promkes hipertensi
Embed Size (px)
DESCRIPTION
htTRANSCRIPT

Lampiran I
LAPORAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN INDOOR
MENGENAI HIPERTENSI
I. Latar Belakang
Salah satu ciri kependudukan abad ke-21 antara lain adalah meningkatnya
pertumbuhan penduduk lanjut usia yang sangat cepat. Jumlah penduduk lansia
(≥65 tahun) akan meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 2025 yaitu menjadi
sekitar 828 juta jiwa atau sekitar 9,70% dari total seluruh penduduk dunia.
Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2011), jumlah penduduk yang
berusia ≥45 tahun ada 45.123.871 jiwa (21,14%).1
Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu indikator
keberhasilan pembangunan selama ini membawa pula akibat semakin banyaknya
penduduk berusia lanjut. Dampak meningkatnya jumlah lansia ini dapat dilihat
pada pola penyakit yang semakin bergeser ke arah penyakit-penyakit degeneratif
di samping masih adanya penyakit-penyakit infeksi. Kemunduran fungsi organ
pada lansia menyebabkan kelompok ini rawan terhadap penyakit-penyakit kronis
seperti hipertensi, diabetes melitus, stroke, dan gagal ginjal.1
Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan karena merupakan penyakit
The Silent Killer (sering kali dijumpai tanpa gejala). Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi secara
nasional mencapai 31,70%.2
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan
tuberkulosis, dengan PMR (Proportional Mortality Rate) mencapai 6,70% dari
populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Kenaikan prevalensi hipertensi
sejalan dengan bertambahnya usia terutama pada usia lanjut. Prevalensi hipertensi
di kalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian sekitar
50% di atas umur 60 tahun.2
1

II. Judul Kegiatan
Kegiatan ini merupakan sebuah penyuluhan dengan judul “Hipertensi”.
III. Tujuan Kegiatan
Kegian ini bertujuan untuk:
1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang hipertensi
2. Sebagai wahana mempererat tali silaturahmi antar mahasiswa kedokteran
dengan elemen masyarakat.
3. Mengaplikasikan ilmu yang didapat mahasiswa ketika terjun ke masyarakat.
IV. Waktu dan tempat kegiatan
Tempat : Ruang tunggu Puskesmas Lampaseh
Waktu : Senin, 16 Juni 2014 pukul 09.30 s.d 10.00 WIB
Peserta : Pasien yang datang ke puskesmas
Pelaksana : Dokter Muda Fakultas Kedokteran Unsyiah
V. Metode penyuluhan
Dilakukan penyuluhan pada pasien yang datang ke puskesmas yang
sebelumnya telah dibagikan brosur tentang hipertensi terlebih dahulu disampaikan
secara ringkas mengenai hipertensi kemudian menjelaskan bagaimana cara
pencegahan penyakit dan penatalaksanaan awal yang dapat dilakukan pasien di
rumah.
VI. Materi Penyuluhan
Definisi
Hipertensi merupakan penyakit kronik degeneratif yang banyak dijumpai
dalam praktek klinik sehari-hari. Menurut Joint National Committe on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure tahun 2003, hipertensi adalah
tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah tinggi sampai maligna.
Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir 90% dari semua kasus)
2

atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali,
sering kali dapat diperbaiki.3
Etiologi
Penyebab hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu esensial (primer) dan
sekunder. Sebanyak 95 % hipertensi esensial dan hanya 5% yang penyebabnya
diketahui seperti penyakit ginjal, kelainan pembuluh darah, dan kelainan
hormonal.3
Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama
karena interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor risiko yang
mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah:3
Faktor risiko, seperti diet dan asupan garam, stress, rasial, obesitas, merokok,
genetik
Sistem saraf simpatis
a. Tonus simpatis
b. Variasi diurnal
Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi: endotel
pemnbuluh darah berperan utama, tetap remodeling dari endotel, otot polos,
dan interstisium juga memberikan kontribusi akhir
Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem rennin,
angiotensin dan aldosteron.
Hipertensi sekunder adalah tekanan darah tinggi yang penyebabnya
diketahui. Penyebabnya terdiri dari kelainan organik seperti penyakit ginjal,
kelainan pada korteks adrenal, kelainan endokrin-metabolik (sindroma cushing,
hiperaldosteronisme sekunder, feokromositoma, akromegali), koarktasio aorta,
dan toksemia gravidarum serta adanya pemakaian obat-obatan sejenis
kortikosteroid.3
Patofisiologi
Tekanan dibutuhkan untuk mengalirkan darah dalam pembuluh darah yang
dilakukan oleh aktivitas memompa jantung (Cardiac Output) dan tonus dari arteri
3

