uji diagnostik pemeriksaan serologi pada penderita …

13
1 UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN SEROLOGI PADA PENDERITA SUSPEK KANDIDOSIS TRAKTUS RESPIRATORIUS Ayu Sesa Nurfiani 1 , Ridhawati 2 1. Mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia 2. Staf Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Jakarta, Indonesia ABSTRAK Dalam beberapa tahun terakhir, kandidosis traktus respiratorius semakin mendapat perhatian akibat frekuensinya yang semakin meningkat. Hal tersebut berhubungan dengan menigkatnya faktor resiko seperti penggunaan antibiotik spectrum luas, penggunaan steroid, dan faktor komorbid lainnya. Diagnosis kandidosis di traktus respiratorius bukanlah hal yang mudah, perlu dilakukan pemeriksaan komprehensif yang menyeluruh seperti pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan fisik, gambaran radiologis dan sebagainya. Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan mikologi dan serologi. Pemeriksaan kultur merupakan salah satu pemeriksaan mikologi dan digunakan sebagai gold standard dalam mendiagnosis kandidosis. Dalam mendiagnosis, pemeriksaan serologi dengan metode imunodifusi digunakan sebagai konfirmasi. Kedua pemeriksaan tersebut telah dilakukan di Laboratorium Mikologi Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis metode diagnosis Candida traktus respiratorius menggunakan pemeriksaan serologi dengan metode imunodifusi. Penelitian ini menggunakan metode uji diagnostik dengan 72 sampel dari data sekunder yang didapat dari rekam medis kandidosis pada tahun 2010-2011 di Laboratorium Mikologi Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Analisa data dilakukan dengan analisa deskriptif dan analisis uji diagnostik. Secara demografi hasil penelitian didapatkan bahwa infeksi kandidosis traktus respiratorius banyak ditemukan pada laki-laki dan pada usia produktif. Pada hasil uji diagnostik didapat nilai sensitivitas 43,6%, spesifisitas 94,1%, nilai duga positif 96%, nilai duga negative 34%, Likelihood ratio positif 7,39, Likelihood ratio negatif 0,59. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan serologi dengan metode imunodifusi pada diagnosis kandidosis traktus respiratorius memiliki nilai diagnostik sensitivitas yang rendah namun spesifisitas yang tinggi. Kata kunci: Candida, Imunodifusi; Kandidosis traktus respiratorius; Kultur sputum ABSTRACT In the last few years, respiratory tract candidiasis increasingly received attention due to the increasing frequency. It is associated with increased risk factors such as use of broad spectrum antibiotics, steroids, and other comorbidities. Diagnosis of candidiasis in the respiratory tract is not an easy thing, to do such a thorough comprehensive examination such as physical examination, laboratory tests, radiologic, and so on. Laboratory examination that commonly used are mycological examination and serology examination. Culture examination is one of the mycological examination and used as the gold standard in the diagnosis of Uji Diadnostik..., Ayu Sesa Nurfiani, FK-UI, 2013

Upload: others

Post on 26-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN SEROLOGI PADA PENDERITA …

 

1    

UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN SEROLOGI PADA PENDERITA SUSPEK KANDIDOSIS TRAKTUS RESPIRATORIUS

Ayu Sesa Nurfiani1, Ridhawati2

1. Mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia

2. Staf Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

Dalam beberapa tahun terakhir, kandidosis traktus respiratorius semakin mendapat perhatian akibat frekuensinya yang semakin meningkat. Hal tersebut berhubungan dengan menigkatnya faktor resiko seperti penggunaan antibiotik spectrum luas, penggunaan steroid, dan faktor komorbid lainnya. Diagnosis kandidosis di traktus respiratorius bukanlah hal yang mudah, perlu dilakukan pemeriksaan komprehensif yang menyeluruh seperti pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan fisik, gambaran radiologis dan sebagainya. Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan mikologi dan serologi. Pemeriksaan kultur merupakan salah satu pemeriksaan mikologi dan digunakan sebagai gold standard dalam mendiagnosis kandidosis. Dalam mendiagnosis, pemeriksaan serologi dengan metode imunodifusi digunakan sebagai konfirmasi. Kedua pemeriksaan tersebut telah dilakukan di Laboratorium Mikologi Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis metode diagnosis Candida traktus respiratorius menggunakan pemeriksaan serologi dengan metode imunodifusi. Penelitian ini menggunakan metode uji diagnostik dengan 72 sampel dari data sekunder yang didapat dari rekam medis kandidosis pada tahun 2010-2011 di Laboratorium Mikologi Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Analisa data dilakukan dengan analisa deskriptif dan analisis uji diagnostik. Secara demografi hasil penelitian didapatkan bahwa infeksi kandidosis traktus respiratorius banyak ditemukan pada laki-laki dan pada usia produktif. Pada hasil uji diagnostik didapat nilai sensitivitas 43,6%, spesifisitas 94,1%, nilai duga positif 96%, nilai duga negative 34%, Likelihood ratio positif 7,39, Likelihood ratio negatif 0,59. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan serologi dengan metode imunodifusi pada diagnosis kandidosis traktus respiratorius memiliki nilai diagnostik sensitivitas yang rendah namun spesifisitas yang tinggi. Kata kunci: Candida, Imunodifusi; Kandidosis traktus respiratorius; Kultur sputum

