makalah pbl blok 12 reg

23
Laki-laki dengan Keluhan Demam sejak 1 minggu yang lalu Raymond Arianto Hendarwin Putra 102010065 [email protected] Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk – Jakarta Barat 11510 Pendahuluan Demam tifoid atau typhus abdominalis adalah suatu infeksi akut yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi. Di Indonesia penderita demam tifoid cukup banyak diperkirakan 800 /100.000 penduduk per tahun dan tersebar di mana-mana. Ditemukan hampir sepanjang tahun, tetapi terutama pada musim panas. Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak kecil, umur 5- 9 tahun dan laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan perbandingan 2-3:1. Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai dapat mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi kurang bersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam tifoid bila terdapat demam terus menerus lebih dari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan obat demam dan diperkuat dengan kesan anak baring pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak buang air besar atau diare beberapa hari. Makin cepat demam tifoid dapat didiagnosis makin baik.

Upload: raymond-arianto

Post on 20-Dec-2015

39 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

hsj

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah PBL Blok 12 Reg

Laki-laki dengan Keluhan Demam sejak 1 minggu yang lalu

Raymond Arianto Hendarwin Putra

102010065

[email protected]

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk – Jakarta Barat 11510

Pendahuluan

Demam tifoid atau typhus abdominalis adalah suatu infeksi akut yang terjadi pada usus kecil

yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi. Di Indonesia penderita demam tifoid cukup

banyak diperkirakan 800 /100.000 penduduk per tahun dan tersebar di mana-mana.

Ditemukan hampir sepanjang tahun, tetapi terutama pada musim panas. Demam tifoid dapat

ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak kecil, umur 5- 9 tahun dan

laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan perbandingan 2-3:1.

Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai dapat

mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi kurang

bersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam tifoid bila terdapat demam terus menerus lebih

dari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan obat demam dan diperkuat dengan kesan anak

baring pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak buang air besar atau diare beberapa hari. Makin

cepat demam tifoid dapat didiagnosis makin baik. Pengobatan dalam taraf dini akan sangat

menguntungkan mengingat mekanisme kerja daya tahan tubuh masih cukup baik dan kuman

masih terlokalisasi hanya di beberapa tempat saja.

Page 2: Makalah PBL Blok 12 Reg

Anamnesis1

1. Identitas Pasien

Nama, Usia, Pekerjaan, Tempat tinggal

2. Keluhan Utama :

Menanyakan keluhan utama pasien

3. Riwayat Penyakit Sekarang.

Sejak kapan mulai merasakan keluhan tersebut

Pada saat apa keluhaan tersebut dirasakan

Aktivitas sehari-hari yang di lakukannya

Adakah keluhan lain

Sudah pernah minum obat

Riwayat merokok?? Makanan berlemak??

4. Riwayat Penyakit Dahulu.

Apakah pernah terkena penyakit berat sebelumnya

5. Riwayat Penyakit Dalam Keluarga.

Apakah pada keluarga ada yang pernah mengalami penyakit berat1

Dari hasil anamnesis diatas didapatkan informasi sebagai berikut:

Identitas Pasien :

Nama : Tn. D

Usia : 22 Tahun

Keluhan Utama :

Demam sejak 1 minggu yang lalu Demam berlangsung sepanjang hari dan memburuk pada sore hari.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Demam sejal 1 minggu yang lalu disertai keluhan dengan nyeri perut,mual, dan muntah

Belum BAB sejak 4 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak mempunyai riwayat penyakit sebelumnya

Page 3: Makalah PBL Blok 12 Reg

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang sangat penting untuk memperkuat temuan-temuan

dalam anamnesis. Teknik pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan visual atau pandang

