pdt rehab medid uwkk

86
Komite Medik RSUD Bangil UNIT REHABILITASI MEDIK Pendahuluan Upaya rehabilitasi medis merupakan serangakaian upaya medis yang di tujukan untuk mencegah terjadinya impairment, disability, dan handicap. Atau jika telah terjadi kecacatan maka upaya rehabilitasi medis di arahkan untuk meningkatkan kemampuan fungsional seseorang semaksimal mungkin dengan memanfaatkan kemampuan yang masih tersisa. Dikenal 3 ( tiga ) stadium kecacatan yaitu : Impairment Disability Handicap Impairment (kelainan) Adalah terjadinya kehilangan atau kelainan dari struktur atau fungsi organ atau sistem yang bersifat anatomis, fisiologis ataupun psikologis, kondisi ini dapat pula menetap. Disabiliti (ketidakmampuan) Adalah kerterbatasan atau kurangnya kemampuan sebagai akibat adanya impairment‟ untuk melakukan kegiatan dengan cara dan batas batas yang dianggap normal bagi setiap orang sesuai umur dan jenis kelamin. Kondisi disability merupakan gangguan yang terjadi pada tingkat diri seseorang (pribadi). Handicap (ketunaan) Adalah kondisi seseorang akibat adanya impairment dan disability yang membatasinya dalam memenuhi peranannya yang normal menurut umur, jenis kelamin serta faktor sosial dan budaya. Penatalaksanaan rehabilitasi mencakup berbagai penyakit yang dikelompokkan ke dalam beberapa subspesialisasi yaitu : 1. Rehabilitasi Muskuloskeletal 2. Rehabilitasi Neoromoskular 3. Rehabilitasi Pediatrik / anak 4. Rehabilitasi Kardiovaskuler 5. Rehabilitasi Pulmonal 6. Rehabilitasi Geriatri 7. Rehabilitasi cidera olah raga WEWENANG Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang bekerja di bagian Rehab Medis. UNIT YANG MENANGANI Bagian Ilmu Rehab Medis UNIT TERKAIT

Upload: denny-emilius

Post on 09-Feb-2016

89 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

rehab medik

TRANSCRIPT

Page 1: Pdt Rehab Medid uwkk

Komite Medik RSUD Bangil

UNIT REHABILITASI MEDIK

Pendahuluan

Upaya rehabilitasi medis merupakan serangakaian upaya medis yang di tujukan untuk mencegah

terjadinya impairment, disability, dan handicap.

Atau jika telah terjadi kecacatan maka upaya rehabilitasi medis di arahkan untuk meningkatkan

kemampuan fungsional seseorang semaksimal mungkin dengan memanfaatkan kemampuan yang

masih tersisa.

Dikenal 3 ( tiga ) stadium kecacatan yaitu :

Impairment

Disability

Handicap

Impairment (kelainan)

Adalah terjadinya kehilangan atau kelainan dari struktur atau fungsi organ atau sistem yang bersifat

anatomis, fisiologis ataupun psikologis, kondisi ini dapat pula menetap.

Disabiliti (ketidakmampuan)

Adalah kerterbatasan atau kurangnya kemampuan sebagai akibat adanya impairment‟ untuk

melakukan kegiatan dengan cara dan batas – batas yang dianggap normal bagi setiap orang sesuai

umur dan jenis kelamin. Kondisi disability merupakan gangguan yang terjadi pada tingkat diri

seseorang (pribadi).

Handicap (ketunaan)

Adalah kondisi seseorang akibat adanya impairment dan disability yang membatasinya dalam

memenuhi peranannya yang normal menurut umur, jenis kelamin serta faktor sosial dan budaya.

Penatalaksanaan rehabilitasi mencakup berbagai penyakit yang dikelompokkan ke dalam beberapa

subspesialisasi yaitu :

1. Rehabilitasi Muskuloskeletal

2. Rehabilitasi Neoromoskular

3. Rehabilitasi Pediatrik / anak

4. Rehabilitasi Kardiovaskuler

5. Rehabilitasi Pulmonal

6. Rehabilitasi Geriatri

7. Rehabilitasi cidera olah raga

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

Page 2: Pdt Rehab Medid uwkk

- 2 -

Nama penyakit / diagnosis

Amputasi anggota gerak atas :

Meliputi :

1. Disartikulasi gelang bahu

2. Amputasi atas siku

3. Amputasi siku

4. Amputasi bawah siku

5. Disartikulasi pergelangan tangan

6. Disartikulasi telapak tangan + jari tangan

Amputasi anggota gerak bawah

Meliputi :

1. Hemikarparektomi

2. Disartikulasi sendi paha

3. Amputasi atas lutut

4. Disartikulasi lutut

5. Amputasi bawah lutut

6. Amputansi pergelangan kaki (syme tipe)

7. Amp[utasi telapak dan jari kaki

Kriteria diagnosis / masalah rehabilitasi :

Hilangnya bagian anggota gerak atas / bawah sebagian atau seluruhnya.

Pemeriksaan penunjang :

-

Konsultasi

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis

Dokter Spesialis Bedah Ortopedi

Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Perawatan RS

Mengikuti perawatan operasi yang terkait

Terapi

Latihan gerak sendi

Latihan penguatan otot

Perawatan puntung, stump bandage

Posisi yang benar selama istirahat

Mengurangi keluhan nyeri (phantom pain)

Latihan mobilisasi

Mengukur, pemasangan alat protesa dan latihan dengan alat protesa yang sesuai.

Standar RS

Tipe C

Page 3: Pdt Rehab Medid uwkk

- 3 -

Standart tenaga

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis

Profesi penunjang medis terkait

Penyulit

Luka

Kontraktur

Masa pemulihan

Sampai dengan 3 bulan

Luaran

Mandiri

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

Page 4: Pdt Rehab Medid uwkk

- 4 -

ARTHRITIS

Termasuk di sini :

Artritis degeneratif : osteoatritis

Artritis reumatoid

Artritis metabolik

Reumatik jaringan lunak

Kriteria diagnosis / masalah rehabilitasi

Kelainan sendi dan otot disertai dengan gangguan :

Nyeri sendi, nyeri tekan dan nyeri gerak sendi, bengkak, efusi sendi, panas dan kemerahan,

keterbatasan gerak, laksitas sendi, kelemahan otot dan atrofi, deformitas, gangguan mobilitas

Diagnosis banding

Artritis infeksi

Pemeriksaan penunjang

Radiologi

Laboratorium : DL (LED dan Lekosit)

Konsultasi

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis

Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Dokter Spesialis Bedah Ortopedi

Terapi

Sesuai dengan masalah medis / rehabilitasi medis, jenis dan stadium artritis. Untuk mengatasi nyeri,

gangguan sendi dan otot :

a. Terapi panas (diathermi, ultrasound), terapi dingin (kompres dingin), TENS.

b. Latihan (gerak sendi, penguatan otot, sikap) → disesuaiakan dengan kondisi penyakit

c. Bidai

d. Alat bantu / ortosis

e. Proteksi sendi

f. Konservasi energi

Perawatan RS

Rawat jalan : apabila mobilitas memungkinkan

Rawat inap : bila akut dengan gejala sistemis

Standar RS

Seluruh tipe RS

Standar tenaga

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis

Page 5: Pdt Rehab Medid uwkk

- 5 -

Dokter Umum + pelatihan rehabilitasi

Profesi penunjang medis terkait

Penyulit

Kontraktur

Deformitas

Gangguan neurologis

Masa pemulihan

Sesuai dengan perjalanan penyakit

2 minggu sampai 6 bulan bergantung remisi dan eksaserbasi

Luaran

tak terjadi penyulit

Sembuh, mandiri, aktif bekerja

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

Page 6: Pdt Rehab Medid uwkk

- 6 -

CEREBRAL PALSY

Kriteria diagnosis

Satu sindrom klinis, umunya berupa disfungsi neuromoskuler, disebabkan oleh kelainan non

progresif, pada otak yang imatur.

Dapat terjadi prenatal, perinatal atau pascanatal.

Klasifikasi pola neurologis :

1. Flaksid (hipotonis)

2. Spastis

3. Diskinetik :

Atetosis

Distonia

Korea

Ballismus

Tremor

4. Ataksia

5. Mixed (kombinasi) :

Spastikatetoid

Spastikataksik

Klasifikasi defisit motoris :

1. Monoplegia

2. Hemiplegis

3. Diplegia

4. Kuadriplegia

Masalah rehabilitasi

1. Gerak (mobilitas)

2. Trasfer dan ambulasi

3. ADL

4. Komunikasi

5. Psiko sosial dan vokasional

Diagnosis banding

-

Pemeriksaan penunjang

Evaluasi psikologis

Analisis wicara

Gait analysis

Konsultasi

Page 7: Pdt Rehab Medid uwkk

- 7 -

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis

Dokter Spesialis Anak (neurologi anak)

Dokter Spesialis Bedah Saraf

Dokter Spesialis Bedah Ortopedi

Perawatan RS

Rawat inap bila ada penyulit atau ada indikasi operasi

Rawat jalan

Terapi / program rehabilitasi medis

1. Internesi dini

Menekankan pada menejemen di rumah dalam hal interaksi keluarga dengan

penderita (bayi / anak), serta lingkungan yang sesuai untuk anak tersebut

2. Terapi disfungsi motoris

Exercise

Kombinasi berbagai bentuk teknik fasilitasi dengan latihan aktifitas moitoris

fungsional sesuai tahap perkembangan kontrol kepala hingga berjalan

Splint dan orthosis

Dilakukan resting atau night splint bila perlu, untuk memelihara lingkup gerak

sendi terutama splint pada ankle (mencegah fleksi plantar) dan pada pergelangan tangan

– jari tangan.

AFO (ankle foot orthosis), untuk kontrol equinus spatis dan hiperekstensi lutut saat

stance phase.

Hip abduction orthosis, untuk menunda kontraktur aduktor panggul dan di pasang juga

pada pasca operasi aduktor panggul.

Operasi ortopedi

Dilakukan Ahli Bedah Ortopedi untuk memperbaiki fungsi dan penampilan serta

mencegah dan memperbaiki deformitas

3. Terapi wicara

4. Terapi psikososial dan edukasional

Penyulit

Retardasi mental : 40 – 60 %

Kejang : 50 %

Defisit okuler dan visual, paling sering strabismus ( 20 – 60 % dari semua kasus). Gangguan

komunikasi berkaitan dengan gangguan pendengaran, produksi motoris bicara, disfungsi sentral

bahasa, defisit kognitif.

Kesulitan makan dan kontrol air liur

Standar tenaga

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis

Dokter Spesialis Lain

Dokter Umum yang mempunyai pengetahuan rehabilitasi medis

Psikologi

Pedagog

Fisioterapis

Terapis okupasi

Terapis wicara

Page 8: Pdt Rehab Medid uwkk

- 8 -

Perawat

Petugas sosial medis

Masyarakat

Lama perawatan

Seumur hidup, bergantung berat kecacatan dan komplikasi

Luaran

Spastik hemiparesis

Ambulasi umumnya pada usia 3 tahun

Spastik diplegia

Duduk pada usia 2 tahun merupakan tanda baik untuk prognosis ambulasi. Bila usia 4 tahun

Belem dapat duduk, diperkirakan tidak akan ambulasi.. Refleksi infantil yang menetap estela usia

18 bulan, prognosis buruk untuk ambulasi.

Spastik quadriparesis

Duduk kurang dari usia 2 tahun dan refleks infantil sudah menghilang < 18 bulan, prognosis

baik untuk kemungkinan jalan

Diskinetik

Sebagian besar kasus (75 %) mempunyai prognosis baik untuk kemungkinan jalan,

walaupun jalan tidak stabil. 50 % dari yang dapat jalan tercapai pada usia 3 tahun.

Total body involvement

Komunikasi

Suara dapat dimengerti < usia 2 tahun = baik

Setiap metode mengungkapkan “ ya “ atau “ tidak “ < usia 2 tahun = baik untuk komunikasi

nonverbal

Activity of daily living (makan, toileting, dll)

Kontrol volunteer minimla 1 tangan = baik

Kontrol volunteer setiap bagian tubuh = dapat menggunakan alat teknik

Walking (kemampuan bekerja)

Tujuh tanda pada pemeriksaan usia > 12 bulan.

Extensor thrust (bila masih ada) = 1

Asymetrical tonic neck reflex (bila masih ada) = 1

Neck righting reflex (bila masih ada) = 1

Foot placement reaction (bila tidak ada) = 1

Parachute reaction (bila tidak ada) = 1

Symetrical tonic neck reflex (bila masih ada) = 1

Moro reflex (bila masih ada) = 1

Penilaian untuk skor di atas :

Bila nilai > = prognosis buruk

WEWENANG

Page 9: Pdt Rehab Medid uwkk

- 9 -

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

PASCA PATAH TULANG

Kriteria diagnosis / masalah rehabilitasi

Edema pada lokasi fraktur

Nyeri

Gangguan gerak

Gangguan mobilitas, bergantung lokasi fraktur

Diagnosis banding

-

Pemeriksaan penunjang

Radiologi

Konsultasi

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis

Dokter Spesialis Bedah Ortopedi

Perawatan RS

Sesuai indikasi

Terapi

Pasca fraktur stadium dini

Prinsip terapi : mengurangi edema untuk secondary prevention disability.

1. Aktifitas fisik di mulai secepatnya pascareposisi fraktur, sesuai toleransi nyeri.

2. Elevasi bagian pasca fraktur

3. Terapi panas untuk mengurangi nyeri, melancarkan aliran darah, mencegah terbentuknya

jaringan fibrosis.

Modalitas : hot packs, infrared, whirl pool (superficial heating)

4. masase ringan kea rah jantung

5. Latihan lingkup gerak sendi : active assisted

6. Latihan penguat otot : isometric ataupun isotonis

7. latihan gerak terampil

Pasca fraktur stadium lanjut

Umumnya terjadi kontraktur sendi, nyeri gerak, atrofi, kelemahan otot, edema

1. Terapi panas : whirpool, diathermi; ultrasound (superficial & deep heating)

2. Masase : (deep stroking & compressor movement. Rheading & friction).

3. latihan gerak sendi : active assisted, dilanjtkan dengan free motion dan resisteve exercise.

Page 10: Pdt Rehab Medid uwkk

- 10 -

Bila gagal, konsul ke ortopedi untuk tindakan manipulation under anesthesia. Dilanjutkan

program latihan intensif.

4. Latihan okupasi terapi sesuai gangguan fungsi

Pasca fraktur femur proksimal, pemasangan protesia (Austinmore)

1. Latihan lingkup gerak sendi sedini mungkin

Hindari fleksi panggul > 90 derajat dan hindari aduksi panggul melewati median

2. Latihan mobilisasi, jalan gradual, diawali di paralel bar, partial weight bearing

3. Bila sudah boleh full weight bearing, ambulasi dengan tripod, berangsur – angsur bebas alat

bantu.

Standar RS

Tipe C

Standar Tenaga

Dokter Umum

Profesi penunjang medis terkait

Masa pemulihan

Beberapa minggu sampai bulan, bergantung jenis dan lokasi fraktur

Penyulit

Miositis osifikans

Atrofi

Sympathetic Dystrophy Reflex

Volkman’s Contractur

Luaran

Tak terjadi penyulit

Sembuh total, aktif bekerja

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

Page 11: Pdt Rehab Medid uwkk

- 11 -

GANGGUAN MEDUAL SPINALIS

Kriteria diagnosis

Trauma

Tetra / paraplegi / pentaplegi

Gangguan sensoris

Gangguan defekasi dan miksi

Diagnosis banding

-

Pemeriksaan penunjang

Foto vertebra AP, lateral, oblok

Konsultasi

Bedah Tulang

Bedah saraf

Neurologi

Perawatan RS

Rawat inap

Terapi / program rehabilitasi

Ada fraktur : Lihat Bedah Tulang

Tidak ada fraktur : Lihat Bedah Saraf / Neurologi

Sedini mungkin mobilisasi

Rehabilitasi

Tirah baring

Posisi berganti tiap 2 jam

Bladder & bowel training

Mobilisasi bergantung fraktur ( + ) atau ( - )

Penyulit

Dekubitus

Kontraktur

Infeksi saluran urogenital

Autonimic dysreflexia

Heterotopic ossificans.