ABSTRACT

In the last few years, respiratory tract candidiasis increasingly received attention due to the increasing frequency. It is associated with increased risk factors such as use of broad spectrum antibiotics, steroids, and other comorbidities. Diagnosis of candidiasis in the respiratory tract is not an easy thing, to do such a thorough comprehensive examination such as physical examination, laboratory tests, radiologic, and so on. Laboratory examination that commonly used are mycological examination and serology examination. Culture examination is one of the mycological examination and used as the gold standard in the diagnosis of

Uji Diadnostik..., Ayu Sesa Nurfiani, FK-UI, 2013

Page 2: UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN SEROLOGI PADA PENDERITA …

 

2    

candidiasis. In diagnosing, serologic immunodiffusion method used as confirmation. Both examination have been performed in the Mycology Laboratory of the Department of Parasitology Faculty of Medicine, University of Indonesia. This study aims to analyze the respiratory tract Candida diagnosis method using serologic immunodiffusion method. This research is using diagnostic test with 72 samples from the secondary data obtained from medical records of candidiasis in 2010-2011 in the Mycology Laboratory of the Department of Parasitology Faculty of Medicine, University of Indonesia. Data analysis was done by descriptive analysis and analysis of diagnostic tests. Demographically result showed that the respiratory tract candidiasis infections more common in men and in the productive age. On diagnostic test results obtained On diagnostic test results obtained value of sensitivity is 43.6%, specificity 94.1%, positive predictive value 96%, negative predictive value 34%, positive likelihood ratio 7.39, negative likelihood ratio 0.59. From the results, it can be concluded that serologic immunodiffusion method in the diagnosis of respiratory tract candidiasis has diagnostic value of low sensitivity but high specificity. Keywords: Candida, Immunodiffusion; Respiratory tract candidiasis; Sputum culture

PENDAHULUAN

Infeksi jamur Candida pertama kali ditemukan pada abad ke 18 berupa stomatitis

pada mulut bayi. Candida merupakan jamur golongan khamir yang bersifat komensal,

namun dengan adanya faktor predisposisi dapat menjadi patogen, perubahan sifat itu

menjadikan Candida sebagai salah satu jamur oportunis. Saat ini angka kejadian infeksi

Candida atau kandidosis terus meningkat. Candida terutama ditemukan pada pasien dengan

imunokompromais, penggunaan antibiotik jangka panjang dengan spektrum luas, obat

kortikosteroid, sitostatik serta prosedur kedokteran modern seperti pemakaian selang infus

dan kateter. Sebagian besar infeksi Candida terutama disebabkan oleh spesies Candida

albicans, diikuti oleh Candida galbrata, Candida parasilosis, Candida tropicalis, dan

sebagainya. 1,2,3,4

Kandidosis dapat muncul sebagai infeksi superfisialis maupun sistemik. Kandidosis

superfisialis sering dijumpai pada lipatan-lipatan kulit seperti daerah inguinal, aksila, lipatan

dibawah dada, daerah popok, paronikia, onkomikosis, serta mukosa. Kandidosis sitemik

mengenai pada organ dalam, seperti pada saluran cerna dan saluran napas. 2,3

Candida yang menginfeksi traktus respiratorius dapat berupa infeksi primer maupun

sekunder, namun kasus infeksi primer jarang ditemukan. Kasus kandidosis traktus

repiratorius sekunder umumnya diawali oleh adanya penyakit tuberkulosis ataupun

keganasan. 2,3,4,5

Uji Diadnostik..., Ayu Sesa Nurfiani, FK-UI, 2013

Page 3: UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN SEROLOGI PADA PENDERITA …

 

3    

Seiring dengan meningkatnya faktor risiko, infeksi jamur pada traktus respiratorius

dalam beberapa tahun terakhir semakin mendapat perhatian karena frekuensinya semakin

meningkat sehingga timbul tantangan dalam diagnosis dan tata laksananya. Kandidosis paru

dapat muncul karena penyebaran hematogen, menyebabkan pneumonia difus atau dengan

ekstensi bronkial pada pasien dengan kandidosis orofaringeal, dan aspirasi ragi dari rongga

mulut.5

Diagnosis kandidosis paru atau traktus respiratorius sulit dilakukan jika hanya

berdasarkan gejala klinik saja karena gejalanya mirip dengan penyakit paru lain, oleh sebab

itu harus ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang

umumnya dilakukan adalah pemeriksaan mikologi seperti pemeriksaan langsung dan kultur

dari bahan klinik sputum untuk mencari dan mengisolasi elemen jamurnya serta pemeriksaan

