laporan aldehid keton muly 2.docx

47
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aldehid dan keton adalah keluarga besar dari senyawa organik yang termasuk dalam kehidupan sehari- hari kita. Senyawa-senyawa ini menimbulkan bau wangi pada banyak buah-buahan dan parfum mahal. Contohnya, sinamaldehida (suatu aldehida) menyebabkan bau kayu manis (sinamon) dan siveton (suatu keton) yang digunakan untuk bau musky (menyengat, sumber asli dari semacam rusa) pada banyak parfum. Formaldehida merupakan komponen material dalam berbagai material dalam bangunan rumah. Keton testoteron dan estron banyak dikenal sebagai hormon yang menimbulkan ciri seksual. Selain itu, kimia aldehida dan keton berperan dalam cara kita mencerna makanan dan cara kita melihat. Aldehid dan keton memiliki gugus karbonil, C ═ O yang merupakan gugus fungsi paling penting dalam kimia organik. Seperti yang telah dibahas di atas, senyawa ini penting dalam banyak proses biologi dan sering merupakan mata niaga yang penting. Rumus aldehid dan keton adalah sebagai berikut, Aldehid : R ─ C ─ H atau RCOH

Upload: aenhiequrra-althafunnisa

Post on 15-Sep-2015

320 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUANA. Latar BelakangAldehid dan keton adalah keluarga besar dari senyawa organik yang termasuk dalam kehidupan sehari-hari kita. Senyawa-senyawa ini menimbulkan bau wangi pada banyak buah-buahan dan parfum mahal. Contohnya, sinamaldehida (suatu aldehida) menyebabkan bau kayu manis (sinamon) dan siveton (suatu keton) yang digunakan untuk bau musky (menyengat, sumber asli dari semacam rusa) pada banyak parfum. Formaldehida merupakan komponen material dalam berbagai material dalam bangunan rumah. Keton testoteron dan estron banyak dikenal sebagai hormon yang menimbulkan ciri seksual. Selain itu, kimia aldehida dan keton berperan dalam cara kita mencerna makanan dan cara kita melihat.Aldehid dan keton memiliki gugus karbonil, C O yang merupakan gugus fungsi paling penting dalam kimia organik. Seperti yang telah dibahas di atas, senyawa ini penting dalam banyak proses biologi dan sering merupakan mata niaga yang penting.Rumus aldehid dan keton adalah sebagai berikut,Aldehid : R C H atau RCOH OKeton : R C R atau RCOR O Karena aldehid dan keton tidak mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen seperti pada alkohol, Namun senyawa ini dapat membentuk ikatan hidrogen dengan atom hidrogen dari air dan alkohol, karena adanya ini kelarutan aldehid dan keton dalam air sejajar dengan alkohol. Yang melatar belakangi Percobaan ini untuk mengetahui bagaimana cara dan perbedaan dari aldehid dan keton. Serta untuk mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi pada sampel jika ditambahkan dengan pereaksi fehling dan pereaksi benedict.

B. Maksud Dan Tujuan Percobaan1. Maksud PercobaanMengetahui dan memahami sifat-sifat fisika dan kimia dari aldehid dan keton.2. Tujuan Percobaana. Mengetahui sifat-sifat fisika dan kimia dari aldehid dan keton.b. Mengetahui reaksi fisika dan kimia dari aldehid dan keton.

C. Prinsip Percobaan1. Uji Asam KromatPenentuan sifat kimia dari aldehid dengan mereaksikan formalin dan sukrosa dengan pereaksi asam kromat dan diamati terbentuknya endapan warna merah coklat menjadi biru hijau.2. Uji IodoformPenentuan sifat kimia dari aldehid dan keton dengan mereaksikan formalin dan sukrosa dengan pereaksi NaOH dan I2 dalam KI dan amati endapan kuning yang terjadi.3. Uji TollensPenentuan sifat kimia dari aldehid dengan mereaksikan formalin dan sukrosa dengan pereaksitollens dan amati terbentuknya cermin perak pada dinding tabung reaksi4. Uji BenedictPenentuan sifat kimia dari aldehid dengan mereaksikan formalin dan sukrosa dengan pereaksi benedict yang diletakkan dipenangas air dan amati perubahan warnanya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Teori UmumAldehid dan keton dicirikan oleh adanya gugus karbonil. Aldehida memiliki sedikitnya satu atom hidrokarbon melekat pada atom karbon karbonil. Gugus sisanya dapat berupa atom hidrogen lain atau gugus organik alifatik atau aromatik. Gugus CHO yang merupakan ciri dari aldehida sering disebut gugus formil. Pada karbon, atom karbon karbonil terhubung dengan dua atom karbon lain (Petrucci, Ralph. H. 1958).

Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Nama IUPEC dari aldehida diturunkan dari alkana dengan mengganti akhiran ana dengan al. Nama umumnya didasarkan nama asam karboksilat ditambahkan dengan akhiran dehida (Petrucci, Ralph. H. 1958).Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah atom C sama pada nama alkana yang mempunyai jumlah atom sama. Pembuatan aldehida adalah sebagai berikut: oksidasi alkohol primer, reduksi klorida asam, dari glikol, hidroformilasi alkana, reaksi Stephens dan untuk pembuatan aldehida aromatik (Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997).Salah satu reaksi untuk pembuatan aldehid adalah oksidasi dari alkohol primer. Kebanyakan oksidator tak dapat dipakai karena akan mengoksidasi aldehidnya menjadi asam karboksilat. Oksidasi khrompiridin kompleks seperti piridinium khlor kromat adalah oksidator yang dapat merubah alkohol primer menjadi aldehid tanpa merubahnya menjadi asam karboksilat (Petrucci, Ralph. H. 1958).Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil, dua gugus alkil, atau sebuah alkil. Keton juga dapat dikatakan senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonil (Willbraham, and Michael S. Matta. 1992).Pembuatan keton ynag paling umum adalah oksidasi dari alkohol sekunder. Hampir semua oksidator dapat dipakai. Pereaksi yang khas antara lain khromium oksida (CrO3), phiridinium khlor kromat, natrium bikhromat (Na2Cr2O7) dan kalium permanganat (KMnO4) (Respah, Ir. 1986).Reaksi-reaksi pada aldehida dan keton adalah reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Reaksi oksidasi untuk membedakan aldehida dan keton. Aldehid mudah sekali dioksidasi, sedangkan keton tahan terhadap oksidator. Aldehida dapat dioksidasi dengan oksidator yang sangat lemah. Sedangkan reaksi reduksi terbagi menjadi tiga bagian yaitu reduksi menjadi alkohol, reduksi menjadi hidrokarbon dan reduksi pinakol (Willbraham, and Michael S. Matta. 1992).Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen seperti pada alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan dapat membentuk gaya tarik menarik elektrostatik yang relatif kuat antara molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian negatif dari yang lain (Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997).Aldehid dan keton bereaksi dengan berbagai senyawa, tetapi pada umumnya aldehid lebih reaktif dibanding keton. Kimiawan memanfaatkan kemudahan oksidasi aldehid dengan mengembangkan beberapa uji untuk mendeteksi gugus fungsi ini (Willbraham, and Michael S. Matta. 1992).Dalam sistem IUPAC, akhiran penciri untuk aldehida ialah al (dari suku kata pertama aldehida. Contoh:

Karena aldehida telah lama dikenal, maka nama-nama umumnya sering digunakan dan biasanya dicantumkan di bawah nama IUPAC-nya. Untuk aldehida yang tersubstitusi, kita nomori rantai dimulai dengan karbon aldehida.

Untuk aldehida siklik, digunakan akhiran karbaldehida. Aldehida aromatik sering mempunyai nama umum.

Sekitar setengah dari asetal dehida yang diproduksi setiap tahun dioksidasi menjadi asam asetat. Sisanya digunakan untuk produksi 1-butanol dan bahan kimia komersial lainnya. Aseton yaitu keton paling sederhana, juga diproduksi secara besar-besaran, sekitar 2 miliar setiap tahun. Metode yang paling sering digunakan untuk sintesis komersialnya ialah oksidasi propena, oksidasi isopropil alkohol, dan oksidasi isopropil benzena.

Sekitar 30% aseton digunakan secara langsung, sebab aseton tidak saja bercampur sempurna dengan air tetapi juga merupakan pelarut yang baik untuk banyak zat organik (resin, cat, zat warna, dan cat kuku). Sisanya digunakan untuk pembuatan bahan kimia komersial lain, termasuk bifenol 1A untuk resin epoksi. Kuionon merupakan golongan senyawa karbonil yang unik. Senyawa ini merupakan diketon terkonjugasi siklik. Semua kuinon berwarna, dan banyak di antaranya berupa pigmen alami yang digunakan sebagai zat warna. Alizarin adalah kuinon berwarna jingga-merah yang digunakan untuk mewarnai mantel dalam seragam merah tentara Inggris selama Revolusi Amerika. Vitamin K adalah kuinon yang diperlukan untuk pembekuan darah secara normal (HAM, Mulyono. 2006). Dalam sistem IUPAC, akhiran untuk keton adalah on (dari suku kata terakhir keton). Rantai dinomori sehingga karbon karbonil memiliki nomor terendah. Nama umum keton dibentuk dengan menambahkan kata keton pada nama gugus alkil atau aril yang melekat pada karbon karbonil.Contoh:

(Hart, Harold. 2003).Aldehid dan keton memiliki banyak kegunaan, diantaranya: 1. Aldehida. Formaldehid : Bahan pengawet. Contoh biologi, bahan pengawet manusia, bahan pembuat berbagai jenis plastik termoset.b. Sinamaldehid : Penyebab bau khas pada kayu manisc. Vanili: Aroma pada vanili

