penatalaksanaan fisioterapi pada bells palsy

34
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA BELL’S PALSY KIRI DENGAN MODALITAS ELECTRICAL STIMULATION DAN MASSAGE Karya Tulis ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi Oleh : SAMUEL NIM 09.3.025 AKADEMI FISIOTERAPI WIDYA HUSADA

Upload: finanurinsiyah

Post on 02-Feb-2016

151 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

bells palsy

TRANSCRIPT

Page 1: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

PENATALAKSANAAN  FISIOTERAPI  PADA BELL’S PALSY KIRI DENGAN MODALITAS ELECTRICAL STIMULATION DAN

MASSAGE

Karya Tulis ini Disusun Sebagai

Salah Satu Syarat Dalam Menempuh

Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

 

Oleh :

SAMUEL

NIM  09.3.025

AKADEMI FISIOTERAPI WIDYA HUSADA

SEMARANG

Page 2: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

2012

BAB IPENDAHULUAN

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi saat ini, diharapkan dapat mewujudkan pembangunan kesehatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi penduduk agar terwujud kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya pelayanan kesehatan masyarkat semula hanya berupa penyembuhan saja, secara berangsur-angsur berkembang sehingga mencakup upaya peningkatan (promotif), upaya pencegahan (preventif), upaya penyembuhan (kuratif) dan upaya pemulihan (rehabilitatif), yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan dengan melibatkan peran serta masyarakat ( Dep.Kes RI, 1999).

Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutik dan mekanis), pelatihan fungsi, dan komunikasi (KEPMENKES RI, 2007)

Fisioterapi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang mempunyai tugas meningkatkan derajat kesehatan manusia dalam bidang kapasitas fisik dan kemampuan fungsional, sudah seharusnya ikut serta dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan kesehatan sesuai dengan bidangnya. Kebutuhan masyarakat terhadap fisioterapi akan meningkat disebabkan selain kesadaran masyarakat dan penghargaan masyarakat terhadap kesehatan meningkat, juga disebabkan terjadinya pergeseran pola penyakit. Pergeseran pola penyakit tersebut antara lain berkurangnya penyakit infeksi, menurunnya angka kematian bayi, meningkatnya penyakit degeneratif, meningkatnya angka kecelakaan kerja maupun lalu lintas, penyakit – penyakit sistemik, dan penyakit – penyakit akibat kurang gerak. Pergeseran pola penyakit yang demikian banyak berhubungan dengan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional manusia, sehingga fisioterapi akan sangat berperan di masa yang akan datang (WCPT, 1999).

A. Latar Belakang Masalah           Kecantikan dan ketampanan adalah idaman setiap manusia. Karena dengan kecantikan dan ketampanan dapat meningkatkan rasa percaya diri. Banyak usaha untuk mencapai hal itu, misalnya dengan cara perawatan, facial, dan operasi plastik. Walau harus mengeluarkan uang yang cukup banyak mereka tidak masalah yang penting bisa mempercantik atau mempertampan diri. Akhir-akhir  ini banyak orang terkena penyakit bell’s palsy. Bell’s palsy adalah sebuah kelainan dan ganguan neurologi pada nervus cranialis VII (saraf facialis) di daerah tulang temporal, di sekitar foramen stilomastoideus. Paralyse Bell ini hampir selalu terjadi unilateral, namun demikian dalam jarak satu minggu atau lebih dapat terjadi paralysis bilateral. Penyakit ini dapat berulang atau kambuh, yang menyebabkaan kelemahan atau paralisis,ketidaksimetrisan kekuatan/aktivitas muscular pada kedua sisi wajah (kanan dan

Page 3: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

kiri), serta distorsi wajah yang khas. Hal ini sangat menyiksa diri karena membuat orang menjadi kurang percaya diri. Wajah kelihatan tidak cantik karena  mulut mencong, mata tidak bisa berkedip, mata berair, dll (Attaufiq,2011).           Kata Bell’s Palsy itu sendiri diambil dari nama seorang dokter dari abad 19, Sir Charles Bell, orang pertama yang menjelaskan kondisi ini dan menghubungkan dengan kelainan pada saraf wajah.           Prevalensi Bell’s Palsy di Indonesia, secara pasti sulit ditentukan. Data yang dikumpulkan dari empat Rumah Sakit di Indonesia didapatkan frekuensi Bell’s Palsy sebesar 19,55% dari seluruh kasus neuropati dan terbanyak pada usia 21–50 tahun, peluang untuk terjadinya pada wanita dan pria sama. Tidak didapati perbedaan insiden antara iklim panas maupun dingin, tetapi pada beberapa penderita didapatkan adanya riwayat terkena udara dingin atau angin berlebihan (Annsilva,2010).           Untuk mengatasi hal itu dibutuhkan peran fisioterapi. Karena itu penulis tertarik untuk mengangkat judul karya tulis ilmiah ”PENATALAKSANAAN  FISIOTERAPI PADA BELL’S PALSY KIRI DENGAN MODALITAS ELECTRICAL  STIMULATION  DAN  MASSAGE”.

B. Rumusan Masalah           Berdasarkan masalah yang timbul pada Bell’s Palsy Kiri maka penulis ingin mengetahai:

1.  Bagimanakah pemberian Electrical Stimulation dapat membantu meningkatkan kekuatan otot dan mendidik otot secara individual pada wajah sebelah kiri ?

2.  Bagaimanakah pemberian massage dapat memelihara sifat fisiologisotot, Mengurangi rasa kaku pada wajah, dan mencegah spasme pada sisi yang sehat ?

C. Tujuan PenulisanAdapun tujuan penulisan karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut :

1.  Tujuan UmumUntuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Diploma III di Akademi

Fisioterapi ”STIKES Widya Husada ” Semarang.2.  Tujuan Khusus

Untuk menegetahui pengaruh Electrical Stimulation danMassage terhadap permasalahan dari pasien dengan kondisi Bell’s Palsy seperti kelemahan otot-otot wajah pada sisi kiri yang mengakibatkan adanya keterbatasan fungsi yang melibatkan otot-otot wajah.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A.   Kajian Teori1.    Definisi

Bell’s palsy adalah suatu kelumpuhan facialis perifer akibat proses non supuratif, non neoplasmatik, non degeneratif primertetapi sangat dimungkinkan akibat dari adanya oedema jinak pada bagian nervus facialis di foramen stilomastoideus atau sedikit

Page 4: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

proksimal dari foramen stilomastoideus, yang mulainya akut dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan (Sidharta, 1999).

Bell’s Palsy adalah suatu kelumpuhan akut nervus facialis perifer yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik). Penyakit ini biasanya hanya mengenai satu sisi wajah (unilateral), tetapi dapat pula mengenai kedua sisi wajah yang sehat dengan bilateral Bell’s Palsy ( Jimmi Sabirin, 1996).

Istilah Bell’s Palsy (kelumpuhan bell) biasanya digunakan untuk kelumpuhan nervus facialis jenis perifer yang timbul secara akut, yang penyebabnya belum diketahui, tanpa adanya kelainanneurologik lain. Pada sebagian besar penderita Bell’s Palsykelumpuhannya akan sembuh, namun pada beberapa diantara mereka kelumpuhannya sembuh dengan meninggalkan gejala sisa (Lumbantobing, 2006).

Pada gambar dibawah terlihat penurunan wajah sebelah kiri :

Gambar 2.1  Wajah dengan kondisi Bell’s Palsy (www.medicastore.com, 2010)

2.  Anatomi Fungsionala)  Nervus Facialis

Nervus Facialis terdiri dari dua nucleus motoris di batang otak, yang terdiri dari:(1)  Nucleus Motorik Superior yang bertugas menerima impuls dari gyrus presentralis kortek serebri

kedua belah sisi kanan-kiri dan mengirim serabut-serabut saraf ke otot-otot mimik di dahi dan orbikularis occuli.

(2)  Nucleus Motoris Inferior yang bertugas menerima impuls hanya dari gyrus presentralis dari sisi yang berlawanan dan mengirim serabut-serabut saraf ke otot-otot mimik bagian bawah dan platisma (Chusid, 1983).

