makalah serologi ( mhc )

24
Makalah serologi-imunologi Mayor Histokompatibilitas complex ( MHC ) Nama Kelompok : 1. Inggar deo (1343050 ) 2. Nabila fauziah (1343050130) 3. Fachri dienul haq (1343050 ) 4. Tristianto angga (1343050 ) 5. Candra permana (1343050 )

Upload: nabila-fauziah

Post on 08-Nov-2015

272 views

Category:

Documents


75 download

DESCRIPTION

serologi

TRANSCRIPT

Makalah serologi-imunologiMayor Histokompatibilitas complex( MHC )

Nama Kelompok :

1. Inggar deo (1343050 )2. Nabila fauziah (1343050130)3. Fachri dienul haq (1343050 )4. Tristianto angga (1343050 )5. Candra permana (1343050 )

Jl. Sunter Permai Raya Sunter Agung PodomoroJakarta Utara 14356

BAB ILATAR BELAKANG

BAB IPENDAHULUAN

Major Histocompatibility Complex (MHC) adalah sekumpulan gen yang ditemukan pada semua jenis vertebrata. Gen tersebut terdiri dari 4 juta bp yang terdapat di kromosom nomer 6 manusia.(6) Pertama kali terungkap pada pertengahan tahun 1950, ketika dalam serum penderita yang telah berulang kali mendapat transfusi darah dijumpai antibodi yang dapat menggumpalkan leukosit. Antibodi yang sama ternyata juga dijumpai pada 20-30% wanita multipara. Pada penelitian-penelitian selanjutnya dapat diketahui bahwa antibodi tersebut dapat bereaksi dengan sel yang berasal dari berbagai individu, sehingga diduga bahwa antigen tersebut merupakan alloantigen. Pengetahuan mengenai antigen ini bertambah ketika diketahui bahwa antigen ini dapat menyebabkan reaksi penolakan jaringan transplantasi, sehingga dianggap antigen transplantasi. Antigen transplantasi ternyata terdiri atas glikoprotein yang terdapat pada permukaan hampir semua jenis sel berinti, dan ekspresinya pada permukaan sel ditentukan oleh bagian kromosom tertentu yang terdiri atas serangkaian gen. Bagian kromosom ini disebut Major Histocompatibily Complex (MHC), yang selain mengandung gen yang mengatur ekspresi antigen transplantasi ternyata juga mengandung gen yang mengatur respon imun dan menentukan kepekaan terhadap kelainan-kelainan imunologik. Hingga sekarang telah diketahui bahwa MHC sedikitnya terdiri atas 200 gen Sistem MHC yang telah banyak diteliti dan diketahui perannya adalah MHC pada tikus yang disebut sistem H-2 dan pada manusia disebut sistem HLA (Human Leukocyte Antigen). Beberapa ciri penting dari gen MHC dan produknya diperoleh dari analisis genetika dan biokimiawi pada mencit dan manusia.(1)Beberapa ciri penting adalah:1. Kedua jenis gen MHC polimorfik, yaitu MHC kelas I dan MHC kelas II, menyandi 2 kelompok protein yang berbeda secara struktural tetapi homolog.2. Gen MHC merupakan gen paling polimorfik diantara gen-gen yang ada.3. Gen MHC secara ko-dominan diekspresikan pada setiap individu.Disamping perannya untuk mempresentasikan antigen, berbagai penelitian membuktikan bahwa MHC juga berperan dalam meneruskan sinyal yang menyebabkan fosforilasi intraselular dan mengatur survival dan proliferasi sel.(2)Sifat molekul MHC secara umum dapat dirangkum sebagai berikut : (1)1. Setiap molekul MHC terdiri atas lekuk pengikat antigen-peptida ekstraseluler2. Residu asam amino polimorfik terletak pada dan bersebelahan dengan lekuk pengikat peptide3. Domain molekul MHC non-polimorfik yang menyerupai immunoglobulin mengandung situs untuk mengingikat CD4 dan CD8 pada sel T.Gambar 1 memperlihatkan MHC kelas I dan II secara skematis sedangkan gambar 2 memperlihatkan interaksi antara MHC dengan sel CD4+ dan CD8+ dalam mempresentasikan antigen /peptide.