(inspeksi), periksa raba (palpasi), periksa ketok (perkusi) dan pemeriksaan dengar dengan

menggunakan stetoskop (auskultasi). Sikap sopan santun dan rasa hormat terhadap pasien

yang sedang diperiksa harus diperhatikan dengan baik oleh pemeriksa. Periksalah pasien

secara sistematik dan senyaman mungkin mulai dari melihat keadaaan umum pasien, tanda-

tanda vital, pemeriksaan jantung, paru, abdomen dan ekstremitas.1

a. Keadaan umum

Keadaan umum pasien dapat dibagi atas tampak sakit ringan atau sakit sedang

atau sakit berat. Keadaan umum pasien seringkali dapat menilai apakah

keadaan pasien dalam keadaan darurat medik atau tidak. Selain itu kita juga

dapat melihat status gizi dari pasien kita. 1

b. Kesadaran

Kesadaran pasien dapat diperiksa secara inspeksi dengan melihat reaksi pasien

yang wajar terhadap stimulus visual, auditor maupun taktil. Seorang yang

sadar dapat tertidur, tapi segera terbangun bila dirangsang. Bila perlu, tingkat

kesadaran dapat diperiksa dengan memberikan rangsang nyeri. Kita dapat

mengetahui macam-macam tingkat kesadaran, yaitu:

Compos mentis, yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun

terhadap lingkungannya. Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa

dengan baik.

Apatis, yaitu keadaan dimana pasien tampak segan dan acuh tak acuh

terhadap lingkungannya.

Delirium, yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan

siklus tidur bangun yang terganggu. Pasien tampak gelisah, kacau,

disorientasi dan meronta-ronta.

Somnolen, yaitu keadaan mengantuk yang masih dapat pulih penuh bila

dirangsang, tapi bila rangsang berhenti, pasien akan tertidur kembali.

Sopor, yaitu keadaan mengantuk yang dalam. Pasien masih dapat

dibangunkan dengan kesadaran yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tapi

pasien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban

verbal yang baik.

Page 4: Makalah PBL Blok 12 Reg

Semi-koma (koma ringan), yaitu penurunan kesadaran yang tidak

memberikan respon terhadap rangsang verbal dan tidak dapat dibangunkan

sama sekali, tapi reflex (kornea, pupil) masih baik. Respons terhadap

rangsang nyeri tidak adekuat.

Koma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan

spontan dan tidak ada respons terhadap rangsang nyeri.

c. Tanda-tanda vital

Suhu

Suhu tubuh normal adalah 36o-37o C. Pada keadaan demam suhu akan meningkat.

Suhu merupakan indikator penyakit, oleh sebab itu pengobatan demam tidak cukup

hanya membeerikan antipiretika, tetapi harus dicari apa etiologinya dan bagaimana

menghilangkan etiologi tersebut.1

Tekanan darah

Tekanan darah normal untuk orang dewasa yang sehat, sistolik 110-120 mmHg dan

diastolik 70-80 mmHg.1

Nadi

Frekuensi nadi yang normal adalah sekitar 80 kali permenit. Bila frekuensi nadi lebih

dari 100 kali permenit disebut takikardia, sedangkan bila frekuensi nadi kurang dari

60 kali permenit disebut bradikardia. Bila terjadi demam, maka frekuensi nadi akan

meningkat, kecuali pada demam tifoid, frekuensi nadi justru menurun dan disebut

bradikardia relative.1

Frekuensi pernapasan

Dalam keadaan normal, frekuensi pernapasan adalah 16-24 kali permenit. Bila

frekuensi pernapasan kurang dari 16 kali permenit disebut bradibpneu, sedangkan bila

lebih dari 24 kali permenit disebut takipneu.1

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan rutin

Walaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering ditemukan leucopenia, dapat pula

terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa

disertai infeksi sekunder. Selain itu pula dapat ditemukan anemia ringan dan trombositopenia.

Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia maupun limfopenia. Laju

endap darah pada demam tifoid dapat meningkat. SGOT dan SGPT sering kali meningkat,

Page 5: Makalah PBL Blok 12 Reg

tetapi akan kembali menjadi normal setelah sembuh. Kenaikan SGOT dan SGPT tidak

memerlukan penanganan khusus. Pemeriksaan lain yang rutin dilakukan adalah uji widal dan

kultur organism. Sampai sekarang, kultur masih menjadi standart baku dalam penegakan

diagnostik. Selain uji widal, terdapat beberapa metode pemeriksaan serologi lain yang dapat

dilakukan dengan cepat dan mudah serta memiliki sensitivitas dan spesifisitas lebih baik dari

antara lain uji TUBEX, Typhidot dan dipstik.2

Hematologi

- Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan

usus atau perforasi.

- Hitung leukosit sering rendah (leukopenia), tetapi dapat pula normal atau tinggi.

- Hitung jenis leukosit, sering neutropenia dengan limfositosis relatif.

- LED meningkat.

- Jumlah trombosit normal atau menurun (trombositopenia).

Uji widal

Uji widal dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman Salmonella typhi. Pada uji widal

terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman Salmonella typhi dengan antibodi yang

disebut aglutinin. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi Salmonella yang

sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud uji widal adalah untuk menentukan

adalanya aglutinin dalam serum penderita tersangka demam tifoid yaitu :

a). Aglutinin O ( dari kuman ) , b). Aglutinin H ( flagela kuman), dan c). Aglutinin Vi (simpai

kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang digunakan untuk

diagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan terinfeksi

kuman ini. Pembentukan aglutinin mulai terjadi pada akhir minggu pertama demam,

kemudian meningkat secara cepat dan mencapai puncak pada minggu ke-4, dan tetap tinggi

selama beberapa minggu. Pada fase akut mula-mula timbul aglutinin O, kemudian diikuti

dengan aglutinin H. Pada orang yang telah sembuh aglutinin O masih tetap dijumpai setelah

4-6 bulan, sedangkan aglutinin H menetap lebih lama antara 9-12 bulan.2

Oleh karena itu uji widal bukan untuk menentukan kesembuhan penyakit. Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi uji widal yaitu pengobatan dini dengan antibiotik, gangguan

pembentukan antibodi dan pemberian kortikosteroid, waktu pengambilan darah, daerah

endemik atau non endemik, riwayat vaksinasi, reaksi anamnestik, yaitu peningkatan titer

Page 6: Makalah PBL Blok 12 Reg

aglutinin pada infeksi bukan demam tifoid akibat infeksi demam tifoid masa lalu atau

vaksinasi, dan faktor teknik pemeriksaan antar laboratorium, akibat aglutinasi silang, dan

strain Salmonella yang digunakan untuk suspense antigen.2

Uji Tubex

Uji tubex merupakan uji semi-kuantitatif kolometrik yang cepat ( beberapa menit) dan

mudah untuk dikerjakan. Uji ini mendeteksi antibodi anti-S.typhi O9 pada serum pasien,

dengan cara menghambat ikatan antara IgM anti-O9 yang terkonjugasi pada partikel latex

yang berwarna dengan lipopolisakarida S.typhi yang terkonjugasi pada partikel magnetic

latex. Hasil positif uji tubex ini menunjukkan terdapat infeksi Salmonella serogroup D walau

tidak secara spesifik menunjuk pada S.typhi. Infeksi oleh S.paratyphi akan memberikan hasil

negatif.2

Uji Typhidot

Uji typhidot dapat mendeteksi antibodi IgM dan IgG yang terdapat pada prtotein membrane

luar Salmonella typhi. Hasil positif pada uji typhidot didapatkan 2-3 hari setelah infeksi dan

dapat mengidentifikasi secara spesifik antibodi IgM dan IgG terhadap antigen Salmonella

typhi seberat 50 kD, yang terdapat pada strip nitroselulosa. Didapatkan sensitivitas uji ini

sebesar 98 %, spesifitas sebesar 76,6 % dan efisiensi uji sebesar 84% pada penelitian yang

dilakukan oleh gopalakhrisnan. Pada kasus reinfeksi, respon imum sekunder ( IgG)

teraktivasi secara berlebihan sehingga IgM sulit terdeteksi. IgG dapat bertahan sampai 2

tahun sehingga pendeteksian IgG saja tidak dapat digunakan untuk membedakan antara

infeksi akut dengan kasus reinfeksi atau konvalesen pada kasus infeksi primer. Untuk

mengatasi masalah tersebtu, uji ini kemudian dimodifikasikan dengan menginaktivasi total

