referat rehab medik bells palsy

18
REFERAT ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI BELL’S PALSY PEMBIMBING dr. Eka Poerwanto, Sp.KFR Disusun Oleh : Astine Jennifer S 2009.04.0.0054 FAKULTAS KEDOKTERAN 1

Upload: astinejennifer

Post on 15-Jan-2016

99 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

bells palsy

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Rehab Medik Bells Palsy

REFERAT

ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI

BELL’S PALSY

PEMBIMBING

dr. Eka Poerwanto, Sp.KFR

Disusun Oleh :

Astine Jennifer S 2009.04.0.0054

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HANG TUAH

SURABAYA

2014

1

Page 2: Referat Rehab Medik Bells Palsy

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan

anugerahNya, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas referat tentang

Leptospirosis dengan baik.

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada dr. Eka Poerwanto, Sp.KFR yang telah

meluangkan waktu dan memberikan kesempatan kepada kami sehingga

dapat menyelesaikan tugas referat ini tepat pada waktunya.

Dalam penulisan referat ini kami menyadari adanya keterbatasan

kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki, sehingga referat ini jauh dari

sempurna. Untuk itu, kritik dan saran kami perlukan agar dapat

menyempurnakan karya tulis ini di masa yang akan datang.

Semoga referat ini dapat berguna bagi pembaca pada umumnya dan

penulis pada khususnya.

Surabaya, Juli 2014

Penulis

2

Page 3: Referat Rehab Medik Bells Palsy

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................1

KATA PENGANTAR....................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................3

BELL’S PALSY

Definisi.............................................................................4

Etiologi.............................................................................4

Patofisiologi.....................................................................4

Manifestasi Klinis.............................................................5

Pemeriksaan Fisik...........................................................7

Pemeriksaan Spesifik......................................................9

Kriteria Diagnosa.............................................................9

Pemeriksaan Penunjang.................................................9

Diagnosa Banding...........................................................9

Konsultasi........................................................................10

Terapi..............................................................................10

Edukasi............................................................................12

Komplikasi.......................................................................13

Prognosis........................................................................13

3

Page 4: Referat Rehab Medik Bells Palsy

Definisi

Bell’s Palsy adalah parese nervus VII perifer, yang berlangsung akut,

idiopatik.

Etiologi

Penyebab dari Bell’s Palsy masih belum diketahui dengan pasti

(idiopatik). Tetapi diperkirakan karena terpapar oleh cuaca dingin (angin

dingin, terpapar AC terus-menerus, menyetir mobil dengan jendela terbuka)

yang menjadi pencetus Bell’s Palsy. Beberapa peneliti menganggap infeksi

virus Herpes simplex juga sebagai penyebab Bell’s Palsy, juga infeksi yang

lain seperti infeksi herpes zoster, syphilis, Epstein-Barr virus, CMV, HIV,

mycoplasma. Juga penyakit-penyakit seperti diabetes mellitus, hipertensi,

reaksi inflamasi, URI.

Bell’s Palsy mungkin merupakan reaksi sekunder dari infeksi virus

dan/atau reaksi autoimun ( Guilain Bare Syndrome) yang menyebabkan

demyelinisasi nervus facialis yang menghasilkan paralisis nervus facialis

unilateral.

Patofisiologi

Patofisiologi Bell’s Palsy masih merupakan perdebatan. Nervus facialis

melalui suatu bagian dalam os. temporalis yang disebut canalis facialis. Teori

populer menyebutkan bahwa ada suatu edema dan iskemik yang disebabkan

dari kompresi nervus facialis dalam kanal ini. Penyebab edema dan iskemik

masih belum diketahui. Kompresi dari n.Facialis dapat terlihat di MRI.