Gbr 1: Molekul MHC kelas I dan II secara skematis

Gambar 2: Interaksi antara MHC kelas I dengan CD8+ dan MHC kelas II dengan CD4+

BAB IIPendahuluan

1. pengertian Kompleks Histokompatibilitas MayorSistem imun mempunyai fungsi dalam pertahanan tubuh. Untuk menjalankan fungsi tersebut, system imun harus dapat mengenal melokul-molekul asing (non self) agar dapat dibedakan dari molekul self. Instrumen yang dapat membedakan hal itu adalah reseptor yang ada pada sel system imun. Sel-sel system imun spesifik atau nonspesifik memiliki reseptor yang dikhususkan untuk mengenal spesifitas. Hanya molekul yang memiliki epitop akan dsikenal sel system imun. Sel B mengenal epitop pada molekul utuh, sedang sel T mengenal epitop pada fragmen antigen (peptide) yang diikat oleh molekul pada permukaan APC yang disebut MHC (Major Histocompatibility Complex) Kompleks histokompatibilitas mayor (Major Histocompatibility Complex) atau system histokompatibilitas mayor (Major histocompatibility System) adalah suatu kelompok atau kompleks gen yang terletak dalam kromosom 6 dan berperan dalam pengenalan dan pemberian sinyal antarsel sistem imun. Kelompok gen tersebut dikenal sebagai lokus awal yang menentukan ekspresi molekul-molekul permukaan sel tubuh, sehingga bila dua binatang / individu mempunyai lokus yang berbeda pada transplantasi, yang satu akan menolak jaringan transplan asal binatang lainnya. Sel-sel tubuh yang bernukleus memiliki epitop permukaan yang ekspresinya sudah ditentukan secara genetic. Hal ini dapat disamakan dengan sel darah merah yang memiliki antigen A, B, Rh.

2. Pembagian Kompleks Histokompatibilitas MayorProduk gen sering disebut antigen MHC oleh karena diketahui untuk pertama kali melalui analisa serologis yang menggunakan antibodi. Molekul MHC-1 dan MHC-II berperan pada pengenalan imun, yaitu pada presentasi fragmen antigen kepada sel T. Berdasarkan rumus bangunnya, molekul MHC dapat dibagi menjadi 3 golongan sebagai berikut :

A. Molekul MHC-IKompleks HLA-A, HLA-B dan HLA-C yang disebut MHC-I menentukan ekspresi atau antigen permukaan kelas I yaitu yang berupa protein pada membrane permukaan semua sel tubuh yang memiliki nucleus dan trombosit. MHC-I berperan pada imunitas virus. Di dalam sitosol sel, protein virus dipecah menjadi peptida, kemudian diikat molekul MHC-I menjadi kompleks yang diangkut kepermukaan sel sehingga kompleks MHC-I dan peptide tersebut dapat dikenal oleh sel T CD 8+ (CTL/Tc) yang sitotoksik. MHC-I diekspresikan pada sel semua sel dengan nucleus sehingga sel CD 8+ (CTL/Tc) akan mudah mengenal sel yang terinfeksi virus. Sel darah merah tidak mengekspresikan molekul MHC-I. Hal itu memudahkan plasmodium hidup didalamnya tanpa intervensi system imun.B. Molekul MHC-IIKompleks HLA-D (DP, DQ dan DR) yang disebut MHC-II menetapkan ekspresi atau antigen permukaan sel-sel imunokompeten tertentu seperti sel B, monosit, makrofag, Antigen Presenting Cell (APC) untuk mengaktifkan sel T.Molekul MHC-II mengikat molekul peptide yang sudah diproses sel APC menjadi kompleks yang kemudian diangkut ke permukaan sel sehingga dapat dikenal oleh sel CD4+. Presentasi antigen yang merangsang sel T CD4+ tersebut merupakan permulaan respon imun yang ikut menentukan jenis respon yang akan terjadi.C. Molekul MHC-IIIPembentukan komponen beberapa sitokin dan molekul lain ditentukan oleh MHC yang tergolong molekul MHC-III. Sejumlah protein yang ekspresinya ditentukan molekul MHC-III antara lain adalah komponen komplemen (C2, C4), factor B properdin atau Bf, sitokin Tumor Necrosis Factor (TNF) dan Limfotoksin (LT), beberapa jenis enzim, Heat shock protein tertentu dan molekul pangangkut yang diperlukan dal;am proses antigen. Sitokin dapat memodulasi ekspresi MHC-I dan MHC-II.