Page 12: Pdt Rehab Medid uwkk

- 12 -

Standar RS

Tipe A / B

RS khusus untuk cidera medula spinalis

Standar tenaga

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis

Profesi penunjang medis terkait

Lama perawatan

Rawat inap : sesuai indikasi

Rawat jalan : beberapa minggu

Luaran

Menurut klasifikasi frankle

Tipe A

Lesi lengkap, seluruh fungsi motor dan sensort hilang pada lokasi di bawah vertebra yang cidera

Tipe B

Lesi tak lengkap, hanya sensasi saja yang utuh sedangkan fungsi motor volunter hilang

Tipe C

Lesi tak lengkap, hanya ada gerakan motoris yang yang tak fungsional, fungsi motoris volunter

sangat minimal, dapat dimanfaatkan. Nilai kekuatan otot penggerak utama, kurang dari 3

Tipe D

Lesi tak lengkap, hanya ada fungsi motoris.

Sedangkan fungsi motoris volunter yang tersisa, dapat dimanfaatkan.

Nilai kekuatan otot penggerak utama, sekurang – kurangnya 3.

Tipe E

Pemulihan lengkap semua fungsi motoris dan sensoris, tapi masih mungkin ada refleks abnormal

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

Page 13: Pdt Rehab Medid uwkk

- 13 -

MIOPATI

Meliputi :

1. Dystrophies

2. Congenital myopathies

3. Metabolic myopathies

4. Endrocine myiopathies

5. Toxic myopathic

6. Inflamatory myopathic

Kriteria diagnosis

Kelemahan otot atrofi

Pada DMP → pseudohipertrofi otot, terjadi gangguan mobilisasi, ambulasi, aktifitas hari –hari,

pekerjaan.

Diagnosis banding

Poliomilitis

Neuropati

Pemeriksaan penunjang

Enzim serum

Genetika

EMG

Biopsi otot

Konsultasi

Dokter Spesialis Saraf

Dokter Ahli Patologi Klinik

Dokter Ahli patologi Anatomi

Dokter Ahli Biologi

Dokter Spesialis Bedah Ortopedi

Perwatan RS

Rawat jalan

Rawat inap untuk diagnosis dan jika timbul penyulit

Terapi / program rehabilitasi

Page 14: Pdt Rehab Medid uwkk

- 14 -

Pada pemberian program perlu dipertimbangkan apakah kasusnya :

Mampu pulih (reversible) atau tidak mampu pulih (irreversible)

Stabil atau progresif dan bila progresif, kecepatan ?

Genetik atau di dapat

Rehabilitasi tidak dapat mencegah patofisioplogi perjalanan penyakit tetapi setidaknya dapat

memperbaiki fungsi supaya mandiri semaksimal mungkin yaitu melalui :

Modalitas fisik : latihan fisik spesifik dan latihan mobilitas

Latihan mobilitas bisa berupa :

Alat bantu

Ortosis > statis

< dinamis

Kursi roda

Latihan menelan bila ada disfagia

Latihan pernapasan

Penyulit

Memburuk secara bertahap (kekuatan otot makin menurun)

Lama perawatan

Sesuai diagnosispasti, diperlukan rawat jalan dengan rehabilitasi seumur hidup

Masa pemulihan

Bergantung, penyakit lebih cenderung memburuk pelan – pelan

Standar tenaga

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis

Dokter spesialis lain

Perawat rehabilitasi

Respiratory therapist

Speech terapis

Okupasi terapis

Orthotist theraphist

Psikolog, dll

Luaran

Dengan perawatan dan reahabilitasi yang baik secara fungsional akan membaik

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

Page 15: Pdt Rehab Medid uwkk

- 15 -

NEUROPATI/GANGGUAN NEUROGEN PERIFER

Kriteria diagnosis

Kelainan neurologis akibat gangguan saraf perifer motoris, sensoris dan autonom yang

bersifat akut atau kronis, dapat terjadi monoparese / plegi dan gangguan – gangguan autonom

Diagnosis banding

-

Pemeriksaan penunjang

EMG

EKG

Konsultasi

Dokter Spesialis Saraf

Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Dokter Spesialis Bedah Saraf

Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin

Perawatan RS

Rawat inap : neurologi akut

Rawat jalan / rawat inap : neurologi kronis

Terapi / program rehabilitasi

Bisa merupakan satu atau lebih kriteria berikut :

Akut

Kronis

Gangguan autonom berat

Tidak autonom berat

Terapi neuropati akut dan gangguan autonom

Bila bersifat akut dan ada gangguan autonom terutama pernapasan maka terapi lebih di tujukan

untuk latihan pernapasan ditambah dengan perawatan rehabilitasi lain yang bertujuan mencegah

timbulnya dekubitus, kontruktur, dll.

Terapi pada gangguan sensasi

Analgesik

Page 16: Pdt Rehab Medid uwkk

- 16 -

Penggunaan hidroterapi

Desensitisasi massage

TENS

Edukasi

Terapi pada gangguan motor

Latihan – latihan

Biofeedback technic

Ortosis → statis

→ dinamis

Terapi pada gangguan atonom

Bladder / bower training

Standar tenaga

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis

Perawat Rehabilitasi

Psikologi

Fisioterapi

Terapis okupasi

Pekerja sosial medis

Penyulit

Terjadi progresifitas

Gangguan pernapasan

UTI

Lama perawatan

2 minggu sampai 1 bulan

Masa pemulihan

Bergantung keadaan, dapat sampai 2 tahun, bisa terjadi relaps

Luaran

Sembuh gejala sisa

Menetap → tidak bisa bekerja / pindah bekerja

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

Page 17: Pdt Rehab Medid uwkk

- 17 -

SKOLIOSIS

Kriteria diagnosis

Adanya kelainan bentuk tulang belakang yang bengkok pada bidang fontal

Pemeriksaan penunjang

Foto rontgen, untuk mengetahui sudut skoliosis (Metode Cobb)

Konsultasi

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis

Dokter Spesialis Bedah Ortopedi

Perawatan RS

Mengikuti perawatan oleh spesialis lain (bedah ortopedi)

Terapi

Latihan / senam skoliosis pada sudut cobb < 15 derajat

Latihan spinal dan spinal brace pada usia pertumbuhan sudut > 15 derajat

Terapi latihan pada usia lewat pertumbuhan sudut > 15 derajat

Konsul ortopedi untuk indikasi operasi pada sudut Cobb > 45 derajat

Standar RS

Tipe A, B.

Tipe C bila fasilitas sudah ada

Penyulit

Gangguan fungís pernapasan

Gangguan jantung pada skoliosis berat

Standar tenaga

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis

Profesi penunjang medik terkait

Lama perawatan

Evaluasi berkala

Page 18: Pdt Rehab Medid uwkk

- 18 -

Masa pemulihan

Bergantung hasil evaluasi berkala

Luaran

Deformitas terkoreksi atau deformitas tak bertambah

Tak terjadi penyulit

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

STROKE

GANGGUAN PEREDARAN DARAH OTAK

Meliputi :

Nonhemorragis

TIA

RIND

Trombosis serebri

Emboli serebri

Hemoragis

Perdarahan intraserebri

Perdarahan subarakhnoid

Lokalisasi

Stroke pada korteks

Stroke subkorteks

Stroke batang otak

Kriteria diagnosis / masalah rehabilitasi

Kelainan neurologis fokal yang timbal mendadak akibat gangguan aliran darah lokaldi otak.

Klinis berupa : hemiparesis / plegi, hemihipestesi, afasia, disfagia, gangguan saraf kranialis,

neurogenic uninhibited bladder, disertai / tidak dengan gangguan kesadaran.

Dioagnosis Banding

Trauma kapitis

Infeksi otak / selaput otak

Tumor otak

Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

CT scan otak

MRI

Konsultasi

Page 19: Pdt Rehab Medid uwkk

- 19 -

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis

Dokter Spesialis Bedah Saraf

Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Perawatan RS

Rawat inap

Rawat jalan

Terapi / program rehabilitasi

Stadium akut

Lebih menekankan pada perawatan rehabilitasi yaitu pengaturan posisi saat berbaring atau duduk

(mencegah dekubitus), b.a.k dan b.a.k yang tidak terkontrol, gangguan menelan dan nutrisi

Stadium lanjut

Melanjutkan apa yang sudah di capai pada 1 dan 2, resosialisasi + terapi, ikut dalam stroke club

Penyulit

Factor pencetus stroke / factor resiko

Diabetes Militus

Kelainan jantung

Hipertensi

Merokok

Gangguan agregasi trombosis

Pada sendi

Subluksasi sendi bahu

Shoulder hand syndrome

Gangguan fungsional

Gangguan komunikasi

Unilateral neglect

Dioasfagia, dll

Degenerasi

Demensia

Osteoporosis

Parkinson

Standar RS

Tipe C

Standar tenaga

Dokter Spesialis rehabilitasi Medis

Dokter Spesialis lainnya

Dokter Umum dengan kemampuan rehabilitasi medis

Perawat rehabilitasi

Psikolog / neuropsikolog

Speech theraphist

Fisioterapi

Page 20: Pdt Rehab Medid uwkk

- 20 -

Terapis okupasi

Ortotis / prostetis

Terapis rekreasi

Lama perawatan

Seumur hidup

Bergantung berat kecacatan dan komplikasi

Masa pemulihan

6 bulan bergantung penyulit / komplikasi

Luaran

Prognosis fungsional dari stroke hemoragis setelah berhasil melewati stadium akut lebih baik di

bandingkan stroke non hemoragis.

Bergantung luas dan lokasi lesi, target yang ingin di capai adalah :

Sembuh total, aktif bekerja

Sembuh parsial, aktif bekerja

Sembuh parsial, mampu menolong diri

Sembuh parsial, menolong diri dengan bantuan

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

Page 21: Pdt Rehab Medid uwkk

- 21 -

TRAUMA KAPITIS

Meliputi :

Komosio serebri

Kontusio serebri

Diffusi oxanal injury

Edema serebri

Perdarahan epidural

Perdarahan subdural

Perdarahan intraserebri

Dapat / tidak disertai fraktur tengkorak tertutup atau terbuka

Kriteria diagnosis / masalah rehabilitasi

Kelainan neurologis bisa fokal atau menyeluruh akibat trauma pada kepala baik primer atau

sekunder yang disertai pingsan, muntah, bisa / tidak dengan penurunan kesadaran disertai defisit

neurologis lainnya seperti kelumpuhan motorik, saraf cranialis, kejang – kejang, gangguan

psikologis, gangguan kognitif dan disfungsi persepsi, bergantung letak lesinya.

Diagnosis banding

Gangguan peredaran darah otak

Tumor otak

Epilepsi yang dicetuskan waktu trauma

Pemeriksaan penunjang

Foto rontgen tengkorak

CT scan otak

MRI otak

Laboratorium

Konsultasi

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis

Dokter Spesialis Saraf

Dokter Spesialia Bedah Saraf

Dokter Spesialis Bedah Ortopedi

Page 22: Pdt Rehab Medid uwkk

- 22 -

Perawatan RS

Rawat jalan

Rawat inap

Terapi / program rehabilitasi

Rawat inap harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain :

a. Glasgow coma scale minimal antara 5 – 7

b. Pada pasien koma akibat trauma kapitis rancho los amigos scale minimal 3 / 4 (untuk program

stimulasi koma).

c. Juga ikut mempengaruhi luaran dari terapi yaitu :

Usia

Lama koma

PTA (posttraumatic amnesia)

Respon motoris

Eye sign)

Stadium akut

Program stimulasi koma, pada pasien koma.

Lebih menekankan perawatan rehabilitasi untuk mencegah komplikasi seperti posisi saat berbaring

atau duduk, latihan – latihan, perawatan kulit + hygiene, pembersihan jalan napas + latihan

pernapasan, nutrisi, miksi dan defekasi, latihan menelan

Stadium subakut

Stimulasi kognitif, latihan disfagia, latihan wicara, latihan – latihan berupa redukasi otot, penguatan

dan koordinasi, terapi okupasi, psikologi, ortosis bila perlu sesuai dengan defisit neurologis yang

terjadi

Stadium lanjut

Meneruskan yang sudah di capai pada stadium subakut dan lebih menekankan pada terapi

psikologis. Bila perlu konsul ortopedi

Penyulit

Epilepsi pasca trauma

Gangguan metabolisme

Gangguan neurologis

Gangguan muskuloskeletal

Gangguan psikologis berat

Trauma pada sistem – sistem lain

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

Page 23: Pdt Rehab Medid uwkk

- 23 -

TRAUMA SARAF PERIFER

Meliputi :

Avulsi radiks

Lesi pleksus

Lesi saraf perifer

Kriteria diagnosis

Kelainan neurologist akibat trauma yaitu ditemukan adanya kelumpuhan yang sifatnya lower motor

neuron dan bisa mengenai satu / beberapa saraf dengan gejala – gejala monoparese / plegi, berupa

gangguan dalam mobilisasi, ambulasi, aktifitas hari – hari dan pekerjaan.

Diagnosis banding

Mononeuropati akut

Polineuropati akut

Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

Foto

Mielografi

EMG

SSEP

Konsultasi

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis

Dokter Spesialis Saraf

Dokter Spesialis Bedah Saraf

Dokter Spesialis Bedah Ortopedi

Perawatan RS

Rawat jalan

Rawat inap, bila ada trauma yang mengenai sistem lain atau penyulit

Terapi / program rehabilitasi

Page 24: Pdt Rehab Medid uwkk

- 24 -

Terapi bergantung lokalisasi lesi, bisa non operatif (minimal 6 bulan pasca trauma dan tidak lebih

18 bulan pasca trauma)

Tujuan

Menghilangkan / mencegah edema

Mempertahankan lingkup gerak sendi

Mencegah kontraktur

Menghilangkan nyeri

Menjaga / proteksi daerah dengan defisit sensoris

Menggunakan ortosis : statis, dinamis

Untuk kasus – kasus operasi dikonsulkan ke bagian ortopedi atau bedah saraf.

Standar RS

Tipe C

Standar tenaga

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis

Dokter Spesialis lain

Fisioterapi

Terapis okupasi

Ortotis prostetis

Psikolog

Pekerja sosial medis

Penyulit

Bila ada trauma yang mengenai sistem yang lain.

