pbl sp blok 11 fix

16
Hubungan Mekanisme Kelenjar Tiroid Terhadap Pembesaran Kelenjar Tiroid Elike Oktorindah Pamilangan 102013412 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta [email protected] Pendahuluan Sistem endokrin, salah satu dari dua sistem regulatorik utama tubuh, mengeluarkan horomon yang bekerja pada sel sasaran untuk melaksanakan aktivitas homeostatik yang antara lain berupa, mengatur konsentrasi molekul nutrien, air, garam, dan elektrolit lain. Horomon juga berperan besar dalam mengontrol pertumbuhan dan reproduksi serta dalam adaptasi stress. Sistem endokrin, melalui hormon yang disekresikan dan masuk ke dalam aliran darah, umumnya mengatur aktivitas yang lebih memerlukan durasi daripada kecepatan. Kelenjar endokrin perifer mencakup kelenjar tiroid, yang mengontrol laju metabolik basal tubuh. 1 Dalam skenario ini diceritakan mengenai seorang laki-laki berusia 40 tahun mengeluh berkeringat yang berlebihan, frekuensi pernapasan yang meningkat dan berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisik mendapati adanya pembesaran kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid, yang terletak tepat dibawah laring sebelah

Upload: andrew-vaughan

Post on 11-Dec-2015

44 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

dadadada

TRANSCRIPT

Page 1: PBL SP Blok 11 Fix

Hubungan Mekanisme Kelenjar Tiroid Terhadap

Pembesaran Kelenjar Tiroid

Elike Oktorindah Pamilangan

102013412

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta

[email protected]

Pendahuluan

Sistem endokrin, salah satu dari dua sistem regulatorik utama tubuh, mengeluarkan

horomon yang bekerja pada sel sasaran untuk melaksanakan aktivitas homeostatik yang antara

lain berupa, mengatur konsentrasi molekul nutrien, air, garam, dan elektrolit lain. Horomon juga

berperan besar dalam mengontrol pertumbuhan dan reproduksi serta dalam adaptasi stress.

Sistem endokrin, melalui hormon yang disekresikan dan masuk ke dalam aliran darah, umumnya

mengatur aktivitas yang lebih memerlukan durasi daripada kecepatan. Kelenjar endokrin perifer

mencakup kelenjar tiroid, yang mengontrol laju metabolik basal tubuh.1 Dalam skenario ini

diceritakan mengenai seorang laki-laki berusia 40 tahun mengeluh berkeringat yang berlebihan,

frekuensi pernapasan yang meningkat dan berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisik

mendapati adanya pembesaran kelenjar tiroid.

Kelenjar tiroid, yang terletak tepat dibawah laring sebelah kanan dan kiri depan trakea,

menyekresi tiroksin, triioditronin, yang mempunyai efek nyata pada kecepatan metabolisme

tubuh. Sekresi tiroid terutama diatur oleh horomon perangsang tiroid yang disekresi oleh kelenjar

hipofisis anterior. Kedua T3 dan T4 adalah hormon, yang secara kolektif disebut hormon tiroid,

adalah regulator penting laju metabolik basal (BMR) keseluruhan. Kelenjar tiroid juga

memainkan peranan vital dalam homeostasis. Misalnya, hormon tiroid membantu memelihara

tekanan darah normal, denyut jantung, tonus otot, pencernaan, dan fungsi reproduksi. Di seluruh

tubuh, T3 dan T4 sangat penting dalam bioenergetika, dengan cara meningkatkan laju konsumsi

oksigen dan metabolisme seluler. Mengingat betapa pentingnya mekanisme kerja hormon tiroid

tersebut. Oleh karena itu, dalam hal ini akan di bahas lebih lanjut mengenai skenario tersebut.

Page 2: PBL SP Blok 11 Fix

Skenario 4

Seorang laki-laki berusia 40 tahun mengeluh berkeringat yang berlebihan, frekuensi pernafasan

yang meningkat dan berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisik dokter mendapati adanya

pembesaran kelenjar tiroid.

Makroskopik dan Mikroskopik

Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus lateral dihubungkan melalui ismus yang sempit.

