pemeriksaan diagnostik gbs

14
Pemeriksaan Diagnostik GBS Diagnosa SGB terutama ditegakkan secara klinis. SBG ditandai dengan timbulnya suatu kelumpuhan akut yang disertai hilangnya refleks-refleks tendon dan didahului parestesi dua atau tiga minggu setelah mengalami demam disertai disosiasi sitoalbumin pada likuor dan gangguan sensorik dan motorik perifer. Kriteria diagnosa yang umum dipakai adalah criteria dari National Institute of Neurological and Communicative Disorder and Stroke (NINCDS), yaitu: 1) Ciri-ciri yang perlu untuk diagnosis: - Terjadinya kelemahan yang progresif - Hiporefleksi 2) Ciri-ciri yang secara kuat menyokong diagnosis SGB: a. Ciri-ciri klinis: - Progresifitas: gejala kelemahan motorik berlangsung cepat, maksimal dalam 4 minggu, 50% mencapai puncak dalam 2 minggu, 80% dalam 3 minggu, dan 90% dalam 4 minggu.

Upload: paulinatia

Post on 04-Dec-2015

228 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

g

TRANSCRIPT

Page 1: Pemeriksaan Diagnostik GBS

Pemeriksaan Diagnostik GBS

Diagnosa SGB terutama ditegakkan secara klinis. SBG ditandai dengan timbulnya

suatu kelumpuhan akut yang disertai hilangnya refleks-refleks tendon dan didahului parestesi

dua atau tiga minggu setelah mengalami demam disertai disosiasi sitoalbumin pada likuor

dan gangguan sensorik dan motorik perifer.

Kriteria diagnosa yang umum dipakai adalah criteria dari National Institute of

Neurological and Communicative Disorder and Stroke (NINCDS), yaitu:

1) Ciri-ciri yang perlu untuk diagnosis:

- Terjadinya kelemahan yang progresif

- Hiporefleksi

2) Ciri-ciri yang secara kuat menyokong diagnosis SGB:

a. Ciri-ciri klinis:

- Progresifitas: gejala kelemahan motorik berlangsung cepat, maksimal dalam 4

minggu, 50% mencapai puncak dalam 2 minggu, 80% dalam 3 minggu, dan 90%

dalam 4 minggu.

- Relatif simetris

- Gejala gangguan sensibilitas ringan

- Gejala saraf kranial ± 50% terjadi parese N VII dan sering bilateral. Saraf otak lain

dapat terkena khususnya yang mempersarafi lidah dan otot-otot menelan, kadang <

5% kasus neuropati dimulai dari otot ekstraokuler atau saraf otak lain

- Pemulihan: dimulai 2-4 minggu setelah progresifitas berhenti, dapat memanjang

sampai beberapa bulan.

Page 2: Pemeriksaan Diagnostik GBS

- Disfungsi otonom. Takikardi dan aritmia, hipotensi postural, hipertensi dangejala

vasomotor.

- Tidak ada demam saat onset gejala neurologis

b. Ciri-ciri kelainan cairan serebrospinal yang kuat menyokong diagnosa:

- Protein CSS. Meningkat setelah gejala 1 minggu atau terjadi peningkatan pada LP

serial

- Jumlah sel CSS < 10 MN/mm3

- Varian:

Tidak ada peningkatan protein CSS setelah 1 minggu gejala

Jumlah sel CSS: 11-50 MN/mm3

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :

1) Pemeriksaan laboratorium

Gambaran laboratorium yang menonjol adalah peninggian kadar protein dalam cairan

otak (> 0,5 mg%) tanpa diikuti oleh peninggian jumlah sel dalam cairan otak, hal ini

disebut disosiasi sito-albuminik. Peninggian kadar protein dalam cairan otak ini dimulai

pada minggu 1-2 dari onset penyakit dan mencapai puncaknya setelah 3-6 minggu.

Jumlah sel mononuklear < 10 sel/mm3. Walaupun demikian pada sebagian kecil

penderita tidak ditemukan peninggian kadar protein dalam cairan otak. Imunoglobulin

serum bisa meningkat. Bisa timbul hiponatremia pada beberapa penderita yang

disebabkan oleh SIADH (Sindroma Inapproriate Antidiuretik Hormone).

