pbl sp blok 11 fix
DESCRIPTION
dadadadaTRANSCRIPT
Hubungan Mekanisme Kelenjar Tiroid Terhadap
Pembesaran Kelenjar Tiroid
Elike Oktorindah Pamilangan
102013412
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta
Pendahuluan
Sistem endokrin, salah satu dari dua sistem regulatorik utama tubuh, mengeluarkan
horomon yang bekerja pada sel sasaran untuk melaksanakan aktivitas homeostatik yang antara
lain berupa, mengatur konsentrasi molekul nutrien, air, garam, dan elektrolit lain. Horomon juga
berperan besar dalam mengontrol pertumbuhan dan reproduksi serta dalam adaptasi stress.
Sistem endokrin, melalui hormon yang disekresikan dan masuk ke dalam aliran darah, umumnya
mengatur aktivitas yang lebih memerlukan durasi daripada kecepatan. Kelenjar endokrin perifer
mencakup kelenjar tiroid, yang mengontrol laju metabolik basal tubuh.1 Dalam skenario ini
diceritakan mengenai seorang laki-laki berusia 40 tahun mengeluh berkeringat yang berlebihan,
frekuensi pernapasan yang meningkat dan berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisik
mendapati adanya pembesaran kelenjar tiroid.
Kelenjar tiroid, yang terletak tepat dibawah laring sebelah kanan dan kiri depan trakea,
menyekresi tiroksin, triioditronin, yang mempunyai efek nyata pada kecepatan metabolisme
tubuh. Sekresi tiroid terutama diatur oleh horomon perangsang tiroid yang disekresi oleh kelenjar
hipofisis anterior. Kedua T3 dan T4 adalah hormon, yang secara kolektif disebut hormon tiroid,
adalah regulator penting laju metabolik basal (BMR) keseluruhan. Kelenjar tiroid juga
memainkan peranan vital dalam homeostasis. Misalnya, hormon tiroid membantu memelihara
tekanan darah normal, denyut jantung, tonus otot, pencernaan, dan fungsi reproduksi. Di seluruh
tubuh, T3 dan T4 sangat penting dalam bioenergetika, dengan cara meningkatkan laju konsumsi
oksigen dan metabolisme seluler. Mengingat betapa pentingnya mekanisme kerja hormon tiroid
tersebut. Oleh karena itu, dalam hal ini akan di bahas lebih lanjut mengenai skenario tersebut.
Skenario 4
Seorang laki-laki berusia 40 tahun mengeluh berkeringat yang berlebihan, frekuensi pernafasan
yang meningkat dan berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisik dokter mendapati adanya
pembesaran kelenjar tiroid.
Makroskopik dan Mikroskopik
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus lateral dihubungkan melalui ismus yang sempit.
Organ ini terletak di atas permukaan anterior kartilago tiroid trakea, tepat dibawah laring. Pada
orang dewasa beratnya lebih kurang 18 gram. Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri
kanan yang dipisahkan oleh isthmus. Masing-masing lobus kelenjar ini mempunyai ketebalan
lebih kurang 2 cm, lebar 2,5 cm dan panjangnya 4 cm. 2,3
Gambar 1. Kelenjar tiroid.4
Kelenjar tiroid, terletak di depan leher dan dibelakang m. strenohyoid dan m.
sternothyroid pada setinggi C5-T1 pada vertebra. Terdiri daripada lobus utama yang terletak kiri
dan kanan anterolateral pada larynx dan trakea. Terdapat istmus yang menghubungkan kedua
lobus yang terletak setinggi cincin trakea kedua dan ketiga. Kelenjar ini diselaputi oleh kapsula
fibrosa . Darah dialirkan ke dalam kelenjar ini oleh sepasang a. tiroidea superior dan inferior.
Terdapat hampir 10% orang mempunyai a. tiriod ima yang merupakan percabangan daripada
trunkus brachiocephalica. Vena yang menjadi pembuluh darah balik kelenjar ini ialah v. tiroidea
superior, v. tiroidea media dan v. tiroidea inferior. V. tiroidea superior dan media bermuara ke v.
jugularis interna manakala yang inferior bermuara ke v. anonyma. Duktus limfatikus kelenjar ini
pula ialah noduli limfatisi prelaryngeal, pretracheal, dan para trakeal yang bermuara ke dalam
duktus limfatisi inferior profudus. Persarafan kelenjar ini ialah ganglia simpatik cervicalis
superior, medius dan inferior. Saraf-saraf ini sampai ke kelenjar melalui plexus tiroidea
periarterial inferior, superior dan cardiaci.3,5
Kelenjar tiroid tersusun dari banyak folikel tertutup yang terisi oleh zat hasil sekresi yang
dinamakan koloid dan dibatasi oleh sel epitel kuboid yang menyekresi ke bagian dalam folikel.