Organ ini terletak di atas permukaan anterior kartilago tiroid trakea, tepat dibawah laring. Pada

orang dewasa beratnya lebih kurang 18 gram. Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri

kanan yang dipisahkan oleh isthmus. Masing-masing lobus kelenjar ini mempunyai ketebalan

lebih kurang 2 cm, lebar 2,5 cm dan panjangnya 4 cm. 2,3

Gambar 1. Kelenjar tiroid.4

Kelenjar tiroid, terletak di depan leher dan dibelakang m. strenohyoid dan m.

sternothyroid pada setinggi C5-T1 pada vertebra. Terdiri daripada lobus utama yang terletak kiri

dan kanan anterolateral pada larynx dan trakea. Terdapat istmus yang menghubungkan kedua

lobus yang terletak setinggi cincin trakea kedua dan ketiga. Kelenjar ini diselaputi oleh kapsula

fibrosa . Darah dialirkan ke dalam kelenjar ini oleh sepasang a. tiroidea superior dan inferior.

Terdapat hampir 10% orang mempunyai a. tiriod ima yang merupakan percabangan daripada

trunkus brachiocephalica. Vena yang menjadi pembuluh darah balik kelenjar ini ialah v. tiroidea

Page 3: PBL SP Blok 11 Fix

superior, v. tiroidea media dan v. tiroidea inferior. V. tiroidea superior dan media bermuara ke v.

jugularis interna manakala yang inferior bermuara ke v. anonyma. Duktus limfatikus kelenjar ini

pula ialah noduli limfatisi prelaryngeal, pretracheal, dan para trakeal yang bermuara ke dalam

duktus limfatisi inferior profudus. Persarafan kelenjar ini ialah ganglia simpatik cervicalis

superior, medius dan inferior. Saraf-saraf ini sampai ke kelenjar melalui plexus tiroidea

periarterial inferior, superior dan cardiaci.3,5

Kelenjar tiroid tersusun dari banyak folikel tertutup yang terisi oleh zat hasil sekresi yang

dinamakan koloid dan dibatasi oleh sel epitel kuboid yang menyekresi ke bagian dalam folikel.

Tiroksin dan triiodotironin disimpan dalam koloid sebagai unsur pembentuk sebuah glikoprotein

sekresi besar yang disebut tiroglobulin. Tiroglobulin harus dihidrolisis agar dapat membebaskan

hormon tiroid dan hal ini tercapai dengan endositosis dari lumen folikel dan kerja protease

lisosom intrasel.6

Sel folikel menghasilkan dua hormon yang mengandung iodium yang berasal dari asam

amino tirosin yaitu tetraiodotironin dan triiodotironin. Kedua hormon, yang secara kolektif

disebut hormon tiroid, adalah regulator penting laju metabolik basal (BMR) keseluruhan.

Diruang interstisium di antara folikel-folikel terselip sel C, tipe sel sekretorik lain, yang diberi

nama demikian karena mengeluarkan hormon peptida kalsitonin.1

Gambar 2. Mikroskopik kelenjar tiroid.6

Page 4: PBL SP Blok 11 Fix

Setiap folikel dibungkus lamina basal tipis, yaitu jalinan serat retikular halus, dan sebuah

pleksus kapiler. Folikel ini tampak sebagai struktur tersendiri, namun bila dibuat rekonstruksi

dari sederetan irisan, dasar epitel satu folikel dalam keadaan tertentu dapat berkontak langsung

dengan epitel folikel berdekatan tanpa adanya hubungan langsung antara lumen folikel

bersebelahan. Epitel folikel tiroid terdiri dari dua jenis sel. Sel prinsipal yang terbanyak pada

epitel itu dan sel parafolikel yang terdapat satu-satu atau dalam kelompok kecil di antara basis

sel-sel prinsipal. Epitel ini umumnya kuboid rendah namun tingginya bervariasi dari folikel ke

folikel dan pada keadaan aktivitas fisiologis berbeda. Sel parafolikel besar yang pucat terletak di

dalam epitel namun tidak mencapai permukaan bebasnya, terpisah darinya oleh bagian