3. Fungsi dan Restriksi MHCFungsi utama sel T adalah pertahanan terhadap kuman intraselular dan mengaktifkan sel lain seperti makrofag dan sel B. Yang utama dalam fungsi tersebut adalah spesifisitas sel T untuk antigen yang ada dalam sel pejamu yang terinfeksi, dalam sel dendritik, makrofag dan sel B. Spesifisitas sel T berlainan dengan sel B yang melepas antibody dan dapat mengenal antigen larut maupun antigen yang diikat dengan sel. Antigen asal sel mikroba tersebut dikenal sel T melalui MHC. MHC-I dan MHC-II berfungsi sebagai pembawa peptide, sangat diperlukan untuk dipresentasikan ke sel T. MHC-II diekspresikan pada sel B, sel dendritik, makrofag, dan APC untuk mengaktifkan sel CD4+(Th). MHC-I diekspresikan pada semua sel dengan nucleus, yang memungkinkan sel CTL/Tc mengenal sel terinfeksi pathogen / virus intraselular.MHC-I dan MHC-II masing-masing mempresentasikan peptide ke subset sel T yang berbeda. Molekul MHC-I mempresentasikan peptide yang dikenal sel CD8+ , sedang MHC-II mempresentasikan peptide yang dikenal sel CD4+ (Th).

4. Regulasi Ekspresi Dan Kontrol GenetikRegulasi ekspresi MHC disandi oleh gen yang terletak di regio yang luas di kromosom 6. Kelompok gen tersebut dikenal sebagai lokus awal yang menentukan ekspresi molekul-molekul permukaan sel tubuh. Bila dua binatang / individu mempunyai lokus yang berbeda pada transplantasi, yang satu akan menolak jaringan tandur asal binatang lainnya. Sel-sel tubuh yang bernukleus memiliki epitop permukaan yang ekspresinya sudah ditentukan secara genetic. Hal ini dapat disamakan dengan sel darah merah yang memiliki antigen A, B, Rh.Molekul regulasi diatur secara transkripsional melalui elemen positif dan negative. Aktivator transkripsi MHC-II berikatan dengan region promotor dari gen MHC-II. Defek factor trankripsi ini dapat menimbulkan bare lymphocyte syndrome. Penderita tidak memiliki molekul MHC-II yang menimbulkan defisiensi imun berat akibat hilangnya peran sentral MHC-II terhadap pematangan dan aktivasi sel T.Ekspresi MHC juga diatur oleh berbagai sitokin. IFN-, IFN- dan IFN- meningkatkan ekspresi MHC-I. Ekspresi MHC-II sel B ditekan oleh IFN-, kortikosteroid dan PG. Ekspresi MHC-I pada permukaan sel ditekan oleh infeksi virus tertentu seperti CMV, HBV, dan adenovirus 12.Dalam beberapa hal penurunan ekspresi MHC-I lebih disebabkan oleh kurangnya kadar komponen yang diperlukan untuk transport peptide/MHC-I dibanding factor transkripsi. Contohnya pada infeksi CMV, protein virus berikatan dengan 2 mikroglobulin sehingga mencegah ikatan dengan dengan MHC-I dan transpornya ke membrab plasma. Virus adeno 12 menurunkan transkripsi gen transport yang mencolok. Akhirnya penurunan ekspresi MHC-I, apapun sebabnya, akan memudahkan virus menyerang respon imun. Hal itu disebabkan karena menurunnya ekspresi kompleks antigen MHC-I pada sel terinfeksi virus untuk dapat dihancurkan oleh CTL. Molekul MHC-I diekspresikan pada semua permukaan sel dengan nucleus, sedang MHC-II diekspresikan terutama pada permukaan sel khusus seperti APC,sel dendritik, makrofag, sel B, sel endotel dan sel epiteltimus.Lokus genetic yang menentukan molekul HLA yang pertama ditemukan adalah HLA-A dan HLA-B, kemudian HLA-C yang sekarang digolongkan sebagai HLA-1. Jenis molekul HLA kedua (HLA-D) ditemukan pada MLC dengan menginkubasikan limfosit yang berasal dari dua orang yang berlainan.Lokus HLA pada manusia ditemukan di lengan pendek kromosom 6.Diantara lokus HLA-B dan HLA-DR ditemukan lokus lain yaitu MHC-III yang menyandi protein kelas 2 yang struktur molekulnya tidak serupa dengan kelas 1 atau kelas 2(protein komplemen, TNF dan limfotoksin). Regio kelas I terdiri atas HLA-A, HLA-B, dan HLA-C. Regio kelas 2 terdiri atas region D yang dibagi menjadi subregio HLA-DP, HLA-DQ dan HLA-D.MHC-I dan MHC-II sangat polimorfik dan produknya sangat diperlukan sel T untuk mengenal antigen sering dan membedakan self dari nonself. Molekul MHC menunjukkan polimorfisme alopitik yang sangat tinggi yaitu regio tertentu molekul berbeda dari satu orang dengan lainnya. Kemungkinan dua orang yang tidak berhubungan akan memiliki alotipe sama pada semua gen yang menyandi molekul MHC adalah sangat kecil.