Serabut-serabut nervus facialis didalam batang otak berjalan melingkari nucleus nervus abducens sehingga lesi di daerah ini juga diikuti dengan kelumpuhan nervus abducens. Setelah keluar dari batang otak, nervus facialis berjalan bersama nervus intermedius yang bersifat sensoris dan sekretorik. Selanjutnya berjalan berdekatan dengan nervus oktavus bersama-sama masuk ke dalam canalis austikus internus dan berjalan ke arah lateral, masuk ke canalis falopii (pars petrosa). Kemudian nervus facialis masuk ke dalamcavum timpani setelah membentuk ganglion genikulatum. Di dalam cavum timpani nervus facialis membelok tajam ke arah posterior dan horizontal (pars timpani). Saraf ini berjalan tepat di atas foramen ovale, kemudian membelok tegak lurus ke bawah (genu eksternum) di dalam canalis falopii pars mastoidea. Bagian saraf yang berada didalam canalis falopii pars timpani disebut nervus

Page 5: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

facialis pars horizontalis, sedang yang berjalan didalam pars mastoidea disebut nervus facialispars vertikalis atau desenden. Saraf ini keluar dari tulang tengkorak melalui foramen stylomastoideus. Setelah keluar dari foramen stylomastoideus, syaraf ini bercabang-cabang dan berjalan di antara lobus superfisialis dan profundus glandula parotis dan berakhir pada otot-otot mimik di wajah.

Dalam perjalanan nervus facialis memberikan cabang :(1)  Dari ganglion genikulatum mengirimkan serabut saraf melalui  ganglion sfenopalatinum sebagai

saraf petrosus superfisialis mayor yang akan menuju glandula lakrimalis.(2)  Cabang lain dari ganglion genikulatum adalah sarafpetrosus superficialis minor yang

melalui ganglion otikummembawa serabut sekreto-motorik ke kelenjar parotis.(3)  Dari nervus facialis pars vertikalis, memberikan cabang-cabang :(a)  Saraf stapedius yang mensarafi m.stapedius. Kelumpuhan  saraf ini menyebabkan hiperakusis.(b)  Saraf korda timpani yang menuju ⅔ lidah bagian depan dan berfungsi sensorik untuk perasaan

lidah (rasa asam, asin dan manis). Selain itu saraf korda timpani juga mempunyai serabut yang bersifat sekreto-motorik yang menuju ke kelenjar liur submaksilaris dansublingualis (Chusid, 1983)

    Perjalanan nervus facialis dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

:

Gambar 2.2Perjalanan nervus facialis (Putz dan Pabst, 2006)

b)   Otot-otot wajah        Otot-otot pada wajah berserta fungsinya masing-masing dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

                        Tabel 2.1                        Otot-Otot Wajah Beserta Fungsinya

No Nama Otot Fungsi Persarafan

Page 6: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

1 M.Frontalis Mengangkat alis N. Temporalis

2 M.Corrugator

supercili

Mendekatkan kedua

pangkal alis

N. Zigomatikum

dan

N.Temporalis

3 M.Procerus Mengerutkan kulit antara kedua alis

N. Zigomatikum,

N.Temporalis,

N. Buccal

4 M. Orbicularis Oculli Menutup kelopak mata N.Fasialis,

N.Temporalis, N.

Zigomatikus

5 M. Nasalis Mengembang

Kan cuping hidung

N. Fasialis

6 M. Depresor anguli

oris

Menarik ujung mulut ke

bawah

N. Fasialis

7 M. Zigomaticum

mayor dan M.

Zigomatikum minor

Tersenyum

N. Fasialis

8 M. Orbicularis oris

Bersiul

N. Fasialis

N. Zigomatikum

9 M. Buccinator Meniup sambil menutup

mulut

N. Fasialis,

N. Zigomatikum,

N. Mandibular,

N. Buccal

10 M. Mentalis Mengangkat dagu N. Fasialis dan

N. Buccal

11 M. Platysma Meregangkan kulit leher N. Fasialis

        Sedangkan gambar otot-otot wajah dari depan dapat dilihat pada gambar 2. 3 dibawah ini:

           

Page 7: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

          Gambar 2.3           Otot – otot wajah dilihat dari anterior (Putz dan Pabst, 2006)

      Keterangan Gambar 2.3

1.    M.Frontalis                                          7. M. Zygomaticum mayor2.    M.Corrugator supercili                        8. M.Zygomaticum minor3.    M.Procerus                                         9. M.Orbicularis oris4.    M.Orbicularis oculi                           10. M.Buccinator5.    M.Nasalis                                         11. M.Mentalis6.    M.Depresor anguli oris                    12. M.Platysma

Page 8: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

3.  EtiologiMenurut etiologi artinya ilmu tentang penyebab penyakit (Dachlan,2001). Ada beberapa

teori yang mengemukakan tentang penyebab Bell’s Palsy antara lain sebagai berikut:a)  Teori Infeksi Virus Herpes Zoster

Salah satu penyebab munculnya Bell’s Palsy adalah karena adanya infeksi virus herpes zoster. Herpes zosterhidup didalam jaringan saraf. Apabila radang herpes zoster ini menyerang ganglion genikulatum, maka dapat melibatkanparalisis pada otot-otot wajah sesuai area persarafannya. Jenis herpes zoster yang menyebabkan kelemahan pada otot-otot wajah ini sering dikenal dengan Sindroma Ramsay-Huntatau Bell’s Palsy (Duus Peter, 1996).

b)  Teori Iskemia VaskulerMenurut teori ini, terjadinya gangguan sirkulasi darah di kanalis falopii, secara tidak

langsung menimbulkan paralisis pada nervus facialis. Kerusakan yang ditimbulkan berasal dari tekanan saraf perifer terutama berhubungan dengan oklusi dari pembuluh darah yang mengaliri saraf tersebut, bukan akibat dari tekanan langsung pada sarafnya. Kemungkinan terdapat respon simpatis yang berlebihan sehingga terjadi spasme arterioral atau statis vena pada bagian bawah dari canalis fasialis, sehingga menimbulkan oedema sekunder yang selanjutnya menambah kompresi terhadap suplai darah, menambah iskemia dan menjadikan parese nervus facialis (Esslen, 1970).

c)  Teori herediterTeori herediter mengemukakan bahwa Bell’s Palsy yang disebabkan karena faktor

herediter berhubungan dengan kelainan anatomis pada canalis facialis yang bersifat menurun (Hamid, 1991).

d)  Pengaruh udara dingin

Udara dingin menyebabkan lapisan endotelium dari pembuluh darah leher atau telinga rusak, sehingga terjadi proses transdusi (proses mengubah dari suatu bentuk kebentuk lain) dan mengakibatkan foramen stilomastoideus bengkak. Nervus facialis yang melewati daerah tersebut terjepit sehingga rangsangan yang dihantarkan terhambat yang menyebabkan otot-otot wajah mengalami kelemahan atau lumpuh.

4.  Patofisiologipatologi berarti ilmu tentang penyakit, menyangkut penyebab dan sifat penyakit tersebut.

Patologi yang akan dibicarakan adalah mengenai pengaruh udara dingin yang menyebabkan Bell’s Palsy (Dachlan, 2001)

Udara dingin menyebabkan lapisan endotelium dari pembuluh darah leher atau telinga rusak, sehingga terjadi proses transdusi dan mengakibatkan foramen stilomastoideus bengkak.Nervus facialis yang melewati daerah tersebut terjepit sehingga rangsangan yang dihantarkan terhambat yang menyebabkan oto-otot wajah mengalami kelemahan atau kelumpuhan.

5.    Tanda dan GejalaTanda dan gejala motorik yang dijumpai pada pasien Bell’s Palsy adalah: adanya

kelemahan otot pada satu sisi wajah yang dapat dilihat saat pasien kesulitan melakukan gerakan-gerakan volunter seperti, (saat gerakan aktif maupun pasif) tidak dapat mengangkat alis dan menutup mata, sudut mulut tertarik ke sisi wajah yang sehat (mulut mencong), sulit

Page 9: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

mecucu atau bersiul, sulit mengembangkan cuping hidung, dan otot-otot yang terkena yaitu m. frontalis, m. orbicularis oculi, m. orbicularis oris, m. zygomaticus dan m. nasalis. Selain tanda-tanda motorik, terjadi gangguan pengecap rasa manis, asam dan asin pada ⅔ lidah bagian anterior, sebagian pasien mengalami mati rasa atau merasakan tebal-tebal di wajahnya.

