aldehid n keton

28
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III ALDEHID DAN KETON Nama : Ika Kusuma Nugraheni NIM : J1B106026 Kelompok : V Asisten : Ninawati DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Upload: ika-kusuma-nugraheni

Post on 03-Jul-2015

1.871 views

Category:

Documents


33 download

TRANSCRIPT

Page 1: aldehid n keton

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK I

PERCOBAAN III

ALDEHID DAN KETON

Nama : Ika Kusuma Nugraheni

NIM : J1B106026

Kelompok : V

Asisten : Ninawati

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI KIMIA

BANJARBARU

2007

Page 2: aldehid n keton

PERCOBAAN 3

ALDEHID DAN KETON

I. TUJUAN

Tujuan dari percobaan kali ini antara lain :

1. Mempelajari reaksi kimia aldehid dan keton.

2. Penggunaan aldehida dan keton untuk identifikasi senyawa.

II. DASAR TEORI

Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil

yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen.

Gugus karbonil (C=O) merupakan bagian dari bermacam-macam gugus

fungsi. Gugus fungsi dan golongan senyawa ditentukan oleh atom lain yang

terikat pada karbon karbonil. Bila salah satu dari atom terikat pada karbon

karbonil adalah hidrogen, maka senyawa tersebut disebut aldehida. Bila dua

karbon terikat pada gugus karbonil, maka senyawanya adalah keton.

(Fessenden & Fessenden, 1997).

Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus

karbonil terikat pada dua gugus alkil, dua gugus aril atu sebuah gugus alkil

dan sebuah aril. Keton tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada

gugus karbonil (Fessenden, 1997).

Aldehid dan keton merupakan kelompok senyawa organik yang

mengandung gugus karbonil (C=O). Suatu keton mempunyai dua gugua alkil

(aril) yang terikat pada karbon karbonil, sedangkan aldehida mempunyai

sekurangnya satu atom hidrogen yang terikat pada karbon karbonilnya. Gugus

lain dalam suatu aldehida dapat berupa alkil, aril atau H (Fassenden dan

Fassenden, 1999).

Keton bereaksi dengan alkohol melalui cara yang sama dengan aldehida,

membentuk hemiketal dan ketal. Jika glikol yang digunakan sebagai unsur

alkohol, hasilnya adalah struktur siklik (Hart, 1990).

suatu aldehidaRCH

O

suatu ketonRCR

O

Page 3: aldehid n keton

Aldehid dan keton adalah senyawa yang sangat penting beberapa

diantaranya seperti aseton (CH3COCH3), metil keton (CH3COC2H5) dipakai

dalam jumlah besar sebagai pelarut (Stanley H. Pire, 1988).

Aldehid dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air

yang polar. Anggota deret yang rendah, yaitu formaldehid, asetaldehid, dan

aseton bersifat larut air dalam segala perbandingan. Semakin panjang rantai

karbon, kelarutan dalam air semakin menurun. Bila rantai karbon melebihi

lima atau enam atom karbon, kelarutan aldehid dan keton dalam air sangat

rendah. Sebagaimana kita duga, aldehid dan keton larut dalam pelarut

nonpolar (Antony, 1992).

Aldehida merupakan senyawa yang mudah dioksidasi, positif dengan uji

Tollens, gugus C = O polar, terbentuk dari oksidasi alkohol sekunder. Keton

memiliki sifat gugus C = O polar, tidak kuat dioksidasi, negatif dengan uji

Tollens, terbentuk dari oksidasi alkohol sekunder (S. Riawan, 1990).

Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah atom

C sama dengan menggantikan akhiran “at” dengan “aldehid” atau dengan

memberikan akhiran “al” pada nama alkana yang mempunyai jumlah atom C

sama. Keton diberi nama menurut nam gugus-gugus alkilnya dengan

menambahkan kata “keton” atau memberi akhiran “on” pada alkana yang

jumlah atom C nya sama (Respati, 1986).

