makalah peb

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia Preeklampsia berat (PEB) merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia. PEB diklasifikasikan kedalam penyakit hypertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif. Penyebab dari kelainan ini masih kurang dimengerti, namun suatu keadaan patologis yang dapat diterima adalah adanya iskemia uteroplacentol. Diagnosis dini dan penanganan adekuat dapat mencegah perkembangan buruk PER kearah PEB atau bahkan eklampsia penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan anak. Semua kasus PEB harus dirujuk ke rumah sakit yang dilengkapi dengan fasilitas penanganan intensif maternal dan neonatal, untuk mendapatkan terapi definitif dan pengawasan terhadap timbulnya komplikasi- komplikasi. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda preeklampsia sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat, di samping pengendalian terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain Preeklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem yaitu pada remaja belasan tahun atau pada 1

Upload: ardhin-dini-hae

Post on 30-Nov-2015

558 views

Category:

Documents


33 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah peb

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Di Indonesia Preeklampsia berat (PEB) merupakan salah satu penyebab utama

kematian maternal dan perinatal di Indonesia. PEB diklasifikasikan kedalam penyakit

hypertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-

berat, edema, dan proteinuria yang masif. Penyebab dari kelainan ini masih kurang

dimengerti, namun suatu keadaan patologis yang dapat diterima adalah adanya iskemia

uteroplacentol.

Diagnosis dini dan penanganan adekuat dapat mencegah perkembangan buruk PER

kearah PEB atau bahkan eklampsia penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk

menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan anak. Semua kasus PEB harus dirujuk ke rumah

sakit yang dilengkapi dengan fasilitas penanganan intensif maternal dan neonatal, untuk

mendapatkan terapi definitif dan pengawasan terhadap timbulnya komplikasi-komplikasi.

Pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda preeklampsia

sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat, di samping pengendalian

terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain

Preeklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada nullipara. Biasanya

terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem yaitu pada remaja belasan tahun atau

pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara, penyakit ini biasanya

dijumpai pada keadaan-keadaan berikut :

1) Kehamilan multifetal dan hidrops fetalis.

2) Penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus.

3) Penyakit ginjal.

Tingginya  kejadian pre-eklamsia- eklamsia di negara-negara berkembang

dihubungkan dengan masih rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang

dimiliki kebanyakan masyarakat. Kedua hal tersebut saling terkait dan sangat berperan dalam

menentukan tingkat penyerapan dan pemahaman terhadap berbagai informasi/masalah

kesehatan yang timbul baik pada dirinya ataupun untuk lingkungan sekitarnya (Zuhrina,

2010).

1

Page 2: makalah peb

Menurut World Health Organization (WHO), salah satu penyebab morbiditas dan

mortalitas ibu dan janin adalah pre-eklamsia (PE), angka kejadiannya berkisar antara 0,51%-

38,4%. Di negara maju angka kejadian pre- eklampsia berkisar 6-7% dan eklampsia 0,1-

0,7%. Sedangkan angka kematian ibu yang diakibatkan pre-eklampsia dan eklampsia di

negara berkembang masih tinggi (Amelda, 2008).

Berdasarkan kejadian tersebut, maka kami tertarik untuk membahas hal ini, serta

sebagai tugas dalam makalah Keperawatan Maternitas Asuhan Keperawatan Ibu Hamil

dengan Preeklamsi Berat.

1.2  Tujuan

1.2.1        Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil yang mengalami Pre-

Eklampsia Berat dengan menggunakan pola pikir 7 langkah Varney dan

pendokumentasiannya menggunakan SOAP.

1.2.2        Tujuan Khusus

a.    Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada ibu hamil dengan Pre-Eklampsia Berat

b.    Mahasiswa mampu menginterpretasikan data pada ibu hamil dengan Pre-Eklampsia Berat

c.    Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa dan masalah potensial pada ibu hamil dengan Pre-

Eklampsia Berat.

d.   Mahasiswa mampu mengidentifikasikan akan tindakan segera atau kolaborasi pada ibu hamil

dengan Pre-Eklampsia Berat.

e.   Mahasiswa mampu merencanakan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil dengan Pre-

Eklampsia Berat.

f.    Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil dengan Pre-

Eklampsia Berat.

g.   Mahasiswa mampu mengevaluasi setelah dilakukan tindakan pada ibu hamil dengan Pre-

Eklampsia Berat.

