pbl blok 12 rabies

33
Rabies Neng Nurmalasari 10-2010-326 E5 21-11-2011 Pendahuluan Rabies atau penyakit anjing gila disebabkan oleh virus rabies. Virus ini hidup di jaringan saraf dan kelenjar liur pengidapnya sehingga virus juga terdapat dalam air liurnya. Virus rabies ter Alamat korespodensi : Jln. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Email : [email protected] 1 Tinjauan

Upload: stacia-cia

Post on 01-Feb-2016

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Rabies

TRANSCRIPT

Page 1: Pbl Blok 12 Rabies

Rabies

Neng Nurmalasari

10-2010-326

E5

21-11-2011

Pendahuluan

Rabies atau penyakit anjing gila disebabkan oleh virus rabies. Virus ini hidup di jaringan saraf

dan kelenjar liur pengidapnya sehingga virus juga terdapat dalam air liurnya. Virus rabies ter

Alamat korespodensi :

Jln. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Email : [email protected]

1

Tinjauan pustaka

Page 2: Pbl Blok 12 Rabies

Anamnesis

1. Pengertian

Anamnesa merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien dengan

memperhatikan petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit si

pasien.

Riwayat pasien merupakan suatu komunikasi yang harus dihaga kerahasiannya yaitu

segala hal yang diceritakan penderita

2. Keluhan utama

Yaitu gangguan atau keluhan yang dirasakan penderita sehingga mendorong ia untuk

datang berobat dan memerlukan pertolongan serta menjelaskan tentang lamanya keluhan

tersebut. Keluhan utama merupakan dasar untuk memulai evaluasi pasien.

3. Riwayat penyakit sekarang

Penyakit yang bermula pada saat pertama kali penderita merasakan keluhan itu. Tentang

sifat keluhan itu yang harus diketahui adalah:

Tempat

Kualitas penyakit

Kuantitas penyakit

Urutan waktu

Situasi

Faktor yang memperberat atau yang mengurangi

Gejala-gejala yang berhubungan

4. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit yang pernah diderita di masa lampau yang mungkin berhubungan

dengan penyakit yang dialaminya sekarang.

5. Riwayat keluarga

Segala hal yang berhubungan dengan peranan heredriter dan kontak antar anggota

keluarga mengenai penyakit yang dialami pasien. Dalam hal ini faktor-faktor sosial

keluarga turut mempengaruhi kesehatan penderita.

2

Page 3: Pbl Blok 12 Rabies

6. Riwayat pribadi

Segala hal yang menyangkut pribadi pasien. Mengenai peristiwa penting pasien dimulai

dari keterangan kelahiran, serta sikap pasien terhadap keluarga dekat. Termasuk dalam

riwayat pribadi adalah riwayat kelahiran. Riwayat imunisasi, riwayat makan, riwayat

pendidikan dan masalah keluarga.

7. Riwayat sosial

Mencangkup keterangan mengenai pendidikan, pekerjaan dan segala aktivitas di luar

pekerjaan, lingkungan tempat tinggal, perkawinan, tanggungan keluarga, dal lain-lain.

Perlu ditanyakan pula tentang kesulitan yang dihadapi pasien.

Santoso M. Pemeriksaan fisik diagnosik. Jakarta: bidang penerbitan yayasan diabetes

indonesia; 2004.h. 2-14

Pertanyaan anamnesis

Pemeriksaan

Fisik

1. Inpeksi (periksa lihat)

Inpeksi dapat dibagi menjadi inspeksi umum dan inspeksi lokal. Pada inspeksi umum

pemeriksa melihat perubahan yang terhadi secara umum, sehingga dapat diperoleh kesan

keadaan umum pasien. Pada inpeksi lokal, dilihat perubahan-perubahan lokal sampai

yang sekecil-kecilnya. Untuk bahan perbandingan perlu diperhatikan keadaan sisi lainnya

2. Palpasi (periksa raba)

Setelah inspeksi pemeriksaan dilanjutkan dengan palpasi, yaitu pemeriksaan dengan

meraba, mempergunakan telapak tangan dan memanfaatkan alat peraba yang terdapat

pada telapak tangan dan jari tangan. Dengan palpasi kita dapat menentuka bentuk, besar,

tepi permukaan serta konsistensi organ. Ukuran organ dapat dinyatakan dengan besaran

yang sudah dikenali secara umum misalnya bola pimpong atau telur ayam, tetapi lebih

dianjurkan untuk menyatakannya dalam ukuran misalnya sentimeter.

3

Page 4: Pbl Blok 12 Rabies

Permukaan organ dinyatakan apakah rata atu berbenjol-beljol;konsistensi lunak, keras,

kistik atau berfluktuasi; sedangkan tepi organ dinyatakan dengan tumpul atau tajam.

3. Perkusi (periksa ketuk)

Tujuan perkusi adalah mengetahui perbedaan suara ketuk, sehingga dapat ditentukan

batas-batas organ misalnya paru, jantung, dan hati juga untuk mengetahui batas-batas

massa yang abnormal di rongga abdomen.

Perkusi dapat dilakukan dengan cara langsung yaitu dengan mengetukkan ujung jari II

atau III langsung pada daerah yang diperkusi. Cara ini sulit dan perlu banyak latihan.

Cara yang lazim digunakan yaitu perkusi tidak langsung. Pada cara ini jari II atau III

tangan kiri diletakkan lurus pada bagian tubuh yang diperiksa, sedangkan jari-jari lainnya

tidak menyentuh tubuh. Jari ini dipakai sebagai landasan untuk mengetuk. Jetuklah jari

ini pada falang bagian distal, proksimal dari kuku dengan jari II atau III tangan kanan

yang membengko. Ketukan ini dilakukan sedemikian rupa sehingga engsel pergerakkan

terletak pada pergelangan tangan, bukannya pada siku.