5. Struktur protein MHCProtein MHC terdiri dari dua kelas struktur, yaitu protein MHC kelas I dan kelas II.a. Protein MHC kelas IProtein MHC kelas I ditemukan pada semua permukaan sel berinti. Protein ini bertugas mempresentasikan antigen peptida ke sel T sitotoksik (Tc) yang secara langsung akan menghancurkan sel yang mengandung antigen asing tersebut. Protein MHC kelas I terdiri dari dua polipeptida, yaitu rantaimembrane integrated alfa() yang disandikan oleh gen MHC pada kromosom nomor 6, dannon-covalently associated beta-2 mikroglobulin(2m). Rantai akan melipat dan membentuk alur besar antara domain 1 dan 2 yang menjadi tempat penempelan molekul MHC dengan antigen protein. Alur tersebut tertutup pada pada kedua ujungnya dan peptida yang terikat sekitar 8-10 asam amino. MHC kelas satu juga memiliki dua heliks yang menyebar di rantai beta sehingga dapat berikatan dan berinteraksi dengan reseptor sel T.

b. Protein MHC kelas IIProtein MHC kelas I terdapat pada permukaan sel B, makrofag, sel dendritik, dan beberapa sel penampil antigen (antigen presenting cellatau APC) khusus. Melalui protein MHC kelas II inilah, APC dapat mempresentasikan antigen ke sel-T penolong (Th) yang akan menstimulasi reaksi inflamatori atau responantibodi.MHCkelas II ini terdiri dari dua ikatan non kovalen polipeptidaintegrated-membraneyang disebut dan . Biasanya, protein ini akan berpasangan untuk memperkuat kemampuannnya untuk berikatan dengan reseptor sel T. Domain 1 dan 1 akan membentuk tempat untuk pengikatan MHC dan antigen.6. Gen MHC dan polimorfismePada manusia, gen yang mengkodekan MHC terletak pada kromosom nomor 6 dan terbagi menjadi dua kelas gen, yaitu kelas I untuk MHC I dan kelas II untuk MHC II. Kelompok gen yang termasuk kelas I terdiri dari tiga lokus mayor yang disebut B, C, dan A, serta beberapa lokus minor yang belum diketahui. Setiap lokus mayor menyandikan satu polipeptida tertentu. Pada gen pengkode rantai alfa, terdapat banyak alel atau dengan kata lain bersifat polimorfik. Rantai beta-2-mikroglobulin dikodekan oleh gen yang terletak di luar kompleks gen MHC, namun apabila terjadi kecacatan pada gen tersebut maka antigen kelas I tidak bisa dihasilkan dan dapat terjadi defisiensi sel T sitotoksik. Kompleks gen kelas II terdiri dari tiga lokus yaitu DP, DQ, dan DR yang masing-masing mengkodekan satu rantai alfa atau beta.Rantai polipetida yang dihasilkan akan saling berikatan dan membentuk antigen kelas II. Seperti halnya antigen kelas II, antigen kelas II juga bersifat polimorfik (unik) karena lokus DR dapat terdiri atas lebih dari satu macam gen penyandi rantai beta