Tiroksin dan triiodotironin disimpan dalam koloid sebagai unsur pembentuk sebuah glikoprotein
sekresi besar yang disebut tiroglobulin. Tiroglobulin harus dihidrolisis agar dapat membebaskan
hormon tiroid dan hal ini tercapai dengan endositosis dari lumen folikel dan kerja protease
lisosom intrasel.6
Sel folikel menghasilkan dua hormon yang mengandung iodium yang berasal dari asam
amino tirosin yaitu tetraiodotironin dan triiodotironin. Kedua hormon, yang secara kolektif
disebut hormon tiroid, adalah regulator penting laju metabolik basal (BMR) keseluruhan.
Diruang interstisium di antara folikel-folikel terselip sel C, tipe sel sekretorik lain, yang diberi
nama demikian karena mengeluarkan hormon peptida kalsitonin.1
Gambar 2. Mikroskopik kelenjar tiroid.6
Setiap folikel dibungkus lamina basal tipis, yaitu jalinan serat retikular halus, dan sebuah
pleksus kapiler. Folikel ini tampak sebagai struktur tersendiri, namun bila dibuat rekonstruksi
dari sederetan irisan, dasar epitel satu folikel dalam keadaan tertentu dapat berkontak langsung
dengan epitel folikel berdekatan tanpa adanya hubungan langsung antara lumen folikel
bersebelahan. Epitel folikel tiroid terdiri dari dua jenis sel. Sel prinsipal yang terbanyak pada
epitel itu dan sel parafolikel yang terdapat satu-satu atau dalam kelompok kecil di antara basis
sel-sel prinsipal. Epitel ini umumnya kuboid rendah namun tingginya bervariasi dari folikel ke
folikel dan pada keadaan aktivitas fisiologis berbeda. Sel parafolikel besar yang pucat terletak di
dalam epitel namun tidak mencapai permukaan bebasnya, terpisah darinya oleh bagian
melengkung sel-sel prinsipal disebelahnya. Sel-sel parafolikel dua sampai tiga kali leih besar dari
pada sel prinsipal. Mereka cenderung lebih banyak di bagian pusat lobus tiroid. Intinya bulat atau
lonjong dan mungkin berlekuk pada satu sisi.6
Mekanisme Pembentukan Hormon Tiroid
Pembentukan hormon tiroid membutuhkan kira-kira 50mg iodium setahun yang ditelan
dalam bentuk iodida. Iodida yang ditelan akan diabsorpsi dari saluran cerna ke dalam darah. Satu
perlimanya akan dipindahkan dari sirkulasi darah oleh sel-sel kelenjar tiroid secara selektif dan
digunakan untuk sintesis hormon tiroid dan yang selebihnya akan dikeluarkan oleh ginjal.
Pembentukan hormon tiroid bermulan dengan iodida yang diangkut dari darah ke dalam sel-sel
dan folikel kelenjar tiroid. Membran basal sel tiroid mempunyai kemampuan untuk
memompakan iodida secara aktif ke dalam sel yang disebut iodide trapping. Kecepatan iodide
trapping ini dipengaruhi oleh TSH.1,7,8
Setelah itu pembentukan hormon tiroid akan diteruskan dengan pembentukan dan sekresi
tiroglobulin oleh sel-sel tiroid. Retikulum endoplasma dan alat Golgi mensintesis dan mensekresi
tiroglobulin ke dalam folikel. Setiap molekul tiroglobulin mengandung sekitar 70 asam amino
tirosin. Proses ini diteruskan dengan tirosin yang diiodinasi menjadi monoiodotirosin (MIT);
iodida bergabung dengan tirosin di dalam molekul tiroglobulin. Penggabungan 2 molekul iodida
ke asam amino tirosin di dalam molekul tiroglobulin akan menjadi diiodotirosin (DIT). MIT dan
DIT akan bergabung untuk membentuk triiodotironin (T3). Penggabung dua DIT akan
membentuk hormon tiroksin (T4). Hormon ini akan diangkut di darah dalam keadaan terikat ke
protein plasma seperti globulin, albumin dan thyroxine binding prealbumin.7,8
Sekresi Hormon Tiroid
Hormon tiroid diatur oleh sumbu hipotalamus-hipofisis-tiroid. Thyrotropin releasing
hormone (TRH) hipotalamus, melalui efek tropiknya menyalakan sekresi Thyroid stimulating
hormone (TSH), hormon tropik tiroid dari hipofisis anterior, adalah regulator fisiologis
terpenting sekresi hormon tiroid. Sementara hormon tiroid, melalui mekanisme umpan balik
negatif, menghentikan sekresi TSH dengan menghambat hipofisis anterior. Hampir setiap tahap
dalam sintesis dan pelepasan hormon tiroid di rangsang oleh TSH. Selain meningkatkan sekresi
hormon tiroid, TSH juga mempertahankan integritas struktural kelenjar tiroid. Tanpa adanya
TSH, tiroid mengalami atrofi dan mengeluarkan hormon tiroid dalam jumlah yang sangat rendah.