IgG pada sampel serum. Uji ini, yang dikenal dengan nama uji Typhidot-M, memungkinkan

ikatan antara antigen dengan IgM spesifik yang ada pada serum pasien. Studi evaluasi yang

dilakukan oleh Khoo KE dkk pada tahun 1997 terhadap uji typhidot-m menunjukkan bahwa

uji ini bahkan lebih sensitive ( sensitivasnya mencapai 100 %) dan lebih cepat ( 3 jam )

dilakukan bila dibandingkan dengan kultur atau biakan.2

Uji IgM dipstick.

Page 7: Makalah PBL Blok 12 Reg

Uji ini khusus mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap Salmonella typhi pada spesimen

serum atau whole blood. Uji ini menggunakan strip yang mengandung antigen

lipopolisakarida ( LPS) S.typhoid dan anti Igm ( sebagai control), reagen deteksi yang

mengandung antibodi anti IgM yang dilekati dengan lateks pewarna, cairan membasahi strip

sebelum diinkubasi dengan reagen dan serum pasien, tabung uji. Komponen perlengkapan ini

stabil disimpan selama 2 tahun pada suhu 4-25o C ditempat kering tanpa paparan sinar

matahari. Pemeriksaan dimulai dengan inkubasi strip pada larutan campuran reagen deteksi

dan seru, selama 3 jam pada suhu kamar. Setelah inkubasi, strip dibilas dengan air mengalir

dan dikeringkan. Secara semi kuantitatif, diberikan penilaian terhadap garis uji dengan

membandingkan dengan reference strip. Garis control harus terwarna dengan baik.

Pemeriksaan ini mudah dan cepat ( dalam 1 hari ) dilakukan tanpa peralatan khusus apapun,

namun akurasi hasil didapatkan bila pemeriksaan dilakukan 1 minggu setelah timbulnya

gejala.2

Working Diagnosis

Demam Tifoid

Demam tifoid dan paratifoid adalah suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh kuman

golongan Salmonella. Penyakit ini disebut pula demam enterik, tifus, dan paratifus abdomen.

Paratifoid biasanya lebih ringan perjalanannya dan menunjukkan gambaran klinis yang sama

seperti tifoid atau menyebabkan enteritis akut. Kedua jenis penyakit ini merupakan masalah

kesehatan yang penting, terutama di negara-negara yang sedang berkembang baik ditinjau

dart segi epidemiologi, segi diagnosis laboratoriumnya serta kelengkapan dart laboratorium

kliniknya. Hal ini berhubungan erat pula dengan keadaan sanitasi dan kebiasaan higiene yang

kurang memuaskan.3,4

Differential Diagnosis

Demam Bedarah Dengue

Mengalami nyeri kepala dan nyeri otot serta demam. Akan tetapi demam pada demam

berdarah dengue bersifat bifasik yang naik turun tidak teratur, berbeda dengan demam

tifoid yang demamnya sepanjang hari. Demam berdarah dengue juga memiliki masa

waktu demam yang lebih cepat daripada demam tifoid. DBD diesebabkan oleh virus

dengue yang termasuk dalam flavivirus family dari flaviviridae. Pada DBD

mempunyai keluhan demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia

Page 8: Makalah PBL Blok 12 Reg

ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diabetes haemorragik. Pada DBD terjadi

perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (penumpukan hematokrit)

atau penumpukan cairan di rongga tubuh.4

Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang

menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam

darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia, dan

splenomegali.dapat berlangsung akut dan kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung

tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai

malaria berat. sejenis infeksi parasit yang menyerupai malaria adalah infeksi

babesiosa yang menyebabkan babesiosis. Penyebab infeksi malaria adalah

plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juga menginfeksi binatang seperti

