pbl 14 skenario 9

Upload: gari-gege-esun-bue

Post on 30-Oct-2015

59 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Fraktur Terbuka pada Regio Kruris

Jefri102011161/F2MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANAJalan Arjuna Utara No.6 Jakarta [email protected]

PendahuluanFraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ketulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenaisendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi, sedangkan trauma tumpul dapat menyebabkan fraktur tertutup yaitu apabila tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit.Tendensi untuk terjadinya fraktur tibia terdapat pada pasien-pasien usia lanjutyang terjatuh, dan pada populasi ini sering ditemukan fraktur tipe III, fraktur terbuka dengan fraktur kominutif. Pada pasien-pasien usia muda, mekanisme trauma yangpaling sering adalah kecelakaan kendaraan bermotor.Fraktur lebih sering terjadi padaorang laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan seringberhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan. Sedangkan pada Usia lanjut prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon. Di Amerika Serikat, insidens tahunan fraktur terbuka tulang panjang diperkirakan 11 per 100.000 orang, dengan 40% terjadi di ekstremitas bawah. Fraktur ekstremitas bawah yang paling umum terjadi pada diafisis tibia. Oleh karena itu penulis akan membahas tentang fraktur pada diafisis tibia dengan tujuan agar dapat menambah wawasan tentang fraktur tibia sampai kepada penatalaksanaannya.

PembahasanAnamnesis1. Keluhan utamaSkenario adalah seorang laki-laki usia 30 tahun dibawa ke UGD RS setelah mengalami kecelakaan sepeda motor. Menurut warga, saat sedang mengendarai sepeda motornya, pasien tersebut ditabrak oleh mobil yang melaju dari arah kanan, lalu pasien terlempar dari sepeda motornya dan sempat terguling beberapa meter. Saat mengendarai sepeda motornya, pasien menggunakan helm. Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik tampak luka terbuka pada regio kruris dekstra 1/3 tengah bagian ventral dengan ukuran 5 x 2 cm, tepi luka tidak rata, sudut luka tumpul, tampak jembatan jaringan, tidak tampak adanya perdarahan aktif, tampak adanya penonjolan fragmen tulang. Ekstremitas bawah sebelah kanan terlihat adanya deformitas dan lebih memendek.Berdasarkan skenario tersebut. keluhan utama pasien adalah fraktur terbuka pada regio kruris 1/3 tengah.2.Keluhan tambahanKeluhan tambahan yang dapat ditanyakan dalam anamnesis ini berupa:a. Tabel 1. Bagian, Sel, dan Fungsi kelenjar Hipofisa AnteriorRiwayat kecelakaan.Pentingnya menanyakan riwayat kecelakaan dimaksudkan agar sang dokter mendapatkan gambaran tentang cedera yang mungkin dialami oleh sang pasien. Riwayat kecelakaan tersebut dapat didapatkan melalui alloanamnesis pada saksi mata kejadian ato anggota keluarga apabila kondisi pasien tidak memungkinkan untuk dianamnesis.Pemeriksaan1. Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis penyakit tersebut berdasarkan anamnesis adalah inspeksi dan palpasiInpeksi dilakukan dengan maksud untuk mendapat gambaran tentang luka yang didapat laki-laki tersebut dari kecelakaan. Pada inspeksi dapat ditemukan gambaran luka seperti bentuk, luas, pendarahan dan ada tidaknya fragmen tulang yang menonjol. Dengan inspeksi secara lebih umum dapat juga ditemukan tanda-tanda fraktur seperti deformitas, pemendekan ekstremitas.Palpasi dilakukan dengan maksud untuk melihat kondisi luka serta sebagai diagnosis untuk terapi lebih lanjut. Yang perlu diperhatikan adalah palpasi yang dilakukan sebaiknya hati-hati dan perlahan karena dapat menggeser patahan tulang dan bisa memungkinkan terjadi lesi neurovaskular apabila dilakukan secara kasar. Palpasi dilakukan untuk mencari letak patahan dan luka apabila pada saat inspeksi tidak ditemukan, terutama pada fraktur tertutup. Palpasi digunakan juga untuk merasakan pulsasi pembuluh darah untuk mendiagnosa apakah terdapat lesi vaskular yang didapat apabila pulsasi pada pembuluh darah regio kruris melemah. Juga untuk mendiagnosis adanya lesi terhadap saraf.2. Pemeriksaan penunjangPemeriksaan penunjang untuk mendapat suatu kepastian atas diagnosis adalah dengan melakukan rontgen pada regio kruris dextra yang mencakup sendi lutut dan pergelangan kaki. Foto rontgen dilakukan pada posisi AP dan lateral untuk mendapat gambaran khas dari ada atau tidaknya fraktur.

