sinopsis peb
DESCRIPTION
pebTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Preeklampsia merupakan salah satu penyebab morbiditas dan
mortilitas ibu dan janin/bayi yang tinggi di Indonesia. Penyakit yang disebut
sebagai “disease of theories” ini , masih sulit untuk ditanggulangi. Berbagai
penelitian yang dilaksanakan dalam upaya mencari penyebab terjadinya
preeklamsia ini, belum berhasil mengungkapkannya. Oleh karena itu sampai
sekarang belum ada satu metode yang dapat dikatakan efektif untuk
mencegah setiap ibu hamil agar terlepas dari risiko preeklamsia. Setiap
tahun sekitar 50.000 ibu meninggal di dunia karena eklampsia (Duley,1994).
Trias klinis hipertensi, proteinuria dan edema nondependen
merupakan sindroma yang dikenal pada setengah kedua masa kehamilan
sebagai preeklampsia, meskipun etiologinya masih belum diketahui dengan
pasti. Preeklampsia adalah sindroma spesifik-kehamilan dari perfusi organ
yang berkurang secara sekunder terhadap aktivasi endotelial dan
vasospasme. Indikasi keparahannya dinilai dengan abnormalitas pada
tekanan diastolik, proteinuria, sakit kepala, gangguan visual, nyeri perut
bagian atas, oliguria, kejang, trombositopenia, peningkatan enzim hepar,
pertumbuhan janin terhambat dan edema paru.1 Perjalanan klinis
preeklampsia berat dapat bercirikan perburukan progresif pada kondisi
maternal dan janin, yang berhubungan dengan peningkatan angka mortalitas
perinatal dan morbiditas serta mortalitas maternal. 2
Sampai saat ini etiologi preeklampsia masih belum jelas. Hingga saat
ini terdapat 4 hipotesis mengenai etiologi preeklamsia : (1) Iskemia plasenta,
(2) Peningkatan Very low-density lipoprotein, (3) Maladaptasi imunologi,
Interaksi antra leukosit pada desidua dengan sel sitotrofoblasyang
merupakan hal penting dalm invasi trofoblas. Maladaptasi imunologi
menyebabkan gangguan invasi arteri spiralis oleh sel-sel sitotrofoblas dan
disfungsi sel endotelial yang diperantarai oleh peningkatan peleapasan
sitokin, enzim proteolitik dan radikal bebas. (4) Genetik imprinting.
Hipotesis yang penting pada patogenesis dari preeklampsia adalah
terdapatnya senyawa yang dihasilkan jaringan uteroplasenta yang masuk ke
1
sistem sirkulasi ibu dan menyebabkan kerusakan endotel. Perubahan fungsi
endotel yang terjadi dianggap sebagai penyebab utama timbulnya gejala
preeklampsia: hipertensi, proteinuria, dan aktivasi sistem hemostasis.
