rehab medik bell palsy
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Rehab Medik Bell Palsy
1/24
1
BAB I
STATUS PENDERITA
I. ANAMNESISA. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 51 tahun
Jenis kelamin : Wanita
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta/pedagang
Alamat : Pasar kliwon, Surakarta
Status : Menikah
Masuk RS : 11 Juni 2013
Tanggal Periksa : 11 Juni 2013
Nomor RM : 01200803
B. Keluhan UtamaWajah merot ke kiri
C. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang dengan keluhan wajah merot ke kiri. Keluhan
dirasakan sejak 2 hari sebelum periksa ke rumah sakit. Saat itu pasien
terbangun di pagi hari dan mendapati wajahnya merot ke kiri. Semalam
sebelumnya pasien mengaku tidur menyalakan kipas angin. Keluhan
wajah merot ke kiri terutama sudut mulut kanan turun ke bawah juga
disertai mata kanan tidak menutup sempurna sehingga terasa perih dan
berair, pipi kanan terasa kendor. Sisi wajah sebelah kanan terasa tebal,
makanan mudah terkumpul di sisi pipi kanan serta sensari rasa pada
lidah menurun, bila minum air sering keluar dari sisi mulut sebelah
kanan. Nyeri tidak ditemukan, perubahan pendengaran tidak ditemukan.
Sebelumnya penderita tidak pernah memeriksakan diri ke dokter.
-
7/22/2019 Rehab Medik Bell Palsy
2/24
2
D. Riwayat Penyakit DahuluRiwayat trauma : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat kejang : disangkal
Riwayat sakit dompo : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat mondok : disangkal
E. Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat asma : disangkal
F. Riwayat KebiasaanRiwayat merokok : disangkal
Riwayat minum alkohol : disangkal
Riwayat olahraga : disangkal
G. Status SosioekonomiPasien seorang wanita tinggal bersama suami dan 3 orang anak.
Pasien seorang pedagang makanan. Sehari-hari berjualan makanan di
rumah dan pulang pergi berbelanja dengan angkutan umum. Pasien
berobat dengan fasilitas umum.
-
7/22/2019 Rehab Medik Bell Palsy
3/24
3
II. PEMERIKSAAN FISIKA. Status Generalis
Keadaan umum : tampak sakit ringan, E4V5M6, gizi kesan cukup.
BB/TB : 52/155; BMI = 21,6
B. Tanda VitalTekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 64 x/ menit, isi cukup, irama teratur
Respirasi : 20 x/ menit, irama teratur
Suhu : Afebril
C. KepalaBentuk mesochepal, rambut hitam, tidak mudah rontok, tidak mudah
dicabut, atrofi otot (-)
D. MataKonjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan
tak langsung (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), oedem palpebra (-/-),
sekret (-/-),
E. HidungNafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-), sekret (-)
F. TelingaDeformitas (-), darah (-), sekret (-)
G. MulutMulut bau (+), bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah tremor
(-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-) drolling (-)
H. LeherSimetris, trakea ditengah, JVP tidak meningkat, limfonodi tidak
membesar
I. Thoraksa. Retraksi (-)b. Jantung
Inspeksi : ictus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
-
7/22/2019 Rehab Medik Bell Palsy
4/24
4
Perkusi : konfigurasi Jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : bunyi Jantung I dan II intensitas normal, reguler,
bising (-)
c. ParuInspeksi : pengembangan dada kanan = kiri,
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri,
Perkusi : sonor/Sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan (-/-), wheezing (-/-)
J. AbdomenInspeksi : dinding perut sejajar dinding dada
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
K. EkstremitasOedem Akral dingin
- - - -
- - - -
L. Skala UGO FISCHPosisi Nilai
Persentase (%)
0, 30, 70, 100Skor
Istirahat 20 30 6
Mengerutkan dahi 10 30 3
Menutup mata 30 70 21
Tersenyum 30 30 9
Bersiul 10 30 3
Total 42
-
7/22/2019 Rehab Medik Bell Palsy
5/24
5
M.Status PsikiatriDeskripsi Umum
1. Penampilan : wanita, tampak sesuai umur2. Kesadaran : Kuantitatif : compos mentis
Kualitatif : tidak berubah
3. Perilaku dan aktivitas motorik : normoaktif4. Pembicaraan : koheren5. Sikap Terhadap Pemeriksa : kooperatif, kontak mata cukupAfek dan Mood
1.
Afek : appropiate2. Mood : normalGangguan Persepsi
1. Halusinasi (-)2. Ilusi (-)Proses Pikir
1. Bentuk : realistik2. Isi : waham (-)3. Arus : koherenSensorium dan Kognitif
1. Daya Konsentrasi : baik2. Orientasi : Orang : baik
Waktu : baik
Tempat : baik
3. Daya Ingat : Jangka pendek : baikJangka panjang : baik
Daya Nilai : daya nilai realitas dan sosial baik
Taraf Dapat Dipercaya : dapat dipercaya
N. Status Neurologis1. Kesadaran : GCS E4V5M62. Fungsi luhur : dalam batas normal3. Fungsi vegetatif : -4. Fungsi sensorik : tak ada kelainan5.
