stroke (rehab medik)

Upload: inez-wijaya

Post on 28-Oct-2015

141 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Case Stroke - KKS Rehab Medik

TRANSCRIPT

STROKE

STROKEDiajukan sebagai Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Rehabilitasi Medik RSMH Palembang

Pembimbing: dr. Jalalin, Sp.RM

Oleh:Ustari Putri Usalma Inez Wijaya Enggar Sari Revan Satrio Khairunnisa Hendra Putri Wahab Abadi BAB IIdentitasNama: Tn. SUmur: 41 TahunJenis Kelamin: Laki-lakiAgama : IslamStatus: MenikahKebangsaan : IndonesiaPekerjaan : -Tanggal Pemeriksaan: 5 April 2013

Status PenderitaAnamnesis

III. Pemeriksaan FisikPemeriksaan UmumKeadaan Umum : Tampak sakit sedangKesadaran: GCS E4 M6 V5 Status Gizi: TB 164 cm, BB 61 kg BMI : 22,68

Cara berjalan / Gait : Antalgik gait : belum dapat dinilaiHemiparese gait: belum dapat dinilaiSteppage gait: belum dapat dinilaiParkinson gait: belum dapat dinilaiTredelenberg gait: belum dapat dinilaiWaddle gait: belum dapat dinilaiLain lain : belum dapat dinilai

Bahasa / bicara Komunikasi verbal : BaikKomunikasi nonverbal: BaikTanda vital Tekanan darah: 120/90 mmHg Nadi : 90 x/menit Pernafasan : 20 x/menitSuhu: 36,5 0C Kulit: Anemis (-), eritema (-), ulkus dekubitus (-), permukaan plantar dan palmar kering (+), edem volar sinistra (+)Status Psikis Sikap: kooperatif Orientasi : baikEkspresi wajah : wajar Perhatian : baik

SarafKanan KiriN.Olfaktorius Normal Normal II.N.Opticus Normal Normal III.N.Occulomotorius Normal Ptosis IV.N.Trochlearis Normal Normal V.N.Trigeminus Normal Normal VI.N. Abducens Normal Normal VII.N. Fascialis Plica nasolabialis kiri datar (+)Sudut kiri mulut tertinggal (+) VIII.N.Vestibularis NormalNormalIX.N.Glossopharyngeus Normal Normal X.N.Vagus Normal Normal XI.N. Accesorius Angkat bahu kiri tertinggal (+)XII.N. Hypoglosus Disartria (-)Lidah deviasi ke kiri (+)Pemeriksaan Saraf-Saraf OtakKepala Bentuk : normal, simetrisUkuran: normocephaliPosisi- Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), strabismus (-), eksoftalmus (-), ptosis OS (-)- Hidung: deviasi septum (-), epistaksis (-)- Telinga: dalam batas normal, serumen (-)- Mulut: sudut mulut kiri tertinggal- Wajah : simetris- Gerakan abnormal: (-) Leher Inspeksi : dinamis, simetris, posisi trakea normal, pembesaran KGB (-), kontrol terhadap kepala baikPalpasi : JVP tidak meningkat, kaku kuduk (-), Luas Gerak Sendi Ante / retrofleksi(n 65/50): 650/500Laterofleksi (D/S)(n 40/40): 400/400Rotasi (D/S)(n 45/45): 450/450Test provokasi Lhermitte test / Spurling: tidak dilakukanTest Valsalva : negatifDistraksi test:tidak dilakukanTest Nafziger : tidak dilakukan

Thorak Bentuk: normal Pemeriksaan Ekspansi Thoraks : tidak dilakukanParu- paruInspeksi: simetris statis dan dinamisPalpasi: stem fremitus sama kanan-kiriPerkusi: sonor di kedua lapangan paruAuskultasi : vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing (-)Jantung Inspeksi : iktus kordis tak terlihat Palpasi: iktus kordis tak terabaPerkusi: batas jantung dalam batas normalAuskultasi: suara jantung normal, regular, murmur (-), gallop (-)

AbdomenInspeksi : simetris, datarPalpasi: lemas, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-)Perkusi: timpaniAuskultasi: bising usus (+) normalTrunkusInspeksi: Simetris Deformitas: (-)Lordosis: (-)Scoliosis: (-)Gibbus: (-)Hairy spot: (-)Pelvic Tilt: (-)Palpasi:Spasme otot-otot para vertebra : (-)Nyeri tekan: (-)Luas gerak sendi lumbosakralAnte /retro fleksi (95/35): 95/35Laterofleksi (D/S) (40/40): 40/40Rotasi (D/S) (35/35) : 35/35