(peripheral resisten). Faktor-faktor ini menentukan besarnya tekanan darah.
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi cardiac output dan resistensi perifer.
Cardiac output berhubungan dengan hipertensi, peningkatan cardiac
output secara logis timbul dari dua jalur, yaitu baik melalui peningkatan cairan
(preload) atau peningkatan kontraktilitas dari efek stimulasi saraf simpatis. Tetapi
tubuh dapat mengkompensasi agar cardiac output tidak meningkat yaitu dengan
cara meningkatkan resistensi perifer. Selain itu konsumsi natrium berlebih dapat
menyebabkan hipertensi karena peningkatan volume cairan dalam pembuluh
darah dan preload, sehingga meningkatkan cardiac output. 5
Klasifikasi
Gejala Klinis
Hipertensi adalah penyakit yang biasanya tanpa gejala. Namun demikian,
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan, yang
bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.6
Retina merupakan bagian tubuh yang secara langsung bisa menunjukkan
adanya efek dari hipertensi terhadap arteriola (pembuluh darah kecil). Dengan
anggapan bahwa perubahan yang terjadi di dalam retina mirip dengan perubahan
4

yang terjadi di dalam pembuluh darah lainnya di dalam tubuh, seperti ginjal.
Untuk memeriksa retina, digunakan suatu oftalmoskop. Dengan menentukan
derajat kerusakan retina (retinopati), maka bisa ditentukan beratnya hipertensi.6
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, maka dapat
menunjukkan gejala sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah,
dan pandangan menjadi kabur.6
Pencegahan
Pencegahan primordial
Pencegahan primordial yaitu usaha pencegahan predisposisi terhadap
hipertensi, belum terlihat adanya faktor yang menjadi risiko hipertensi, contoh
adanya peraturan pemerintah membuat peringatan pada rokok, dengan melakukan
senam kesegaran jasmani untuk menghindari terjadinya hipertensi. 7
Pencegahan primer
Pencegahan primer yaitu upaya awal pencegahan sebelum seseorang
menderita hipertensi, dimana dilakukan penyuluhan faktor-faktor risiko hipertensi
terutama pada kelompok risiko tinggi. Tujuan pencegahan primer adalah untuk
mengurangi insidensi penyakit dengan cara mengendalikan penyebab-penyebab
penyakit dan faktor-faktor risikonya.7 Upaya-upaya yang dilakukan dalam
pencegahan primer terhadap hipertensi antara lain:
1. Pola Makan yang Baik
a. Mengurangi asupan garam dan lemak tinggi7
Panduan terkini dari British Hypertension Society menganjurkan asupan
natrium dibatasi sampai kurang dari 2,4 gram sehari. Jumlah tersebut setara
dengan 6 gram garam, yaitu sekitar 1 sendok teh per hari. Mengurangi asupan
garam <100 mmol/hari (2,4 gram natrium atau 6 gram garam) bisa menurunkan
TDS 2-8 mmHg. Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya
atherosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan
konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari
hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari
5

minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat
menurunkan tekanan darah. Mengurangi diet lemak dapat menurunkan tekanan
darah TDS/TDD 6/3 mmHg.
b. Meningkatkan konsumsi sayur dan buah7
Sayur dan buah mengandung zat kimia tanaman (phytochemical) yang
penting seperti flavonoids, sterol, dan phenol. Mengonsumsi sayur dan buah
dengan teratur dapat menurunkan tekanan darah TDS/TDD 3/1 mmHg.
2. Perubahan Gaya Hidup
a. Olahraga teratur
Olahraga sebaiknya dilakukan teratur dan bersifat aerobik, karena kedua
sifat inilah yang dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga aerobik maksudnya
olahraga yang dilakukan secara terus-menerus dimana kebutuhan oksigen masih
dapat dipenuhi tubuh, misalnya jogging, senam, renang, dan bersepeda. Aktivitas
fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga dan
energi (pembakaran kalori). Aktivitas fisik sebaiknya dilakukan sekurang-
kurangnya 30 menit perhari dengan baik dan benar. Melakukan olahraga secara
teratur dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-8 mmHg. Di usia tua, fungsi
jantung dan pembuluh darah akan menurun, demikian juga elastisitas dan
kekuatannya. Tetapi jika berolahraga secara teratur, maka sistem kardiovaskular
akan berfungsi maksimal dan tetap terpelihara.2
b. Menghentikan merokok
Berhenti merokok merupakan perubahan gaya hidup yang paling kuat
untuk mencegah penyakit kardiovaskular pada penderita hipertensi.2
c. Menghentikan konsumsi alkohol
Menghindari konsumsi alkohol bisa menurunkan TDS 2-4 mmHg.2
3. Mengurangi Kelebihan Berat Badan
Penurunan berat badan pada penderita hipertensi dapat dilakukan melalui
perubahan pola makan dan olahraga secara teratur. Menurunkan berat badan bisa
menurunkan TDS 5-20 mmHg per 10 kg penurunan BB.2,7
Pencegahan sekunder
6

Pencegahan sekunder yaitu upaya pencegahan hipertensi yang sudah
pernah terjadi untuk berulang atau menjadi berat. Pencegahan ini ditujukan untuk
mengobati para penderita dan mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari
penyakit, yaitu melalui diagnosis dini dan pemberian pengobatan. Dalam
pencegahan ini dilakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur dan juga
kepatuhan berobat bagi orang yang sudah pernah menderita hipertensi.7
Tatalaksana
Penurunan tekanan darah akan menurunkan risiko morbiditas maupun
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskular. Pengobatan hipertensi harus dimulai
dengan modifikasi gaya hidup, berhenti merokok, mengurangi asupan natrium,
olahraga atau aktivitas fisik.
Prinsip utama terapi farmakologi pada usia lanjut serupa dengan
rekomendasi pengobatan terapi hipertensi pada populasi umum, yaitu:8
1. Terapi lini pertama: diuretik golongan thiazide
2. Terapi lini kedua harus berdasarkan komorbiditas dan faktor risiko
3. Pasien dengan tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan diastolik >
100 mmHg biasanya akan membutuhkan dua atau lebih obat antihipertensi
untuk mencapai target tekanan darah
4. Terapi sebaiknya dimulai dengan obat antihipertensi terpilih dalam dosis
rendah, dititrasi perlahan untuk meminimalkan efek samping
5. Penurunan BB dan pengurangan konsumsi garam telah terbukti sebagai salah
satu intervensi hipertensi yang efektif pada populasi lanjut usia
6. Untuk memperbaiki ketaatan pasien terhadap regimen antihipertensi
sebaiknya pasien dilibatkan dengan perencanaan kontrol tekanan darah dan
sasaran terapi. Sasaran TD adalah < 140/90 mmHg.
Edukasi
Pemberian edukasi pada pasien dapat berupa konseling:5,8
1. Memberitahukan pengertian tentang hipertensi
2. Memberikan informasi mengenai hipertensi dan kemungkinan komplikasi
yang terjadi akibat hipertensi
3. Pemberian obat untuk mengontrol tekanan darah
7