2) Pemeriksaan elektrofisiologi (EMG)

Gambaran elektrodiagnostik yang mendukung diagnosis GBS adalah kecepatan

Page 3: Pemeriksaan Diagnostik GBS

hantaran saraf motorik dan sensorik melambat. Distal motor retensimemanjang kecepatan

hantaran gelombang-f melambat, menunjukkan perlambatan pada segmen proksimal dan

radiks saraf. Di samping itu untuk mendukung diagnosis pemeriksaan elektrofisiologis

juga berguna untuk menentukan prognosis penyakit : bila ditemukan potensial denervasi

menunjukkan bahwa penyembuhan penyakit lebih lama dan tidak sembuh sempurna.

3) Tes fungsi paru

Menurunnya kapasitas vital, perubahan nilai AGD (penurunan PaO2, meningkatanya PaCO2

atau peningkatan pH)

Pemeriksaan Subyektif (Anamnesis)

Dalam memeriksa penyakit saraf, data riwayat penyakit merupakan hal yang penting

(Lubantombing, 2012:2). Riwayat medis yang komprehensif tersebut meliputi identifikasi data

dan sumber riwayat medis, keluhan utama (KU), Riwayat penyakit sekarang (RPS), Riwayat

penyakit dahulu (RPD), riwayat keluarga (RK) dan riwayat personal dan sosial (RP dan S)

(Bickley, 2009:2).

1)   Identifikasi Data

Identifikasi data meliputi data-data tentang usia klien, jenis kelamin, status perkawinan, dan

pekerjaan (Bickley, 2009:4). Pada kasus GBS didapatkan data terjadi pada segala usia meskipun

paling sering ditemukan pada usia antara 30 dan 50 tahun dan mempunyai frekuensi yang sama

pada kedua jenis kelamin dan pada semua ras (Kowalak, 2011 :293).

2)   Data-data Rumah sakit

Data-data medis rumah sakit berisi informasi tentang riwayat medis yang di dapat dari klien,

keluarga klien, orang terdekat klien, tenaga medis lain, atau rekam medisnya(Bickley, 2009:3).

Pada kasus GBS pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah dengan pemeriksaan cairan

serebrospinal (yang diperoleh melalui pungsi lumbal) (Lubantombing, 2012:15), yang dapat

menunjukkan konsentrasi protein dalam cairan serebrospinal dengan menghitung jumlah sel

normal (disosiasi albuminositologis) (Ginsberg, 2005:193). Pemeriksaan konduksi saraf

mencatat transmisi impuls sepanjang serabut saraf. Pada klien GBS mengalami penurunan

kecepatan konduksi (Ariani, 2012:71).

Page 4: Pemeriksaan Diagnostik GBS

3)   Riwayat Penyakit sekarang

Bagian anamnesis ini merupakan uraian yang lengkap, jelas, dan kronologis mengenai berbagai

permasalahan yang mendorong klien untuk mendapat perawatan (Bickley, 2009:4). Keluhan

utama yang sering ditemukan pada klien GBS adalah terjadinya kelemahan motorik (Price and

Wilson, 2005:1152). Pada klien GBS biasanya timbul demam selama 1 sampai 4 minggu

sebelum timbulnya gejala, kemudian timbul rasa kesemutan (parastesia) pada kaki, lengan,

tubuh, dan akhirnya ke wajah. Nyeri biasanya simetri dan mengenai otot-otot besar seperti

gluteal, quadrisep dan hamstring. Dan kadang-kadang muncul pada tungkai bagian bawah dan

ekstremitas atas (Umphred, 2001:387).