Gambar 1. Fraktur Tibia

Diagnosis & Diagnosis BandingBerdasarkan hasil anamnesis dan berbagai pemeriksaan dapat diambil kesimpulan bahwa laki-laki dalam skenario tersebut mengalami fraktur terbuka tulang tibia dextra 1/3 tengah derajat 2. Hal ini ditegakkan berdasarkan inspeksi yang didapat bahwa luka 5 x 2 cm dan tepi luka yang tumpul karena suatu penonjolan fragmen tulang dari dalam ke luar sehingga dapat disimpulkan sebagai open fraktur inside out. Fraktur sendiri didapat dari adanya tanda-tanda khas fraktur yakni deformitas dan pemendekan unilateral ekstremitas. Diagnosis banding berupa derajat-derajat fraktur terbuka, yakni derajat I sampai IIIC.

Jenis, Klasifikasi, dan Mekanisme TraumaTendensi untuk terjadinya fraktur tibia terdapat pada pasien-pasien usia lanjut yang terjatuh, dan pada populasi ini sering ditemukan fraktur tipe III, fraktur terbuka dengan fraktur kominutif. Pada pasien-pasien usia muda, mekanisme trauma yang paling sering adalah kecelakaan kendaraan bermotor. Orthopaedic Trauma Association (OTA) mengklasifikasikan fraktur pada tulang menjadi tipe A (simple), tipe B (wedge), dan tipe C (kompleks).1Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada tibia yang menyebabkan fraktur tibia, dapat juga berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tulang tibia. Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis truma, kekuatan, dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang fraktur. Dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut fraktur terbuka.1Klasifikasi Fraktur TerbukaKlasifikasi dari fraktur diafisis tibia bermanfaat untuk kepentingan para dokter yang menggunakannya untuk memperkirakan kemungkinan penyembuhan dari fraktur dalam menjalankan penatalaksanaannya. Sistem klasifikasi yang sering digunakan pada fraktur terbuka adalah sistem yang dibuat oleh Gustilo sebagai berikut. Tipe I, lukanya bersih dan panjangnya kurang dari 1 cm. Tipe II, panjang luka 1-10 cm, luka lebih kotor dan terdapat jaringan otot atau tendon yang rusak.. Tipe IIIa, luka dengan kerusakan jaringan yang luas, biasanya lebih dari 10 cm, tulang kominutif namun kulit masih dapat menutup luka. Fraktur tipe ini dapat disertai kemungkinan komplikasi, contohnya: luka tembak. Tipe IIIb, kulit sudah tidak dapat lagi menutup luka. Tipe IIIc, fraktur dengan gangguan neurovaskular dan memerlukan penanganan terhadap vaskularnya agar vaskularisasi tungkai dapat normal kembali.2Selain klasifikasi di atas, Orthopaedic Trauma Association juga membagi fraktur diafisis tibia berdasarkan pemeriksaan radiografi, terbagi 3 grup, yaitu: simple, wedge dan kompleks. Masingmasing grup terbagi lagi menjadi 3 yaitu:1,21. Tipe simple, terbagi 3: spiral, oblik, tranversal.2. Tipe wedge, terbagi 3: spiral, bending, dan fragmen.3. Tipe kompleks, terbagi 3: spiral, segmen, dan iregular.