Secara garis besarnya perkusi dibagi menjadi 3 macam yakni: sonor suara yang terdengar

pada perkusi paru normal; oekak seperti suara pada perkusi otot misalnya otot paha atau

bahu; dan thympani seperti suara yang terdengar pada perkusi abdomen bagian lambung.

Ada juga suara yang terdapat di antara suara tersebut yakni redup antara sonor dan pekak

dan hipersonor antara sonor dan thympani.

4. Auskultasi (periksa dnegar)

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop. Dengan cara auskultasi

kita dapat mendengar suara pernapasan, bunyi dan bising jantung, peristaltik usus, dan

aliran darah dalam pembuluh darah.

Santoso M. Pemeriksaan fisik diagnosik. Jakarta: bidang penerbitan yayasan diabetes

indonesia; 2004.h. 2-14

Penunjang

Hitung sel darah putih

4

Page 5: Pbl Blok 12 Rabies

Hitung sel darah putih (SDP) digunakan untuk menilai distribusi dan morfologi SDP. Hal ini

memberikan informasi yang lebih spesifik tentang kekebalan tubuh pasien terhadap hitung SDP

sendiri.

SDP diklasifikasikan sebagai salah satu dari lima tipe utama leukosit (neutrofil, eosinofil,

basofil, limfosit, dan monosot) serta presentasi dari tipe tersebut. Hitung jenis adalah presentase

tiap tipe SDP di dalam darah. Jumlah total pada tipe SDP diperoleh dengan mengalikan

presentase masing-masing tipe SDP dengan hitung SDP total.

Kadar yang tinggi dari leukosit ini berhubungan dengan berbagai gejala alergi dan reaksi

terhadap parasit. Hitung eosinofil kadang kala dilakukan sebagai uji follow up apabila terdapat

kenaikan atau penurunan kadar eosinofil.

Tujuan

Untuk menilai kapasitas tubuh dalam melawan dan mengatasi infeksi

Untuk mendeteksi dan mengidentifikasi berbagai tife leukemia.

Untuk menentukan tingkat dan beratnya infeksi

Untuk mendeteksi reaksi alergi dan infeksi parasit, dan menilai beratnya (hitung

eosinofil)

Untuk membedakan infeksi virus dari infeksi bakteri.

Persiapan pasien

Jelaskan kepada pasien bahwa uji ini digunakan untuk menilai sistem kekebalan tubuh.

Beri tahukan kepada petugas laboratorium dan dokter mengenai obat-obat yang

digunakan pasien yang mungkin memengaruhi hasil uji. Obat-obatan tersebut mungkin

perlu dibatasi.

Beri tahukan kepada pasien bahwa suatu sampel darah akan di ambil. Jelaskan kapan dan

siapa yang akan melakukan pungsi vena

Beritahukan kepada pasien bahwa ia tidak perlu membatasi makanan dan cairan tapi

seharusnya tidak melakukan olahraga yang berat selama 24 jam sebelum uji.

Jelaskan kepada pasien bahwa mungkin mengalami perasaan sedikit tidak nyaman akibat

pungsi dan turniket.

5

Page 6: Pbl Blok 12 Rabies

Prosedur dan perawatan pascauji

Lakukan pungsi vena dan kumpulkan sampel darah dalam tabung berukuran 3 sampai 4,5

ml yang berisi EDTA

Jika terjadi hematom pad alokasi pungsi, berikan kompres hangat. Jika hematom yang

terjadi besar, pantau denyut nadi pada bagian distal dari lokasi pungsi

Pastikan pendarahan subdermal telah berhenti sebelum melepaskan penekanan.

Perhatian

Isilah tabung pengumpul sampai penuh

Balikkan sampel perlahan-lahan beberapa kali untuk mencampurkan sampel dengan

antikoagulan. Untuk mencegah hemolisis, jangan mengocok tabung.

Nilai rujukan

Untuk nilai normal dari kelima tipe SDP yang diklasifikasikan pada orang dewasa dan anak-

anak. Untuk diagnosis yang akurat, hasil uji hitung jenis harus selalu diinterpretasikan dalam

hubungannya dengan hitung SDP total.

Temuan abnormal

Pola abnormal memberikan bukti adanya kisaran yang luas dari keadaan penyakit dan keadaan

lain.

Faktor yang mempengaruhi

Jangan mengisi tabung pengumpul sampai penuh, tidak menggunakan antikoagulan yang

tepat, atau tidak mencampurkan sampel dengan antikoagulan secara adekuat.

Hemolisis akibat perlakuan yang kasar pada sampel.

Metisergid, desipramin (meningkatkan atau menurunkan hitung eosinofil), indometisen,

prokainamid (menurunkan hitung eosinofil), antikovulsan, kapreomisin sefalosforin,

penisilamin-D, senyawa emas, isoniazid, asam paraaminosalisilat, paromomisin,

penisilin, fenotiazin, rifamisisn, streptomisin, sulfanomid, dan tetrasiklin (meningkatkan

hitung eosinofil dengan mencetuskan reaksi alergi).

6

Page 7: Pbl Blok 12 Rabies

Pengaruh penyakit pada hitung sel darah

Hitung jenis sel darah putih (SDP) membantu diagnosis karena beberapa penyakit hanya

memengaruhi satu tipe SDP. Di bawha ini, dicantumkan setiap tipe sel bersama dengan efek

yang berkaitan dan penyebabnya.