Fungsi motorik dan reflek
-
7/22/2019 Rehab Medik Bell Palsy
6/24
6
Kekuatan Tonus Refleks Fisiologis Reflek Patologi
5 5 n n +2 +2 - -
5 5 n n +2 +2 - -
6. Nervi craniales :a. N. I : dbn
b. N. II : dbnc. N. II, III : refleks cahaya (+/+), Isokor (3 mm/3mm)d. N. III, IV, VI : gerak bola mata dbne. N. V : dbn, refleks kornea (+/+)f. N. VII : parese N VII perifer dekstrag. N. VIII : dbnh. N. IX, X : dbni. N. XI : dbn
j. N. XII : dbnO. Range of Motion
NECKROM
Pasif Aktif
Fleksi 0 - 70 0 - 70
Ekstensi 0 - 40 0 - 40
Lateral bending kanan 0 - 60 0 - 60
Lateral bending kiri 0 - 60 0 - 60
Rotasi kanan 0 - 90 0 - 90
Rotasi kiri 0 - 90 0 - 90
Ekstremitas superior ROM pasif ROM aktif
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Shoulder Fleksi 0-90 0-90 0-90 0-90
Ekstensi 0-50 0-50 0-50 0-50
Abduksi 0-180 0-180 0-180 0-180
Adduksi 0-75 0-75 0-75 0-75
External rotasi 0-90 0-90 0-90 0-90
Internal rotasi 0-90 0-90 0-90 0-90
Elbow Fleksi 0-150 0-150 0-150 0-150
Ekstensi 0 0 0 0
Pronasi 0-90 0-90 0-90 0-90
Supinasi 0-90 0-90 0-90 0-90
-
7/22/2019 Rehab Medik Bell Palsy
7/24
7
Wrist Fleksi 0-90 0-90 0-90 0-90
Ekstensi 0-70 0-70 0-70 0-70
Ulnar deviasi 0-30 0-30 0-30 0-30Radius deviasi 0-20 0-20 0-20 0-20
Finger MCP I fleksi 0-50 0-50 0-50 0-50
MCPII-IV fleksi 0-90 0-90 0-90 0-90
DIP II-V fleksi 0-90 0-90 0-90 0-90
PIP II-V fleksi 0-100 0-100 0-100 0-100
MCP I ekstensi 0-30 0-30 0-30 0-30
Ekstremitas inferior ROM pasif ROM aktif
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Hip Fleksi 0-120 0-120 0-120 0-120Ekstensi 0-30 0-30 0-30 0-30
Abduksi 0-45 0-45 0-45 0-45
Adduksi 0-45 0-45 0-45 0-45
Eksorotasi 0-30 0-30 0-30 0-30
Endorotasi 0-30 0-30 0-30 0-30
Knee Fleksi 0-120 0-120 0-120 0-120
Ekstensi 0 0 0 0
Ankle Dorsofleksi 0-30 0-30 0-30 0-30
Plantarfleksi 0-30 0-30 0-30 0-30
Eversi 0-50
0-50
0-50
0-50
Inversi 0-40 0-40 0-40 0-40
P. Manual Muscle TestingN E C K
Fleksor M. Sternocleidomastoideus 5
Ekstensor 5
TRUNK
Fleksor M. Rectus Abdominis 5
Ekstensor Thoracic group 5
Lumbal group 5
Rotator M. Obliquus ExternusAbdominis
5
Pelvic Elevation M. Quadratus Lumbaris 5
Ekstremitas superior Dextra Sinistra
Shoulder Fleksor M deltoideus anterior 5 5
-
7/22/2019 Rehab Medik Bell Palsy
8/24
8
M biseps 5 5
Ekstensor M deltoideus anterior 5 5
M teres mayor 5 5Abduktor M deltoideus 5 5
M biseps 5 5
Aduktor M latissimus dorsi 5 5
M pectoralis mayor 5 5
Internal
rotasi
M latissimus dorsi 5 5
M pectoralis mayor 5 5
Eksternal
rotasi
M teres mayor 5 5
M infrasupinatus 5 5
Elbow Fleksor M biseps 5 5
M brachialis 5 5Ekstensor M triseps 5 5
Supinator M supinator 5 5
Pronator M pronator teres 5 5
Wrist Fleksor M flexor carpi radialis 5 5
Ekstensor M ekstensor digitorum 5 5
Abductor M ekstensor carpi
radialis
5 5
Adductor M ekstensor carpi
ulnaris
5 5
Finger Fleksor M fleksor digitorum 5 5
Ekstensor M ekstensor digitorum 5 5
Ekstremitas inferior Dextra Sinistra
Hip Fleksor M Psoas mayor 5 5
Ekstensor M Gluteus maksimus 5 5
Abduktor M Gluteus medius 5 5
Adduktor M Adduktor longus 5 5
Knee Fleksor Harmstring muscle 5 5
Ekstensor Quadriceps femoris 5 5
Ankle Fleksor M Tibialis 5 5
Ekstensor M Soleus 5 5
Q. Status AmbulasiIndependent
III. ASSESSMENTDiagnosa klinis : Bells Palsy Dekstra
Diagnosa topis : Sekitar foramen stilomastoideus
Diagnosa etiologi : Idiopatik
-
7/22/2019 Rehab Medik Bell Palsy
9/24
9
Fungsional : Penurunan kemampuan fungsional dalam melakukan aktivitas
sehari-hari (makan/mengunyah, minum/berkumur, tersenyum)
IV. DAFTAR MASALAHA. Masalah medis :
1. Bells PalsyB. Problem Rehabilitasi Medik
1 Fisioterapi : a) Tidak dapat mengangkat alis sebelah kanan; b)
mata kanan tidak bisa menutup rapat dengan baik;
c) sudut mulut jatuh ke kanan.