2

Page 3: makalah peb

BAB II

PEMBAHASAN

PRE EKLAMPSIA BERAT (PEB)

A. Pengertian

            Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat

kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia

adalah preeklampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul akibat kelainan

neurologi (Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3).

Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan

nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda

kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah

kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).

              Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria

yang timbul karena kehamilan (Ilmu Kebidanan : 2005).

             Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan

timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau disertai udema

pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Asuhan Patologi Kebidanan : 2009).

             Preeklampsia dibagi dalam 2 golongan ringan dan berat.

1.   Preeklampsia ringan, bila disertai dengan keadaan sebagai berikut :

a)   Tekanan darah 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pelaksanaan 6 jam.

b)   Tekanan darah diastolic 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pelaksanaan 6 jam.

c)    Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu

d)   Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 urin

keteter atau midstream.

2.   Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :

a)   Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih

b)   Oligouria, urin kurang dari 40 cc/24 jam

c)   Proteinuria lebih dari 3gr/liter

d)   Adanya gangguan selebral, gangguan virus dan rasa nyeri di epigastrium.

e)   Terdapat edema paru dan sianosis. (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).

3

Page 4: makalah peb

B. Etiologi

             Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori –

teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu

disebut “penyakit teori” namun belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan.

Tetapi terdapat suatu kelainan yang menyertai penyakit ini yaitu :

- Spasmus arteriola

- Retensi Na dan air

- Koagulasi intravaskuler

Walaupun vasospasme mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi

vasospasme ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai eklampsia (Obstetri

Patologi : 1984)

            Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah iskemia

plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang bertalian

dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang

menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering kali

sukar ditemukan mana yang sebab mana yang akibat (Ilmu Kebidanan : 2005).

Faktor resiko antara lain :

a.    Primigrafida , terutama primigrafida tua dan primigrafida muda

b.    Kelompok sosial  ekonomi rendah.

c.    Hipertensi essensial .

d.    Ginjal kronik

e.    Diabetes mellitus

f.    Multipara

g.    Polihidramnion

h.    Obesitas

i.    Molahidatidosa

j     Riwayat pre-eklamsia pada kehamilan yang lalu atau pada keluarga

(Wiknjosastro, 1997 ; 283 )

4

Page 5: makalah peb

C. Patofisiologi

            Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan

air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus,

lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah

merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan

naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi.

Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang

berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air

dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan

pada glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).

           Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada

sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia

(Cunniangham,2003).

Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap

berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin,tromboxan) yang dapat menyebabkan

vasospasme dan agregasi platelet.  Penumpukan trombus dan perdarahan dapat

mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit syaraf lokal

dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus dan

proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan

peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume

intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan pembuluh perifer.

Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan trobositopeni. Infark

plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian

janin dalam rahim (Michael,2005).

Perubahan pada organ :

1. Perubahan kardiovaskuler

Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklamsia dan eklampsia.

Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan peningkatan afterload jantung

akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh berkurangnya secara

patologis hipervolemia kehamilan atau yang secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan

onkotik / kristaloid intravena, dan aktifasi endotel disertai ekstravasasi kedalam

ekstravaskuler terutama paru (Cunningham,2003).

2. Metablisme air dan elektrolit

5

Page 6: makalah peb

Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak diketahui penyebabnya

. jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita preeklamsia dan eklampsia

dari pada wanita hamil biasa atau penderita dengan hipertensi kronik. Penderita preeklamsia

tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan

oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah.

Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak mununjukkan perubahan yang nyata pada

preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya dalam batas

normal (Trijatmo,2005).

3. Mata

Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu dapat terjadi

ablasio retina yang disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan salah satu indikasi

untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang menunjukkan pada preeklampsia

berat yang mengarah pada eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia dan ambliopia. Hal ini

disebabkan oleh adaanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks

serebri atau didalam retina (Rustam,1998).

4. Otak

Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks

serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan (Trijatmo,2005).