Gambar 1. Hipotesa terintegrasi terjadinya preeklampsia.(EC. Endothelial cell : CTB, cytotrophablast; STB, syncytiotrophoblast; CK, cytokine)
2
Ggn janinGangguan Ibu
Penyakit berat Penyakit ringan
Hipovolemia Vasokontriksi Agregasi trombosit
Seimbang Endotel baik Endotel rusak
Disfungsi selEndotel
Iskemia Plasenta
Peningkatan deportasi STB pada penyakit stadium akhir
Stres oksidatif dg mediator sitokin
Adesi molekul EC (pengerahan netrofil)
Aterosis akut
Invasi dangkal trofoblas di
arteri spiralis
Maladaptasi imun/ Kelainan genetik
Gambar 2. Mekanisme dan faktor kelainan genetik dalam preeklampsia
Gambar 3. Gangguan Implantasi trofoblas. Dikutip dari pustaka
3
Maladaptasi imun mis. : - HLA G polimorfisme- HLA klas II polimorfisme
Kelainan-kelainan trombofilik atau angiogenetik, mis.: - Mutasi faktor V Leiden- MTHFR 677C T polimorfisme
Kelainan-kelainan genetik
Plasentasi yang tidak adekuat (impairment of
placentation)
Perfusi berkurang
Aktivasi zat-zat atau kerusakan endotel maternal dan fetal
Preeklampsia
Plasenta Normal
Plasenta Preeklampsia
Penyakit pembuluh darah kegagalan plasentasi Excessive trofoblas
maternal
Faktor2 genetik imunologi,
Peradangan
Perfusi uteroplasenter ↓
Zat2 vasoaktif: Nitrous
agent:
Prostaglandin sitokin
Nitrit okside
lipidperoksidase
Endotelin aktivasi endotelial
Vasospasme kebocoran kapiler aktifasi koagulasi
edema proteinuria hemokonsentrasi
trombositopenia
Hipertensi oliguria iskemia hepar
Kejang solusio
Gambar 4. patofisiologi preeklamsia
Preeklampsia merupakan suatu sindroma yang berhubungan dengan
vasospasme, peningkatan resistensi pembuluh darah perifer, dan penurunan
perfusi organ. Kelainan yang berupa lesi vaskuler terdapat pada banyak
4
sistem organ termasuk di alas plasenta, juga terdapat peningkatan aktivasi
trombosit, dan aktivasi sistem koagulasi. Sindroma ini terjadi selama
kehamilan, dimana gejala klinis timbul kebanyakan setelah kehamilan 24
minggu, terutama pada nulipara, dan mengalami perbaikan beberapa hari
setelah persalinan. 1,2,3
Pada preeeklampsia terjadi defisiensi plasentasi akibat kegagalan
gelombang ke-2 invasi trofoblas, sehingga tidak terjadi perubahan fisiologi
pada arteri spiralis.13,14 Perubahan hanya terjadi pada sebagian a.spiralis
segmen desidua, sementara a.spiralis segmen miometrium masih diselubungi
oleh sel-sel otot polos. Diameter a.spiralis yang seharusnya meningkat 4
sampai 6 kali lebih besar dibandingkan wanita tidak hamil, pada
preeklampsia hanya berukuran 40% dibandingkan pada kehamilan normal.
Selain itu juga ditemukan adanya hiperplasia tunika media dan trombosis.
Hal ini menyebabkan tahanan terhadap aliran darah bertambah, yang pada
akhirnya menyebabkan insufisiensi dan iskemia. Sebagian a.spiralis dalam
desidua atau miometrium tersumbat oleh materi fibrinoid berisi sel-sel busa
dan terdapat akumulasi makrofag yang berisi lemak dan infiltrasi sel
mononukleus pada perivaskuler yang disebut juga "aterosis akut" yang
menyerupai keadaan penolakan allograft pada transplantasi. 15,16
Hipoksia pada plasenta dikuti timbulnya reaksi inflamasi akut berupa
peningkatan sitokin peradangan yaitu TNF α, IL-1, IL-6, IL-8, IL-10 dan
fibronektin yang akan mengaktifkan lekosit 13,17,18
Leukosit (PMN) yang teraktivasi akan masuk dalam sirkulasi dan
berinteraksi dengan endotel yang juga teraktivasi melalui sitokin
peradangan. Proses ini merupakan salah satu patogenesis terjadinya
disfungsi endotel.