1. Netrofil

Pengaruh :

Meningkat pada:

a. Infeksi, osteomielitis, ortitis media, salfingitis, septikemia, gonoroe,

edokarditis, variola, varisela, herpes, rocky mountain, spotted fever.

b. Nekrosis iskemik akibat infark miokard, luka bakar, karsinoma

c. Gangguan metabolisme : asidosis diabetik, eklampsia, uremia, tirotoksikosis

d. Respon stress akibat pendarahan akut, pembedahan, olahraga berlebihan,

stress emosional, kehamilan trimester ketiga, kelahiran

e. Penyakit radang: demam rematik, artitis reumatoid, gout akut, vaskulitis,

miositis.

Menurun pada:

a. Depresi sumsun tulang akibat radiasi atau obat-obat sitotoksik.

b. Infeksi : tiroid, tularemia, bruselosis, hepatitis, influenza, campak, parotitis,

rubela, mononukleosis infeksiosa

c. Hipersplenisme: penyakit hati dan penyakit penyimpanan

d. Penyakit vaskular kolagen seperti lupus eritematosa sistemik (SLE)

e. Defisiensi asam folat dan vitamin B12

2. Eosinofil

Meningkat pada :

a. Penyakit alergi : asma, hay fever, sensitif terhadap makanan dan obat, serum

sickness, edema angioneurotik

b. Infeksi parasit : trikhinosis, cacing tambang, cacing gelang, amebiasis

c. Penyakit kulit: eksim, pemfigus, psoriasis, dermatitis, herpes hodgkin,

metasasis, dan nekrosis dari tumor solid

Menurun pada:

7

Page 8: Pbl Blok 12 Rabies

a. Respon stress

b. Sindrom chusing

3. Basofil

Meningkat pada:

a. Leukimia mielositik kronik, penyakit hodgkin, kolitis userativa, status

hipersennsitivitas kronik

Menurun pada:

a. Hipertiroid

b. Ovulasi, kehamilan

c. Stress

4. Limfosit

Meningkat pada:

a. Infeksi : tuberkulosis, hepatitis, mononukleosis infeksiosa, parotitis, rubela,

sitomegalovirus

b. Tirotositoksis, hipoadrenalisme, kolitits userativa, penyakit kekebalan tubuh,

leukemia limfositik

Menurun pada:

a. Penyakit hendaya yang parah, seperti gagal jantung, gagal ginjal, dan

tuberkulosis yang meluas

b. Sirkulasi limfatik yang detektif, kadar kortikosteroid yang tinggi,

imonudefisiensi akibat imnosupresi

5. Monosit

Meningkat pada:

a. Infeksi : bakterial endokarditis subakut, tuberkulosis, hepatitis, malaria

b. Penyakit kolagen vaskuler: SLE reumatoid artitis

c. Karsinoma

d. Leukimia monositik

e. Limfoma.

f. Kawalak JP. Buku pegangan uji diagnosik. Edisi ke 3. Jakarta: EGC;2009.h.

139-142

8

Page 9: Pbl Blok 12 Rabies

Uji antibodi rabies (serum)

Nilai rujukan

Antibodi fluoresen indirek (IFA) , 1:16

Deskripsi

Rabdovirus rabies yang menyerang sistem saraf pusat dapat ditemukan di saliva, otak, medula

spinalis, urine, dan feses hewan yang gila. Virus ini dapat ditularkan ke manusia melalui anjing,

kelelawar, sigung, tupai, atau hewan lain yang terinfeksi serta dapat menyebabkan hampit 100%

kematian pada manusia jika tidak diobati sebelum gejala timbul.

Uji antibodi rabies dilakukanj untuk mendiagnosis rabies pada hewan dan pada manusia yang

telah digigit oleh hewan gila, untuk menguji efek imunisasi rabies yang dilakukan pada pekerja

di tempat penitipan hewan. Uji terhadap jaringan otak hewan gila dapt dilakukan untuk

mengkonfirmasi keberadaan virus rabies. Uji antibodis rabies dan pemeriksaan jaringan otak

hewan dilakukan untuk mendiagnosis rabies positif, yang telah ditulurkan ke manusia. Jika

hewan yang dicurigai menderita rabies dapat bertahan hidup lebih dari 10 tahun, hewan tersebut

cenderung tidak menderita rabies.

Tujuan

Untuk membantu mendiagnosis rabies pada hewan dan manusia

Masalah kinis

Peningkatan hitung titer : transmisi rabies

Prosedur

Kumpulkan 5 sampai 7 ml darah vena dalam tabung tertutup merah. Jika memungkinkan,

jaringan otak hewan harus dikirim bersama sampel darah ke laboratorium.

Tidak terdapat pembatasan asupan makanan ataupun minuman

Faktor yang memengaruhi temuan laboratorium

Tidak diketahui

9

Page 10: Pbl Blok 12 Rabies

Implikasi keperawatan dan rasional

Kaji bila terdapat riwayat gigitan hewan. Imunoglobulin rabies dapat diberikan segera

setelah terpajan untuk menetralisasi virus

Hewan yang menyebabkan gigitan tersebut harus ditangkap. Jika menguji jarngan

otaknya. Menunggu selama 10 hari untuk menentukan berapa lama hewan tersebut dapat

bertahan hidup, merupakan hal yang tidak dianjurkan.