2. Ketona. Aseton : Pelarut plitur dan plastikb. Metiletil keton : Pelarut koteksc. Muskon : Bahan pembuat minyak wangi (Petrucci, Ralph. H. 1958)Uji Tollens merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan mana yang termasuk senyawa aldehid dan mana yang termasuk senyawa keton. Selain dengan menggunakan Uji Tollen untuk membedakan senyawa aldehid dan keton dapat juga menggunakan Uji Fehling dan Uji Benedict. Aldehid lebih mudah dioksidasi dibanding keton. Oksidasi aldehid menghasilkan asam dengan jumlah atom karbon yang sama (Hart, harold. 1983).Hampir setiap reagensia yang mengoksidasi alkohol juga dapat mengoksidasi suatu aldehid. Pereaksi tollens, pengoksidasi ringan yang digunakan dalam uji ini adalah larutan basa dari perak nitrat. Larutannya jernih dan tidak berwarna. Untuk mencegah pengendapan ion perak sebagai oksida pada suhu tinggi, maka ditambahkan beberapa tetes larutan amonia. Amonia membentuk kompleks larut air dengan ion perak. Pereaksi Tollens sering disebut sebagai perak amoniakal, merupakan campuran dari AgNO3 dan amonia berlebihan. Gugus aktif pada pereaksi tollens adalah Ag2O yang bila tereduksi akan menghasilkan endapan perak. Endapan perak ini akan menempel pada tabung reaksi yang akan menjadi cermin perak. Oleh karena itu Pereaksi Tollens sering juga disebut pereaksi cermin perak (Sudarmo, 2006).Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia Tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positf ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi. Reaksi dengan pereaksi Tollens mampu mengubah ikatan C-H pada aldehid menjadi ikatan C-O. Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton selanjutnya keton tidak dapat dioksidasi lagi dengan menggunakan pereaksi Tollens. Hal ini disebabkan karena keton tidak mempunyai atom hidrogen yang menempel pada atom karbon karbonil. Keton hanya dapat dioksidasi dengan keadaan reaksi yang lebih keras dibandingkan dengan aldehid. Ikatan antara karbon karbonil dan salah satu karbonnya putus, memberikan hasil-hasil oksidasi dengan jumlah atom karbon yang lebih sedikit daripada bahan keton asalnya. Kekecualian adalah dalam oksidasi keton siklik, karena jumlah atom karbonnya tetap sama. Misalnya, sikloheksanon dioksidasi secar besar-besaran menjadi asam dipat, bahan kimia pentinh dalam pembuatan Nylon.Gugus fungsi karbonil C=O merupakan gugus fungsi yang dimiliki oleh golongan senyawa aldehid, keton, asam karbosilat, ester dan turunan lainnya. Senyawa ini penting dalam banyak proses biologi dan sering merupakan mata niaga yang penting pula. Aldehid mempunyai paling sedikit satu atom hidrogen yang melekat pada gugus karbonil. Gugus lainnya dapat berupa gugus hidrogen, alkil atau aril.Formaldehid adalah aldehid yang paling sempurna yang dibuat besar-besaran melalui oksidasi metanol.Formaldehid ini tidak bisa disimpan dalam bentuk bebasnya, karena mudahnya senyawa ini berpolimerisasi. Formaldehid sering dibuat dalam larutan 87 % yang dinamakan formalin. Larutan ini sebagai disinfektan serta pengawet. Namun kebanyakan formaldehid dimanfaatkan dalam industri plastik. Formaldehid dicurigai sebagai korsinogen, sehingga penanganannya harus hati-hati.Asetaldehid mendidih mendekati suhu 20 oC. Dulu, asetaldehid dibuat melalui hidrasi asetilena, sekarang umumnya diproduksi melalui proses wecker, yang melibatkan oksidasi selektif pada etilena dengan katalis paladium tembaga.Asetaldehid juga dibuat melalui oksidasi etanol. Hampir setengah dari produksi tahunannya sebanyak 2 juta ton, dan dioksidasi menjadi asam asetat. Sisanya digunakan untuk membuat 1-butanol dan bahan kimia lain. Aseton merupakan keton yang paling sederhana. Metode yang paling umum digunakan dalam industri adalah proses wecker terhadap propena, oksidasi isopropil alkohol, dan oksidasi dari isopropil benzena (Hart, harold. 1983: 200-202).Aldehid dan keton mengandung gugus karbonil C=O. Jika kedua senyawa itu dinamakan keton. Jika salah satu dari kedua gugus tersebut adalah hidrogen senyawa tersebut adalah aldehid. Formaldehid, suatu gas dinamakan formalin yang dignakan untuk pengawetan cairan dan jaringan. Formaldehid digunakan dalam pembuatan resin sintetik. Asetaldehid adalah bahan baku yang penting dalam pembuatan asam asetat, anhidrida dan esternya yaitu etil asetat.Aseton adalah keton yang paling penting. Aseton merupakan cairan volatil (titik didih 56 0C) dan mudah terbakar. Aseton adalah pelarut yang baik untuk macam-macam senyawa organik, banyak digunakan sebagai pelarut pernis, lak dan plastik. Tidak seperti pada kebanyakan pelarut organik lain, aseton bercampur dengan air dalam segala perbandingan sifat ini digabungkan dengan sifat volatilisnya membuat aseton sering digunakan sebagai pengering alat laboratorium. Salah satu metode pembuatan aseton adalah dihidrogenasi isopropil alkohol dengan bantuan katalis tembaga (Petrucci, Ralph. H. 1958: 271).Aldehid dan keton dapat dikelompokkan dan dibedakan satu dengan yang lainnya, dengan menggunakan tes kelarutan. Sebagian besar aldehid dan keton larut dalam eter. Senyawa-senyawa ini juga dapat larut dalam asam sulfat pekat dengan membentuk garam oksanium. Aldehid dan keton mempunyai atom karbon kurang dari lima dapat larut dalam air. Sedangkan eter dengan ataom C kurang dari empat dapat larut dalam air. Aldehid dan keton dapat dibedakan dengan senyawa lain terhadap penambahan natrium bisulfat (Anwar, 1994: 23).Spektrum infra merah ester format, menunjukkan adanya serapan pada kisaran rentangan 1720,4 cm-1 yang merupakan rentangan karbonil C=O pada daerah ini adalah daerah rentangan yang spesifik untuk senyawa-senyawa ester. Kemudian daerah rentangan 2837,1 -2734,9 cm-1 serapannya sangat lemah, daerah ini merupakan serapan untuk aldehid (-CHO ). Berdasarkan hasil analisis spektrum infra merah, H1NMR dan didukung hasil analisis gabungan GC-MS yang menunjukkan massa relatif (m/z) = 224 maka struktur senyawa 1-(3,4-dimetoksi fenil)-2-propanil format. Dari hasil reaksi hidrolisis senyawa ester format dengan dengan asam sulfat 3,77 M diperoleh senyawa 1-(3,4-dimetoksi fenil)-2-propanol (Busroni, 2000: 41).Elusidasi struktur hasil sintesis 4-dimetilamino benzalaseton dilakukan dengan spektrometer Inframerah dan RMI, selanjutnya dibandingkan terhadap spektrum starting material. Gugus karbonil senyawa hasil sintesis muncul pada bilangan gelombang lebih rendah (1580,3 cm-1) dibanding gugus karbonil starting material (1597 cm-1). Menunjukkan bahwa karbonil senyawa hasil sintesis cenderung lebih bersifat ikatan tunggal dari pada ikatan rangkap dua. Dari hasil pemeriksaan spektrometer Inframerah dan RMI tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil sintesis adalah 4-dimetilamino benzalaseton (Sardjiman, at all. 2007:179).