golongan burung, reptile, dan mamalia. Plasmodium malaria yang sering dijumpai

ialah plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertian dan plasmodium

falciparum yang menyebabkan malaria tropika ( maligna malaria).4

Chikungunya

Chikungunya merupakan penyakit yang berjangkit pada suatu kawasan atau populasi

(endemik) yang disebabkan oleh virus keluarga Togaviridae (genus alphavirus) dan

ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk yang sama juga menularkan penyakit

demam berdarah dengue. Meski masih "bersaudara" dengan demam berdarah,

penyakit chikungunya tidak mematikan. Virus chikungunya pertama kali

diidentifikasi di Tanzania, Afrika Timur tahun 1952. Tidak heran bila namanya pun

berasal dari bahasa Swahlii, artinya adalah "yang berubah bentuk atau bungkuk".

Postur penderita chikungunya memang kebanyakan akan membungkuk akibat nyeri

hebat pada persendian tangan dan kaki. Gejalanya adalah demam tinggi, sakit perut,

mual, muntah, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, serta bintik-bintik merah terutama di

badan dan tangan, meski gejalanya mirip dengan demam berdarah dengue, pada

chikungunya tidak terjadi perdarahan hebat, renjatan (shock) maupun kematian. Masa

inkubasinya dua sampai empat hari, sementara manifestasinya tiga sampai sepuluh

hari.4

Leptospirosis

Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh mikroorganisme

Leptospira interogans tanpa memandang bantuk spesifik serotipnya. Leptospirosis

Page 9: Makalah PBL Blok 12 Reg

disebabkan oleh genus letopspira, family treponemataceae, suatu mikroorganisme

spirochaeta. Manusia dapat terinfeksi melalui kontak dengan air atau tanah, lumpur

yang telah terkontaminasi oleh urine binatang yang telah terinfeksi leptospira, infeksi

tersebut terjadi jika terjadi luka atau erosi pada kulit ataupun selaput lender.

Leptospira masuk kedalam tubuh melalui kulit atau selaput lender, memasuki aliran

darah dan berkembang, lalu menyebar secara luas ke jaringan tubuh. Gejala awalnya

adalah sakit kepala biasanya difrontal, rasa sakit pada otot yang hebat terutama pada

paha, betis dan pinggang disertai tekan, demam tinggi disertai menggigil juga didapati

mual, dengan atau tanpa muntah.4

Etiologi

Demam Typhoid disebabkan oleh Salmonella typhi. Infeksi berasal dari penderita atau

seseorang yang secara klinik tampak sehat tetapi yang mengandung kuman yang keluar

bersama faecesnya atau bersama kemih (carrier). Kuman–kuman ini mengkontaminasi

makanan, minuman, dan tangan. Lalat merupakan penyebar kuman typhus yang penting,

karena dari tempat kotor ia dapat mengotori makanan. Infeksi selalu terjadi pada saluran

pencernaan. Porte d’entree ialah jaringan limfoid usus halus. Dari usus, kuman–kuman

menuju ke kelenjar getah bening mesenterium, disini mereka berpoliferasi lalau menuju ke

ductus thoracicus dan masuk ke dalam peredaran darah. Banyak kuman musnah,

endotoksinnya keluar dan menyebabkan gejala–gejala penyakit.4,5

Patofisiologi

Masuknya kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi ke dalam tubuh manusia terjadi

melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan dalam

lambung, sebagian lolos ke dalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila respon

imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik maka kuman akan menembus sel epitel

(terutama sel-M) dan selanjutnya ke lamina propria. Di lamina propia kuman berkembang

biak dan di fagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan

berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plak Peyeri ileum distal dan

kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman

yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan

bakteremia pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial

tubuh terutama hati dan limpa.4 Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan

Page 10: Makalah PBL Blok 12 Reg

kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam

sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakteremia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-

tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik. Di dalam hati, kuman masuk ke dalam kandung

empedu, berkembang biak, dan bersama cairan empedu diekskresikan secara intermiten

kedalam lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi

kedalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, berhubung

makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif maka saat fagositosis kuman Salmonella terjadi

pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi

inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas

vaskular, gangguan mental, dan koagulasi. Di dalam plak Peyeri makrofag hiperaktif

menimbulkan reaksi hiperplasia jaringan (S. typhi intramakrofag menginduksi reaksi

hipersensitivitas tipe lambat, hiperplasia jaringan dan nekrosis organ). Perdarahan saluran

cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar plak Peyeri yang sedang mengalami

nekrosis dan hiperplasia akibat akumulasi sel-sel mononuklear di dinding usus. Proses

patologis jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan

dapat mengakibatkan perforasi. Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler

dengan akibat timbulnya komplikasi seperti gangguan neropsikiatrik, kardiovaskular,

pernapasan, dan gangguan organ lainnya.5

Epidemiologi

Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan

perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup

umumnya adalah baik. Perbaikan sanitasi dan penyediaan sarana air yang baik dapat

mengurangi penyebaran penyakit ini.6

Manifestasi Klinis

Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan

penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,

anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk, dan

epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat yaitu 39-40 o C.

Sifat demam tifoid atau pola panas badan yang khas adalah tipe step ladder pattern dimana

peningkatan panas terjadi secara perlahan-lahan, terutama pada sore hingga malam hari.

Biasanya pada saat masuk rumah sakit didapatkan keluhan utama demam yang diderita

kurang lebih 5-7 hari yang tidak berhasil diobati dengan antipiretika.3,4

Page 11: Makalah PBL Blok 12 Reg

Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia relatif

( bradikardia relatif adalah peningkatan suhu 10 C tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8 kali

per menit), lidah yang berselaput ( kotor ditengah, tepi dan ujung merah serta tremor) atau

Lidah tifoid pada pemeriksaan fisik, lidah tifoid digambarkan sebagai lidah yang kotor pada

pertengahan, sementara hiperemi pada tepinya, dan tremor apabila dijulurkan, hepatomegali,

splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa somnolen,stupor, koma, delirium atau

psikosis. Roseolae jarang ditemukan pada orang Indonesia.4

Pada minggu ketiga terjadi gejala-gejala yaitu demam terus-menerus, delirium, mengantuk,

distensi, abdomen massif, diare pea soup, kemudian pada minggu ke-4 perbaikan bertahap

pada semua gejala. Setelah pemulihan, relaps dapat terjadi pada hingga 10% kasus ( jarang

terjadi setelah terapi fluorokuinolon). Kasus dapat berlangsung ringan atau tidak tampak.4

Penatalaksanaan

Medikamentosa

Obat-obat antimikroba yang sering digunakan untuk mengobati demam tifoid adalah :

Kloramfenikol : Kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama pada pasien

demam tifoid. Dosis untuk orang dewasa adalah 4x500 mg perhari oral atau

intravena,sampai 7 hari bebas demam. Penyuntikan kloramfenikol siuksinat

intramuskuler tidak dianjurkan karena hidrolisis ester ini tidak dapat diramalkan dan

tempat suntikan terasa nyeri. Dengan kloramfenikol,demam pada demam tifoid dapat

turun rata 5 hari.7

Tiamfenikol : Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam tifoid sama dengan

kloramfenikol.Komplikasi hematologis pada penggunaan tiamfenikol lebih jarang

daripada klloramfenikol. Dengan penggunaan tiamfenikol demam pada demam

tiofoid dapat turun rata-rata 5-6 hari.