2 Terapi Wicara : (-)
3 Terapi Okupasi : a) Mata kanan tidak bisa menutup rapat;b) Sudut
mulut jatuh ke kanan;c) pada saat minum/berkumur,
air keluar menetes dari sudut kanan mulut.
4 Sosiomedik : (-)
5 Ortesa-protesa : Wajah tidak simetris
6 Psikologi : (-).
V. PENATALAKSANAANA. Terapi medikamentosa
1. Vitamin B kompleks 2 x 1 tab sehari2. Methyl prednisolon 4mg 3 x 1 tab sehari
B. Rehabilitasi Medik1 Fisioterapi : a. Infra red pada wajah sebelah kanan selama
10 menit.
b.Deep Kneading Massage wajah sebelahkanan lamanya 5-10 menit
c. Latihan gerak volunter wajah sisi kanan di
-
7/22/2019 Rehab Medik Bell Palsy
10/24
10
depan cermin dengan gerakan mengerutkan
dahi, menutup mata, tersenyum,
bersiul/meniup, mengangkat sudut mulut.
2 Terapi Wicara : Tidak dilakukan.
3 Terapi Okupasi : a) Latihan penguat otot wajah dengan
memberikan latihan menutup mata,
mengerutkan dahi, meniup lilin, tersenyum,
meringis; b) latihan meningkatkan aktivitas
kerja sehari-hari dengan berkumur, latihan
makan dengan mengunyah di sisi kiri, minum
dengan sedotan.
4 Sosiomedik : Edukasi keluarga untuk merawat dan
membantu penderita dalam menjalani
kehidupannya pasca trauma bakar.
5 Ortesa-protesa : Menggunakan Y plester selama parese,
diganti setiap 8 jam.
6
7
Psikologi
Home program
: Memberikan support mental dan psikoterapi
pada pasien dan keluarga juga memberi
dorongan pada pasien agar mau berobat dan
melakukan terapi secara teratur.
a) Memakai kacamata hitam saat bepergian
siang hari; b) Artifial tears; c) sebelum tidur,
kelopak mata ditutup secara pasif, kompres
dengan air hangat pada sisi wajah sebelah
kanan selama 5- 10 menit; d). massage wajah
sebelah kanan ke arah atas dengan
menggunakan tangan dari sebelah kanan.
Latihan meniup lilin dengan jarak semakin
dijauhkan, makan dengan mengunyah di sisi
kiri, minum dengan sedotan dan mengunyah
permen karet
-
7/22/2019 Rehab Medik Bell Palsy
11/24
11
VI. IMPAIRMENT, DISABILITY, DAN HANDICAPA. Impairment : Kelumpuhan otot wajah; sudut mulut jatuh ke
kanan ; kelopak mata kanan tidak bisa menutup
rapat dengan baik.; gangguan pada otot-otot
wajah ;Pada saat minum/berkumur, air keluar
menetes dari sudut mulut kanan; sulit untuk
tersenyum.
B. Disability : tidak ada.C. Handicap : tidak ada.
VII. TUJUAN1. Perbaikan gangguan dan disability2. Mencegah terjadinya komplikasi, seperti kontraktur otot wajah, sinkinesis,dll3. Penanganan dini sehingga menghemat biaya dan waktu perawatan
VIII. PROGNOSIS1. ad vitam : bonam2. ad sanam : dubia ad bonam3. ad fungsionam : dubia ad bonam
-
7/22/2019 Rehab Medik Bell Palsy
12/24
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bells Palsy (BP) adalah suatu kelumpuhan akut nervus fasialis perifer
yang tidak diketahui penyebabnya. Sir Charles Bell (1821) adalah orang pertama
yang meneliti beberapa penderita dengan wajah asimetrik, sejak itu semua
kelumpuhan n. fasialis perifer yang tidak diketahui sebabnya disebut Bells palsy.