Trauma pada saraf perifer yang berat (tidak dapat sembuh)

Gangguan psikologis

Masa pemulihan

6 bulan

Luaran

Ringan → ada gejala sisa / keluhan - keluhan

Sedang → ada gejala sisa / keluhan – keluhan

Berat → fungsi nol di sebut flail anaesthetic limb

Luaran

Sembuh dengan gejala sisa

Menetap → tidak bisa bekerja / pindah bekerja

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

Page 25: Pdt Rehab Medid uwkk

- 25 -

UNIT TERKAIT

REHABILITASI KARDIOVASKULER

Adalah upaya pemulihan fungsi jantung pembuluh darah dan derajat kesehatan penderita

kepada aktifitas fisik dan mental yang sesuai dengan kapasitas fungsi jantung dan pembuluh darah

Klasifikasi

Gangguan sirkulasi sistem koroner

Kelainan katup dan otot jantung (ventrikel dan atrium)

Gangguan jantung akibat tahanan sirkulasi yang meningkat (hipertensi arteriel)

Kriteria diagnosis

Problem medis

Penyakit jantung sendiri, hipotensi, denyut nadi naik

Atrofi otot, kontraktur sendi, turunnya fungsi paru, dekubitus

Problem rehabilitasi

Mobilisasi duduk, berdiri dan jalan yang terbatas

Komunikasi, aktifitas, memelihara diri / ADI yang terbatas

Aspek psikososial dan vokasiopnal yang terhambat

Pemeriksaan penunjang

EKG

Radiologi

Konsultasi

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis

Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah

Perawatan RS

Rawat inap untuk perawatan di ICU, ICCU, ruang perawatan, URM

Perawatan di luar rumah sakit setelah di pulangkan

Page 26: Pdt Rehab Medid uwkk

- 26 -

1. Perawatan dan latihan di rumah

2. Latihan di rumah sakit pada masa pemulihan (2 – 8 mg)

3. Latihan di club jantung sehat setelah melalui tes pembebanan setelah 8 minggu (recovery

secondary prevention)

Terapi

Upaya pemulihan fungsi akibat penyakit kardiovaskuler harus memenuhi persyaratan dan sesuai

dengan : (lihat tabel)

1. Stadium dan tahap penyakit

2. Perkiraan kapasitas jantung

3. Klasifikasi kegiatan

4. Dasar program kegiatan (isokaloris, klasiffikasi terapi dan kapasitas fungsi)

5. Resep program memenuhi syarat :

Jenis kegiatan latihan sesuai dengan kapasitas fungsi

Intensitas latihan sesuai dengan stadium pemulihan dan kapasitas fungsi

Lamanya latihan sesuai dengan kapasitas fungsi

Frekuensi latihan per hari dan per minggu sesuai dengan kapasitas fungsi

Harus dipahami oleh penderita dan keluarga agar dapat dilaksanakan dengan baik dan

benar

6. Pelaksanaan program harus memperhatikan indikasi, kontraindikasi, precaution dan kapan

latihan dihentikan

Standar RS dan tenaga

Dokter Spesialis penyakit Dalam

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis RS Tipe C

Dokter Umum yang mengerti rehabilitasi medis

Profesi penunjang medis / PPM (perawat mahir, fisioterapis)

Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah

Doketr Spesialis Rehabilitasi Medis RS Tipe B

PPM (perawat mahir, fisioterapis, occupational terapist)

Psikolog dan pekerja sosial medis

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah

Dokter spesialis Rehabilitasi Medis atau

Subspesialis rehabilitasi medis kardiovaskuler RS

PPM (perawat mahir, fisioterapis kardiovaskuler, occupotional therapist) Tipe A

Psikolog dan pekerja sosial medis

Pelatih fisik

Standar tenaga klub jantung

Terdiri atas :

Dokter Keluarga

Dokter Olah Raga

Pelatih Fisik

Sebagai pengawas / konsultan adalah tim di rumah sakit.

Page 27: Pdt Rehab Medid uwkk

- 27 -

Penyulit

Akibat istirahat lama dan latihan yang salah

Informed consent

Perlu dibuat sebelum program di laksanakan

Lama perawatan

Sesuai dengan stadium pemulihan

2 – 8 minggu pada reconvalescence recovery

Umumnya setelah 6 bulan pemulihan diharapkan optimal pada post recovery / recovery

secondery prevention setelah 8 minggu.

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

Page 28: Pdt Rehab Medid uwkk

- 28 -

GANGGUAN VASKULER

Adalah rehabilitasi medis kelainan fungsi akibat gangguan pembuluh darah, kelenjar getah

bening, berupa varises dan edema dan sakit anggota akibat penyempitan pembuluh darah.

Etiologi

1. Lemahnya pembuluh darah dan valvula akibat tekanan, sumbatan, dan kelainan bawaan.

2. Lemahnya dinding dan valvula saluran limfe

3. Perubahan kadar elektrolit dan protein darah, dan adanya inflamasi pembuluh

4. Menyempitnya pembuluh darah arteri diperoleh atau bawaan

Kriteria diagnosis

Terganggunya fungsi anggota gerak atas / bawah bakibat edema, varises atau nyeri.

Adanya kelainan pembuluhdarah vena arteri dan kelenjar getah bening

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Occilometer

Pemeriksaan Doppler

Pemeriksaan arterivenogram

USG

Konsultasi

Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah

Dokter Spesialis Bedah Vaskuler

Perawatan RS

Rawat inap hanya kasus yang berat : bila di sertai inflamasi dan nyeri berat

Terapi

Pemasangan perban elastis dan bagian distal ekstremitas yang sakit ditinggikan.

Page 29: Pdt Rehab Medid uwkk

- 29 -

Terapi anggota yang sakit bila tidak ada inflamasi atau penyempitan dengan alat Jobst

Intermittent Compreession Unit.

Latihan khusus untuk varises, edema, spasme atau penyempitan pembuluh.

Hidroterapi atau terapi air untuk varises atau edema

Memakai stoking untuk varises dan edema

Standar RS dan tenaga

Sama dengan perawatan jantung

Dokter Spesialis penyakit Dalam

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis RS Tipe C

Dokter Umum yang mengerti rehabilitasi medis

Profesi penunjang medis / PPM (perawat mahir, fisioterapis)

Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah

Doketr Spesialis Rehabilitasi Medis RS Tipe B

PPM (perawat mahir, fisioterapis, occupational terapist)

Psikolog dan pekerja sosial medis

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah

Dokter spesialis Rehabilitasi Medis atau

Subspesialis rehabilitasi medis kardiovaskuler RS

PPM (perawat mahir, fisioterapis kardiovaskuler, occupotional therapist) Tipe A

Psikolog dan pekerja sosial medis

Pelatih Fisik

Penyulit

Adanya emboli paru dan jantung

Standar RS

Tipe C

Standar tenaga

Dokter Umum + pelatiha rehabilitasi medis

Profesi penunjang medis terkait

Lama perawatan

Sekitar 2 – 3 minggu

Masa pemulihan

Sampai optimal sekitar 3 bulan

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

Page 30: Pdt Rehab Medid uwkk

- 30 -

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI Merupakan erminologi umum untuk beberapa penyakit paru menahun.

Dapat terjadi pada :

Bronkitis kronis

Emfisema

Asma

Penyakit lain, seperti cystic fibrosis, bronkiektasis

Kriteria diagnosis / masalah rehabilitasi medis

Peningkatan retensi sekret paru

Penyempitan dan obstruksi jalan napas

Gangguanstruktur alveoli

Diagnosis banding

-

Pemeriksaaan penunjang

Laboratorium

Radiologi

Spirometri

Konsultasi

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis

Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Dokter Spesialis Paru

Perawatn RS

Pada umumnya rawat jalan

Page 31: Pdt Rehab Medid uwkk

- 31 -

Terapi

Farmakologi

Bronkodilator

Antibiotika

Humidifikasi

Non farmakologis

Stop merokok, support psikologis

Latihan batuk

Postural drainage

Latihan relaksasi

Latihan pernapasan

Latihan mobilitas toraks

Latihan koreksi postur (sikap)

Latihan fisik dan endurance

Untuk asma perlu di tambah dengan :

- Hindari allergen

- Hindari latihan fisik yang berlebihan

Standar RS

Tipe C

Standar tenaga

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis

Dokter Umum + pelatihan

Perawat

Fisioterapis

Psikolog

Masa pemulihan

Penyakit bersifat kronis

Penyulit

Karena penyakit

Latihan tak dilakukan teratur

Psikis

Luaran

Sembuh parsial, aktif bekerja.

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

Page 32: Pdt Rehab Medid uwkk

- 32 -

PENYAKIT PARU RESTRIKTIF

Dapat terjadi :

Ekstrapulmonal

Penyakit pada pleura

Kekakuan dinding toraks (karena nyeri, skleroderma, deformitas)

Kelemahan otot pernapasan

Gangguan mobilitas diafragma (obesitas, asites)

Pulmonal

Tumor

Pneumonia

Atelektasis

Penyakit Jantung

Kriteria diagnosis

Penurunan tidal volume, ispirasi dan capacitas vital, capacitas total paru Takipnea

Gangguan pada inspirasi dalam

Diagnosis Banding

-

Pemeriksaan penunjang

Radiologi

Laboratorium

Spirometri

EKG

Page 33: Pdt Rehab Medid uwkk

- 33 -

Konsultasi

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis

Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Dokter Spesialis Paru

Perawatan RS

Sesuai indikasi

Terapi

Ekstrapulmonal

Pemeliharaan ventilasi dan ekspansi paru. Pemeliharaan ini untuk mencegah atelektasis dan

pneumonia dengan latihan pernapasan, terutama pernapasan dalam.

Postural drainage

Pemeliharaan sirkulasi pada kedua tungkai untuk cegah tromboflebitis.

Pemeliharaan gerak sendi bahu dan anggota gerak atas

Perubahan posisi secara teratur

Latihan ambulasi, latihan fisik dan endurance

Pulmonal

Pneumonia

Medikamnetosa : antibiótica

Latihan pernapasan dalam

LPPB

Postural draunage

Latihan batuk

Atelektasis

Postural drainage

Latihan batuk

Pernapasan segmental pada lokasi kolaps

Estandar RS

Tipe C

Standar tenaga

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis

Dokter Umum dengan pelatihan

Fisioterapis

Perawat

Masa pemulihan

Bergantung penyakit utama

Penyulit

Karena penyakit

Atelektasis

Page 34: Pdt Rehab Medid uwkk

- 34 -

Pneumonia

Tromboflebitis

Karena tindakan

Komplikasi akibat berbaring lama

Luaran

Sembuh, aktif bekerja

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

GERIATRIC DECONDITIONING

Karena inaktifitas rehabilitasi pada geriatra.

Dapat terjadi pada kelainan karena brain disorder, gangguan muskuloskeletal, neuromuskuler,

kardiopulmonal, dan penurunan fungsi seluruh organ tubuh akibat proses menua (aging process)

Kriteria diagnosis

Disabilitas yang timbal karena inaktifitas, dapat lebih berat dibandingkan disabilitas karena

penyakit utama yang diderita.

Perubahan Muskuloskeletal

Penurunan tonos, kekuatan dan endurance otot

Atrofi otot

Osteoporosis

Gangguan neuromoskuler

Dimensia

Gangguan keseimbangan

Gangguan sensori

Gangguan jalan (gait)

Karena perubahan neuro-muskuloskelotal

Gangguan penglihatan dan pendengaran

Gangguan kardiovaskuler

Page 35: Pdt Rehab Medid uwkk

- 35 -

Hipotensi ortostatis

Takikardia

Gangguan Pulmonal

Penimbunan sekret

Gangguan pola napas

Gangguan pengasatan paru (drense paru)

Diagnosis banding

-

Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

Radiologi

Spirometri

Konsultasi

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis

Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Dokter Spesialis Saraf

Dokter Spesialis Bedah Ortopedi

Perawatan RS

Rawat jalan

Rawat inap atas indikasi penyakit utama

Perawatan panti wredha

Terapi

Bersifat individual, dan harus diperhatikan kondisi proses menua pasien.

Stimulasi untuk pengenalan lingkungan dan intelektual

Latihan pemeliharaan / peningkatan kekuatan otot secara isotonis dan isometris

Perubahan posisi tubuh dan mobilisasi sendi secara teratur

Passive tilt (menuju posisi tegak) secara bertahap untuk adaptasi kardiovaskuler, Stimulasi

sensori – propriceptif, serta tekanan aksial

Gunakan bebat elastik pada kedua tungkai untuk mencegah hipotensi ortostatis

Chest Physiotherapy :

- Latihan pernapasan

- Latihan batuk

- Latihan relaksasi

- Postural drainage (pengasatan paru)

Nutrisi adekuat, termasuk suplemen protein dan kalsium

Kebersihan kulit

Untuk lansia dengan tirah baring lama, latihan aktifitas di tempat tidur, bimanual, diawali

dengan aktifitas 2 Metz, ditingkatkan sampai mencapai 6 – 7 Metz pada saat pulang.

Bladder / bowel training

Standar RS

Tipe C

Page 36: Pdt Rehab Medid uwkk

- 36 -

Penyulit

Karena penyakit

UTI

Pneuomonia

Fraktur (osteoporosis)

Kontraktur

Karena terapi

Hipotensi ortostatis

Standar tenaga

Dokter umum dan pelatihan

Fisioterapi

Perawat

Lama perawatan

Bergantung indikasi

Luaran

Tak terjadi penyulit / komplikasi

Mampu ambulasi dan mandiri dalam aktifitas sehari – hari, aktif bekerja

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

Page 37: Pdt Rehab Medid uwkk

- 37 -

PASCA CIDERA OLAH RAGA

Meliputi organ : tulang, sendi, jaringan sekitar sendi, otot, fasia, saraf.

Kriteria diagnosis

Nyeri, deformitas, gangguan fungsi gerak

Diagnosis banding

-

Pemeriksaan penunjang

Radiologi

EMG

Konsultasi

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis

Dokter Kedokteran Olah Raga

Dokter Spesialis Bedah Ortopedi

Perawatan RS

Sesuai indikasi

Terapi

Fase I

Page 38: Pdt Rehab Medid uwkk

- 38 -

Atasi reaksi inflamasi (24 jam pertama) : kompres dingin, istirahat, imobilisasi / non weight bearing,

balut / splint

Fase II

Atasi nyeri dengan NSAID TENS / interferential

Akhir masa inflamasi dengan kompres panas dan kompres dingin (contrast bath)

Fase III

Perbaiki lingkup gerak sendi dengan latihan secara pasif → aktif TENS, ultrasound

Fase IV

Perbaiki kekuatan otot dengan latihan isometris / isotonis

Fase V

Latihan ketahanan otot (muscular endurance)

Fase VI

Latihan spesifik sesuai olah raga yang dipilih

Fase VII

Perbaiki ketahanan otot kardiovaskuler, latihan aerobik

Fase VIII

Program mempertahankan kesegaran jasmani

Standar RS

Tipe untuk indikasi konservatif

Tindakan operatif : lihat orthopedi

Standar tenaga

Dokter umum + pelatihan Rehabilitasi Medis

Profesi penunjang medis terkait (fisioterapis)

Penyulit

Atrofi

Kontraktur

Psikis

Luaran

Sembuh pasial, aktif bekerja, kembali ke olah raga semula bergantung jenis olahraga.

Sembuh total, aktif bekerja, kembali ke olah raga semula

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

Page 39: Pdt Rehab Medid uwkk

- 39 -

AMPUTASI

1. Definisi

Amputasi adalah proses atau tindakan pembedahan untuk memotong/mengambil (sebagian

atau keseluruhan)anggota gerak.

Untuk ketiadaan (sebagian atau keseluruhan) anggota gerak sejak lahir (bawaan/kongenital)

dipakai istilah ”Congenital Limb Defisiences”

2. Gambaran Klinis

Tiadanya sebagian/keseluruhan anggota gerak, yang bergantung kepada level amputasinya

Level amputasi anggota gerak atas :

a. Transphalangeal/interphalangeal

b. Disartikulasi metacarpophalangeal

c. Transmetacarpal

d. Transcarpal

e. Disartikulasi sendi pergelangan tangan

f. Bawah siku (panjang, pendek, sangat pendek)

g. Disartikulasi sendi siku

h. Atas siku (panjang, pendek)

i. Leher lengan atas (”humeral neck”)

j. Disartikulasi sendi bahu

k. “Forequarter”

Level amputasi anggota gerak bawah

Page 40: Pdt Rehab Medid uwkk

- 40 -

a. Transphalangeal/interphalangeal

b. Disartikulasi metatarsophalangeal

c. Transmetatarsal

d. Disartikulasi tarsometatarsal

e. Transtarsal

f. Disartikulasi sendi pergelangan kaki (”syme”)

g. Bawah lutut (panjang, sedang, pendek)

h. Disartikulasi sendi lutut

i. Atas lutut (panjang, sedang, pendek)

j. Leher paha (”Femoral neck”)

k. Disartikulasi sendi paha

l. Disartikulasi sendi sakroiliaka (”helmypelvektomy)

m. ”Hemicorporectomy”

3. Pemeriksaan IKFR

A. Pre Operatif

Dimulai saat diputuskan akan perlunya tindakan amputasi, baik akibat trauma,

keganasan, penyakit ataupun adanya kelainan bawaan defisiensi skeletal pada anak-anak.

Hasil optimum akan tercapai bila penderita calon amputasi dapat dievaluasi oleh ”tim

prepostetik” sebelum dilakukan amputasi penderita tentang :

Kondisi umum fisik penderita, termasuk adanya tidaknya penyakit, gangguan atua

kelainan yang dapat menyebabkan penurunan kemampuan fisik penderita.