Ko-trimoksazol (Kombinasi Trimetoprim dan Sulfametoksazol) : Efektivitas ko-

trimoksazol kurang lebih sama dengan kloramfenikol,Dosis untuk orang dewasa,2

kali 2 tablet sehari,digunakan sampai 7 hari bebas demam (1 tablet mengandung 80

mg trimetoprim dan 400 mg sulfametoksazol).dengan ko-trimoksazol demam rata-rata

turun setelah 5-6 hari.7

Ampislin dan Amoksisilin : Dalam hal kemampuan menurunkan demam,efektivitas

ampisilin dan amoksisilin lebih kecil dibandingkan dengan kloramfenikol. Indikasi

Page 12: Makalah PBL Blok 12 Reg

mutlak penggunannnya adalah pasien demam tifoid dengan leukopenia. Dosis yang

dianjurkan berkisar antara 75-150 mg/kgBB sehari,digunakan sampai 7 hari bebas

demam.7

Sefalosporin generasi ketiga : Beberapa uji klinis menunjukkan bahwa sefalosporin

generasi ketiga antara lain Sefoperazon,seftriakson, dan sefotaksim efektif untuk

demam tifoid. Dosis yang dianjurkan adalah antara 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc

diberika selama setengah jam per infuse sekali sehari, diberikan selama 3 sampai 5

hari.7

Fluorokinolon : terdiri atas norfloksasin, siproflosaksin, oflosaksin, peflosaksin, dan

fleroksasin. Pada wanita hamil, tidak dianjurkan pemberian kloramfenikol, terutama

pada trimester pertama karena dikhawatirkan dapat terjadi partus prematus, kematian

fetus intrauterine, dan grey syndrome pada neonates. Tiamfenikol juga tidak

dianjurkan karena kemungkinan efek teratogenik yang belum dapat disingkirkan,

terutama pada trimester pertama. Demikian juga obat golongan fluorokuinon dan

kotrimoksazol tidak boleh diberikan pada wanita hamil. Obat yang dianjurkan adalah

ampisilin, amoksilin, dan seftriakson.7

Kombinasi obat antimikroba

Kombinasi 2 antibiotika atau lebih di indikasikan hanya pada keadaan tertentu saja antara lain

toksik tifoid, peritonitis atau perforasi, serta syok septik, yang pernah terbukti ditemukan 2

macam organism dalam kultur darah selain kuman Salmonella.7

Kortikosteroid

Penggunaan steroid hanya di indikasikan pada toksis tifoid atau demam tifoid yang

mengalami syok septik dengan dosis 3 x 5 mg.7

Nonmedikamentosa

Terapi nonmedikamentosa yang dilakukan adalah istirahat dan perawatan serta diet dan terapi

penunjang. Istirahat (tirah baring) dan perawatan profesional bertujuan untuk mencegah

komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum,

mandi, buang air kecil, dan buang air besar akan membantu dan mempercepat masa

penyembuhan. Dalam perawatan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan

Page 13: Makalah PBL Blok 12 Reg

perlengkapan yang dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah dekubitus dan

pneumonia ortostatik serta higiene perorangan tetap perlu dijaga.3,6

Terapi lain adalah diet serta terapi penunjang. Diet merupakan hal yang cukup penting dalam

proses penyembuhan penyakit demam tifoid, karena makanan yang kurang akan menurunkan

keadaan umum dan gizi penderita akan semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi

lama. Diet yang dianjurkan berupa makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein,

tidak mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas, dan

makanan lunak diberikan selama istirahat. Untuk kembali ke makanan "normal", lakukan

secara bertahap bersamaan dengan mobilisasi. Misalnya hari pertama dan kedua makanan

lunak, hari ke-3 makanan biasa, dan seterusnya.3,6

Pencegahan

Perhatian terhadap kebersihan pribadi, pencucian tangan, serta tindakan sanitasi, merupakan

hal penting bagi semua personil yang terlibat dalam mempersiapkan makanan serta pada

perawatan penderita, terutama utnuk mencegah penyebaran dari orang ke orang dan dari

orang kemakanan. Air kemih dan tinja penderita sebaiknya ditangani secara hati– hati hingga

hasil biakan tinja 3 kali berurutan memberi hasil negatif. Perhatian terhadap penyediaan dan

pengolahan bahan makanan, penggunaan suhu yang sesuai dalam memasak serta

menghindari memegang makanan yang telah terinfeksi pada suhu hangat, merupakan

tindakan yang penting.3

Prognosis

Prognosis demam tifoid tergantung pada usia penderita, status kesehatan sebelumnya, dan

tipe komplikasi yang terjadi. Penderita yang tidak mendapatkan pengobatan antibiotika dapat

meninggal dunia (10% bayi dan sebagian kecil anak – anak berusia lebih tua). Pengobatan

dengan kloramfenikol berhasil menurunkan angka kematian hingga 1% di berbagai daerah.