Tanda dan gejala klinis pada Bell’s Palsy menurut (Chusid,1983) adalah:a)    Lesi diluar foramen stilomastoideus: Muncul tanda dan gejala sebagai berikut : mulut tertarik ke

sisi mulut yang sehat, makanan terkumpul di antara gigi dan gusi, sensasi dalam pada wajah  menghilang, tidak ada lipatan dahi dan apabila mata pada sisi lesi tidak tertutup atau tidak dilindungi maka air mata akan keluar terus-menerus.

b)    Lesi di canalis facialis dan mengenai nervus korda timpani: Tanda dan gejala sama seperti penjelasan pada poin diatas, ditambah dengan hilangnya ketajaman pengecapan lidah ⅔ bagian anterior dan salivasi di sisi lesi berkurang. Hilangnya daya pengecapan pada lidah menunjukkan terlibatnnyanervus intermedius, sekaligus menunjukkan lesi di daerah antara pons dan titik di mana korda timpani bergabung dengan nervus facialis di canalis facialis.

c)    Lesi yang tinggi dalam canalis facialis dan mengenaimuskulus stapedius: Tanda dan gejala seperti penjelasan pada kedua poin diatas, ditambah dengan adanya hiperakusis(pendengaran yang sangat tajam).

d)    Lesi yang mengenai ganglion genikuli: Tanda dan gejala seperti penjelasan pada ketiga poin diatas, disertai dengan nyeri dibelakang dan didalam liang telinga dan dibelakang telinga.

e)    Lesi di meatus akustikus internus: Tanda dan Gejala sama seperti  kerusakan pada ganglion genikuli, hanya saja disertai dengan timbulnya tuli sebagai akibat terlibatnya nervus vestibulocochlearis.

f)     Lesi di tempat keluarnya nervus facialis dari pons: Tanda dan gejala sama seperti di atas disertai tanda dan gejala terlibatnya nervus trigeminus, nervus abducens, nervus vestibulococlearis, nervus accessorius dan nervus hypoglossus.

6.  Komplikasikomplikasi atau complication berarti penyakit yang timbul kemudian sebagai tambahan

pada penyakit yang sudah ada(Dachlan, 2001). Komplikasi yang muncul pada pasien Bell’s Palsy merupakan kumpulan gejala sisa paska terjadinya kelemahan otot-otot wajah. Lumbantobing (2006) menjelaskan bahwa beberapa di antara penderita Bell’s Palsy, kelumpuhannya sembuh dengan meninggalkan gejala sisa yang berupa kontraktur, sinkenesis dan spasme spontan.

Kontraktur terlihat jelas saat otot wajah berkontraksi yang ditandai dengan lebih dalamnya lipatan nasolabial dan alis mata lebih rendah dibandingkan sisi yang sehat. Sinkenesis (assosiated movement) dapat terjadi karena kesalahan proses regenerasi sehingga menimbulkan gerakan otot wajah yang berasosiasi dengan gerakan otot lain. Misalnya saat mata ditutup, sudut mulut ikut terangkat. Sedangkan spasme spontan pada otot wajah terjadi bila pasien Bell’s Palsy mengalami penyembuhan yang inkomplit. Otot-otot wajah bergerak secara spontan, tidak terkendali. Hal ini disebut juga tic fasialis.

Gejala sisa yang ditimbulkan paska serangan Bell’s Palsyyaitu sindroma air mata buaya (crocodile tears syndrome) yang merupakan kesalahan regenerasi saraf salivarius menuju ke glandula lakrimalais. Manifestasinya berupa keluarnya air mata pada sisi lesi saat pasien makan (Djamil, 2003).

Page 10: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

7.  Prognosis dan PengobatanPrognosis berarti ramalan klinis mengenai kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi

yang berhubungan dengan penyakit, untuk timbul lagi atau mungkin berakhir sembuh(Dachlan, 2001). Prognosis Bell’s Palsy kesembuhan akan terjadi dalam waktu 2 - 8 minggu untuk pasien yang muda dan pasien yang lebih tua sampai 1-2 tahun. Menjaga agar muka tetap hangat dan selanjutnya hindarkan agar tidak terbuka, terutama terhadap angin dan debu. Lindungi mata dengan kasa steril kalau perlu. Muka dapat ditahan dengan mengaitkan pita atau kawat pada sudut mulut dan diikatkan sekitar telinga. Stimulasi listrik sesudah hari keempat belas dapat dikerjakan untuk membantu mencegah atrofi otot. Lakukan massage perlahan-lahan kearah atas pada otot-otot yang terkena selama 5-10 menit, dua-tiga kali sehari, untuk menjaga tonus otot. Pemanasan dengan memakai lampu inframerah dapat mempercepat penyembuhan. Pada sebagian besar kasus, akan terjadi kesembuhan lengkap ataupartial. Kalau kesembuhannya partial, dapat timbul kontraktur pada sisi yang lumpuh. Kambuhnya penyakit di sisi yang lain kadang-kadang dilaporkan (Chusid, 1983).

B.   Deskripsi Problematika Fisioterapi

            Berdasarkan gambaran klinis di atas, maka dapat kita simpulkan problematik fisioterapi pada

kasus Bell’s Palsy adalah:

a)  Impairment

        Merupakan gangguan abnormalitas yang bersifat sementara atau menetap yang mengenai pada sistem organ.

Keterbatasan fisik (impairment) yang dijumpai pada pasien dengan kondisi Bell’s Palsy kiri ini adalah: (1) Adanya penurunan kekuatan otot-otot wajah sisi kiri, (2) Potensial terjadinya atrofi pada otot wajah sisi kiri, (3) Potensial terjadinya spasme otot pada sisi wajah kanan (sehat) oleh karena kontraksi terus menerus pada sisi yang sehat, (4) Potensial terjadinya kontraktur otot wajah sisi kanan.

b)  Fungsional limitation

        Adanya gangguan fungsi atau keterbatasan fungsi yang disebabkan oleh impairment yang berhubungan dengan motorik.           

Adanya keterbatasan fungsi seperti mata kiri tidak bisa menutup rapat, berkumur dan minum mengalami kebocoran, makanan cenderung mengumpul disisi kiri saat mengunyah oleh karena kelemahan otot wajah pada sisi kiri.

C.    Teknologi Intervensi Fisioterapi

Modalitas yang dipilih untuk mengurangi problematika fisioterapi pada kasus Bell’s Palsy karena

pengaruh udara dingin Electrical Stimulation dan Massage.

1.    Electrical Stimulation dengan Arus Faradik

a)  DefinisiArus faradik adalah arus listrik bolak-balik yang tidaksimetris yang mempunyai durasi

0.01-1 ms dengan frekuensi 50-100 cy/detik (Akademi Fisioterapi Surakarta, 1998).b)  Fisika dasar arus faradik

Page 11: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

Istilah faradik mula-mula digunakan untuk arus yang keluar dari faradik coil, suatu induction coil. Arus ini merupakan bolak-balik yang tidak simetris. Tiap cycle terdiri dari dua fase yang tidak sama. Fase pertama dengan intensitas rendah dan durasi panjang, sedang fase kedua intensitas tinggi dan durasi pendek. Berfrekwensi sekitar 50 cycle/detik. Durasi fase kedua sekitar 1milisecond (0,001 detik).

c)  ModifikasiArus faradik pada umumnya dimodifikasi dalam bentuk surged atau interupted (terputus-

putus). Bentuk surged faradikdapat diperoleh dari mesin-mesin modern. Pengontrol durasisurged sebaiknya terpisah dengan pengontrol interval sehingga diperoleh kontraksi yang efektif dari masing-masing penderita. Bentuk – bentuk surged juga bermacam-macam antara laintrapezoid, trianguler, saw tooth dan sebagainya.

d)  Efek fisiologisEfek fisiologis terhadap sensoris akan menimbulkan rasa tertusuk halus dan

efek vasodilatasi dangkal, sedangkan efek terhadap motorik adalah kontraksi tetanik yang akan lebih mudah menimbulkan kontraksi. Arus faradik lebih enak bagi pasien karena durasinya pendek.

e)  Efek terapeutik(1) Fasilitasi  kontraksi otot.

         Apabila otot mengalami kesulitan untuk mengadakan  kontraksi, stimulasi elektris dapat membantunya terutama kontraksi otot yang terhambat oleh nyeri atau injury yang baru, dimana stimulasi dapat memberikan fasilitas lewat mekanisme muscle spindel.

(2) Mendidik kembali kerja otot         Stimulasi faradik diberikan untuk mendapatkan kontraksi dan membantu memperbaiki perasaan gerak. Otot hanya mengenal gerak, sehingga stimulasi diberikan untuk menimbulkan gerakan yang normal. Stimulasi ini merupakan permulaan latihan-latihan aktif.

(3) Melatih otot-otot yang paralysis         Pada kasus saraf perifer, impuls dari otak tidak sampai pada otot yang disarafi. Akibatnya kontraksi voluntari hilang. Apabila saraf belum mengalami degenerasi, stimulasi denganarus faradik disebelah distal kerusakan akan menimbulkan kontraksi. Dengan demikian stimulasi dengan arus faradikdapat digunakan untuk melatih otot-otot yang paralisis.