melengkung sel-sel prinsipal disebelahnya. Sel-sel parafolikel dua sampai tiga kali leih besar dari

pada sel prinsipal. Mereka cenderung lebih banyak di bagian pusat lobus tiroid. Intinya bulat atau

lonjong dan mungkin berlekuk pada satu sisi.6

Mekanisme Pembentukan Hormon Tiroid

Pembentukan hormon tiroid membutuhkan kira-kira 50mg iodium setahun yang ditelan

dalam bentuk iodida. Iodida yang ditelan akan diabsorpsi dari saluran cerna ke dalam darah. Satu

perlimanya akan dipindahkan dari sirkulasi darah oleh sel-sel kelenjar tiroid secara selektif dan

digunakan untuk sintesis hormon tiroid dan yang selebihnya akan dikeluarkan oleh ginjal.

Pembentukan hormon tiroid bermulan dengan iodida yang diangkut dari darah ke dalam sel-sel

dan folikel kelenjar tiroid. Membran basal sel tiroid mempunyai kemampuan untuk

memompakan iodida secara aktif ke dalam sel yang disebut iodide trapping. Kecepatan iodide

trapping ini dipengaruhi oleh TSH.1,7,8

Setelah itu pembentukan hormon tiroid akan diteruskan dengan pembentukan dan sekresi

tiroglobulin oleh sel-sel tiroid. Retikulum endoplasma dan alat Golgi mensintesis dan mensekresi

tiroglobulin ke dalam folikel. Setiap molekul tiroglobulin mengandung sekitar 70 asam amino

tirosin. Proses ini diteruskan dengan tirosin yang diiodinasi menjadi monoiodotirosin (MIT);

iodida bergabung dengan tirosin di dalam molekul tiroglobulin. Penggabungan 2 molekul iodida

ke asam amino tirosin di dalam molekul tiroglobulin akan menjadi diiodotirosin (DIT). MIT dan

DIT akan bergabung untuk membentuk triiodotironin (T3). Penggabung dua DIT akan

membentuk hormon tiroksin (T4). Hormon ini akan diangkut di darah dalam keadaan terikat ke

protein plasma seperti globulin, albumin dan thyroxine binding prealbumin.7,8

Page 5: PBL SP Blok 11 Fix

Sekresi Hormon Tiroid

Hormon tiroid diatur oleh sumbu hipotalamus-hipofisis-tiroid. Thyrotropin releasing

hormone (TRH) hipotalamus, melalui efek tropiknya menyalakan sekresi Thyroid stimulating

hormone (TSH), hormon tropik tiroid dari hipofisis anterior, adalah regulator fisiologis

terpenting sekresi hormon tiroid. Sementara hormon tiroid, melalui mekanisme umpan balik

negatif, menghentikan sekresi TSH dengan menghambat hipofisis anterior. Hampir setiap tahap

dalam sintesis dan pelepasan hormon tiroid di rangsang oleh TSH. Selain meningkatkan sekresi

hormon tiroid, TSH juga mempertahankan integritas struktural kelenjar tiroid. Tanpa adanya

TSH, tiroid mengalami atrofi dan mengeluarkan hormon tiroid dalam jumlah yang sangat rendah.

Sebaliknya, kelenjar mengalami hipertrofi (peningkatan ukuran setiap sel folikel) dan hiperplasia

(peningkatan jumlah sel folikel) sebagai respons terhadap TSH yang berlebihan.1,3

Gambar 4. Regulasi hormon tiroid.1

Umpan balik negatif antara tiroid dan hipofisis anterior melaksanakan regulasi kadar

hormon tiroid bebas sehari-hari, sementara hipotalamus memerantarai penyesuaian jangka

panjang. Tidak seperti kebanyakan sistem hormon lainnya, hormon-hormon di aksis tiroid pada

orang dewasa tidak tidak mengalami perubahan sekresi yang mendadak dan lebar. Sekresi

hormon tiroid yang relatif tetap sesuai dengan respons lambat dan berkepanjangan yang

diinduksi oleh hormon ini. Peningkatan atau penurunan mendadak kadar hormon tiroid tidak