4. Melakukan aktivitas fisik
VII. . Tanya Jawab Peserta
1. T : Bagaimana cara mencegah tekanan darah tinggi dan bagaimana cara
menghindari komplikasi akibat hipertensi?
J : cara mencegahnya adalah mengubah pola gaya hidup, gaya hidup yang
sehat adalah dengan berolahraga secara teratur, menjalankan diet sehat
yang banyak mengandung buah, sayur, polong-polongan, dan protein,
serta yang sedikit mengandung lemak jenuh. Hindari stres dan suasana
tegang, Mengurangi asupan garam dan lemak tinggi, mengurangi
kelebihan berat badan.
Untuk menghindari terjadinya komplikasi, maka hal-hal berikut perlu
diperhatikan: mengenali gejala dan tanda hipertensi sejak dini, dan segera
periksakan diri untuk memastikan kejadian hipertensi. Saat hipertensi telah
diketahui serta telah mendapatkan pengobatan, maka langkah selanjutnya
adalah tetap menjalani gaya hidup sehat, yaitu banyak mengkonsumsi
sayuran dan buah-buahan, tidak merokok, membatasi konsumsi kopi dan
alkohol, mengurangi konsumsi makanan asin dan berlemak, giat
berolahraga, cukup tidur, dan mengelola stres dengan baik. Minumlah obat
dengan baik dan benar sesuai anjuran dokter.
2. T : Apakah pasien dengan tekanan darahtinggi diperbolehkan berhenti
mengkonsumsi obat antihipertensi?
J : Bahwa tekanan darah menjadi normal setelah minum obat, itu
menunjukkan bahwa obat tersebut bekerja dengan baik. Tapi itu tidak
berarti bahwa hipertensi Anda telah sembuh. Tujuan utama pengobatan
hipertensi bukan hanya menurunkan tekanan darah, tapi mencegah
kerusakan organ target dan mencegah kematian kardiovaskular. Beberapa
obat hipertensi memiliki apa yang disebut fenomema ‘rebound’ atau efek
lepas obat, yang artinya bila obat dihentikan tiba-tiba maka tekanan darah
8

akan naik kembali secara tiba-tiba. Hal ini sangat berbahaya, bisa
menyebabkan stroke atau komplikasi hipertensi lainnya.
VIII. PENUTUP
Hipertensi adalah tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan
diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan
darah tinggi sampai maligna. Penyebab hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu
esensial (primer) dan sekunder. Sebanyak 95 % hipertensi esensial dan hanya 5%
yang penyebabnya diketahui seperti penyakit ginjal, kelainan pembuluh darah,
dan kelainan hormonal. Penurunan tekanan darah akan menurunkan risiko
morbiditas maupun mortalitas akibat komplikasi kardiovaskular. Pengobatan
hipertensi harus dimulai dengan modifikasi gaya hidup, berhenti merokok,
mengurangi asupan natrium, olahraga atau aktivitas fisik. Pasien dengan tekanan
darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan diastolik > 100 mmHg biasanya akan
membutuhkan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan
darah. Terapi sebaiknya dimulai dengan obat antihipertensi terpilih dalam dosis
rendah, dititrasi perlahan untuk meminimalkan efek samping.
Banda Aceh, Juni 2014Mengetahui,
9dr. Nurcahayati
Kepala UPTD Puskesmas Lampaseh/ Dokter Pembimbing I
dr. NurcahayatiNIP. 19780714200804 2 001
Dokter Pembimbing II
dr. Nila FrisantiPeg. 800/SPK/811/2011

Referensi
1. Sirait, A. M. dan Woro Riyadina. 1999. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan Lanjut Usia. Jurnal Epidemiologi Indonesia.
2. Sugiharto, A. 2007. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada
Masyarakat. http://eprints.undip.ac.id/16523/1/Aris_Sugiharto.pdf
3. Chobanian AV et al. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: the JNC 7 report. JAMA. 2003 May 21;289(19):2560–72.
4. Palmer, A. dan Bryan Williams. 2007. Tekanan Darah Tinggi. Erlangga. Jakarta
5. Norman M. Kaplan. Kaplan's Clinical Hypertension 9th edition. Philadelphia, USA: Lippincott Williams & Wilkins:2006
6. Kasper, Braunwald, Fauci, et al. Harrison’s principles of internal medicine 17th edition. New York: McGrawHill:2008
7. Sianturi, E. 2004. Strategi Pencegahan Hipertensi Esensial Melalui Pendekatan Faktor Risiko di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan. Program Magister Epidemiologi Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pasca Sarjana USU. Medan
8. The National Collaborating centre for Chronic Conditions. 2004. Hypertension: management of hypertension in adults in primary care. NICE Clinical Guideline 18
9. World Health Organization (WHO)/International Society of Hypertension (ISH) statement on management of hypertension. J Hypertens 2003;21:1983-1992
10

Dokumentasi
11

12