(4) Penguatan dan hypertrofi otot-otot         Untuk mendapatkan penguatan dan hypertrofi, otot perlu berkontraksi dalam jumlah yang cukup serta beban (tahanan). Kelenturan-kelenturan tersebut harus dipenuhi bila stimulasi dimaksudkan untuk penguatan. Apabila suatu otot sangat lemah berat dari bagian tubuh yang bergerak memberikan cukup beban. Dalam hal ini stimulasi dapat meningkatkan kekuatan otot.

(5) Memperbaiki aliran darah dan lymfe         Aliran darah dapat dipelancar oleh adanya pemompaan dari otot yang berkontraksi dan relaksasi. Efek yang ditimbulkan akan diperoleh secara maksimal dengan menggunakan arus faradik.

(6) Mencegah dan melepaskan perlengketan jaringan         Apabila terjadi offusi kedalam jaringan maka perlengketan jaringan akan mudah terjadi. Perlengketan tersebut dapat dicegah dengan selalu mengerakan struktur-struktur didaerah

Page 12: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

tersebut. Jika latihan latihan-latihan aktif tidak dimungkinkan, stimulation electrical dapat diberikan. Perlengketan yang telah terjadi dapat dibebankan dan diulur dengan kontraksi otot (Akademi Fisioterapi Surakarta, 1998).

f)   Metode pelaksanaan arus faradik(1) Stimulasi secara group

        Pada metode ini semua otot dari suatu group otot berkontraksi bersama. Satu elektrode dipasang pada nerve trunk atau daerah origo, sedangkan satu lagi dipasang pada daerah motor point atau ujung dari muscle belly. Semua otot dari grup otot berkontraksi bersama sehingga sangat efektif untuk mendidik otot yang bekerja secara group.

(2) Stimulasi motor point        Keuntungan menggunakan metode motor point adalah masing-masing otot berkontraksi

sendiri-sendiri dan kontraksinya optimal. Sedangkan kerugian metode ini ialah apabila otot yang dirangsang banyak, maka sulit untuk mendapatkan jumlah kontraksi yang cukup untuk masing-masing otot.

        Berikut ini adalah letak motor point pada wajah :

Page 13: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

            

Gambar 2. 4

          Motor point pada otot – otot wajah yang disarafi nervus facialis

(Gersh,1992)

                             Keterangan gambar:

1.  M. Frontalis                                7.  M. Orbicularis Oris

2.  M.Procerus                                8.  M. Corrugator Supercilli

3.  M. Orbicularis Oculi                   9.  M. Nasalis

4.  M. Zygomaticus Mayor            10.  M. Depresor Septi 

5.  N. Risorius                               11.  M. Mentalis

6.  M. Buc

2.    Massage

a)  Definisi         Massage adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan  suatu manipulasi yang dilakukan dengan tangan yang ditujukan pada jaringan lunak tubuh, untuk tujuan mendapatkan efek baik pada jaringan saraf, otot, maupun sirkulasi (Gertrude, 1952).

b)  Teknik-teknik massage         Ada beberapa teknik massage, seperti: stroking, effleurage, petrissage, kneading, finger kneading, picking up, tapping, friction dan tapotemen (hacking, claping, beating, pounding). Pada kasusBell’s Palsy teknik massage yang diberikan yaitu stroking, effleurage, finger kneading dan tapping.             Stroking atau gosokan ringan adalah manipulasi yang ringan dan halus dengan menggunakan seluruh permukaan tangan satu atau permukaan kedua belah tangan dan arah gerakannya tidak tentu. Efekstroking adalah penenangan dan mengurangi rasa nyeri.(Tappan, 1988)         Effleurage adalah manipulasi gosokan dengan penekanan yang ringan dan halus dengan menggunakan seluruh permukaan tangan, sebaiknya diberikan dari dagu ke atas ke pelipis dan dari tengah dahi turun ke bawah menuju ke telinga. Ini harus dikerjakan secara gentle dan menimbulkan rangsangan pada otot-otot wajah. Efek dari effleurage adalah membantu

Page 14: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

pertukaran zat-zat dengan mempercepat peredaran darah dan limfe yang letaknya dangkal, menghambat proses peradangan.         Finger kneading adalah pijatan yang dilakukan dengan jari-jari dengan cara memberikan tekanan dan gerakan melingkar, diberikan ke seluruh otot wajah yang terkena lesi dengan arah gerakan menuju ke telinga. Efek dari finger kneading adalah memperbaiki peredaran darah  dan memelihara tonus otot.         Tapping adalah manipulasi yang diberikan dengan tepukan yang ritmis dengan kekuatan tertentu, untuk daerah wajah dilakukan dengan ujung-ujung jari. Efek dari tapping adalah merangsang jaringan dan otot untuk berkontraksi.

c)  Aplikasi massage         Pemberian massage wajah pada kondisi Bell’s Palsybertujuan untuk mencegah terjadinya perlengketan jaringan dengan cara memberikan penguluran pada jaringan yang superfisial yakni otot-otot wajah. Dengan pemberian massagewajah ini akan terjadi peningkatan vaskularisasi dengan mekanisme pumping action pada vena sehingga memperlancar sirkulasi darah dan limfe. Efek rileksasi dapat dicapai dan elastisitas otot dapat tetap terpelihara serta mencegah timbulnya perlengketan jaringan dan kontraktur otot dapat dicegah  (Douglas, 1902)         Massage dilakukan selama 5-10 menit, 2-3 kali sehari. Massage ini membantu mempertahankan tonus otot wajah agar tidak kaku (Chusid 1983).

Gerakan massage dapat diamati dari gambar berikut ini :

                                                                                                                                                                                                                            

Page 15: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy
Page 16: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

       

Gambar 2.5

         Arah gerakan Massage pada wajah (Maxwell,1987).

d)  Indikasi Massage

Page 17: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

         Beberapa kondisi yang merupakan indikasi pemberian massage, antara lain: spasme otot, nyeri, oedema, kasus-kasus perlengketan jaringan, kelemahan otot jaringan, dan kasus- kasus kontraktur.

e)  Kontra Indikasi Massage         Masssage tidak selalu dapat diberikan pada semua kasus, ada beberapa kondisi yang merupakan kontra indikasi pemberian massage, yaitu: darah yang mengalami infeksi, penyakit-penyakit dengan ganguan sirkulasi, seperti: tromboplebitis, arteriosclerosis berat, adanya tumor ganas, daerah peradangan akut, jerawat akut,sakit gigi, dan luka bakar.

D.   Rencana Pelaksanaan Fisioterapi

     Dalam memberikan pelayanan kepada pasien, fisioterapi seharusnya selalu memulai dengan

melaksanakan assesment yaitu di mulai dari pengkajian  data (anamnesis, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan spesifik, dan lain-lain) kemudian dilanjutkan dengan tujuan terapi, penatalaksanaan

fisioterapi serta tindak lanjut dan evaluasi.

1.  Pengkajian DataDalam pengkajian fisioterapi, proses pemeriksaan untuk menentukan problematika

pasien dimulai dari anamnesa, pemeriksaan, dan dilanjutkan dengan menentukan diagnose fisioterapi.

Anamnesa merupakan suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan mengadakan Tanya jawab kepada pasien secara langsung (auto anamnesis) ataupun dengan mengadakan Tanya jawab kepada pasien secara langsung (hetero anamnesis) mengenai kondisi/ keadaan penyakit pasien. Dengan melakukan anamnesis ini akan diperoleh informasi-informasi penting untuk membuat diagnosis. Anamnesis dikelompokan menjadi dua yaitu anamnesis umum dan anamnesis khusus. Pada kasus ini berdasarkan autoanamnesis pada tanggal 19 januari 2012 diperoleh informasi sebagai berikut :

(1)  Identitas pasien           Data identitas pasien yang diperoleh berupa  nama, jenis kelamin, umur, agama, pekerjaan, serta

alamat pasien.

(2)  Keluhan utama           Merupakan satu atau lebih keluhan atau gejala dominan yang mendorong penderita untuk mencari

pertolongan.

(3)  Riwayat penyakit sekarang           Merupakan rincian keluhan dan menggambarkan proses terjadinya riwayat penyakit secara

kronologis dengan secara jelas dan lengkap. Yang isinya kapan mulai terjadinya, sifatnya seperti apa,

manifestasi lain yang menyertai, penyebab sakit, dan lain-lain.

(4)   Riwayat penyakit dahulu / penyerta           Pertanyaan diarahkan pada penyakit-penyakit yang pernah dialami yang tidak berkesinambungan

dengan munculnya keluhan sekarang.

