pembelajaran 5.2 : reaksi-reaksi aldehid dan keton
TRANSCRIPT
126
Pembelajaran 5.2 : Reaksi-Reaksi Aldehid dan Keton
A. Materi Pelajaran
Hampir semua reaksi yang diperlihatkan oleh aldehida dan keton dapat tercakup
dalam kategori reaksi berikut ini:
(1) reaksi adisi karbonil
(2) reaksi enol atau enolat
(3) reaksi oksidasi-reduksi
1. Adisi Nukleofilik
Reaksi yang paling karakteristik senyawa karbonil adalah adisi terhadap ikatan
rangkap karbon-oksigen. Reaksi ini melibatkan serangan suatu nukleofil pada karbon
karbonil menghasilkan intermediateI (spesies antara) tetrahedral dalam mana oksigen
mengemban muatan negatif. Sepsies ini kemudian terprotonasi atau berkaitan dengan
suatu asam Lewis menghasilkan produk.
Jika reaksi dikatalisis dengan asam, mula-mula elektrofil terikat pada oksigen
kemudian diikuti dengan serangan nukleofil terhadap karbon karbonil yang telah
teraktifkan.
a. Adisi air, hidrasi.
126
Aldehida dan keton dapat bereaksi dengan air menghasilkan 1,1-diol, atau
geminal (gem) diol. Reaksi ini adalah revesible (dapat balik), gem diol dapat
melepaskan air menjadi keton atau aldehida kembali.
Posisi kesetimbangan dipengaruhi oleh besarnya dan sifat kelistrikan gugus R.
Contoh:
Formaldehida terhidrasi secara sempurna, sedangkan hidrat aseton pada
kesetimbangan dapat diabaikan. Hal ini terjadi karena gugus metil pada aseton
menstabilkan ikatan rangkap karbonilnya melalui pengaruh mendorong electron dan
juga dipengaruhi rintangan steriknya.
126
Faktor kelistrikan dan rintangan sterik bukan hanya mempengaruhi posisi
kesetimbangan tapi juga terhadap kecepatan reaksi adisi. Keadaan transisi untuk
pembentukan produk harus berkarakter sebagian tetrahedral dan sebagian ikatan
nukleofil dengan karbon. Faktor-faktor yang menstabilkan atau mengdestabilkan
produk adisi relatif terhadap starting materials diharapkan mempunyai pengaruh
yang serupa terhadap keadaan transisi.
Sebagai contoh, reaksi adisi terhadap formaldehid, sikloopropanon, dan
heksafluoroaseton berjalan lebih cepat (lebih reaktif) dari pada aseton, sedangkan
senyawa-senyawa seperti di-t-butil keton dan asetofenon bereaksi jauh lebih lambat.
Kecepatan reaksi adisi terhadap senyawa karbonil tidak hanya dipengaruhi
oleh struktur senyawa karbonil tapi juga dipengaruhi oleh kondisi dimana reaksi itu
dijalankan. Dalam hal hidrasi asetaldehida, reaksi hanya berjalan lamnat pada pH 7,
tetapi bila pH dinaikkan atau diturunkan maka reaksi berjalan lebih cepat. Adapun
mekanisme reaksinya masing-masing adalah sebagai berikut:
Mekanisme reaksi pada kondisi asam
Mekanisme reaksi pada kondisi basa (alkalis)
126
b. Adisi alkohol
Alkohol dapat mengadisi ke dalam gugus karbonil aldehida dan keton
menghasilkan hemiasetal untuk aldehida dan hemiketal untuk keton.
Umumnya hemiasetal dan hemiketal tidak stabil untuk diisolasi. Dengan
adanya asam mineral, suatu hemiasetal atau hemiketal dapat bereaksi dengan satu
molekul alkohol lagi membentuk suatu asetal atau ketal. Perubahan ini analog
dengan pembentukan eter melalui reaksi SN1.
