pbl 12 lani

19
INFEKSI DAN IMUNITAS BLOK 12 Tutor : dr.Regie Santoso Nama : Melania NIM : 10.2009.129 Kel : B2 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA 2010 1

Upload: melania-taolin

Post on 01-Jul-2015

330 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: pbl 12 lani

INFEKSI DAN IMUNITAS

BLOK 12

Tutor : dr.Regie Santoso

Nama : Melania

NIM : 10.2009.129

Kel : B2

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

2010

DAFTAR ISI

1

Page 2: pbl 12 lani

hal

COVER MAKALAH …………………………………………………………….. 1

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. 2

BAB.I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang………………………………………………….. 3

1.2. Tujuan…………………………………………………………… 3

BAB.II.PEMBAHASAN2.1. Definisi…………………………………………………………... 42.2. Etiologi………………………………………………………….. 42.3. Diagnosa…………………………………………………………. 42.4. Anamnesa……………………………………………………… 4-52.4.1.Pemeriksaan Fisik……………………………………………… 52.4.2.Pemeriksaan Penunjang………………………………………… 52.5. Epidemiologi……………………………………………………... 62.6. Penularan…………………………………………………………. 62.7. Pathogenesis………………………………………………….… 6-72.8. Patologi……………………………………………………….... 7-92.9. Diagnosa defferential………………………………………..… 9-102.10. Komplikasi……………………………………………………… 102.11. Pengobatan………………………………………………….. 10-112.12. Prognosis………………………………………………………... 112.13. Pencegahan……………………………………………………… 11

BAB.III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan……………………………………………………… 12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 13

2

Page 3: pbl 12 lani

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Leptospirosis merupakan penyakit hewan yang disebabkan oleh beberapa bakteri dari

golongan leptospira yang berbentuk spiral kecil disebut spirochaeta. Bakteri ini dengan

flagellanya dapat menembus kulit atau mukosa manusia normal. Penyakit leptospira tersebar

terutama di daerah tropis dan subtropis, khususnya di daerah berawa-rawa atau pasca banjir.

Infeksi bakteri ini dapat menyebabkan penyakit dengan gejala dari yang ringan seperti

penyakit flu biasa sampai yang berat atau menimbulkan sindrom termasuk penyakit kuning

(ikterus) berat, sindrom perdarahan (perdarahan paru paling sering menyebabkan kegawatan),

gagal ginjal sampai menyebabkan kematian. Penyakit ini juga dikenal sebagai penyakit yang

berhubungan dengan rekreasi, terutama yang berhubungan dengan air seperti berenang di

sungai. Kejadian bencana alam seperti banjir besar juga memungkinkan banyak orang

terinfeksi. Para klinisi perlu mewaspadai penyakit ini.

1.2. Tujuan

Menjelaskan tentang penyebab,gejala dan proses perjalanan penyakit

leptospirosis

Menjelaskan tentang pengobatan terhadap penyakit leptospirosis

Memberitahukan mengenai pencegahannya

3

Page 4: pbl 12 lani

BAB II

PEMBAHASAN

Leptospirosis

2.1. Definisi

Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang di sebabkan suatu mikroorganisme,yaitu1

leptospira interogans tanpa memandang bentuk spesifik serotipenya.bentuk penyakit berat

nya yang disertai ikterus disebut weil´s disease.Penyakit ini dikenal dengan berbagai nama

seperti mud fever, slime fever, swamp fever, autumnal fever, infectious jaundice, field fever,

cane cutter fever, dll

2.2. Etiologi

Leptospirosis di sebabkan oleh genus leptospira , family treponemataceae, suatu 1

mikroorganisme spirochaeta.ciri khas organism ini yaitu berbelit, tipis , fleksible, panjangnya

5- 15 um, dengan spiral yang sangat halus, membengkak, membentuk suatu kait.gerakannya

rotasi aktif, untuk melihat dengan jelas gerakannya menggunakan mikroskop darkfield. Pada

medium flecther s leptospirosis dapat tumbuh dengan baik sebagai obligat aerob.

Leptospirosis terbagi atas dua spesies yaitu L.interrogans yang pathogen dan l.biflexa yang

non pathogen . menurut beberapa penelitian yang tersering menginfeksi manusia ialah L.

ichterohemorrhagica dengan resevoar tikus , L.canicola dengan resevoar anjing dan L.

Pomona dengan resevoar sapi dan babi.