serologi. Pemeriksaan serologi digunakan untuk mendeteksi antibodi dan antigen Candida

dalam serum. Perlu diketahui bahwa kadar antigen bebas dalam darah sangat rendah karena

antigen Candida dalam darah akan dieliminasi dengan cepat oleh limpa. Pemilihan antigen

untuk diagnosis kandidosis harus dilakukan secara hati-hati dengan memperhatikan galur

jamur dan media. Protein dalam germ tube dijadikan marker untuk mendiagnosis kandidosis

sistemik. Pada pasien kandidodis sistemik, antibodi dapat mengenali antigen germtube

dengan berat molekul 30 sampai 33 kDa yang digunakan sebagai pembeda infeksi yang

terjadi pada sistemik atau non sistemik. Selain pemeriksaan serologi, penegakkan diagnosis

kandidosis juga dapat dilakukan dengan teknik polymerase chain reaction (PCR). 1,3,4

Diagnosis kandidosis di traktus respiratorius atau paru, bukan hal yang mudah, perlu

pemeriksaan komprehensif yang menyeluruh seperti pemeriksaan laboratorium, gejala

klinis, gambaran radiologis dan sebagainya. Laboratorium Mikologi Departemen

Parasitologi FKUI telah melakukan pemeriksaan jamur Candida pada sputum dalam waktu

yang lama, umumnya pasien dikirim oleh dokter spesialis paru baik dari praktek pribadi

maupun pasien yang dirawat di rumah sakit. Pemeriksaan sputum diharapkan dapat

mewakili adanya kemungkinan infeksi jamur di saluran respiratorius. Selain itu

pemeriksaan serologi untuk mendeteksi antibodi terhadap Candida juga dilakukan di

laboratorium ini. Secara immunitas adanya infeksi Candida secara sistemik diduga dapat

memicu antibodi terhadap jamur tersebut sehingga pemeriksaan serologi terhadap Candida

diharapkan dapat memperkuat diagnosis.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk

mengetahui kemampuan pemeriksaan Candida pada traktus respiratorius menggunakan

pemeriksaan kultur sputum dan pemeriksaan serologi dengan metode imunodifusi.

Uji Diadnostik..., Ayu Sesa Nurfiani, FK-UI, 2013

Page 4: UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN SEROLOGI PADA PENDERITA …

 

4    

LANDASAN TEORI

Karakteristik dan Morfologi Candida

Candida termasuk dalam kelompok khamir, tidak berpigmen dan tidak membentuk

simpai, memiliki ukuran bervariasi antara 2-5 µ x 3-6 µ sampai 2-5,5 µ x 5-28,5 µ. Candida

tumbuh baik pada medium sabouraud dextrose agar (SDA) dan akan membentuk koloni yang

berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih kekuningan dengan permukaan halus dan berbau

seperti tape. Candida tumbuh optimal pada suhu 37°C dan pada pH 4,5-6,5. 1,2,3,5

Dalam keadaan normal, Candida berada dalam bentuk ragi yang merupakan sel

tunggal, dimana Candida bereproduksi dengan membentuk blastospora atau sel ragi. sel ragi

akan membentuk tunas yang kemudian akan tumbuh semakin besar hingga melepaskan diri

melalui proses yang dinamakan dengan budding. Jika dalam keadaan “mengancam”

morfologi Candida menjadi lebih invasif, dimana akan membentuk pseudohifa atau miselium.

Perubahan morfologi tersebut merupakan bantuk adaptasi dari Candida terhadap lingkungan

sekitarnya. 3,4,6

Pseudohifa berasal dari blastospora yang terus tumbuh pada bagian apeks.

Sebelumnya didahului dengan pembentukan germ tube. Pseudohifa digunakan untuk

menginvasi epitel jaringan endotel inang dan membentuk klamidospora. Klamidospora

digunakan untuk mempertahankan diri dari lingkungan yang buruk. 1,7,8,9

Komponen utama dari dinding sel jamur ini adalah glukan, kitin, manoprotein atau

manan yang berikatan dengan protein, selain itu komponen lain yang dimiliki dinding sel

Candida adalah lemak dan garam organik. Manoprotein akan menempel secara kovalen pada

rangka β-glukans dan protein, dimana maoprotein merupakan pencetus respon imun inang

selama terjadi infeksi. Manoprotein memiliki aktivitas imunomodulasi terhadap respon tubuh

inang sehingga dapat mengatur system imun termasuk natural killer cell, makrofag, respon

imun seluler, hingga respon imun humoral. Candida dapat memproduksi enzim secreted

aspartyl proteinase (SAP) yang membantu dalam kolonisasi dan menyebabkan infeksi. 1,3,9,10