5. Uterus

Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta, sehingga

terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada

preeklampsia dan eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap

rangsangan, sehingga terjad partus prematur.

6. Paru2

Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema paru yang

menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena aspirasi pnemonia atau abses paru

(Rustam, 1998).

D. Manifestasi Klinis

Diagnosis preeklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dari tiga gejala, yaitu :

- Edema

- Hipertensi

- Proteinuria

6

Page 7: makalah peb

Berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. Edema

terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Tekanan

darah ≥ 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg atau tekanan diastolik >

15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolik pada

trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakat preeklamsia.

Proteiuria bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan

kualitatif menunjukkan +1 atau 2; atau kadar protein ≥ 1 g/l dalam urin yang dikeluarkan

dengan kateter atau urin porsi tengah, diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam.

Disebut preeklamsia berat bila ditemukan gejala :

- Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg.

- Proteinuria + ≥5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup.

- Oliguria (<400 ml dalam 24 jam). - Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan. - Nyeri

epigastrum dan ikterus. - Trombositopenia. - Pertumbuhan janin terhambat. - Mual muntah -

Nyeri epigastrium - Pusing - Penurunan visus (Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3)

Gejala-gejala Subjektif :

a.    Nyeri kepala

Jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan sering terjadi pada kasus-kasus yang berat.

Nyeri kepala sering terjadi pada daerah frontal dan oksipital dan tidak sembuh dengan

pemberian analgesic biasa.

b.    Nyeri epigastrium

Merupakan keluhan yang sering ditemukan pada pre-eklamsia berat. Keluhan ini disebabkan

karena peregangan kapsula hepar akibat edema atau perdarahan.

c.    Gangguan Penglihatan.

Keluhan penglihatan yang terganggu dapat disebabkan oleh spasme anterial, iskemia dan

edema retina dan kasus-kasus yang langka disebabkan oleh ablasio retina. Pada pre-eklamsia

ringan tidak ditemukan tanda-tanda subjektif.

E. Pencegahan

Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini

preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya. Kita perlu lebih

waspada akan timbulnya preeklampsia dengan adanya faktor-faktor predisposisi seperti yang

telah diuraikan di atas. Walaupun timbulnya preeklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya,

namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan

7

Page 8: makalah peb

pelaksanaan pengawasannya yang baik pada wanita hamil. Penerangan tentang manfaat

istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat

tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan

berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat

badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsia dan segera

merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan obat antihipertensif, memang merupakan

kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik. 

F. Penatalaksanaan

Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat selama

perawatan maka perawatan dibagi menjadi : 

a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan

medisinal. 

1. Perawatan aktif 

Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal

assesment (NST dan USG). Indikasi : 

a. Ibu 

• Usia kehamilan 37 minggu atau lebih 

• Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi konservatif yaitu

setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam

perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan) 

b. Janin 

• Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG) 

• Adanya tanda IUGR (janin terhambat) 

c. Laboratorium 

• Adanya “HELLP Syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar, trombositopenia) 

2. Pengobatan mediastinal 

Pengobatan mediastinal pasien preeklampsia berat adalah : 

a. Segera masuk rumah sakit. 

b. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu diperiksa setiap 30 menit, refleks patella

setiap jam. 

c. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125 cc/jam) 500 cc. 

d. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam. 

8

Page 9: makalah peb

e. Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4). 

1. Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4) IV (20% dalam 20 cc) selama 1 gr/menit kemasan 20%

dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4 gram di pantat kiri dan 4 gr

di pantat kanan (40% dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi

nyeri dapat diberikan xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM. 

2. Dosis ulang : diberikan 4 gr IM 40% setelah 6 jam pemberian dosis awal lalu dosis ulang

diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari. 

3. Syarat-syarat pemberian MgSO4 

• Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10% 1 gr (10% dalam 10 cc) diberikan

IV dalam 3 menit. 

• Refleks patella positif kuat. 

• Frekuensi pernapasan lebih 16 x/menit. 

• Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/KgBB/jam) 4. MgSO4

dihentikan bila : 

• Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, refleks fisiologis menurun, fungsi jantung

terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena

kelumpuhan otot pernapasan karena ada serum 10 U magnesium pada dosis adekuat adalah 4-

7 mEq/liter. Refleks fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq/liter

dapat terjadi kelumpuhan otot pernapasan dan > 15 mEq/liter terjadi kematian jantung.