Kepolaran gugus karbonil dapat mempengaruhi sifat fisis aldehid dan

keton. Pemakaian elektron bersama dalam ikatan ganda dua karbon-oksigen

pada gugus karbonil sama saja dengan dalam ikatan ganda dua karbon-karbon

pada alkena. Perbedaannya dalam gugus karbonil elektron-elektron tertarik ke

oksigen yang lebih elektronegatif. Oksigen gugus karbonil mempunyai dua

pasang elektron bebas yang membawa muatan negatif parsial dan karbon

membawa muatan parsial positif (Wilbraham & Matta, 1992).

Ikatan polar pada aldehid dan keton dapat berintegrasi satu sama lain

sehingga titik didih lebih tinggi dari yang dipikirkan berdasarkan rapat

molekulnya. Ikatan polar pada gugus karbonil juga menyebabkan kelarutan

dalam air dengan nisbi yang tinggi dari beberapa jumlah aldehid dan keton

tingkat rendah (dengan jumlah karbon = 4). Tetapi pada setiap sifat fisika

Page 4: aldehid n keton

tersebut dampaknya tidak begitu besar terhadap aldehid dan keton

dibandingkan dengan alkohol padanannya (Stanley, Denni. 1992).

III. ALAT DAN BAHAN

A. Alat-alat

Peralatan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah tabung

reaksi dan raknya, tutup tabung/sumbat, water bath, pipet tetes, penjepit,

bekker glass, gelas ukur dan penangas.

B. Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah

larutan Fehling A, larutan Fehling B, Asetildehid, AgNO3 5%, NaOH

10%, NaOH 40%, NH4OH, Aseton, Formaldehid, I2 dalam KI, KMnO4,

Na-bisulfat, Fenilhidrazin, H2SO4 pekat dan es.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Uji Fehling

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 ml larutan Fehling A dan 1

ml larutan Fehling B.

- Ditambahkan 1 ml asetaldehid.

- Dipanaskan sekitar 5 menit dan diamati warna dan endapan yang

terjadi.

2. Uji Tollens

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 ml AgNO3 5% dan 1 tetes

NaOH 10% dan NH4OH encer tetes demi tetes.

- Ditambahkan 1 ml asetaldehid dan disumbat mulut tabung serta

digocok.

- Didiamkan selama 5 menit, bila belum ada perubahan dipanaskan

dalam water bath suhu 400 C selama 5 menit.

- Diamati perubahan yang terjadi. Diulangi percobaan dengan

menggunakan aseton dan formaldehid.

Page 5: aldehid n keton

3. Uji Iodoform

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 ml asetildehid dan 1 ml I2

dalam KI kemudian ditambahkan NaOH tetes demi tetes sampai warna

iodium berubah menjadi kuning muda.

- didiamkan, bila dalam waktu 5 menit belum terbentuk endapan

iodium, maka dipanaskan dalam water bath suhu 600 C.

- Diamati perubahan yang terjadi.

4. Pembentukan Damar (reaksi Cannizarro)

- Dipanaskan ke dalam tabung reaksi 1 ml asetildehid dan 1 ml

NaOH pekat.

- Dipanaskan selama 5 menit (terbentuk endapan atau gumpalan

berbentuk amorf).

- Didinginkan secepatnya ke dalam bak air.

- Diamati warna dan bentuk gumpalan yang terjadi.

5. Uji Adisi Bisulfit

a. Tabung 1:

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 ml Na-bisulfit dan

ditambahkan dengan hati-hati 1 ml asetildehid.

- Dikocok dan diamati larutan dan endapan yang terbentuk.

b. Tabung 2

- Dicelupkan tabung reaksi ke dalam bak es.

- Dimasukkan 1 ml Na-bisulfit jenuh dan ditambahkan tetes demi

tetes aseton.

- Dikocok dan diamati perubahan yang terjadi.