Test provokasiValsava test: - Laseque: -/- Test Baragard dan Sicard : -/-Nafziger test: -Test SLR: -/-Test: OConnell: -/-FNST : -/-Test Patrick: -/-Test Kontra Patrick: -/-Test Gaenslen : -/-Test Thomas: tidak dilakukanTest Obers : tidak dilakukanNachalas knee flexion test : tidak dilakukanMc.Bride sitting test: tidak dilakukanYeomans hyprextension: tidak dilakukanMc.Bridge toe to mouth sitting test : tidak dilakukanTest Schober: tidak dilakukan

Anggota Gerak Ataskanan kiriInspeksi Deformitas: (-) (-)Edema: (-) (+) Tremor: (-) (-)Neurologi Motorik Dextra Sinistra Gerakan luas terbatas Kekuatan Abduksi lengan 5 3Fleksi siku 5 3Ekstensi siku 5 3Ekstensi Wrist 5 3Fleksi jari- jari tangan 5 3 Abduksi jari tangan 5 3Tonus eutonus (3) hipertonus (4) Tropi eutropi eutropiRefleks FisiologisRefleks tendon biseps normal (++) meningkat (+++)Refleks tendon triseps normal (++) meningkat (+++) Refleks Patologis Hoffman(-) (-) Tromner(-) (-)SensorikProtopatik:normalnormal Proprioseptik:normalnormal Vegetatif :normalnormal

Penilaian fungsi tangan kanan kiri Anatomical normal normal Grips normal normal Spread normal normal Palmar abduct normal normal Pinch normal normal

Luas gerak Aktif Aktif Pasif PasifSendiDextra Sinistra Dextra SinistraAbduksi bahu 0-180 0-80 0-180 0-120Adduksi bahu180-0 80-0 180-0 120-0Fleksi bahu0-180 0-80 0-180 0-120Ekstensi bahu 0-60 0-20 0-60 0-20Endorotasi bahu(f0) 90-0o30o-0o 90-0o30o-0oEksorotasi bahu (f0) 0-90o 0-30o 0-90o 0-30oEndorotasi bahu(f90) 90-0o30-0o 90-0o30-0oEksorotasi bahu (f90) 0-90o0-30o 0-90o0-30oFleksi siku 0-150o0-100o0-150o0-110oEkstensi siku 150-0o100-0o150-0o110-0oEkstensi perg. tangan 0-70o0-50o 0-70o0-50o Fleksi perg. tangan 0-80o0-80o 0-80o0-90oSupinasi 0-90o0-30o 0-90o0-70oAnggota Gerak BawahInspeksi kanan kiri Deformitas : (-)(-) Edema: (-)(-) Tremor: (-)(-) Palpasi Nyeri tekan: (-)(-)Diskrepansi : (-)(-) NeurologiMotorik Kanan Kiri Gerakan luasterbatas KekuatanFleksi paha 5 4 Ekstensi paha 5 4 Ekstensi lutut 5 4 Fleksi lutut 5 4 Dorsofleksi pergelangan kaki 5 4 Dorsofleksi ibu jari kaki 5 4 Plantar fleksi pergelangan 5 4 Tonus eutonus (3) hipertonus (4) Tropi eutropi eutropi Refleks FisiologisRefleks tendo patella normal (++) meningkat (+++) Refleks tendo achilles normal (++) meningkat (+++) Refleks patologiBabinsky negatif positif Chaddock negatif positif Sensorik: tidak ada kelainanVegetatif: tidak ada kelainan

Luas gerak sendi Aktif Aktif Pasif Pasif Dextra Sinistra Dextra Sinistra-Fleksi paha 0-45o0-25o0-45o0-30o -Ekstensi paha 45-0o25-0o45-0o 30-0o-Endorotasi paha -Adduksi paha 0-10-15o0-5o0-10-15o 0-10o-Abduksi paha 0-90o0-45o 0-90o 0-70o-Fleksi lutut 0-13500-60o0-13500-100o -Ekstensi lutut 0-13500-135o0-13500-1350 -Dorsofleksi pergelangan kaki 0-2000-1000-2000-200 -Plantar fleksi pergelangan kaki 0-5000-2000-5000-500 -Inversi kaki 0-60o0-20o0-60o 0-40o Eversi kaki 0-20o0-5o0-20o 0-15o