Penyuluhan klien

Anjuran pada pekerja yang berhubungan dengan hewan, seperti yang bekerja di dokter

hewan, kandang hewan, area satwa liar, dan laboratorium penelitian hewan agar

menerima vaksin prapajan rabies seperti HDVC (human diploid cell rabies vaccine)

untuk melindungi kelompok ini dari pajanan rabies

Beri tahu individu yang digigit atau anggota keluarganya untuk segera mencari bantuan

medis. Anjurkan keluarga memberi tahu puskesmas tentang gigitan hewan tersebut.

Hewan tersebut harus ditangkap.

Beri tahu klien dan/atau keluarga bahwa jika hewan tersebut tidak berhasil ditangkap,

klien harus menerima serangkaian vaksin rabies. \jawab pertanyaan klien. Rujuk

pertanyaan tersebut ke profesional kesehatan yang tepat, sesuai kebutuhan.

Kee JL. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan diagnosik. Edisi 6. Jakarta : EGC;2007.h.Hal

397-8

Rabies

Pada anamnesis, terdapat riwayat baru saja mengalami gigitan binatang

Biakan jaringan tenggorok dan air ludah menunjukan adanya virus

Hasil positif pada uji antibodi fluoresen serum terhadap rabies

Hitung SDP tinggi, dengan sel polimorfonuklear yang jumlahnya meningkat dan sel

mononuklear yang besar

Kadar glukosa, aseton, dan protein urin tinggi.

10

Page 11: Pbl Blok 12 Rabies

Kawalak JP. Buku pegangan uji diagnosik. Edisi ke 3. Jakarta: EGC;2009.h. 139-142

Diagnosis

Diagnosis kerja

Diagnosis cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Anamnesa tentang adanya kelainan yang

dapat menjai

Diagnosis banding

Bila ditemukan keluhan yang klasik dan ada riwayat gigitan hewan, tidak sukar melakukan

diagnosis banding. Penting untuk mempertimbangkan diagnosis sekalipun tanpa riwayat

panjanan nyata, seperti pada kasus terbaru yang tidak pernah kontak dengan hewan pembawa

rabies. Tetanus dimasukkan ke dalam diagnosis banding. Gejala trimus dan spasme otot biasanya

menetap pada tetanus. Sementara hal itu bersifat intermiten pada rabies. Yang harus dipikirkan

juga adalah etiologi penyebab ensefalitis virus lain. RUDOLF

Isolasi virus dari saliva, cairan serebrospinalis, sekret air mata, sekret hidung dan urine harus

dicoba, tetapi hasil yang negatif tidak boleh menyingkirkan diagnosis rabies karena virus ini

dikeluarkan secara intermiten. Pemeriksaan antibodi fluoresen dari jaringan otak, kulit atau

kerokan kornea cepat, terpercaya dan akurat bila dilakukan sempurna. Biopsi kulit di belakang

leher, yang padat dengan serabur saraf, sangat membantu dan berguna untuk pemeriksaan

imunofluoresen. Pemeriksaan mikroskop jaringan otak untuk mencari badan negri yang

terpercaya dan akurat, tetapi memakan waktu beberapa hari. Tikus yang dinokulasikan dengan

suspensi jaringan otak juga memerlukan waktu beberapa hari, tetapi memungkinkan isolasi virus.

RUDOLF

Etiologi

11

Page 12: Pbl Blok 12 Rabies

Rabies

Rabies adalah infeksi virus karnivora bukan manusia yang utama. Rabies kurang umum terjadi

pada manusia; bila terjadi, biasanya akibat gigitan hewan dan memperlihatkan ensefalitis akut

dengan angka kematian yang sangat tinggi. Penyakit ditandai dengan gelisah, eksitasi, dan

spasme intermiten laring dan faring yang hebat terutama pada saat makan dan minum. Keluhan

terakhir ini disebut hidrofobua. Pajanan rabies terjadi akibat gigitan hewan dan profilaksis

pascapajanan harus sering dipertimbangkan sebagai bagian sering dan penting dalam praktik

kesehatan anak.

Virus rabies mempunyai diamerer 100 sampai 150 nm; berupa virus RNA dan digolongkan ke

dalam rabdovirus. Virus ini resisten terhadap fenol, antibiotik, dan antiseptik yang umum di

pakai, dengan pengecualian benzalkonium klorida dan senyawa amonium keempat lainnya.

Virus rabies dengan cepat dihancurkan oleh sinar ultraviolet, sinar matahari, asam kuat,dan

alkali. Suspensi virus rabies akuosa dinonaktifkan dalam waktu 30 menit pada temperatur 54

sampai 56o C. Infektivitas bisa menetap selama bertahun-tahun bila virus diawetkan melalui

proses pengeringan dan dibekukan pada suhu 4oC. rudolf

Epidemologi

Virus rabies mempunyai pejamu yang sangat banyak, menginfeksi semua hewan percobaan

berdarah panas. Kebanyakan rabies hewan terdapat pada hewan buas, tidak pada hewan rumah.

Kelelawar, sigung, serigala, anjing hutan, rubah, kucing liar, dan banyak spesies lain terlibat.

Rabies tidak endemik pada hewan pengerat. Untuk tujuan pencegahan, kelelawar dan sigung

dimasukkan sebagai penjamu rabies, kecuali terbukti sebaliknya. Rabies yang berkaitan dengan

anjing relatif tidak umum di amerika serikat dan negara lain karena anjing diawasi dan

divaksinasi. Namun, anjing merupakan sumber rabies yang biasa pada beberapa negara seperti

meksiko, amerika latin, asia dan afrika. Gigitan anjing selalu menjadi alasan utama pemberian

profilaksis pascapajanan.