6. Reaksi pembentukan Asam Karboksilat

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 ml KMnO4 dan dua tetes

larutan asam sulfat pekat dan 1 ml asetildehid.

- Dipanaskan dan diperhatikan bau yang ditimbulkan.

- Diulangi percobaan dengan menggunakan aseton dan formaldehid.

Dan diperhatikan bau yang ditimbulkan.

Page 6: aldehid n keton

7. Reaksi Pembentukan Fenilhidrazin

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 ml asetildehid dan 1 ml

fenilhidrazin 1% (dalam HCl 5%).

- Diamati perubahan yang terjadi.

- Diulangi percobaan dengan menggunakan aseton dan formaldehid.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Uji Fehling

No. Langkah Kerja Pengamatan

1. 1 mL sampel + 1 mL Fehling A,

dipanaskan

aseton

asetaldehid

sikloheksanon

formaldehid

Larutan berwarna biru

dan setelah dipanaskan

tetap berwarna biru.

Larutan berwarna biru

dan setelah dipanaskan

tetap biru.

Larutan memisah (atas:

kuning; bawah: biru).

Larutan berwarna biru

dan setelah dipanaskan

tetap berwarna biru.

2. 1 mL sampel + 1 mL Fehling B,

dipanaskan

aseton

asetaldehid

sikloheksanon

Dari kuning, menjadi

kuning kabur.

Larutan berwarna merah

bata (warna asal kuning),

endapan berwarna jingga.

Warnanya jadi 2 fase;

atas kuning, bawah biru.

Page 7: aldehid n keton

formaldehid Warna larutan dari

kuning menjadi putih.

2. Uji Tollens

No. Langkah Kerja Pengamatan

1.

2.

1 mL sampel + 1 mL AgNO3 5% +

NaOH 10% + amoniak encer, dikocok,

didiamkan

aseton

asetaldehid

sikloheksanon

formaldehid

Larutan dipanaskan

aseton

asetaldehid

sikloheksanon

formaldehid

Berwarna gelap.

Berwarna gelap, ada

endapan.

Berwarna gelap, ada

endapan di bagian atas.

Berwarna hitam kabur

Larutan bening dan

terbentuk endapan hitam.

Larutan bening dan ada

endapan.

Terbentuk 2 fase; atas

hitam, bawah bening.

Larutan menjadi keruh,

ada endapan keperakan.

3. Uji Iodoform

No. Langkah Kerja Pengamatan

1. 1 mL sampel + 1 mL I2 dalam KI +

NaOH 6 M, dipanaskan

aseton

asetaldehid

sikloheksanon

Ada endapan kuning.

Ada endapan kuning.

Larutan memisah, atas:

kuning kehitaman;

Page 8: aldehid n keton

formaldehid

bawah: bening.

Ada endapan putih

4. Pembentukan Damar (Reaksi Cannizaro)

No. Langkah Kerja Pengamatan

1. 1 mL sampel + 1 mL NaOH pekat,

dipanaskan

aseton

asetaldehid

sikloheksanon

formaldehid

bening

larutan mengendap

(merah bata).

Larutan terpisah 2 fase,

atas: bening; bawah:

bening seperti minyak.

Larutan berwarna jingga,

tidak ada endapan.

5. Uji Adisi Natrium Bisulfit

No. Langkah Kerja Pengamatan

1. 1 mL sampel + 1 mL Na-bisulfit, tdk

didinginkan / didinginkan dalam bak es

aseton

asetaldehid

sikloheksanon

Tdk didinginkan : larutan

bening, tidak ada

endapan.

Didinginkan : larutan

bening, tidak ada

endapan.

Tdk didinginkan : tidak

ada endapan.

Didinginkan : tidak ada

endapan.

Tdk didinginkan :

menggumpal (putih)

Didinginkan :

Page 9: aldehid n keton

formaldehid

menggumpal (putih)

Tdk didinginkan : ada

sedikit endapan putih.

Didinginkan : larutan

berwarna putih keruh.