Spesies Candida

Saat ini sudah hampir 200 spesies Candida yang telah ditemukan, namun kurang lebih

hanya 20 spesies yang dapat menjangkit manusia. Dalam beberapa penelitian disebutkan

bahwa penyebab tersering infiksi Candida berasal dari spesies Candida albicans. Namun,

terdapat laporan bahwa saat ini banyak ditemukan peningkatan penyebab infeksi Candida

oleh Candida non albicans seperti Candida glabrata dan Candida krusei. 5,7,11, 12

Uji Diadnostik..., Ayu Sesa Nurfiani, FK-UI, 2013

Page 5: UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN SEROLOGI PADA PENDERITA …

 

5    

Kandidosis

Kandidosis adalah penyakit infeksi primer maupun sekunder yang menyerang kulit,

kuku, mukosa, hingga organ dalam yang disebabkan oleh berbagai spesies Candida. Candida

yang awalnya bersifat komensal menjadi patogenik akibat adanya faktor predisposisi seperti

faktor fisiologis, trauma, hematologi, endokrin, iatrogenik, dan lain-lain. 13,14,15

Sumber infeksi infeksi Candida didapat secara endogen dan eksogen. Sumber infeksi

endogen Candida adalah Candida yang hidup sebagai komesal pada saluran cerna atau

saluran napas. Sumber infeksi eksogen contohnya adalah lingkungan seperti tangan perawat

atau tangan dokter yang merawat pasien. 2,3,16

Candida dapat menyerang organ dalam yang dikenal dengan kandidosis sistemik.

Candida yang menyerang bagian suprfisial seperti pada mukosa dan kulit dikenal dengan

kandidosis superfisialis. Kandidemia atau septisemia Kandidemia adalah diseminasi Candida

melalui aliran darah. Infeksi Candida sistemik dengan Kandidemia sulit dibedakan akibat

diseminasi. Kandidemia dapat terjadi sebagai representasi dari kandidosis sistemik atau secara

mandiri sebagai diseminasi sumber lain.1,3,12,13

Kandidosis Traktus Respiratorius

Port de entre utama infeksi candida di paru adalah melalui kulit dan traktus

gastrointestinal secara diseminasi hematogen. Pada traktus respiratorius, Candida dapat

berkolonisasi di laring, epiglottis, trunkus bronkial, dan trunkus pulmoner. Infeksi Candida

pada saluran pernapasan atas terutama ditemukan pada pasien rawat inap. Infeksi kandida

pada traktus respiratorius berperan cukup besar dalam tingginya insidens kejadian infeksi

kandida, yaitu sekitar 25%.4,5 17

Terganggunya flora normal permukaan mukosa traktus gastrointestinal akibat

penggunaan antibiotik, neutropenia yang diinduksi kemoterapi atau leukemia sekunder,

disfungsi neutrophil, dan defek humoral. Secara umum, infeksi Candida pada traktus

repiratorius memunculkan gejala yang menyerupai infeksi pada paru yang disebabkan oleh

mikroorganisme lain, seperti peningkatan suhu tubuh, nyeri dada, batuk berdahak, produksi

dahak yang kental dan terkadang bercampur darah. 5,18,19,20

Diagnosis Kandidosis

Diagnosis kandidosis ditegakkan dengan melihat informasi yang didapatkan melalui

klinis dan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang perlu

dilakukan adalah pemeriksaan mikologi dan serologi. Pemeriksaan mikologi dilakukan untuk

mengisolasi dan mengindentifikasi bahan klinik. Pemeriksaan serologi dapat dilakukan pada

Uji Diadnostik..., Ayu Sesa Nurfiani, FK-UI, 2013

Page 6: UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN SEROLOGI PADA PENDERITA …

 

6    

diagnosis kandidosis untuk mendeteksi antigen dan antibodi. Bahan klinik yang dapat diambil

sangat bervariasi, dapat berupa hasil biopsi, sputum, tinja, urin tampung, usap tenggorok,

darah, ataupun cairan otak. 1,3,4,21,22,23

Pemeriksaan kultur merupakan baku emas yang digunakan dalam mendiagnosis infeksi

Candida. Jamur Candida diketahui cepat tumbuh pada medium biakan rutin. Medium yang

digunakan mengandung karbohidrat dan nitrogen organik. Pada umumnya, pemeriksaan

kultur Candida menggunakan Agar Sabouraud Dekstrosa (SDA). SDA mengandung glukosa

dan pepton dengan pH 5,6. Bahan biakan dibiak pada SDA pada suhu kamar dan suhu 37°C.

Keuntungan pemeriksaan kultur terletak pada kemudahan melakukan identifikasi spesies.