4)   Riwayat penyakit Dahulu

Berisi daftar penyakit yang dialami pada waktu kanak-kanak, daftar penyakit pada usia dewasa

beserta tanggal kejadiannya yang meliputi empat kategori medis, pembedahan, obstetri dan

ginekologi, dan psikiatri (Bickley, 2009:3). Riwayat penyakit dahulu klien GBS yang dapat

dihubungkan dengan atau menjadi predosposisi keluhan sekarang meliputi adanya infeksi

pernapasan seperti pneumonia, dan infeksi pencernaan (Umphred, 2001 :386).

5)   Riwayat Keluarga

Pada riwayat keluarga berisi catatan tentang ada atau tidaknya penyakit spesifik dalam keluarga,

seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, dan lain-lain (Bickley, 2009:3).Pada klien GBS

tidak ada riwayat penyakit spesifik karena GBS bukan termasuk penyakit yang herediter (Price

dan Wilson, 2005:1152).

6)   Riwayat Personal dan Sosial

Riwayat sosial meliputi kepribadian serta minat klien, sumber-sumber dukungan, cara klien

mengatasi persoalan, kekuatan dan ketakutannya. Bisa mencakup pekerjaan, situasi di rumah

serta hal-hal signifikan lainnya, aktivitas diwaktu senggang, aktivitas hidup sehari-hari, serta

kebiasaan gaya hidup yang dapat meningkatkan status kesehatan atau membawa risiko (Bickley,

2009:6). Dibeberapa penelitian tidak disebutkan tentang riwayat sosial klien GBS, namun klien

dengan GBS paling banyak terkena pada musim semi dan musim dingin. 2 musim tersebut yang

akhirnya dihubungkan dengan penyebab GBS yaitu infeksi pernapasan dan gastrointestinal

(Haghighi et all, 2012:60).

2.4.1.2  Pemeriksaan Fisik

1)   Vital Sign

Tanda-tanda vital berisi tentang pemeriksaan nadi, respirasi, suhu, dan tekanan darah. Semua

tanda vital tersebut sebaiknya diukur pada setiap pemeriksaan yang lengkap (Willms, 2003:65).

Jika GBS  terkena pada saraf otonom maka akan terjadi perubahan drastis dalam tekanan darah

Page 5: Pemeriksaan Diagnostik GBS

(hipotensi ortostatik) serta perubahan frekuensi jantung (Ariani, 2012:72), namun didapatkan

suhu tubuh normal (Umphred, 2001 :389). Gangguan sistem saraf otonom dapat dipicu oleh

valsava maneuver, batuk, dan perubahan posisi sehingga aktivitas-aktivitas ini harus dilakukan

dengan sangat hati-hati (Ariani, 2012:72).

2)   Inspeksi

Pemeriksaan inspeksi dilakukan dengan mengobservasi atau melihat keadaan fisik klien untuk

mendapatkan informasi tentang kecacatan yang terlihat, defisit fungsional, dan kelainan atau

obnormalitas body aligment (Bickley, 2009).

3)   Palpasi

Palpasi dilakukan dengan cara meminta klien untuk mengistirahatkan ototnya, kemudian

dipalpasi untuk menentukan konsistensi serta adanya nyeri tekan dan menilai tonus otot

(Lubantombing, 2012). Pada kasus GBS beberapa klien mengalami nyeri tekan (Ariani, 2012:71)

dan tonus otot hilang (Price dan Wilson, 2005 :1152).

4)   Pemeriksaan Gerak Dasar

Didalam pemeriksaan gerak dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu pemeriksaan gerak aktif ,

pemeriksaan gerak pasif dan isometrik. Namun pada klien dengan GBS saat dilakukan

pemeriksaan gerak dasar aktif ditemukan adanya nyeri dan tidak mampu untuk mentolerir

pemeriksaan sehingga klien sulit diajak untuk bekerjasama saat dilakukan pemeriksaan kekuatan

otot (Umphred, 2001:338).

5)   Kemampuan Fungsional dan Lingkungan aktivitas.