Bagian pertama dari kanal ini, segmen labirinti, adalah yang paling

sempit; diameter foramen meatal dari bagian ini hanya 0.66mm. Di lokasi ini

yang diperkirakan menjadi tempat tersering kompresi n.Facialis. Melihat

bagian-bagian yang sempit dari kanalis facialis, proses inflamasi,

demyelinisasi, iskemik, atau kompresi bisa menyebabkan kerusakan

konduksi saraf pada bagian ini.

4

Page 5: Referat Rehab Medik Bells Palsy

Injuri pada n.Facialis pada Bell’s palsy merupakan cedera saraf

perifer. Injuri / cedera diperkirakan terjadi di dekat atau pada ganglion

geniculatum. Jika lesi berada proksimal dari ganglion geniculatum,

kelumpuhan motorik disertai dengan kelainan otonom dan gustatory. Lesi

yang terletak antara ganglion geniculatum dan chorda tymphani

menghasilkan kelainan yang sama, kecuali menghambat lakrimasi. Jika lesi

terletak pada foramen stylomastoideus, akibatnya akan terjadi paralisis pada

wajah.

Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala motorik yang dijumpai pada pasien Bell’s Palsy

adalah: adanya kelemahan otot pada satu sisi wajah yang dapat dilihat saat

pasien kesulitan melakukan gerakan-gerakan volunter seperti, (saat gerakan

aktif maupun pasif) tidak dapat mengangkat alis dan menutup mata, sudut

mulut tertarik ke sisi wajah yang sehat (mulut mencong), sulit mecucu atau

bersiul, sulit mengembangkan cuping hidung, dan otot-otot yang terkena yaitu

m. frontalis, m. orbicularis oculi, m. orbicularis oris, m. zygomaticus dan m.

nasalis. Selain tanda-tanda motorik, terjadi gangguan pengecap rasa manis,

asam dan asin pada ⅔ lidah bagian anterior, sebagian pasien mengalami

mati rasa atau merasakan tebal-tebal di wajahnya.

5

Page 6: Referat Rehab Medik Bells Palsy

Tanda dan gejala klinis pada Bell’s Palsy adalah:

a) Lesi diluar foramen stilomastoideus :

Muncul tanda dan gejala sebagai berikut : mulut tertarik ke sisi mulut

yang sehat, makanan terkumpul di antara gigi dan gusi, sensasi

dalam pada wajah  menghilang, tidak ada lipatan dahi dan apabila

mata pada sisi lesi tidak tertutup atau tidak dilindungi maka air mata

akan keluar terus-menerus.

b) Lesi di canalis facialis dan mengenai nervus korda timpani :

Tanda dan gejala sama seperti penjelasan pada poin diatas,

ditambah dengan hilangnya ketajaman pengecapan lidah ⅔ bagian

anterior dan salivasi di sisi lesi berkurang. Hilangnya daya

pengecapan pada lidah menunjukkan terlibatnnya nervus

intermedius, sekaligus menunjukkan lesi di daerah antara pons dan

titik di mana korda timpani bergabung dengan nervus facialis di

canalis facialis.

c) Lesi yang tinggi dalam canalis facialis dan mengenai muskulus

stapedius :

6

Page 7: Referat Rehab Medik Bells Palsy

Tanda dan gejala seperti penjelasan pada kedua poin diatas,

ditambah dengan adanya hiperakusis (pendengaran yang sangat

tajam).

d) Lesi yang mengenai ganglion genikuli :

Tanda dan gejala seperti penjelasan pada ketiga poin diatas, disertai

dengan nyeri dibelakang dan didalam liang telinga dan dibelakang

telinga.

e) Lesi di meatus akustikus internus :

Tanda dan Gejala sama seperti  kerusakan pada ganglion genikuli,

hanya saja disertai dengan timbulnya tuli sebagai akibat terlibatnya

nervus vestibulocochlearis.

f) Lesi di tempat keluarnya nervus facialis dari pons :

Tanda dan gejala sama seperti di atas disertai tanda dan gejala

terlibatnya nervus trigeminus, nervus abducens, nervus

vestibulococlearis, nervus accessorius dan nervus hypoglossus.