Test Provokasi sendi lutut kanan kiri Stres test tidak dilakukan tidak dilakukan Drawers test tidak dilakukan tidak dilakukan Test Tunel pada sendi lutut tidak dilakukan tidak dilakukan Test Homan tidak dilakukan tidak dilakukan Radiologis: Ro Thorax PA: jantung dalam batas normal; CTR< 50%LaboratoriumDarah Rutin (20 Maret 2013)Hemoglobin: 14,5 gr/dl Eritrosit : 5.270.000 /mm3Hematokrit : 43 vol%Leukosit : 9.300 /mm3LED: 75 mm/jam Trombosit : 456.000 /mm3Hitung Jenis: 0/0/1/67/16/10Kimia Darah (20 Maret 2013)BSS: 84 mg/dllUric acid: 5,0 mg/dlUreum : 34 mg/dlKreatinin : 0,7 mg/dlCK NAC: 100 U/l (39-308UCK MB: 36 U/l (7-25U/l)Natrium: 134 mEq/lKalium : 5 mEq/lKalsium : 9,6 mmol/lKlorida: 103 mEq/lUrinalisis (20 Maret 2013)Berat jenis: 1,015pH: 6,5Protein: negatifGlukosa: negatifKeton: negatifDarah: negatifBilirubin: negatifUrobilinogen: (+)Nitrit: negatifSedimen urin:Epitel: +Leukosit: 1-2Eritrosit: 0-1Silinder: NegatifKristal: NegatifLain-lain CT-Scan/ MRICT-Scan: gambaran hiperdens pada ventrikel dan cortex cerebrum dextra; kesan: ICH IVH

Pemeriksaan Penunjang14EvaluasiNoLevel ICFKondisi Saat IniSasaran1.Struktur dan FungsiPasien mengalami hemoragia cerebri dan menyebabkan Hemiparese sehingga pasien mengalami kelumpuhan pada sisi sebelah kiri.Pasien dapat menggerakkan dan menggunakan alat gerak tubuh bagian kiri2.AktivitasTidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.3.PartisipasiTerjadi gangguan karena pasien tidak bisa berpartisipasi dalam kegiatan sosial.Dapat kembali berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Diagnosis Klinis: Hemiparese sinistra spastik + Parese N.VII & N.XII sinistra tipe sentral + e.c. ICH ,IVH

FisioterapiTerapi panas: IRR ekstremitas sinistraTerapi Latihan: Latihan aktif ROMOkupasi terapi ROM exercise: + ROM aktifADL exercise : latihan motorik halus dan fungsi kordinasiEdukasi:Memberikan edukasi dan bimbingan kepada penderita untuk berobat dan berlatih secara teratur

Program Rehabilitasi Medik17IVFD RL + drip tramadol 2 amp gtt XX/mInj Citicholin 2 x 250 mg (iv)Inj. Ranitidin 2x1 amp(iv)Vit B1B6B12 3 x 1 tab

Terapi MedikamentosaQuo ad vitam: Dubia ad bonamQuo ad functionam : Dubia ad malam

PrognosisBAB IIDefinisi :Menurut kriteria WHO (1995), stroke secara klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global, berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik.

Epidemiologi:Stroke merupakan pembunuh nomor 3 setelah penyakit jantung dan kanker (WHO).Stroke menyerang 35,8 % penderita usia lanjut dan 12,9 % pada usia yang lebih muda. Jumlah total penderita stroke di Indonesia diperkirakan 500.000 setiap tahun. Dari jumlah itu, sekitar 2,5% atau 250.000 orang meninggal dunia, dan sisanya cacat ringan maupun berat (Yayasan Stroke Indonesia).StrokeEtiologi:Penyumbatan aliran darah otak karena vasospasme langsung dan menimbulkan gejala defisit atau perangsangan sesuai dengan fungsi daerah otak yang terkena.TrombosisPenyumbatan aliran darah yang disebabkan oleh thrombus. Akibatnya aliran darah otak regional tidak memadai dalam memenuhi kebutuhan darah otak yang terganggu, berkaitan dengan kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat ateroklerosis.EmboliPenyumbatan aliran darah otak oleh embolus. Sumber embolisasi dapat terletak di arteri karotis atau vertebralis tapi dapat juga di jantung dan sistem vaskuler sistemik.Pendarahan SerebriLesi daerah otak akibat ruptur dinding pembuluh darah. Penyebab ruptur pembuluh darah bisa akibat dari suatu stroke embolik, perdarahan lobaris spontan dan perdarahan intraserebral akibat hipertensi.