6. Reaksi Pembentukan Asam Karboksilat

No. Langkah Kerja Pengamatan

1. 1 mL sampel + 1 mL KMnO4 + 4 tetes

H2SO4 pekat, dipanaskan

aseton

asetaldehid

sikloheksanon

formaldehid

Bening, ada bintik-bintik

cokelat, bau tidak terlalu

menyengat.

Larutan bening dan

berbau menyengat.

Terbentuk 2 fase; atas

bening, bawah putih

keruh, bau tidak terlalu

menyengat.

Bening, tidak terlalu

menyengat.

7. Reaksi Pembentukan Fenilhidrazin

No. Langkah Kerja Pengamatan

1. 1 mL sampel + 1 mL fenilhidrazin

aseton

asetaldehid

sikloheksanon

formaldehid

Larutan bening.

Larutan berwarna keruh.

Larutan berwarna keruh,

terbentuk 2 fase; atas

seperti minyak, bawah

berwarna keruh.

Larutan berwarna keruh.

Page 10: aldehid n keton

B. Pembahasan

1. Uji Fehling

Uji fehling ini bertujuan untuk mengetahui senyawa mana yang

mudah teroksidasi. Sample yang digunakan untuk uji fehling yaitu

asetaldedhid, benzaldehid, formaldehid, aseton, dan sikloheksanon.

Reagen fehling merupakan campuran dari larutan CuSO4 dan larutan alkali

dari garam tartrat. Campuran ini berwarna biru yang mengandung

kompleks ion Cu2+ dalam suasana alkalis. Jika larutan fehling ini

direaksikan dengan pereduksi tertentu, seperti hidroksilamina, hidrazin,

glukosa dan asetildehid maka akan terbentuk endapan merah bata dengan

pendidihan, dimana endapan merah bata tersebut merupakan Cu2O.

Pada umumnya senyawa Keton tak mudah dioksidasi dan aldehid

mudah untuk dioksidasi. Dalam percobaan ini senyawa asetaldehid dan

formaldehid yang merupakan aldehid dapat bereaksi atau memberikan uji

positif terhadap penambahan larutan fehling A dan B dimana

dihasilkannya endapan merah bata Cu2O setelah dilakukan pemanasan.

Reaksi antara asetildehid dengan larutan fehling :

O O

CH3 – C – H + Cu2+ + 5OH- CH3 – C – OH + Cu2O + 3H2O

Reaksi yang terjadi pada formaldehida adalah sebagai berikut :

O O

H – C – H + Cu2+ + 5OH- H – C – OH + Cu2O + 3H2O

merah bata

Keton (aseton) sukar teroksidasi oleh larutan Fehling karena

senyawa keton tidak mempunyai atom H yang menempel pada atom

karbon karbonil. Jadi senyawa keton tidak memberikan tes yang positif

terhadap larutan fehling sehingga uji Fehling maupun uji benedict dapat

membedakan antara senyawa aldehid dan keton.

Tetapi terjadi kesalahan melakukan prosedur kerja dalam

praktikum mengenai uji fehling ini, pereaksian fehling pada masing-

Page 11: aldehid n keton

masing sampel dilakukan terpisah, padahal seharusnya fehling A dan

fehling B dicampur mejadi satu dengan salah satu sampel pada masing-

masing tebung reaksi. Sehingga hasil pengamatan dalam percobaan ini

meleset dari hasil yang diharapkan.

2. Uji Tollens

Uji Tollens juga dimaksudkan untuk mengetahui kemudahan

aldehid atau keton untuk dioksidasi menjadi asam karboksilat. Pereaksi

Tollens merupakan pengoksidasi ringan yang digunakan dalam uji ini.

Peraksi Tollens adalah larutan basa dari perak nitrat, larutannya jernih dan

tidak berwarna. Untuk mencegah pengendapan ion perak sebagai oksida

(Ag2O) pada suhu tinggi, maka ditambahkan beberapa tetes larutan

amonia. Amonia membentuk komplek larut dalam air dengan ion perak.