• Bila timbul tanda-tanda keracunan MgSO4 :

- Hentikan pemberian MgSO4

- Berikan calcium gluconase 10% 1 gr (10% dalam 10 cc) secara IV dalam waktu 3 menit

- Berikan oksigen

- Lakukan pernapasan buatan

• MgSO4 dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sedah terjadi perbaikan

(normotensi).

f. Deuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung

kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg IM.

g. Anti hipertensi diberikan bila :

1. Desakan darah sistolik > 180 mmHg, diastolik > 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg.

Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolik <105 mmHg (bukan < 90 mmHg) karena akan

menurunkan perfusi plasenta.

2. Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.

9

Page 10: makalah peb

3. Bila diperlukan penurunan tekanan darah secepatnya dapat diberikan obat-obat

antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang dapat dipakai 5

ampul dalam 500 cc cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah.

4. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet antihipertensi secara

sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian

sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral (syakib bakri,1997)

b. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan

medisinal.

1. Indikasi : bila kehamilan paterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda inpending

eklampsia dengan keadaan janin baik.

2. Pengobatan medisinal : sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan aktif. Hanya

loading dose MgSO4 tidak diberikan IV, cukup intramuskular saja dimana gram pada pantat

kiri dan 4 gram pada pantat kanan.

3. Pengobatan obstetri :

a. Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif hanya

disini tidak dilakukan terminasi.

b. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda preeklampsia ringan, selambat-

lambatnya dalam 24 jam.

c. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan medisinal gagal dan

harus diterminasi.

d. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dulu MgSO4 20% 2 gr

IV.

4. Penderita dipulangkan bila :

a. Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda preeklampsia ringan dan telah dirawat

selama 3 hari.

b. Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan preeklamsia ringan : penderita dapat

dipulangkan dan dirawat sebagai preeklampsia ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2

minggu).

G. Komplikasi

1. Stroke

2. Hipoxia janin

3. Gagal ginjal

10

Page 11: makalah peb

4. Kebutaan

5. Gagal jangtung

6. Kejang

7. Hipertensi permanen

8. Distress fetal

9. Infark plasenta

10. Abruptio plasenta

11. Kematian janin

H. Pemeriksaan Penunjang Preeklampsia

1. Pemeriksaan spesimen urine mid-stream untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi urin.

2. Pemeriksaan darah, khususnya untuk mengetahui kadar ureum darah (untuk menilai

kerusakan pada ginjal) dan kadar hemoglobin.

3. Pemeriksaan retina, untuk mendeteksi perubahan pada pembuluh darah retina.

4. Pemeriksaan kadar human laktogen plasenta (HPL) dan esteriol di dalam plasma serta urin

untuk menilai faal unit fetoplasenta (Helen Farier : 1999)

5. Elektrokardiogram dan foto dada menunjukkan pembesaran ventrikel dan kardiomegali. 

I. Diagnosa Keperawatan

1. Pola nafas inefektif b.d peningkatan kebutuhan O2

2. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan COP

3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai O2, kelemahan fisik

4. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan vaskuler otak

5. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorpsi Na

6. Resiko injuri b.d peningkatan tekanan vaskuler retina

J. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Pola nafas inefektif b.d peningkatan kebutuhan O2

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 60 menit pola nafas kembali

normal

Kriteria hasil : bebas dari sianosis, pala nafas normal RR : 24 x/mnt

Intervensi :

a. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman

11

Page 12: makalah peb

Rasional : untuk mengetahui pola nafas pasien

b. Auskultasi bunyi nafas

Rasional : mengetahui ada tidaknya nafas tambahan

c. Atur posisi pasien semi fowler

Rasional : merangsang fungsi pernafasan atau ekspansi paru

d. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi

Rasional : meningkatkan pengiriman oksigen ke paru

2. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan COP

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 60 menit diharapkan kebutuhan

O2 terpenuhi.

Kriteria hasil : CRT < 2 detik, tidak terjadi sianosis

Interensi :

a. Catat frekuensi dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot bantu.

