3 pendahuluan to daftar rujukan rev.doc fikri (autosaved).docx2

26
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perguruan tinggi merupakan lembaga ilmiah yang melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan, pengajaran, serta penelitian dan pengabdian masyarakat.Perguruan tinggi diharapkan dapat mendidik dan mencetak sarjana yang mampu menguasai ilmu pengetahuan secara praktis dan teoritis serta mampu berperan dalam kehidupan masyarakat. Dalam rangka mewujudkan tujuan diatas,diharapkan mahasiswa dapat menekuni bidang ilmunya masing-masing secara mendalam dan mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap perkembangan teknologi dan permasalahan yang ada.Selain itu mahasiswa diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperluas pandangan tentang cakrawala ilmiah dan teknologi terutama yang berhubungan dengan profesionalisme akademik yang ditekuni dan melihat secara langsung penerapan ilmunya secara aplikatif. Jurusan Biologi Fakultas MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) Universitas Negeri Malang merupakan salah satu jurusan yang diharapkan dapat menghasilkan ilmuwan yang dapat membangun suatu perusahaan ataupun instansi yang berkaitan dengan bidang biologi untuk pengembangan ilmu.

Upload: assalamualaikum-fikkri

Post on 20-Jan-2016

31 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3 Pendahuluan to Daftar Rujukan Rev.doc Fikri (Autosaved).Docx2

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perguruan tinggi merupakan lembaga ilmiah yang melaksanakan Tri

Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan, pengajaran, serta penelitian dan

pengabdian masyarakat.Perguruan tinggi diharapkan dapat mendidik dan

mencetak sarjana yang mampu menguasai ilmu pengetahuan secara praktis dan

teoritis serta mampu berperan dalam kehidupan masyarakat.

Dalam rangka mewujudkan tujuan diatas,diharapkan mahasiswa dapat

menekuni bidang ilmunya masing-masing secara mendalam dan mempunyai

kepekaan yang tinggi terhadap perkembangan teknologi dan permasalahan yang

ada.Selain itu mahasiswa diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

memperluas pandangan tentang cakrawala ilmiah dan teknologi terutama yang

berhubungan dengan profesionalisme akademik yang ditekuni dan melihat secara

langsung penerapan ilmunya secara aplikatif.

Jurusan Biologi Fakultas MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam)

Universitas Negeri Malang merupakan salah satu jurusan yang diharapkan dapat

menghasilkan ilmuwan yang dapat membangun suatu perusahaan ataupun instansi

yang berkaitan dengan bidang biologi untuk pengembangan ilmu.

Perguruan tinggi memegang peranan penting dalam mencetak generasi

intelektual muda.Setiap generasi berkewajiban menggali potensi diri untuk

kemajuan bangsa.Kemampuan akademis semata belum menjadi jawaban bagi

kebutuhan masyarakat.Salah satu peran yang diharapkan dari mahasiswa berupa

inovasi-inovasi terbaru terkait bidang ilmu yang didalami.

Mahasiswa diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperluas

pandangan terhadap cakrawala ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi,

terutama yang berhubungan dengan profesionalisme akademik yang ditekuni dan

mampu mengaplikasikan ilmu secara langsung. Aplikasi ilmu dapat dilakukan

pada program Praktek Kerja Lapangan (PKL), maka pelaksanaan PKL perlu

disesuaikan dengan disiplin ilmu yang ingin didalami.

Page 2: 3 Pendahuluan to Daftar Rujukan Rev.doc Fikri (Autosaved).Docx2

2

Beragam mata kuliah telah ditempuh sepanjang perkuliahan di jurusan

Biologi, salah satunya adalah Parasitologi.Parasitologimerupakan studi tentang

parasit, sedangkan parasitologist adalah seseorang yang mempelajari tentang

parasit termasuk mengamati,mengoleksi, memelihara dan melakukan eksperimen

dengan parasit. Seorang biologiwan mempelajari parasit karena ekologi mereka

yang sangat bervariasi. Institusi yang berkaitan dengan kegiatan tentang parasit

adalah dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Lamongan yang memiliki

sarana berupa Rumah Pemotongan Hewan.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lamongan merupakan

salah satu Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lamongan yang

merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian mepunyai peranan yang

strategis dalam upaya peningkatan kecerdasan masyarakat melalui penyediaan

pangan asal ternak sebagai sumber protein hewani. Disamping itu juga memiliki

peranan dalam peningkatan nilai tambah pendapatan masyarakat dan membuka

lapangan pekerjaan, oleh karenanya pembangunan sektor ini dapat menjadi

sumber pertumbuhan baru yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lokal

maupun regional.