B. Uraian Bahan1. Aquadest (Dirjen POM, 1979 : 96)Nama resmi:AQUA DESTILLATANama lain:Air sulingRumus molekul:H2OBerat molekul:18,02Rumus Bangun: OH HPemerian:Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasaPenyimpanan:Dalam wadah tertutup baikKegunaan:Sebagai pelarut dalam pereaksi benedict

2. Perak Nitrat (Dirjen POM. 1979: 97)Nama resmi:ARGENTI NITRASNama lain:Perak NitratRumus Molekul : AgNO3Berat molekul : 168,87Rumus Struktur:

Pemerian: Hablur transparan atau serbuk hablur berwarna putih, tidak berbau dan menjadi gelap jika kena cahaya.Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) PPenyimpanan :Dalam wadah tertutup baikKegunaan :Sebagai komposisi pereaksi benedict

3. Formalin (Dirjen POM, 1979 : 259)Nama resmi:FORMALDEHYDI SOLUTIONama lain:FormalinPemerian :Cairan jernih; tidak berwarna atau hampir tidak berwarna; bau menusuk uap meransang selaput lendir hidung dan tenggorokkan; jika disimpan ditempat dingin dapat menjadi keruhKelarutan:Dapat dicampur dengan air; dan dengan etanol (95%) PPenyimpanan:Dalam wadah tertutup baik; terlindung dari cahaya; sebaiknya pada suhu diatas 20CKegunaan:Sebagai sampel

4. Sukrosa (Dirjen POM, 1979 : 762)Nama resmi:SUCROSUMNama lain:Sakarosa, sukrosaRumus molekul:C12H22O11Berat molekul:342,30Rumus struktur:

Pemerian:Hablur putih atau tidak berwarna; massa hablur atau berbentuk kubus; atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa manis; stabil diudara. Larutannya netral terhadap lakmus.Kelarutan:Sangat mudah larut dalam air; lebih mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroform dan dalam eterPenyimpanan:Dalam wadah tertutup baikKegunaan:Sebagai sampel

5. Natrium Hidroksida (Dirjen POM, 1979 : 589)Nama resmi:NATRII HYDROXIDUMNama lain:Natrium HidroksidaRumus molekul:NaOHBerat molekul:40,00Rumus bangun:Na OHPemerian :Pemerian putih atau praktis putih; massa hablur; berbentuk pellet; serpihan atu batang atau bentuk lain; keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur; bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab.Kelarutan:Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P.Penyimpanan:Dalam wadah tertutup rapatKegunaan:Sebagai komposi pereaksi iodoform.