Pada hasil pemeriksaan kultur, dapat ditemukan kolonisasi Candida dalam jumlah besar. 3,17,22

Antigen Candida sp adalah kumpulan molekul kompleks yang terdiri atas poliskarida,

glikoprotein, dan protein dengan berat molekul dan lokalisasi serta fase yang berbeda. Germ

tube dianggap sebagai proses awal terjadinya invasi jamur ke dalam jaringan, sehingga

protein pada germ tube diharapkan menjadi marker untuk mendiagnosis kandidosis

sistemik.1,3,22

Deteksi antibodi Candida dapat menunjang makna klinis isolasi Candida pada

pemeriksaan kultur. Saat ini pemeriksaan serologi untuk kandidosis sistemik lebih banyak

menggunakan produk laboratorium. Hingga saat ini deteksi antibodi dilakukan dengan

menggunakan antigen sitoplasmik dan antigen mannan dinding sel. Pemeriksaan yang paling

sering digunakan adalah dengan teknik imunodifusi, imunoelektroforesis, dan aglutinasi

partikel lateks untuk antibodi yang ditujukan pada manan. 1,3,17,22

Pemilihan antigen dalam mendiagnosis kandidosis harus dilakukan secara hati-hati,

karena sebagian komponen yang ditemukan pada germ tube juga ditemukan pada

blastokonidia. Pemilihan media juga perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi

pembentukan antigen. 17,23

Imunodifusi memberi hasil kualitatif dan memerlukan waktu inkubasi dalam suhu kamar dan

wadah lembab selama 3 hari. Uji imunodifusi didasarkan pada pembentukan imunokompleks

berdasarkan berat molekul, presipitat, dan bentuk garis paris presipitasi yang dapat diamati

secara makroskopik. Teknik ini dilakukan pada cawan petri yang mengandung 1% gelatin

dalam Phosphate Buffered Saline (BPS). Pada pemeriksaan ini dibuat sumur-sumur untuk

menempatkan antigen dan serum yang mengelilingi antigennya. Antigen dan serum akan

berdifusi dalam agar hingga membentuk garis sedikit kabur yang terlihat pada pencahayaan

langsung dengan dasar atau latar belakang gelap. 17,22,23 Serum antibodi dan imunitas

dimediasi oleh sel dalam tubuh akibat pajanan jangka panjang. Pemeriksaan serologi tetap

Uji Diadnostik..., Ayu Sesa Nurfiani, FK-UI, 2013

Page 7: UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN SEROLOGI PADA PENDERITA …

 

7    

dapat dilakukan pada pasien dengan keadaan immunocompromised walaupun dengan jumlah

antibodi yang sedikit. 1,3

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian diagnostik yang dilakukan secara cross sectional

analitik. Data diambil dari rekam medis pasien suspek kandidosis traktus respiratorius di

Laboratorium Mikologi Departemen Parasitologi FKUI pada tahun 2010-2011.

Populasi target dalam penelitian ini adalah pasien suspek Candididosis traktus respiratorius di

Jakarta. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien suspek Candidosis traktus

respiratorius yang terdata dalam rekam medik Laboratorium Mikologi Departemen

Parasitologi FKUI tahun 2010-2011. sampel penelitian yang diambil adalah pasien dengan

suspek

Candididosis traktus respiratorius yang sputum dan darahnya dikirim ke Laboratorium

Mikologi Departemen Parasitologi FKUI tahun 2010-2011 dan dilakukan pemeriksaan kultur

dan pemeriksaan serologi dengan metode imunodifusi. Sampel diambil secara simple random

sampling dan besar sampel didapat sebanyak 72 setelah dilakukan perhitungan.

Kriteria inklusi dalam penelitianini adalah pasien yang tercatat dalam rekam medis

Departemen Parasitologi dengan suspek kandisosis traktus respiratorius dan diambil bahan

kliniknya, sedangkan kriteria eksklusinya adalah pasien dengan bahan klinik tidak lengkap.

Variabel bebas dalam pebelitian ini adalah pemeriksaan kultur sputum dan pemeriksaan

serologi dengan metode imunodifusi, sedangkan variabel terikanya adalah Candididosis

Traktus Respiratorius.

Data rekam medis yang diambil untuk penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia,

bahan klinik, hasil pemeriksaan kultur sputum dengan SDA dan hasil pemeriksaan serologi

dengan metode imunodifusi. Dilakukan analisis univariat untuk melihat gambaran deskriptif

variabel-variabel yang diteliti dan analisis uji diagnostik.

HASIL PENELITIAN

Setalah dilakukan analisis deskriptif untuk melihat karakteristik sampel penelitian,

berdasarkan jenis kelamin dan usia didapatkan hasil bahwa laki-laki lebih banyak mengalami

kandidosis traktus respiratorius dibandingkan perempuan. Berdasarkan kelompok usia sesuai

dengan ketentuan Departemen Kesehatan, didapatkan angka tertinggi yang mengalami

kandidosis traktus respiratorius adalah usia 36-45 tahun dengan usia rata-rata 46,5 tahun.

Uji Diadnostik..., Ayu Sesa Nurfiani, FK-UI, 2013

Page 8: UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN SEROLOGI PADA PENDERITA …

 

8    

Tabel 1. Sebaran Karakteristik Demografik

Prevalensi kandidosis traktus repiratorius dihitung berdasarkan jumlah sampel positif

pada pemeriksaan kultur sputum dan diapatkan angka sebesar 76,38%.