(5)  Riwayat pribadi           Riwayat pribadi adalah hal-hal atau kegiatan sehari-hari yang dilakukan pasien menyangkut hobi

atau kebiasaan yang berkaitan dengan penyebab bell’s palsy.

Page 18: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

(6)  Riwayat penyakit keluarga           Riwayat keluarga adalah penyakit-penyakit yang bersifat menurun dari orang tua atau keluarga

yang lain (Heredo Familial),yang berhubungan dengan bell’s palsy.

Anamnesis sistem           Anamnesis system ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang belum diungkapkan

penderita dan untuk melengkapi anamnesis yang belum tercakup diatas, antara lain: kepala dan leher, Kardiovaskuler, Respirasi, Gastrointestinal, Urogenitalis, Muskuloskeletal, Nervorum.

        Pemeriksaan yang dilakukan dibagi menjadi dua, antara lain:(1)  Pemeriksaan fisik

(a) Tanda – tanda Vital

Pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh data sebagai berikut: (1) tekanan darah, (2) denyut nadi,

(3) pernafasan: (4) temperatur, (5) tinggi badan,  (6) berat badan.

(b) Inspeksi

Inspeksi adalah pemeriksaan dengan cara melihat dan mengamati. Ada dua macam yaitu inspeksi

statis dan inspeksi dinamis. Inspeksi statis adalah inspeksi dimana pasien dalam keadaan diam,

sedangkan inspeksi dinamis adalah inspeksi dimana pasien dalam keadaan bergerak.

(c) Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan dengan cara meraba, menekan dan memegang bagian tubuh pasien

yang akan diperiksa atau yang dikeluhkan pasien.

(d) Perkusi dan Auskultasi

Perkusi adalah cara pemeriksaan dengan jalan mengetuk/vibrasi, seperti mengetuk untuk

mengetahui keadaan suatu rongga pada bagian tubuh tertentu. dan Auskultasi adalah cara pemeriksaan

dengan menggunakan indera pendengaran, biasanya menggunakan alat bantu stetoskop untuk

mengetahui Ronki,denyut jantung,

(e) Pemeriksaan gerak

Meliputi pemeriksaan gerak aktif, pasif, isometrik melawan tahanan.  Pada pemeriksaan gerak aktif

yang diperiksa adalah sisi yang lemah, meliputi kemampuan mengerutkan dahi, bersiul, tersenyum dan

menutup mata. Pada pemeriksaan gerak pasif yang diperiksa adalah sisi wajah yang sakit, yaitu menutup

mata, mengerutkan dahi dan tersenyum. Pada pemeriksaan gerak pasif yang dilakukan pada sisi yang

lesi atau kanan gerakan mengerutkan dahi, mendekatkan kedua alis, mencucu,bersiul, menutup mata,

mengkerutkan hidung ke atas, dan tersenyum.

(f)  Kemampuan fungsional dan lingkungan Aktivitas

Kemampuan fungsional yaitu kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Sedangkan lingkungan aktivitas adalah keadaan lingkungan sekitar yang berhubungan dengan kondisi

pasien. Pemeriksaan kognitif, intrapersonal dan interpersonal.

Kognitif merupakan pengetahuan seseorang atau perilaku manusia yang dikaitkan dengan susunan saraf

otak. Kognitif meliputi komponen atensi, konsentrasi, memori pemecahan masalah, pengambilan sikap

dan perilaku, orientasi ruang dan waktu.

Intrapersonal adalah kemampuan pasien dalam memahami keadaan dirinya, motivasi dirinya.

Page 19: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

interpersonal adalah kemampuan bagaimana berhubungan dengan orang lain disekitarnya.

(2)   Pemeriksaan spesifik

Selain pemeriksaan gerak diperlukan juga diperlukan pemeriksaan spesifik untuk lebih memperjelas permasalahan yang dihadapi.

Untuk kasus ini pemeriksaan spesifik yang dilaksanakan berupa : Tanda bell, skala “Ugo Fisch” dan penilaian kekuatan otot wajah dengan menggunakan skala “Daniel’s and Worthingham Manual Muscle Testing”.

(a)  Tanda Bell’s

Tanda bell yang terlihat pada pasien yaitu saat mengkerutkan dahi, lipatan kulit dahi hanya terlihat pada sisi lesi, dan saat memejamkan mata, bola mata masih terlihat sedikit pada sisi yang sehat.

(b)  Ugo Fisch scale

Ugo Fisch scale bertujuan untuk pemeriksaan fungsi motorik dan mengevaluasi kemajuan motorik otot wajah pada penderita bell’s palsy. Penilaian dilakukan pada  5 posisi, yaitu saat istirahat, mengerutkan dahi, menutup mata, tersenyum, dan bersiul. Pada tersebut dinilai simetris atau tidaknya antara sisi sakit dengan sisi yang sehat.(Lumbantobing 2006)

Ada 4 penilaian dalam % untuk posisi tersebut antara lain :a)    0 % (zero)  : Asimetris Komplit, tidak ada   gerakan                                   volunter sama sekali.

b)   30 % (poor):  Simetris ringan, kesembuhan                         cenderung ke asimetris, ada gerakan volunter.

c)   70 % (fair)   : Simetris sedang, kesembuhan cenderung                                                        normal.

d)   100 % (normal)   : Simetris komplit (normal).

Angka prosentase masing-masing posisi harus dirubah menjadi score dengan kriteria sebagai berikut :

1)   Saat istirahat                         : 20 point

2)   Mengerutkan dahi                : 10 point

3)   Menutup mata                      : 30 point

4)   Tersenyum                           : 30 point

5)   Bersiul                                   : 10 point

Pada keadaan normal untuk jumlah kelima posisi wajah adalah 100 point. Hasil penilaian itu diperoleh dari penilaian angka prosentase dikalikan dengan masing-masing point. Nilai akhirnya adalah jumlah dari 5 aspek penilaian tersebut.

Page 20: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

(c)  Manual Muscle Testing (MMT) otot-otot wajah

               Untuk menilai kekuatan otot fasialis yang mengalami paralisis digunakan skala Daniel andWorthinghom’s Manual Muscle Testing, Yaitu :

a)  Nilai 0 (zero)             : Tidak ada kontraksi yang tampakb)  Nilai 1 (trace)             : Kontraksi minimalc)  Nilai 3 (fair)                : Kontraksi sampai dengan simetris                                                      sisi

normal dengan maksimald)  Nilai 5 (normal )         : Kontraksi penuh, terkontrol dan                                              simetris.

BAB III

LAPORAN STATUS KLINIS

 I.    KETERANGAN UMUM PASIEN

Nama                     : J. S

Umur                      : 32 tahun

Jenis kelamin         : Laki - laki

Agama                    : Islam

Pekerjaan               : Guru SD

Alamat                    : Candi Prambanan Barat Rt 13/06 Semarang

II.    DATA – DATA MEDIS RUMAH SAKIT

A.  DIAGNOSIS MEDIS : Bell’s Palsy sinistra

Diagnosa klinis          : kelemahan otot wajah kiri

Diagnosa topis          : wajah kiri

Diagnosa etiologi      : Idiopatic

B.  CATATAN KLINIS : Tanggal 12 Januari 2012

Tanggal 12 Januari 2012 pasien mengeluh wajahnya merot ke kanandan mata kiri tidak bisa

menutup rapat, lalu pasien periksa ke RSUP Dr.Kariadi. Dari dokter saraf kemudian pasien dirujuk ke

Poliklinik fisioterapi RSUP Dr.Kariadi Semarang.

C.  TERAPI UMUM ( GENERAL TREATMENT )

1.      Dokter :

Medika Mentosa ( Prednison, Nonflet, Dultik. Neutabe)

2.      Rehabilitasi Medik :

Fisioterapi :Massage, dan electrical stimulation

D.  RUJUKAN FISIOTERAPI DARI DOKTER

Mohon untuk dilakukan tindakan Fisioterapi pada pasien atas namaTn. Johan Setiadi

dengan diagnosa Bell’s Palsy Sinistra.

III.    SEGI FISIOTERAPI

Tanggal : 19 Januari 2012

A.  ANAMNESIS ( AUTO)

1.  KELUHAN UTAMA :

Wajah sebelah kiri  terasa lemas dan merot ke sisi kanan.

Page 21: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

2.  RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :

Kurang lebih  1 bulan yang lalu, pasien sering tidur pada larut malam saat bangun tidur pasien

mengeluh wajah sebelah kiri terasa lemas. Kemudian pasien datang ke RSUP Dr,Kariadi untuk

memeriksakan dirinya ke dokter saraf poli garuda setelah dilakukan pemeriksaan pasien dirujuk ke

Rehabilitasi medik untuk diberikan tindakan Fisioterapi lebih lanjut dengan kondisi wajah sebelah kiri

lemas dan merot ke kanan.

