peb

27
Tugas Farmasi PRE-ECLAMPSIA Oleh : S. Fatimah R. G9931080

Upload: sifa-imah-rhiesha

Post on 20-Feb-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Farmasi PEB

TRANSCRIPT

Page 1: PEB

Tugas Farmasi

PRE-ECLAMPSIA

Oleh :

S. Fatimah R.

G9931080

KEPANITERAAN KLINIK UPF / LABORATORIUM FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2015

Page 2: PEB

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Pre-eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan

edema akibat kehamilan . Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke 3

kehamilan, atau segera setelah persalinan.

Definisi lain menyebutkan bahwa pre eklamsia adalah suatu sindroma

klinik pada kehamilan viable (usia kehamilan > 20 minggu atau berat janin >

500 gram) yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria, dan oedema.

B. Etiologi

Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui pasti. Teori

yang dewasa ini dapat dikemukakan sebagai penyebab preeklampsia ialah

iskemia plasenta, yaitu Pembuluh darah yang mengalami dilatasi hanya artei

spirales didecidua, sedangkan pembuluh darah di miometrium yaitu arteri.

spirales dan arteria basalis tidak melebar. Pada Preeklamsi invasi sel-sel

thropoblast ini tidak terjadi sehingga tonus pembuluh darah tetap tinggi dan

seolah-olah terjadi vasokonsrtiksi.

Faktor Risiko Pre-eklampsia

1. Usia : pada wanita hamil berusia kurang dari 25 ahun insidens > 3 kali

lipat, dan wanita hamil usia > 35 tahun

2. Paritas : insidens tinggi pada primigravid muda maupun tua

3. Faktor keturunan

4. Faktor gen : diduga bersifat resesif

5. Obesitas / overweight

6. Iklim / musim : di daerah tropis insidens lebih tinggi

7. Kehamilan ganda, hidramnion, mola hidatidosa

2

Page 3: PEB

C. Patofisiologi

Patofisiologi pre-eklampsia adalah :

1. Penurunan kadar angiotensin II

Penurunan angiotensia II menyebabkan pembuluh darah menjadi

sangat peka terhadap bahan-bahan vasoaktif. Pada kehamilan normal

terjadi penigkatan yang progresif angiotensia II, sedangkan pada

preeklamsi terjadi penurunan angiotensia II

2. Perubahan volume intravaskuler

Pada kehamilan preeklamsi terjadi vasokontriksi menyeluruh  pada

sistem pembuluh darah asistole dan prakapiler pada hakekatnya

merupakan kompensasi terhadap terjadinya hipovolemi.

3. Sistem kogulasi tidak normal

Terjadinya gangguan sistem koagulasi bisa menyebabkan komplikasi

hemologik seperti hellp syndrom (hemolytic anemia, elevated liver

enzyme, low platelet)

Patofisiologi terpenting pada pre-eklampsia adalah perubahan arus

darah di uterus koriodesidua, dan plasenta yang merupakan faktor penentu

hasil akhir kehamilan.

1. Iskemia uteroplasenter

Ketidakseimbangan antara masa plasenta yang meningkat dengan

perfusi darah sirkulasi yang berkurang.

2. Hipoperfusi uterus

Produksi renin uteroplasenta meningkat menyebabkan terjadinya

vasokonstriksi vaskular dan meningkatkan kepekaan vaskuler pada zat

– zat vasokonstriktor lain ( angiotensi dan aldosteron ) yang

menyebabkan tonus pembuluh darah meningkat

3. Gangguan uteroplasenter

Suplai O2 jain berkurang sehingga terjadi gangguan pertumbuhan /

hipoksia / janin mati

3

Page 4: PEB

Skema patofisiologi Pre-eklampsia

4

Faktor Predisposisi Pre-eklampsia( umur, paritas, genetik, dll )