Para ahli telah sepakat bahwa pada preeklampsia terjadi disfungsi
endotel, yang tampak dari morfologinya dimana didapatkan endoteliosis
pada glomerulus ginjal 16,19 maupun secara biokimiawi dengan adanya
peningkatan kadar fibronektin, antigen faktor VIII, trombomodulin, endotelin,
aktivitas growth factor dalam darah 16,20 yang diketahui sebagai zat yang
dikeluarkan oleh sel endotel yang mengalami disfungsi. Secara klinis
disfungsi endotel dapat bermanifestasi sebagai vasospasme, pembentukan
trombus dan aterosklerosis.21 Yang kemudian menjadi pertanyaan adalah
5
mengapa tidak semua endotel yang mengalami disfungsi ? Hal ini dapat
dijelaskan dalam penelitian Risau 22 yang menyatakan adanya heterogenitas
dari sel endotel. Perbedaan morfologi ini berkorelasi dengan permeabilitas vaskuler
sesuai dengan fungsi dari organ atau jaringan terkait
Jaringan/Organ Sifat/ciri Fungsi
Continuous CNS Low number of
vesicles, complex
tight junctions
Sawar darah otak
Nodus limfatikus High endotelial
venules
Lymphocyte
homing
Otot High number of
vesicles
Pertukaran zat /
transport
Discontinuous Kelenjar endokrin Fenestrae Sekresi
Trakt.gastrointestinal
Fenestrae
Absorpsi
Pleksus koroidalis Fenestrae Sekresi
Glomerulus ginjal Pori Filtrasi
Hepar gap besar pertukaran partikel
Sumsum tulang sinus sumsum Hemopoiesis,
pelepasan sel
darah
Lien Sinus splenikus
pada pulpa
merah
Pembuatan sel
darah
Tabel 1. Heterogenitas endotel (dikutip dari Risau W, Differentiation of endothelium.
FASEB J. 1995; 9)
Faktor risiko pre eklampsia
Nuliparitas
Kehamilan multipel
Obesitas
Riwayat preeklampsia–eklampsia dalam keluarga
Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
Abnormal uterine Doppler pada minggu 18 dan 24
Diabetes mellitus
Trombofilia
6
Hipertensi atau kelainan ginjal
PENANGANAN
Pemeriksaan Antenatal
Hingga saat ini hipertensi dalam kehamilan masih merupakan salah
satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janinnya. Upaya
pencegahan terhadap penyakit ini dengan sendirinya akan menurunkan
angka morbiditas dan mortalitas tersebut. Untuk itu diperlukan bukan hanya
pengetahuan mengenai patofsiologi tetapi juga cara-cara deteksi dini dan
cara intervensi terhadap perubahan yang terjadi dalam proses penyakit
tersebut. Perlu dibedakan antara prediksi dan deteksi dini penyakit. Prediksi
lebih awal dari deteksi dini yakni sebelum tanda atau gejala penyakit
ditemukan. Deteksi dini berusaha menemukan kelainan awal penyakit yang
bila dibiarkan akan berlanjut,namun batas antara prediksi dan deteksi dini
kadang-kadang tidak jelas.Gejala-gejala preeklampsia baru menjadi nyata
pada usia kehamilan yang lanjut (trimester ketiga). Namun sebenarnya
kelainan sudah terjadi jauh lebih dini yakni pada usia kehamilan antara 8 dan
18 minggu. Tes yang ideal untuk deteksi dini preeklampsia harus sederhana,
mudah dikerjakan, tidak memakan waktu lama, non invasif, sensitivitasnya
tinggi dan mempunyai nilai prediksi positif yang tinggi.
CARA-CARA PREDIKSI
Lebih dari 100 jenis pemeriksaan klinik, biofisik dan biokimia telah
diajukan untuk mendeteksi terjadinya preeklampsia. Beberapa cara prediksi
yang ada dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan baku pada perawatan antenatal
2. Pemeriksaan sistem vaskuler
3. Pemeriksaan biokimia
4. Pemeriksaan hematologi
5. Ultrasonografi
1. Pemeriksaan baku pada perawatan antenatal
a. Tekanan darah
7
Gambaran klinik yang khas pada hipertensi dalam kehamilan (HDK)
yaitu ditemukannya kenaikan tekanan darah yang tinggi. Perbedaan
kenaikan tekanan darah mempunyai arti klinis yang lebih penting
dibandingkan dengan nilai absolut tekanan darah yang tinggi. Demikian pula
kenaikan tekanan diastolik mempunyai arti prognostik yang lebih bermakna
dari pada perubahan sistolik. Pengukuran tekanan darah sebaiknya
menggunakan tensimeter air raksa, dengan penderita posisi duduk.
Pengukuran dilakukan setelah penderita beristirahat sedikitnya 10 menit dan
diulang sedikitnya 2 kali pemeriksaan.