Kabupaten Lamonganmemiliki potensi peternakan yang cukup besar

dengan produk unggulan peternakan di Kabupaten Lamongan antara lainsapi

potong. Produk unggulan peternakan tersebut berkembang dan terkonsentrasi

dalam kawasan pengembangan sentra produksi antara lain sentra produksi sapi

potong yang tersebar diseluruh wilayah Kabupaten Lamongan

Sadar akan pentingnya produksi daging segar dalam pemenuhan

kebutuhan bahan pangan di masyarakat, pelayanan prima kepada masyarakat terus

diupayakan dengan sebaik-baiknya. RPH Babat Dinas Peternakan Dan Kesehatan

Hewan Kabupaten Lamongan berusaha menyediakan produk sapi higienis yang

diharapkan dapat melindungi masyarakat dari produk sapi yang tidak higienis.

RPH Babat Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lamongan

menyelenggarakan Forum Temu Kemitraan (FTK) guna membahas berbagai

persoalan yang dihadapi pedagang daging sapi dalam upaya peningkatan

produktivitas antara lain melakukan optimalisasi pedagang yang melakukan

pemotongan diluar RPH. Melalui optimilisasi semacam ini para pedagang

Page 3: 3 Pendahuluan to Daftar Rujukan Rev.doc Fikri (Autosaved).Docx2

3

diharapkan dapat menyadari akan pentingnya memotong sapi di tempat RPH

sehingga terhindar dari produk daging yang jelek dalam artian terserang cacing

parasit.

B. Alasan Pemilihan Objek PKL

1. RPH Babat Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lamongan

menggunakan prinsip-prinsip biologi dalam proses identifikasi parasit.

2. RPH Babat Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lamongan

menggunakan teknik identifikasi antemortem dan post mortem dalam

pengambilan sampel cacing parasit.

C. Tujuan PKL

Tujuan PKL ini di antaranya adalah:

1. Mempelajari teknik identifiikasi hewan parasit menggunakan teknik

antemortem dan post mortem.

2. Mengetahui prinsip-prinsip biologi dalam proses identifikasi hewan parasit

yang diterapkan di RPH Babat.

3. Mengetahui peranan Rumah Potong Hewan Babat sebagai lembaga yang

fokus pada pemenuhan pangan dengan salah satu produknya berupa daging

sapi segar

Page 4: 3 Pendahuluan to Daftar Rujukan Rev.doc Fikri (Autosaved).Docx2

4

BAB II

PELAKSANAAN

A. Sekilas Profil Tempat Pelaksanaan PKL

Rumah Potong Hewan (RPH) Babat adalah sarana (perusahaan) yang

disediakan oleh pemerintah Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten

Lamongan. Rumah Potong Hewan Babat merupakan tempat produksi daging

segar dengan kontribusi sekitar hampir 90% produksi pasaran. Sebagian besar

bahan olahan daging berasal dari para pedagang daging melalui kemitraan dengan

Rumah Potong Hewan Babat (RPH) (Hendra, 2012). Pendirian perusahaan sesuai

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1977.

Rumah Potong Hewan Babat merupakan salah satu UPTK (unit pelayanan

teknis) yang dipergunakan sebagai tempat pemotongan hewan secara baik dan

benar bagi konsumsi masyarakat luas dengan memperhatikan faktor hygene dan

sanitasi, sehingga diperoleh daging yang memenuhi syarat untuk dikonsumsi yaitu

Aman (safe), Sehat (sound), Utuh/Murni (whole some) dan Halal yang disingkat

menjadi ASUH.

RPH Babat berlokasi di Desa Bedahan, Kecamatan Babat, Kabupaten

Lamongan tepatnya 30 km disebelah Barat Kota Lamongan sedangkan kantor

bagian pendataan terletak di sebelah RPH Babat. Pada gambar 2.1 menunjukkan

bangunan RPH yang berdampingan dengan kantor RPH.

