referat rehab medik

25
REFERAT PASCA CEDERA OLAHRAGA PEMBIMBING dr. Lena Wijayaningrum, Sp. KFR Oleh: Lely Diah Tri Wulandari 2008.04.0.0025 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH

Upload: lelydiah

Post on 15-Nov-2015

26 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

REFERATPASCA CEDERA OLAHRAGA

PEMBIMBINGdr. Lena Wijayaningrum, Sp. KFR

Oleh:

Lely Diah Tri Wulandari2008.04.0.0025

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA2014BAB IPENDAHULUANBerolahraga memang memberikan manfaat baik bagi tubuh, akan tetapi juga memiliki resiko. Apabila olahraga tidak dilakukan dengan baik dan benar maka dapat berakibat cedera. Faktor-faktor penyebab cedera olahraga adalah (Rismayanthi, 2014):Faktor internal anatara lain: Pemanasan tidak cukup Tekhnik yang salah Istirahat yang tidak memadai Kondisi yang tidak fit saat bertandingFaktor eksternal antara lain: Alat-alat yang digunakan tidak tepat atau tidak sesuai ukuran Proteksi yang buruk atau tidak memadai Kondisi cuaca Kondisi lapangan yang tidak memadaiPenanganan cedera sebaiknya diperiksakan secara medis supaya dilakukan diagnosa apalagi jika terjadi cedera pada jaringan padat. Akan tetapi untuk pertolongan pertama pada cedera olah raga dapat dilakukan sendiri. Metode yang sering digunakan adalah P.R.I.C.E (Protection, Resting, Ice, Compression, Elevetion). Metode ini digunakan sebagai penanganan terhadap cedera jaringan lunak (soft tissue injuries) (Arovah, 2014).

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. DEFINISICedera olahraga adalah segala macam cedera yang timbul pada saat latihan ataupun pada waktu pertandingan ataupun sesudah pertandingan. Cedera merupakan rusaknya jaringan yang disebabkan adanya kesalahan teknis, benturan, atau aktivitas fisik yang melebihi batas beban latihan, yang dapat menimbulkan rasa sakit akibat dari kelebihan latihan melalui pembebanan latihan yang terlalu berat sehingga otot dan tulang tidak lagi dalam keadaan anatomis (Rismayanthi, 2014).

B. KLASIFIKASI CEDERA OLAHRAGAa.Cedera tingkat 1 (cedera ringan)Pada cedera ini penderita tidak mengalami keluhan yang serius, namun dapat mengganggu penampilan atlit. Misalnya: lecet, memar, sprain yang ringan.

b.Cedera tingkat 2 (cedera sedang)Pada cedera tingkat kerusakan jaringan lebih nyata berpengaruh pada performance atlit. Keluhan bias berupa nyeri, bengkak, gangguan fungsi (tanda-tanda inplamasi) misalnya: lebar otot, straing otot, tendon-tendon, robeknya ligament (sprain grade II).

c.Cedera tingkat 3 (cedera berat)Pada cedera tingkat ini atlit perlu penanganan yang intensif, istirahat total dan mungkin perlu tindakan bedah jika terdapat robekan lengkap atau hamper lengkap ligament (sprain grade III) dan IV atau sprain fracture) atau fracture tulang (Rismayanthi, 2014).

C. MACAM-MACA CEDERA OLAHRAGA1. Memar (kontusio)Memar (kontusio) merupakan cedera yang disebabkan oleh benturan benda keras pada jaringan lunak tubuh. Pada memar, jaringan dibawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah sehingga darah dan cairan seluler merembes kejaringan sekitarnya (Rismayanthi, 2014).