Adanya penyakit dasar yang melemahkan, perforasi saluran cerna atau perdarahan yang

hebat, akan meningkatkan kemungkinan kematian. Kekambuhan terjadi pada 10% penderita

yang tidak mendapat pengobatan antibiotika. Manifestasi klinik kekambuhan nyata dalam 2

minggu setelah penghentian obat dengan antibiotika dan menyerupai bentuk penyakit akut.

Tetapi, kekambuhan tersebut umumnya bersifat lebih ringan dan lebih singkat. Kekambuhan

dapat terjadi berkali – kali pada orang yang sama.4

Page 14: Makalah PBL Blok 12 Reg

Komplikasi

Perforasi usus terjadi pada 0.5-3% dan perdarahan berat pada 1-10% penderita demam tifoid.

Kebanyakan komplikasi terjadi selama stadium ke-2 penyakit dan biasanya di awali dengan

penurunan suhu tubuh dan tekanan darah serta kenaikan denyut nadi. Perforasi jarang terjadi

tanpa didahului perdarahan dan pada umumnya pada ileum bagian distal. Perforasi akan

disertai peningkatan nyeri abdomen, nyeri tekan, muntah–muntah, dan tanda–tanda

peritonitis. 3,4

Tifoid toksik dapat berupa delirium dengan atau tanpa sindrom, semi-koma atau koma,

Parkinson rigidit/transient parkinsonism,sidrom otak akut, mioklonus generalisata,

meningismus, skizofrenia sitotoksik, mania akut, hipomania, ensefalomielitis, meningitis,

polineuritis perifer, sindrom Guillain-Barre, dan psikosis. Terkadang gejala demam tifoid

diikuti suatu sindrom klinis berupa gangguan atau penurunan kesadaran akut (kesadaran

berkabut, apatis, delirium, somnolen, sopor, atau koma) dengan atau tanpa disertai kelainan

neurologis lainnya dan dalam pemeriksaan cairan otak masih dalam batas normal. Sindrom

klinis seperti ini oleh beberapa peneliti disebut sebagai tifoid toksik. 4

Kesimpulan

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman gram negatif Salmonella

typhi. Keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya seperti demam,

sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit perut, sulit buang air beberapa hari,

sedangkan pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu tubuh meningkat dan menetap. Suhu

meningkat terutama sore dan malam hari. Lingkungan yang tidak bersih, yang terkontaminasi

dengan Salmonella typhi merupakan penyebab paling sering timbulnya penyakit ini.

Kebiasaan tidak sehat seperti jajan sembarangan, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah

makan juga menjadi penyebab terbanyak terjadinya demam tifoid.

Daftar Pustaka

1. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: EGC; 2004. h.98-9.

Page 15: Makalah PBL Blok 12 Reg

2. Kresno SB. Imunologi: diagnosis dan prosedur laboratorium. Edisi 4. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI; 2001.h. 405-36.

3. Widodo D. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 3. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing;

2009. h. 2797-806.

4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit

dalam jilid 3. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009.h. 2767-993.

5. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Mikrobiologi kedokteran 2. Edisi 22. Jakarta:

Salemba Medika; 2005.h. 276-309.

6. Widoyono. Penyakit tropis: epidemiologi, penularan, pencegahan dan

pemberantasannya. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005.h. 41-6, 64-6, 71-4, 157-

60.

7. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Farmakologi dan

terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FK UI;2009.