Faktor RisikoTidak dapat dimodifikasi Usia Jenis kelamin (laki-laki lebih sering menderita stroke) Herediter Ras/etnik

Dapat dimodifikasi Riwayat stroke Hipertensi Penyakit jantung Diabetes melitus Penyakit karotis asimptomatis (stenosis karotis) Transient ischemic attack (TIA) Hiperkolesterol Penggunaan kontrasepsi oral Obesitas Merokok Alkoholik Penggunaan narkotik Hiperhomosisteinemia Antibodi anti fosfolipid Hiperurisemia Peninggian hematokrit Peninggian kadar fibrinogen

Klasifikasi Stroke:Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya : a. Stroke Iskemik atau non Hemoragik : Transient Ischemic Attack (TIA) Emboli cerebriTrombosis cerebrib.Stroke Hemoragik :Perdarahan intra serebral Perdarahan subarchnoid Berdasarkan stadium atau pertimbangan waktu : Transient Ischemic Attack (TIA) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND) Stroke in evolution atau progressing stroke Completed stroke Berdasarkan sistem pembuluh darah : Sistem karotis. Sistem vertebro-basilar Berdasarkan sindroma klinisBamford dkk mengemukakan klasifikasi stroke menjadi 4 subtipe: Total Anterior Circulation Infarct (TACI) Partial Anterior Circulation Infarct (PACI) Posterior Circulation Infarct (POCI) Lacunar infarct (LACI)

Manifestasi Klinis

Manifestasi stroke dapat bervariasi pada masing-masing orang, tergantung daerah otak mana yang terganggu. Stroke bisa menyebabkan lumpuh sebagian tubuhnya, kehilangan keseimbangan, kehilangan penglihatan, kehilangan pendengaran, tidak mampu memahami kata-kata hingga kesulitan bicara. Ini tergantung sisi otak yang mengalami gangguan pembuluh darah, apakah sisi otak depan, temporal, samping tengah, belakang, atau otak kecil.Jika terjadi pada otak bagian depan, maka dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan berpikir, kebijakan, penalaran dan bahasa. Jika terjadi pada area temporal, dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan berbicara. Gangguan pada otak bagian tengah dapat menyebabkan manifestasi gangguan sensorik dan gerak. Gangguan pada otak bagian belakang dapat mempengaruhi kemampuan penglihatan dan pendengaran. Dan, jika terkena pada bagian otak kecil, menyebabkan gangguan keseimbangan.

Diagnosis

Diagnosis stroke mancakup diagnosis klinis (sesuai perjalan penyakit atau kawasan pembuluh darah), topis (kortikal, subkortikal, atau batang otak) dan etiologis (infark atau perdarahan).

Diagnosis ditegakkan berdasarkan:AnamensisPemeriksaan Fisik dan NeurologisPemeriksaan Penunjang (CT Scan)ScoringTatalaksana

1.Pengobatan UmumPerhatikan pedoman berikut ini :- Nafas, jalan nafas harus bebas untuk menjamin keperluan oksigen.- Darah, dijaga agar TD tetap cukup (tinggi) untuk mengalirkan darah (perfusi) ke otak, dan menjaga komposisi darah (O2, Hb, glukosa) tetap optimal untuk metabolisme otak.- Otak, mencegah terjadinya edem otak dan timbulnya kejang dengan kortikosteroid, gliserol atau manitol untuk edema, dan valium i.v. pelan pelan terhadap kejang kejang.- Ginjal, saluran kemih dan balans cairan diperhatikan.- Gastrointestinum, fungsi defekasi / percernaan dan nutrisi jangan diabaikan.2.Pengobatan SpesifikPengobatan kausal dan pengobatan terhadap perdarahan di otak dengan tujuan hemostatis, misalnya asam traneksamat 1 gr / 4 jam i.v. pelan pelan selama 3 minggu, kemudian dosis berangsur angsur diturunkan. Khasiatnya adalah anti fibrinolitik sehingga mencegah lisisnya bekuan darah, jadi mencegah perdarahan berulang.