Luas gerak sendi

Kekuatan otot

Status kejiwaan penderita

Kondisi sosial ekonomi

B. Pasca Operasi

Pemeriksaan meliputi :

1. Puntung (stump)

a. Luka operasi : proses penyembuhan; ada tidaknya perlengkatan, invaginasi

(atau tetap datar/flat), penebalan atau keloid.

b. Ukuran, bentuk dan ada tidaknya eksudasi

2. Pada saat pelaksanaan operasi

Pelaksanaan ”immediete Post-Operative Fitting”

3. Pasca Operatif

a. Pre prostetis

Pembalutan luka (”dressing”) dan pemberian analgetika yang adekwat

Program fisioterapi untuk pemeliharaan sistem kardiopulmonal &

kebutuhan individual lainnya

Penyuluhan ke penderita untuk meningkatkan akan telah hilangnya

(sebagian atau seluruh) anggota geraknya dan bagaimana merawat

puntung secara benar.

Program latihan : mobilitas di tempat tidur, transfer, LGS, penguatan otot,

keseimbangan (duduk & berdiri)

Waspadai & kontrol akan terjadinya edema puntung.

Latihan pengembalian ADL (secara bertahap)

b. Saat pemasang protesa

Perla topik tersendiri, pembahasannya luas

Page 41: Pdt Rehab Medid uwkk

- 41 -

Tujuan terapi :

1. Mempersiapkan penderita dalam menjalani amputasi

2. Mempersiapkan fisik & mental/kejiwaan penderita saat post operatif

3. Bersama penderita (dan keluarga) membahas & memutuskan goal program rehabilitasi

serta penentuan jenis protesanya.

Follow up

1. Pada saat masih MRS : asasmen KFR setiap hari merupakan bagian dari program

penatalaksanaan secara keseluruhan.

2. Program terapi harus selalu di sesuaikan dari waktu ke waktu. Sesuai dengan hasil

pemeriksaan dan kondisi saat itu.

Sistem Rujukan

Rujukan dilaksanakan apabila memang institusi yang merawat telah tidak mampu lagi

melaksanakan program yang sedang maupun akan di jalankan, misalnya

tentang ,pemasangan / pemberian proses“

Pencegahan komplikasi sekunder

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

SKOLIOSIS

1. Definisi

Kelainan tulang belakang (vertebra) berupa lengkungan ke lateral (samping).

2. Gambaran Klinis :

Adanya deviasi ke lateral dari tulang belakang.

Dilihat dari posterior pada posisi berdiri/tegak.

Tinggi bahu simetris/tidak

Tubuh asimetris

Skapula menonjol/tidak

Adanya hump : torakal/lumbal

Pelvis sejajar/tidak

Panjang tungkai „actual leg length“ : sama/tidak

Buah dada simetris/tidak

3. Pemeriksaan IKFR

Anamnesa :

Sebagai informasi dan kelengkapan riwayat penyakit, ditanyakan tentang :

- Deformitas tulang punggung

Onset (kapan diketahui)

Progresivitas

Page 42: Pdt Rehab Medid uwkk

- 42 -

Efek dari deformitas (misal : gangguan respirasi atau nyeri)

- Riwayat penyakit

Penyakit yang pernah diderita

Operasi yang pernah dialami

Trauma yang pernah dialami

Riwayat keluarga :

Adakah anggota keluarga lain yang mengalami seperti ini.

Maturasi :

Kapan menarche (pada wanita)

Pemeriksaan fisik dibagi dua :

Umum :

Tanda patognomonis skoliosis non struktural : adanya cafe au lait, spina bifida,

dekstrokardi, dll.

Tinggi badan dan arm span.

Tanda seks sekunder menurut Duvall Beaupere

Ekspansi dada setinggi aksila, aerola mamma dan kosta X

Khusus :

Tinggi bahu

Penonjolan skapula

Hump

Panjang tungkai

Kemiringan pelvis

Posisi togok terhadap pelvis (ukur dengan plumb line)

Fleksibilitas kurva

Penonjolan otot – otot lumbal

Besar mama

Pemeriksaan radiologi standar :

Pemeriksaan radiologi diperlukan untuk :

Menentukan etiologi : hemivertebrata, blok vertebra dll

Menentukan keadaan kurva :

- Bentuk : C/tunggal, S/ganda atau tripel

- Arah : kanan/kiri

- Besar, tinggi dan apeks : dengan metode Risser – Fergusin atau Cobb

Menentukan maturitas tulang

Menentukan adanya rotasi vertebra

Menentukan fleksibilitas kolumna vertebralis

Menentukan progresivitas perkembangan kurva

Beberapa pedoman umum pemeriksaan radiologi untuk skoliosis :

X – Foto standar skoliosis

Berdiri tegak A – P, jika mungkin duduk tegak A – P

Umumnya X – Foto diulang setiap 3 – 6 bulan pada terapi konservatif, sering kali

sampai tulang vertebra matur. Pada kasus skoliosis yang progresif kadang-kadang

pemantauan radiologi dilakukan setiap 3 bulan.

Page 43: Pdt Rehab Medid uwkk

- 43 -

Pada penderita skoliosis yang umumnya anak – anak yang sedang tumbuh, perlu dipikirkan

bahaya radiasi.

4. Diagnosa

Impairment :

Skoliosis : idiopatik : infantiljuvenil/adolesen

Non idiopatik

Flkesibilitas : struktural/non struktural

Kurva C/S atau triple.

Servikal/serviko – T, T, TL, L atau LS

Kanan/kiri

Besar sudut Cobb

Balans/tidak

Disability :

Jarang di dapatkan, kecuali pada skoliosis yang berat

Handicap :

Spikologis

5. Prognosa

Penderita skoliosis idiopatik yang tidak terapi, menurut penelitian Nilsonne adan Lundgren

1968, dari 113 penderita 50 tahun kemudian, didapatkan bahwa :

45% Penderita meninggal karena komplikasi paru dan jantung

76% Penderita wanita tidak kawin

100% Tidak bekerja pada aktifitas fisik berat

47% Pensiun karena sakit, dimana 30% tercatat karena deformitas tulang belakang

90% Tercatat mempunyai keluhan pinggang

6. Prinsip pengelolaan

1. Tegakkan diagnosa

2. Program terapi :

Medikamentosa : -

Rehabilitasi medik (non operatif) : terapi latihan, ortesa, TENS

Bedah ortopedi (operatif) : Cast/traksi/operasi

Penatalaksanaan

1. Skoliosis non idiopatik

Penanganan disesuaikan dengan masing-masing etiologinya

2. Skoliosis idiopatik

Sebagai pedoman penatalaksanaan skoliosis dibagi sebagai berikut :

a. Skoliosis ringan (kurva kurang dari 20º)

Observasi

Terapi latihan

b. Skoliosis sedang (kurva antra 20º - 45º)

Ortesa

Terapi latihan di dalam dan luar ortesa

c. Skoliosis berat (kurva lebih dari 45º)

Indikasi tindakan bedah

Page 44: Pdt Rehab Medid uwkk

- 44 -

Jika menunggu maturasi tulang bisa di pakai ortesa/brace/cast dan terapi latihan.

Tujuan terapi latihan

1. Memperbaiki postur

2. Meningkatkan fleksibilitas tulang

3. Mencegah progresivitas kurva

4. Memperbaiki sistem respirasi

5. Menghilangkan sakit punggung

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

SINDROMA DEKONDISI

1. Definisi

Kumpulan gejala/sindroma degenerasi fisiologis yang menyebabkan penurunan aktivitas dan

dekondisi.

2. Gambaran Klinis

Sistem kardiovaskular : hipotensi postural, DVT, emboli

Sistem pulmo : pneumonia, atelektasis

Sistem muskuloskeletal : dekondisi muskuloskeletal, fraktur patologis,

nyeri, deformitas

Sistem neuropsikiatri : gangguan keseimbangan dan koordinasi, depresi,

demensia.

Sistem integumentari : risiko ulkus dekubitus

Sistem Gastrointestinal : anoreksia, konstipasi dan impaksi fekai,

inkontinensia alvi.

Sistem Genitourinari : Inkontinensia urin, retensio, ISK, batu buli-buli

3. Pemeriksaan IKFR

Page 45: Pdt Rehab Medid uwkk

- 45 -

3.1 Anamnesa

KU, RPS, RPD

Anamnesis fungsi premobid (AKS, instrumental AKS)

Anamnesis lingkungan

Anamnesis support keluarga/pramurawat

Analisis finansial

3.2 Pemeriksaan fisik

Status generalis : Vital sign → tekanan darah pada posisi tidur/duduk/berdiri (minimal 2

posisi) untuk mengetahui hipotensi postural

Asesmen sistem

- Sistem kardiopulmoner : hipotensi postural

Retensi sputum, lingkar dada

- Sistem muskuloskeletal : atrofi otot, LGS ↓, nyeri, deformitas.

Pola kontraktur yang sering :

1. Fleksi dan rotasi eksternal panggul

2. Fleksi lutut

3. Plantar fleksi

4. Fleksi eduksi dan rotasi bahu

5. Fleksi siku

6. Fleksi pergelangan tangan dan jari

- Sistem neuropsikiatri :

Gangguan koordinasi motorik

Gangguan keseimbangan (keseimbangan duduk, bangkit dari duduk, keseimbangan

berdiri, keseimbangan waktu duduk kembali).

Penapisan depresi

Skoring dementia (bila ada gangguan memori)

- Sistem integumentari

Ulkus dekubitus pada tempat-tempat predileksi

Lokasi, ukuran, derajat (1 – 4)

- Sistem GIT : fungsi menelan, paristaltik ↓

Asesmenm fungsional : AKS

Pemeriksaan penunjang :

Foto polos toraks (curiga pneumonia, atelektasis)

Foto polos panggul (curiga fraktur patologis akibat osteoporosis)

BMD (curiga osteoporosis)

Urinalisa (ISK

4. Diagnosis

4.1 Diagnosis penyakit

Tergantung penyakit yang mendasari sindroma dekondisi

Sistem muskuloskeletal : artritis, osteoporosis, fraktur, masalah pediatrik

Sistem neuropsikiatri : stroke, penyakit Parkinson, Depresi, apatis

Sistem kardiovaskuler : gagal jantung, CAD, penyakit pembuluh darah tepi

Page 46: Pdt Rehab Medid uwkk

- 46 -

Sistem pulmo : PPOK

4.2 Diagnosis fungsional : i. d. H

Penurunan fungsi muskuloskeletal, fungsi kardiovaskular, fungsi pulmo, fungsi

integumentari

5. Prognosa

5.1 Penyakit

Tergantung penyakit yang mendasari

Harapan hidup

Tergantung penyakit yang mendasari

Usia

Fungsionam

Intervensi dini, hasilnya makin baik

Fungsi premobid (makin baik, prognosis makin baik)

6. Prinsip pengelolaan

Program remobilisasi

Terapi fisik dada termasuk inhalasi

Program kateterisasi urine atau latihan berkemih dengan urinoir/be-side commode/toilet

Latihan defekasi dengan stickpan

Latihan fungsi menelan

Edukasi pasien/keluarga/pramurawat

Terapi diberikan sedini mungkin/segera setelah kondisi membaik program aktivitas di mulai

di tempat tidur.

Latihan LGS, latihan penguatan otot, latihan peregangan sendi

Latihan dan aktivitas weight bearing : peningkatan ke posisi tegak secara bertahap

Terapeutik positioning : tiap 2 jam bila ulkus dekubitus (-)

Tiap 1 jam bila ada ulkus dekubitus

Follow up :

Ruang rawat akut : lebih sering

Ruang rawat kronik : tergantung kondisi pasien

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

Page 47: Pdt Rehab Medid uwkk

- 47 -

OSTEOATRITIS

1. Definisi

Kelompok penyakit yang mempunyai etiologi berbeda namun dengan keluaran biologic,

morfologik dan klinis serupa. Proses penyakit mengenai tulang rawan sendi tulang subkondral,

ligament, kapsul, membrane sinovium, otot periartikuler, akhirnya tulang rawan sendi

mengalami degenerasi dengan fibrilasi, fisura, ulserasi dan seluruh ketebalan permukaan sendi

hilang.

2. Gambaran klinis klasifikasi :

a. Idiopatik (primer)

Terlokalisasi : tangan, kaki, panggul, tulang punggung, lain-lain.

Menyeluruh (Generalized Osteoartritis) = GOA) : apabila 3 atau lebih sendi terkena

b. Sekunder : trauma, kongenital atau perkembangan, metabolik, endokrin, penyakit

penimbunan kalsium, penyakit tulang dan sendi, neuropati, lain-lain.

OA paling sering diantara penyakit sendi / rematik, 10%-30% dengan keluhan nyeri dan

ketidakmampuan (disabilitas) OA lutut yang terbanyak

Page 48: Pdt Rehab Medid uwkk

- 48 -

3. Pemeriksaan HUR

Faktor resiko : usia, trauma (sendi besar), stres berulang dan pembebanan berlebihan

pada sendi, obesitas, suku / ras, faktor genetik, wanita, defek kongenital atau

perkembangan, penyakit radang sendi sebelumnya, gangguan metabolik / endokrin.

Sendi yang sering terkena OA sendi kecil di tangan tulang punggung, lutut, panggul,

sendi metatarsofalangeal, sendi yang tersering terna : lutut 41%, tangan 30%, panggul

19%

Nyeri bersifat lokal, radikuler atau nyeri rujukan. Kekakuan sendi setelah

Inaktifitas kaku pagi hari < 30 menit

Krepitus : sensasi atau bunyi

Pembesaran sendi

Deformitas : varus, valgus, hipertrofi tulang, subluksasi

Gerak terbatas

Efusi panas

Herberden‟s & Bouchard‟s nodes di jari tangan

Pemeriksaan fungsi duduk, berdiri, jalan, tangan.

Pemeriksaan Standar Womac, Jette Fungsional Status Index

Pemeriksaan Penunjang

Foto Rontgen : posisi AP, lateral, Oblique

KELLGREN-LAWRENCE (radiografik)

Berat OA Tanda Radiografik

Grade O Tidak ada Tak ada tanda OA

Grade I Ragu Osteofit kecil, makna di ragukan

Grade II Minimal Osteofit jelas, celah sendi tak rusak

Grade III Sedang Celah sendi berkurang

Grade IV Berat Celah sendi rusak/sempit, sklerosis tulang sub

kondral

Khusus (skyline view untuk lutut)

CT scan & MRI servikal, lumbosakral

Artroskopi

EMG & NCV (nyeri radikular

Laboratorium (non spesifik)

4. Diagnosis

4.1 OA LUTUT (altman)

Klinik :

a. Nyeri sendi hampir sepanjang bulan sebelumnya

b. Krepitus pada gerak aktif sendi

c. Kaku pagi lama 30 menit

d. Usia 38 tahun

e. Pembesaran tulang lutut (pada pemeriksaan)

CA ada apabila ditemukan no. 1,2,3 & 4 atau no. 1,2 & 5 atau no. 1 & 5, sensivitas 89%,

spesifisitas 88%

Page 49: Pdt Rehab Medid uwkk

- 49 -

KLINIK, LABORATORIK dan RADIOGRAFIK :

1. Nyeri lutut hampir sepanjang bulan sebelumnya

2. Osteofit pada tepi sendi

3. Analisis cairan sendi khas OA

4. Usia 40 tahun

5. kaku pagi lama : 5 = 30 menit

6. Krepitus pada gerak aktif sendi

OA ada apabila di temukan no. 1 & 2 atau no. 1,3,5 & 6 atau no. 1,4,5 & 6, sensivitas

94%, spesifisitas 88%

4.2 OA TANGAN (Altman)

Klinik :

1. Nyeri tangan, sakit atau kaku hampir sepanjang bulan sebelumnya

2. Pembesaran jaringan keras dari ≥ 2 atau 10 sendi tangan terpilih

3. Kurang dari 3 sendi MCP bengkak

4. Pembesaran jaringan keras 2 atau lebih sendi DIP

5. Deformitas 2 atau lebih dari 10 sendi tangan terpilih

OA ada, apabila ditemukan 10. 1,2,3 & 4 atau no. 1,2,3 & 5 sensitivitas 92%,

spesifikasi 98%

> 10 sendi tangan terpilih termasuk sendi DIP ke 2 & 3, sendi PIP ke 2 & 3 dan sendi

CMC I dari setiap tangan.