Ag+ + 2NH3 Ag(NH3)2

Reaksi tollens berdasarkan oksidasi suatu aldehid larutan ion (Ag+)

dalam basa amoniak. Suatu oksidator yang lemah hasilnya adalah suatu

karboksilat dan logam perak-logam peraknya akan membentuk endapan

hitam. Uji Tollens ini digunakan untuk membedakan antara aldehid dan

keton berdasarkan sifat kemudahannya mengalami oksidasi.

Pada percobaan ini AgNO3 5 % ditambahkan dengan NaOH dan

amoniak akan terbentuk larutan coklat keruh dengan endapan coklat.

Setelah itu ditambahkan sampel. Pada formaldehid setelah pemanasan

terbentuk cermin perak, sedangkan pada asetildehid hanya terbentuk

endapan saja. Hal ini terjadi mungkin karena kurang bersihnya alat yang

digunakan dan karena ketidaktelitian praktikan (kelebihan ion perak pada

waktu percobaan). Reaksi antara senyawa-senyawa aldehid dan pereaksi

tollens, yaitu :

O O

CH3 – C – H + 2Ag(NH3)2+OH- CH3 – C – O – NH4+ + 2Ag+(S) + H2O

Asetildehid Pereaksi Tollens cermin perak

O O

Page 12: aldehid n keton

H – C – H + 2Ag(NH3)2+OH- H – C – O – NH4++2Ag+(S) + 3NH3

+ 2H2O

Formaldehid Pereaksi Tollens cermin perak

Untuk senyawa keton tidak terbentuk cermin perak. Hal itu terjadi

karena pada keton tidak terdapat atom H yang terikat langsung pada gugus

karbonil sehingga keton tidak mampu mereduksi larutan Tollens. Keton

hanya mampu dioksidasi menjadi keadaan yang lebih keras (reaksinya)

daripada aldehid. Ikatan antara karbon karbonil dan salah satu karbonnya

putus, memberikan hasil oksidasi dengan jumlaha tom karbon yang lebih

sedikit dibandingkan dengan jumlah atom.

3. Uji Iodoform

Uji iodoform ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan

aldehid dan keton untuk diionisasi. Syarat suatu senyawa untuk diionisasi

atau menunjukkan uji positif terhadap uji iodoform adalah ditandai dengan

terbentuknya warna atau endapan kuning.

Atom hidrogen yang terikat pada atom karbon untuk aldehid dan

keton dapat diganti oleh unsur halogen dalam larutan basa. Reaksi ini

dapat berjalan dengan cepat karena adanya pengaruh tarikan elektron pada

unsur halogen, sehingga atom hidrogen pada atom karbon menjadi lebih

bersifat asam yang menyebabkan atom hidrogen mudah diganti oleh unsur

lain, seperti halogen.

Umumnya reaksi ini digunakan untuk menunjukkan adanya metil

keton (R – CO – CH2). Senyawa ini bila direaksikan dengan iodium dan

basa akan membentuk hablur dari iodoform yang bersifat warna kuning.

Karena reagen dalam reaksi ini merupakan oksidator, maka alkohol yang

mengandung gugus – CH(OH) – CH3 akan mudah teroksidasi menjadi

metil keton ( - CO – CH3) yang berarti alkohol itu mengandung gugus

metil. Reaksinya adalah sebagai berikut :

CH3 C H + 3I2 + NaOH CHI3 + 3HI + H C Na

O O

CH3 C H + 3I2 + 3OH- CI3 C J + 3H2O + 3I-

Page 13: aldehid n keton

O O

Senyawa trihalo yang didapatkan diuraikan oleh basa

menghasilkan haloform, seperti reaksi pada pembentukan iodoform dan

kloroform.

R C CI2 + OH- R C O + CHI3

O O

Pada percobaan yang telah dilakukan terlihat bahwa hanya aseton

yang memberikan uji positif terhadap uji iodoform ini.