Tujuan rehabilitasi medik : Tercapainya sasaran fungsional yang realistik dan untuk menyusun suatu program rehabilitasi yang sesuai dengan sasaran tersebut.Menurut definisi WHO, jelaslah bahwa yang ditanggulangi rehabilitasi medik adalah problem fisik dan psikis. Untuk mengatasi problem fisik yang berperan adalah program fisioterapi dan terapi okupasi. Keduanya sebetulnya mempunyai kesamaan dalam sasaran, dengan sedikit perbedaan bahwa terapi okupasi bahwa terapi okupasi juga melatih aktivitas kehidupan sehari-hari dan melakukan prevokasional untuk mengarahkan pasien pada latihan kerja bila terpaksa alih pekerjaan.

Rehabilitasi Medik Pada Penderita StrokePelaksanaan program rehabilitasi medik merupakan proses belajar mengajar. Partisipasi aktif dari pasien, keluarga / caregiver sangat diperlukan. Pasien harus dapat mengerti apa yang akan diberikan, dapat mengikuti latihan yang diberikan dan mengingat kembali latihan itu untuk dapat dilakukan berulang-ulang. Pengulangan latihan sangat dibutuhkan untuk kemajuan pengembalian fungsi yang terganggu, sehingga perlu motivasi dan ketekunan yang tinggi dari penderita stroke dan keluarganya. Problem Rehabilitasi MedikProblem Rehabilitasi Kesukaran/tidak dapat ambulasi Kesukaran/tidak dapat berkomunikasi Kesukaran/tidak dapat merawat diri sendiri Kesukaran/tidak dapat melakukan gerak

Problem Psikis Rasa Malu Rasa rendah diri Tidak dapat menerima kenyataan Tidak mau menyesuaikan diri dengan kecacatannya Beberapa mengalami penurunan intelegensia

Proses Rehabilitasi Medik Pada Pasien StrokeFase Awal Tujuannya : Mencegah komplikasi sekunder dan melindungi fungsi yang tersisa. Program ini dimulai sedini mungkin setelah keadaaan umum memungkinkan dimulainya rehabilitasi. Hal-hal yang dapat dikerjakan adalah proper bed positioning, latihan luas gerak sendi (LGS), stimulasi elektrikal dan setelah penderita sadar dimulai penanganan emosional. Pada fase ini yang utama adalah mencegah akibat yang timbul dari tirah baring yang lama dengan cara merubah posisi pasien setiap 2 jam disiang hari dan setiap 4 jam di malam hari. Ada 3 posisi yang dianjurkan : Posisi dimana pasien berbaring terlentang pada bagian yang lumpuh disangga dengan bantal. Posisi dimana pasien berbaring pada posisi yang lumpuh dengan posisi lengan yang lumpuh membentuk sudut 90o dari badan. Lengan yang sehat diletakkan diatas badan/bantal, tungkai dan kaki yang sehat dalam posisi melangkah, diganjal bantal, pergelangan paha dan lutut agak ditekuk. Posisi dimana pasien berbaring pada sisi yang sehat dengan posisi lengan dan tangan yang lumpuh diatas bantal dan membentuk sudut rentang sekitar 100o dari badan, tungkai yang lumpuh pergelangan paha dan lutut agak ditekuk. Tungkai dan kaki diganjal dengan bantal. Selain itu, pada fase ini pasien juga dilatih gerak pasif untuk mencegah konraktur dan kekakuan.

Fase LanjutanTujuannya : Mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan aktivitas sehari-hari (AKS). Fase ini dimulai pada waktu penderita secara medik telah stabil. Penderita stroke trombotik atau embolik mobilisasi dimulai pada 2-3 hari setelah stroke. Penderita dengan perdarahan subarachnoid mobilisasi dimulai 10-15 hari setelah stroke. Program pada fase ini meliputi: FisioterapiStimulasi elektrikal untuk otot dengan kekuatan otot < 2Diberikan terapi panas superfisial (infra red/IRR) untuk melemaskan otot. Latihan gerak sendi bisa pasif, aktif dibantu atau aktif tergantung dari kekuatan otot. Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot Latihan fasilitasi atau redukasi otot Latihan mobilisasi. Mobilisasi segera ditunda bila terjadi : Keadaan dan atau Stroke berat Gejala / tanda neurologist yang memburuk Perdarahan sub-Arachnoid atau intra serebral Hipotensi orthostatic Miocardial infark akut Deep vein Thrombosis akut,sampai dapat teratasi