Di amerika serikat, kira-kira sepertiga infeksi baru disebabkan oleh pajanan dengan anjing di

negawa lain, dan sejak tahun 1980, 6 sampai 10 pasien tidak mempunyai pajanan baru. Kematian

akibat rabies pada manusia tiap tahun diseluruh dunia diperkirakan beribu-ribu. Rabies bisa

terjadi di setiap musim atau iklim, dan kepekaan terhadap rabies kelihatannya tidak berkaitan

12

Page 13: Pbl Blok 12 Rabies

usia, seks dan ras./ insiden infeksi rabies tertinggi ditemukan pada anak, mungkin karena ramah

dengan hewan dan tidak mampu mempertahankan diri. Tingkat serangan penyakit pada orang

yang digigit oleh hewan penyebar rabies susah diperkirakan, bergantung pada luka, dalamnya

gigitan, adanya saliva yang terinfeksi virus, dan perlindungan oleh pakaian. Pemberian vaksin

secara dramatis menurunkan risiko penyakit pada orang yang digigit oleh hewan berpenyakit

rabies. Rudolf

Patofisiologi

Luka gigit dan sengatan serangga

Umum

Luka gigit dapat disebabkan oleh hewan liar, hewan piaraan, atau manusia. Hewan liar yang

biasanya mengigit adalah hewan yang memang ganas dan pemakan daging, misalnya harimau,

singa, hiu, atau bila hewan itu atuau bila hewan itu terganggu atau terkejut, yaitu dalam usaha

membela diri. Hewan piaraan jinak mengigit ka;au disakiti atau diganggu, lebih-lebih dalam

keadaan tertentu, misalnya sedang memelihara anaknya yang masih kecil, sedang makan, atau

bila sakit. Bila hewan mengigit tanpa alasan jelas, harus dicurigai kemungkinan hewan tersebut

menderita penyakit yang mungkin menular melalui gigitannya, misalnya rabies.

Luka gigitan dapat hanya berupa luka tusuk kecil atau luka compang-camping luas yang berat.

Luka gigtan manusia bahaya karena dalam mulut manusia ditemukan lebih banyak kuman

patogen dibangding; mungkin karena detnya yang lebih bervariasi.

Persoalan yang ditimbulkan oleh gigitan atau sengatan serangga adalah lukanya sendiri,

kontaminasi bakteri atau virus dan reaksi alergi. Dalam penanggulangan, perlu lebih dahulu

diidentifikasi hewan yang mengigit atau menyengat untuk perencanaan langkah pertolongan.

Tindakan terhadap luka adalah pembersihan luka, disusul dengan menjahit rapat atau membuat

jahitan situasi, yaitu jahitan untuk sementara sesuai keadaan dengan maksud mencegah luka

mengganga terlalu lebar. Cara menjahit tergantung pada kemungkinan adanya infeksi. Umumnya

dianggap lebih aman kalau sementara hanya dibuat jahitan situasi. Setelah diamati beberapa hari

dan luka tampak tenang. Baru dijahit rapat.

13

Page 14: Pbl Blok 12 Rabies

Tindakan terhadap kuman atau alergen yang masuk terdiri atas mencuci dan eksisi luas luka.

Diusahakan untuk menghalangi dan mengurangi penyebaran dengan memasng turkinet, istirahat

total, dan mendinginkan daerah yang bersangkutan. Untuk menawarkan racun, diberikan serum

antiracun dan jika diduga kontaminasi kuman penyakit, diberikan vaksin.

Sjamsuhidajat R (ed) dan Jong WD. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke 2. Jakarta: EGC;2004.h.85-

86

Mekanisme pertahanan tubuh pada infeksi

Patofisiologi infeksi

Reaksi pertama pada infeksi adalah reaksi umum yang melibatkan susunan saraf dan sistem

hormon yang menyebabkan perubahan metabolik. Pada saat itu terjadi reaksi jaringan

limforetikularisdi seluruh tubuh berupa proliferasi sel fagosit dan sel pembuat antibodi (limfosit

B).

Reaksi kedua berupa reaksi lokal yang disebut inflamasi akut. Reaksi ini terus berlangsung

selama masih terjadi pengrusakan jaringan oleh trauma. Bila penyebab kerusakan jaringan bisa

diberantas, sisa jaringan yang rusak yang disebut debris akan difagositosis dan dibuang oleh

tubuh sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reaksi sel fagosit kadang

berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul dalam suatu rongga membentuk abses

atau bertumpuk di sel jaringan tubuh lain membentuk flegmon (peradangan yang luas di jaringan

ikat.

Trauma hebat, berlebihan, dan terus menerus menimbulkan reaksi tubuh yang juga berlebihan

berupa fagositsis debris yang diikuti dengan pembentukan jaringan granulasi vaskuler untuk

mengganti jaringan yang rusak. Fase ini disebut fase organisasi. Bila dalam fase ini pengrusakan

jaringan berhenti, akan terjadi fase penyembuhan melalui pembentukan jaringan granulasi

fibrosa. Akan tetapi, bila pengrusakan jaringan berlangsung terus, akan terjaid fase inflamasi

kronik yang akan sembuh bila rangsang yang merusak hilang.

Mekanisme pertahanan tubuh pada infeksi

Reaksi vaskuler

14

Page 15: Pbl Blok 12 Rabies

Reaksi vaskuler pada radang adalah vasodilatasi diikuti perubahan permeabilitas pembuluh

darah. Ini terjadi karena pada trauma atau kerusakan jaringan dikeluarkan mediator kimia yang

akan menyebabkan darah mengalir lebih banyak ke daerah yang mengalami cedera sehingga

kemudian akan terjadi eksudasi (pengeluran cairan radang) plasma darah dan keluarnya leukosit

dari pembuluh darah. Semua ini akan menyebabkan pembengkakan (tumor), rasa hangat (kalor),

merah (rubor) dan nyeri (dolor) pada daerah radang.