4. Pembentukan Damar (Reaksi Cannizarro)

Larutan damar terjadi karena adanya alkali pekat, maka aldehid

yang tidak mempunyai atom H alfa mengalami oksidasi reduksi sendiri

sehingga menghasilkan campuran alkohol dan garam karboksilat.

Suatu aldehid tanpa hidrogen alpa tidak dapat menjalani adisi-diri

atau menghasilkan suatu produk adol. Jika suatu aldehid tanpa hidrogen

alpha dipanasi dengan larutan hidroksida pekat akan terjadi reaksi

disproporsionasi dimana separuh aldehid teroksidasi menjadi asam

karboksilat dan separuh akan tereduksi menjadi suatu alkohol. Reaksi ini

disebut dengan reaksi Cannizarro :

2HCH HCONa + CH3OH NaOH pekat O O

Formaldehid Na-formiat methanol

Aldehid-aldehid yang mempunyai hydrogen alfa dengan

penambahan asam pekat memberi damar-damar aldehid suatu campuran

senyawa-senyawa dengan BM yang tinggi mungkin hasil kondensasi dan

penghidratan.

Pada percobaan ini menggunakan asetildehid yang memiliki

hidrogen alpha, dalam kondisi ini asetildehid mengalami suatu kondensasi

aldol dengan ditandai adanyaendapan merah bata.

Reaksinya adalah :

Page 14: aldehid n keton

2CH3CH CH3CH CH2CH OH-

O O O

Sedangkan pada formaldehid, larutan yang terbentuk berwarna

jingga, kondensasi aldol merupakan suatu reaksi adisi dimana tidak lepas

dari molekul kecil. Aldol yang terjadi pelepasan air dan terbentuk aldehid

tidak jenuh yaitu kranotaldehid yang ditunjukkan terjadi perubahan jika

amorf dipanaskan maka akan terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan atas orange

keruh dan bawah orange.

Sedangkan pada senyawa-senyawa keton yang lain tidak terbentuk

endapan amorf setelah dilakukan pemanasan. Hal itu dikarenakan

senyawa-senyawa tersebut tidak memiliki hidrogen alfa.

5. Reaksi Adisi Natrium Bisulfit

Aldehid dan beberapa keton dengan jumlah atom karbon yang

kecil dapat melakukan reaksi adisis dengan melarutkan larutan natrium

bisulfat perak menghasilkan hablur berwarna putih. Hasil reaksi ini bila

bereaksi dengan asam akan membentuk senyawa karbonil kembali,

sehingga reaksi ini dapat digunakan untuk memisahkan senyawa karbonil.

Na-Bisulfit direaksikan dengan senyawa aldehid dan keton pada suasana

dingin dan tidak. Seharusnya, Na-bisulfit yang direaksikan dengan

asetildehid menghasilkan larutan keruh dan hablur putih, yang berarti

asetildehid mengalami reaksi adisi. Reaksinya adalah :

O OH

CH3 C H + HSO3Na CH3 C Na+SO4-

H

Tetapi pada data percobaan yang telah dilakukan tidak diketahui

adanya warna yang signifikan, hanya saja tidak ada terbentuk endapan.

Sedangkan Na-bisulfit yang ditambahkan dengan aseton dan

dilakukan dalam bak es menghasilkan hablur putih dan reaksinya

berlangsung lebih cepat. Hal ini dikarenakan reaksi dalam keadaan dingin

atau dengan bantuan es dapat mempercepat reaksi untuk berlangsung.

Reaksi aseton dengan Na-bisulfit adalah :

Page 15: aldehid n keton

O OH

CH3 C CH3 + HSO3Na CH3 C Na+SO3-

CH3

Untuk aseton adalah menghasilkan larutan bening. Tahap ini

reaaksinya berlangsung lebih cepat karena dilakukan pada air dingin.