memiliki manfaat adaptif.1

Page 6: PBL SP Blok 11 Fix

Efek Fisiologis Hormon Tiroid

Hormon tiroid adalah penentu utama laju metabolik basal dan juga memiliki efek lain

dibandingkan dengan horomon lain, kerja hormon tiroid relatif “lamban”. Respons terhadap

peningkatan hormon tiroid baru terdeteksi setelah beberapa jam, dan respons maksimal belum

terlihat dalam beberapa hari. Durasi respons juga cukup lama, sebagian karena hormon tiroid

tidak cepat terurai tetapi juga karena respons terhadap peningkaan sekresi terus terjadi selama

beberapa hari atau bahkan minggu setelah konsentrasi hormon tiroid plasma kembali normal.1

Hampir semua jaringan di tubuh terpengaruh langsung atau tak langsung oleh hormon

tiroid. Efek T3 dan T4 dapat dikelompokan ke dalam beberapa kategori yang saling tumpang-

tindih, berikut mengenai efek-efek fisiologis yang ditimbulkan oleh pengaruh hormon tiroid:1,3,6

1. Efek pada laju metabolisme dan produksi panas

Hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme basal keseluruhan tubuh. Hormon ini

adalah regulator terpenting laju konsumsi O2 dan pengeluaran energi tubuh pada keadaan

istirahat. Efek metabolik hormon tiroid berkaitan erat dengan efek kalorigenik. Peningkatan

aktivitas metabolik menyebabkan peningkatan produksi panas.

2. Efek pada metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat

Selain meningkatkan laju metabolik secara keseluruhan, hormon tiroid juga

memodulasi kecepatan banyak reaksi spesifik yang berperan dalam metabolisme bahan baka.

Efek hormon tiroid pada bahan bakar metabolik memiliki banyak aspek, hormon ini tidak

saja dapat mempengaruhi pembentukan dan penguraian karbohidrat, lemak, dan protein

tetapi hormon dalam jumlah sedikit atau banyak dapat menimbulkan efek sebaliknya.

Hormon tiroid merangsang hampir semua aspek metabolisme karbohidrat, termasuk

ambilan glukosa yang cepat oleh sel-sel, meningkatkan glikolisis, meningkatkan

glukoneogenesis, meningkatkan kecepatan absorbsi dan traktus gastrointestinalis dan juga

meningkatakan sekresi insulin dengan efek sekunder yang dihasilkan atas metabolisme

karbohidrat. Perubahan glukosa menjadi glikogen, bentuk simpanan glukosa, dipermudah

oleh hormon tiroid dalam jumlah kecil, tetapi kebalikannya pemecahan glikogen menjadi

glukosa terjadi pada jumlah hormon yang tinggi.

Demikian juga, hormon tiroid dalam jumlah adekuat penting untuk sintesis protein

yang dibutuhkan bagi pertumbuhan normal tubuh namun pada dosis tinggi, misalnya pada

hipersekresi tiroid, hormon tiroid cenderung menyebabkan penguraian protein. Pada

Page 7: PBL SP Blok 11 Fix

metabolisme lemak hormon tiroid meningkatakan metabolisme yang terjadi di bawah

pengaruh hormon tiroid. Karena lemak merupakan sumber utama suplai energi jangka

panjang, maka simpanan lemak tubuh dikosongkan dalam jumlah yang lebih besar daripada

kebanyakan elemen jaringan lainnya. Terutama lipid dimobilisasi dari jaringan lemak, yang

meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas di dalam plasma dan hormon tiroid juga sangat

mempercepat oksidasi asam lemak bebas oleh sel-sel.

3. Efek simpatomimetik

Setiap efek yang serupa dengan yang ditimbulkan oleh sistem saraf simpatis dikenal

sebagai efek simpatomimetik. Hormon tiroid memingkatkan responsivitas sel sasaran

terhadap katekolamin, pembawa pesan kimiawi yang digunakan oleh sistem saraf simpatis

dan medula adrenal. Hormon tiroid melaksanakan efek permisif ini dengan menyebabkan

proliferasi reseptor sel sasaran spesifik katekolamin. Karena pengaruh ini, banyak dari efek

yang diamati ketika sekresi hormon tiroid meningkat adalah serupadengan yang menyertai

pengaktifan sistem saraf simpatis.