Reaksi seluler

Reaksi seluler akibat kerusakan jaringan adalah hasilnya aktivasi fagosit dan makrofag dalam

sistem pertahanan tubuh seluler sehingga terjaid fagositosis dan imunitas seluler. Selain oleh sel

mononuklear (monosit dan makrofag), fagosit dilakukan juga oleh sel polimorfonuklear (sel

neutrofil dan eosinofil). Reaksi inflamasi berupa peleberan kapiler dan meningkatnya

permeabilitas pembuluh darah memungkinkan sel makrofag keluar dari pembuluh darah menuju

daerah radang. Pada infeksi sel fagosit juga bergerak menuju kuman oleh adanya zzt kemotaksit.

Kuman dimakan oleh sel fagosit setelah terjadi adhesi kuman pada sel fagosit.

Proses imunitas seluler dilaksanakan oleh sel limfosit T yang menghasilkan limfokin, yaitu zat

yang menrangsang aktivitas el fagosit. Terdapat juga sel T yang langsung membunuh kuman.

Reaksi humoral

Pertahanan humoral merupakan reaksi yang mlibatkan sistem komplemen dan antibodi. Sistem

komplemen terdiri atas beberapa komponen protein plasma yang menyebabkan reaksi biologis

berantai. Antibodi adalah imunoglobulin (igG, igM, igA, igE, igD) yang dihasilkan oleh limfosit

B akibat rangsangan spesifik dari antigen. Antibodi akan bereaksi secara spesifik dengan antigen

dan menyebabkan aglutinasi dan presipitasi. Reaksi antigen antibodi juga menyebabkan aktivasi

komplemen. Selain itu, antibodi berkemampuan menetralkan virus dan toksin, mencegah

menempelnya kuman pada sel tubuh menyebabkan lisis bakteria, dan menyebabkan opsonisasi

bakteria.

Kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuh akan menyebabkan kerusakan jaringan dengan cara

mengeluarkan eksotoksin, mengeluarkan zat toksik terhadap dinding sel, dan menimbulkan efek

imunopatologis. Eksotoksin dapat berefek lokal (misalnya toksin escherichia coli dan clostridium

15

Page 16: Pbl Blok 12 Rabies

diffivlie) maupun sistemik (misalnya toksin kuman tetanus). Efek imunopatologis dapat berupa

reaksi anafilaksis, sitotoksitas akibat antibodi, dan hipersensitivitas kompleks imun yang dapat

mengakibatkan kerusakan jaringan, pendarahan dan nekrosis.

Tubuh mempunyai beberapa mekanisme petahanan permukaan tubuh, yaitu kulit an mukosa

saluran cerna, saluran kelamin. Pada kulit yang berperan adalah lapisan epidermis.. selain itu,

terdapat sawar biologis yang dibentuk oleh kuman/flora normal kulit, dan sawar kimia yang

berupa keasaman yang ditimbulkan oleh cairan keringat dan asam lemak dari kelenjar sebasea.

Mekanisme pertahanan kedua adalah eliminasi penyebab infeksi oleh reaksi radang melalui

reaksi vaskuler dan reaksi seluler. Inflamasi ini menyebabkan pengumpulan sel leukosit dan

ciran serum di daerah trauma.

mekanisme pertahanan ketiga adalah upaya membatasi invasi kuman penyakit secara regional

dengan limfadenitis. Setelah masuk ke dalam tubuh, kuman akan terbawa oleh aliran limfe dan

menyebabkan aktivasi fagositosis di dalam sistem limfoid. Sistem limfoidyang terdekat dengan

kerusakan jaringan dan terdekat dengan masuknya kuman akan lebih dahulu aktif dan secara

klinis terlihat sebagai suatu limfadenitis regional. Ini merupakan bagian dari usaha tubuh untuk

mencegah meluasnya infeksi.

Mekanisme pertahanan keempat adalah pembasmian kuman oleh sistem retikuloendotelia yang

terdiri atas sel retikulum pada limpa dan sistem limfatik yang kesemuanya mempunyai

kemampuan fagositosis. Sel dari sistem retikuloendotelial ini berperan lebih besar dalam fase

sesudah radang akut, baik dalam fase resolusi, organisasi, maupun penyembuhan.

Gambaran infeksi inflamasi

Dikenal tiga tingkat radang, yaitu inflamasi akut, subakut, dan kronik. Cambaran klinis inflamasi

akut memperlihatkan tanda rubor dan kalor akibat vasodilatasi, serta tumor karena eksudasi.

Ujung saraf perasa akan terangsang oleh peradangan sehingga timbul dolor. Nyeri dan

pembengkakan akan meyebabkan gangguan faal. Kelima gejala ini dikenal dengan nama gejala

kardinal dari celsus.

Asbes akibat radang akut berat yang terletak dekat permukaan ditandai dengan adanya fluktuasi,

sedangkan felgmon yang sering ditemukan di jaringan subkutan ditandai oleh pembengkakan

16

Page 17: Pbl Blok 12 Rabies

difus yang merah dan sangat nyeri. Pada keduanya biasanya didapati demam dan umumnya

keadaan umum yang menurun. Asbes dapat pecah oleh adanya nekrosis jaringan dan kulit di

atasnya.