4.3 Diagnosa OA PANGGUL (Altman)

Klinik :

1. Nyeri panggul hampir sepanjang bulan sebelumnya

2. Osteofit femoral dan/atau asetabular pada radiografi

3. Laju endap darah 20 mm/jam

OA ada apabila ditemukan no. 1& 2 atau no. 1,2 & 3 sensitivitas 91%, spesifikasi 89%

5. Prognosis

Stabil

Regresi nyeri

Progresi

Prognosis harapan hidup

Tidak berpengaruh

Prognosis fungsional

Kualitas

Ambulasi : mandiri + ortosis

Transfer : mandiri alat bantu

Ketrampilan (makan, berpakaian, kebersihan) mandiri + ortosis/devices tergantung

Komunikasi tak bermakna

6. Penatalaksanaan

Farmakologi

Analgesik – Sistemik dan Topical (capsaicin)

Page 50: Pdt Rehab Medid uwkk

- 50 -

Obat anti – inflamatori non – steroid (OAINS = NSAID)

Steroid intra articular

Disease – modifyng drugs for OA

Bedah

Artroskopi : debridement, sinovektomi

Osteotomi

Joint replacement

Kedokteran Fisik & Rehabilitasi

Tujuan :

Mengurangi nyeri dan spasme

Memperbaiki rentang gerak sendi

Meningkatkan kekuatan otot

Memperbaiki fungsi

Meningkatkan kualitas hidup

Istirahat (bidai)

Terapi panas, dingin, listrik/TENS, Massage

Latihan (exercise) khusus

Ortosis/Assistive Device

Proteksi/pemeliharaan sendi

Penurunan berat badan/diet

Konseling / Psikologi

Tindak lanjut :

Evaluasi keluhan

ROK MMT, Deformitos

Evaluasi fungsi

Berkala tergantung berat – ringan penyakit

Rujukan :

Ke Instalasi Rehabiltasi Medik lebih tinggi

Ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Rematologi

Ke Dokter Spesialis Bedah Orthopedi

Pencegahan Komplikasi :

Edukasi

Terapi latihan

Ortosis

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

Page 51: Pdt Rehab Medid uwkk

- 51 -

SINDROMA GUILLAIN - BARRE

1. Definisi

Adalah suatu imunopati yang ditandai dengan perjalanan klinis yang akut dan kadang-kadang

sangat berat, yang pada dasarnya adalah proses demielinisasi dari akar-akar saraf spinal.

2. Gambaran Klinis

Onset-nya akut dan pada bentuk yang berat seseorang yang semula tampak sehat secara

mendadak dalam 2 – 3 hari menjadi lumpuh sama sekali.

Keadaan semakin memberat dalam waktu 10 – 12 hari. Titik nadir rata-rata terjadi dalam

8 hari sesudah onset.

40 – 60% penderita sebelumnya menunjukkan gejala-gejala seperti ”flu”, ISPA. Dapat

juga di dahului oleh penyakit-penyakit virus lain (seperti Sitomegalovirus, virus Epstein-

Barr, HIV) dan radang usus oleh Compylobacter jejeum.

Page 52: Pdt Rehab Medid uwkk

- 52 -

Gejala-gejala umumnya di dahului dengan parestesia di jari-jari kaki dan tangan. Dalam

beberapa hari diikuti dengan kelemahan otot yang sifatnya simetris bilateral, dimulai

dari otot-otot Ekstremitas atas, wajah dan orafaring.

30% kasus disertai kelemahan otot-otot wajah (Facial diplegia)

Refleks-reflex tendon dalam (fisiologis) menurun atau menghilang

Pada kasus berat disertai dengan kelemahan otot-otot untuk pernafasan, menelan dan

ekstraokuler

Sering juga disertai dengan keluhan nyeri dalam bentuk nyari iskialgia, nyeri pinggang

dan nyeri punggung

Gangguan sistem autonomik berupa gangguan denyut jantung, irama jantung dan

tekanan darah.

3. Pemeriksaan IKFR

3.1 Anamnesa

Onset : akut / sangat akut ?

Didahului gejala-gejala infeksi (flu, ISPA) ?

Ada gangguan sensoris ? (umumnya minimal)

Gangguan kelemahan otot : Simetris bilateral, dimulai dari tungkai ?

Apakah ada gangguan /kesukaran dalam pernafasan, menelan dan berbicara ?

Apakah disertai nyeri ? dimana ?

3.2 Pemeriksaan Fisik

1. Sistem Motoris

MMt dari ekstremitas bawah, tubuh, ekstremitas atas, otot-otot wajah, otot-otot

ekstraokuler menurun.

Refleks tendon dalam : Achilles, patella, biceps, triceps menurun, tonus otot

menurun, atrofi otot positif.

2. Sistem sensoris

Eksteroseptif dan proprioseptif bias menurun

3. Sistem Autonom

Denyut jantung : Takikardi / Bradikardi ?

Irama jantung : normal / abnormal ?

Tekanan darah : hipertensi / hipotensi ?

Pemeriksaan penunjang :

Elektrodiagnostik (NCV dan EMG) :

F-Waves dan H-Reflex : memanjang / “No respose” ?

NCV motor dan sensoris : menurun ?

EMG : ada tanda-tanda denervasi otot ? (awas prognosa tidak baik)

4. Diagnosis

a. Penyakit

Diagnosis SGB ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan diperkuat dengan

pemeriksaan elektrodiagnostik (NCV dan EMG)

Gejala-gejala klinis yang Sangay menunjang diagnosis SGB hádala :

Gejala-gejala yang memberat dalam waktu beberapa hari s/d 4 minggu.

Gejala-gejala bilateral simetris, kelemahan otot-otot dengan tipe LMN

Gangguan sensorisnya minimal

Ada gangguan saraf kranialis terutama kelemahan otot-otot wajah bilateral simetris

Page 53: Pdt Rehab Medid uwkk

- 53 -

Gejala-gejala mulai membaik dalam waktu 2 – 4 minggu setelah perjalanan

penyakit berhenti

Adanya disfungsi autonomik

Pada awal penyakit tidak disertai febris

Pemeriksaan Liquor Serebrospinalis : protein meningkat, sel normal

Edx : pemanjangan F waves dan H reflex

Perlambatan NCV

b. Fungsional :

Impairment, Disability, dan Handicap semua dapat terjadi tergantung berat

ringannya penyakit

5. Prognosis

a. Penyakit : umumnya cukup baik

b. Harapan hidup

Umumnya cukup besar, kecuali gauss berat yang menyangkut gangguan pernapasan

yang memerlukan pertolongan dengan alat respirator (10 – 30%)

Dari angka ini 5 – 10% akan tetap disable

3 – 8% akan meninggal

c. Fungsional

Sebagian besar umumnya Sangat baik prognosanya (komplit) hanya 5 – 10% penderita

yang perbaikannya tidak komplit

6. Prinsip pengelolaan

Pada waktu penderita dalam keadaan „bedridden‟ perhatian harus ditujukan terhadap

kemungkinan terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi serius akibat imobilisasi

lama, terutama : Ulkus dekubitus, DVT (Deep Venous Trombosis)

Pencegahan kontraktur sendi : latihan ROM pasti / aktif, mengatur posisi yang benar dan

bila perla di pasang splint

Bila sudah mulai ada perbaikan kekuatan otot, maka latihan ROM aktif bisa ditingkatkan

dengan selalu menghindari kelelahan. Bila otot sudah bisa melawan gravitasi program

latihan penguatan semakin diintensifkan

Latihan berdiri tegak, kalau perla dimulai dengan latihan dengan menggunakan Tilt

Table

Latihan ambulasi : dimulai dengan latihan berdiri → latihan berdiri dalam pararel bars

→ latihan berjalan di luar pararel bars dengan bantuan alat-alat bantu jalan (kruk,

tongkat, welter, dan sebagainya)

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

Page 54: Pdt Rehab Medid uwkk

- 54 -

PARKINSON

1. Definisi

Penyakit Parkinson hádala penyakit yang secara patologis di tandai oleh adanya degenerasi

ganglio basalis terutama di substansia nigra pars compacta yang disertai adanya inklusi

sitoplasmik eosinofilik (lewy bodies)

Parkinsonism merupakan sindroma yang ditandai oleh tremor waktu istirahat, rigiditas,

bradikinesia dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar dopamine akibat berbagai

macam sebab.

2. Gambaran Klinik

2.1 Gejala Umum

Gejala mulai pada satu sisi (hemiparkinsonism)

Page 55: Pdt Rehab Medid uwkk

- 55 -

Tidak di dapatkan gejala patologis lain

Tidak dijumpai kelainan laboratorium & radiologi

Perkembangan lambat

Respon terhadap levodopa cepat & dramatis

Gangguan refleks postural tak dijumpai pada awal penyakit

2.2 Gejala Khusus

Gejala motorik pada penyakit Parkinson

- Tremor

- Rigiditas

- Akinesia / bradikinesia

- Hilangnya refleks postural

Perjalanan penyakit diukur sesuai dengan pertahapan menurut Hoehn & Yahr

Komplikasi penyakit

- Hipokinesia

- Gangguan fungsi luhur

- Gangguan postural

- Gangguan mental

- Gangguan vegetatif

- Gangguan akibat efek camping obat

3. Pemeriksaan IKFR

3.1 Anamnesis

Keluhan utama

Riwayat penyakit Semarang

3.2 Pemeriksaan fisik :

Keadaan umum

Ekspresi wajah

Bicara

Drooling, swallowing

Posture

Pola jalan

3.3 Pemeriksaan fungsional dengan Unified Parkinson Disease Rating Scale (UPDRS)

4. Diagnosis

4.1 Diagnosis penyakit dideskripsikan berdasarkan kriteria Hughes

Posible

Probable

Definite

4.2 Diagnosis fungsional berdasarkan impairment, disability dan handicap

5. Prognosis

Prognosis penyakit : kronik, progresif

Prognosis harapan hidup tergantung komplikasi (infeksi saluran kemih, dekubitus,

aspirasi, pneumoni, sepsis)

Prognosis fungsionam tergantung progresivitas penyakit

Page 56: Pdt Rehab Medid uwkk

- 56 -

6. Prinsip pengelolaan

6.1 Medikamentosa

6.2 Rehabilitasi Medis

Tujuan program rehabilitasi

Meningkatkan kualitas hidup

Mempertahankan kemampuan yang ada selama mungkin

Mencegah komplikasi dan mengatasi bila ada

Program rehabilitasi

Konseling dan edukasi

Terapi latihan

Meningkatkan kemampuan fungís paru

Memperbaiki kemampuan fungís paru

Memperbaiki kemampuan fungís menelan

Memperbaiki kemampuan dan bicara

Memperbaiki stabilitas jalan

Memperbaiki kemampuan aktifitas sehari-hari

Meningkatkan endurance dan kebugaran

Memperbaiki control fungís eliminasi

Psikoterapi

6.3 Nutrisi

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

CEDERA MEDULLA SPINALIS

1. Definisi

Cedera Medulla Spinalis adalah kerusakan pada medulla spinalis yang dapat bersifat parcial

(incomplit) atau komplit, disertai atau tanpa disertai adanya fraktur tulang belakang, yang

menyebabkan gangguan fungsi motorik , sensorik dan autonomik di bawah level cedera yang

disebabkan oleh trauma. Cedera medulla spinalis traumatis terjadi antara lain karena

kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, kecelakaan olah raga atau akibat kekerasan

(tertembak, tertusuk benda tajam).

Page 57: Pdt Rehab Medid uwkk

- 57 -

2. Gambaran Klinis

Paraplegia/tetraplegia

Gangguan sensoris dibawah lesi

Gangguan autonomik

Gangguan fungsi seksual

Sindroma klinis :

- Central cord syndrome

- Brown sequard syndrome

- Anterior cord syndrome

- Conus modullaris syndrome

- Cauda equina syndrome

3. Pemeriksaan IKFR

3.1 Anamnesis

Makanisme cedera

Kapan terjadinya

Cara transportasi ke rumah sakit

Dimana dan apa yang telah dilakukan pada pertolongan pertama

Kondisi fisik sebelum cedera

3.2 Pemeriksaan fisik

Umum

Muskuloskeletal : - level skeletal (pada tulang belakang)

- Cedera skeletal lain

Neurologis : - Level neurologis

- Klasifikasi AIS (ASIA Impairment Scale)

3.3 Pemeriksaan penunjang

Laboratorium darah dan urin

Radiologi : Foto Roentgen, CT Scan, MRI bila diperlukan

Pemeriksaan Urodinamik

EMG, SSEP bila diperlukan

3.4 Pemeriksaan Fungsional

FIM (Functional Independence Measure)

4. Diagnosis

Tetraplegia / paraplegia

Komplit / Inkomplit

Level neurologis

Klasifikasi A/S

Etiologi (level cedera skeletal)

Masalah gangguan fungsi

Impairment, Disability and hebdicap sesuai dengan level cedera

5. Prognosis

5.1 Prognosis penyakit : static

5.2 Prognosis harapan hidup

Tetraplegia lebih buruk dari pada paraplegia

Tetraplegia dengan cedera komplit lebih buruk dari pada dengan cedera inkomplit

Pernah mendapat program rehabilitasi lebih baik dari pada yang tidak pernah

Page 58: Pdt Rehab Medid uwkk

- 58 -

Harapan hidup penderita Cedera Medulla Spinalis lebih pendek dari pada orang

normal. Penyebab kematian karena komplikasi (cardiovaskuler, pulmoner, renal)

5.3 Prognosis Fungsional

Tergantung level neurologis dan klasifikasi beratnya cedera (A/S)

6. Prinsip pengelolaan

6.1 Penatalaksanaan pada fase akut

Lebih diutamakan penatalaksanaan medis dan bedah

Tujuan rehabilitasi :

Mencegah atau meminimalkan defisit neurologis

Mencegah komplikasi tirah baring

Program rehabilitasi

Cegah kegagalan respirasi yang disebabkan oleh retensi sekresi bronchial

Pertahankan integritas kulit

Cegah komplikasi cardiovaskuler

Cegah distensi bladder, infeksi traktus urinarius

6.2 Penatalaksanaan pada fase pemulihan

Penatalaksanaan rehabilitasi lebih aktif setelah masa akut lewat dan masalah medis dan

atau bedah teratasi

Tujuan rehabilitasi :

Mengatasi masalah yang timbul akibat cedera

Memaksimalkan fungsi yang ada untuk kemandirian

Memberikan kualitas hidup yang lebih baik

Mencegah komplikasi sekunder

Program rehabilitasi

Untuk paraplegia lama proses rehabilitasi umumnya sekitar 3 – 4 bulan untuk tetraplegia

4 – 6 bulan

Immobilisasi dan stabilisasi

Spinal orthosis bila perlu, sesuai level skeletal

Functionl Resting Splint untuk tangan tetraplegia

Terapi latihan persiapan untuk mobilisasi

Jalan dengan atau tanpa orthosis, dengan atau tanpa alat bantu

Kursi roda

Jenis kursi roda diresepkan sesuai level neurologis dan level kemandirian serta

aktivitas penderita.

Terapi latihan persiapan untuk aktivitas sehari-hari

Self care

Leisure, hobby, olahraga

Pre vokasional

Splint khusus untuk meningkatkan fungsi tangan

Bowel Retraining

Bladder Retraining

Cegah komplikasi dan atasi bila ada masalah

Pulmoner

Cardiovaskuler

Gastrointestinal

Traktus Urinarius

Integritas Kulit

Page 59: Pdt Rehab Medid uwkk

- 59 -

Heterotropic ossificans

Spastisitas

Nyeri

Osteoporosis

Autonomic dysreflexia

Psikososial

Sexual dan family planning

6.3 Penatalaksaan pada fase lanjut

Tujuan Rehabilitasi

Resosialisasi

Meningkatkan kualitas hidup

Mempertahankan kemampuan fungsional selama mungkin

Program Rehabilitasi

Persiapan resosialisasi

Rujukan untuk vocational training

Konseling keluarga

Home program

6.4 Follow up

Evaluasi berkala setelah penderita selesai dengan penatalaksanaan rehabilitasi dilakukan

setiap bulan selma 3 bulan pertama, setiap tiga bulan pada tahun pertama dan untuk

selanjutnya disarankan untuk kontrol setiap tahun sekali.