Rasional : untuk mengetahui kelemahan otot pernapasan.

b. Awasi tanda-tanda vital

Rasional : untuk mengetahui tingkat kegawatan klien.

c. Pantau BGA

Rasional : asidosis yang terjadi dapat menghambat masuknya oksigen pada tingkat sel.

d. Kolaborasi pemberian IV larutan elektrolit

Rasional : meminimalkan fluktuasi dalam aliran vaskuler.

3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai O2, kelemahan fisik

Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam aktivitas pasien dapat

terpenuhi

Kriteria hasil : Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / di perlukan

Intervensi :

a. Periksa TTV sebelum dan sesudah aktivitas

Rasional : mengetahui tingkat kelemahan

b. Instruksikan pasien tentang tekhnik penghematan energi

Rasional : membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.

c. Berikan bantuan sesuai kebutuhan

Rasional : Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian

dalam melakukan aktivitas.

4. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan vaskuler otak

12

Page 13: makalah peb

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam nyeri berkurang

/menghilang

Kriteria hasil : wajah tidak menyeringai, tidak pusing

Intervensi :

a. Kaji skala nyeri

Rasional : mengetahui intensitas nyeri

b. Pertahankan tirah baring

Rasional : meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi

c. Minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya,

mengejan, batuk panjang

Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menambah beratkan penyakit

d. Ajarkan taknik relaksasi dan distraksi

Rasional : membantu menghilangkan rasa nyeri

e. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi misalnya lorazepam, diazepam

Rasional : menurunkan nyeri dan menurunkan rengsang system saraf simpatis.

5. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorpsi Na

Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam BB stabil

Kriteria hasil : - Tidak ada destensi vena perifer dan edema

- Paru bersih dan BB stabil

Intervensi :

a. Obervasi input dan output

Rasional : Mengetahui pengeluaran dan pemasukan cairan

b. Jelaskan tujuan pembatasan cairan / Na pada pasien

Rasional : Na dapat mengikat air sehingga meningkatkan volume cairan bertambah

c. Kolaborasi pemberian deuretik , contoh : furosemid (lazix),asam etakrinik (edecrin) sesuai

dengan indikasi.

Rasional : Menghambat reabsorpsi natrium dan menurunkan kelebihan cairan

d. Kolaborasi dengan ahli gizi

Rasional : diet pembatasan Na sesuai indikasi

6. Resiko injuri b.d peningkatan tekanan vaskuler retina

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam pasien tidak mengalami

trauma

Kriteria hasil : Pasien tidak mengalami cidera

13

Page 14: makalah peb

Intervensi :

a. Hindarkan pasien dari benda-benda yang berbahaya bagi pasien

Rasional : Mencegah terjadinya injuri

b. Pertahankan tirah baring

Rasional : Meminimalkan pergerakan pasien

c. Pertahankan BEL di samping tempat tidur dan pagar tempat tidur tinggi

Rasional : Mencegah terjadinya injuri

d. Batasi aktivitas pasien

Rasional : Meminimalkan aktivitas yang dapat menimbulkan trauma pada pasien.

14

Page 15: makalah peb

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Suatu kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil, penyakit ini ditandai

dengan tekanan darah yang meninggi diikuti oleh peningkatan kadar protein dalam urine.

Dan dapat menyebabkan gangguan peredaran darah pada plasenta. Hal ini menyebabkan

berat badan bayi yang akan dilahirkan relative kecil, si ibu akan melahirkan secara premature.

Wanita yang terkena eklampsia juga sering mengalami peningkatan TD, gagal ginjal,

kejang-kejang dan dapat menyebabkan koma, atau bahkan kematian baik sebelum atau

setelah melahirkan.

B. Saran

Makalah ini disusun agar para pembaca khususnya pada wanita hamil agar selalu

memeriksakan kehamilannya, kepada tenaga kesehatan.

15

Page 16: makalah peb

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius : Jakarta

Doengoes, Marilynn E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran.

EGC : Jakarta.

Sujiyatini dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Nuha Medika : Jogjakarta

Wiknjosastro, Hanifa.2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo :

Jakarta Pusat

Obstetri Patologi. 1984. Elstar Offset : Bandung.

16