3.  RIWAYAT  PENYAKIT DAHULU :

Trauma Capitis (-), Sakit Gigi (-)

4.  RIWAYAT PENYAKIT PENYERTA

Hipertensi (-), DM (-), Stroke (-),

5.  RIWAYAT PRIBADI (KETERANGAN UMUM PENDERITA) :

Pasien adalah seorang guru SD Donorejo, pasien sendiri mempunyai hobby tenis meja, baca

buku, dan mempunyai kebiasaan tidur pada larut malam, pasien mempunyai 1 orang istri dan 1 orang

anak.

6.  RIWAYAT KELUARGA :

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti ini sebelumnya.

7.  ANAMNESIS SISTEM :

a)  Kepala & leher :

Tidak ada keluhan pusing dan leher tidak terasa kaku.

b)  Kardiovaskuler :

Tidak ada keluhan nyeri dada dan jantung berdebar-debar

c)  Respirasi :

Tidak ada keluhan sesak napas dan batuk

d)  Gastrointestinalis :

Tidak ada keluhan mual, muntah dan BAB terkontrol

e)  Urogenitalis :

BAK terkontrol.

f)  Muskuloskeletal :

Kesulitan menggerakkan mimik wajah sisi kiri.

g)  Nervorum :

Rasa tebal dirasakan pada wajah sisi kiri dan tidak ada rasa nyeri di belakang telinga maupun sekitarnya.

B.  PEMERIKSAAN → Dilakukan Tgl 19 Januari 2012

1.   PEMERIKSAAN FISIK

a)  TANDA – TANDA VITAL :

(1)Tekanan Darah       : 110/80 mmHg

(2)Denyut Nadi            : 73 x/menit

(3)Pernafasan             : 24 x/menit

(4)Temperatur             : 36 °C

(5)Tinggi Badan           : 164 cm

(6)Berat Badan            : 59 kg

Page 22: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

b)  INSPEKSI:

     Statis

(1) Wajah tampak asimetris

(2) Mulut merot ke kanan

(3) Mata sebelah kiri berair

(4)  Alis pada sisi yang lesi atau kiri lebih rendah dari pada yang  kanan.

     Dinamis

(1)  Saat mengangkat alis, kerutan dahinya hanya terlihat pada sisi  yang sehat

(2)  Saat menutup mata sisi yang sakit belum dapat menutup dengan sempurna dan terlihat pergerakan bola

matanya.

(3)  Saat bersiul dan tersenyum wajah kiri belum bisa simetris atau masih mencong ke kanan. 

c)  PALPASI :

(1) Suhu wajah antara sisi kanan dan kiri teraba sama

(2)   Pada sisi yang lesi atau kiri terasa lebih kendor dari pada yang kanan.

(3)   Ada spasme pada otot-otot wajah yang sebelah kanan.

d)  PERKUSI :

   Tidak dilakukan karena masih dalam batas normal

e)  AUSKULTASI:

   Tidak dilakukan karena masih dalam batas normal

f)   GERAKAN DASAR

(1) Gerak Aktif :

(a)    Menutup mata sebelah kiri masih belum rapat

(b)    Bersiul belum maksimal

(c)    Saat tersenyum bibir atau sudut bibir berdeviasi ke sisi kanan

(d)    Mengerutkan dahi tidak maksimal

(2) Gerak Pasif :

Dapat dilakukan dan elastisitas otot masih bagus.

(3) Gerak Isometrik Melawan Tahanan :

Tidak dilakukan

g)  KOGNITIF, INTRA PERSONAL & INTER PERSONAL :

Kognitif           : Pasien tidak mengalami gangguan atensi dan memori jangka  panjang dan pendek pasien baik.

Intra personal  : Pasien mempunyai motivasi untuk sembuh

Inter personal : Pasien mampu berkomunikasi dan bekerja sama    dengan  dokter dan fisioterapi dengan

baik.

h)  KEMAMPUAN FUNGSIONAL & LINGKUNGAN AKTIVITAS :

(1) Kemampuan Fungsional Dasar :

(a)    Pasien belum mampu mengerutkan dahi

(b)    Pasien belum mampu mengangkat alis secara simetris antara sisi kiri dengan sisi kanan.

(c)    Pasien belum mampu menutup mata dengan sempurna

(d)    Pasien belum mampu bersiul, meniup belum simetris

Page 23: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

(e)    Ketika berkumur masih boco ke sisi kanan.

(2) Aktivitas Fungsional :

(a)  Pasien masih dapat membedakan bermacam-macam rasaseperti (manis, pahit, asin, asam)

(b)  Saat makan masih kesulitan, terutama saat mengunyah makanan masih mengumpul di sisi yang lesi

(c)  Saat minum dan berkumur masih bocor

(d)  Belum mampu bersiul

(e)  Mata kiri tidak mampu menutup mata rapat.

(3) Lingkungan Aktivitas :

(a)  Lingkungan Rumah Sakit sangat mendukung program terapi dan latihan untuk pasien.

(b)  Lingkungan rumah pun juga sangat mendukung untuk proses penyembuhan.

2.    PEMERIKSAAN SPESIFIK (FT C) tanggal, 19 Januari 2012

a)    Tanda Bell’s Palsy (+)

b)    Ugo Fisch Scale

Tabel 3.1

Pemeriksaan Ugo Fisch Scale

Posisi Wajah Hasil

Saat diam atau istirahat 20 x 0%   = 0

Mengerutkan dahi 10 x 30% = 3

Menutup mata 30 x 70% = 21

Tersenyum 30 x 30% = 9

Mecucu 10 x 30% = 3

                 Jumlah 36 point

Keterangan :

Derajad I   : Normal                                                    100point

Derajad II  : Kelumpuhan ringan                           75 – 99 point

Derajad III : Kelumpuhan sedang                         50 – 75 point

Derajad IV : Kelumpuhan sedang berat               25 – 50 point

Derajad V : Kelumpuhan berat                             1 – 25 point

Derajad VI : Kelumpuhan total                                       0 point

c)    MMT otot-otot wajah skala Daniel and Worthinghom’s    Manual           Muscle Testing.

Tabel 3.2

Pemeriksaan MMT Otot – otot wajah Sinistra

No Nama Otot Nilai

1 M.Frontalis 1

2 M.Corrugator supercili 1

3 M.Procerus 1

4 M. Orbicularis Oculli 3

Page 24: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

5 M. Nasalis 1

6 M. Depresor anguli oris 1

7 M. Zigomaticum mayor dan M.

Zigomatikum minor

1

8 M. Orbicularis oris 1

9 M. Buccinator 1

10 M. Mentalis 1

11 M. Platysma 1

             

C.  DIAGNOSIS FISIOTERAPI

1.    Impa i rment

a)      Adanya penurunan kekuatan otot-otot wajah sisi kiri

b)      Potensial terjadinya atrofi pada otot wajah sisi kiri

c)      Potensial terjadinya spasme otot pada sisi wajah kanan (sehat) oleh karena kontraksi terus menerus pada

sisi yang sehat

d)      Potensial terjadinya kontraktur otot wajah sisi kanan.

2.    Fungsional Limitation

Adanya keterbatasan fungsi seperti mata kiri tidak bisa menutup rapat, berkumur dan minum

mengalami kebocoran, makanan cenderung mengumpul disisi kiri saat mengunyah oleh karena

kelemahan otot wajah pada sisi kiri.

D.  PROGRAM / RENCANA FISIOTERAPI

1.   Tujuan :

Jangka Pendek

a)    Meningkatkan kekuatan otot

b)    Mencegah potensial terjadinya atrofi otot sisi kiri

c)    Mencegah potensial terjadinya spasme otot pada sisi wajah kananoleh karena kontraksi terus menerus

pada sisi wajah kanan

d)    Mencegah potensial terjadinya kontraktur otot wajah sisi kanan

Jangka Panjang

a)      Melanjutkan tujuan jangka pendek

b)      Meningkatkan aktifitas fungsional semaksimal mungkin seperti makan agar tidak mengumpul pada sisi

yang lesi, minum/ berkumur agar tidak bocor serta meningkatkan kepercayadirian pasien.