Gambar 2.1 RPH dan Kantor cabang Dinas Peternakan Dan Kesehatan

Hewan Lamongan

Page 5: 3 Pendahuluan to Daftar Rujukan Rev.doc Fikri (Autosaved).Docx2

5

Struktur organisasi di Bagian Kantor cabang RPH Dinas Peternakan dan

Kesehatan Hewan Lamongan secara langsung berada di bawah naungan

Administratur,Kepala Dinas. Kepala Dinas membawahi Kepala RPH yang

mengemban tanggung jawab mengelola dan mengontrol kegiatan di kantor RPH

dan Pegawai RPH. Adapun kegiatan di kantor RPH terbagi dalam dua bidang,

yaitu,Proteksidan Analisa. Adapun struktur anggota Rumah Potong Hewan Babat

disajikan pada denah

Bidang Proteksi bertugas mengelola pembiakan dan penyebaran cacing

parasit serta monitoring serangan cacing parasit yang terdapat pada sapi. Bidang

Analisa bertugas dalam melakukan analisa temuan cacing parasit (uji Deskriptif),

serta pemantapan mutu daging berupa pencegahan serangancacing parasit.

B. Aktivitas Rumah Potong Hewan Babat

Aktivitas Rumah Potong Hewan Babat adalah sebagai berikut :

1. Pengamatan dan kerjasama dengan lembaga terkait dan instansi lain.

2. Perawatan, penyimpanan dan pencegahan serangan cacing parasit

3. Pelatihan identifikasi dan pengelolaan cacing parasit.

Anggota Rumah Potong Hewan Babat :

Nama Posisi

drh.Hendra Kepala Rumah Potong Hewan

Didik Saputra Pegawai Rumah Potong hewan

Sabari Pegawai Rumah Potong Hewan

Kaswan Pegawai honorer Rumah Potong

Hewan

Page 6: 3 Pendahuluan to Daftar Rujukan Rev.doc Fikri (Autosaved).Docx2

6

Visi

Terwujudnya peningkatan perekonomian daerah melalui optimalisasi

usaha dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan hewan

Misi

1. Meningkatkan produksi dan produktifitas peternakan diantaranya adalah

sapi potong.

2. Meningkatkan sarana dan prasarana peternakan.

3. Meningkatkan kemampuan organisasi kelembagaan kelompok peternakan

dengan mengoptimalkan keseluruhan fungsi manajemen kelompok.

4. Memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha dibidang

peternakan.

C. Waktu Pelaksanaan PKL

Praktik Kerja Lapangan (PKL) telah dilaksanakan pada tanggal 1 Juni – 2 Juli

2012

D. Deskripsi dan Sekuensi Aktivitas Selama PKL

Kegiatan yang dilakukan pada PKL dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.

sedangkan rincian kegiatan yang lebih lengkap disajikan pada Lampiran.

Tabel 2.1 Rincian aktivitas PKL

Aktivitas Sekuensi Aktivitas

Orientasi Rumah Potong Hewan Ruang Peralatan: pengenalan alat pengamatan menggunakan peralatan bedahidentifikasi jenis parasit

Pengamatan Antemortem dan Post

mortem

Kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan pengamatan pada bagian tubuh luar beserta tingkah laku sapi tersebut (antemortem),lalu mengamati bagian tubuh bagian dalam (Post Mortem)setelah dilakukan pembedahan.

Prosedur pengamtan yang dilakukan agak berbeda dengan yang dilakukan di pratikum perkuliahan parasitologi. Perbedaan yang tampak yaitu bahan yang digunakan masih dalam keadaan hidup. Tingkat identifikasi relatif sama tetapi ruangan yang digunakan kurang steril karena dilakukan langsung di rumah pemotongan hewan.

Identifikasi Cacing Parasit Kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan pengambilan macam-macam sampel dari organ

Page 7: 3 Pendahuluan to Daftar Rujukan Rev.doc Fikri (Autosaved).Docx2

7

tubuh bagian dalam. Prosedur identifikasi yang dilakukan untuk

identifikasi cacing parasit adalah mengamati setiap organ dengan menggunakan mata telanjang

Page 8: 3 Pendahuluan to Daftar Rujukan Rev.doc Fikri (Autosaved).Docx2

8

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengalaman Kerja

Kegiatan PKL di Rumah Potong Hewan Babat adalah pengenalan tempat

pemotongan hewan yang terdapat beberapa ruang yaitu ruang peralatan, ruang

pemotongan, ruang identifikasi. Ruang peralatan mempunyai fungsi sebagai ruang

penyimpanan alat-alat pemotongan (pisau, golok), alat-alat

pengamatan(mikroskop,cawan petri, kaca benda, kaca penutup, pinset,loupe,

kamera digital dll), alat-alat kebersihan (sapu,pel, dll). Ruang identifikasi

merupakan ruang untuk mengidentifikasi cacing parasit yang terdapat pada organ

dalam sapi. Ruang pemotongan merupakan tempat yang digunakan untuk proses

pemotongan, pengulitan dan pembedahan anatomi.