6. NH3 (Dirjen POM, 1979 : 86)Nama resmi:AMMONIUM LIQUIDANama lain:Amonia encerRumus molekul:NH3Berat molekul:35,05Pemerian:Cairan jernih; tidak berwarna; bau khas; menusuk kuat.Kelarutan:Larut dalam airPenyimpanan:Dalam wadah tertutup rapat; ditempat sejukKegunaan:Sebagai komposisi pereaksi tollens

7. Natrium Citras (Dirjen POM, 1979 : 406)Nama resmi:NATRII CITRASNama lain:Natrium CitrasRumus molekul:C6H5NaO7Berat molekul:294,10Pemerian :Hablur tidak berwarna atau serbuk; halus putihKelarutan:Mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih; praktis mudah larut dalam etanol (95%) PPenyimpanan:Dalam wadah tertutup rapat.Kegunaan:Sebagai komposisi pereaksi benedict

8. Natrium Karbonat (Dirjen POM, 1979 : 400)Nama resmi:NATRII CARBONASNama lain:Natrium KarbonatRumus molekul:Na2CO3Berat molekul:124,00Rumus bangun:

Pemerian:Hablur tidak berwarna, atau serbuk hablur putihKelarutan:Mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidihKegunaan:Sebagai komposi pereaksi benedict

9. Tembaga (II) Sulfat (Dirjen POM, 1979 : 731)Nama resmi:CUPRUM SULFASNama lain:Tembaga (II) SulfatRumus molekul:CuSO4.5H2OBerat molekul:249,5Pemerian:Prisma triklinik; atau serbuk hablur biruKelarutan :Larut dalam 3 bagian air dan dalam 3 bagian glukosa P; sangat sukar larut dalam etanol 95% PPenyimpanan:Dalam wadah tertutup rapatKegunaan:Sebagai komposisi pereaksi benedict

10. Komposisi I2 KI Komposisi I2 (serbuk) dan KI (serbuk) Cara membuat:a. Larutan 6 gram kedalam 100 ml air sulingb. Tambahkan 3 gram kristal iodum, aduk sampai ratac. Saat akan digunakan, larutan tersebut harus diencerkan dengan air suling dengan perbandingan 1:10.

11. Peraksi Benedict Komposisi:a. Larutan A:Natrium sitrat 86,5 gram Na2CO3 50 gram Aquadest sampai 400 mlb. Larutan B:CuSO4.5H2O 8,65 gram Aquadest sampai 50 ml Cara membuat :1. Larutan ALarutkan natrium sitrat dan Na2CO3 kedalam air (dibantu dengan pemanasan) saring jika perlu diencerkan dengan aquadest himgga volume larutan menjadi 425 ml2. Larutan BLarutkan CuSO4.5H2O kedalam aquadest hingga larut. Tuangkan larutan kedalam larutan A sambil diaduk secara konstan, kemudian diencerkan campuran dengan aquadest hingga campuran menjadi 500 ml

12. Pereaksi Tollens Komposisi : AgNO3 10% dan NaOH 10% Cara membuat :Dicampurkan larutan AgNO3 10% 50 ml dengan 50 ml larutan NaOH 10%, teteskan kedalam campuran ini larutan ammonium pekat, sehingga endapan tepat larut.

13. Pereaksai Asam KromatKomposisi : Krom + oksida dan asam sulfat Cara membuat:Larutan 84 gram krom + oksida P dalam 700 ml air, tambahkan 400 ml asam sulfat P perlahan-lahan sambil diaduk.

C. Prosedur Kerja1. Uji Iodoforma. Menyiapkan alat dan bahanb. Menyiapkan 2 tabung reaksi yang berisi sampel formalin dan sukrosac. Menambahkan pereaksi I2 KI pada sampeld. Menambahkan NaOH 6M pada sampele. Menambahkan sampel yang telah ditambahkan tadi degan I2 KI dan NaOH 6M dipembakaran spiritusf. Mengamati perubahan yang ada (terdapat endapan kuning)2. Uji Tollensa. Menyiapkan alat dan bahanb. Membuat pereaksi tollens, AgNO3 masukkan kedalam tabung reaksi dan tambahkan NaOH, membentuk endapan dan diberi NH3 untuk menghilangkan endapanc. Menyiapkan 2 tabung reaksi yang berisi sampel formalin dan sukrosad. Masukkan pereaksi tollens yang telah dibuat sebelumnya kedalam sampel yang ada dalam tabung reaksie. Mengamati perubahan yang terjadi3. Uji Benedicta. Menyiapkan alat dan bahanb. Menyiapkan 2 tabung reaksi yang berisi sampel formalin dan sukrosac. Menambahkan 2 ml pereaksi benedict pada sampel tersebut lalu homogenkand. Memanaskan tabung reaksi tersebut diatas pembakar spirituse. Mengamati perubahan yang terjadi.4. Tes asam kromata. Disiapkan alat dan bahanb. Dimasukkan 1 ml sampel formalin dan sukrosa kedalam masing-masing tabung reaksi.c. Dipanaskan d. Diamati perubahan (aldehid, endapan merah).