7. Molekul HLAPada manusia terdapat 3 macam molekul MHC kelas I polimorfik, yaitu HLA-A, HLA-B, dan HLA-C. Molekul HLA kelas I terdiri dari rantai berat a polimorfik yang berpasangan nonkovalen dengan rantai nonpolimorfik b2-mikroglobulin yang bukan dikode oleh gen MHC. Rantai a yang mengandung 338 asam amino terdiri dari 3 bagian, yaitu regio hidrofilik ekstraselular, regio hidrofobik transmembran, dan regio hidrofilik intraselular. Regio ekstraselular membentuk tiga domain al, a2, dan a3 (lihat Gambar 8-2). Domain a3 dan b2-mikroglobulin membentuk struktur yang mirip dengan imunoglobulin tetapi kemampuannya untuk mengikat antigen sangat terbatas.Molekul HLA kelas I terdapat pada hampir semua permukaan sel berinti mamalia, yang berfungsi untuk presentasi antigen pada sel T CD8 (pada umumnya Tc). Oleh karena itu perlu terdapat ekspresi MHC kelas I di timus untuk maturasi CD8.Pada manusia terdapat 3 macam molekul MHC kelas II polimorfik, yaitu HLA-DR, HLA-DQ, dan HLA-DP. Molekul HLA kelas II terdiri dari 2 rantai polimorfik a dan b yang terikat secara nonkovalen, dan masing- masing terdiri dari 229 dan 237 asam amino yang membentuk 2 domain. Seperti halnya rantai a HLA kelas I, maka rantai a dan b kelas II terdiri dari regio hidrofilik ekstraselular, regio hidrofobik transmembran, dan regio hidrofilik intraselular. Selain itu terdapat pula rantai nonpolimorfik yang disebut rantai invarian, berfungsi untuk pembentukan dan transport molekul MHC kelas II dengan antigen.Molekul MHC kelas II terdapat pada sel makrofag dan monosit, sel B, sel T aktif, sel dendrit, sel Langerhans kulit, dan sel epitel, yang umumnya timbul setelah rangsangan sitokin. Fungsi molekul MHC kelas II adalah untuk presentasi antigen pada sel CD4 (umumnya Th) yang merupakan sentral respons imun, karena itu sel yang mempunyai molekul MHC kelas II umumnya disebut sel APC (antigen presenting cells).Molekul MHC kelas II perlu terdapat dalam timus untuk maturasi sel T CD4Terdapat beberapa molekul lain yang dikode pula dan daerah MHC tetapi mempunyai fungsi yang berbeda dengan molekul MHC kelas I dan II. Suatu daerah dalam MHC yang dikenal sebagai regio MHC kelas III mengkode sejumlah protein komplemen (C2, B, C4A, C4) dan enzim sitokrom p450 2l-hidroksilase. Selain itu terdapat pula gen sitokin TNF a dan b, atau gen lain yang mengkode molekul yang berfungsi untuk pembentukan dan transport molekul MHC dalam sel. Gen respons imun (Ir) semula diterangkan pada hewan percobaan sebagai gen yang menentukan respons imun individu terhadap antigen asing tertentu. Dengan pemetaan genetika klasik terlihat bahwa gen Ir mirip dengan gen MHC kelas II, sehingga diangap bahwa molekul MHC keIas II adalah produk gen Ir. Studi tentang struktur molekul kelas I dan II, serta tempat ikatan antigen pada molekul kelas II, memperkuat anggapan bahwa molekul kelas II merupakan mediator gen Ir.Keragaman tempat ikatan antigen dalam berbagai molekul kelas II, serta perbedaan kemampuan molekul kelas II tertentu untuk mengikat antigen spesifik, menimbulkan dugaan bahwa hanya molekul keIas II tertentu saja yang dapat mempresentasikan suatu antigen tertentu pula. Hal ini terlihat pada pemetaan bahwa hanya individu yang mempunyai gen kelas II tertentu saja yang dapat bereaksi terhadap suatu antigen khusus.Contoh tentang efek gen Ir pada manusia adalah respons antibodi IgE terhadap antigenragweedRa5 yang sangat berhubungan dengan HLA-DR2, serta respons IgE terhadap antigenragweedRa6 yang sangat berhubungan dengan HLA-DR5. Walaupun belum jelas terbukti, antigenragweeddipercaya terikat pada molekul MHC kelas II.