4. Efek pada sistem kardiovaskular

Melalui efek meningkatkan kepekaan jantung tehadap katekolamin dalam darah,

hormon tiroid meningkatkan kecepatan jantung dan kekuatan kontraksi sehingga curah

jantung meningkat. Selain itu, sebagai respons terhadap beban panas yang dihasilkan oleh

efek kalorigenik hormon tiroid, terjadi vasodilatasi perifer untuk membawa kelebihan panas

ke permukaan tubuh untuk dikeluarkan ke lingkungan. Sebagai akibat peningkatan aliran

darah ke unsur-unsur bagian tubuh, curah jantung dan frekuensi jantung juga meningkat,

kadang-kadang meningkat sampai 50 persen atau lebih di atas normal bila terdapat hormon

tiroid dalam jumlah berlebihan.

5. Efek pada pertumbuhan dan sistem saraf

Hormon tiroid penting bagi pertumbuhan normal karena efeknya pada hormon

pertumbuhan (GH) dan IGF-I. Hormon tiroid tidak saja merangsang sekresi GH dan

meningkatakan produksi IGF-I oleh hati tetapi juga mendorong efek GH dan IGF-I pada

sintesis protein struktural baru dan pada pertumbuhan tulang. Anak dengan defisiensi tiroid

mengalami hambatan pertumbuhan yang dapat dipulihkan dengan terapi sulih tiorid. Namun,

tidak seperti kelebihan GH, kelebihan hormon tiroid tidak menyebabkan pertumbuhan yang

berlebihan. Hormon tiroid berperan penting dalam perkembangan normal sistem saraf,

Page 8: PBL SP Blok 11 Fix

khusus nya SSP, suatu efek yang terganggu pada anak dengan defisiensi tiroid sejak lahir.

Hormon tiroid juga essensial untuk aktivitas normal SSP pada orang dewasa.

6. Efek atas berat badan

Pembentukan hormon tiroid yang meningkat banyak sekali pada orang yang telah

tumbuh lengkap hampir selalu mengurangi berat badan, dan pengurangan pembentukan yang

besar hampir selalu menambah berat badan. Tetapi efek ini tidak selalu terjadi, karena

hormon tiroid meningkatkan nafsu makan, dan hal ini melebihi keseimbangan perubahan

pada kecepatan metabolisme.

7. Efek atas respirasi

Peningkatan kecepatan metabolisme yang disebabkan oleh horomon tiroid

meningkatkan penggunaan oksigen dan pembentukan karbon dioksida. Efek ini

mengaktifkan semua mekanisme yang meningkatkan kecepatan dan dalamnya pernapasan.

8. Efek atas saluran pencernaan

Selain meningkatakan kecepatan absorbsi bahan makanan, hormon tiroid juga

meningkatkan kecepatan sekresi getah pencernaan dan pergerakan saluran pencernaan.

Sering mengakibatkan diare. Juga, yang berhubungan dengan peningkatan sekresi dan

pergerakan ini adalah peningkatan nafsu makan, sehingga masukan makanan biasanya

meningkat. Kekurangan hormon tiroid menyebabkan konstipasi.

Peranan Iodium

Iodium merupakan suatu unsur kelumit penting, sekitar sepertiga dari total iodium tubuh

terdapat di dalam kelenjar tiroid yang merupakan komponen penting hormon tiroid. Karena tidak

adanya mekanisme penyimpanan dalam renal atau gastrointestinal untuk iodium, menyebabkan

defisiensi iodioum. Defisiensi iodium menyebabkan pembengkakan kelenjar tiroid (penyakit

gondok). Kelenjar tiroid ini mengandung iodium sekitar 0,2 sampai 0,5% bahan kering total.

Kurang lebih 90% iodium terdapat dalam bentuk asam amino tirosin atau protein tiroglobulin.