Pemeriksaan kemampuan fungsional dan aktivitas untuk klien dengan GBS didalamnya harus

ada aktifitas fungsi dari bowel and bladder serta ambulasi (Umprhed, 2001:389). Indeks Barthel

telah lazim dipakai untuk mengukur kemampuan aktivitas klien. Terdiri dari 10 poin aktivitas

yang dikerjakan oleh klien dan nilai oleh fisioterapi. Kesepuluh poin aktivitas yang akan nilai

masing-masing memiliki poin atau nilai, sebagai berikut :Keterangan tabel 2.2 Penilaian Indeks Barthel

No Aktivitas Nilai

1 Makan 0 – 10

2 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan sebaliknya , termasuk duduk di tempat tidur

0 – 15

3 Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, mencukur, menggosok gigi

0 – 5

4 Aktivitas toilet 0 – 10

Page 6: Pemeriksaan Diagnostik GBS

5 Mandi 0 – 5

6 Berjalan di jalan yang datar

(jika tidak mampu berjalan, lakukan dengan kursi roda)

0 – 15

(0 – 5)

7 Naik turun tangga 0 – 10

8 Berpakain termasuk mengenakan sepatu 0 – 10

9 Kontrol BAB 0 – 10

10 Kontrol BAK                                                                             0 – 10

Sumber  (Trisnowiyanto, 2012:99-100)

Intepretasi hasil penilaian setelah dilakukan pemeriksan Indeks Barthel adalah, sebagai

berikut :Keterangan tabel 2.3 Hasil Penilaian Indeks Barthel

Nilai Keterangan

0 – 20 Ketergantungan penuh

21 – 61 Ketergantungan berat

62 – 90 Ketergantungan moderat

91 – 99 Ketergantungan ringan

100 Mandiri

Sumber  (Trisnowiyanto, 2012:100)

6)   Pemeriksaan spesifik

Pemeriksaan spesifik mempunyai nilai yang sangat penting untuk memperkuat temuan-temuan

dalam anamnesis. Pemeriksaan Spesifik pada klien GBS adalah MMT (Manual Muscles

Testing), ROM (Range Of Motion), dan pemeriksan sensori (Umphred, 2001:388). Dan juga

dapat dilakukan dengan pemeriksaan refleks tendon (Umphred, 2001:389).

(1) MMT (Manual Muscles Testing)

MMT merupakan salah satu bentuk pemeriksaan kekuatan otot yang paling sering digunakan.

Hal tersebut karena penatalaksanaan, intrepetasi, hasil serta validitas dan realibilitasnya telah

teruji. Namun demikian tetap saja, MMT tidak mampu untuk mengukur otot secara individual

melainkan secara kelompok otot (Trisnowiyanto, 2012:30).

Page 7: Pemeriksaan Diagnostik GBS

Tabel 2.4 Penilaian Manual Muscle TestingNilai Keterangan

5 (Normal) Klien dapat melawan gravitasi, LGS penuh dan dapat melawan tahanan maksimal

4 (Good) Klien dapat melawan gravitasi, LGS penuh dan dapat melawan tahanan minimal

3 (Fair) Klien dapat melawan gravitasi dan LGS penuh.

2 (Poor) Klien tidak mampu melawan gravitasi namun memiliki LGS penuh

1 (Trace) Hanya terdapat sedikit kontraksi

0 (Zero) Tidak ada kontraksi

Sumber  (Carolyn Jarvis, 2008:612)

Tujuan dilakukan MMT adalah untuk mengetahui berapa nilai dari kekuatan otot klien,

memprediksi dan mencegah adanya kontraktur, dan dapat memberikan program latihan yang

tepat sesuai nilai kekuatan otot klien dengan GBS. Namun otot yang akan

dilakukan  pemeriksaan MMT hanya merupakan otot-otot spesifik (bukan kelompok otot) seperti

otot sternocleidomastoids, deltoid, triceps, flexor carpi ulnaris, lumbricals, iliopsoas, gluteus

medius, anterior tibialis, dan flexor hallucis longus  (Umphred, 2001:388).

(2) ROM (Range Of Motion)

Range Of Motion merupakan bagian integral dari gerakan manusia. Agar seorang individu untuk

bergerak secara efisien dan dengan sedikit usaha, berbagai gerak seluruh sendi sangat penting.