Pengamatan klinik, pemeriksaan neurologi, laboratorium dan patologi anatomi
menunjukkan BP bukan penyakit tersendiri tetapi berhubungan erat dengan
banyak faktor dan sering merupakan gejala penyakit lain. Penyakit ini lebih sering
ditemukan pada usia dewasa, jarang pada anak di bawah umur 2 tahun. Biasanya
didahului oleh infeksi saluran napas bagian atas yang erat hubungannya
dengancuaca dingin. Diagnosis BP dapat ditegakkan dengan adanya kelumpuhan
n.fasialis perifer diikuti pemeriksaan untuk menyingkirkan penyebab lain
kelumpuhan n. fasialis perifer.1 Biasanya penderita BP mengetahui kelumpuhan n.
fasialis dari teman atau keluarga atau pada saat bercermin atau sikat
gigi/berkumur. Pada saat penderita menyadari bahwa ia mengalami kelumpuhan
pada wajahnya, maka ia mulai merasa takut, malu, rendah diri, mengganggu
kosmetik dan dapat merasa tertekan terutama pada wanita dan pada penderita
yang mempunyai profesi yang mengharuskan ia untuk tampil di muka umum.
Rehabilitasi Medik pada penderita BP diperlukan dengan tujuan membantu
memperlancar vaskularisasi, pemulihan kekuatan otot-otot fasialis dan
mengembalikan fungsi yang terganggu akibat kelemahan otot-otot fasialis
sehingga penderita dapat kembali melakukan aktivitaskerja sehari-hari dan
bersosialisasi dengan masyarakat.2,3,4 2
A. DefinisiBells Palsy (BP) adalah kelumpuhan fasialis perifer akibat proses non-
supuratif, non-neoplastik, non-degeneratif primer maupun sangat mungkin akibat
edema jinak pada bagian nervus fasialis di foramen stilomastoideus atau sedikit
proksimal dari foramen tersebut, yang mulainya akut dan dapat sembuh sendiri
tanpa pengobatan.5
-
7/22/2019 Rehab Medik Bell Palsy
13/24
13
B. EpidemiologiDi Amerika Serikat ditemukan 23 penderita BP pada 100.000 penduduk
per tahun. Di Manado penderita BP yang datang berobat ke poli saraf RSUP
Manado pada tahun 1998 sebanyak 58 penderita BP (9,9%) dari 586 penderita
gangguan saraf tepi/kranialis. Di instalasi Rehabilitasi Medik sebanyak 281
kunjungan (3,53%) dari 7970 kunjungan di tahun 1998. Bells Palsy dapat terjadi
pada semua umur dan insiden pada pria dan wanita hampir sama. Tidak terdapat
perbedaan insiden antara musim panas maupun dingin. Sering ditemukan adanya
riwayat terekspos udara dingin atau paparan angin yang terus-menerus.6
C. Anatomi Nervus Fasialis Dan Kinesiologi Otot FasialisNervus fasialis sebenarnya adalah saraf motorik, tetapi dalam
perjalanannya ke tepi, nervus intermedius bergabung. Nervus intermedius itu
tersusun oleh serabut sekretomotorik untuk glandula salivatorius dan serabut
sensorik khusus yang menghantarkan impuls pengecapan dari 2/3 anterior lidah ke
nukleus traktus solitarius. Kelompok dorsal inti n. fasialis mempersarafi muskulus
frontalis, zigomatikus, bagian atas orbikularis okuli dan bagian atas otot wajah.
Inti ini mempunyai inervasi kortikal secara bilateral. Kelompok ventral inti n.
fasialis mempersarafi otot-otot belahan bawah oribularis okuli, otot wajah bagian
bawah dan platisma. Inti ini mempunyai hubungan hanya dengan korteks motorik
sisi kontralateral.5,6,7 3
Akar n. fasialis menuju ke dorsomedial kemudian melingkari inti nervus
abdusen dan setelah itu berbelok ke ventrolateral kembali untuk meninggalkan
permukaan lateral pons. Disana n. fasialis berdampingan dengan nervus
intermedius dan nervus oktavus dan akan memasuki meatus akustikus internus
untuk melanjutkan perjalanannya di liang os. petrosum yang dikenal sebagai
akuaduktus follopi atau kanalis fasialis. Nervus fasialis keluar dari kanalis fasialis
n. fasialis merupakan berkas saraf yang mengandung serabut somatomotorik,
viseromotorik dan sensorik khusus. Kedua serabut tambahan itu diperoleh dari
ganglion genikulatum. Cabang pertama yang dikeluarkan oleh nervus fasialis
-
7/22/2019 Rehab Medik Bell Palsy
14/24
14
setibanya di kavum timpani adalah nervus stapedius. Cabang kedua adalah korda
timpani, sebalum berkas induk membelok ke belakang untuk memasuki os.