Obstruksi mekanik dan fungsi dari arteri spiralis

Perubahan plasentasi

Menurunkan perfusi uteroplasenter

Renin/angiotensin II PGE2/PGI2 Tromboksan

Kerusakan endotelVasokonstriksi arteri

Disfungsi endotel endotelin, NO

Hipertensi sistemik

Aktivasi intravascular koagulasi

SSP

DIC

Ginjal Hati Organ lainnya

Proteinuri kejang LFT abnormal iskemi GFR koma Edema

Page 5: PEB

D. Klasifikasi

Klasifikasi Hipertensi dalam kehamilan

1. Hipertensi kronik

Hipertensi yang didapatkan sebelum kehamilan, dibawah 20 minggu

umur kehamilan dan hipertensi tidak menghilang setelah 12 minggu

pasca persalinan

2. Preclampsia-eclampsia

Hipertensi dan proteinuria yang didapatkan setelah umur kehamilan

3. Hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia

Hipertensi kronik dengan proteinuria

4. Hipertensi gestasional

Timbulnya hipertensi pada kehamilan yang tidak disertai proteinuria

hingga 12 minggu pasca persalinan. Bila hipertensi menghilang

setelah 12 minggu persalinan, maka dapat disebut dengan “Hipertensi

transien”

Pre eklampsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

a. Pre eklampsia ringan

Tekanan darah 140/90 mmHg yang diukur pada posisi

terlentang; atau kenaikan sistolik 30 mmHg; atau kenaikan

tekanan diastolik 15 mmHg.

Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada dua kali pemeriksaan

dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.

Oedem umum, kaki, jari tangan dan muka, atau kenaikan berat

badan 1 kg per minggu.

Proteinuria kuantitatif 0,3 gram/liter; kualitatif 1+ atau 2+ pada

urin kateter atau mid stream.

b. Pre eklampsia berat

- Tekanan darah 160/110 mmHg.

- Proteinuria 5 gram/liter.

- Oligouria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc/24 jam.

5

Page 6: PEB

- Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan nyeri

epigastrium.

- Terdapat oedem paru dan sianosis.

- Thrombosytopenia berat

- Kerusakan hepatoseluler

- Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat

c. Impending Eclampsia

Preeclampsia-eclampsia dengan adanya hemolisis, peningkatan enzim

hepar. Disfungsi hepar dan trombositopenia

Klasifikasi pre-eklampsia lain , yaitu :

a. Genuine pre-eklampsia

Gejala pre-eklampsia yang timbul setelah kehamilan 20 minggu

disertai dengan oedem (pitting) dan kenaikan tekanan darah 140/90

mmHg sampai 160/90. Juga terdapat proteinuria 300 mg/24 jam

(Esbach)

b. Super imposed pre-eklampsia

Gejala pre-eklampsia yang terjadi kurang dari 20 minggu disertai

proteinuria 300 mg/24 jam (Esbach), dan bisa disertai oedem.

Biasanya disertai hipertensi kronis sebelumnya.

E. Diagnosis

Diagnosis pre eklampsia didasarkan atas adanya dua tanda utama,

yaitu hipertensi, oedem dan proteinuria.

Menurut Organization Gestosis, impending eklampsia adalah gejala-

gejala oedema, protenuria, hipertensi disertai gejala subyektif dan obyektif.

Gejala subyektif antara lain : nyeri kepala, gangguan visual dan nyeri

epigastrium. Sedangkan gejala obyektif antara lain : hiperreflexia, eksitasi

motorik dan sianosis.

Diagnosis eklampsia umumnya tidak mengalami kesukaran. Dengan

adanya tanda dan gejala pre eklampsia yang disusul oleh serangan kejang,

maka diagnosis eklampsia sudah tidak diragukan.

6

Page 7: PEB

F. Pencegahan

Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam

pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun

pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi dan dianjurkan lebih banyak duduk dan

berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan

penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal

secara dini preeklampsi dan segera merawat penderita tanpa memberikan

diuretik dan obat antihipertensi. Memang merupakan kemajuan dari

pemeriksaan antenatal yang baik.