BAB IIIMETODE KERJAA. Alat Dan Bahan1. Alat Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah botol semprot, cawan porselin, gelas kimia, gelas ukur, kawat kasa, kaki tiga, kamera, korek gas, pipet tetes, pembakar spiritus, rak tabung, sikat tabung, dan tabung reraksi.2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah amoniak, formalin, iodin, kalium iodida, natrium hidroksida, perak nitrat, pereaksi benedict, pereaksi asam kromat, pereaksi tollens, dan sukrosa.

B. Cara Kerja1. Uji Iodoforma. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakanb. Dimasukkan sampel formalin dan sukrosa masing-masing 1 ml kedalam tabung reaksi yang berbedac. Ditambahkan 2 ml I2 KI dan ditambahkan lagi NaOHd. Dipanaskan diatas pembakar spirituse. Diamati perubahan warnanya2. Uji Tollensa. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakanb. Dimasukkan sampel formalin dan sukrosa masing-masing 1 ml kedalam tabung reaksi yang berbedac. Ditambahkan pereaksi tollends yang sebelumnya dibuatd. Diamati cermin perak yang terbentuk3. Uji Benedicta. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakanb. Dimasukkan sampel formallin dan sukrosa masing-masing 1 ml kedalam tabung reaksi yang berbedac. Ditambahkan alkohol sebagai pelarut sebanyak 1 ml dan pereaksi benedict 1 pipetd. Diamati perubahan yang terjadi4. Uji Asam Kromata. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakanb. Dimasukkan sampel formalin dan sukrosa masing-masing 1 ml kedalam tabung reaksi yang berbedac. Ditambahkan asam kromatd. Dipanaskan diatas pembakar spirituse. Diamati perubahan yang terjadi

BAB IVHASIL PENGAMATANA. Tabel Pengamatan1. Uji TollensNo.

SAMPELPERLAKUANHASIL

1.

Formalin 1ml+ reagen aseton 5 tetesTerbentuk cermin perak pada dinding tabung reaksi

2.Sukrosa 1ml+ reagen aseton 5 tetesTidak terjadi perubahan

2. Uji BenedictNo.

SAMPELPERLAKUANHASIL

1.

Formalin 1ml+ pereaksi benedict

DipanaskanSampel menjadi biru mudaTidak terjadi perubahan

2.Sukrosa 1ml+ pereaksi benedict

DipanaskanSampel menjadi biru mudaTidak terjadi perubahan

3. Uji Asam KromatNo.

SAMPELPERLAKUANHASIL

1.

Formalin 1ml+ asam kromat

DipanaskanWarna menjadi biru

Warna menjadi hijau tua

2.Sukrosa 1ml+ asam kromat

dipanaskanWarna menjadi kemerah-merahanWarna menjadi hijau tua

4. Uji IodoformNo.

SAMPELPERLAKUANHASIL

1.

Formalin 1ml+ I2 KI Dipanaskan+ NaOHDipanaskanTidak terjadi perubahanTidak terjadi perubahan

2.Sukrosa 1ml+ I2 KI Dipanaskan+ NaOHDipanaskanSampel menjadi kuningSampel menjadi kuning

B.