Pembentukan asetal dari aldehida dan alkohol sederhana seperti etanol dapat
dipermudah dengan cara memindahkan air dari system reaksi. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara distilasi azeotropik dengan benzena.
c. Adisi hidrogen sianida dan kondensasi benzoin
Hidrogen sianida akan mengadisi kedalam senyawa karbonil (kecuali jika
rintangan sterik cukup tinggi) menghasilkan sianohindrin.
126
Benzaldehida dapat mengalami reaksi bimolekuler menghasilkan a-hidroksi keton.
Reaksi ini secara spesifik dikatalis dengan ion sianida, da disebut kondensasi
benzoin. Ion sianida mengubah aldehida menjadi sianohidrin yang kemudian berubah
menjadi suatu karbonion yang distabilkan oleh konjugasi dengan gugus sianida.
2. Kondensasi Dengan Amoniak dan Turunannya
Amina primer bereaksi dengan aldehida dan keton menghasilkan imna N-
tersubstitusi. Senyawa-senyawa seperti ini biasanya dapat diisolasi.
126
Amina sekunder bereaksi dengan aldehida dan keton menghasilkan enamina.
Hidrazin dapat mengalami mono atau dikondensasi dengan aldehida dan keton.
Pereaksi Grignard dapat mengadisi ke dalam gugus karbonil aldehida dan
keton. Reaksi diawali dengan terbentuknya ikatan koordinasi gugus karbonil dengan
magnesium, diikuti dengan suatu adisi langkah lambat menghasilkan kompleks
magnesium alkoksida yang mana dengan asam encer menghasilkan alkohol.
Jika alkohol yang dihasilkan peka terhadap asam kuat maka hidrolisis dapat
dilakukan dengan larutan ammonium klorida. Adisi pereaksi Grignard terhadap
formaldehida menghasilkan alkohol primer, dan terhadap aldehida lainnya
126
menghasilkan alkohol sekunder. Sedangkan adisi pereaksi Grignard terhadap keton
akan menghasilkan alkohol tersier.
Perlu diperhatikan bahwa eter yang digunakan dalam reaksi ini harus benar-
benar kering sebab pereaksi Grignard dapat bereaksi dengan air.
3. Reaksi Reduksi dan Oksida terhadap Aldehida dan Keton
a. Reduksi dengan hibrida logam
Untuk mereduksi aldehida dan keton menjadi alkohol biasanya digunakan
kompleks hibrida logam, dan yang paling sering digunakan adalah lithium aluminium
hibrida (LiAlH4) dan natrium borohibrida (NaBH). Pereaksi-pereaksi ini bertindak
sebagai sumber ion hibrida.
Lithium aluminium hibrida mempunyai reaktivitas yang tinggi, agen
pereduksi yang kuat, cepat dan efisien mereduksi gugus karbonil aldehida, keton,
asam dan turunannya, dan sejumlah gugus fungsi tak jenuh polar yang lain. Pereaksi
ini sangat sensitive terhadap kelembaban sehingga penanganannya harus dalam eter
keringsebagaimana penanganan yang dilakukan pada pereaksi Grignard. Semua
hydrogen dalam aluminium efektif untuk mereduksi.
Natrium borohibrida merupakan agen pereduksi yang cukup lembut, digunakan
dalam etanol atau etanol yang mengandung air. Kondisi tersebut akan terjadi reduksi
aldehida dan keton dengan cepat, tetapi terjadi reaksi terhadap gugus fungsi asam,
ester, amida, nitril dan gugus nitro. Ester borat yang terbentuk sebagai spesies antara
126
produk akan terhidrolisis bila dipanaskan bersama air, dan borohibrida yang lebih akan
rusak didalam proses pemanasan. Semua hidrogen pada boron efektif untuk
mereduksi.
b. Reduksi dengan hidrogenasi katalitik
Hidrogenasi katalitik suatu metode yang paling banyak dilakukan untuk
mereduksi aldehida dan keton menjadi alkohol. Reduksi ini dapat dijalankan dalam
pelarut murni, dan menggunakan katalis Ni, Pd atau Pt. Hidrogenasi gugus karbonil,
aldehida atau keton jauh lebih lambat dari pada hidrogenasi ikatan rangkap karbon-
karbon. Oleh karena itu biasanya tidak mungkin dapat mereduksi secara katalitik suatu
gugus karbonil dalam adanya ikatan rangkap karbon-karbon tersebut.