Tabel 2. Hasil Kultur Sputum pada Sampel

Analisis sebaran hasil kultur sputum dan pemeriksaan serologi dengan metode

imunodifusi pada subjek penelitian yang meliputi data demografik berdasarkan jenis kelamin

dan kelompok usia.

Karakteristik demografik

Suspek Kandidosis Traktus

Respiratorius (n)

% Keterangan

Jenis Kelamin Laki-laki 46 63,8

Perempuan 26 36,1 Kelompok Usia

0-5 5-11 12-16 17-25 26-35 36-45 46-55 56-65

65-sampai atas

0 0 1 5 13 19 14 11 9

0% 0%

1,44% 6,9% 18%

26,3% 19,4% 15,3% 12,5%

Mean= 46,5 tahun;

Hasil Kultur Sputum N Persentase

Positif 55 76,38%

Negatif 17 23,62%

Total 72 100%

Uji Diadnostik..., Ayu Sesa Nurfiani, FK-UI, 2013

Page 9: UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN SEROLOGI PADA PENDERITA …

 

9    

Tabel. 3. Sebaran Frekuensi Hasil Kultur dan Pemeriksaan

Uji diagnostik dilakukan dengan membuat tabel 2x2 lalu dilakukan perhitungan

sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga negatif, Likelihood ratio positif,

Likelihood ratio negatif, prevalensi, dan akurasi.

Tabel 4. Uji Diagnostik Pemeriksaan Serologi dengan Metode Imunodifusi

Karakteristik Kultur Serologi

Demografik Positif Negatif Positif Negatif

Jenis kelamin

Laki-laki 38 (52,7%) 8 (11,1%) 14(19,4) 32 (44,4%)

Perempuan 17 (23,6%) 9 (12,5%) 11(15,3) 15 (20,8%)

Kelompok Usia

0-5 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)

5-11 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)

12-16 0 (0%) 1 (1,38%) 0 (0%) 1 (1,38%)

17-25 3 (4,2%) 2 (2,7%) 1 (1,38%) 4 (5,5%)

26-35 8 (11,1%) 5 (6,9%) 2 (2,7%) 11 (15,3%)

36-45 15 (20,8%) 4 (5,5%) 8 (11,1%) 11 (15,3%)

46-55 11 (15,3%) 3 (4,2%) 6 (8,3%) 8 (11,1%)

56-65 9 (12,5%) 2 (2,7%) 5 (6,9%) 6 (8,3%)

65-sampai atas 9 (12,5%) 0 (0%) 4 (5,5%) 5 (6,9%)

Serologi Kultur

Jumlah Positif Negatif

Positif 24 (33,3%) 1 (0,13%) 25 (34,7%) Negatif 31(43%) 16 (22,2%) 47 (65,3%)

Jumlah 55 (76,3%) 17 (23,7%) 72 (100%)

Uji Diadnostik..., Ayu Sesa Nurfiani, FK-UI, 2013

Page 10: UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN SEROLOGI PADA PENDERITA …

 

10    

Berdasarkan analisis yang dilakukan didapatkan hasil dengan jumlah 72 sampel

didapatkan sensitivitas 43,6%, spesifisitas 94,1%, nilai duga positif 96%, nilai duga negatif

34%, Likelihood ratio positif 73,89%, Likelihood ratio negatif 59,9% degan prevalensi

76,38% dan akurasi 55,55%.

PEMBAHASAN

Sesuai dengan hasil yang didapat, distribusi infeksi Candida pada traktus respiratorius

berdasarkan jenis kelamin pada pemeriksaan kultur sputum lebih banyak terjadi pada laki-

laki, dimana perbandingan angka kejadian antara pasien laki-laki dan perempuan cukup

signifikan. Perbedaan angka yang cukup signifikan tersebut dapat terjadi akibat faktor resiko

seperti paparan dengan lingkungan luar, rokok, kebiasaan mengunyah tembakau, kebiasaan

penggunaan zat adiktif, infeksi pada organ lain, dan faktor komorbid lain yang lebih sering

terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. 24,25 Namun pada penelitian yang dilakukan,

faktor resiko tersebut tidak diketahui, karena keterbatasan pada keterangan data sehingga

tidak dapat diketahui pasti penyebab mendasar dari perbedaan distribusi pada sampel

penelitian.

Hasil positif yang cukup tinggi terjadi pada kisaran usia 26 hingga 65 tahun keatas.

Nilai positif tertinggi ditemukan pada kelompok usia 36-45. Pasien dengan kisaran usia

produktif dan usia tua lebih cenderung memiliki faktor resiko yang tinggi, seperti penyakit

PPOK, tuberkulosis, malnutrisi, keganasan, diabetes mellitus, dan infeksi HIV. 25 Seperti yang

telah diketahui bahwa infeksi Candida pada traktus respiratorius jarang ditemukan berdiri

sendiri, namun selalu didampingi dengan penyaki-penyakit lain. Dilihat dari faktor resiko

tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar ditemukan pada pasien dengan usia yang

cukup tua dan butuh proses yang cukup lama.