2.   Tindakan Fisioterapi

a)  Teknologi Fisioterapi :

(1)  Teknologi Alternatif :

(a)    IR (Infra Red)                            

(b)    SWD (Short Wave Diathermy)

(c)    MWD (Micro Wave Diathermy)

(d)    US (Ultra Sound), Massage, ES (Electricel Stimulation)

Page 25: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

(2)  Teknologi Yang Dilaksanakan :

(a)    Massage Wajah

            Massage diberikan dengan tujuan memberikan penguluran pada otot-otot wajah yang letaknya superfisial sehingga perlengketan jaringan dapat dicegah, selain itu memberikan efek rileksasi dan mengurangi rasa kaku pada wajah. Stroking memiliki efek penenangan dan dapat mengurangi nyeri,Efflurage dapat membantu pertukaran zat-zat dan melancarkan metabolisme dengan mempercepat peredaran darah, Finger Kneading berfungsi untuk memperbaiki peredaran darah dan memelihara tonus otot. Sedangkan tapping dengan ujung jari dapat merangsang jaringan otot untuk berkontraksi. Denganmassage tersebut maka efek relaksasi dapat dicapai dan elastisitas otot tetap terjaga dan potensial timbulnya perlengketan jaringan pada kondisi Bell’s Palsy ini dapat dicegah.

(b)    Electrical Stimulation (ES) arus Faradik

            Electrical Stimulation arus Faradik yang diberikan dapat menimbulkan kontraksi otot dan membantu memperbaiki perasaan gerak sehingga diperoleh gerak  yang normal serta bertujuan untuk mencegah/ memperlambat terjadinya atrofi otot. Pada kasus Bell’s Palsy ini rangsangan gerak dari otak tidak dapat disampaikan kepada otot-otot wajah yang disyarafi. Akibatnya kontraksi otot secara volunter hilang sehingga diperlukan bantuan dari rangsangan arus faradik untuk menimbulkan kontraksi otot. Rangsangan arus faradik yang dilakukan berulang- ulang dapat melatih kembali otot- otot yang lemah untuk melakukan gerakan sehingga dapat meningkatkan kemampuan kontraksi otot sesuai fungsinya.

b)  Edukasi

(1)    pasien disarankan menghindarkan wajahnya dari paparan udara dingin secara langsung seperti : jangan

tidur dilantai tanpa menggunakan alas dan bantal, jangan menggunakan kipas angin yang secara

langsung dihadapkan dimuka.

(2)    Pasien disarankan melindungi matanya dari terpaan debu dan angin secara langsung untuk menghindari

terjadinya iritasi.

(3)    Pasien dianjurkan untuk menutup wajah saat mengendarai sepeda motor dengan Helm full face dengan

kaca mata diberikan tertutup.

(4)    Pasien diajarkan untuk melatih gerakan-gerakan didepan kaca seperti : mengangkat alis dan mengerutkan

dahi keatas, menutup mata,tersenyum, bersiul, menutup mulut dengan rapat, mengangkat sudut bibir ke

atas dan memperlihatkan gigi-gigi, mengembangkempiskan cuping hidung, mengucapkan kata-kata labil

a,i,u,e,o dengan dosis minimal 4x sehari selama 5-10 menit.

3.   Rencana Evaluasi

a)  Kemampuan fungsional dasar dengan ugo fish scale

b)  Kekuatan otot dengan MMT

E.  PROGNOSIS

Quo ad Vitam                          : Baik

Quo ad Sanam                        : Baik

Quo ad Fungsionam               : Sedang

Quo ad Cosmeticam               : Sedang

F.  PELAKSANAAN FISIOTERAPI

1.   Tanggal 19 Januari 2012

Pelaksanaan Ft dengan Massage

Page 26: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

a) Persiapan alat

Menyiapkan media pelicin, bedak dan tisu untuk membersihkannya.

              b) Persiapan pasien

Posisi pasien tidur terlentang senyaman mungkin. Area terapi yang hendak dimassage dalam

keadaan bersih. Sebelum massage dilakukan, berikan penjelasan mengenai terapi yang akan dilakukan

              c) Pelaksanaan terapi

Terapis berada di sebelah atas wajah pasien. Massage diberikan pada wajah yang lesi.

Sebelumnya tuangkan media pelicin ditangan terapis. Kemudian usapkan pada wajah pasien dengan

gerakan stroking dengan menggunakan seluruh permukaan tangan satu atau permukaan kedua belah

tangan dan arah gerakannya tidak tentu. Lakukan gerakan efflurage secara gentle, gerakan dari dagu

kearah pelipis dan dari tengah dahi turun ke bawah menuju ke telinga. Dilanjutkan dengan finger

kneading dengan jari-jari dengan cara memberikan tekanan dan gerakan melingkar, diberikan ke seluruh

otot wajah yang terkena lesi dari dagu, pipi, pelipis dan tengah dahi menuju ke telinga. Kemudian lakukan

tapping dengan jari-jari dari tengah dahi menuju ke arah telinga, dari dekat mata menuju ke arah telinga,

dari hidung ke arah telinga, dari sudut bibir ke arah telinga dan dari dagu menuju kearah telinga. Khusus

pada bibir, lakukan stretching kearah yang lesi.

Gerakan massage dilakukan dengan pengulangan 15x / menit dan dilakukan selama kurang lebih

5-10 menit. (Chusid 1983)

2.   Tanggal 21 Januari 2012

Pelaksanaan FT dengan Electrical Stimulation Arus Faradik

a)  Persiapan alat

Menyiapkanan alat, cek kabel, siapkan elektroda. Cek elektrodadengan membasahi

kedua elektroda yang akan dipakai dan sentuhkan pada kulit terapis dengan cara

menjepitkan elektroda diantara kedua jari tangan. Kemudian hidupkan mesin dan naikkan intensitas

perlahan-lahan. Bila ada rasa tusuk-tusuk halus, maka arus keluar dan alat dapat

digunakan.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                      

b)  Persiapan pasien

Posisi pasien tidur terlentang dengan nyaman. Area terapi yang hendak diberikan stimulasi bebas

dari pakaian dan dalam keadaan bersih. Sebelum terapi dimulai dilakukan tes sensibilitas rasa tusuk

tajam dan tumpul. Berikan penjelasan pada pasien mengenai rasa yang ditumbulkan dari arus faradik

yaitu rasa tusuk-tusuk halus.

c)  Pelaksanaan terapi

Mesin masih dalam posisi off dan tombol intensitas dalam posisi nol. Letakkan elektroda pasif pada

cervical 7, sedangkan aktif elektroda pada motor poin otot wajah kiri. Stimulasi diberikan pada wajah kiri/

wajah yang lesi. Hidupkan alat dan naikkan intensitas sesuai toleransi pasien. Masing-masing motor point

memerlukan 30 kali kontraksi. Pada fase pertama lakukan terlebih dahulu 15 kontraksi pada satu titik

motor point. Kemudian berikan waktu istirahat pada otot yang baru saja distimulasi. Selama waktu

istirahat tersebut lakukan stimulasi pada otot lain. Setelah seluruh titik motor point selesai distimulasi,

lakukan fase kedua dengan mengulangi stimulasi dari awal untuk menyelesaikan 15 kontraksi yang

belum dilakukan. Untuk mengakhiri stimulasi turunkan dahulu intensitas arusnya. Kemudian lepaskan

elektroda dari kulit pasien dan matikan alat.

Page 27: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

3.   Tanggal 24 Januari 2012

Penatalaksanan sama dengan tanggl 21 Januari 2012, tetapi kontraksi     masing-masing motor point

dikurangi dari 30 kontraksi menjadi 20 kontraksi.

4.   Tanggal 26 Januari 2012

Penatalaksanan sama dengan tanggal 24 Januari 2012

G. EVALUASI

1.   Evaluasi Ugo Fisch Scale

Tabel 3.4

Evaluasi Ugo Fisch Scale

Posisi WajahT1

(19.01.12)

T2

(21.0112)

T3

(24.3.12)T4  (26.01.12)

Istirahat/Diam 20 x 0% = 0 20 x 0% = 0 20 x 0% = 0 20x30%=6

Mengerutkan

dahi

10x30%=3 10x30%=3 10x30%=3 10x30%=3

Menutup mata 30x70%=21 30x70%=21 30x100%=30 30x100%=30

Tersenyum 30x30%=9 30x30%=9 30x30%=9 30x30%=9

Bersiul/

Mecucu

10x30%=3 10x30%=3 10x30%=3 10x30%=3

Jumlah 36poin 36 poin 45poin 51poin

2.   Evaluasi Kekuatan otot wajah dengan MMT

Tabel 3.5

Evaluasi Kekuatan otot wajah dengan MMT

No Nama Otot T1 T2 T3 T4

1 M.Frontalis 1 1 3 3

2 M.Corrugator supercili 1 1 3 3

3 M.Procerus 1 1 3 3

4 M. Orbicularis Oculli 3 3 5 5

5 M. Nasalis 1 1 3 3

6 M. Depresor anguli oris 1 1 3 3

7 M. Zigomaticum mayor dan M.

Zigomatikum minor

1 1 3 3

Page 28: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

8 M. Orbicularis oris 1 1 3 3

9 M. Buccinator 1 1 3 3

10 M. Mentalis 1 1 3 3

11 M. Platysma 1 1 3 3

H.  HASIL TERAPI TERAKHIR

         Sesudah dilakukan terapi dengan infra merah dan elektrikel stimulasi selama 4x terapi pada pasien

atas nama Tn. J.S 32 tahun dengan diagnosaBell’s Palsy Kiri didapatkan hasil :

1.   Nilai Ugo Fisch meningkat dibuktikan dengan pemeriksaan dan evaluasi menggunakan Ugo Fisch Scale.

2.   Kekuatan otot meningkat dibuktikan dengan pemeriksaan dan evaluasi menggunakan MMT pada otot-

otot wajah.