7

Page 8: Referat Rehab Medik Bells Palsy

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan neurologis ditemukan parese N. VII perifer.

Gerakan volunter yang diperiksa (motorik) :

a. Mengerutkan dahi

b. Memejamkan mata

c. Mengembangkan cuping hidung

d. Tersenyum

e. Bersiul

f. Mengencangkan kedua bibir

Uji fungsi pengecapan : 2/3 depan lidah (sensorik).

8

Page 9: Referat Rehab Medik Bells Palsy

Pemeriksaan Spesifik

Uji Schirmer :

Menggunakan kertas filter diletakkan di belakang kelopak mata bagian

bawah kanan dan kiri. Amati rembesan air mata pada kertas filter,

9

Page 10: Referat Rehab Medik Bells Palsy

berkurangnya air mata menunjukkan lesi N.facialis setinggi ganglion

Geniculatum.

Kriteria Diagnosa

a. terjadi secara tiba – tiba

b. terjadi kelemahan pad otot wajah (kelemahan otot yang terjadi bisa

ringan sampai berat, tetapi selalu pada satu sisi wajah).

c. merasakan nyeri di belakang telinga

d. mati rasa, atau merasakan ada beban di wajah, meskipun

sebetulnya sensasi di wajah adalah normal.

e. Jika bersifat perifer, maka penderita mengalami kesulitan dalam

menutup mata pasa sisi yang terkena, mempengaruhi pembentukan

ludah, air mata atau rasa di lidah.

Pemeriksaan Penunjang

Elektrodiagnosa : EMG (mengukur kecepatan hantaran listrik

N.Facialis kanan-kiri)

CT-scan

MRI

Foto Rontgen

Diagnosa Banding

- Tumor otak yang menekan saraf

- Tumor kelenjar parotis

- Kerusakan N.facialis karena infeksi virus Herpes Zoster pada telinga

(sindroma Ramsay Hunt)

- Infeksi telinga tengah atau sinus mastoideus

- Fraktur pada basis cranii

- multiple sklerosis

- Guilain Bare Syndrome

10

Page 11: Referat Rehab Medik Bells Palsy

- Stroke

- Abcess otak

- Meningitis

- Osteomieltis pada Fraktur Basis Kranii

- Mastoiditis

Konsultasi

Dokter spesialis Rehabilitasi medis

Dokter spesialis saraf

Dokter spesialis bedah saraf

Dokter spesialis THT

Terapi

a. Terapi medikamentosa (diberikan pada fase akut) :

- kortikosteroid (metilprednisolon)

Evaluasi : - Kemajuan + : Tappering off dalam 5 hari

-Tetap paralise total ; teruskan 10 hari, kemudian

tappering off 5 hari berikutnya.

Jika KI dengan steroid : nonflamin

- neurotropik (vit B1, B6, B12) : mecobalamin

- antiviral ,C: aciclovir

b. Rehabilitasi Medik :

1. Terapi Panas :

Pemanasan superficial dengan infrared, pemanasan dalam dengan

Shortwave Diathermy atau Ultrasound Diathermy.

11

Page 12: Referat Rehab Medik Bells Palsy

Dimulai pada hari 3 atau 4.

2. Stimulasi Listrik

Tujuan pemberian stimulasi listrik yaitu menstimulasi otot untuk

mencegah atau memperlambat terjadi atrofi sambil menunggu

proses regenerasi dan memperkuat otot yang masih lemah.

Diberikan 2 minggu setelah onset.

Diprogram berdasarkan pertimbangan khusus:

Berdasarkan perkiraan prognosa (penilaian klinis dan

elektrodiagnosa) jika baik, tidak dilakukan stimulasi listrik; jika

kurang baik atau jelek, diberikan setelah penderita diberi informasi.

3. Latihan otot-otot wajah

Latihan gerak volunter otot wajah diberikan setelah fase akut.