Reaksi Na-Bisulfit dengan aseton adalah :

NaHSO3 + CH3COOH CH3CON2NaSO3

Jadi antara keton dan aldehid akan bereaksi dengan Na-bisulfit

dengan membentuk hablur putih.

6. Reaksi Pembentukan asam karboksilat

Asetildehid yang merupakan aldehid jika direaksikan dengan

KMnO4 dan H2SO4 akan lebih mudah mengalami oksidasi dan

menghasilkan asam karboksilat daripada senyawa-senyawa lainnya.

Campuran ini menghasilkan suatu larutan coklat muda dan setelah

dilakukan pemanasan akan menghasilkan larutan bening dan menimbulkan

bau menyengat. Reaksinya adalah :

2KMnO4 + 3H2SO4 + H C H 2MnSO4 + K2SO4 + 5CH3COOH + 3H2O

O Asam asetat

Hal serupa seharusnya juga terjadi pada formaldehid (karena

formaldehid juga merupakan salah satu bentuk aldehid). Tetapi hal ini tdak

terjadi, hal ini mungkin disebabkan karena kekurangtelitian praktikan saat

melakukan percobaan. Rekai yang seharusnya terjadi adalah:

2KMnO4 + 3H2SO4 + 2H C H 2MnSO4 + K2SO4 + 5H C OH

O O

Asam format

Pada senyawa keton sulit untuk bereaksi membentuk asam

karboksilat, hanya terjadi larutan yang terpisah pada sikloheksanon.

7. Reaksi Pembentukan Fenilhidrazin

Pada reaksi dengan aldehid (asetaldehid dan formaldehid) akan

menghasilkan suatu larutan keruh. Sedangkan pada sampel keton hanya

Page 16: aldehid n keton

asetonOH

asetaldehid

formaldehid

terbentuk larutan keruh dan membentuk 2 fase (pada sikloheksanon), dan

berwarna bening (pada aseton). Reaksi-reaksi yang terjadi adalah :

CH3COH + NHNH2 CH3COH–NH–NH

HCOH + NHNH2 CH3COH–NH–NH

CH3CCH3 + NHNH2 CH3CO–NH–NH

Page 17: aldehid n keton

VI. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah:

1. Terjadi kesalahan perlakuan prosedur pada percobaan Uji Fehling,

sehingga hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

2. Uji tollens pada formaldehid menghasilkan cermin perak.

3. Aldehid akan menghasilkan damar dengan penambahan NaOH pekat

sedangkan penambahan NaOH pada senyawa keton tidak akan

menghasilkan damar.

4. Oksidasi aldehid oleh KMnO4 pada suasana asam akibat penambahan

asam sulfat menghasilkan suatu asam karboksilat, sedangkan pada keton,

asam karboksilat terjadi karena adisi gugus karbonil.

5. Oksidasi aldehid oleh KMnO4 pada suasana asam akibat penambahan

asam sulfat menghasilkan suatu asam karboksilat.

6. Ada senyawa karbonil sering terjadi reaksi adisi pada gugus karbonil

(C= O), dengan menggunakan reagen yang nukleofil.

Page 18: aldehid n keton

DAFTAR PUSTAKA

Antony C. W dan Matta S, Michael. 1992. Kimia Organik dan Hayati. ITB:Bandung.

Fessenden & Fessenden. 1997. Kimia Organik Jilid 1. Erlangga: Jakarta.

Fessenden dan Fessenden. 1999. Kimia Organik. Erlangga: Jakarta.

Hart, Harold. 1990. Kimia Organik: Suatu Kuliah Singkat. Erlangga: Jakarta.

Respati. 1986. Pengantar Kimia Organik Jilid 1. Aksara Baru: Jakarta.

Riawan, S. 1990. Kimia Organik Jilid 1. Binarupa Aksara: Jakarta.

Stanley, Denni. 1992. Pengantar Ilmu Organik dan Hayati. ITB. Bandung.

Stanley, H. Pire. 1988. Kimia Organik I. ITB. Bandung.