Selain itu, kisaran gerak yang tepat memungkinkan sendi untuk beradaptasi lebih mudah

terhadap tekanan yang dikenakan pada tubuh, serta mengurangi potensi cedera. Berbagai gerak

seluruh sendi sangat tergantung pada dua komponen ROM dan panjang otot. Alat ukur yang

sering digunakan untuk pemeriksaan ROM adalah Goniometer dan terbagi menjadi empat

bidang, yaitu sagital plane, frontal plane, transversal plane dan rotation (Reese, 2002:4,36).

Joint range motion adalah gerakan yang tersedia di setiap sendi dan dipengaruhi oleh struktur

tulang yang terkait dan karakteristik fisiologis jaringan ikat di sekitar sendi. Jaringan ikat penting

yang membatasi rentang gerak sendi termasuk ligamen dan kapsul sendi (Reese, 2002:4).

(3) Pemeriksan Refleks Tendon Dalam

Hasil pemeriksaan refleks merupakan informasi penting yang sangat menentukan. Penilaian

refleks selalu berarti penilaian secara banding antara sisi kiri dan sisi kanan (Ariani, 2012:186).

Itulah sebabnya pemeriksaan refleks penting nilainya karena lebih objektif (Lumbantobing,

Page 8: Pemeriksaan Diagnostik GBS

2005:135), karena pada klien dengan GBS refleks tendon biasanya berkurang atau tidak

ada (Umphred, 2001:387).  Refleks tendon dalam atau refleks regangan otot dihantarkan melalui

struktur pada sistem saraf pusat atau tepi. Refleks tersebut menggambarkan satuan fungsi

sensorik dan motorik yang sederhana. Untuk menimbulkan refleks tendon dalam, lakukan

pengetukan dengan cepat pada otot yang akan diperiksa.

Untuk dapat mencetuskan refleks, semua komponen refleks harus utuh, komponen tersebut

meliputi serabut saraf sensorik, sinaps medulla spinalis, serabut saraf motorik, sambungan

serabut muskular, dan serabut-serabut otot. Ketukan pada tendon akan mengaktifkan serabut-

serabut sensorik khusus pada otot yang teregang sebagian dengan memicu impuls sensorik yang

berjalan ke medulla spinalis melalui saraf tepi. Serabut sensorik yang terangsang itu bersinaps

langsung dengan radiks saraf anterior yang mempersarafi otot yang sama. Ketika impuls saraf

melintasi sambungan neuromuskular, maka otot akan berkontraksi secara tiba-tiba (Bickley,

2009:550). Telah ditemukakan di atas bahwa timbulnya refleks ini ialah karena teregangnya otot

oleh rangsang yang diberikan dan akan timbul kontraksi otot (Lumbantobing, 2005:136). Tingkat

jawaban refleks dibagi menjadi beberapa tingkat, yaitu :Keterangan tabel 2.5 Respon Penilaian refleks

Simbol Keterangan

        (negatif) Tidak ada refleks sama sekali

± Kontraksi sedikit

+ Ada kontraksi

++ Kontraksi berlebihan, refleks meningkat

Sumber  (Lubantombing, 2005:136)

(4) Pemeriksaan Sensori

Tujuan dilakukan pemeriksaan sensori pada klien GBS adalah untuk mengidentifikasi jenis

tertentu dari perubahan sensori, seperti parasthesia atau hypesthesia (Umphred, 2001:389).

Pemeriksaan sensori atau sensibilitas merupakan pemeriksaan yang tidak mudah. Kita tergantung

kepada perasaan klien, jadi bersifat subjektif (Lumbantobing, 2005:118). Oleh sebab itu,

pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setelah pemeriksaan motorik termasuk refleks. Karena

subjektivitas ini, pemeriksa dapat salah, baik karena keinggginan klien yang besar untuk

membantu atau klien berpura-pura mengerti sehingga memberikan informasi yang salah.

Page 9: Pemeriksaan Diagnostik GBS

Pemeriksaan sensorik paling baik dilakukan secara cepat, selain tidak melelahkan bagi pemeriksa

dan klien, juga mengurangi kemungkinan yang terjadi kesalahan informasi yang diberikan.