Latihan berupa mengangkat alis, mengerutkan dahi, menutup mata

dan mengangkat sudut mulut, tersenyum, bersiul atau meniup,

semuanya ditahan selama 5 detik dilakukan di depan kaca dengan

konsentrasi penuh. Dilakukan 2x sehari.

Gerakan - gerakan otot muka yang harus dihindari :

- membuka mulut lebar

- menggerakkan bibir bawah ke kanan – kiri

- menggerakkan bola mata ke atas-ke bawah, ke lateral-ke medial

- tertawa lebar

- menggembungkan pipi dengan mulut tertutup

- menekan bibir atas pada gigi atas

- menutup mata dengan keras

4. Massage wajah

Dengan menggunakan tangan, arahkan bagian wajah yang sakit

( dagu, mulut, hidung , dahi ) ke arah atas selama 5 – 10 menit.

12

Page 13: Referat Rehab Medik Bells Palsy

5. Latihan Okupasi

Latihan berkumur, minum menggunakan sedotan, meniup lilin.

6. Program Psikologik

Penderita Bell’s Palsy sering malu dan tidak percaya diri. Psikolog

membantu dengan cara menghubungi tempat kerja agar sementara

waktu bekerja pada bagian yang tidak banyak berhubungan dengan

umum.

7. Program orthotik – prosthetik

Pemasangan Y-plester agar sudut mulut tidak jatuh (jika

kelumpuhan berat, plester diganti tiap 8 jam)

Hati-hati dengan reaksi iritasi atau hipersensitivitas.

Edukasi

Program rumah :

- Kompres hangat pada daerah atau sisi wajah yang sakit selama 20

menit

- Massage wajah yang sakit ke arah atas dengan menggunakan tangan

dari sisi wajah yang sehat

- Latihan tiup lilin, berkumur, makan dengan mengunyah di sisi yang

sakit, minum dengan menggunakan sedotan, mengunyah permen karet

- Perawatan mata :

o Beri obat tetes mata (golongan artifial tears) 3x sehari

o Memakai kacamata gelap sewaktu bepergian siang hari

o Biasakan menutup kelopak mata secara pasif sebelum tidur.

Prognosis

Umumnya baik jika tanpa penyulit atau komplikasi, sebanyak 80 - 85%

dapat sembuh dengan sempurna

Sisanya, 15 – 20% irreversible dan/atau memiliki gejala sisa.

13

Page 14: Referat Rehab Medik Bells Palsy

Komplikasi

Komplikasi yang muncul pada pasien Bell’s Palsy merupakan kumpulan

gejala sisa paska terjadinya kelemahan otot-otot wajah. Beberapa di antara

penderita Bell’s Palsy, kelumpuhannya sembuh dengan meninggalkan gejala

sisa yang berupa kontraktur, sinkenesis dan spasme spontan.

Kontraktur terlihat jelas saat otot wajah berkontraksi yang ditandai

dengan lebih dalamnya lipatan nasolabial dan alis mata lebih rendah

dibandingkan sisi yang sehat. Sinkenesis (assosiated movement) dapat

terjadi karena kesalahan proses regenerasi sehingga menimbulkan gerakan

otot wajah yang berasosiasi dengan gerakan otot lain. Misalnya saat mata

ditutup, sudut mulut ikut terangkat. Sedangkan spasme spontan pada otot

wajah terjadi bila pasien Bell’s Palsy mengalami penyembuhan yang

inkomplit. Otot-otot wajah bergerak secara spontan, tidak terkendali. Hal ini

disebut juga tic fasialis.

Gejala sisa yang ditimbulkan paska serangan Bell’s Palsy yaitu

sindroma air mata buaya (crocodile tears syndrome) yang merupakan

kesalahan regenerasi saraf salivarius menuju ke glandula lakrimalis.

Manifestasinya berupa keluarnya air mata pada sisi lesi saat pasien makan.

14