2.3. Diagnosis

Pada umumnya diagnosis awal leptospirosis sulit, karena pasien biasa datang dengan1

meningitis, hepatitis, nefritis, pneumonia, influenza, sindrom syok toxic, demam yang tidak

diketahui asalnya dan diatetesi hemoragik, bahkan beberapa kasus datang sbagai pancreatitis.

2.4. Anamnesa

Riwayat pekerjaan pasien ,apakah termasuk kelompok orang berisiko tinggi seperti1,4,6

bepergian ke hutan belantara, rawa, sungai, atau petani Demam yang muncul tiba-tiba

Nyeri otot

4

Page 5: pbl 12 lani

Nyeri kepala terutama di bagian frontal

Mata merah/fotofobia

Mual atau muntah

2.4.1.Pemeriksaan fisik

Demam

Bradikardia

Nyeri tekan otot

Ruam pada kulit

Hepatomegali dll

2.4.2.Pemeriksaan penunjang (laboratorium)

Pemeriksaan darah

1. Leukositosis,normal atau sedikit menurun disertai gambaran neutrofilia dan LED

meninggi

2. Terdapat hepatomegali, maka transminase dan bilirubin meningkat

3. BUN ,ureum dan kretinin bisa meningkat bila terdapat komplikasi pada ginjal.

Kultur:

Leptospira dapat dibiakkan dari darah, urin dan cairan cerebrospinal, tetapi tumbuh sangat

lambat. Isolasi bakteri dari darah berhasil pada 50% kasus. Kultur urin biasanya positif

sesudah minggu ke dua sampai

30 hari sesudah infeksi.

Pemeriksaan Serologis (antibodi):

Pemeriksaan imunoglobulin G (IgG) dan imunoglobulin M (IgM). Pemeriksaan untuk

mendeteksi adanya leptospirosis dengan cepat ;

1. Polymerase chain reaction (PCR),

2. Mikroskop lapangan gelap,

3. Silver stain atau mikroskop flouresen.

4. MAT (microscopic agglutination test),

5. HI (hemagglutination) test,

6. ELISA (IgM).

7. Dip-S-Ticks (PanBio).

5

Page 6: pbl 12 lani

2.5. Epidemiologi

Leptospirosis tersebar di seluruh dunia , disemua benua kecuali benua antartika , namun1,4

terbanyak didapati di daerah tropis.leptospira bisa terdapat pada binatang piaraan seperti

anjing, babi, lembu, kuda , kucing, marmot atau binatang-binatang pengerat lainnya seperti

tupai , musang ,tikus, dan kelelawar .didalam tubuh binatang tersebut leptospira hidup di

dalam ginjal/air kemihnya. Penyakit ini bersifat musiman ,di daerah tropis insiden tertinggi

pada musim hujan.

International leptospirosis society menyatakan Indonesia sebagai Negara dengan insiden

leptospirosis tertinggi ke tiga di dunia untuk mortalitas.

2.6. Penularan

Manusia dapat terinfeksi melalui kontak dengan air , atau tanah , lumpur yang telah1

terkontaminasi oleh urin binatang yang telah terkontaminasi oleh leptospirosis. Infeksi

tersebut terjadi jka terjadi luka pada kulit ataupun selaput lendir.Air tergenang atau mengalir

lambat yang terkontaminasi urine binatang infeksius, bahkan air deraspun dapat berperan.

Gigitan binatang yang telah terinfeksi leptospirosis ataupun kontak dengan kultur

leptospirosis di laboratorium.

Factor yang berisiko tertular leptospirosis , yaitu

1. Pekerjaan yang kontak dengan air seperti: petani yang bekerja di sawah, peternakan,

pekerja rumeh potong hewan dan tentara yang berlatih di daerah rawa-rawa.

2. Orang berekreasi sperti berenang di sungai, rekreasi kano dan olahraga lintas alam di

daerah berawa.

3. Di rumah tangga pada orang yang merawat binatang peliharaan , pemelihara hewan

ternak dan tikus di rumah-rumah.

2.7. Patogenesis

Leptospirosis masuk kedalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir ,memasuki aliran darah1

dan berkembang, lalu menyebar secara luas ke jaringan tubuh.kemudian terjadi respon

imunologi baik secara selular maupun humoral sehingga infeksi ini dapat di tekan dan

terbentuk antibody spesifik. Walaupun demikian bebrapa organisme ini masih bisa bertahan

6

Page 7: pbl 12 lani

pada daerah yang terisolasi secara imunologi seperti didalam ginjal dimana sebagian

mikroorganisme akan mencapai convolute d tubules , bertahan disana dan di lepaskan melalui

urin.