Pemeriksaan sensori suhu dan nyeri dihantarkan oleh jaras traktur spinotalamikus di medulla

spinalis. Disini neuron sensorik primer memasuki medulla spinalis melalui radiks dorsalis

(Ginsberg, 2005:51-52). Pemeriksaan rasa nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan jarum

dan kita menanyakan rasa nyeri yang dirasakan klien. Pemeriksaan rasa suhu, ada dua macam

rasa suhu yaitu  rasa panas dan rasa dingin. Rasa suhu diperiksa dengan menggunakan tabung

reaksi yang diisi dengan air es untuk rasa dingin, dan untuk rasa panas dengan air panas

(Lumbantobing, 2005:125-126).

DASAR DATA PENGKAJIAN PASIENAktifitas dan istirahatGejala : Adanya kelemahan dan paralisis secara simetris, yang biasanya dimulai pada ekstremitas bagian bawah dan selanjutnya berkembang dengan cepat kearah atas.Hilangnya kontrol motorik halus tanganTanda : kelemahan otot, paralisis flaksit (simetris)Cara berjalan tidak mantapSirkulasiTanda : perubahan tekanan darah (hipertensi atau hipotensi)Distrimia, takikardia/bradikardiaWajah kemerahan, diaforesisIntegritras agoGejala : perasaan cemas dan terlalu berkonsentrasi pada masalah yang dihadapiTanda : tampak takut dan bingungEliminasiGejala : adanya perubahan pola eliminasiTanda : kelemahan pada otot-otot abdomenHilangnya sensasi anal (anus) atau berkemih dan refleks sfingterMakanan/cairanGejala : kesilitan dalam mengunyah dan menelanTanda : gangguan pada refleks menelanNeurosensoriGejala : kebas, kesemutan yang dimulai dari kaki atau jari-jari kaki dan selanjutnya terius naik (distribusi stoking atau sarung tangan)Perubahan rasa terhadap posisi tubuh, fibrasi, sensasi nyeri, sensasi suhu.PerubahanTanda : hilangnya atau menurunnya refleks tendon dalamHilangnya tonus otot, adanya masalah dengan keseimbanganAdanya kelemahan pada otot-otot wajah, terjadi ptosis kelopak mata (keterlibatan saraf kranial),

Page 10: Pemeriksaan Diagnostik GBS

kehilangan kemampuan untuk berbicaraNyeri/kenyamananGejala : nyeri tekan otot, seperti terbakar, sakit, nyeri (terutama pada bahu, pelvis, pinggang, punggung dan bokong). Hipersensitif terhadap sentuhan.PernapasanGejala : kesulitan dalam bernapas, napas pendek.Tanda : pernapasan perut, menggunakan otot bantu napas, apnea. Penurunan atau hilangnya bunyi napasMenurunnya kapasitas vital paruPucat/sianosisGangguan refleks menelan/batukKeamananGejala : infeksi virus nonspesifik (seperti infeksi saluran pernapasan atas) kira-kira dua minggu sebelum munculnya tanda seranganAdanya riwayat terkena herpezoster, sitomegalo virusTanda : suhu tubuh yang berfluktuasi (sangat tergantung pada suhu lingkungan)Penurunan kekuatan/tonus otot paralisis atau parestesiaInteraksi sosialTanda : kehilangan kemampuan untk berbicara atau komunikasiPenyuluhan pembelajaranGejala : penyakit sebelumnya (infeksi saluran napas atas, gastroentritis) vaksinasi ( campak. Polio); keadaan kronis ( lupus erotematosus ), penyakit hodgkin/proses keganasan. Pembedahan/anestesia umum, traumaPertimbanganDRG menunjukan berapa lama perawatan : 6 hariRencana pemulangan : mungkin pasien memerlukan bantuan menganai transportasi, penyiapan makanan, perawatan diri, dan kewajiban pekerjaan rumah. Mungkin perlu memerlukan perubahan pada teteruan dan bentuk rumah, pemindahan pusat rehabilitasi.