Okupasi TerapiSebagian besar penderita stroke mencapai kemandirian dalam AKS, meskipun pemulihan fungsi neurologis pada ektremitas yang terkena belum tentu baik. Dengan alat bantu yang disesuaikan, AKS dengan menggunakan satu tangan secara mandiri dapat dikerjakan, kemandirian dapat dipermudah dengan pemakaian alat-alat yang disesuaikan. Terapi WicaraPenderita stroke sering mengalami gangguan bicara dan komunikasi. Ini dapat ditangani oleh speech therapist dengan cara: Latihan pernapasan (pre speech training) berupa latihan napas, menelan, meniup, latihan gerak bibir, lidah dan tenggorokan. Latihan di depan cermin untuk melatih gerakan lidah, bibir dan mengucapkan kata-kata. Latihan pada penderita disartria lebih ditekankan ke artikulasi mengucapkan kata-kata. Ortotik ProstetikPada penderita stroke dapat digunakan alat bantu atau alat ganti dalam membantu transfer dan ambulasi penderita. Alat-alat yang sering digunakan antara lain: arm sling, hand sling, walker, wheel chair, knee back slap, short leg brace, cock-up, ankle foot orthotic (AFO), knee ankle foot ortotic (KAFO). PsikologisSemua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui serial fase psikologis, yaitu: fase syok, fase penolakan, fase penyesuaian dan fase penerimaan. Sebagian penderita mengalami fase-fase tersebut secara cepat, sedangkan sebagian lain mengalami secara lambat, berhenti pada satu fase, bahkan kembali ke fase yang telah lewat. Penderita harus berada pada fase psikologis yang sesuai untuk dapat menerima rehabilitasi. Sosial medikPekerjaan sosial medik dapat memulai pekerjaan dengan wawancara keluarga, keterangan tentang pekerjaan, kegemaran, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup serta keadaan rumah penderita

PrognosisFaktor-Faktor yang Mempengaruhi PrognosisSaat mulainya rehabilitasi medik, program dimulai kurang dari 24 jam maka pengembalian fungsi lebih cepat. Bila dimulai kurang dari 14 jam maka kemampuan memelihara diri akan kembali lebih dahulu. Saat dimulainya pemulihan klinis, prognosis akan lebih buruk bila ditemukan adanya: 1-4 minggu gerak aktif masih nol (negatif); 4-6 minggu fungsi tangan belum kembali dan adanya hipotonia dan arefleksia yang menetap.

BAB IIIAnamnesis:Tn. S, 41 tahun dibawa ke rumah sakit dengan keluhan utama penderita mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai sebelah kiri yang terjadi secara tiba-tiba. 2 hari sebelum masuk rumah sakit penderita mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai kiri yang terjadi secara tiba-tiba tanpa disertai penurunan kesadaran.. Saat bicara mulut penderita mengot ke kiri dan namun bicaranya tidak pelo. Penderita masih bisa miring ke kiri dan kanan serta tidak ada kesulitan dalam mengontrol BAB dan BAK. Penderita belum bisa duduk, berdiri, atau makan dan minum sendiri. Penderita memiliki riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu, namun tidak minum obat teratur. Penderita tidak memiliki riwayat DM. Riwayat trauma dan penyakit jantung disangkal. Penderita tidak pernah mengalami stroke sebelumnya.

Analisis KasusPemeriksaan FisikVital sign dalam batas normal dengan tekanan darah 120/80 mmHg. Pada pemeriksaan nervi craniales N.VII didapatkan plica nasolabialis sinistra datar dan sudut mulut sebelah kiri tertinggal, dan dari pemeriksaan N. XII didapatkan adanya deviasi lidah ke kiri dan disartria (-). Pada pemeriksaan motorik lengan kiri didapatkan gerakan lengan kiri terbatas, kekuatan lengan 3, hipertoni (++), dan refleks fisiologis meningkat (+++). Pada pemeriksaan motorik tungkai didapatkan adanya keterbatasan gerakan pada tungkai kiri, dengan kekuatan tungkai kiri 4, hipertoni (++), klonus (-), refleks fisiologis meningkat (+++) disertai adanya refleks patologis yaitu refleks Babinski dan Chaddock.