Dalam serum darah iodium bergabung dengan protein. Di antara tanaman sayuran dalam famili

Cruciferae dan biji beberapa kacang-kacamgan mengandung subtansi goitrogenik yaitu tiosianat,

goitrin, dll. Defisiensi iodium pada umumnya dapat ditiadakan dengan makan garam beriodium.9

Garam adalah senyawa yang berbentuk kristal yang memberikan rasa asin dimana

natrium dan klorida merupakan unsur kimia yang dominan. Garam konsumsi (dapur) yang

Page 9: PBL SP Blok 11 Fix

ditambah (difortifikasi) dengan iodium. Di Indonesia, iodium yang ditambahkan dalam bentuk

kalium iodate (KIO3).10

Makanan yang kaya dengan iodium ialah asparagus, pisang, wortel, minyak ikan kod,

kuning telur, bawang putih, kacang lima, cendawan, bawangmerah, singkong, kacang, makanan

laut, bayam, stroberi, dan tomat. Makanan yang dapat menghambat pergerakan iodium dalam

tubuh (dalam jumlah yang berlebihan) ialah kobis bunga, buah pic, kacang tanah, dan kacang

kedelai. Meminum air yang mengandungi kadar iodium dan kelebihan dalam mengkonsumsi

garam juga dapat menyebabkan kekurangan iodium. Nutrien yang penting untuk kelenjar tiroid

yang kurang bekerja ialahsemua asam amino, vitamin B kompleks, beta-karotin, vitamin A-C,

E,yodium daripada air laut, besi, dan asam lemak tak tepu. Orang yang mengalami hipotiroid

digalakkan untuk memakan makanan seperti apricot, keju, ayam, kurma, kuning telur, parsli, dan

susu mentah. Makanan yang penting untuk orang yang mengalami hipertiroid ialah makanan

yang mengandungi multi vitamin dan kompleks mineral,kompleks vitamin B, vitamin C, E, asam

lemak dan lesitin.10

Dalam melakukan aktivitasnya hormon tiroid membutuhkan iodium. Bila terjadi

defisiensi iodium dalam kelenjar tiroid, kecepatan pembentukan hormone mula-mula tetap, tetapi

persediaan iodium dalam kelenjar tiroid semakin berkurang. Dalam keadaan demikian kelenjar

tiroid berusaha mengambil iodium dalam darah. Bila defisit iodium semakin besar maka

pengeluaran hormone akan semakin berkurang. Biosintesis hormon tiroid melibatkan beberapa

proses yang rumit, termasuk metabolism iodium.9

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan-pembahasan tersebut, yang didasari pada skenario yang sudah

dipaparkan. Kedua T3 dan T4 adalah hormon, yang secara kolektif disebut hormon tiroid, adalah

regulator penting laju metabolik basal (BMR) keseluruhan. Kelenjar tiroid juga memainkan

peranan vital dalam homeostasis. Kelebihan atau kekurangan dari kinerja hormon tersebut dapat

berdampak pada perkembangan kelenjar tiroid seperti dalam hal ini terjadinya pembesaran

kelenjar tiroid akibat gangguan dari mekanisme kerja hormon tiroid pada kelenjar tiroid.

Page 10: PBL SP Blok 11 Fix

Daftar Pustaka

1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 6th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 2012.h. 757-63.

2. Scanlon, Valerie C. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2007.h. 223-9.

3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;

2004.h. 206-10.

4. Putz R, Pabst R. Sobotta atlas of human anatomy. Vol 2. 14th ed. Munich: Urban & Fischer

verlag; 2006.p. 139-141.

5. Gibson J. Fisiologi & anatomi untuk perawat. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 2003.h. 252-4.

6. Fawcett D. Buku ajar histologi. 12th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002.h.

437-43.

7. Guyton A. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2012.h. 677-86.

8. Ganong WF. Review of medical physiology. 23rd ed. United States. McGraw-Hill; 2010.p.

301-13

9. Soewoto H, Sadikin M, Kurniati V, Wanandi SI, Retno D, Abadi P, et al. Biokimia

eksperimen laboratorium. Jakarta: Widya Medika, 2001.

10. Soedioetama D. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat; 2004.