Hubungan dengan penyakit tertentuSelain peran dalam rejeksi transplan, beberapa alel spesifik mempunyai hubungan dengan penyakit tertentu yang umumnya mempunyai kelainan dasar imunologik. Mayoritas penyakit tersebut berhubungan dengan HLA kelas II, dan ini menunjukkan peran penting molekul kelas II untuk presentasi antigen pada sel T CD4. Hubungan itu dinyatakan dengan nilai risiko relatif. Semakin besar nilai tersebut untuk alel HLA tertentu maka semakin meningkat pula risiko seseorang untuk mendapat penyakit tersebut.Terdapat beberapa hipotesis untuk menerangkan asosiasi penyakit dengan HLA ini, yaitu 1) molekul HLA sebagai reseptor etiologi, 2) HLA bersifat selektif untuk antigen, 3) TCR sebagai penentu predisposisi penyakit, 4) agen penyebab menyerupai molekul HLA, dan 5) penyimpangan ekspresi molekul kelas II.Molekul HLA dapat berlaku sebagai reseptor untuk etiologi penyakit seperti virus atau toksin. Dugaan ini berdasarkan bukti bahwa molekul lain pada permukaan sel dapat berlaku sebagai reseptor etiologi, misalnya molekul CD4 selaku reseptor HIV.Hanya tempat ikatan antigen pada lekukan molekul HLA tertentu saja yang dapat mengikat suatu antigen penyebab penyakit. Jadi hanya individu yang mempunyai molekul HLA seperti itu saja yang dapat menderita penyakit tersebut.TCR sebagai penentu predisposisi penyakitTCR bertanggung jawab terhadap predisposisi untuk suatu penyakit, tetapi karena pengenalan antigen oleh sel T ditentukan oleh molekul HLA maka sebetulnya asosiasi dengan penyakit tersebut adalah dengan HLA.Agen penyebab menyerupai molekul HLAHipotesis ini memiliki dua alternatif. Pertama, karena kemiripan agen penyebab dengan molekul HLA maka akan dianggap sebagai antigen diri sehingga dapat menimbulkan kerusakan tubuh tanpa perlawanan sistem imun. Kedua, agen penyebab dikenal sebagai antigen asing sehingga mendapat perlawanan respons imun, dan karena mirip dengan molekul HLA maka sistem imun tubuh akan menyerang molekul HLA pula sehingga terjadi kerusakan jaringan seperti pada penyakit autoimun.Penyimpangan ekspresi molekul MHC kelas IIDiduga bahwa induksi ekspresi kelas II pada permukaan sel yang tidak biasa mengekspresikan molekul tersebut dapat menimbulkan penyakit. Dalam keadaan normal, molekul spesifik pada permukaan sel selalu mengalami pergantian dan degradasi. Bila sel tersebut tidak mempunyai ekspresi molekul kelas II maka degradasi molekul spesifik itu tidak membawa akibat bila terpajan antigen. Tetapi bila pada sel tersebut timbul ekspresi molekul kelas II, maka degradasi molekul spesifik tersebut akan memulai pemrosesan antigen. Fragmen peptida molekul spesifik yang mengalami degradasi tadi akan terikat pada tempat ikatan antigen molekul kelas II, sehingga terbentuk kompleks imun yang merangsang respons imun terhadap molekul spesifik tersebut. Bila hanya molekul kelas II tertentu saja (misalnya HLA-DR3) yang dapat mengikat fragmen molekul spesifik, barulah terlihat asosiasi antara HLA dengan penyakit tertentu.Penyakit autoimunSebagian besar penyakit yang berhubungan dengan HLA adalah kelompok penyakit autoimun, dan prototip asosiasi ini adalah hubungan antara HLA-B27 dan spondilitis angkilosis. Dengan risiko relatif 91, maka individu ras Kaukasia HLA-B27 (+) mempunyai risiko 91 kali lebih besar untuk mendapat spondilitis angkilosis dibandingkan dengan individu HLA-B27 (-). Ekspresi molekul MHC pada berbagai ras dapat berbeda bermakna sehingga harus selalu dibandingkan dengan kontrol. Contohnya, HLA-B27 terdapat pada 48% ras hitam penderita spondilitis angkilosis di USA dibandingkan dengan 2% pada kelompok kontrol ras yang sama sehingga risiko relatif ras hitam di USA adalah 31.Karena daerah MHC sangat luas maka dapat saja terjadi rekombinasi genetik pada berbagai lokus individu. Rekombinasi ini tidak seluruhnya terjadi secara acak karena terbukti bahwa beberapa alel memperlihatkan kecenderungan tinggi untuk merangkai dengan alel lain, yang disebut sebagai rangkaian yang tidak seimbang (linkage disequilibrium). Jadidapat saja suatu penyakit yang selama ini kita kenal sebagai berhubungan dengan alel MHC tertentu, sebetulnya dipengaruhi alel lain yang terangkai dengan alel terdahulu. Contohnya adalah sindrom Sjogren yang dikenal berhungan dengan HLA-B8, sebetulnya dipengaruhi oleh HLA-DR3 yang terangkai dengan HLA-B8. Yang sangat menarik adalah bahwa ternyata hubungan antara penyakit autoimun dengan HLA-DR3 cukup sering terlihat.