2. kram OtotKram otot merupakan kontraksi otot tertentu yang berlebihan dan terjadi secara mendadak dan tanpa disadari. kram otot terjadi karena letih, biasanya terjadi saat malam hari atau karena kedinginan, dan dapat pula karena panas, dehidrasi, trauma pada otot yang bersangkutan atau kekurangan magnesium (Rismayanthi, 2014).Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kram otot. Pada saat otot mengalami kelelahan dan secara tiba-tiba meregang, maka otot tersebut dengan terpaksa akan meregang secara penuh dan ini dapat mengakibatkan kram. Kram disebabkan oleh adanya ketidaksempurnaan biomekanik tubuh karena adanya malalignment (ketidaksejajaran) dari bagian kaki bawah, atau karena keadaan otot yang terlalu kencang, kekurangan beberapa jenis mineral tertentu (defisiensi) yang dibutuhkan oleh tubuh juga dapat mempengaruhi terjadinya kram otot, seperti kekurangan zat sodium, potassium, kalsium, zat besi, dan fosfor, dan terbatasnya suplai darah yang tersedia pada otot tersebut sehingga menyebabkan terjadinya kram otot (Rismayanthi, 2014).3. Lepuh (blisters)Lepuh merupakan timbulnya benjolan di kulit dan didalamnya terdapat cairan berwarna bening. Lepuh terjadi akibat penggunaan peralatan yang tidak pas, peralatan masih baru, atau peralatan yang lama seperti sepatu yang terlalu kecil (Rismayanthi, 2014).4. StrainStrainadalan cidera pada tendon atau pada otot itu sendiri. Strain dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu: 1) Tingkat I. Strain tingkat ini tidak ada robekan, hanya terdapat kondisi inflamasi ringan. Meskipun pada tingkat ini tidak ada penurunan kekuatan otot, tetapi pada kondisi tertentu cukup mengganggu atlet. 2) Tingkat II. Strain pada tingkat ini sudah terdapat kerusakan pada otot atau tendon sehingga dapat mengurangi kekuatan otot. 3) Tingkat III Strain pada tingkat ini sudah terjadi kerobekan yang parah atau bahkan sampai putus sehingga diperlukan tindakan operasi atau bedah dan dilanjutkan dengan fisioterapi dan rehabilitasi (Rismayanthi, 2014).

5. SprainSprain merupakan cedera yang menyangkut ligamen. Cedera sprain dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan yaitu: 1) Tingkat I. Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut. Pada cedera ini tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukup diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya.2) Tingkat II. Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut. kita harus memberikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6 minggu.3) Tingkat III. Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakangerakan yang abnormal. Cedera tingkat ini harus dibawa ke rumah sakit untuk dioperasi namun harus diberi pertolongan pertama terlebih dahulu (Arovah, 2014).

6. DislokasiDislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi bahu, sendi panggul, karena bergeser dari tempatnya maka sendi menjadi macet dan terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi (Rismayanthi, 2014).7. Patah TulangPatah tulang adalah suatu keadaan dimana tulang mengalami keretakan, pecah, atau patah, baik pada tulang rawan (kartilago) maupun tulang keras (osteon). Patah tulang digolongkan menjadi dua yaitu: (1) patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sekali (2) patah tulang stres, dimana tulang hanya mengalami keretakan tetapi tidak terpisah. Berdasarkan tampak tidaknya jaringan dari luar tubuh, membagi patah tulang menjadi: (1) patah tulang terbuka dimana fragmen atau pecahan tulang melukai kulit diatasnya dan tulang keluar. (2) patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit (Rismayanthi, 2014). 8. PerdarahanPerdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari trauma pukulan atau terjatuh. Gangguan perdarahan yang berat dapat menimbulkan gangguan sirkulasi sampai menimbulkan shocks (gangguan kesadaran) (Arovah, 2014).

D. FAKTOR RESIKO CEDERA OLAHRAGAFaktor risiko cedera olahraga merupakan kondisi-kondisi yang memungkinkan cedera olahraga dapat terjadi. Kondisi tersebut dapat berasl dari luar tubuh (eksogen) atau dari dalam tubuh sendiri ( endogen)Faktor-faktor eksogen meliputi :1. Pemberian beban latihan yang tidak proporsional. Dahulu orang beranggapan bahwa, pelatih yang baik itu adalah pelatih yang dapat menyebabkan atlet yang dilatihnya mengalami muntah atau pusing selama melakukan sesi latihan. Anggapan ini amatlah keliru, mengingat bahwa atlet yang dilatih tersebut juga manusia yang tentunya memiliki keterbatasan dalam kemampuannya.