Fase inflamasi akut dapat diikuti oleh radang kronik. Inflamasi akut atau kronis yang berada di

permukaan kulit atau mukosa dapat menyebabkan kerusakan epitel yang disebut tukak atau

ulkus. Kadang pusat infeksi atau radang berada jauh di bawah kulit sehingga nanah akan keluar

melalui jalan khusus yanng terbentuk pada jaringan yang paling lemah. Jalan khusus ini disebut

fistel (pipa) atau sinus (ruang/cekungan).

Tubuh akan berusaha membatasi infeksi ini dnegan mengaktifkan jaringan limfoid sehingga

terjadi radang akut kelenjar limf (limfadenitis0 regional.

Bila yang masuk kuman virulensi tinggi, atau keadaan pertahanan tubuh sedang lemah, kuman

dapat masuk ke pembuluh darah dan terbawa dalam aliran darah, terus berkembang biak, dan

masuk ke seluruh jaringan tubuh menyebabkan septisema (pembusukan).

Sjamsuhidajat R (ed) dan Jong WD. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke 2. Jakarta: EGC;2004.h.14-

15

Gejala klinik

Kebanyakan rabies yang dilaporkan pada manusia terjadi akibat gigitan hewan. Interval antara

gigitan dan serangan penyakit sangat bervariasi, dari 9 hari sampai beberapa tahun. Namun, masa

inkubasi rata-rata adalah 18 sampai 60 hari. Masa inkubasi itu lebih pendek bila gigitan terjadi di

kepala dan di ekstermitas. Penyakit dimulai dengan gejala prodormal yang ditandai dengan

ketakutan, ketegangan, insomnia, malaise, dan sakit kepala. Bisa terjadi nyeri dan rasa kebal di

tempat gigitan. Fase ini berakhir dalam 2 sampai 7 hari dan biasanya diikuti oleh serangan gejala

neurologis, dimulai dengan fase eksitasi, yang disebut juga rabies “menggila”. Fase eksitasi

timbul dengan cepat; terdapat rasa takut yang sangat dan rasa terteror. Terjadi kedutan, delirium,

dan meningismus, dan gerakan kejang ringan. Salah satu dari gejala yang menonjol adalah yang

berkaitan dengan menelan. Bila pasien mencoba menelan makanan atau minuman, terjadi nyeri,

spasme hebat pada laring dan faring. Lebih lanjutm suara, bau, atau bahkan bunyi cairan pun bisa

merangsang spasme ini. Sianosis bisa terjadi selama periode ini. Sering terjadi tercekik dan

17

Page 18: Pbl Blok 12 Rabies

aspirasi. Termperatur meningkat (39,5 sampai 40,5oC) dan terjadi kejang generalisata. Perilaku

gila seperti merobek pakaian dan selimut sering terjadi. Periode intermiten yang relatif tenang

bisa terjadi, dan selama ini pasien terlihat cukup sehat.

Fase paralisis muncul sebagai paralisis progresif, berhentinya spasme dan koma kemudian dalam

waktu singkat, kematian. Kadang-kadang keluhan utama adalah paralisis asenden progresif, jenis

rabies ini dikenal sebagai jenis bisu. Dalam keseluruhan kasus, banyak terjadi komplikasi hebat,

terutama despresi pernapasan dan hipoventilasi. Komplikasi jantung dan hipotensi juga umum

terjadi. Hingga kini, rabies manusia bersifat fatal. RUDOLF

Prognosis

Kematian karena infeksi virus rabies boleh dikatakan 100 % bila virus sudah mencapai sistem

saraf. Dari tahun 1857 sampai 1972 dari kepustakaan dilaporkan 10 pasien yang sembuh dari

rabies namun sejak tahun 1972 hingga sekarang belum ada pasien rabies yang dilaporlan hidup.

Prognosis rabies selalu fatal karena sekali gejala rabies telah tampak hampir selalu kematian

terjadi 2-3 hari sesudahnya sebagai akibat gagal napas/henti jantung ataupun paralisis

generalisata. Berbagai penelitian dari tahun 1986 sampai 2000 yang melibatkan lebih dari 800

kasus gigitan anjung pengidap rabies di negara endemis yang segera mendapatkan perawatan

luka, pemberian VAR dan SAR, mendapatkan angka survival 100%.

Sudoyo AW dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: pusat penerbitan ilmu penyakit dalam;

2010.h. 2911-2930

Preventif

Pencegahan termasuk upaya kesehatan masyarakat umum seperti kewajiban vaksinisasi anjing,

karantina hewan peliharaan pelancong,imunisasi prapajanan bagi peternak hewan atau

pemelihara hewan yang kemungkinan terpajan, dan yang paling penting adalah profilaksis

pascaprajanan bagi orang yang digigit hewan. Rabies hewan liar merupakan masalah serius yang

belum dapat ditanggulangi saat ini. RUDOLF

Penataklaksanaan

18

Page 19: Pbl Blok 12 Rabies

Pengobatan terdiri dari perawatan suportif yang intensif, terutama untuk pendukung ventilasi dan

peredaran darah. Pasien harus diisolasikan karena virus rabies terdapat di saliva, air mata, urine,

dan cairan tubuh lain. Penunjang harus mengenakan masker, sarung tangan, dan baju pelindung.

Profilasksis prapajanan atau pasca pajanan harus dilakukan pada beberapa pasien selamat.

Meskipun demikian, peran terapi globulin imun rabies belum jelas, lagipula belum diketahui obat

antivirus yang bisa menolong.