Dinyatakan hipertensi bila:
a. Terdapat kenaikan tekanan sistolik > 30 mmHg atau tekanan sistolik
mencapai 140 mmHg atau lebih.
b. Bila didapatkan kenaikan tekanan diastolik > 15 mmHg atau tekanan
diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih. Mayoritas ibu hamil akan tetap
normotensif selama kehamilan bila tekanan darah diastolik < 75 mmHg
sebelum kehamilan 20 minggu. Penelitian yang dilakukan oleh Sahetapy di
Makassar pada tahun 1994 tidak mendapatkan hubungan yang bermakna
antara nilai validitas tekanan darah diastol dengan prevalensi hipertensi
dalam kehamilan.
b. Kenaikan berat badan.
Seringkali gejala pertama yang mencurigakan adanya HDK ialah terjadi
kenaikan berat badan yang melonjak tinggi dan dalam waktu singkat.
Kenaikan berat badan 0,5 kg setiap minggu dianggap masih dalam batas
wajar, tetapi bila kenaikan berat badan mencapai 1 kg perminggu atau 3 kg
perbulan maka harus diwaspadai kemungkinan timbulnya HDK. Ciri khas
kenaikan berat badan penderita HDK ialah kenaikan yang berlebihan dalam
waktu singkat, bukan kenaikan berat badan yang merata sepanjang
kehamilan, karena berat badan yang berlebihan tersebut merupakan refleksi
dari pada edema.
2. Pemeriksaan sistim vaskuler
a. Tes tidur miring (TTM)
8
Tes ini dikenal dengar nama Roll-over test pertama kali diperkenalkan oleh
Gant dan dilakukan pada usia kehamilan 28-32 minggu. Pasien berbaring
dalam sikap miring ke kiri,kemudian tekanan darah diukur, dicatat dan
diulangi sampai tekanan darah tidak berubah. Kemudian penderita tidur
terlentang kemudian diukur dan dicatat kembali tekanan darah-nya. Tes
dianggap positif bila selisih tekanan darah diastolik antara posisi baring ke
kiri dan terlentang menunjukkan 20 mmHg atau lebih. Tes ini mempunyai
sensitivitas 88%,spesifitas 95%, nilai prediksi positif 93% dan nilai prediksi
negatif 91%.
b. Infus Angiotensin II
Abdul Karim dan Assali pada tahun 1960 melaporkan bahwa infus
Angiotensin II menyebabkan sedikit kenaikan tekanan darah pada wanita
hamil dibandingkan dengan yang tidak hamil. Wanita hamil yang normotensi
relatif refrakter terhadap infus Angiotensin.Tes ini dikerjakan pada kehamilan
28-32 minggu, dengan memberikan Angiotensin II per infus >8
ng/kgbb/menit menghasilkan respons tekanan darah 20 mmHg, tetap
normotensi selama kehamilan, sedangkan yang mengdapat < 8
ng/kgbb/menit dan terjadi kenaikan tekanan diastolik 20 mmHg, 90% akan
terjadi HDK. Namun tes ini mahal, rumit danmemakan waktu sehingga tidak
praktis dipakai sebagai tes penapisan.
c. Tes latihan isometrik (Isometric exercise test)
Tes ini mempunyai sensitivitas dan spesifitas cukup tinggi. Degani dkk
berpendapat bahwa tekanan darah diastol yang berespons terhadap tes hand
grip ini menggambarkan reaktifitas vaskuler pada wanita hamil. Jadi dapat
digunakan untuk deteksi hiperaktivitas vaskuler dan untuk prediksi
preeklampsia. Tes dilakukan dengan cara penderita baring kesisi lateral kiri,
ukur tekanan darah, kemudian penderita memijit bola karet tensimeter yang
dipasang pada lengan lain, sampai kontraksi maksimal untuk 30 detik dalam
waktu 3 menit. Tes dikatakan positif bila terdapat kenaikan tekanan diastolik
lebih dari 20 mmHg.
