dengan KPPN setiap bulan
Rekon SIMAK dengan KPKNL setiap semester
7. Perbaikan Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan
Menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan sesuai dengan ketentuan
(akurat, lengkap, teratur, tepat waktu dan berjenjang)
Konsultasi secara berkala kepada Pembina (Itjen) dalam penyusunan Laporan
Keuangan bila ada masalah
Pertemuan rekonsiliasi SAI dalam rangka penyusuan Laporan Keuangan
Triwulan III dan Tahunan.
8. Peningkatan Kualitas Pengawasan
Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan
dan anggaran
136
Melakukan monitoring secara ketat Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Reviu
Laporan Keuangan oleh Itjen ataupun BPKP
Penyampaian LHKPN pegawai.
9. Percepatan Penyelesaian Tindak Lanjut LHP (Laporan Hasil Pemeriksaan)
Penyelesaian temuan yang terkait dengan LHP
Pemantauan terhadap penyelesaian Tindak Lanjut LHP
Melakukan pemutakhiran data penyelesaian Tindak Lanjut secara berkala
137
BAB V
PENUTUP
Laporan tahunan ini memberikan gambaran tentang seluruh kegiatan bersumber APBN yang
dilakukan di lingkup Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat pada
tahun 2019. Seluruh kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dalam
rangka pencapaian indikator kinerja Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat.
Secara umum, pencapaianan target kinerja Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi
Kesehatan pada Tahun 2019 telah tercapai hal ini dapat dilihat dari capain tiap indikator yang
melebih target. Capaian indikator Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS
mencapai 103%, Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM
mencapai 126%, Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan
mencapai 105% dan Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya
untuk mendukung kesehatan mencapai 113%. pencapaian ini harus ditingkatkan untuk terus
menjaga ritme capaian yang selaras dengan apa yang telah ditetapkan dalam Renstra
Kementerian Kesehatan 2015-2019.
Demikian Buku Kinerja Direktorat Promosi Kesehatan Tahun 2018 ini disusun sebagai
instrumen monitoring kinerja dan menjadi bahan acuan peningkatan kinerja dan refleksi
capaian Pusat Promnosi Kesehatn di tahun-tahun yang akan datang. Semoga laporan tahunan
ini dapat menjadi bahan refleksi bagi para pelaksana di lingkup Direktorat Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat, untuk melaksanakan kegiatan lebih baik lagi sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.