Selanjutnya pengalaman yang didapat dari kegiatan PKL ini adalah

identifikasi cacing parasit dengan berbagai metode. Metode yang digunakan

adalah dengan menggunakan metode antemortem, post mortem. Identifikasi

parasit yang menggunakan metode antemortem dikhususkan untuk mengamati

kondisi sapi pada saat sebelum dilakukan pemotongan terhadap sapi. Untuk

metode post mortem dikhususkan untuk mengamati kondisi organ dalam sapi

setelah dilakukan pemotongan terhadap sapi. Alat yang digunakan untuk

pengamatan dalam PKL iniadalah mikroskop yang digunakan untuk parasit yang

berukuran mikroskopis tetapi jarang digunakan, lalu pinset, cawan petri, loupe

yang digunakan untuk memudahkan identifikasi cacing parasit. Dari hasil

identifikasicacing parasit tersebut didapatkan cacing parasit dari beberapa kelas

yaitu kelas Trematoda (Fasciola hepatica) danCestoda (Cacing pita). Cacing

parasit tersebut kemudian disimpan dengan formalin 10% untuk dilaporkan

kepada dinas terkait.

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Kegiatan

Faktor pendukung kegiatan PKL, terutama identifikasi cacing parasit antara

lain suasana kooperatif dari pihak RPH Babat Dinas Peternakan Dan Kesehatan

Hewan Kabupaten Lamongan sehingga membuat nyaman mahasiswa PKL, dasar-

Page 9: 3 Pendahuluan to Daftar Rujukan Rev.doc Fikri (Autosaved).Docx2

9

dasar identifikasi parasit yang diperoleh dari perkuliahan dapat membantu

mahasiswa dalam memahami kegiatan yang berkaitan dengan identifikasi

tersebut. Mata kuliah yang diterima dalam perkuliahan mendukung pembekalan

mahasiswa dalam PKL.Sebagai contoh, mata kuliah parasitologi dan avertebrata

yang membekali mahasiswa identifiikasi cacing parasit secara teoritik.

Faktor penghambat yang dirasakan oleh mahasiswa PKL yaitu kurang

mendalamnya pemahamanmahasiswa PKL mengenai Tekhnik pengamatan

Antemortem dan Post mortem.

C. Temuan untuk Pengembangan

Berdasarkan praktik kerja yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal

yang dapat dikembangkan, yakni tekhnik pengambilan sampel melalui gabungan

metode antemortem dengan metode post mortem yang dapat menghasilkan

banyak sampel sehingga dapat terhindar dari bahan olahan yang mengandug

parasit.

D. Kajian Teoritis

1. Sapi

Sapi yang ada sekarang ini berasal dari Homacodontidae yang dijumpai

pada babak Palaeoceen.Jenis-jenis primitifnya ditemukan pada babak Plioceen di

India. Di indonesia sapi potong memiliki banyak jenis diantaranya adalah :

a. Sapi Ongole

Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh,

bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan

dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama

dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah.

b. Sapi Bali

Cirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah

dan pada pantat, punggungnya bergaris warna hitam (garis belut).Keunggulan sapi

ini dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang baru.

c. Sapi Brahman

Cirinya berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna putih pada bagian

kepala.Daya pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi potong di

Indonesia.

Page 10: 3 Pendahuluan to Daftar Rujukan Rev.doc Fikri (Autosaved).Docx2

10

d. Sapi Madura

Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga merah bata, terkadang

terdapat warna putih pada moncong, ekor dan kaki bawah.Jenis sapi ini

mempunyai daya pertambahan berat badan rendah.

e. Sapi Limousin

Mempunyai ciri berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan

putih, terdapat warna putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan

mempunyai tingkat produksi yang baik.