Prevalensi yang tinggi pada penelitian ini, yaitu 76,38% diduga terjadi akibat karena

populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi yang telah “diseleksi” oleh

dokter spesialis paru yang merujuk, dimana kemungkinan besar pasien yang dirujuk memang

mengalami infeksi kandidosis traktus respiratorius. 21

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, didapatkan hasil sensitivitas

43,6%; spesifisitas 94,1%; nilai duga positif 96%; nilai duga negatif 34%; Likelihood ratio

positif 7,38; Likelihood ratio negatif 0,59; dan nilai akurasi 55,55%. %. Nilai sensitivitas

yang didapat dalam penelitian ini, yaitu 43,6% diartikan bahwa kemungkinan hasil

pemeriksaan serologi dengan metode imunodifusi dapat mendeteksi pasien dengan kandidosis

Uji Diadnostik..., Ayu Sesa Nurfiani, FK-UI, 2013

Page 11: UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN SEROLOGI PADA PENDERITA …

 

11    

traktus respiratorius dengan hasil positif sebesar 43,6%. Dapat dikatakan bahwa kemampuan

pemeriksaan serologi dengan metode imunodifusi ini kurang baik jika dilakukan sebagai

pemeriksaan tunggal. Rendahnya sensitivitas yang didapat bisa disebabkan oleh pembentukan

antibodi terhadap Candida yang belum terbentuk atau rendahnya sistem imun pasien, selain

itu bisa juga terjadi akibat infeksi yang belum cukup lama berlangsung. 26 Nilai spesifititas

yang didapat adalah 94,1% yang berarti kemungkinan hasil pada pemeriksaan serologi dengan

metode imunodifusi akan negatif sebesar 94,1% jika dilakukan pada pasien yang tidak

mengalami infeksi.

Pemeriksaan serologi dengan metode imunodifusi yang dilakukan di Laboratorium

Parasitologi FKUI menggunakan crude antigen. Faktor lain yang berperan adalah adanya

kemungkunan antibodi yang belum terbentuk karena infeksi masih pada fase dini. Pada

penelitian ini juga tidak diketahui faktor resiko pasien, seperti immunocompromise yang dapat

berpengaruh pada pembentukan antibodi. Kinerja uji serologi dalam diagnosis kandidosis

pada traktus respiratorius juga bergantung pada pemilihan antigen dan pemeriksaanm serta

status kekebalan tubuh pasien sehingga dapat tejadi kesulitan dalam menginterpretasi

pemeriksaan serologi dengan metode imunodifusi. 1,3,21

KESIMPULAN

• Nilai sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan serologi dengan metode imunodifusi

adalah 34,6% dan 94,1%.

• Prevalensi kandidosis traktus respiratorius dari bahan klinis sputum yang dikirim ke

Laboratorium Mikologi Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia tahun 2010-2011 adalah sebesar 76,38%.

SARAN

• Penelitian lebih lanjut mengenai pemeriksaan serologi dengan metode imunodifusi

dengan antigen yang lebih spesifik pada pasien dengan dugaan kandidosis traktus

respiratorius.

• Untuk melihat kemaknaan hasil laboratorium perlu mengaitkan hasil laboratorium

dengan gambaran klinis pasien seperti dengan melengkapi keterangan rekam medis.

Uji Diadnostik..., Ayu Sesa Nurfiani, FK-UI, 2013

Page 12: UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN SEROLOGI PADA PENDERITA …

 

12    

DAFTAR PUSTAKA

1. Wahyuningsih R. Disertasi: Identifikasi Antigen Spesifik Germ Tube Candida Albicans.

Jakarta: 1999

2. American Society, Calderone R, editor. Candida and Candidiasis. Washington D.C:

Microbiologi Press; 2002

3. Ridhawati. Tesis: Penggunaan Antigen Germ Tube Candida albicans untuk Uji Serologi

Kandidosis Sistemik: Kaitan Imunodifusi dan Pola Reaksi Anaisis Western Blot. Jakarta:

2002

4. Hidalgo JA. Candidiasis. Medscape [serial on internet]. 2012 [cited 2012 june]. Available

from URL: http://emedicine.medscape.com/article/213853-overview#showall

5. Ellis M. Infectios disease of the Respiratory Tract. United Kingdom: Cambridge

University Press: 1998. p. 280-282

6. Adiniggar H. Tesis: Penentuan Spesies Candida yang Berasal dari Koloni-Satu-Spora

dengan Uji fermentasi dan Asimilasi. Jakarta: 1996. p. 9

7. Rex. JH, Sobel JD, Powderly W. Candida Species. Antimicrobe. [serial on internet]

2010. [cited 2012 june]. Available from URL: http://www.antimicrobe.org/f14.asp#top

8. Moran GP, McManus BA, Coleman DC, Sullivan DJ. In: Ashbee HR, Bignell EM,

editors. The Yeast Handbook-Pathogenic Yeasts. Berlin: Springer: 2010. p. 19-22

9. Jannah S.M.E. Tesis: Identifikasi Isolat Spesies Candida dari Berbagai Bahan Klinik

Menggunakan Medium Kromogenik Dibandingkan Dengan Fisiologi dan Morfologi.