Pada saat kontrol dilakukan evaluasi :

Anamnesis : masalah yang timbul

Medis

Laboratorium rutin

Radiologi : USG, BNO-IVP, Thorax bila perlu

Psikososial

Fungsional

Penanganan Rehabilitasi

Mengatasi masalah / komplikasi bila ada

Melakukan rujukan bila perlu

Edukasi dan home program

6.5 Sistem rujukan

Rujukan spesialis lain bila diperlukan

Rujukan Rumah Sakit setempatuntuk observasi masalah medis tertentu bagi

penderita yang bertempat tinggal jauh.

Pelatihan vokasional

Panti Sosial Bina Daksa

6.6 Pencegahan komplikasi lanjut

Medikamentosa

Program latihan

Edukasi bagi penderita, keluarga atau ceregiver

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Page 60: Pdt Rehab Medid uwkk

- 60 -

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

STROKE

1. Definisi

Kumpulan gejala kelainan neurologis fokal yang timbul mendadak akibat gangguan peredaran

darah di otak, yang merupakan akibat berbagai penyakit atau keadaan lain yang juga

merupakan faktor resiko dan dapat disertai atau tidak disertai dengan gangguan kesadaran,

manifestasi klinis tergantung lokasi lesi neuronatomis sentral yang terkena.

2. Klasifikasi

2.1 Berdasar lokasi lesi neuroanatomis

Page 61: Pdt Rehab Medid uwkk

- 61 -

Kortikal

Subkortikal

Batang otak

2.2 Berdasar letak gangguan sirkulasi di otak (Bamford Clinical Classification of Stroke)

Sirkulasi anterior total

Sirkulasi anterior parsial

Sirkulasi posterior

Sirkulasi lakunar

Sisi dekstra atau sinistra atau bilateral

2.3 Berdasar sifat gangguan aliran darah

Non hemoragik

- TIA

- RIND

- Trombosis

- Emboli

Hemoragik

- Perdarahan intracerebri

- Perdarahan subarachnoid

2.4 Berdasar waktu terjadinya.

Stroke in progression

Completed stroke

Stroke pertama

Stroke berulang

2.5 Berdasar ada tidaknya penyakit penyerta / faktor resiko

2.6 Berdasar ada tidaknya komplikasi / faktor penyulit

3. Gambaran Klinis

Hemiplegi / parese / satu sis atau bilateral

Hemihipesthesi, spastisitas

Disarthria, disphagia

Gangguan akibat lesi, saraf kranial

Aphasia dan gangguan / disfungsi cerebral luhur / kognisi lainnya

Gangguan fungsi berkemih seperti unhibited neurogenic bladder dan lain-lain

Tergantung lokasi lesi dengan derajat yang berbeda.

4. Pemeriksaan IKFR

4.1 Anamnesa

Faktor-faktor resiko stroke

Gejala / tanda kelainan neurologis

Komplikasi / faktor penyulit

Diagnosis / catatan medis dan diagnosis deferensial dokter pengirim (bilaman ada)

4.2 Pemeriksaan fisik, dengan memperhatikan

Gejala-gejala / sindroma-sindroma beruap defisit neurologis baik bentuk fisik,

psikis maupun perilaku termasuk kortikol luhur (behaviour neurology)

Komplikasi yang timbul akibat kejadian stroke maupun efek tirah baring lama

Pemeriksaan fisik meliputi :

- Pemeriksaan general (status umum) termasuk tanda – tanda vital,

kardiovaskular dan respirasi

Page 62: Pdt Rehab Medid uwkk

- 62 -

- Pemeriksaan khusus :

o Pemeriksaan kesadaran : Glasglow Coma Scale

o Fungsi cerebral luhur dengan test mini mental

- Penilaian gerak / mobilitas (volunter dan involunter), koordinasi

keseimbangan dan analisa pola jalan.

o Penilaian sensasi / persepsi, visuospasial

o Penilaian mengunyah dan menelan

o Penilaian fungsi komunikasi

o Penilaian fungsi berkemih dan defekasi

4.3 Pemeriksaan penunjang

Index Bartel dengan modifikasi (Kisworowati)

Laboratorium darah dan urin

EKG

CT Scan

Sesuai kebutuhan / indikasi dan penyakit – penyakit dasarnya, bila perlu dan

fasilitas memungkinkan neurosongrafi, MRI

5. Diagnosis

Diagnosis medis

Diagnosis fungsiobal menurut WHO 1980 berdasarkan Klasifikasi International

Classification of Impairment, Disabilities and Handicaps (IC, DH) yang meliputi

patologi, impairment dan disabilitas dan handicaps dengan memperhatikan faktor resiko,

usia, penyakit penyerta dan komplikasi.

6. Prognosis

6.1 Prognosis penyakit : stroke berulang

6.2 Prognosis harapan hidup, tergantung :

Faktor resiko

Usia saat terkena

Penyakit penyerta

Komplikasi

6.3 Prognosis fungsional

Luas dan lokasi lesi neuroanatomis

Sifat, berat, ringannya gangguan peredaran darah / aliran darah otak

Proses pemulihan neuronal (plastisitas sentral)

Ada tidaknya penyakit dasar / penyerta

Komplikasi

Saran, Sumber Daya Manusia (SDM) pelayanan rehabilitasi

Yang kesemuanya akan mempengaruhi prognosis penyakit, harapan hidup dan

fungsional

7. Prinsip pengelolaan

Tujuan / goal yang diharapkan

Mandiri total, dapat bekerja kembali seperti semula

Mandiri untuk AKS, bekerja dengan supervisi atau pinda pekerjaan atau bekerja paruh

waktu

Mandiri untuk AKS, tidak bekerja

Mandiri untuk AKS, dengan pengawasan

Page 63: Pdt Rehab Medid uwkk

- 63 -

Mandiri hanya pada perawatan diri tapi tergantung atau dibantu pada AKS yang lain

Tergantung sebagian (dibantu sebagian)

Tergantung total (dibantu seluruhnya)

7.1 Penatalaksanaan fase akut

Kondisi medis terutama neurologis dan hemodinamis belum stabil lebih diutamakan

penatalaksanaan perawatan rehabilitasi medik (nursing rehabilitation care)

Tujuan rehabilitasi fase akut

Mencegah atau meminimalkan defisit neurologis

Mencegah komplikasi tirah baring

Program rehabilitasi fase akut

Pengetahuan-pengetahuan tentang posisi untuk mencegah dekubitus dan kontraktur

Mempertahankan integritas kulit

Stimulasi multi sensoris yang lebih banyak bersifat pasif

Cegah komplikasi kardio-vaskular

Evaluasi fungsi menelan dan nutrisi

Evaluasi fungsi berkemih dan defekasi

7.2 Penatalaksanaan fase pemulihan

Kondisi medis terutama neurologis dan hemodinamis sudah stabil

Tujuan rehabilitasi

Mengembalikan fungsi terutama AKS semaksimal mungkin dengan peningkatan

program yang bersifat lebih aktif

Mencegah komplikasi sekunder

Program rehabilitasi fase pemulihan

Semua pada 7.1 ditambah dengan

Terapi bersifat stimulasi-fasilitasi-inhibisi sesuai fase pemulihan neurologis

Evaluasi fungsi serebral luhur (kognisi)

Evaluasi fungsi komunikasi

Evaluasi AKS, vokasioanal termasuk penggunaan alat bantu

Pelatihan / stimulasi fungsi menelan, berkemih dan defekasi

Cegah komplikasi

7.3 Penatalaksanaan Fase lanjut

Merupakan tahap persiapan pulang

Tujuan rehabilitasi fase lanjut

- Resosialisasi kembali ke masyarakat

- Mempertahankan kemampuan fungsioanl selama mungkin

- Cegah stroke berulang

Program rehabilitasi

- Evaluasi situasi rumah, lingkungan dan pekerjaan (vokasional)

- Konseling keluarga

- Home program

Catatan : pada tiap fase mediakmentosa yang digunakan di catat dan dievaluasi

Page 64: Pdt Rehab Medid uwkk

- 64 -

7.4 Follow up / tidak lanjut

Tiap bulan selama tiga bulan pertama, setiap tiga bulan selama setahun pada tahun

pertama dan untuk selanjutnya disarankan kontrol setiap enam bulan

Pada saat follow up dilakukan evaluasi :

Anamnesis masalah yang timbul

Evaluasi medis dan neurologis

Laboratorium rutin

Laboratorium profil lemak darah, hemostasis, gula darah, urin, EKG,

neruosonografi, foto X-ray, CT Scan, MRI (bila perlu dan fasilitas ada)

Psikososial

Fungsional

Evaluasi penanganan rehabilitasi

Mengatasi masalah / komplikasi

Melakukan rujukan bila perlu

Edukasi dan home program

7.5 Sistem rujukan

Rujukan spesialis lain bila perlu seperti dokter saraf, dokter bedah saraf, dokter

jantung / penyakit dalam, endokrinologi, ortopedi dan lain-lain

Rujukan pada institusi / rumah sakit yang lebih lengkap

7.6 Pencegahan komplikasi

Dengan edukasi bagi pasien dan pelaku rawat

Mengendalikan faktor resiko

Supervisi program yang diberikan

Kontrol / evaluasi berkala dan bilamana perlu dilakukan rujukan

Komplikasi / faktor penyulit :

Faktor resiko yang memang sudah ada, subluksasi sendi bahu, gangguan menelan,

komplikasi tirah baring lama, gangguan kognisi luhur (higher cerebral dysfunction)

termasuk komunikasi dan lain-lainnya

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

DISTROPHIA MUSCULORUM PROGRESIFA (D-M-P)

1. Definisi

Kelainan distrofi otot yang bersifat progresif disebabkan abnormalitas ada beberpa tipe D.M.P

yaitu :

Duchenne Muscular Dystrophy (DMD) : pada laki-laki, diturunkan secara X-finked,

abnormalitas pada gen Xp.21. Onset penyakit sekitar usia 3 – 6 tahun biasa meninggal

pada dekade kedua.

Page 65: Pdt Rehab Medid uwkk

- 65 -

Becker Muscular Dystrophy (BMD) : kelainan ini sama seperti DMD, hanya onset

penyakit lebih belakang dan perjalanan penyakit lebih ringan.

Severe Childhood Autosomal Recessive Muscular Dystrophy (SCARMD). Prevalensi

pada anak laki-laki sama dengan perempuan, onset sekitar usia 3 – 12 tahun, distribusi

kelemahan sama dengan DMD, tetapi kurang progresif.

Congenital Muscular Dystrophy (DMD) : ditandai hipotoni saat lahir, mengenai otot

ekstremitas dan wajah. Progresif lambat, sering terjadi kontraktur. Fukuyuma CMD

dihubungkan juga dengan retardasi mental, abnormalitas pada gen 9q 31 – 33.

Facioscapulohumeral Muscular Dystrophy (FMD) : Distrofi otot terutama wajah dan

gelang bahu, diturunkan secara autosom, dominant pada gen 4q 35.

Emery Dreifus Muscular Dystrophy (EMD) Distrofi otot terutama pada otot bicep dan

betis. Diturunkan secara X-linked resesif.

Limb-Girdle Dystrophy (LGD) : predominan kelemahan pada bagian proksimal otot

gelang panggul dari pada gelang abhu. Diturunkan secara autonom resesif, prevalensi

pada anak laki-laki sama dengan perempuan.

2. Gambaran Klinis

Biasa kelemahan otot baru diketahui saat anak sudah berjalan sekitar usia 3 – 6 tahun

pada DMD dan belakang pada BMD, kecuali pada CMD yang terlihat hipotoni saat lahir.

Gejala berupa sering jatuh, kesulitan menaiki tangga dan “toe walking”. Umumnya

mengeluh nyeri dan terlihat pembesaran otot terutama bagian betis. Kelemhan paling

dahulu terlihat adalahfleksor leher pada usia prasekolah. Kelemahan bersifat umum

tetapi predominal bagian progsimal lebih dahulu. Gelang panggul mendahului gelang

bahu beberapa tahun sebelumnya. Dorsifleksor kaki lebih lemah dari plantar fleksor,

abduktor lebih lemah dari adductor, ekstensor lebih lemah dari fleksor.

Kelemahan berlanjut sampai anak tidak dapat berjalan mandiri dan memerlukan kursi

roda sekitar usia 7 – 13 tahun pada IMD. Bila sampai usia di atas 16 tahun masih

ambulasi bukan termasuk kriteria DMD tetapi BMD.

50% DMD menderita scoliosis pada usia 12 – 15 tahun. Kelainan otot dijumpai juga

pada mycardium.

3. Pemeriksaan IKFR

3.1 Anamnesis

Orang tua sering cerita riwayat keterlambatan motorik dan hipotoni dari anaknya.

Biasanya orang tua baru menyadari adanya kelainan saat anak sudah bisa berjalan.

Adanya kesulitan menaiki tangga, sering jatuh saat berjalan, toe walking.

Kelemahan otot-otot bertambah buruk dengan bertambahnya usia.

Kelainan dijumpai pada anak laki-laki (DMD, BMD, EMD)

Perlu ditelusuri saudara laki-laki dari jalur keturunan pihak ibu untuk mencari

carrier X-linked (DMD, BMD, EMD)

Sedang pada CARMD, dan LGD yang bersifat autosom resesif kelainan bisa,

terjadi pada anak laki-laki maupun perempuan, perlu ditelusuri saudara-saudara

dan keluarga besar penderita (extended family)

3.2 Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Pola jalan : Toe Walking ”Trendelenburg / Gluteus Medius Gait”

Page 66: Pdt Rehab Medid uwkk

- 66 -

Gower‟s sidn : kesulitan bangkit dari lantai (bertumpu pada lutut dan tangan, lutut

ekstensi sementara lengan ke depan selanjutnya lengan mampu pada paha

sementara bangkit ke posisi tegak sehingga, tercapai ekstensi hip maksimal)

Posterior tubuh : pada posisi abduksi sendi bahu 90º dan siku fleksi 90º terlihat

“linier” atau “oval depresi” pada lipat posterior axilla karena hipertrofi M.

Infrespinatus inferomedial

Hipertrofi otot betis

Hipertrofi lidah (macroglosia)

Pada FSH : wajah tanpa ekspresi karena kelemahan otot-otot orbicularis oculi,

zygomaticus, orbicularis oris. Kesulitan menutup, mata tapi bukan ptosis. Scapular

winging

Hipertordosis lumbal, scoliosis

Nadi ; aritmia, pernapasan : dangkal (restriktif)

Jantung : bunyi jantung tidak normal

Manual Muscle Test :

- Otot ekstensor lebih aman dari fleksor

- Otot evertor lebih aman dari invertor

- Otot abductor lebih aman dari edductor

Lingkup gerak sendi (ukur dengan goniometri) sebab sering terjadio kontradur fleksi

ekstrimitas inferior pada DMED yang memakai kursi roda sepanjang hari.

3.3 Pemeriksaan penunjang

Laboratorium : serum creatin kinase pada fase awal DMD & BMD, dapat 50 – 100 X

normal, pada CMD, creatin kinase dapat normal atau sedikit jenis lain moderate.

Elektrodiagnostik : EMG dan konduksi saraf

Biopsi otot.

4. Diagnosis

Impairment otot lurik, otot jantung, sendi, paru-paru

Disability Muskuloskeletal, kardiorespirasi

Handicap Ambulasi, mobilsasi, psikososial

5. Prognosis

5.1 Prognosis penyakit : progresif

5.2 Prognosis harapan hidup : tidak berpengaruh, keciali pada DMD meninggal sekitar

dekade 2

5.3 Prognosis fungsional : Tahap-tahap fungsional DMD

Berjalan dan naik tangga tanpa bantuan

Berjalan dan naik tangga dengan bantuan “railling”

Berjalan dan naik tangga perlahan dengan bantuan”raifing” (8 langkah pada waktu

> dari 25 detik)

Berjalan tanpa bantuan dan bangkit dari kursi tetapi tidak dapat naik tangga

Berjalan tanpa bantuan tapi tidak dapat bangkit dari kursi maupun naik tangga

Berjalan dengan bantuan atau tanpa bantuan tetapi pakai long leg brace

Berjalan dengan long leg brace tetapi perlu bantuan untuk keseimbangan

Berdiri dengan long leg brace, tidak dapat berjalan walau dengan bantuan

Hanya duduk di kursi roda di tempat tidur.