Leptosira dapat di jumpai di dalam air kemih sekitar 8 hari sampai beberapa munggu setelah

infeksi dan berbulan-bulan , bahkan bertahun-tahun.Leptospira dapat di hilangkan dengan

fagositosis dan mekanisme humoral.kuman ini dengan cepat menghilang dari darah setelah

terbentuknya agglutinin .setelah fase leptospiremia 4-7 hari ,mikroorganisme hanya dapat di

temukan dalam jaringan ginjal dan okuler. Leptospiruria berlangsung 1-4 minggu.

Tiga mekanisme yang terlibat pada patogenese leptospirosis :invasi bakteri berlangsung,

factor inflamasi non specific, dan reaksi imunologi.

2.8. Patologi

Dalam perjalanan pada fase leptospiremia ,leptospira melepaskan toksin yang bertanggung1

jawab atas terjadinya keadaan patologi pada beberapa organ. Lesi muncul terjadi karena

kerusakan pada lapisan endotel kapiler. Lesi inflamasi menunjukan edema dan infiltrasi sel

monosit ,limfosit, dan sel plasma.selain di ginjal leptospira dapat bertahan pada otak dan

mata. Leptospira dapat masuk kedalam cairan cerebrospinal pada fase leptospiremia.hal ini

akan menyebabkan meningitis yang merupakan gangguan neurologi terbanyak yang terjadi

sebagai komplikasi leptospirosis.organ-organ yang sering dikenai leptospira adalah ginjal ,

hati, otot dan pembuluh darah.kelainan spesifik pada organ:

Ginjal: intersisial nefritis dengan infiltrasi sel mononuclear merupakan bentuk lesi pada

leptospirosis yang dapat terjadi tanpa gangguan fungsi ginjal.gagal ginjal terjadi akibat

tubular nekrosis akut.adanya peranan nefrotoksin,reaksi imunologis , iskemi ginjal , hemolisis

dan invasi langsung mikroorganisme juga berperan menimbuklkan kerusakan ginjal.

Hati: hati menunjukan nekrosis sentilobuler fokal dengan inflamasi sel limfosit fokal dan

proliferasi sel kupfer dengan kolestatis.pada kasusu-kasus yang diotopsi, sebagian sebagian

ditemukan leptospira dalam hepar .biasanya organism ini terdapat diantara sel-sel parenkim.

Jantung: epikardium ,endokardium, dan miokardium dapat terlihat kelainan miokardium difus

intersisial edema dengan filtrasi sel mononuclear dan plasma .Nekrosis berhubungan dengan

infiltrasi neutrofil.dapat terjadi perdarahan fokal pada miokardium dan endokarditis.

7

Page 8: pbl 12 lani

Oto rangka: pada otot rangka terjadi perubahan-perubahan nekrotis ,vakuolaisasi dan

kehilangan striata.nyeri otot yang terjadi pada leptospira di sebabkan invasi langsung

leptospira .dapat juga ditemukan antigen leptospira pada otot.

Mata: leptospira dapat masuk ruang anterior dari mata selam fase leptospiremia dan bertahan

beberapa bulan walaupun antigen yang terbentuk cukup tinggi. Hal ini akan menyebabkan

uveitis.

Pembuluh darah:terjadinya perubahan pembuluh darah akibat vaskulitis yang akan

menimbulkan perdarahan.sering ditemukan perdarahan pada mukosa,permukaan serosa dan

alat-alat visera dan perdarahan bawah kulit.

Susunan saraf pusat:leptospira mudah masuk cairan cerebrospinal dan dikaitkan dengan

terjadinya meningitis.meningitis terjadi sewaktu terjadinya respon antibody,tidak saat

memasuki css.terjadi penebalan meninges dengan sedikit peningkatan sel mononuclear

arakhnoid. Meningitis yang terjadi adalah meningitis aseptic, biasanya disebabkan oleh

L.canicola.

Weil disease : merupakan leptospirosis berat yang di tandai dengan ikterus , biasanya disertai

perdarahan ,anemia, azotemi, gannguan kesadaran dan demam tipe continue.penyakit weil

biasa nya terdapat pada 1-6% kasus dengan leptospirosis .penyebab weil disease adalah

serotype icterohaemorragica pernah juga dilaporkan oleh serotype copenhageni dan

bataviae.gambaran klinis bervariasi berupa gangguan renal ,hepatic, atau disfungsi vascular.