Gugus karbonil suatu keton dapat direduksi menjadi gugus metilen dengan
amalgam seng dan asam hidrolorida.
126
4. Oksidasi aldehida dan keton
Aldehida adalah kelas senyawa organic yang paling mudah teroksidasi. Mereka
dengan mudah teroksidasi menjadi asam karboksilat oleh berbagai agen pengoksidasi,
bukan hanya oleh pereaksi-pereaksi permanganat dan dikromat tetapi juga oleh agen
pengoksidasi yang relatif lemah seperti ion perak dan ion tembaga.
Reaksi ini digunakan untuk membedakan antara aldehida dan keton, dan
dikenal dengan uji Tollen. Keberadaan aldehida ditandai dengan terbentuknya lapisan
perak pada wadah/tabung reaksi. Reaksi ini pula digunakan dalam proses penbuatan
cermin, dan aldehida yang digunakan adalah formaldehida. (Pertimbangan ekonomis/
murah).
Uji laboratorium yang lain untuk aldehida adalah dengan menggunakan
pereaksi Fehling dan pereaksi Benedict. Pereaksi Fehling terdiri dari kompleks Cu2+
dengan ion tartrat, sedangkan pereaksi Bendict terdiri dari kompleks Cu2+ dan
ionnitrat. Keduanya dalam larutan basa.
Reaksi dengan pereaksi Tollen atau Fehling mengubah ikatan C-H menjadi
ikatan C-O. Karena keton tidak mempunyai hidrogen yang menempel pada atom
karbon karbonil maka keton tidak dapat dioksidasi dengan pereaksi-pereaksi ini.
126
Dapat berubah menjadi ester oleh reaksi dengan peroksida. Peroksida yang
umum digunakan adalah asam perbenzoat, asam m-kloroperbenzoat, asam perasetat,
dan asam trifluoroperasetat.
Reaksi ini dikatalis dengan asam dan melibatkan suatu adisi perasaan kepada
gugus karbonil.
Langkah penataan ulang terjadi secara simultan. Adapun urutan kemampuan
gugus-gugus untuk berpindah adalah sebagai berikut:
t-alkil > sek-alkil > fenil > n-alkil > metil
Jadi untuk perubahan beberapa senyawa keton asimetris menjadi ester melalui
reaksi Baeyer-Villager, oksigen akan menyisip pada posisi yang ditandai dengan anak
panah seperti berikut:
5. Reaksi Enol atau Enolat Aldehida dan Keton
a. Halogenasi
Halogenasi aldehida terhadi menurut skema berikut:
126
Reaksi dapat dipercepat dengan penambahan asam atau basa. Telah ditemukan
bahwa kecepatan halogenasi suatu keton berbanding langsung dengan konsentrasi
keton dengan konsentrasi asam yang ditambahkan, tetapi tidak tergantung pada
konsentrasi atau jenis hologen yang digunakan (klor, brom atau iod). Oleh karena itu
langkah lambat reaksi adalah langkah yang tidak melibatkan hologen, yaitu langkah
pembentukan enol. Jadi mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut:
Halogenasi terhadap keton asimetris seperti metil propil keton
memperlihatkan bahwa orientasi halogenasi terhadi lebih dominan pada karbon –a
yang lebih tersubstitusi. Hal ini tampaknya disebabkan oleh kestabilan yang tinggi
untuk enol yang karbon ikatan rangkapnya lebih tersubstitusi.
Didalam halogenasi terkatalis-basa terhadap keton, ditemukan juga bahwa
kecepatan reaksi sama sekali tidak tergantung pada konsentrasi dan identitas halogen.