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan CT scan menunjukkan adanya lesi hiperdens pada region korteks dan ventrikel dekstra yang mengesankan ICH IVH.Diagnosa Hemiparese sinistra spastik + parese N.VII dan N. XII sinsitra tipe sentral e.c. ICH IVH.Faktor RisikoRiwayat hipertensi yang tidak dikontrol secara teratur.Terapi Medika MentosaDrip tramadol 1 amp dalam colf RL gtt XX/m untuk analgesik cephalgia pada pasien akibat penekanan intracranial ICH IVH, Inj. Citicolin 2x1 amp sebagai neuroprotektor jaringan penumbra otak, Inj. Ranitidin 2x1 amp sebagai citoprotektor lambung, Vitamin B1B6B12 3x1 tab sebagai neurotonika,Laxadyn syr (k/p) untuk memudahkan BAB sehingga mengantisipasi peningkatan tekanan intracranialTerapi RehabilitasiSyarat pasien mendapat rehabilitasi yaitu (1) jika keadaan post-stroke lebih jelek dari keadaan pre-stroke, dan (2) prognosisnya diperkirakan tidak buruk. Pada pasien ini, keadaan post-stroke lebih jelek dibandingkan dengan keadaan pre-stroke, ini dilihat dari keadaan pasien, yaitu kelemahan pada sisi tubuh sebelah kiri sehingga ADL pasien terganggu. Rehabilitasi stroke harus dilakukan sesegera mungkin ketika diagnosis stroke itu ditegakkan dan masalah-masalah yang mengancam hidup terkontrol karena semakin cepat pasien stroke direhabilitasi maka akan meningkatkan prognosis pada pasien ini.

Rencana rehabilitasi pada pasien ini: IRR ekstremitas sebelah kiri. IRR (Infra Red Radiation) adalah salah satu modalitas fisioterapi yang menggunakan inframerah sebagai bentuk terapinya. IRR digunakan sebagai diatermi, dengan memanfaatkan kekuatan panasnya. Pengaruh inframerah akan menghasilkan panas yang menyebabkan pembuluh kapiler membesar, sehingga dapat memperbaiki sirkulasi darah. STerapi latihan yaitu latihan aktif ROM karena kekuatan otot pasien 3 atau lebih. Terapi okupasi dilakukan karena pasien sudah dapat duduk. Latihan ini dilakukan untuk penguatan, kordinasi otot, latihan melakukan ADL dengan menggunakan alat, permainan atau simulasi serta edukasi. Latihan keseimbangan pun diperlukan.

TERIMA KASIHDamai: Kapan Pasien mulai direhabilitasi?Pada pasien ini, fisioterapi dilakukan sesegera mungkin namun secara pasif. Fisioterapi aktif dilakukan apabila hemodinamik pasien telah stabilApa problem fungsional pada pasien ini?Pada pasien ini, problemnya adalah R1 (transfer dan mobilitas: pasien belum dapat jalan sendiri dan belum dapat memobilisasi diri sendiri; butuh bantuan), R2 (ADL: pasien belum dapat melakukan aktivitas sehari-sehari secara mandiri).Dwi dan TaufiqKapan direhabilitasi melihat kondisi pasien yang hipertensi?Hipertensi harus ditangani terlebih dahulu, barulah pasien dapat menjalani terapi rehabilitasi medik.Kenapa pasien hanya di-IRR?Pada pasien tidak ditemukan kontraindikasi untuk diberi terapi panas, sehingga pasien diberi terapi panas (IRR/ SWD/ US/ Parafin)Perbedaan antara setiap terapi panas di atas adalah luas area target. IRR dipilih karena luas area yang luas, dan sifatnya yang superfisial (dipilih yang superfisial karena kita bermaksud memperbaiki sirkulasi di daerah tersebut agar fungsi hemodinamik dan otot dapat diperbaiki)Mencegah gangguan sekunder (atropi, kontraktur, dekubitus)AdhityaDurasi terapi IRR pada pasien ini?Sampai didapatkan perbaikan pada pasien tersebut.Dari Index Barthel