C. Reaksi1. Uji Benedict

2. Uji Tollens

3. Uji Iodoform

4. Uji Asam Kromat

C. Gambar 1. Uji Benedict

2. Uji Asam Kromat

3. Uji Iodoform

4. Uji Tollens

BAB VPEMBAHASANAldehid dan keton mengandung gugus karbonil dengan atom oksigen berikatan rangkap dengan karbon. Aldehid dan keton adalah senyawa yang penting. Beberapa daripadanya seperti atom aseton (CH3COCH3) dan metaletil keton (CH3COCH2CH3) dipakai dalam jumlah besar sebagai pelarut. Larutan formaldehid dipakai untuk mengawetkan jaringan hewan dalam penelitian biologi. Salah satu reaksi penting yang terjadi pada gugus karbonil aldehid dan keton adalah adisi ikatan rangkap karbon-oksigen.Hasil hasil dari praktikum yang telah dilakukan secara khusus. Aldehid dan keton memiliki sifat sifat yang nyaris mirip satu sama lain. Namun demikian, oleh karena perbedaan gugus yang terikat pada gugus karbonil antara aldehid dan keton maka menimbulkan adanya perbedaan sifat kimia yang paling menonjol antara keduanya, yaitu Aldehid cukup mudah teroksidasi sedangkan keton sulit dan Aldehid lebih reaktif dari pada keton terhadap adisi nukleofilik, yang mana reaksi ini merupakan karakteristik terhadap gugu karbonil.Hal yang membedakan Aldehid dengan keton yaitu kemampuan kedua senyawa ini apabila dioksidasi. Alhedid dan keton adalah senyawa-senyawa yang mengandung gugus-gugus penting di dalam kimia oragnik. Secara struktural, aldehid dan keton dibedakan oleh substituen pada R, begitu pula dengan ester dan asam karboksilatSifat-sifat aldehid dan keton hampir mirip satu sama lain. Namun, karena perbedaan gugus yang terikat pada gugus karbonil antara aldehid dan keton maka menimbulkan adanya perbedaan sifat kimia yang paling menonjol antara keduanya, yaitu aldehid cukup mudah teroksidasi sedangkan keton sulit dan aldehid lebih reaktif dari pada keton terhadap adisi nukleofilik, yang mana reaksi ini merupakan karakteristik terhadap gugus karbonil.Pada percobaan ini, dilakukan untuk mengidentifaksi senyawa berdasarkan perbedaan gugus fungsi dan mengidentifikasi secara kimia senyawa golongan aldehid dan keton pada uji schiff, benedict, dan fehling. Untuk dapat membandingkan senyawa golongan aldehid dan keton digunakan bahan yang sama yaitu, formalin, glukosa, dan aseton. Pereaksi schiff merupakan larutan dari fuchsin asam di dalam air yang telah didekolorisasi oleh gas SO2. Komposisinya fuchsin, Na2S, 500 mL air dan HCl. Digunakan untuk menguji aldehid. Pereaksi fehling merupakan pencampuran larutan fehling A dan fehling B. Dimana fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereaksi benedict merupakan larutan yang mengandung Cuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Jika direaksikan dengan aldehid dan dipanaskan akan dihasilkan Cu2O.Dalam percobaan aldehid dan keton dilakukan beberapa uji sampel untuk mengidentifikasi senyawa aldehid dan keton yaitu uji tollens, uji iodoform, uji asam kromat, dan uji benedict. Pada uji tollens prtama-tama dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang digunakan, alat-alatnya adalah tabung reaksi, rak tabung, dan gelas ukur. Adapun bahannya yaitu formalin dan sukrosa sebagai sampel dan tollens sebagai pereaksi.Pereaksi tollens mengandung ion diamin perak (I) (Ag(NH3)2) ion ini disebut dari larutan perak (I) nitrat. Caranya dengan memasukkan setetes larutan natrium hidroksida kedalam larutan perak (I) nitrat yang menghasilkan sebuah endapan perak (I) oksida dan selanjutnya tambahkan amonia encer secukupnya untuk melarutkan ulang endapan tersebut.Adapun cara kerja percobaan uji tollens ini pertama-tama diukur volume sampel yang akan direaksikan yaitu sebanyak 1 ml dan masing-masing sampel dimasukkan dalam tabung reaksi. Setelah itu dimasukkan pereaksi tollens dan dihomogenkan. Setelah itu diamati hasil percobaan. Hasil yang diperlihatkan dari percobaan ini yaitu pada sampel formalin terbentuk cermin perak pada dinding tabung reaksi sedangkan pada sukrosa tidak terjadi perubahan.Selanjutnya uji benedict, sampel yang digunakan sama dengan uji tollens yaitu formalin dan sukrosa 1 ml. Tujuan dilakukan pengujian benedict ini adalah untuk mengidentifikasi senyawa aldehid yang terkandung dalam sampel. Adapun cara kerjanya masing-masing sampel diukur volumenya 1ml dengan gelas ukur. Kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi lalu diletakkan dirak tabung kemudian ditambahkan pereaksi benedict dan warna sampel berubah menjadi biru muda. Setelah itu, kedua sampel dipanaskan diatas pembakar spiritus. Setelah dipanaskan, tidak terjadi perubahan pada sampel tersebut.Pada pengujian yang ketiga uji asam kromat. Ditujukan untuk mengidentifikasi senyawa aldehid dan keton pada sampel formalin dan sukrosa sebanyak 1ml. Dan asam kromat pada pengujian ini untuk sampel formalin setelah ditambahkan asam kromat, sampel yang semula bening berubah warnanya menjadi biru. Sedangkan sampel sukrosa setelah ditambahkan asam kromat berubah menjadi orange agak kemerahan. Setelah itu, dilakukan pemanasan untuk sampel yang tetesi asam kromat tersebut. Adapun hasil yang ditunjukkan dari kedua sampel tersebut menjadi hijau tua.Pada pengujian asam kromat ini telah terjadi kesalahan dimana sampel yang berupa senyawa aldehid (formalin) seharusnya berubah menjadi endapan merah tetapi pada hasil praktikum menunjukkan hasil yang berbeda. Sampel formalin menjadi hijau tua.Pengujian yang terakhir adalah uji iodoform. Pada uji ini digunakan untuk mengidentifikasikan senyawa keton yang bisa dilihat dari perubahan warna sampel menjadi kuning atau terdapat endapan kuning. Bahan-bahan yang digunakan adalah formalin dan sukrosa 1ml, I2 - KI, dan NaOH. Adapun alat-alat yang digunakan adalah tabung reaksi, gegep, pembakar spiritus dan rak tabung.Cara kerjanya adalah sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi, setelah itu ditambahkan I2 KI dipanaskan diatas pembakar spiritus. Untuk sampel formalin, hasilnya tidak berubah sedangkan untuk sukrosa ditambahkan I2 KI dan dipanaskan lalu sampel berubah menjadi kuning. Perlakuan selanjutnya, masing-masing sampel ditambahkan NaOH kemudian dipanaskan lagi, hasil yang ditunjukkan dari sampel formalin warna sampel tidak berubah atau tetap bening. Sedangkan sampel sukrosa yang semula berwarna kuning menjadi bening.Berdasarkan literatur pada uji tollens, terdapat cermin peraksetelah sampel formalin ditambahkan peraksi tollens dan hasil ini berdasarkan literatur. Pada uji iodoform, pada sampel sukrosa ditambahkan I2 KI + NaOH yang dipanaskan menghasilkan warna yang kuning dan ini berdasarkan literatur. Sedangkan pada sampel formalin, tidak ada perubahan warna kuning yang terjadi dan ini tidak berdasarkan literatur. Pada uji benedict, sampel yang ditambahkan pereaksi benedict akan terdapat endapan biru muda dan itu sesuai literatur. Pada uji asam kromat, pada sampel formalin berubah menjadi biru. Pada sampel sukrosa terjadi perubahan menjadi kemerahan dan setelah dipanaskan menjadi hijau tua. Seharusnya menjadi endapan merah dan ini menunjukkan berbeda dengan literatur.Reaksi-reaksi yang terjadi merupakan reaksi subtitusi karena terjadi perubahan atom (gugus atom) yang lain. Pereaksi yang ikatan rangkap dan hasil reaksinya menjadi ikatan tunggal. Hubungan dengan farmasi dari aldehid dan keton adalah sebagai pembuat obat, farfum dan antiseptik. Sedangkan keton untuk formalin atau sebagai pengawet.