Sebaliknya, kelenjar mengalami hipertrofi (peningkatan ukuran setiap sel folikel) dan hiperplasia
(peningkatan jumlah sel folikel) sebagai respons terhadap TSH yang berlebihan.1,3
Gambar 4. Regulasi hormon tiroid.1
Umpan balik negatif antara tiroid dan hipofisis anterior melaksanakan regulasi kadar
hormon tiroid bebas sehari-hari, sementara hipotalamus memerantarai penyesuaian jangka
panjang. Tidak seperti kebanyakan sistem hormon lainnya, hormon-hormon di aksis tiroid pada
orang dewasa tidak tidak mengalami perubahan sekresi yang mendadak dan lebar. Sekresi
hormon tiroid yang relatif tetap sesuai dengan respons lambat dan berkepanjangan yang
diinduksi oleh hormon ini. Peningkatan atau penurunan mendadak kadar hormon tiroid tidak
memiliki manfaat adaptif.1
Efek Fisiologis Hormon Tiroid
Hormon tiroid adalah penentu utama laju metabolik basal dan juga memiliki efek lain
dibandingkan dengan horomon lain, kerja hormon tiroid relatif “lamban”. Respons terhadap
peningkatan hormon tiroid baru terdeteksi setelah beberapa jam, dan respons maksimal belum
terlihat dalam beberapa hari. Durasi respons juga cukup lama, sebagian karena hormon tiroid
tidak cepat terurai tetapi juga karena respons terhadap peningkaan sekresi terus terjadi selama
beberapa hari atau bahkan minggu setelah konsentrasi hormon tiroid plasma kembali normal.1
Hampir semua jaringan di tubuh terpengaruh langsung atau tak langsung oleh hormon
tiroid. Efek T3 dan T4 dapat dikelompokan ke dalam beberapa kategori yang saling tumpang-
tindih, berikut mengenai efek-efek fisiologis yang ditimbulkan oleh pengaruh hormon tiroid:1,3,6
1. Efek pada laju metabolisme dan produksi panas
Hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme basal keseluruhan tubuh. Hormon ini
adalah regulator terpenting laju konsumsi O2 dan pengeluaran energi tubuh pada keadaan
istirahat. Efek metabolik hormon tiroid berkaitan erat dengan efek kalorigenik. Peningkatan
aktivitas metabolik menyebabkan peningkatan produksi panas.
2. Efek pada metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat
Selain meningkatkan laju metabolik secara keseluruhan, hormon tiroid juga
memodulasi kecepatan banyak reaksi spesifik yang berperan dalam metabolisme bahan baka.
Efek hormon tiroid pada bahan bakar metabolik memiliki banyak aspek, hormon ini tidak
saja dapat mempengaruhi pembentukan dan penguraian karbohidrat, lemak, dan protein
tetapi hormon dalam jumlah sedikit atau banyak dapat menimbulkan efek sebaliknya.
Hormon tiroid merangsang hampir semua aspek metabolisme karbohidrat, termasuk
ambilan glukosa yang cepat oleh sel-sel, meningkatkan glikolisis, meningkatkan
glukoneogenesis, meningkatkan kecepatan absorbsi dan traktus gastrointestinalis dan juga
meningkatakan sekresi insulin dengan efek sekunder yang dihasilkan atas metabolisme
karbohidrat. Perubahan glukosa menjadi glikogen, bentuk simpanan glukosa, dipermudah
oleh hormon tiroid dalam jumlah kecil, tetapi kebalikannya pemecahan glikogen menjadi
glukosa terjadi pada jumlah hormon yang tinggi.