G. Komplikasi

1) HELLP syndrom

2) Perdarahan otak

3) Gagal ginjal

4) Hipoalbuminemia

5) Ablatio retina

6) Edema paru

7) Solusio plasenta

8) Hipofibrinogenemia

9) Hemolisis

10) Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intrauterin

H. Penatalaksaan PEB

HIMPUNAN KEDOKTERAN FETO MATERNAL POGI

Dasar penatalaksanaan dari pre eklamsi berat adalah

1. Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya, yaitu terapi

medikamentosa.

2. Kedua baru menentukan rencana sikap terhadap kehamilannya, yang

bergantung pada umur kehamilannya :

7

Page 8: PEB

a. Konsevatif : bila umur kehamilan kurang dari 37 minggu, artinya

kehamilan dipertahankan selama mungkin sambil memberikan terapi

medikamentosa.

Tujuannya adalah mempertahankan kehamilan sehingga

tercapai umur kehamilan yang memenuhi syarat janin dapat

dilahirkan dan meningkatkan kesejahteraan bayi baru lahir tanpa

mempengaruhi kesehatan ibu.

Indikasinya adalah kehamilan kurang dari 37 minggu tanpa disertai

tanda – tanda dan gejala impending eklamsi.

Terapi medikamentosa

1). Segera masuk rumah sakit

2). Tirah baring

3). Infus Ringer laktat atau ringer asetat

4). Pemberian anti kejang Mg SO4 sebagai pencegahan dan terapi

kejang. MgSO4 tidak diberikan loading dose intra vena,

cukup intramuskuler saja

5).Obat anti hipertensi, diberikan bila tekanan darah lebih dari

sama dengan 180/110 mmHg atau MAP lebih dari sama

dengan 123 mmHg. Jenis obat y7ang digunakan : Nifedipin 10

– 20 mg oral, diulangi setelah 30 menit, dosis maksimum 120

mg dalam 24 jam.

6). Diuretikum, hanya diberikan atas indikasi edema paru, payah

jantung kongestif, edema anasarka.

7). Diet diberikan secara seimbang.

b. Aktif : bila umur kehamilan lebih dari 37 minggu artinya kehamilan

diakhiri setelah mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi

ibu.

Tujuannya adalah terminasi kehamilan.

Indikasinya adalah

1). Indikasi ibu

- Kegagalan terapi medikamentosa

- tanda dan gejala impending eclamsia

8

Page 9: PEB

- gangguan fungsi hepar

- gangguaun fungsi ginjal

- dicurigai solutiop plasenta

- timbulnya onset partus, ketuban pecah dini dan perdarahan.

2). Indikasi janin

- umur kehamilan lebih dari sama dengan 37 minggu.

- IUGR berdasar pemeriksaan USG

- NST nonreaktiv dan profil biofisik abnormal

- timbulnya oligohidramnion.

3). Indikasi laboratorium

Trobositopenia progresif, yang menjurus ke sindrom HELLP.

Pemberian Medikamentosa sama dengan Perawatan konservatif,

tetapi berbeda hanya pada pemberian MgSO4, loading dose dapat

diberikan intra vena

Cara persalinan, sedapat mungkin diarahkan pervaginam.