(Kita gunakan istilah terpromosi karena basa dikonsumsi secara stoikimetri dalam
reaksi keseluruhan). Didalam reaksi ini, langkah pertama dan langkah penentu
kecepatan reaksi adalah langkah pelepasan proton dari karbon-a menghasilkan ion
enolat.
Orientasi substitusi selalu terjadi pada karbon-a yang kurang tersubstitusi.
126
Jika halogen yang digunakan berlebihan maka dapat terjadi trihalometil
keton, yang selanjutnya pecah menghasilkan asam dan trihalometan.
Reaksi ini dikenal sebagai reaksi haloform.
b. Kondensasi aldol
Jika suatu aldehida sederhana diolah dengan larutan basa encer akan
mengalami reaksi kondensasi aldol.
Adapun mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut:
Langkah 1 : pembentukan ion enolat
126
Langkah 2 : adisi nukleofilik
Langkah 3 : perpindahan proton
Dimungkinkan pula terjadi kondensasi campuran dari dua aldehida yang
berbeda. Sebagai contoh adalah kondensasi asetaldehida dengan propionaldehida yang
menghasilkan empat macam produk alkol.
Aldol aromatis yang memungkinkan membentuk system konjugasi sulit untuk
diisolasi karena mereka akan mengalami dehidrasi dalam kondisi pembuatannya
menghasilkan senyawa karbonil a,b-tak jenuh:
126
Reaksi kondensasi aldol dapat pula dikatalis dengan asam menghasilkan
senyawa karbonil a,b-tak jenuh.
Manfaat Aldehid dan Keton dalam Kehidupan
Aldehid dan keton banyak terdapat dalam
sistem makhluk hidup.Seperti gula ribosa dan
hormon progesteron merupakan contoh dari aldehid
dan keton. Aldehid dan keton mempunyai bau yang
khas, yang pada umumnya aldehid berbau
merangsang sedangkan keton berbau harum.Aldehid
dan keton menyumbangkan manfaat yang cukup
besar dalam kehidupan. Salah satu contohnya yaitu
metanal yang merupakan contoh dari senyawa
aldehid. Metanal ini lebih dikenal dengan nama
formaldehida. Larutan formaldehida 40%
digunakan sebagai antiseptik atau yang dikenal
dengan sebutan formalin. Sedangkan pada keton
yang pailing banyak dikenal yaitu aseton yang digunakan sebagai pelarut dan pembersih
kaca. Oleh karena banyak manfaatnya maka kita harus mampu membedakan mana senyawa
keton dan senyawa aldehid agar tidak terjadi kekeliruan dalam pemanfaatannya.
B. Latihan
Aseton yangbanyakdimanfaatkansebagaipelaru
t, sepertipelarut cat kukudanpembersihkaca
126
1. Senyawa mana berikut ini yang menunjukkan uji idoform yang positif?
O
a. ICH2CH
O
b. CH3CH2CH
OH
c. CH3CH2CHCH3
2. Senyawa mana berikuti ini yang akan memberikan uji Tollens positif?
a. CH3CHO
b.
c.
O
d. CH3CCH3
C. Intisari Materi Pelajaran
Reaksi-reaksi aldehid dan keton
a. Adisi reagen Grignatd, formaldehid menghasilkan alkohol 1o, aldehid
menghasilkan alkohol 2o dan keton menghasilkan alkohol 3o.
b. Pembentukan sianohidrin (R=H atau alkil)
126
c. Pembentukkan dan hidrolisis asetal
d. Reduksi menjadi alkohol
e. Oksidasi menjadi asam karboksilat
f. Kondensasi Aldol
126
g. Adisi nukleofilik
D. Evaluasi
Salah satu kekurangan halogenasi α bersuasana-basa dari suatu keton adalah bahwa atom
halogen kedua lebih mudah masuk daripada atom halogen pertama
O O
CH3CCH2Br + Br2 + OH- CH3CCHBr2 + Br- + H2O
Tulislah tahap-tahap dalam mekanisme halogenasi kedua dan sarankan alasan mengapa
reaksi ini lebih cepat daripada halogenasi pertama!