3. Pemeriksaan Biokimia
9
Pada penderita preeklampsia konsentrasi dari sejumlah zat yang
terdapat dalam darah dan urin termasuk hormon-hormon mengalami
perubahan-perubahan. Beberapa dari perubahan-perubahan ini mempunyai
nilai prediksi untuk diagnosis dini.
a. Kadar asam urat
Pada HDK terjadi perubahan sistim hemodinamik seperti penurunan
volume darah, peningkatan hematokrit dan viskositas darah. Akibat dari
perubahan-perubahan tersebut akan terjadi perubahan fungsi ginjal, aliran
darah ginjal menurun, kecepatan filtrasi glomerulus menurun yang
mengakibatkan menurunnya klirens asam urat dan akhirnya terjadi
peningkatan kadar asam urat serum. Rata-rata kadar asam urat mulai
meningkat 6 minggu sebelum preeklampsia menjadi berat. Konsentrasi asam
urat > 350 umol/l merupakan pertanda suatu preeklampsia berat dan
berhubungan dengan angka kematian perinatal yang tinggi khususnya pada
umur kehamilan 28-36 minggu. Pada penderita yang sudah terbukti
preeklampsia maka kadar asam urat serum menggambarkanberatnya proses
penyakit.
b. Kadar kalsium
Beberapa peneliti melaporkan adanya hipokalsiuria dan perubahan
fungsi ginjal pada pasien preeklampsia. Perubahan-perubahan tersebut
terjadi beberapa waktu sebelum munculnya tanda-tanda klinis. Hal ini terlihat
dari perubahan hasil tes fungsi ginjal. Rondriquez mendapatkan bahwa pada
umur kehamilan24-34 minggu bila didapatkan mikroalbumniuria dan hipok-
lasiuria ini dideteksi dengan pemeriksaan tera radioimuno-logik.
c. Kadar human chorionic gonadotrophin (hCG)
Beberapa peneliti melaporkan bahwa kadar B-hCG meningkat pada
penderita preeklampsia. Sorensen dkk melaporkan bahwa wanita hamil
trimester 11 dengan kadar B-hCG > 2 kali nilai rata-rata mempunyai risiko
relatif 1,7 kali lebih besar untuk mengalami preeklampsia dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai kadar B-hCG < 2 kali nilai rata-rata. Terakhir
Miller dkk melaporkan bahwa peningkatan kadar B-hCG pada kehamilan 15-
20 minggu memprediksi timbulnya preeklampsia terutama preeklampsia
10
berat. Namun hingga saat ini pemeriksaan kadar preeklampsia masih
terbatas.
4. Pemeriksaan Hematologi
a. Volume plasma
Pada keadaan HDK terjadinya penurunan volume plasma sesuai
dengan beratnya penyakit Chesley (dikutip olehpengemanan)
menyatakan terjadi penurunan volume plasma sebesar 30%-40% dari nilai
normal, bahkan ada beberapapeneliti yang melaporkan terjadinya
penurunan volume plasma jauh sebelum munculnya manifestasi klinik
HDK.Volume plasma diukur dengan cara : penderita tidur posisi miring ke
kiri selama 30 menit, diambil 10 cc darah kemudian tambahkan dengan 3
ml Evans dye blue selanjutnya dicampur dengan 10 ml NaCL. Setiap 10
menit diambil darah untuk 3 sampel kemudian disentrifus untuk
memisahkan serum. Sampel darah kemudian dibandingkan dengan serum
kontrol yang mempunyai ukuran 620 nm, dengan mempergunakan
spektofotometer Beckman Acta C III. Hasil yang didapat dimasukkan ke
dalam rumus:
Dye injected (ug)
Volume Plasma ( ml) = --------------------------------
Konsentrasi dye ( ug/ml )
b. Kadar hemoglobin dan hematokrit
Pengurangan volume plasma pada preeklampsia tampak pada kenaikan
kadar hemoglobin dan hematokrit. Murphy dkk menunjukkan bahwa pada
wanita hamil terdapat korelasi yang tinggi antara terjadinya preeklampsia
dan kadar Hb. Mereka mendapatkan pada primigravida frekuensi terjadinya
HDK 7% bila kadar Hb < 10.5 gr% sampai 42% bila kadar Hb > 14.5% gr%.