1). Penderita belum inpartu

a). Dilakukan induksi persalinan bila skor bishop lebih adri sama

dengan 8. Induksi persalinan harus mencapai kala II dalam waktu

24 jam. Bila tidak, induksi dianggap gagal, dan harus dilakukan

pembedahan caesar.

b). Indikasi pembedahan caesar

- tidak ada indikasi untuk persalina pervaginam

- induksi persalinan gagal

- terjadi maternal dan fetal distres

- bila umur kehai\milan kurang dari 33 minggu

2). Bila penderita sudah inpartu

a). Persalinan mengikuti grafik friedman

b). Memperpendek kala II

c). Pembedahan caesar dilakukan jika ada maternal dan fetal distres

d). Primigravida direkomendasikan pembedahan caesar

BAB II

ILUSTRASI KASUS

9

Page 10: PEB

ANAMNESA

Identitas Penderita

Nama : Ny. Z

Umur : 25 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMA

Alamat :Matesih Karanganyar

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Nama Suami : Tn. D

Pekerjaan : Swasta

HPMT : 24 Mei 2015

HPL : 17 Pebruari 2015

UK : 37 +6 minggu

Tanggal Masuk : 11 Pebruari 2015

CM : 01232997

Berat Badan : 68 kg

Tinggi badan : 155 cm

Keluhan Utama

Hamil dengan sakit kepala dan pandangan mata kabur.

Riwayat Penyakit Sekarang

Datang seorang G2P1A0, 25 tahun, kiriman dari dokter spesialis obstetri

dan ginekologi dengan keterangan G2P1A0 hamil 37+6 minggu dengan

keterangan Pre-Eklampsia Berat hamil aterm. Pasien merasa hamil 9 bulan,

gerakan janin masih dirasakan, kenceng-kenceng teratur belum dirasakan, air

kawah belum dirasakan keluar, keluar lendir darah (-). Kejang (-), nyeri di

sekitar ulu hati (-), pandangan mata kabur (+), nyeri kepala (+), mual`(-),

muntah(-).

10

Page 11: PEB

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat DM : disangkal

Riwayat Asma : disangkal

Riwayat Sakit Jantung : disangkal

Riwayat Hipertensi : disangkal

Riwayat Alergi obat/makanan : disangkal

Riwayat Fertilitas

Baik

Riwayat Obstetri

Kehamilan I : Laki-laki, 12 tahun, 2400 gram, spontan, lahir di bidan

Kehamilan II : Hamil sekarang

Riwayat Ante Natal Care (ANC)

Teratur, di bidan dan puskesmas

Riwayat Haid

Menarche : 13 tahun

Lama menstruasi : 7 hari

Siklus menstruasi : 28 hari

Riwayat Perkawinan

Menikah 1 kali, 5 tahun dengan suami sekarang

Riwayat KB

KB suntik 1 bulan

11

Page 12: PEB

PEMERIKSAAN FISIK

Status generalis

Keadaan Umum : baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Tanda vital :

T : 170/110 mmHg RR : 20 x/ menit

N : 84 x/ menit S : 37 0C

Kepala : Mesocephal

Mata : Conjungtiva Anemis (-/-), Sclera Ikterik (-/-)

THT : Tonsil tidak membesar, pharing hiperemis (-)

Leher : Gld. thyroid tidak membesar, limfonodi tidak membesar

Thorax : Glandula mammae hipertrofi (+), areola mammae

hiperpigmentasi (+)

Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)

Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri

Perkusi : Sonor / sonor

Auskultasi : SD vesikuler (+/+), Suara tambahan paru (-/-)

Abdomen : Inspeksi : Dinding perut > dinding dada,

stria gravidarum (+)

Auskultasi : Peristaltik (+) normal

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar tidak membesar, lien

tidak membesar.

Perkusi : Timpani pada daerah bawah processus xyphoideus,

redup pada daerah uterus

Genital : Lendir darah (-), air ketuban (-)

Ekstremitas : Oedem Akral dingin

12

Page 13: PEB

Status Obstetri

Inspeksi

Kepala : simetris, mesocephal

Mata : Conjungtiva Anemis (-/-), Sclera Ikterik (-/-)

Thoraks : Glandula mammae hipertrofi (+), areola mammae

hiperpigmentasi (+)

Abdomen : Dinding perut > dinding dada, striae gravidarum (+)

Genetalia Eksterna : vulva/uretra tenang, lendir darah (-), peradangan

(-), tumor (-)