mastoideum, korda timpani terpisah menuju ke depan dan fosa pterigoidea,
kemudian bergabung dengan nervus lingualis. Induk berkas yang terdiri dari
serabut somatomotorik dan visero-(sekreto)-motorik akan ke os. mastoideum
kemudian keluar dari cranium melalui foramen stilomastoideum. Sebelum
melintasi glandula parotis nervus fasialis memberikan cabang untuk otot-otot
telinga dan cabang untuk otot stilohioideus dan venter posterior digastrikus.5,6,7
Nervus fasialis melintasi jaringan glandula parotis bercabang-cabang lagi untuk
mempersarafi seluruh otot wajah. Otot frontalis/ occipitofrontalis yang berfungsi
mengangkat alis, mengerutkan dahi, otot corrugators supercilli berfungsi
menggerakan kedua alis mata ke medial bawah sehingga terbentuk kerutan
vertikal diantara kedua alis, otot proserus berfungsi mengangkat tepi lateral
cuping hidung sehingga terbentuk kerutan diagonal sepanjang pangkal hidung,
otot nasalis berfungsi melebarkan mata, otot orbicularis oris berfungsi untuk
bersiul/mencucu/mengecup, otot levator labii superior yang berfungsi untuk
mengangkat bibir atas dan melebarkan lubang hidung, otot levator anguli oris
berfungsi mengangkat sudut mulut, otot zigomatikus mayor berfungsi
untukgerakan tersenyum, otot risorius berfungsi untuk gerak meringis, otot
buccinator berfungsi untuk gerak meniup dengan kedua bibir dirapatkan, otot
levator mentalis berfungsi mengangkat dan menjulurkan bibir bawah.5,6,7 4
D. EtiologiBanyak kontroversi mengenai etiologi dari Bells palsy, tetapi ada 4 teori
yang dihubungkan dengan etiologi Bells palsy yaitu:5,6
1. Teori Iskemik vaskulerNervus fasialis dapat menjadi lumpuh secara tidak langsung karena
gangguan regulasi sirkulasi darah di kanalis fasialis.
2. Teori Infeksi virus
-
7/22/2019 Rehab Medik Bell Palsy
15/24
15
Virus yang dianggap paling banyak bertanggung jawab adalah
Herpes Simplex Virus (HSV), yang terjadi karena proses reaktivasi dari
HSV (khususnya tipe 1).
3. Teori herediterBells palsy terjadi mungkin karena kanalis fasialis yang sempit
pada keturunan atau keluarga tersebut, sehingga menyebabkan predisposisi
untuk terjadinya paresis fasialis.
4. Teori imunologiDikatakan bahwa Bells palsy terjadi akibat reaksi imunologi
terhadap infeksi virus yang timbul sebelumnya atau sebelum pemberian
imunisasi.
E. PatofisiologiApapun sebagai etiologi Bells palsy, proses akhir yang dianggap
bertanggung jawab atas gejala klinik Bells palsy adalah proses yang selanjutnya
menyebabkan kompresi nervus fasialis. Gangguan atau kerusakan pertama adalah
endotelium dari kapiler menjadi edema dan permeabilitasi kapiler meningkat,
sehingga dapat terjadi kebocoran kapiler kemudian terjadi edema pada jaringan
sekitarnya dan akan terjadi gangguan aliran darah sehingga terjadi hipoksia dan
asidosis yang mengakibatkan kematian sel. Kerusakan sel ini mengakibatkan
hadirnya enzim proteolitik, terbentuknya peptida-peptida toksik dan pengaktifan
klinik dan kallikrein sebagai hancurnya nukleus dan lisosom. Jika dibiarkan dapat
terjadi kerusakan jaringan yang permanen.5,6,8 5
F. Gambaran KlinisBiasanya timbul secara mendadak, penderita menyadari adanya
kelumpuhan pada salah satu sisi wajahnya pada waktu bangun pagi, bercermin
atau saat sikat gigi/ berkumur atau diberitahukan oleh orang lain/keluarga bahwa
salah satu sudutnya lebih rendah. Bells palsy hampir selalu unilateral. Gambaran
klinis dapat berupa hilangnya semua gerakan volunter pada kelumpuhan total.