6. Prinsip Pengelolaan

Page 67: Pdt Rehab Medid uwkk

- 67 -

6.1 Penatalaksanaan

Tujuan : pencegahan dan mempertahankan / memperbaiki fungsi ketidakmampuan yang

sudah terjadi

Program latihan perlu terstruktur baik dengan tujuan akhir memperpanjang kualitas hidup

yang mandiri dan ambulasi.

Latihan lingkup gerak sendi dan peregangan otot terutama M. Tensor fascia lata, M.

Lliopsoas

M. Hamstring, Tendon Achilles, otot-otot fleksor lengan dan tangan, memelihara

postur

Kesegarisan tubuh saat berdiri maupun duduk

Latihan penguatan otot dengan beban submaksimal. Berenang emrupakan latihan

yang bagus untuk kondisi umum, lingkup gerak sendi dan pernapasan

Memelihara fungsi motorik ekstremitas superior dan aktifitas menolong diri sendiri

A.F.O atau KAFO berbahan ringan

Crutch, walker, kursi roda sesuai fungsional motorik individu

Sling untuk bahu, forearm ortosis

Modifikasi alat-alat di dalam rumah untuk mempermudah ambulasi dan mobilisasi

Psikosupportif : konseling untuk pasien dan keluarga

6.2 Tindak lanjut :

Kesehatan umum : paru-paru, jantung

Monitor teratur lingkup gerak sendi baik oleh fisioterapis maupun okupasi terapis.

Monitor kemampuan fungsional pasien

6.3 Sistem rujukan

Kardiologi

Pulmonolog

Ortopedic

6.4 Pencegahan komplikasi sekunder

Medis : ditujukan untuk komplikasi kardiopulmoner

Latihan pernapasan rutin untuk mencegah komplikasi kardiopulmonar

Latihan lingkup gerak sendi, peregangan dan postur untuk pencegahan kontraktur

sendi

Semua latihan diedukasikan kepada pasien dan keluarga

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

CONGENITAL TALIPES EQUINO VARUS

1. Definisi

CTEV adalah kelainan bawaan bentuk kaki dengan posisi :

Kaki bagian depan : adduktus – inversi

Kaki bagian belakang : equino – varus

Page 68: Pdt Rehab Medid uwkk

- 68 -

2. Gambaran Klinis

Kelainan pada kaki bisa unilateral atau bilateral. Untuk melihat kedudukan tulang dapat

dilakukan pemeriksaan rontgen (Ro) :

Menurut Turco : sudut talocalcaneal < 35º

Kaput os talus datar

Menurut Kite : sudut talocalcaneal < 20º

Sedangkan sudut talo metatrsal pararel

3. Pemeriksaan IKFR

3.1 Anamnesis

Anak keberapa

Masa kehamilan : obat – obatan, trauma, penyakit

Riwayat kelahiran : prematur, atrem, kedudukan kepala sungsang

Adakah faktor keturunan baik dari pihak ayah atau ibu

3.2 Pemeriksaan fisik

Sesuai dengan orthopaedic check list :

Mulai dari kepala sampai dengan kaki berturut-turut : leher, ekstremitas atas,

punggung, ekstremitas bawah

Kemudian khusus pada kelainan kaki : rekonstruksi letak janin posisi kaki (rectal

position)

Rigiditas dengan melihat skin creases, kontraktur otot terkait

4. Diagnosis

4.1 Pemeriksaan fisik

Kaki bagian depan : adduktus-inversi

Kaki bagian belakang : equino-varus

4.2 Diagnosis penyakit primer yang sering dengan CTEV :

Arthrogryposis

Myelomeningocele

Diastrophic dwarfism

Streeter’s dysplasia (anomali tangan)

Construction band

Cerebral palsy

5. Prognosis

Qua ad vitam baik

Qua ad sanationam dubia ad bonam

Qua ad fungsionam dubia ad bonam

Tergantung kapan masalahnya mendapatkan tindakan terapi

Kelainan pada tulangnya terpengaruh oleh faktor jaringan lunak, perlu follow up yang

teratur berkala dan lama sampai selesai tumbuh

Pasien dapat ambulasi jalan walaupun terdapat kelainan bentuk.

6. Prinsip pengelolaan

ASAP (as soon as possible)

Page 69: Pdt Rehab Medid uwkk

- 69 -

Tindakan dini mulai dengan Stretching dan serial plaster, diganti tiap 1 – 2 minggu

dengan mengingat perkembangan anak dan keadaan setempat

Harus dapat dicapai pada usia 3 bulan

Tindakan pembedahan bila belum terkoreksi

1. Posteromedial soft tissue release

2. Bony wedge osteotomy menurut Evans sesudah usia 4 tahun

3. Triple arthrodosis pada usia 10 – 12 tahun merupakan koreksi final

Tindak lanjut sampai selesai tumbuh

Komplikasi avaskuler nekrosis os navikular (Kohler)

Perlu stretching dan ortosis / bracing untuk mempertahankan kedudukan :

- Dennis Brown Splint

- Moulded shoes (outlai shoes, reverse Thomas heel)

Diperhatikan hasil koreksi bentuk kaki :

Bean shape

Over correction (plano valgus)

Lingkup gerak : sendi tolakrural

Keluhan nyeri pada waktu jalan

Mengenai fungsi diperhatikan :

Gejala pada waktu kegiatan sehari-hari

Lingkup gerak sempuna :

Bentuk relatif normal

Asimptomatik

Aktivitas sehari-hari baik

ROM : ankle 25º - 0º - 25º

Substalar : 15º

Cukup :

Bentuk koreksi sebagian

Betis kekuatan menurun tapi tidak menggaunggu kegiatan fungsional

ROM : ankle 0º - 10º / 20º

Perlu koreksi bedah lebih dari 1 kali

Buruk :

Bentuk tidak terkoreksi

Betis kekuatan menurun, nyeri pada kegiatan sehari-hari

ROM : ankle : kurang plantar flexion

ROM : ankle : kurang plantar flexion

Substalar : 5º - 0º

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Page 70: Pdt Rehab Medid uwkk

- 70 -

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

PARALISIS SEREBRAL

1. Definisi

Page 71: Pdt Rehab Medid uwkk

- 71 -

Kelumpuhan otak karena adanya lesi nonprogresif pada otak yang belum matur,

mengakibatkan kumpulan gejala klinis yang heterogen, dengan karakteristik gangguan tonus

otot, refleks tendon, refleks primitif dan reaksi postural yang menghasilkan pola gerakan

abnormal.

2. Gambaran Klinis

Panampilan motorik abnormal

1. Spastik (piramidal) : monoplegia, diplgia, triplegia, kuadriplegia, hemiplegia

2. Diskinetik (ekstrapiramidal) : etetosis, korea, koreoatetosis, distonia, ataksia

3. Campuran : spastik-diskinetik

Perkembangan anak terlambat

Kelainan lain yang selalu tidak menyertai : gangguan visual, pendengaran, bicara,

mental retardasi

3. Pemeriksaan IKFR

Anamnesis : keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,

riwayat prenatal, riwayat perinatal, riwayat perkembangan motorik-kasar-halus-

komunikasi/wicara-personal sosial, riwayat psikososial, riwayat pendidikan, riwayat

keluarga

Pemeriksaan fisik : keadaan umum, komunikasi/wicara, drooling, swalowing, chewing,

nervi kranialis lainnya, posisi kepala terhadap leher dan tubuh

Thoraks, jantung, paru, abdomen, genitalia, tulang belakang, ekstremitas, LGS, MMT,

refleks fisiologi, refleks primitif, tonus postural, reaksi tegak, keseimbangan, koordinsi,

pola gerakan volunter/involunter

Pemeiksaan funfsional : tonggak perkembangan

4. Diagnosis

Diagnosis penyakit dideskripsikan topografi, tipe dan etiologinya. Misal : paralisis

serebral spastik diplegia prenatal

Diagnosis fungsional dideskripsikan impairmen, disabilitas dan handikapnya

Diagnosis usia perkembangan motorik kasar, halus, komunikasi/wicara, refleks, emosi,

kognitif

5. Prognosis

Prognosis penyakit : statik

Prognosis harapan hidup : ad bonam

Prognosis fungionam tergantung tipe tampilan motorik, perkembangan refleks, dan

kemampuan kognitif

6. Prinsip pengelolaan

Anak palsi serebral akan menjadi dewasa palsi serebral

Prioritas kemampuan yang harus dicapai berturut-turut : kepercayaan diri positif,

komunikasi, AKS, kalau mungkin jalan (mobilisasi dependent atau independent)

Tindakan : posisi yang benar (inhibisi tampilan motorik abnormal), fasilitas dans

timulasi. Pengelolaan komunikasi, feeding, psikososial, alat bantu, obat, edukasional,

vokasional

Rujukan ke interdisipliner lain sesuai kebutuhan

WEWENANG

Page 72: Pdt Rehab Medid uwkk

- 72 -

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

REPAIR TENDON FLEXOR

1. Definisi

Page 73: Pdt Rehab Medid uwkk

- 73 -

Adalah suatu repair primer atau sekunder dari suatu ruptur atau laserasi dari tendon flexor

digital pada zone I sampai dengan V

2. Gambaran Klinis

Untuk mendapatkan ”gliding” aktif tendon flexor secara maksimal untuk mencapai lingkup

gerak sendi jari tangan yang maksimal agar di dapat fungsi tangan yang optimal.

Secara spesifik tujuan Rehabilitasi untuk :

Cegah kontaktur flexi, mengembalikan ROM sendi

Memacu penyembuhan tendon

Memungkinkan terjadinya ”giliding” tendon

Mengembalikan kepada tingkat fungsi tangan sebelumnya

3. Pemeriksaan IKFR

Anamnesa meliputi :

Penyebab terjadinya

Waktu kejadian dan waktu operasi

Pekerjaan dan hobby

Faktor penyulit yang lain seperti :

Kelainan sendi tangan / fraktur sisi yang sakit, cedera saraf, dll

Tangan dominan

Adanya faktor penyulit lainseperti DM, dll

Pemeriksaan fisik :

Keaadn luka operasi

Edema

Ada tidaknya tindakan lain yang menyertai repair tendon

Pemeriksaan fungsional

Kemampuan untuk melakukan flexi terminal. Standar pemeriksaan : goneometer jari, pinch

dynamometer dan grip dynamometer

4. Diagnosis

Pasca Repair Tendon Flexor

Masalah : perlunya fasilitas untuk terbentuknya ”tendon gliding”, tanpa gerakan / kontraksi

penuh dari otot yang bersangkutan.

5. Prognosis

Prognosis penyakit : statik

Prognosis harapan hidup : tidak berhubungan

Prognosis fungsional : umumnya baik, tercapai kemampuan fungsional

6. Prinsip pengelolaan

Penatalaksanaan

Hari I : Pasca Operasi sampai dengan minggu keempat (1 – 4)

Tujuan : penyembuhan luka : meminimalkan edema, mengurangi nyeri dan tercapainya

maksimal tendon gliding.

A. Splint.

Hari I pasca operasi dilakukan pemasangan dorsal splint ”dynamic flexor splint”, dengan

posisi wrist 20 – 30 derajat flexi, MP joint 70 derajat dan IP joint extensi penuh.

Page 74: Pdt Rehab Medid uwkk

- 74 -

B. Exercise :

Program latihan

Flexi pasif jari-jari tangan sampai penuh, posisi tersebut ditahan selama ± 5 detik

(5 hitungan), diikuti oleh relaxasi.

Dilanjutkan dengan ekstensi aktif jari-jari tangan, posisi tersebut di tahan selama 5

hitungan

Frekuensi latihan : 5 x / hari @ 20 – 30 kali gerakan

C. Kontrol edema : posisi elevasi tangan

Kontrol nyeri : medikamentosa NSAID

Perawatan luka : setiap hari, bila perlu : antibiotika, antiinflamasi, roborantia.

Tujuan : tercapainya tendon gliding maksimal, mencegah terjadinya scar tissue, tercapainya

ROM penuh semuam sendi-sendi tangan.

Splint dirubah, wrist flexi 0 derajat, MP joint 0 derajat, IP joint ekstensi penuh

Program latihan : lanjutkan program latihan hari I sampai dengan minggu ke 4

Akhir minggu ke 6 – minggu ke 8 :

Tujuan : mampu melakukan aktifitas tangan dalam hal flexi dan ekstensi aktif

a. Splint dilepas

b. Exercise : gerakan flexi dan ekstensi aktif saja. Belum ada gerakan / aktifitas tangan untuk

fungsi-fungsi ADL

Akhir minggu ke 8 – minggu ke 12 :

Tujuan : kembali ke arah aktifitas tangan semula

Exercise : latihan ke arah aktifitas tangan semula dengan cara simulasi secara bertahap.

Estela minggu ke 12 :

Kembali ke aktifitas tangan secara penuh

Tindak lanjut :

Sesi I (pasca operasi)

Pengelolaan luka :

Edema

Nyeri

Sensibilitas

Pemahaman dan kemampuan dalam melakukan program latihan

Sesi II ( minggu IV – VI )

Evaluasi AROM & PROM

Sesi ke III ( minggu ke VI – VII )

Evaluasi kekuatan otot (lakukan tanpa tahanan)

Sesi ke IV (minggu ke VIII – XII)

Evaluasi kemampuan melakukan fungsi tangan ringan, meningkat secara bertahap

Sesi ke V (minggu ke XII)

Evaluasi kemampuan untuk melakukan fungsi tangan secara menyeluruh seperti semula

Sistem rujukan :

Page 75: Pdt Rehab Medid uwkk

- 75 -

Bila dirasa perlu bila terjadi komplikasi kirim kembali kepada dokter operator.

Pencegahan komplikasi sekunder :

Lakukan edukasi yang tepat kepada pasien

Supervisi program latihan

Kontral / evaluasi secara teratur

Komplikasi pasca operasi :

Ruptur tendon

Minimal tendon gliding

Kontraktur flexi

Jaringan parut yang berlebihan

Nyeri

Edema

Infeksi

PPOK

1. Definisi

Page 76: Pdt Rehab Medid uwkk

- 76 -

PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai hambatan aliran udara di saluran napas yang

bersifat progresif nonreversible atau reversible parsial, PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan

emfisema atau gabungan keduanya.

Bronkitis kronik

Kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam

setahun, sekurangnya – kurangnya dua tahun berturut-turut, tidak disebabkan penyakit lainnya.

Emfisema

Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus

terminal, disertai kerusakan dinding elveoli

Etiologi : tidak jelas, faktor resiko :

Merokok (terpenting)

Polusi udara

Hiperaktiviti bronkus

Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang

Defisiensi antitripsin alfa-1 (jarang di Indonesia)

Patofisiologi

Bronkitis kronis :

Pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel goblet, gerakan silia abnormal, inflamasi,

hipertrofi otot polos saluran napas serta distorsi akibat fibrosis.

Emfisema :

Pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Secara

anatomik dibedakan 3 jenis emfisema :

E,fisema sentriasinar, dimulai dari bronkiolus repiratori dan meluas ke perifer, terutama

mengenai lobus atau paru, sering akibat kebiasaan merokok lama.

Emfisema panasinar (panlobuler), melibatkan seluruh alveoli secara merata dan

terbanyak pada lobus distal paru.

Emfisema asinar distal (paraseptal), lebih banyak mengenai saluran napas distal, duktus

dan sakus alveoler. Proses terlokalisis di septa atau dekat pleura, dapat membentuk bulla

pada daerah apeks dan berkibat pnumotoraks. Jarang mengakibatkan obstruksi jalan

napas.