Palpasi

Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uteri,

memanjang, punggung di kiri, presentasi kepala, kepala

masuk panggul >1/3 bagian, TFU 30 cm, TBJ = 3000 gram,

His (-), DJJ (+) 12-12-12, reguler

Pemeriksaan Leopold :

I : Teraba tinggi fundus uteri setinggi dua jari dibawah processus

xiphoideus, teraba bagian besar dan lunak di fundus, kesan bokong

II : Teraba bagian besar janin di sebelah kiri, kesan punggung, bagian

kecil di sebelah kanan

III : Teraba bagian bulat dan keras, kesan kepala

IV : Bagian terendah janin masuk panggul > 1/3 bagian

Ekstremitas bawah : Oedem (+) akral dingin (-)

Ekstremitas atas : Oedem (-) akral dingin (-)

Auskultasi

DJJ (+) 12-12-12, reguler.

Pemeriksaan Dalam (VT) :

V/U tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio lunak mencucu di

belakang, pembukaan (-), effacement 10%, kulit ketuban belum dapat

dinilai, preskep, bagian terbawah janin sudah masuk panggul di Hodge II,

penunjuk belum dapat dinilai, air ketuban (-), lendir darah (-).

13

Page 14: PEB

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Urinalisa

Protein : +3

Lab Darah

Hb : 11,7 g/dl ↓ Na :137mmol/L

Hct : 37 % K : 4,6 mmol/L

AE :4,24. 106/μL Cl : 110 mmol/L↑

AL : 9,3 . 103/μL Albumin : 3,7 mg/dl

AT : 165 . 103/μL Gol darah : AB

SGOT : 19 ug/dl HbsAg : (-) non reactive

GDS : 103 mg/dl SGPT : 10 ug/dl

Ureum : 13 mg/dl LDH : 278 ug/dl

Kreatinin : 0,6 mg/dl

USG

Tampak janin tunggal, intra uteri, memanjang, presentasi kepala, punggung kiri,

DJJ (+), dengan biometri :

BPD : 91,6 mm AC : 31,69 mm

FL : 72,2 mm EFBW : 2928 gram

Air ketuban kesan cukup.

Plasenta berinsersi di corpus kanan grade I-II

Tidak tampak jelas kelainan kongenital mayor

Kesan : saat ini janin dalam keadaan baik

KESIMPULAN

Seorang G2P1A0, 25 tahun, umur kehamilan 37+6. Riwayat fertilitas dan

riwayat obstetrik baik. T : 170/110 mmHg. Janin tunggal, intra uteri, memanjang,

presentasi kepala, punggung kiri, his (-), DJJ (+) 12-12-12 reguler. Kepala masuk

panggul < 1/3 bagian. Portio lunak mencucu di belakang, pembukaan (-),

effacement 10%, kulit ketuban belum dapat dinilai, TBJ: 3000 gram. Penunjuk

14

Page 15: PEB

belum dapat dinilai, air ketuban (-), lendir darah (-). Dari pemeriksaan

laboratorium didapatkan proteinuria +3, trombosit 165 ribu/ul, SGOT 19 u/L,

SGPT 10 u/L, LDH 278 u/L.

DIAGNOSIS

Pre-eklamsia berat pada sekundigravida hamil aterm belum dalam persalinan.