Pada sisi wajah yang terkena, ekspresi akan menghilang sehingga lipatan
-
7/22/2019 Rehab Medik Bell Palsy
16/24
16
nasolabialis akan menghilang. Bila penderita disuruh untuk memejamkan matanya
maka kelopak mata pada sisi yang lumpuh akan tetap terbuka (disebut
lagoftalmus) dan bola mata berputar ke atas (phenomena Bell). Karena kedipan
mata berkurang maka akan terjadi iritasi oleh debu dan angin, sehingga
menimbulkan epifora. Dalam mengembungkan pipi terlihat bahwa pada sisi yang
lumpuh tidak mengembung. Disamping itu makanan cenderung terkumpul
diantara pipi dan gusi yang lumpuh. Selain kelumpuhan seluruh otot wajah sesisi,
tidak didapati gangguan lain yang mengiringinya, bila paresisnya benar-benar
bersifat Bells palsy.5,6
G. DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis serta beberapa pemeriksaan
fisik, dalam hal ini yaitu pemeriksaan neurologis.5,6
1. Anamnesis : Rasa nyeri Gangguan atau kehilangan pengecapan. Riwayat pekerjaan dan adakah aktivitas yang dilakukan pada
malam hari di ruangan terbuka atau di luar ruangan.
Riwayat penyakit yang pernah dialami oleh penderita sepertiinfeksi saluran pernafasan, otitis, herpes, dan lain-lain.
2. Pemeriksaan : Pemeriksaan neurologis ditemukan parese N.VII tipe perifer. Gerakan volunteer yang diperiksa, dianjurkan memakai skala
Ugo Fisch untuk mengevaluasi kemajuan motorik penderita
Bells palsy.
-
7/22/2019 Rehab Medik Bell Palsy
17/24
17
Skala Ugo Fisch dinilai kondisi simetris atau asimetris antara sisi
sehat dan sisi sakit pada 5 posisi :5,6
Posisi NilaiPersentase (%)
0, 30, 70, 100Skor
Istirahat 20
Mengerutkan dahi 10
Menutup mata 30
Tersenyum 30
Bersiul 10
Total
Penilaian presentase:
0% : asimetris komplit, tidak ada gerakan volunter 7 30% : simetri,poor/jelek, kesembuhan yang ada lebih dekat ke
asimetris komplit dari pada simetris normal.
70% : simetris, fair/cukup, kesembuhan parsial yangcenderung ke arah normal.
100% : simetris, normal komplit.
3. Diagnosis Klinis :Ditegakkan dengan adanya paresis N.VII perifer.
-
7/22/2019 Rehab Medik Bell Palsy
18/24
18
4. Diagnosis Topis :5,6,8Letak Lesi
Kelaina
n
Motorik
Gangguan
Pengecapa
n
GangguanPendengaran
Hiposekre
si
Saliva
Hiposekre
si
Lakrimalis
Pons-meatus
Akustikus
Internus + +
+
Tuli/hiperakus
is
+ +
Meatus
akustikus
internus-
ganglion
genikulatum
+ ++
Hiperakusis+ +
Ganglion
Genikulatum-
N
Stapedius
+ ++
Hiperakusis+ -
N. Stapedius-
ChordaTympa
ni+ + + + -
Chorda
Tympani+ + - + -
Infra Chorda
Tympanisekitar
Foramen
Stilomastoide
us
+ - - - -
5. Diagnosisetiologi :Sampai saat ini etiologi Bells palsy yang jelastidak diketahui.
H. Diagnosa Banding1. Semua paralisis N VII perifer yang bukan BP2. Kelumpuhan N VII sentral yang mudh dikenali, bila dahi dikerutkan
tidak terlihat asimetri karena otot-otot dahi inervasi bilateral
3. Herpes zooster ootikus4. Otitis Media supurativa dan mastoiditis5. Trauma capitis6. GBS
-
7/22/2019 Rehab Medik Bell Palsy
19/24
19
7. Miastenia Gravis8. SOL Intrakranial 8
I. PrognosisPrognosis sangat bergantung pada derajat kerusakan N VII. Pada anak
90% akan mengalami penyembuhan tanpa gejala sisa. Sembuh spontan pada 75-
90% dalam beberapa minggu atau dalam 1-2 bulan. Jika dengan medikamentosa
dan Fisioterapi selama 3 minggu belum mengalami penyembuhan, besar
kemungkinan akan terjadi gejala sisa berupa kontraktur otot-otot wajah, dan
sinkinesis.