Gambaran klinis

Masa tunas berkisar 2-26 hari (kebanyakan 7 – 13 hari dengan rata-rata 10 hari)

Perjalanan klinik bifasik yaitu leptospiremia dimana leptospira ditemukan dalam darah,fase

imun dan fase penyembuhan.

Fase leptospiremia

Fase ini ditandai dengan adanya leptospira dalam darah dan cairan serebrospinal,

berlangsung secara tiba-tiba dengan gejala awal sakit kepala di bagian frontal , rasa sakit

pada otot yang hebat terutama pada paha , betis dan pinggang disertai nyeri tekan.myalgia

dapat diikuti dengan hiperestiesi kulit , demam tinggi yang disertai menggigil , juga didapati

8

Page 9: pbl 12 lani

mual dengan atau tanpa disertai mencret, bahkan pada sekitar 25% kasus penurunan

kesadaran. Pada pemeriksaan keadaan sakit berat , bradikardi relative, dan ikterus(50%).pada

hari ke 3-4 dapat dijumpai adanya konjungtiva suffusion dan fotofobia.pada kulit dapat

dijumpai rash yang berbentuk macular ,mukopapular atau urtikaria.kadang dijumpai

splenomegali,hepatomegali,limfadenopati.fase ini berlangsung 4-7 hari.jika cepat ditangani

pasien akan membaik , suhu akan kembali normal, penyembuhan organ-organ yang terlihat

dan fungsinya kembali normal 3-6 minggu setelah onset.pada keadaan sakit yang lebih berat

demam turun setelah 7 hari diikuti oleh bebas demam selama 1-3 hari, setelah itu terjadi

demam kembali.keadaan ini disebut fase imun.

Fase imun

Fase ini ditandai dengan peningkatan titer antibody ,dapat timbul demam yang mencapai suhu

400 C disertai menggigil dan kelemahan umum.terdapat rasa sakit yang menyeluruh pada

leher ,perut dan otot –otot kaki terutama otot betis.terdapat perdarahan epistaksis ,gejala

kerusakan pada ginjal dan hati, ikterik.perdarahan paling jelas terlihat pada fase

ikterik ,purpura,ptechiae,epiktasis , perdarahan gusi merupakan tanda patognomosis untuk

leptospirosis.

Terjadinya meningitis merupakan tanda pada fase ini , walaupun hanya 50% gejala dan tanda

meningitis,tetapi pleositosis pada CSS dijumpai beberapa minggu, tetapi biasanya

menghilang setelah 1-2 hari.pada fase ini dapat dijumpai dalam urin.

2.9. Diagnosis differential (diagnose banding)

Malaria

Malaria adalah penyakit menular yang dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan oleh3

protozoa intraselular obligat Plasmodium falciporum, P. vivax, P. ovale, dan P. malariae

yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina. Penularan juga dapat terjadi melalui

tranfusi darah, transplantasi organ, dan transplasenta. Masa inkubasi 1-2 minggu, tetapi

kadan-kadang lebih dari setahun. Gejala malaria yaitu demam, menggigil, malaise, anoreksia,

mual, muntah, diare ringan, sakit kepala, pusing, mialgia, nyeri tulang. Peningkatan suhu

dapat mencapai 40 derajat, bersifat intermitten yaitu demam dengan suhu badan yang

mengalami penurunan ke tingkat normal selama beberapa jam dalam satu hari diantara

periode kenaikan demam. Periode timbulnya demam tergantung pada jenis plasmodium yang

menginfeksi. Pada malaria juga dapat ditemui hepatomegali, splenomegali,anemia, ikterus,

9

Page 10: pbl 12 lani

dan dehidrasi. Pada pemeriksaan laboratorium umumnya ditemukan anemia, leukopenia, dan

trombositopenia.