Kriteria diagnosis :

Diagnosis PPOK ditegakkan berdasarkan :

a. Gambaran Klinik

1. Anamnesis :

Keluhan

Riwayat penyakit

Faktor resiko

2. Pemeriksaan fisik

b. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan rutin :

Faal paru (spirometri dan uji bronkodilator)

Darah rutin : Hb, Ht, leukosit

Foto toraks PA dan lateral

Page 77: Pdt Rehab Medid uwkk

- 77 -

2. Pemeriksaan khusus :

Faal paru : DLCO, Raw

Uji provokasi bronkus

Analisis gas darah

CT-Scan resolusi tinggi

Elektrokardiografi

Pemeriksaan bakteriologi sputum

Kadara alfa-1 antitripsin

Klasifikasi PPOK :

Klasifikasi Penyakit Gejala Spirometri

RINGAN Tidak ada gejala waktu istirahat

atau aktivitas

Tidak ada gejala waktu istirahat

tetapi waktu ringan bila aktivitas

sedang (jalan cepat, naik tangga)

VEP1 > 80% prediksi

VEP1 < 75%

KVP

SEDANG Tidak ada gejala waktu istirahat,

tetapi ada gejala bila aktivitas

ringan (misal : berpakaian)

Gejala ringan pada istirahat

VEP1 30-80% prediksi

VEP1 < 75%

KVP

BERAT Gejala sedang pada waktu istirahat

Gejala berat pada saat istirahat

Tanda-tanda korpulmonal

VEP1 < 30% prediksi

VEP1 < 75%

KVP

Terdapat ketidaksesuaian antara nilai VEP1 dengan gejala penderita oleh sebab itu perlu

diperhatikan kondisi lain. Gejala sesak napas mungkin tidak bisa diprediksi dengan VEP1 saja.

2. Gambaran Klinis

Blue Bloater : gambraan khas pada bronkitis kronik. Penderita tampak gemuk sianosis,

edema tungkai dengan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer.

Pink puffer : gambaran khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan

pernafasan pusedlip.

Pernapasan pusedlip spontan : bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi

memanjang, sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi

pada gagal napas kronik.

3. Pemeriksaan IKFR

Anamnesis

Sesak napas atau napas pendek (shotness of breath)

Batuk dengan atau tanpa dahak

Dahak sulit dikeluarkan / dibatukkan

Terbangun malam hari karena batuk atau banyak dahak atau sesak

Sulit tidur karena batuk atau sesak

Bila berjalan cepat letih atau sesak

Bila melakukan aktivitas cepat letih atau sesak

Aktifitas terganggu karena letih atau sesak

Bila naik tangga timbul sesak

Page 78: Pdt Rehab Medid uwkk

- 78 -

Pemeriksaan Fisik

Frekuensi pernapasan, skala Borg untuk sesak napas, frekuensi nadi 9reguler/irreguler),

tensi, tinggi badan, berat badan (hitung BMI), JVP

Retraksi suprsternal, interkostal dan kontraksi otot abdominal, ekspresi memanjang

Spasme otot-oto napas sekunder, upper trapezius dan toraks bagian atas.

Perubahan postur : kiposis, kiposkoliosis, barrel chest.

Pergerakan napas (simetris/asimetris), ekspansi toraks (atas, tengah dan bawah),

pernapasan paradoksal

Wheezing inspirasi/ekspirasi, ronki, dahak, gallop

Atrofi otot-otot ekstremitas, edema tungkai

Pemeriksaan Fungsional

Uji latih :

Uji jalan 6 menit (boleh sambil istirahat, dihitung total jarak)

Sepeda statik (incremental atau steadi state)

Treadmill (incremental atau steady state)

Dari uji latih ditentukan kemampuan fungsional : meter / watt / VO2max

Standar Pemeriksaan

1. Pemeriksaan faal paru

2. Skala Borg untuk sesak napas dan kelelahan otot tungkai bawah

3. Uji latih dengan / atau tanpa alat

4. Alat ukur kualitas hidup spesifik, misal : St George Respiratory Quisioner.

4. Diagnosis

Impairment :

Faktor local : penurunan fungsi paru akibat obstruksi jalan napas, kerusakan dinsing

alveoli dan penurunan fungsi pompa ventilasi.

Faktor sistemik : penurunan fungsi otot akibat kerusakan / atrofi dan gangguan

met5abolisme otot.

Disability

Sesak napas atau napas pendek

Penurunan kapasitas fisik yang berakibat penurunan kemampuan berjalan, naik tangga,

penurunan aktivitas kehidupan sehari-hari

Rasa cemas sampai depresi

Handicap

Gangguan pola tidur dan insomnia, penurunan rasa percaya diri, terganggunya aktivitas social,

meningkatnya hari mangkir kerja.

5. Prognosis

Prognosis penyakit : progresif lambat

Progresif harapan hidup : dipengaruhi oleh paparan dengan factor risiko (terutama merokok)

Prognosis fungsional dipengaruhi oleh paparan dengan factor risiko (terutama merokok)

Prognosis fungsional dipengaruhi oleh

Sering / tidaknya eksaserbasi akut

Kepatuhan pemakaian medikamentosa yang adekuat

Page 79: Pdt Rehab Medid uwkk

- 79 -

Keberhasilan penanganan rehabilitasi

Nutrisi yang adekuat

Prognosis fungsional tidak berhubungan langsung dengan berat / ringannya klasifikasi PPOK

6. Prinsip pengelolaan

Fase akut :

Tujuan :

Mengatasi sesak napas

Membantu ekspektorasi dahak bila perlu

Mencegah sindroma dekondisi

Penatalaksanaan (dirumah sakit)

Medikamentosa untuk mengatasi sesak : oksigen (bila perlu), bronkodilator, steroid,

mukolitik dan antibiotika (bila perlu) diberikan secara oral, parenteral atau inhalasi.

Edukasi untuk posisi mengurangi sesak (waktu berbaring, duduk, berdiri)

Relaksasi dengan imagery dan pernapasan pursedlip (dengan sugesti musik)

Latihan ankle pumping aktif / pasif

Latihan lingkup gerak sendi ke 4 ekstremitas

Postural drainage, vibrasi, assited coughing (bila perlu)

Mobilisasi dini bila sesak berkurang

Fase pemulihan

Tujuan : mencegah dan mengurangi frekuensi eksaserbasi, memperbaiki pola napas,

meningkatkan toleransi latihan, meningkatkan kemampuan AKS / aktivitas kerja.

Penatalaksanaan (dirumah sakit, rawat jalan, home program) :

Edukasi :

Program berhenti merokok

Penggunaan obat dan tujuan / manfaat latihan

Strategi pernapasan optimal

Tehnik konservasi energi dan penyederhanaan kerja :

- Posisi tubuh yang benar

- Penyesuaian aktivitas dengan pola napas

- Tehnik paced breathing

- Perencanaan dan prioritas aktivitas / kerja

- Pemakaian alat bantu

Program latihan :

Latihan relaksasi pernapasan (PLB dan inspirasi dalam sesuai toleransi) dan toleransi

jacobson

Terapi fisik dada :

Kelenturan otot leher, bahu dan mobilitas dinding dada serta koreksi postur (bila perlu)

Latihan pernapasan dalam dan torakal / diafragma, latihan pernapasan segmental

Postural drainage, vibrasi, huffing / coughing efektif (bila perlu)

Latihan kombinasi : active cycle breathing technique

Latihan rekondisi :

Rekondisi kardiorespirasi : jalan, sepeda static, treadmill

Page 80: Pdt Rehab Medid uwkk

- 80 -

Rekondisi grup otot ekstremitas atas dan bawah

Unsupported arm exercise training dengan atau tanpa beban

ILatihan penguatan otot Quadriceps

Latihan penguatan abdominal dengan half sit up

Rekondisi otot pernapasan dengan parasat Muller atau incentive spirometri

Pertimbangkan pemakaian oksigen selama latihan (bila perlu)

Fase lanjut

Tujuan :

Mencegah eksaserbasi akut

Mempertahankan kapasitas fungsi / latihan optimal

Mempertahankan kapasitas AKS / aktivitas kerja / psikososial dengan coping skill yang

optimal

Penatalaksanaan (rawat jalan, home program, latihan kelompok di masyarakat) :

Edukasi :

Pemakaian obat, kontrol faktor resiko, program latihan yang kontinyu terutama latihan

rekondisi.

Melanjutkan latihan pada fase pemulihan.

Untuk latihan rekondisi : meningkatkan intensitas, mempertahankan frekuensi dan durasi

latihan

Frekuensi : 3 – 5 x / minggu

Durasi : 30 menit, dalam bentuk latihan kontinyu atau interval

Intensitas ditentukan sesuai uji latihan berkala (2 – 3 bulan)

Mengikuti latihan kelompok senam asma

Tindak lanjut / Evaluasi

Spirometri : setiap bulan, bila stabil setiap 3 bulan, atau bila eksaserbasi akut.

Kemampuan fungsional : dengan uji latih, bila stabil setiap 3 bulan

Kualitas hidup : alat ukur kualitas hidup spesifik St George Respiratory Quesioner

(setiap 6 bulan), membaik bila nilai total makin rendah

Sistim rujukan

Spesialis paru bila eksaserbasi akut

Spesialis jantung bila ada tanda-tanda korpulmonale

Pencegahan komplikasi sekunder

Medis : Vaksinasi influenza

Terapi latihan : hindari over execise, nutrisi adekuat

Edukasi : Hindari faktor resiko, support psikologi dan motivasi untuk melakukan latihan

seumur hidup

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

LOW BACK PAIN

Page 81: Pdt Rehab Medid uwkk

- 81 -

1. Definisi

Sindroma dengan manifestasi klinis berupa nyeri di daerah punggung bawah

Merupakan nyeri lokal daerah punggung bawah atau bersamaan dengan nyeri daerah lain

atau dari daerah

2. Gambaran Klinis

Yang sering ditemui di klinik :

a. Low Back Strain / Strain

b. HNP

c. Spondylosis / spondyloarthrosis

d. Spondyolysthesis

e. Sindroma miofascial dan fibromyalgia

f. Stenosis spinalis

g. Fraktur kompresi dan osteoporosis

h. Spondylitis TBC

i. Spondylitis ankilosa

j. Tumor spinal

k. Low Back Post-operative

3. Pemeriksaan IKFR

a. Anamnesa

b. Pemeriksaan Fisik Umum

c. Pemeriksaan Khusus

Tes SLR

Tes Braggart

Test Siccard

Tes Patrick / Fabere

Tes Gaenslen

Tes Pelvic Rocking / Compression

d. Pemeriksaan penunjang

Radiologis

CSF

Darah, Urine sesuai indikasi

4. Diagnosis

a. Impairment

b. Disability

c. Handicap

5. Prognosis

Dubia

Tergantung etiology, fase perjalanan penyakit dan terapi yang diberikan

6. Prinsip pengelolaan

Penatalaksanaan KFR

Tujuan :

Menghilangkan nyeri

Page 82: Pdt Rehab Medid uwkk

- 82 -

Memperbaiki postur

Mencegah komplikasi disuse & misuse

Penguatan otot punggung abdomen & tungkai

Cegah LBP berulang

Istirahat

Modalitas dingin

Modalitas panas

Traksi lumbal

Masase

Tens

Akupuntur

Laser

Orthosis

Alat bantu jalan

Terapi latihan & Proper Back Mechanics

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

Page 83: Pdt Rehab Medid uwkk

- 83 -

ASMA BRONKHIALE PADA ANAK

1. Definisi

Asma adalah suatu penyakit obstruksi jalan nafas yang reversible timbul akibat adanya

stimulus.

2. Gambaran Klinis

Batuk bersin, hisung buntu selanjutnya menjadi batuk hebat, sesak, suara, mengi.

Bila serangan hebat, gelisah, berkeringat, mungkin sianosis

Dada mengembang, barrel chest, hiperinflasi, ekspirasi memanjang, hiperinflasi,

ekspirasi memanjang, otot-otot intercostal, supraclavicula dan sternocleidomastoideus

ikut bergerak.

Gejala Klinis menurut alat tubuh khusus :

Hidung : bersin, pilek, buntu, gatal, mulut selalu terbuka

Telinga : gatal, otitis media berulang.

Tenggorok : gatal, batuk

Mata : gatal, hiperemi-lalcrimasi, konjungtiva vernalis

Dada : kiposis, ‟barrel chest‟, hipertrofi otot-otot perdoralis dan sternocleidomastoideus.

Waktu serangan asma, didapatkan ekspirasi yang memanjang, suara mengi (wheezing)

ekspirasi dan ispirasi, hipersonor

Kulit-gatal, eksema pada pipi, leher, fossa poplitea, fossi cubiti, urtikaria

Pencernaan : kolik, „abdominal pain‟, gastroenteritis kronis

3. Pemeriksaan IKFR

3.1 Anamnesa

Faktor lingkungan, musim, hewan peliharaan, makanan

Apakah keluhan sesak timbul berulang kali atau terus menerus

3.2 Standar pemeriksaan yang dipakai

X-Foto toraks

Menentukan faktor pencetus : dingin, olah raga (exercise induced bronchospasm /

EIB)

Menentukan alergen : hirupan, makanan, obat – obatan, suntikan

Cara pemeriksaan :

Uji kulit

Eliminasi – provokasi elergen

Hitung eosinofil

4. Diagnosis

Impairment Bronchospasm

Disabilitas : keterbatasan dalam olah raga apabila ada EIB

Pada umumnya anak tidak ada „functional disability‟, mengingat kegiatan anak, lari,

lompat yang berkaitan dengan bermain

Handicap : faktor psikologis

Page 84: Pdt Rehab Medid uwkk

- 84 -

5. Prognosis

Prognosis penyakit : berulang

Prognosis harapan hidup : tidak berpengaruh

Prognosis fungsional baik

6. Prinsip Pengelolaan

6.1 Eliminasi alergen

Hindari debu rumah dan hewan penyebab

Hindari makanan penyebab

Hindari obat – obatan penyebab

Imunoterapi

Farmakologis

6.2 Farmakologis

Indikasi

Penanganan secara, imunologis belum dapat dilakukan

Alergen belum / tidak dapat ditemukan

Alergen sudah ditemukan, tetapi tidak dapat disingkirkan

Penyakit berat

Pada serangan akut

Adrenalin 0,1 – 0,2 cc larutan 1:1000 cc

Bila perlu diulang setiap 20 menit sampai 3 kali

Dilanjutkan sampai salah satu obat di bawah ini (per oral)

a. Efedrin 0,5- mg/kg/dosis; 3 kah/24 jam

Salbutamol 0,1-0,15 mg/kg/dosis; 3-4 kali/24 jam

Terbutalin 0,075 mg/kg/dosis; 3-4 kali/24 jam

Orciplenalin 0,3-0,5 mg/kg/dosis; 3-4 kali/24 jam

b. Aminofilin 4 mg/kg/dosis; 3-4 kali/24 jam

Teofilin 3 mg/kg/dosis; 3-4 kali/24 jam

c. Prednison 0,5-2 mg/kg/hari;untuk 3 hari (pada serangan hebat)

6.3 Fase akut

Pada saat serangan, anak tidak kooperatif

Program :

Drainage postural

Perkusi & vibrasi

Bila sesak berkurang, berikan

Breathing retraining (lower thoracic expansion) dan relaksasi

Latihan nafas

Latihan luas gerak sendi bahu

6.4 Fase sub akut

Latihan nafas

Drainase postural (untuk mengeluarkan secret sehingga mencegah atelektasis dan

infeksi bronchial)

Perkusi dan vibrasi dada

Koreksi postur

Page 85: Pdt Rehab Medid uwkk

- 85 -

Latihan luas gerak sendi bahu

6.5 Fase kronis

Latihan nafas

Drainase postural

Metode realaksasi Jacobson

Koreksi postur

Renang

Latihan luas gerak sendi bahu dan mobilisasi dada

Class exercise untuk latihan fisik dan psikososial

6.6 Monitoring

Sebelum selama dan sesudah drainase

Postural, perlu monitor :

Volume, konsistensi dan warna, secret

Tanda-tanda vital

6.7 Sistem rujukan

Pediatri bila terjadi status asmaticus

6.8 Edukasi keluarga

Keluarga dianjurkan melalui drainase-postural apabila anak menunjukkan tanda tanda

infeksi saluran nafas dan produksi secret yang meningkat.

WEWENANG

Dokter Spesialis Rehab Medis, PPDS Rehab Medis, Dokter UGD dan Dokter Umum yang

bekerja di bagian Rehab Medis.

UNIT YANG MENANGANI

Bagian Ilmu Rehab Medis

UNIT TERKAIT

Page 86: Pdt Rehab Medid uwkk

- 86 -