2. Peralatan olahragaPerkembangan pusat-pusat kebugaran didaerah perkotaan dengan menggunakan alat-alat kebugaran produk luar negeri, belum tentu cocok. Alat yang didatang dari luar negeri tersebut di rancang untuk digunakan oleh pelaku olahraga dinegara tempat produksinya. Ukuran antropometri tubuh yang berbeda antara orang dinegara tempat produksi alat dengan negara pengguna peralatan tentu dapat mendatangkan masalah. Masalah tersebut akan berresiko menimbulkan cedera. Perbedaan daya ungkit alat akan menjadikan pembebanan terhadap otot menjadi tidak proporsional (Arovah, 2014). Alat-alat proteksi tubuh yang digunakan untuk melindungi bagian-bagian tubuh tertentu juga berperan dalam menimbulkan cedera. Masalah ukuran saja misalnya, terlalu besar atau sempit juga akan beresiko timbulnya cedera. Genital protektor yang terlalu kecil akan dapat menimbulkan kompresi terhadap alat genital, atau terlalu besar malah juga menimbulkan cedera akibat pergeseran alat yang lapang (Arovah, 2014).Penggunaan sepatu harus cocok dengan jenis olahraga yang diikuti. Sepatu telah dirancang sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik gerakan dasar pada cabang olahraga tersebut. Untuk sepatu olahraga basket, dirancang dengan sol lebar dan memilki peredam serta menutupi sampai mata kaki untuk mengurangi resiko cedera pada kaki dan pergelangan kaki. Penggunaan sepatu yang sudah aus atau telapak yang tidak rata lagi, akan menyebabkan pembebanan yang diterima oleh sendi angkel dan lutut menjadi tidak pada titik tengah. Pembebanan yang tidak proporsional ini akan menyebabkan beban akan diterima lebih berat pada sisi telapak sepatu yang lebih tipis (Arovah, 2014). Pilihan bahan dasar pakaian olahraga yang tepat dan disesuaikan dengan lingkungan yang ada. Bahan yang terbuat dari bahan yang tidak menyerap air akan sangat mengganggu proses pengeluaran panas tubuh selama kegiatan olahraga (Arovah, 2014).3. Fasilitas tempat latihanKeberadaan fasilitas tempat olahraga yang memadai tentu akan mengurangi terjadinya cedera. Fasilitas olahraga meliputi segala sesuatu fasilitas yang terkaitdengan kegiatan olahraga (Arovah, 2014). 4. Jenis olahragaTak dapat dipungkiri bahwa olahraga tertentu memilki risiko yang lebih besar dibanding olahraga yang lain. Olahraga tinju mempunyai risiko untuk terjadinya cedera sangat besar, karena sifat olahrga tersebut yang menjadikan pukulan masuk yang mengenai kepala mndapat poin yang banyak. Begitu juga olahraga karate atau silat juga memilki kemungkinan cedera lebih besar jika dibanding dengan olahraga tennis atau bulutangkis (Arovah, 2014). Dalam permasalahan ini yang perlu disikapi adalah bagaimana supaya cedera yang memang akan terjadi pada olahraga tertentu dapat ditekan atau setidaknya tingkat keparahannya dapat dikurangi.Faktor resiko endogen meliputi :1. Kalainan familiar/keturunanPenyakit keturunan atau familiar tertentu sangat berpotensi menimbulkan cedera yang serius. Penderita hemofili tentu akan