Gerstner (dikutip oleh pengemanan) menyatakan adanya hubungan langsung
antara nilai Ht dengan indeks gestosis. Indeks gestosis > 7 selalu disertai Ht
> 37%, dan dikatakan ada korelasi antara hematokrit dan progesivitas
penyakit.
c. Kadar trombosit dan fibronectin
11
Redman (dikutip oleh pengemanan) menyatakan bahwa HDK didahului oleh
menurunnya trombosit sebelum tekanan darah meningkat, dan
trombositopeni merupakan tanda awal HDK. Dikatakan trombositopenia bila
kadar trombosit <150.000/mm. Bukti adanya kelainan proses koagulasi dan
aktivasi platelet pertama kali didapatkan pada tahun 1893 dengan
ditemukannya deposit fibrin dan trombosit pada pembuluh darah berbagai
organ tubuh wanita yang meninggal karena eklampsia. Kelainan hemostatik
yang paling sering ditemukan pada penderita preeklampsia adalah kenaikan
kadar faktor VIII dan penurunan kadar anti trombin III.Pada penderita HDK
didapatkan peningkatan kadar fibronectin. Fibronectin merupakan
glikoprotein pada permukaan sel dengan berat molekul 450.000, disentesis
oleh endotel dan histiosit. Kadar normalnya dalam darah 250-420 ug/ml,
biasanya berkonsentrasi pada permukaan pembuluh darah. Fibronectin akan
dilepaskan ke dalam sirkulasi bila terjadi kerusak-an endotel pembuluh
darah. Keadaan ini memperkuat hipotesis bahwa kerusakan pembuluh darah
merupakan dasar patogenesis terjadinya HDK. Bellenger melaporkan
peningkatan kadar fibronectin sebagai tanda awal preeklampsia pada 31 dari
32 wanita dengan usia kehamilan antara 25-36 minggu. Kadar fibronectin
meningkat antara 3,6 – 1,9 minggu lebih awal dari kenaikan tekanan darah
atau proteinuria.
5. Ultrasonografi
Dalam 2 dekade terakhir ultrasonografi semakin banyak dipakai alat
penunjang diagnostik dalam bidang obstetri.Bahkan dengan perkembangan
teknik Doppler dapat dilakukan pengukuran gelombang kecepatan aliran
darah dan volume aliran darah pada pembuluh darah besar seperti arteri
uterina dan arteri umbilikalis. Pada penderita HDK sering disertai dengan
kelainan gelombang arteri umbilikalis, dimana dapat terlihat gelombang
diastolis yang rendah, hilang atau terbalik.Steel dkk meneliti dengan
memakai teknik Doppler wanita hamil pada usia kehamilan antara 16-22
minggu mendapatkan perbedaan yang bermakna dalam frekuensi
preeklampsia antara wanita hamil dengan gambaran doppler yang abnormal
dibandingkan dengan yang normal. Ducey dkk dalam penelitian terhadap 136
wanita hamil mendapatkan 43% penderita preeklampsia mempunyai
12
gambaran SD ratio yang abnormal, dan mendapatkan adanya penurunan
aliran darah arteri uterina dan arteri umbilikalis pada mayoritas penderita
preeklampsia. Nilai prediktif positif pada penelitian ini sekitar 75%. Pada
penelitian lain, Kofinas dkk memperlihatkan bahwa insidens preeklampsia
pada plasenta letak unilateral 2,8 kali lebih besar dari pada pasien dengan
plasenta letak sentral. Penentuan letak plasenta ini dilakukan dengan
pemeriksaan USG real time. Dikatakan bahwa bila plasenta terletak uni-
lateral maka arteri uterina yang terdekat dengan plasentamempunyai
tahanan yang lebih rendah dibandingkan dengan yang lainnya, sedang pada
plasenta letak sentral tahanan kedua arteri tersebut sama besarnya.Pada
tahanan yang lebih besar tersebut dapat menurunkan aliran darah
uteroplasenter yang merupakan salah satu kelainan dasar pada
preeklampsia. Terjadinya hipertensi dalamkehamilan merupakan salah satu
mekanisme kompensasi untuk meningkatkan aliran darah uterus yang
disebabkan olehiskemia.Ultrasonografi dapat digunakan sebagai alat untuk
pe-meriksaan wanita hamil dengan risiko tinggi sebab cara ini aman, mudah
dilakukan, tidak invasif dan dapat dilakukan pada kehamilan muda.