PROGNOSIS

Dubia et malam

TERAPI

- SCTP emergensi + insersi IUD

- Infus RL

- O2 3 liter/menit

- MgSO4 40% injeksi 8 gr IM (4 gr bokong kanan, 4 gr bokong kiri)

dilanjutkan 4 gr / 6 jam selama 24 jam (jika syarat terpenuhi)

- Nifedipin tab 3x10 mg jika tekanan darah >160/110

- Cek darah lengkap

- Pasang DC balance cairan

RESEP

R/ Infus Ringer laktat flab. No III

Cum infus set No. I

IV catheter no.22 No. I

IV 3000 No. I

Three way No.I

S imm

15

Page 16: PEB

R/ Sulfas magnesikus 40% inj. fl No. I

Cum disposable syringe cc 10 No. I

Aquabides fl No.I

S imm

R/ Nifedipin tab mg 10 No. III

S prn (1-3) dd tab I

Pro : Ny.M (25 tahun)

16

Page 17: PEB

BAB III

PEMBAHASAN

PEMBAHASAN OBAT

1. Magnesium Sulfat

a. Sediaan : 10 gr dalam flacon 25 ml

b. Indikasi : Anti kejang untuk pasien preeklampsia dan eklampsia

c. Mekanisme Kerja : Menekan pengeluaran asetilkolin pada motor end

plate sehingga mencegah Ca masuk, menjadi Ca

antagonis

d. Efek Samping : Mual, muntah hipotensi, mengantuk, pernapasan

lemah

e. Dosis : Loading doses : 8 gr i.m. : 4 gram bo-ka, 4 gram bo ki

Maintenence doses : dilanjutkan 4 gr / 6 jam selama

24 jam (jika syarat terpenuhi)

2. Nifedipin

a. Sediaan : 10 mg

b. Indikasi : Pengobatan dan pencegahan angina pektoris,

dan terapi pada hipertensi

c. Kontraindikasi : Pasien dengan riwayat alergi pada nifedipin,

pasien dalam keadaaan syok kardiovaskuler,

tidak boleh diberikan bersama rifampicin,

pasien dengan gangguan riwayat gangguan

fungsi hati dan ginjal yang berat

d. Farmakokinetik : Profil farmakokinetik penghambat kanal Ca

bervariasi. Walaupun absorbsi per oral hampir

sempurna, tetapi bioavabilitasnya berkurang

karena merabolisme lintas pertama dalam hati.

Efek obat tampak setelah 30-60 menit

17

Page 18: PEB

pemberian. Pemberian nifedipin kerja singkat

karena mula kerja yang cepat dapat

menyebabkan terjadinya penurunan tekanan

darah yang berlebihan. Obat-obatan ini

sebagian besar terikat pada protein plasma

dengan waktu paruh eliminasi 1.3-64 jam.

e. Mekanisme Kerja : Menghambat kanal Ca2+

f. Efek Samping : Hipotensi, disfungsi hati, nyeri kepala,

pusing berputar, mual muntah, mulut kering

g. Dosis : Tab 2x10mg jika tekanan darah melebihi dari

160/100

Antidotum: Ca gluconas 10% diberikan IV selama 3 menit.

R/ Ca gluconas 10% = 70ml No. I.

NaCl 0,4 flab No. I

Cum disposable syringe cc 10 No. I

∫imm

18

Page 19: PEB

DAFTAR PUSTAKA

Angsar, M. Dikman. (2004) Kuliah Dasar Hipertensi dalam Kehamilan (EPH-

Gestosis). Surabaya: Lab/UPF Obstetri dan Ginekologi FK UNAIR/RSUD Dr.

Sutomo.

Cunningham, Mac Donald, Gant. (2009) William’s Obstetrics. 23rd edition. New

York: McGraw-Hill.

Kelompok Kerja Penyusunan “Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di

Indonesia” Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. (2005) Pedoman

Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia. Jakarta: Himpunan

Kedokteran Fetomaternal POGI.

Prawirohardjo, Sarwono dan Wiknjosastro. 2009. Ilmu kandungan. Jakarta: Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Roeshadi, Haryono. (2004) Sindroma HELLP dalam Ilmu Kedokteran Maternal.

Surabaya: Himpunan Kedokteran Fetomaternal.

S., Abdul Bari. (2006) Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.

Wibowo, Budiono. (2010) Pre eklampsia dan Eklampsia. Dalam: Ilmu Kebidanan.

Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

19

Page 20: PEB

20