berpeluang besar terjadi perdarahan yang tak terkontrol, jika ia menggeluti oloahraga kontak penuh, seperti tinju, karate, pencak silat, dan lain sebagainya.2. Kondisi fisik umum yang jelekKondisi fisik umum jelek dapat diebabkan oleh serangan penyakit ataupun karena latihan yang berlebihan sehingga menyebabkan kelelahan. Kelalahan akan diperparah dengan asupan gizi yang tidak memadai atau kurang dari kebutuhan yang diperlukan. Pemeliharaan kondisi fisik diperlukan sepanjang kegiatan olahraga ditekuni, apalagi pada saat pertandingan. Kondisi fisik yang jelek meneybabkan kemampuan tidak berada pada puncak peforma.3. UsiaPada usia lanjut, dimana sudah terjadi penurunan kemampuan fungsi sistem tubuh secara bertahap. Tidak dapat dipungkiri, bahwa penurunan tersebut akan memudahkan timbulnya cedera saat melakukan aktifitas fisik. Kemampuan fungsi keseimbangan yang menurun akan menjadikan orang tua mengalami gangguan keseimbangan. Gangguan keseimbangan tentu akan berpotensi timbulnya cedera akibat terjatuh saat melakukan kegiatan latihan. Penurunan fungsi penglihatan dan pendengaran juga akan berpotensi timbulnya kecelakaan pada lansia yang melakukan kegiatan olahraga ditempat terbuka/umum.4. Kebugaran jasmaniTingkat kebugaran jasmani yang baik memberikan jaminan bahwa kegiatan latihan fisik yang dilakukan tidak mendatangkan kelelahan yang berarti. Kenyataan yang ditemukan, bahwa kegiatan olahraga yang dilakukan akan meningkat kebugaran jasmani. Pemberian latihan perlu mempertimbangkan kondisi kebugaran jasmani seseorang untuk menentukan volume latihan yang tepat. Umumnya cedera akan terjadi jika volume latihan yang diberikan diatas kemampuan jasmani seseorang. Timbulnya cedera dapat terjadi bukan saat selesai latihan, tetapi terjadi belakangan karena beban yang berlebih selalu diterima tanpa ada evaluasi. Cedera ini dikenal dengan cedera kronis akibat kelebihan beban yang diterima tubuh.5. Jenis kelaminBeberapa jenis cedera hanya terjadi pada jenis kelamin tertentu. Trauma pada testis hanya terjadi pada pria, atau sebaliknya pada pria tentu tidak akan mengalami robekan vagina. Pemberian alat-alat proteksi khusus pada daerah genital yang diwajibkan oleh cabang olahraga tertentu mengurangi timbulnya cedera olahraga pada atlet. Selain itu, adanya perbedaan dalam bobot pukulan antara pria dan wanita, menjadikan cedera pada pria lebih besar dan tingkat keparahannya juga lebih dari wanita.6. Riwayat cedera sebelumnyaCedera yang dialami pada waktu yang lalu, memberikan peluang lebih besar terhadap timbulnya cedera yang sama pada tempat yang sama. Peluang ini akan semakin besar jika penatalaksanaan cedera pertama tidak adekuat dan sempurna. 7. Persipan menghadapi kompetisiKompetisi merupakan masa untuk menunjukkan performa terhadap hasil latihan yang dilakukan sebelumnya. Pada saat kompetisi berjalan diperlukan kesiapan yang prima. Persiapan tersebut meliputi persiapan fisik, teknik, strategi dan yang terpenting adalah mental.