Demam tifoid

Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi.2

Penularan tifoid biasanya melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Masa

inkubasi tifoid sangat berbeda, berkisar dari 3-60 hari. Gejala awal penyakit adalah

demam(peningkatan suhu hingga 40◦C) terutama sore atau malam hari, kedinginan, malaise,

sakit kepala, sakit tenggorokan, batuk, dan kadang-kadang sakit perut dan konstipasi atau

diare. Sebagai perkembangan penyakit, umumnya didapatkan kelemahan, distensi abdomen,

hepatosplenomegali, anoreksia, dan kehilangan berat badan. . Tanda penting yang ditemui

antara lain agak tuli, lidah tifoid (tremor, tengah kotor, tepi hiperemis, nyeri tekan/spontan

pada perut di daerah Mc Burney (kanan bawah). Pada pemeriksaan darah tepi dapat

ditemukan leukopenia, limfositosis relatif. Mungkin terdapat anemia dan trombositopenia

ringan

2.10. Komplikasi

Leptospirosis dapat menimbulkan komplikasi:

1. Iridosiklitis

2. Gagal ginjal

3. Miokarditis

4. Meningitis aseptic dan hepatitis

5. Perdarahan massif jarang di temui dan bila terjadi dapat mengakibatkan kematian.

2.11. Pengobatan

Obat antibiotic yang biasa di berikan adalah

penisilin ,streptomisin,tetrasiklin,kloramfenikol,eritromisin, dan siprofloksasin. Obat pilihan

pertama adalah penisilin G 1.5 juta unit setiap 6 jam selam 5-7 hari.dalam 4-6 jam setelah

pemberian penisilin G terlihat reaksi Jarisch Hexheimer yang menunjukan adanya aktivitas

antileptospira.obat-obat ini efektif pada pemberian hari 1-3 namun kurang bermanfaat bila

diberikan setelah fase imun dan tidak efektif jika terdapat ikterus ,gagal ginjal dan

meningitis.tindakan suportif di berikan sesuai keparahan penyakit dan komplikasi yang

timbul.

10

Page 11: pbl 12 lani

Tabel .1 pengobatan dan kemoprofilaksis leptospirosis

Indikasi Regimen dosis

Leptospirosis ringan doxisiklin 2×100 mg

Ampisilin 4×500-750 mg

Amoksisilin 4×500 mg

Leptospirosis sedang/berat penisilin G 1,5 juta unit/6 jam(i.v)

Ampisilin 1 gram/6 jam(i.v)

Amoksisilin 1 gram/6 jam(i.v)

Kemoprofilaksis doksisiklin 200 gram/minggu

2.12. Prognosis

Tergantung keadaan umum pasien ,umur,virulensi leptospira dan ada tidaknya kekebalan1

yang didapat. Jika tidak ada ikterus ,penyakit jarang fatal .pada kasus dengan ikterus angka

kematian 5% pada umur di bawah 30 tahun ,dan pada usia lanjutmencapai 30-40%.

2.13. Pencegahan

Bagi mereka yang berpotensi tinggi tertular leptospirosis harus diberikan perlindungan1

berupa pakaian khusus yang dapat menghindarinya dari kontak dengan bahan-bahan yang

telah terkontaminasi dengan kemih resevoar.

Beberapa peneliti menganjurkan antibiotik untuk pencegahan; yang terbaik adalah

doxycycline 200 mg./minggu.bagi mereka yang mempunyai resiko tinggi dan terpapar

dalam waktu singkat.

Vaksinasi terhadap hewan-hewan tersangka resevoar.

11

Page 12: pbl 12 lani

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

1. Penyakit leptospirosis mungkin banyak terdapat di Indonesia terutama di musim

penghujan.

2. Pengobatan dengan antibiotik merupakan pilihan terbaik pada fase awal ataupun fase

lanjut (fase imunitas).

3. Selain pengobatan antibiotik, perawatan pasien tidak kalah pentingnya untuk

menurunkan angka kematian.

4. Angka kematian pada pasien leptospirosis menjadi tinggi terutama pada usia lanjut,

pasien dengan ikterus yang parah, gagal ginjal akut, gagal pernafasan akut.

12

Page 13: pbl 12 lani

DAFTAR PUSTAKA

1. Zein, U.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Leptospirosis. Jakarta: FKUI ; 2006.p.1823-30

2. Widodo. J. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Demam Tifoid. Jakarta: FKUI; 2006.p.1752-6

3. Harijanto, P. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Malaria. Jakarta: FKUI ; 2006.p. 1736-44

4. Kapita Selekta kedokteran. 3rd ed.Jakarta : Media Aesculapius FKUI.2001

5. Iso Farmako Terapi.Jakarta : PT.ISFI Penerbitan.2008

6. Jonathan G. At A Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Trans Annisa Rahmalla.

Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik Stroke. Jakarta; Penerbit Erlangga Medical Series;

2007; page 176-7.

13