3.   Rasa tebal-tebal pada wajah sisi kiri mulai berkurang.

4.   Bibir yang merot sudah berkurang tapi expresi wajah masih asimetris.

BAB IVPENUTUP

A.   Pembahasan

                        Pasien Bell’s palsy pada awalnya merasakan ada kelainan pada mulut yang tampak mencong ke satu sisi, salah satu kelopak mata tidak dapat dipejamkan, mulut tidak dapat mencucu, apabila berkumur atau  minum maka air akan tumpah melalui salah satu sisi mulut yang lesi. Keadaan tersebut disebabkan adanya paralisis otot- otot wajah pada sisi yang sakit. Kondisi ini merupakan permasalahan yang dialami pasien sehingga peran fisioterapis diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan meningkatkan kekuatan dan kemampuan fungsional otot- otot wajah serta mencegah komplikasi lebih lanjut                        Pada bab ini yang akan dibahas mengenai hasil evaluasi terapi dari awal hingga terapi keempat yaitu tanggal 19, 21, 24, 26, Januari 2012 yang dilakukan pada pasien Bell’s Palsy kiri karena pengaruh udara dingin. Pada Karya Tulis Ilmiah ini terapis menggunakan modalitas Electrical Stimulation arus Faradik danMassage. Penjelasan tentang pengaruh dari penggunaannya adalah sebagai berikut :                        Electrical Stimulation arus Faradik yang diberikan dapat menimbulkan kontraksi otot dan membantu memperbaiki perasaan gerak sehingga diperoleh gerak  yang normal serta bertujuan untuk mencegah/ memperlambat terjadinya atrofi otot. Pada kasus Bell’s Palsy ini rangsangan gerak dari otak tidak dapat disampaikan kepada otot-otot wajah yang disyarafi. Akibatnya kontraksi otot secara volunter hilang sehingga diperlukan bantuan dari rangsangan arus faradik untuk menimbulkan kontraksi otot. Rangsangan arus faradik yang dilakukan berulang- ulang dapat melatih kembali otot- otot yang lemah untuk melakukan gerakan sehingga dapat meningkatkan kemampuan kontraksi otot sesuai fungsinya.                        Massage diberikan dengan tujuan memberikan penguluran pada otot-otot wajah yang letaknya superfisial sehingga perlengketan jaringan dapat dicegah, selain itu memberikan efek rileksasi dan mengurangi rasa kaku pada wajah. Stroking memiliki efek penenangan dan

Page 29: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

dapat mengurangi nyeri, Efflurage dapat membantu pertukaran zat-zat dan melancarkan metabolisme dengan mempercepat peredaran darah, Finger Kneading berfungsi untuk memperbaiki peredaran darah dan memelihara tonus otot. Sedangkan tapping dengan ujung jari dapat merangsang jaringan otot untuk berkontraksi. Dengan massage tersebut maka efek relaksasi dapat dicapai dan elastisitas otot tetap terjaga dan potensial timbulnya perlengketan jaringan pada kondisi Bell’s Palsyini dapat dicegah.

B.   Kesimpulan

        Dari uraian tersebut diatas diketahui akan adanya kemajuan yang sangat signifikan dalam proses penyembuhan dibandingkan sebelum dilakukan tindakan fisioterapi, yaitu pada T1.

Kemajuan tersebut selain dari keinginan dan semangat pasien untuk sembuh serta didukung oleh modalitas fisioterapi yang diberikan yaitu berupa Electrical Stimulatin arus Faradik, Massage serta didukung dengan latihan-latihan untuk home program. Diperoleh hasil: (1) Nilai Ugo Fisch meningkat dibuktikan dengan pemeriksaan dan evaluasi menggunakan Ugo Fisch Scale, (2) Kekuatan otot meningkat dibuktikan dengan pemeriksaan dan evaluasi menggunakan MMT pada otot-otot wajah, (3) Rasa tebal-tebal pada wajah sisi kiri mulai berkurang, (4) Bibir yang merot sudah berkurang tapi expresi wajah masih asimetris.

        Dari penatalaksanaan fisioterapi yang dilakukan pada pasien ini, diketahui adanya  peningkatan dari T1 sampai dengan T4 dan dengan hasil sebagai berikut:

                1.    Peningkatan nilai kemampuan fungsional otot-otot wajah dengan Skala Ugo Fisch

                                                Tabel 4.1

Posisi Wajah T1  (19.01.12) T4  (26.01.12)

Istirahat/Diam 20 x 0% = 0 20x30%=6

Mengerutkan dahi 10x30%=3 10x30%=3

Menutup mata 30x70%=21 30x100%=30

Tersenyum 30x30%=9 30x30%=9

Bersiul/ Mecucu 10x30%=3 10x30%=3

Jumlah 36poin 51poin

                                                             

                2.    Peningkatan nilai kekuatan otot wajah

                                           Tabel 4.2

No Nama Otot T1

(19.01.12)

T4  (26.01.12)

1 M.Frontalis 1 3

2 M.Corrugator supercili 1 3

3 M.Procerus 1 3

4 M. Orbicularis Oculli 3 5

5 M. Nasalis 1 3

Page 30: PENATALAKSANAAN Fisioterapi Pada Bells Palsy

6 M. Depresor anguli oris 1 3

7 M. Zigomaticum mayor dan M. Zigomatikum minor

1 3

8 M. Orbicularis oris 1 3

9 M. Buccinator 1 3

10 M. Mentalis 1 3

11 M. Platysma 1 3

                                                                       Dari Tabel 4.1 dan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dengan penanganan fisioterapi yang

telah diberikan memperlihatkan adanya peningkatan kemampuan fungsional otot - otot wajah serta peningkatan kekuatan otot dari otot-otot wajah.

C.   Saran

        Suatu keberhasilan terapi juga ditentukan oleh sikap dari pasien itu sendiri,  jadi perlu ada kerjasama dengan baik antara terapis, pasien serta keluarga pasien. Untuk mengoptimalkan hasil terapi yang diberikan maka disarankan kepada:1.  Fisioterapis hendaknya sebelum melakukan terapi kepada pasien          diawali dengan pemeriksaan

yang teliti, mencatat permasalahan             pasien, menegakkan diagnosis dengan tepat, memilih

modalitas      yang sesuai dengan permasalahan pasien, melakukan    evaluasi dan    memberikan

edukasi pada pasien sehingga nantinya akan          memperoleh hasil yang optimal.

2.  Kepada pasien:

a)  Rutin dalam melakukan terapi ke fisioterapi.

b)  Sementara waktu menghindari udara dingin dan angin yang   langsung mengenai pada wajah atau 

jika tidur menggunakan kipas   angin, jangan biarkan kipas angin menerpa wajah secara langsung    

serta jangan tidur di lantai tanpa menggunakan alas dan bantal, bila   kondisi tubuh tidak baik.

c)  Bila mengendarai motor, gunakanlah helm fullface yang benar agar   terhindar dari terpaan udara

secara langsung.

d)  Pakailah kacamata untuk melindungi mata dari terpaan debu dan      angin secara langsung untuk

menghindari iritasi.

3.  Keluarga pasien, hendaknya memberikan motivasi kepada pasien         untuk rajin terapi dan

melakukan home program/ edukasi-        edukasi yang telah diberikan oleh terapis untuk mendukung

proses      kesembuhannya.

4.  Masyarakat dan pembaca, agar segera konsultasi ke dokter, ke            fisioterapi atau tenaga medis

lain, bila dijumpai atau dirasakan keluhan seperti: mulut mencong, salah satu mata sukar ditutup,

dan      sebagainya. Ini dimaksud, agar dapat diberikan tindakan sedini   mungkin sehingga komplikasi

yang akan timbul dapat dicegah.