E. PENATALAKSANAANI. Penanganan PertamaPertolongan pertama pada cedera olahraga akut dengan kondisi tertutup, artinya tidak ada robekan kulit atau perdarahan dapat dilakukan metode : PRICE. PRICE merupakan kependekan dari Protection, Rest, Ice, Compression dan Elevation.

ProtectionPemberian alat untuk melindungi bagian tubuh yang mengalami cedera diperlukan untuk memberikan perlindungan terhadap bagian tubuh tersebut. Perlindungan dilakukan untuk meminimalisasi perluasan cedera dan menghindari timbulnya komplikasi. Pada patah tulang diperlukan pemasangan spalak untuk memberikan efek fiksasi, sehingga bagian tulang yang patah tidak saling bergeser. Pergeseran tulang yang patah dapat menimbulkan kerusakan pada serabut saraf yang melintas dilokasi tulang yang patah. Disamping itu juga dapat menyebabkan robekan pada pembuluh darah dilpkasi patah tersebut. Pemasangan alat pelindung harus dilakukan secara hati-hati dan tenang, karena kecerobohan justru malah menimbulkan komplikasi.RestPemberian istirahat pada bagian yang mengalami cedera akan membantu proses pemulihan serta dapat meminimalisasi cedera. Secara alamiah bagian yang cedera akan menimbulkan rasa sakit yang menyebabkan bagian tubuh tersebut otomatis tidak sanggup digerakkan. Waktu istirahat ditentukan olah tingkat keparahan cedera. Selama pemberian istirahat perlu dipikirkan usaha-usaha untuk perbaikan dan penjagaan tingkat kebugaran jasmani atlet. Memberikan latihan pada bagian tubuh yang tidak mengalami cedera diperlukan untuk mempertahankan tingkat kebugaran. Tindakan imobilisasi akan mengurangi perdarahan dan nyeri, dapat dilakukan dengan menggunakan mitela, bidai, perban elastis, dll. Hal yang menjadi perhatian dalam memberikan kesempatan istirahat terhadap bagian yang mengalami cedera adalah :1. Posisi cedera berada pada posisi yang dapat memberikan kesempatan otot-otot di daerah dan sekitar cedera relaksasi2. Penderita merasa nyaman dengan nyeri minimal3. Evaluasi kejiwaan penderita dalam menyikapi cedera yang dialami.IcePenurunan suhu disekitar cedera dengan pemberian es atau semprotan kloretil akan dapat mengurangi rasa sakit akibat cedera. Selain mengurangi rasa sakit usaha pendinginan dapat juga membantu mengurangi proses perdarahan akibat terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah karena suhu dingin. Pendinginan dapat mengurangi terjadinya edema atau sembab dan prose inflamasi pada daerah cedera.CompressionMelakukan pembalutan dengan perban elastis dapat menurunkan tingkat perdarahan sehingga mengurangi edema pada bagian yang cedera. Pembalutan dapat dilakukan selama atau sesudah dilakukan proses pendinginan. Pembalutan harus dilakukan dengan baik dan tidak terlalu ketat. Pembalutan yang terlalu ketat akan mengganggu aliran pembuluh darah pada lokasi cedera. Selain itu juga dapat mengganggu jaringan saraf.ElevationMeletakkan bagian tubuh yang mengalami cedera pada posisi yang lebih tinggi dari letak jantung akan menyebabkan aliran darah ketempat tersebut akan mengalami penurunan. Peninggian posisi cedera dari jantung tidak terlalu ekstrim, disarankan cukup 20 sampai 30 cm guna memastikan aliran tetap adekuat.

II. Penanganan Rehabilitasi MedikTerapi panas:Pada umumnya toleransi yang baik pada terapi panas adalah bila diberikan pada fase subakut dan kronis dari suatu cedera, tetapi panas juga dapat diberikan pada keadaan akut. Panas yang kita berikan ketubuh akan masuk atau berpenetrasi kedalamnya. Kedalaman penetrasi ini tergantung pada jenis terapi panas yang diberikan seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.

PenetrasiMacamContoh

Dangkal (superfisial)Dalam(Deep)Lembab/BasahKering

DiatermiKompres kain air panasHydrocollator packMandi uap panasParaffin wax bathHydrotherapyKompres botol air panasKompres bantal pemanas tenaga listrikLampu infra redShort wave diathermyMicro wave diathermyUltra sound diathermy

Secara ringkas efek pemberian panas secara lokal yaitu:1.Panas meningkatkan efek vaskulatik jaringan kolagen.2.Panas mengurangi dan menghilangkan rasa sakit3.Panas mengurangi kekakuan sendi4.Panas mengurangi dan menghilangkan spasme otot5.Panas meningkatkan sirkulasi darah6.Panas membantu resolusi infiltrate radang, edema dan eksudasi

HydrotherapySalah satu keuntungan Terapi air (Hidrotherapy) adalah adanya daya apung atau gaya dorong yang dimiliki oleh air. Ketika tubuh pasien masuk kedalam air, maka daya apung atau gaya dorong yang dimiliki air akan mengangkat dan meringankan beban tubuh pasien. Penurunan berat badan yang harus di topang oleh pasien ketika berada di dalam air akan menurunkan tekanan pada sendi-sendi maupun otot. Hal ini sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan infeksi sendi (arthritis), penyembuhan patah tulang atau bagi pasien dengan obesitas. Keuntungan penggunaanhydrotherapymeliputi :1. Mengurangi nyeri dan kekakuan2. Menambah relaksasi otot.3. Menambah kebugaran pada saat melakukan olahraga dan aktifitas lainnya.4. Mempercepat penyembuhanMasaseDengan menggunakan masase yang lembut dan ringan, kurang lebih satu minggu setelah trauma mungkin akan dapat mengatasi rasa nyeri tersebut. Dengan syarat diberikan dengan betul dan dengan dasar ilmiah akan efektif untuk mengurangi bengkak dan kekakuan otot.