BAB VIPENUTUPA. Kesimpulan1. Uji Iodoforma. Untuk sampel formalin hasil yang didapat (-)b. Untuk sampel sukrosa hasil yang didapat (+)Berdasarkan literatur terdapat endapan kuning pada masing-masing sampel setelah penambahan I2 KI + NaOH 6M.2. Uji Tollensa. Untuk sampel formalin hasil yang didapat (+)b. Untuk sampel sukrosa hasil yang didapat (-)Berdasarkan literatur endapan menghilang setelah penambahan NH3.3. Uji Benedicta. Untuk sampel formalin hasil yang didapat (-)b. Untuk sampel sukrosa hasil yang didapat (-)Berdasarkan literatur terjadi perubahan warna pada sampel setelah dipanaskan menjadi coklat kehitaman.4. Uji Asam Kromata. Untuk sampel formalin hasil yang didapat (-)b. Untuk sampel formalin hasil yang didapat (-)Berdasarkan literatur terjadi endapan merah setelah ditambahkan asam kromat.

B. Saran1. Untuk LaboratoriumBahan dan alat mohon dilengkapi2. Untuk AsistenBimbingannya ditingkatkan kak ^_^

DAFTAR PUSTAKA

Anwar. 1992. Penuntun Belajar Untuk Kimia Organik dan Hayati. Bandung: ITBBusroni, 1986. Pengantar Kimia Organik. Aksara Baru: JakartaDirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI : JakartaFessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasatr Kimia Organik. Bina Aksara: JakartaHAM, Mulyono. 2006. Kamus Kimia. Jakarta: Bumi AksaraHart, harold. 1983. Kimia Organik Edisi II. Jakarta: Erlangga Hart, Harold. 1990. Kimia Organik. Jakarta: ErlanggaPetrucci, Ralph. H. 1958. Kimia Dasar Jilid 3. Jakarta: ErlanggaRespah, Ir. 1986. Pengantar Kimia Organik. Aksara baru: JakartaSardjiman. 1987. Kimia Organik I. Erlangga: JakartaWillbraham, and Michael S. Matta. 1992. Kimia Organik dan Hayati. Bandung: ITB

SKEMA KERJA

1. Uji Tollens

Formalin 1mlSukrosa 1 ml

Pereaksi Tollens

Homogenkan

Amati Perubahan

2. Uji Benedict

Formalin 1mlSukrosa 1 ml

Pereaksi Benedict

Dipanaskan

Amati Perubahan

3. Uji Asam Kromat

Formalin 1mlSukrosa 1 ml

I2 KI

NaOH 6M

Dipanaskan Amati Perubahan4. Uji Iodoform

Formalin 1mlSukrosa 1 ml

Asam Kromat

Dipanaskan

Amati Perubahan (endapan kuning)

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUMKIMIA ORGANIKPERCOBAANALDEHID DAN KETON

OLEH :

KELOMPOK: III (TIGA)GOLONGAN: II (DUA)ASISTEN: ISRAYANI

LABORATORIUM KIMIA FARMASIJURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAKASSAR

SAMATA GOWA2013