Defek respons imunKeadaan lain yang dihubungkan dengan MHC adalah defek respons imun. Kemampuan individu untuk membuat respons imun adekuat berhubungan dengan regio MHC kelas II, yang menentukan kemampuan presentasi antigen kepada sel T yang harus berkaitan dengan molekul HLA. Selain itu antigen tertentu lebih suka bergabung dengan molekul HLA tertentu pula. Jadi suatu molekul HLA kelas II dapat lebih baik mengikat antigen dibanding molekul HLA kelas II lainnya, sehingga presentasi antigen pun akan lebih efektif. Karena itu jenis HLA seseorang akan menentukan baik-buruknya respons imun yang berhubungan dengan produk MHC miliknya.Suatu antigen hanya akan dikenal oleh sel T (melalui TCR) bila berasosiasi dengan molekul HLA tertentu, dan hal ini dikenal sebagai terbatas HLA (HLA restricted). Gabungan antigen dengan molekul HLA membentuk ligan untuk TCR tertentu, dan ikatan ini dapat mengaktivasi sel T. Asosiasi antara suatu antigen dengan molekul HLA sangat bervariasi, tetapi akan terbatas oleh molekul HLA yang tersedia pada sel T. Bila molekul HLA hanya sedikit maka asosiasi yang terbentuk mungkin terlalu lemah untuk mengaktivasi sel T .

BAB III KESIMPULAN

Major Histocompatibility Complex (MHC) adalah sekumpulan gen yang ditemukan pada semua jenis vertebrata. Berdasarkan distribusinya dalam jaringan dan struktur molekul, antigen MHC pada manusia dibagi dalam 2 kelas utama, yaitu : antigen MHC kelas I dan MHC kelas II. Protein MHC kelas I ditemukan pada semua permukaan sel berinti. Protein ini bertugas mempresentasikan antigen peptida ke sel T sitotoksik (Tc). Sel T sitotoksik CD8+ dapat mengenali antigen, misalnya peptide virus, bila peptide virus tersebut terikat pada molekul MHC kelas I. MHC kelas I merupakan antigen utama yang berperan pada proses penolakan jaringan transplantasi dan sitolisis sel yang terinfeksi virus; antigen inilah yang berperan sebagai antigen sasaran yang dikenal oleh limfosit T sitotoksik (CD8+).

DAFTAR PUSTAKA

1. Weissensteiner T, Griffin HG, Griffin AM. PCR technology: Current innovations. 2nd ed. Boca Roton. Florida, CRC Press 20032. Boedina Kresno Siti. Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Edisi kelima, cetakan ke-1: 2010. Badan Penerbit FKUI. Jakarta, 2010