Demikian juga, hormon tiroid dalam jumlah adekuat penting untuk sintesis protein
yang dibutuhkan bagi pertumbuhan normal tubuh namun pada dosis tinggi, misalnya pada
hipersekresi tiroid, hormon tiroid cenderung menyebabkan penguraian protein. Pada
metabolisme lemak hormon tiroid meningkatakan metabolisme yang terjadi di bawah
pengaruh hormon tiroid. Karena lemak merupakan sumber utama suplai energi jangka
panjang, maka simpanan lemak tubuh dikosongkan dalam jumlah yang lebih besar daripada
kebanyakan elemen jaringan lainnya. Terutama lipid dimobilisasi dari jaringan lemak, yang
meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas di dalam plasma dan hormon tiroid juga sangat
mempercepat oksidasi asam lemak bebas oleh sel-sel.
3. Efek simpatomimetik
Setiap efek yang serupa dengan yang ditimbulkan oleh sistem saraf simpatis dikenal
sebagai efek simpatomimetik. Hormon tiroid memingkatkan responsivitas sel sasaran
terhadap katekolamin, pembawa pesan kimiawi yang digunakan oleh sistem saraf simpatis
dan medula adrenal. Hormon tiroid melaksanakan efek permisif ini dengan menyebabkan
proliferasi reseptor sel sasaran spesifik katekolamin. Karena pengaruh ini, banyak dari efek
yang diamati ketika sekresi hormon tiroid meningkat adalah serupadengan yang menyertai
pengaktifan sistem saraf simpatis.
4. Efek pada sistem kardiovaskular
Melalui efek meningkatkan kepekaan jantung tehadap katekolamin dalam darah,
hormon tiroid meningkatkan kecepatan jantung dan kekuatan kontraksi sehingga curah
jantung meningkat. Selain itu, sebagai respons terhadap beban panas yang dihasilkan oleh
efek kalorigenik hormon tiroid, terjadi vasodilatasi perifer untuk membawa kelebihan panas
ke permukaan tubuh untuk dikeluarkan ke lingkungan. Sebagai akibat peningkatan aliran
darah ke unsur-unsur bagian tubuh, curah jantung dan frekuensi jantung juga meningkat,
kadang-kadang meningkat sampai 50 persen atau lebih di atas normal bila terdapat hormon
tiroid dalam jumlah berlebihan.
5. Efek pada pertumbuhan dan sistem saraf
Hormon tiroid penting bagi pertumbuhan normal karena efeknya pada hormon
pertumbuhan (GH) dan IGF-I. Hormon tiroid tidak saja merangsang sekresi GH dan
meningkatakan produksi IGF-I oleh hati tetapi juga mendorong efek GH dan IGF-I pada
sintesis protein struktural baru dan pada pertumbuhan tulang. Anak dengan defisiensi tiroid
mengalami hambatan pertumbuhan yang dapat dipulihkan dengan terapi sulih tiorid. Namun,
tidak seperti kelebihan GH, kelebihan hormon tiroid tidak menyebabkan pertumbuhan yang
berlebihan. Hormon tiroid berperan penting dalam perkembangan normal sistem saraf,
khusus nya SSP, suatu efek yang terganggu pada anak dengan defisiensi tiroid sejak lahir.
Hormon tiroid juga essensial untuk aktivitas normal SSP pada orang dewasa.
6. Efek atas berat badan
Pembentukan hormon tiroid yang meningkat banyak sekali pada orang yang telah
tumbuh lengkap hampir selalu mengurangi berat badan, dan pengurangan pembentukan yang
besar hampir selalu menambah berat badan. Tetapi efek ini tidak selalu terjadi, karena
hormon tiroid meningkatkan nafsu makan, dan hal ini melebihi keseimbangan perubahan
pada kecepatan metabolisme.
7. Efek atas respirasi
Peningkatan kecepatan metabolisme yang disebabkan oleh horomon tiroid
meningkatkan penggunaan oksigen dan pembentukan karbon dioksida. Efek ini
mengaktifkan semua mekanisme yang meningkatkan kecepatan dan dalamnya pernapasan.
8. Efek atas saluran pencernaan
Selain meningkatakan kecepatan absorbsi bahan makanan, hormon tiroid juga
meningkatkan kecepatan sekresi getah pencernaan dan pergerakan saluran pencernaan.
Sering mengakibatkan diare. Juga, yang berhubungan dengan peningkatan sekresi dan
pergerakan ini adalah peningkatan nafsu makan, sehingga masukan makanan biasanya
meningkat. Kekurangan hormon tiroid menyebabkan konstipasi.