Gambar 2. Klasifikasi Fraktur Diafisis Tibia

KomplikasiKomplikasi yang dapat didapat pada laki-laki yang mengalami fraktur tersebut adalah infeksi, delayed union atau nonunion, kerusakan pembuluh darah (sindroma kompartmen), trauma saraf terutama pada nervus peroneal komunis dan gangguan pergerakan sendi, serta fat embolism syndrom.3PenatalaksanaanNon operatif meliputi reduksi, imobilisasi, dan pemeriksaan dalam masa penyembuhan. Reduksi adalah terapi fraktur dengan cara mengantungkan kaki dengan tarikan atau traksi. Imobilisasi dengan menggunakan bidai. Bidai dapat dirubah dengan gips dalam 7-10 hari, atau dibiarkan selama 3-4 minggu. Dalam penyembuhan, pasien harus di evaluasi dengan pemeriksaan rontgen tiap 6 atau 8 minggu. Program penyembuhan dengan latihan berjalan, rehabilitasi ankle, memperkuat otot kuadrisef yang nantinya diharapkan dapat mengembalikan ke fungsi normal.4,5Operatif yakni penatalaksanaan dengan operasi memiliki dua indikasi yaitu absolut dan relatif. Absolut apabila fraktur terbuka yang merusak jaringan lunak, sehingga memerlukan operasi dalam penyembuhan dan perawatan lukanya. Cidera vaskuler sehingga memerlukan operasi untuk memperbaiki jalannya darah di tungkai. Fraktur dengan sindroma kompartemen. Cidera multiple, yang diindikasikan untuk memperbaiki mobilitas pasien, juga mengurangi nyeri. Relatif jika adanya pemendekan, fraktur tibia dengan fibula intak, dan fraktur tibia dan fibula dengan level yang sama.4,5Adapun jenis-jenis operasi yang dilakukan pada fraktur tibia diantaranya adalah sebagai berikut:4,5a. StandarFiksasi eksternal standar dilakukan pada pasien dengan cidera multipel yang hemodinamiknya tidak stabil, dan dapat juga digunakan pada fraktur terbuka dengan luka terkontaminasi. Dengan cara ini, luka operasi yang dibuat bisa lebih kecil, sehingga menghindari kemungkinan trauma tambahan yang dapat memperlambat kemungkinan penyembuhan.b. Ring FixatorsRing fixators dilengkapi dengan fiksator ilizarov yang menggunakan sejenis cincin dan kawat yang dipasang pada tulang. Keuntungannya adalah dapat digunakan untuk fraktur ke arah proksimal atau distal. Cara ini baik digunakan pada fraktur tertutup tipe kompleks.c. Open reduction with internal fixation (ORIF)Cara ini biasanya digunakan pada fraktur diafisis tibia yang mencapai ke metafisis. Keuntungan penatalaksanaan fraktur dengan cara ini yaitu gerakan sendinya menjadi lebih stabil. Kerugian cara ini adalah mudahnya terjadi komplikasi pada penyembuhan luka operasi. d. Intramedullary nailingCara ini baik digunakan pada fraktur displased, baik pada fraktur terbuka atau tertutup. Keuntungan cara ini adalah mudah untuk meluruskan tulang yang cidera dan menghindarkan trauma pada jaringan lunak. Amputasi dilakukan pada fraktur yang mengalami iskemia, putusnya nervus tibia dan pada crush injury dari tibia.4,5

KesimpulanLaki-laki berumur 30 tahun mengalami fraktur terbuka derajat II pada tibia dextra karena kecelakaan tersebut. Diagnosis tersebut ditegakkan dari anamnesis/alloanamnesis serta pemeriksaan fisik berupa inspeksi, palpasi dan pemeriksaan penunjang berupa rontgen. Adapun penatalaksaannya adalah dilakukannya operasi agar didapatkan pemulihan yang maksimal dan dapat memperbaiki luka jaringan yang terjadi.

Daftar Pustaka1. Higgins T, Templeman D. Orthopaedic knowledge update. USA: American Academy of Orthopaedic Surgeons; 2005.p.431-7. 2. Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2005.h.840-1.3. Brinker. Review of orthopaedic trauma. Pennsylvannia: Saunders Company; 2001.p.127-35.4. Thompson JC. Netters concise orthopaedic anatomy. 2nd ed. Philadelphia: Saunders; 2010.p.293-4.5. Simon RR, Sherman SC, Koenigsknecht SJ. Emergency orthopaedics: the extremities. 5th ed. United States: The McGraw-Hill Companies; 2006.