2. Cacing Parasit

Cacing parasit adalah cacing yang hidup sebagai parasit pada organisme

lain. Mereka adalah organisme yang seperti cacing yang hidup dan makan pada

tubuh yang ditumpangi serta menerima makanan dan perlindungan sementara

menyerap nutrisi tubuh yang ditumpangi.Penyerapan ini menyebabkan kelemahan

dan penyakit.Penyakit yang diakibatkan oleh cacing parasit biasanya disebut

secara umum sebagai kecacingan.Cacing parasit umumnya merupakananggota

Cestoda, Nematoda, Trematoda.

Trematoda

Menurut Jeffreydan Leach (1983) kelas Trematoda termasuk filum

plathyhelminthes dengan ciri-ciri : badan tidak bersegmen, umumnya

hermaprodit, reproduksi ovipar (berbiak dalam larva), infeksi terutama oleh

stadium larva yang masuk lewat mulut sampai usus. Semua organ dikelilingioleh

sel-sel parenkim, badan tak berongga dan mempunyai mulut penghisapatau sucker

(Soulsby, 1968).Umumnya sifat parasit pada hewan vertebrata, permukaan

tubuhterdapat epidermis bersilia dan tubuh dilapisi oleh kutikula (Jasin,

1984).Yangtermasuk ke dalam cacing ini Genus Fasciola (cacing hati) yang

berwarnamerah muda ke kuning-kuningan sampai abu-abu ke hijau-hijauan.

Page 11: 3 Pendahuluan to Daftar Rujukan Rev.doc Fikri (Autosaved).Docx2

11

Gambar 1. Siklus Hidup Fasciola hepatica (Christensen, 2005)

Nematoda

Kelas nematoda termasuk ke dalam filum nemathelminthes denganciri-ciri

; tubuh tidak bersegmen, berbentuk silindris, mempunyai rongga tubuhmulai dari

mulut sampai anus, umumnya terpisah dan reproduksi ovipar.Infeksi terutama

disebabkan termakannya telur/ larva dalam kista (Jeffreydan Leach,

1983).Beberapa contoh cacing yang termasuk ke dalam kelas nematoda

" Ascaris vitulorum (cacing gelang)

" Oesophagustomum sp (cacing bungkul)

" Bunostomum sp (cacing kait)

" Haemunchus sp. (cacing lambung)

" Trichostrongylus sp.(cacing rambut)

cacing ini menghisap sari makanan yang dibutuhkan oleh induk semang,

menghisap darah/cairan tubuh atau bahkan memakan jaringan tubuh. Sejumlah

besar cacing Nematoda dalam usus bisa menyebabkan sumbatan (obstruksi) usus

serta menimbulkan berbagai macam reaksi tubuh sebagai akibat toksin yang

dihasilkan. Pada ternak ruminansia telah diketahui lebih dari 50 jenis spesies,

tetapi hanya beberapa spesies yang mempunyai arti penting secara ekonomis,

antara lain sebagai berikut :

a. Oesophagostomum sp.(cacing bungkul)

Cacing bungkul dewasa hidup di dalam usus besar.Disebut cacing bungkul

karena bentuk larva cacing ini dapat menyebabkan bungkul-bungkul di sepanjang

usus besar.

Page 12: 3 Pendahuluan to Daftar Rujukan Rev.doc Fikri (Autosaved).Docx2

12

Cestoda

Cacing ini mempunyai ciri-ciri tubuh bersegmen, mempunyai scolex leher,

proglotida (telur berembryo), hermaprodit, reproduksi ovipar dan kadang-kadang

berbiak dalam bentuk larva, infeksi umumnya oleh larva dalam kista. Menurut

Arifindan Soedarmono (1982), cacing cestoda yang hidupdalam usus kecil pada

sapi dan kerbau; jenisnya yaitu Moniezia sp. dan Taeniasp.Cacing taenia

saginatamerupakan cacing Cestoda yang seringmenyerang sapi.Cacing ini

memiliki panjang tubuh bisa mencapai 8m.Bentukcacing pipih, bersegmen dan

berwarna putih kekuningan.Cacing ini jarang menimbulkanmasalah, kecuali jika

menyerang anak sapi yang sangat muda dan dalam jumlahyang besar.

3. Identifikasi Antemortem dan Post mortem

Manual Kesmavet (1993) mengutarakan bahwa pemeriksaan

antemortem dilaksanakan dengan mengamati dengan seksama hewan potong

yang akan disembelih mengenai:

a. Sikap hewan potong pada saat berdiri dan bergerak yang dilihat dari

segala arah.

b. Selaput lendir mulut, mata dan cermin hidung.

c. Kulit, kelenjar getah bening sub maxillaris, parotidea, prescapularis

dan inguinalis.

d. Ada atau tidaknya adanya tanda-tanda hewan potong telah disuntik

hormon dan suhu badannya.

e. Mengadakan pengujian laboratorik apabila terdapat kecurigaan tentang

adanya penyakit yang tidak dapat diketahui dalam pengamatan.