Peranan Iodium
Iodium merupakan suatu unsur kelumit penting, sekitar sepertiga dari total iodium tubuh
terdapat di dalam kelenjar tiroid yang merupakan komponen penting hormon tiroid. Karena tidak
adanya mekanisme penyimpanan dalam renal atau gastrointestinal untuk iodium, menyebabkan
defisiensi iodioum. Defisiensi iodium menyebabkan pembengkakan kelenjar tiroid (penyakit
gondok). Kelenjar tiroid ini mengandung iodium sekitar 0,2 sampai 0,5% bahan kering total.
Kurang lebih 90% iodium terdapat dalam bentuk asam amino tirosin atau protein tiroglobulin.
Dalam serum darah iodium bergabung dengan protein. Di antara tanaman sayuran dalam famili
Cruciferae dan biji beberapa kacang-kacamgan mengandung subtansi goitrogenik yaitu tiosianat,
goitrin, dll. Defisiensi iodium pada umumnya dapat ditiadakan dengan makan garam beriodium.9
Garam adalah senyawa yang berbentuk kristal yang memberikan rasa asin dimana
natrium dan klorida merupakan unsur kimia yang dominan. Garam konsumsi (dapur) yang
ditambah (difortifikasi) dengan iodium. Di Indonesia, iodium yang ditambahkan dalam bentuk
kalium iodate (KIO3).10
Makanan yang kaya dengan iodium ialah asparagus, pisang, wortel, minyak ikan kod,
kuning telur, bawang putih, kacang lima, cendawan, bawangmerah, singkong, kacang, makanan
laut, bayam, stroberi, dan tomat. Makanan yang dapat menghambat pergerakan iodium dalam
tubuh (dalam jumlah yang berlebihan) ialah kobis bunga, buah pic, kacang tanah, dan kacang
kedelai. Meminum air yang mengandungi kadar iodium dan kelebihan dalam mengkonsumsi
garam juga dapat menyebabkan kekurangan iodium. Nutrien yang penting untuk kelenjar tiroid
yang kurang bekerja ialahsemua asam amino, vitamin B kompleks, beta-karotin, vitamin A-C,
E,yodium daripada air laut, besi, dan asam lemak tak tepu. Orang yang mengalami hipotiroid
digalakkan untuk memakan makanan seperti apricot, keju, ayam, kurma, kuning telur, parsli, dan
susu mentah. Makanan yang penting untuk orang yang mengalami hipertiroid ialah makanan
yang mengandungi multi vitamin dan kompleks mineral,kompleks vitamin B, vitamin C, E, asam
lemak dan lesitin.10
Dalam melakukan aktivitasnya hormon tiroid membutuhkan iodium. Bila terjadi
defisiensi iodium dalam kelenjar tiroid, kecepatan pembentukan hormone mula-mula tetap, tetapi
persediaan iodium dalam kelenjar tiroid semakin berkurang. Dalam keadaan demikian kelenjar
tiroid berusaha mengambil iodium dalam darah. Bila defisit iodium semakin besar maka
pengeluaran hormone akan semakin berkurang. Biosintesis hormon tiroid melibatkan beberapa
proses yang rumit, termasuk metabolism iodium.9
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan-pembahasan tersebut, yang didasari pada skenario yang sudah
dipaparkan. Kedua T3 dan T4 adalah hormon, yang secara kolektif disebut hormon tiroid, adalah
regulator penting laju metabolik basal (BMR) keseluruhan. Kelenjar tiroid juga memainkan
peranan vital dalam homeostasis. Kelebihan atau kekurangan dari kinerja hormon tersebut dapat
berdampak pada perkembangan kelenjar tiroid seperti dalam hal ini terjadinya pembesaran
kelenjar tiroid akibat gangguan dari mekanisme kerja hormon tiroid pada kelenjar tiroid.
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 6th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2012.h. 757-63.
2. Scanlon, Valerie C. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2007.h. 223-9.
3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.h. 206-10.
4. Putz R, Pabst R. Sobotta atlas of human anatomy. Vol 2. 14th ed. Munich: Urban & Fischer
verlag; 2006.p. 139-141.
5. Gibson J. Fisiologi & anatomi untuk perawat. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2003.h. 252-4.
6. Fawcett D. Buku ajar histologi. 12th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002.h.
437-43.
7. Guyton A. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012.h. 677-86.
8. Ganong WF. Review of medical physiology. 23rd ed. United States. McGraw-Hill; 2010.p.
301-13
9. Soewoto H, Sadikin M, Kurniati V, Wanandi SI, Retno D, Abadi P, et al. Biokimia
eksperimen laboratorium. Jakarta: Widya Medika, 2001.
10. Soedioetama D. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat; 2004.