Penanganan pada kehamilan trimester kedua ketiga
13
Gambar 5. Penanganan hipertensi ringan dan pre eklampsia ringan
14
Gambar 6. Penanganan pre eklampsia ringan
KEPUSTAKAAN
1. Handaya. Cara-cara prediksi preeklampsia pada perawatan antenatal dibawakan dalam PTP IX POGI,
Surabaya 1995. Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM.
2. Subai BM. Current proplems in obstetrics, ginecology and fertility, 1990; vol XIII (I) :20-1.
3. Dekker GA, Subai BM. Early detection of preeclampsia. Am J Obstet Gynecol 1991 ;165 : 160-72.
4.Pengemanan WT. Diagnosis dini dan prediksi hipertensi dalam kehamilan (HDK). Makalah Simposium
Hipertensi Dalam Kehamilan. PTP VII POGI, Surakarta, 1991.
5.Cunningham F, MacDonald PC, Gant NF. Clinicals aspects of preeclampsia. In Williams obstectrics th ed.
Conneticut; Appleton & Lange; 1989 : 671-72.
15
6. Sahetapy RR. Hubungan antara nilai tekanan darah diastolis pada umur kehamilan 20-24 minggu
dengan prevalensi hipertensi dalam kehamilan, persalinan dan nifa. Tesis pada program pendidikan dokter
spesialis Makassar; 1994.
7. Redman CWG, Williams GF, Jones DD et al. Plasma orate and serum deoxycytidylate deaminase
measurements for the early diagnosis of preeclampsia. Br J Obstet Gynecol 1977 ; 84 : 904-8.
8. Rondriquez MH, Damon I, Masaki et al. Calcium/creatinine ratio andmicroalbuminuria in the prediction of
preeclampsia. Am J Obstet Gynecol 1988 ; 159:1452-5.
9.Sorensen TK, Williams MA, Zingheim RW et al. Elevated second trimester human chorionic gonadotropin
and subsequent pregnancy -induced hypertension. Am J ObstetGynecol 1993; 169 : 834-38.
10. Miller HS, Melendez TD, Wein R et al. Preeclampsia is predicted by elevated second trimester human
chorionic gonadotropin value. In 15thAnnual meeting Society of Perinatal Obstetricians Atlanta- Georgia,
January 23-28, 1995.
11. Murphy JF, O’Riordan J, Newcombe RG et al. Relation of haemoglobin levels in first and second
trimester to outcome pregnancy. Lancet 1986; 1 : 1992-4.
12. Balleger V, Spitz B, Kieckens L et al. Predictive value of increased plasmalevels of fibronectin in
gestational hypertention. Am J Obstet Gynecol, 1989 ; 161 (2): 432-36.
13. Mose JC. Peranan doppler ultrasound pada kehamilan risiko tinggi. Dalam kumpulan Kuliah
Ultrasonografi Obstetri & Ginekologi. Bagian/SMF obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNPAD,
Bandung: 59-66.
14. Steel SA, Pearce JM, McParland P, Chamberlain GVP. Early ultrasound screening in prediction of
hypertensive disorders of pregancy. Lancet 1990 ; 335 : 1548-51.
15. Ducey J Velocity waveforms in hypertesive disease. In Clinical obstetrics and gynecology. 1989 ; 32
(4) : 679-86.
16. Kofinas AD, Penry M, Swain M. Effect of placental laterality on uterine artery resistance and
development of preeclampsia and intrauterine growth retardation. Am J Obstet Gynecol 1989 ; 161 : 1536-
9.
16
17