Pemeriksaan post mortem dimulai dengan pemeriksaan sederhana dan

apabila diperlukan dilengkapi dengan pemeriksaan mendalam. Pemeriksaan

sederhana meliputi pemeriksaan organoleptis yaitu terhadap bau, warna

konsistensis dan pemeriksaan dengan cara melihat, meraba dan menyayat.

Menurut SK Menteri Pertanian Nomor: 431/Kpts/TN.310/7/1992 yang

terdapat dalam Manual Kesmavet (1993) pemeriksaan sederhana seperti yang

telah disebutkan di atas dilakukan dengan urutan sebagai berikut:

Page 13: 3 Pendahuluan to Daftar Rujukan Rev.doc Fikri (Autosaved).Docx2

13

a. Pemeriksaan kepala lidah yang dilakukan secara lengkap dengan cara

melihat, meraba, dan menyayat seperlunya alat-alat pengunyah

(massetter) serta kelenjar-kelenjar sub maxillaris, sub parotidea,

retropharyngealis dan tonsil.

b. Pemeriksaan organ rongga dada yang dilakukan dengan cara melihat,

meraba dan menyayat seperlunya oesophagus, larynx, trachea, paru-

paru serta kelenjar paru-paru yang meliputi kelenjar bronchiastinum

anterior, medialis dan posterior, jantung dengan memperhatikan

pericardium, epicardium, myocardium, endocardium dan katup jantung

dan yang terakhir diafragma.

c. Pemeriksaan organ rongga perut yang dilakukan dengan cara melihat,

meraba dan menyayat seperlunya hati dan limpa, ginjal meliputi capsul,

corteks dan medulanya dan pemeriksaan pada usus beserta kelenjar

mesenterialis.

d. Pemeriksaan alat genetalia dan ambing yang dilakukan bila ada

penyakit yang dicurigai.

e. Pemeriksaan karkas yang dilakukan dengan melihat, meraba dan

menyayat seperlunya kelenjar prescapularis superficialis, inguinalis

profunda/supramammaria, axillaris, iliaca dan poplitea.

4. Identifikasi Parasit

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing masih tinggi prevelansinya

terutama pada penduduk di daerah tropik seperti di Indonesia, dan merupakan

masalah yang cukup besar bagi bidang kesehatan masyarakat. Hal ini dikarenakan

Indonesia berada dalam kondisi geografis dengan temperatur dan kelembaban

yang sesuai, sehingga kehidupan cacing ditunjang oleh proses daur hidup dan cara

penularannya.

Identifikasi parasit yang tepat memerlukan pengalaman dalam membedakan

sifat sebagai spesies, parasit, kista, telur, larva, dan juga memerlukan pengetahuan

tentang berbagai bentuk pseudoparasit dan artefak yang mungkin dikira suatu

parasit.Identifikasi parasit juga bergantung pada persiapan bahan yang baik untuk

pemeriksaan baik dalam keadaan hidup maupun sediaan yang telah di pulas.

Bahan yang akan di periksa tergantung dari jenis parasitnya, untuk cacing atau

Page 14: 3 Pendahuluan to Daftar Rujukan Rev.doc Fikri (Autosaved).Docx2

14

protozoa usus maka bahan yang akan di periksa adalah tinja atau feses, sedangkan

parasit darah dan jaringan dengan cara biopsi, kerokan kulit maupun imunologis

(Kadarsan, 1983).

Pemeriksaan organ tubuh dalam di maksudkan untuk mengetahui ada

tidaknya larva atau cacing yang infektif.Pemeriksaan ini juga di maksudkan untuk

mendiagnosa tingkat infeksi cacing parasit pada sapi yang di periksa (Hendra,

2012).

a. Analisis Kegiatan

1. Identifikasi Cacing Parasit

Identifikasi Cacing Parasit di Bagian Lapangan RPH Babat Dinas

Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lamongan dilakukan dengan dua

teknik, yaitu antemortem dan post mortem. Awalnya kedua teknik tersebut

dilakukan bersamaan, akan tetapi teknik postmortem dapat menghasilkan sampel

yang banyak karena sampel yang ditemukan berasal dari organ dalam tubuh sapi

dimana lebih banyak organ dalam yang di infeksi oleh cacing parasit sapi (bos sp).