J. Komplikasi1. Crocodile tear phenomenon
Yaitu keluarnya air mata pada saat penderita makan makanan. Ini
timbul beberapa bulan setelah terjadi paresis dan terjadinya akibat dari
regenerasi yang salah dari serabut otonom yang seharusnya ke kelenjar
saliva tetapi menuju ke kelenjar lakrimalis. Lokasi lesi di sekitar kelenjar
ganglion genikulatum. 2,5,6
2. SynknesisDalam hal ini otot-otot tidak dapat digerakan satu per satu atau
tersendiri, selalu timbul gerakan (involunter) elevasi sudut mulut,
kontraksi platisma, atau berkerutnya dahi. Penyebabnya adalah innervasi
yang salah, serabut saraf yang mengalami regenerasi bersambung dengan
serabut-serabut otot yang salah. 2,5,6
3. Hemifacial spasmeTimbul kedutan pada wajah (otot wajah bergerak secara spontan
dan tidak terkendali) dan juga spasme otot wajah, biasanya ringan. Pada
stadium awal hanya mengenai satu sisi wajah saja, tetapi kemudian dapat
mengenai pada sisi lainnya. Kelelahan dan kelainan psikis dapat
memperberat spasme ini. Komplikasi ini terjadi bila penyembuhan tidak
-
7/22/2019 Rehab Medik Bell Palsy
20/24
20
sempurna, yang timbul dalam beberapa bulan atau 1-2 tahun kemudian.
2,5,6
4. KontrakturHal ini dapat terlihat dari tertariknya otot, sehingga lipatan
nasolabialis lebih jelas terlihat pada sisi lumpuh dibanding pada sisi yang
sehat. Terjadi bila kembalinya fungsi sangat lambat. Kontraktur tidak
tampak pada waktu otot wajah istirahat, tetapi menjadi jelas saat otot
wajah bergerak.5,6,7 9
K. Terapi1. Terapi medikamentosa: Golongan kortikosteroid sampai sekarang
masih kontroversi juga dalam diberikan neurotropik.
2. Terapi operatif : Tindakan bedah dekompresi masih kontroversi.3. Rehabilitasi Medik
L. Rehabilitasi Medik Pada Penderita Bells PalsyRehabilitasi medikmenurut WHO adalah semua tindakan yang
ditunjukan guna mengurangi dampak cacat handicap serta meningkatkan
kemampuan pasien dengan disabilitas mengenai intergritas sosial. Tujuan
rehabilitasi medik adalah:5,6 1) Meniadakan keadaan cacat bila mungkin; 2)
Mengurangi keadaan cacat sebanyak mungkin; 3) Melatih orang dengan sisa
keadaan cacat badan untuk dapat hidup dan bekerja dengan apa yang tertinggal.
Untuk mencapai keberhasilan dalam tujuan rehabilitasi yang efektif dan efisien
maka diperlukan tim rehabilitasi medik yang terdiri dari dokter,
fisioterapi,okupasi terapis, ortotis prostetis, ahli wicara, psikolog, petugas sosial
medik dan perawat rehabilitasi medik. Sesuai dengan konsep rehabilitasi medik
yaitu usaha gabungan terpadu dari segi medik, sosial dan kekaryaan, maka tujuan
rehabilitasimedik10pada Bells palsy adalah untuk mengurangi/mencegah paresis
menjadi bertambah dan membantu mengatasi problem sosial serta psikologinya
agar penderita tetap dapat melaksanakan aktivitas kegiatan sehari-hari. Program-
program yang diberikan adalah program fisioterapi, okupasi, sosial medik,
-
7/22/2019 Rehab Medik Bell Palsy
21/24
21
psikolog dan ortotik prostetik, sedang program perawatan pesawat rehabilitasi
danterapi wicara tidak banyak berperan.5,6
1. Program Fisioterapia. Pemanasan
Pemanasan superficial dengan infra red. Pemanasan dalam berupa Shortwave Diathermy atau
Microwave Diathermy
b. Stimulasi listrikTujuan pemberian stimulasi listrik yaitu menstimulasi otot
untuk mencegah/memperlambat terjadi atrofi sambil menunggu proses
regenerasi dan memperkuat otot yang masih lemah. Misalnya dengan
faradisasi yang tujuannya adalah untuk menstimulasi otot, redukasi
dari aksi otot, melatih fungsi otot baru, meningkatkan sirkulasi serta
mencegah/meregangkan perlengketan. Diberikan 2 minggu setelah
onset.
c. Latihan otot-otot wajah dan massage wajahLatihan gerak volunter diberikan setelah fase akut, latihan
berupa mengangkat alis tahan 5 detik, mengerutkan dahi, menutup
mata dan mengangkat sudut mulut, tersenyum, bersiul/meniup
(dilakukan didepan kaca dengan konsentrasi penuh). Massage adalah
manipulasi sitemik dan ilmiah dari jaringan tubuh dengan maksud
untuk perbaikan/pemulihan. Pada fase akut, Bells palsy diberi gentle
massage secara perlahan dan berirama. Gentle massage memberikan
efek mengurangi edema, memberikan relaksasi otot dan
mempertahankan tonus otot. Setelah lewat fase akut diberi Deep
Kneading 11 Massage sebelum latihan gerakan volunteer otot wajah.