Pemberian terapi latihanWaktu untuk memulai terapi latihan tergantung pada macam dan derajat cederanya. Pada cedera otot misalnya terjadi kerusakan atau robekan serabut otot bagian central memerlukan waktu pemulihan 3 kali lebih lama dibandingkan dengan robeknya otot bagian perifer. Sedangkan cedera tulang, persendian (ligament) memerlukan waktu yang lebih lama.Terapi latihan yang dapat diberikan, berupa :1.Latihan luas gerak sendi2.Latihan peregangan3.Latihan daya tahan4.Latihan yang spesifik (untuk masing-masing bagian tubuh)

Pemberian ortesa (alat Bantu tubuh)Pada terjadinya cedera olahraga yang akut ortesa terutama berfungsi untuk mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera, sehingga membantu mempercepat proses penyembuhan dan melindungi dari cedera ulangan. Pada fase berikutnya ortesa dapat berfungsi lebih banyak, antara lain : ortesa leher, dan support pada anggota gerak bawah. Mencegah terjadinya deformitas dan meningkatkan fungsi anggota gerak yang terganggu.

Pemberian protesa (pengganti tubuh)Protesa adalah suatu alat Bantu yang diberikan pada atlit yang mengalami cedera dan mengalami kehilangan sebagian anggota geraknya. Fungsi dari alat ini adalah untuk menggantikan bagian tubuh yang hilang akibat dari cedera tersebut.

F. Pencegahan Cedera OlahragaBeberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera olahraga antara lain adalah: 1. Pemeriksaan awal sebelum melakukan olahraga untuk menentukan ada tidaknya kontraindikasi dalam berolahraga 2. Melakukan olahraga sesuai dengan kaidah baik, benar, terukur dan teratur 3. Menggunakan sarana yang sesuai dengan olahraga yang dipilih 4. Memperhatikan kondisi prasarana olahraga 5. Memperhatikan lingkungan fisik seperti suhu dan kelembaban udara sekelilingnya

BAB IIIKESIMPULAN

Pada umumnya penatalaksanaan cedera olahraga menggunakan prinsip PRICE (Protection, Rest, Ice, Compression, Elevation) yang selalu diterapkan pada fase akut cedera sebelum penanganan selanjutnya. Indikasi PRICE dilakukan pada cedera akut atau kronis eksaserbasi akut, seperti hematome (memar), sprain, strain, patah tulang tertutup, dislokasi setelah dilakukan reposisi. Secara umum penanganan cedera olahraga disesuaikan dengan jenis cedera dan proses patofisiologi cedera yang mendasari. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya cedera olahraga antara lain adalah perlu dilakukan kegiatan pemanasan dengan melibatkan latihan dinamis maupun statis dan perlu dilakukan pengaturan progresi latihan yang baik agar latihan dapat diadaptasi dengan baik oleh tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Rismayanti C. Hakikat Cedera Olahraga. Diperoleh 2 Oktober 2014, darihttp://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Cerika%20Rismayanthi,%20S.Or./PPC-Cedera%20Olahraga(1).pdfArovah Intan. Diagnosis dan manajemen cedera olahraga. Diperoleh 2 Oktober 2014, darihttp://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132300162/12.%20Diagnosis%20dan%20Manajemen%20Cedera%20Olahraga.pdfMalang sport klinik. Manfaat terapi air (hydrotherapy) pada Penanganan Cedera Olahraga. Diperoleh 2 Oktober 2014, darihttp://malangsportclinic.com/?prm=article&cat=5&id=28Kristi Kurwinda. Faktor Penyebab Cedera Olahraga. Diperoleh 2 Oktober 2014, darihttp://kurwindakristi.wordpress.com/2012/03/10/faktor-penyebab-cedera-olahraga-2/