Berdasarkan praktik yang telah dilaksanakan didapatkan data sebagai

berikut :

No Tanggal Jumlah Sapi ∑ Infeksi Cacing

Parasit

Infeksi tidak tinfeksi

%

infeksi

1 3 1 2 33.3

2 2 0 2 0

3 3 1 2 33.3

4 2 1 1 50

5 2 1 1 50

6 2 1 1 50

7 2 1 1 50

8 2 1 1 50

9 2 1 1 50

10 2 1 1 50

11 2 1 1 50

12 2 1 1 50

Page 15: 3 Pendahuluan to Daftar Rujukan Rev.doc Fikri (Autosaved).Docx2

15

13 2 1 1 50

14 2 1 1 50

15 2 1 1 50

16 2 1 1 50

17 2 1 1 50

18 1 0 1 0

19 2 1 1 50

20 1 0 1 0

21 2 0 2 0

22 2 1 1 50

23 1 1 0 100

24 2 1 1 50

25 1 0 1 0

26 2 2 0 100

27 2 1 1 50

28 2 2 0 100

29 2 1 1 50

30 1 1 0 100

31 2 1 1 50

32 2 2 0 100

jumlah 71 30 32 1566.6

Rata-rata 48.95

Dari identifikasi cacing parasit yang dilakukan, ternyata masih banyak sapi

yang mengalami infeksi cacing parasit dengan presentase 48.95 % dengan macam

jenis cacing terbanyak terdapat pada anggota kelas trematoda (Fasciola hepatica)

dan diikuti dengan anggota kelas cestoda (cacing pita), jenis sapi yang berada di

RPH Babat pada ummnya berasal dari jenis sapi PO (peranakan ongole).

Kondisi sapi yang sudah dipotong sangat mempengaruhi dalam upaya

identifikasi karena jika sapi sehat sebelum dipotong (identifikasi antemotem)

maka dapat dipastikan tidak akan ditemukan cacing parasit dalam tubuh. Keadaan

sapi yang terinfeksi biasanya ditandai dengan perubahan tingkah laku sebelum

Page 16: 3 Pendahuluan to Daftar Rujukan Rev.doc Fikri (Autosaved).Docx2

16

dipotong seperti: sapi menjadi liar dan tidak bisa dikendalikan, sapi lemah lesu,

dll.. Ketersediaan formalin 10% sangat penting dalam melakukan penyimpanan

bahan amatan. Penggunaan formalin tersebut dimaksudkan agar cacing parasit

dapat bertahan lebih lama sebelum dilaporkan ke dinas terkait.

Page 17: 3 Pendahuluan to Daftar Rujukan Rev.doc Fikri (Autosaved).Docx2

17

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilakukan dan

pengamatan langsung ke lapangan, maka dapat disimpulkan:

1. Identifikasi cacing parasit di RPH Babat menggunakan teknik identifikasi

antemortem dan post mortem dalam identifikasi cacing parasit.

2. Organ dalam sapi yang terinfeksi pada sapi banyak terdapat pada usus dan

hati.

3. Masih banyak tingkat infeksi yang terjadi pada sapi di RPH Babat dengan

prosentase 48.95%, tetapi banyak dari infeksi tersebut yang tidak

membahayakan jika di konsumsi manusia karena banyak ditemukan pada

usus,dan belum menyerang organ terstentu.

B. Saran

Selain spesiemen awetan yang sudah dimiliki mungkin perlu adanya suatu

pencegahan lebih dini terhadap serangan cacing parasit melalui penyuluhan

terhadap para petani.

Page 18: 3 Pendahuluan to Daftar Rujukan Rev.doc Fikri (Autosaved).Docx2

18

DAFTAR RUJUKAN

Brown, H. W. 1969. Dasar Parasitologi Klinis. Gramedia, Jakarta.Entjang, I.

2003.

Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan dan Sekolah

MenengahTenaga Kesehatan yang Sederajat. Citra Aditya Bakti,

Bandung.

Kadarsan,S. Binatang Parasit. Lembaga Biologi Nasional-LIPI, Bogor.

Anonim a. 2009. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lamongan

(online), (http://Kabupatenlamongan/node/93, diakses 23 september

2012)