Jakarta: 2004. p. 5-18

10. Whiteaway M, Nantel A. Genomic Analysis of Cellular Morphology in Candida

Albicans. In The Mycota, Vol. XIII Fungal Genomics and Proteomics. Ed. A. J. P. Brown

Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2001. p. 147-155

11. Yarrow D, Payne RW, Meyer SA. Candida Berkhout. In: Kurtzman CP, Fell JW editors.

The Yeasts, A Taxonomic Study. Amsterdam: Elsevier Science B.C: 1998; p. 454-457

12. Bottone EJ. An atlas of the clinical microbiology of infectious diseases. Vol 2. 2006.

United Kingdom: Taylor & Francis Group .

13. Reiss E, Shadomy HJ, Lyon III GM. Fundamental Medical Mycology. New Jersey:

Wiley Blackwell: 2012. p 258-266, 268-274

14. Vazquez JA, Sobel JD. Candidiasis. In: Dismukes WE, Pappas PG, and Sobel JD,

editors. Clinical mycology. Oxford: Oxford University. 2003: p.143-87.

Uji Diadnostik..., Ayu Sesa Nurfiani, FK-UI, 2013

Page 13: UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN SEROLOGI PADA PENDERITA …

 

13    

15. Dignani MC, Solomkin JS, Anaissie EJ. Candida. In: Anaissie EJ, McGinnis MR,

PfallerMA. Clinical Mycology. 2nd Ed. China: Elsevier Inc. 2009. p 197-202, 209-211.

16. Sobel JD. Candidiasis. in: Hospenthal DR, Rinaldi MG, editors. Diagnosis and Treatment

of Human Mycoses. New Jersey: Humana Press Inc.; 2008. p. 137-151

17. Tyasrini E, Winata T, Susantina. Hubungan antara Sifat dan Metabolit Candida spp.

dengan Patogenesis Kandidiasis [serial on internet]. 2006 [cited 12 june] Available from

URL: http://majour.maranatha.edu/index.php/jurnal-kedokteran/article/view/86/pdf.

18. El-Ebiary M, Torres A, Fabregas N, Puig J, Gonzalez J, Ramirez J, Bano D, et al.

Significance of the Isolation of Candida Species from Respiratory Samples in Critically

Ill, Non-neutropenic Patients. AM J Respir Crit Care Med [serial on internet]. 1997

[cited 2012 June] Available from URL :

http://www.atsjournals.org/doi/pdf/10.1164/ajrccm.156.2.9612023

19. Panda BN. Fungal Infections of Lungs: The Emerging Scenario. Indian Journal of

Tuberculosis [serial on internet] 2004 [cited 12 june] Available from URL:

http://medind.nic.in/ibr/t04/i2/ibrt04i2p63.pdf

20. Haque AK, McGinnis MR. Fumha; Infections. In: Tomashefski JF, Cagle PT, Farver CF,

Fraire AE, editors. Dail and Hammar’s Pulmonary Pathology Vol I Nonneoplastic Lung

Disease. 3rd Ed. New York: Springer. 2008. p. 377-379

21. Hidalgo JA. Candidiasis Workup. Medscape [serial on internet]. 2012 [cited 22 june].

Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/213853-workup#showall

22. Junkis A. Laboratory Diagnosis of Mycotic Infections. In: Mukherjee KL, editor.

Medical Laboratory Technology: Procedure Manual for Routine Diagnostic Tests. 2nd Ed.

New Delhi: Tata Mc-Graw-Hill. 2010; p. 616-618

23. Sacher RA, McPherson RA. Widmann’s clinical interpretation of Laboratoty tests. 11th

ed. Philadelphia: F.A Davis Company; 2004. p. 461

24. Naz SA, Tariq P. A Study of the Trend in Prevalence of Opportunistic Candidal Co-

Infections Among Patients of Pulmonary Tuberculosis. Pak. J. Bot. 2004; 36(4): 857-862.

25. Jha BK, Dey S, Tamang MD. Characterization of Candida species isolated from cases of

lower respiratory tract infection. Kathmandu Univ Med J 2006; 4:290-294.

26. Biswas D, Agarwal S, Sindhwani G, Rawat J. Fungal colonization in patients with

chronic respiratory diseases from Himalayan region of India. Annals of Clinical

Microbiology and Antimicrobials 2010; 9:28

Uji Diadnostik..., Ayu Sesa Nurfiani, FK-UI, 2013