Deep Kneading Massage memberikan efek mekanik terhadap
pembuluh darah vena dan limfe, melancarkan pembuangan sisa
metabolik, asam laktat, mengurangi edema, meningkatkan nutrisi
serabut-serabut otot dan meningkatkan gerakan intramuskuler
sehingga melepaskan perlengketan. Massage daerah wajah dibagi 4
-
7/22/2019 Rehab Medik Bell Palsy
22/24
22
area yaitu dagu, mulut, hidung dan dahi. Semua gerakan diarahkan
keatas, lamanya 5-10 menit.
2. Program Terapi OkupasiPada dasarnya terapi disini memberikan latihan gerakan pada otot
wajah. Latihan diberikan dalam bentuk aktivitas sehari-hari atau dalam
bentuk permainan. Perlu diingat bahwa latihan secara bertahap dan melihat
kondisi penderita, jangan sampai melelahkan penderita. Latihan dapat
berupa latihan berkumur, latihan minum dengan menggunakan sedotan,
latihan meniup lilin, latihan menutup mata dan mengerutkan dahi di depan
cermin.5,6
3. Program Sosial MedikPenderita Bells palsy sering merasa malu dan menarik diri dari
pergaulan sosial. Problem sosial biasanya berhubungan dengan tempat
kerja dan biaya. Petugas sosial medik dapat membantu mengatasi dengan
menghubungi tempat kerja, mungkin untuk sementara waktu bekerja pada
bagian yang tidak banyak berhubungan dengan umum. Untuk masalah
biaya, dibantu dengan mencarikan fasilitas kesehatan di tempat kerja atau
melalui keluarga. Selain itu memberikan penyuluhan bahwa kerja sama
penderita dengan petugas yang merawat sangat penting untuk kesembuhan
penderita.5,6
4. Program PsikologikUntuk kasus-kasus tertentu dimana ada gangguan psikis amat
menonjol, rasa cemas sering menyertai penderita terutama pada penderita
muda wanita atau penderita yang mempunyai profesi yang mengharuskan
ia sering tampil di depan umum, maka bantuan seorang psikolog sangat
diperlukan.5,6,
5. Program Ortotik ProstetikDapat dilakukan pemasangan Y plester dengan tujuan agar sudut
mulut yang sakit tidak jatuh. Dianjurkan agar plester diganti tiap 8 jam.
Perlu diperhatikan reaksi intoleransi kulit yang sering terjadi. Pemasangan
-
7/22/2019 Rehab Medik Bell Palsy
23/24
23
Y plester dilakukan jika dalam waktu 3 bulan belum ada perubahan
Zygomaticus selama parase dan mencegah terjadinya kontaktur.5,6
6. Home Programa. Kompres hangat daerah sisi wajah yang sakit selama 20 menit.
b. Massage wajah yang sakit ke arah atas dengan menggunakantangan dari sisi wajah yang sehat .
c. Latihan tiup lilin, berkumur, makan dengan mengunyah disisiyang sakit, minum dengan sedotan, mengunyah permen karet.
d. Perawatan mata: 1) Beri obat tetes mata (golongan artifial tears)3x sehari; 2) Memakai kacamata gelap sewaktu berpergian siang
hari; 3) Biasakan menutup kelopak mata secara pasif sebelum
tidur.
-
7/22/2019 Rehab Medik Bell Palsy
24/24
DAFTAR PUSTAKA
1. Sukardi, Nara P. Bells Palsy. 2007. Available from:http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/sPalsy.pdf/sPalsy.htm (diakses Juni
2013)
2. Sabirin J. Bells Palsy. Dalam : Hadinoto dkk. Gangguan Gerak. CetakanI. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 1990 : 171-
813
3. Maisel RH, Levine SC. Gangguan Saraf Fasialis. Dalam : Adams dkk.Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta : Penerbit EGC, 1997 :
139-52 20
4. Thamrinsyam. Beberapa Kontroversi Bells Palsy. Dalam : Thamrinsyamdkk. Bells Palsy. Surabaya : Unit Rehabilitasi Medik RSUD Dr.
Soetomo/FK UNAIR, 1991 : 1-75.
5. Angliadi LS, Sengkey L, Gessal J, dkk. Rehabilitasi Medik Pada BellsPalsy. Dalam: Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Manado: Bagian
Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitas BLU RSUP Prof. dr. R. D.
Kandou/FK UNSRAT, 2006: 42-496.
6. Annsilva. Bells Palsy. 2010. Available from:http://annsilva.wordpress.com/2010/04/04/bell%E2%80%99s-palsy-case-
report/ (diakses Juni 2013)
7. Lumbantobing SM. Saraf Otak : Nervus Fasial. Dalam : Neurologi KlinikPemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta : FK Universitas Indonesia, 2004 :
55-608.
8. Snell RS. Neuroanatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran edisi 5.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006 21