Profilaksis pascapajanan

Hal yang paling umum mengenai rabies yang merepotkan dokter yaitu apakah profilaksis harus

diberikan setelah pajanan yang potensial. Faktor berikut ini akan mempengaruhi keputusan

tersebut

Pajanan baru dengan rabies

Spesies hewan penggigit. Hewan golongan karnivora, seperti sigung, rubah, serigala, anjing

hutan, kucing dan anjing tampaknya paline infeksius; hewan ternak, bajing, tupai, musang, tikus

air, luwak kadang-kadang infeksius. Kelelawar dicurigai paling menular. Gigitan hewan

pengerat, marmut, burung, dan reptil kadang-kadang memerlukan pengobatan.

Lingkungan tentang kejadian gigitan. Pajanan hebat adalah gigitan multiple, luka tembus yang

dalam atau gigitan di kepala, leher, lengan, atau jari. Pajanan ringan adalah cakaran, jilatan, dan

lecet tunggal di badan kecuali leher, kepala, tangan atau kaki.

Pajanan bukan gigitan. Luka terbuka atau lecet (abrasio) dapat dicemari oleh saliva yang

terinfeksi melalui jilatan. Hirupan virus rabies dapat terjadi pada pekerja laboratorium, para

peneliti gua. Rabies juga disebarkan melalui transplantasi kornea. Walaupun banyak pasien

rabies yang dirawat, belum ada penularan antar manusia.

Status vaksinasi hewan yang mengigit

Adanya rabies di daerah tersebut. Penyediaan pengawasan yang adekuat dan adanya fasilitas

laboratorium adalah hal yang paling penting untuk mengetahui pakah terdapat rabies di tempat

itu dan pada spesies apa. Bentuk informasi ini biasanya dapat diberikan oleh petugas kesehatan

masyarakat setempat.

19

Page 20: Pbl Blok 12 Rabies

Penanganan luka. Pengobatan menyeluruh dan segera terhadap semua gigitan dan cakaran

merupakan hal penting untuk mencegah rabies. Saat ini, pencucian menyeluruh dengan sabun

dan air dipercaya paling baik.

Penanganan hewan pada menggigit. Anjing dan kucing yang menggigit manusia harus dikurung

dan diawasi oleh dokter hewan paling kurang 5 hari dan lebih baik 7 sampai 10 hari. Penyakit

pada hewan pengigit harus segera dilaporkan ke petugas kesehatan masyarakat setempat dan

dokter. Bila hewan harus dibunuh untuk menangkapnya, harus dilakukan dengan cara tidak

merusak kepalanya. Sebaliknya bila hewan mati, kepala harus disimpan dalam lemari pendingin

untuk pemeriksaan dan diagnosa laboratorium. Hewan liar yang diduga kuat menderita rabies

harus dibunuh dan kepalanya dikirim untuk pemeriksaan laboratorium. Laboratorium kesehatan

masyarakat akan melakukan pemeriksaan otak dengan tekhnik antibodi fluoresen. Bila

pemerikasaan itu negatif, dapat dianggap bahwa tidak ada virus rabies dalam saliva hewan itu.

Ann A. Buku ajar pediatri rudolph. Edisi ke 20. Jakarta: EGC;2006.h.749-51

Jika binatang pengigit dapat ditangkap, binatang diamati apakah menunjukan gejala penyakit

atau tidak. Gejala yang ditunjukkan binatang ini sebenarnya tidak berbeda dari gejala pada

manusia.

Jika bintatang yang bersangkutan mati. Diagnosis dapat dipertegas dengan pemeriksaan air liur

untuk biakan virus, dan pemeriksaan patologi jaringan otak untuk menemukan badan negri yang

merupakan tanda khas.

Jika binatang tak tertangkap, dapat dipertimbangkan insiden atau adanya wabah. Binatang

malam liar yang mengigit pada siang hari seperti kelelawar, patut dicurigai. Letak gigitan dan

berat/ringannya luka juga harus menjadi pertimbangan dalam menentukan tindakan. Kemudian

terapi dihentikan kalau setelah lima hari diamati ternyata binatang pengigit tidak sakit. Bila

binatang tak tertangkap atau terbunuh, terapi vaksin sebaiknya diberikan. Pemberian serum

diikuti vaksin dilakukan bila binatang diduga mngidap rabies, atau setelah binatang didiagnosa

rabies klinis dan laboratoris. Sjamsuhidajat R (ed) dan Jong WD. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke

2. Jakarta: EGC;2004.h.51-2

Globulin hiperimun rabies dan vaksin rabies

20

Page 21: Pbl Blok 12 Rabies

Bila telah dibuat keputusan untuk memberikan profilaksis pascapajanan, anjuran terbaru dari

WHO dan dari pelayanan kesehatan masyarakat amerika serikat bahwa kedua bentuk imunisasi

baik pasif maupun aktif bisa digunakan dalam semua kasus. Saat ini hanya tiga produk yang

dipakai. Globulin imun rabies (RIG) dibuat dari darah pasien yang mengandung antibodi kadar

tinggi terhadap rabies. Setiap mililiter mengandung 150 IU. Dosis yang dianjurkan adalah 10

IU/kg. Separuh RIG harus diinfiltrasikan di sekitar luka, dan sisanya diberikan secara

intramuskular. Serum antirabies kuda di pakai hanya bila RIG tidak tersedia. Bila antiserum kuda

yang dipakai, garis pandu lazimnya bagi pemberian serum kuda harus diperhatikan, misalnya

riwayat alergi, tes kulit dan tes mata untuk tes kepekaan dan pemberian obat secara hati-hati

dengan persiapan untuk penanganan kemungkinan anafilaksis. Dosis bahan ini adalah 40 IU/kg

dan juga diberikan sebagaian disekitar luka dan sisanya secara intramuskular.

Vaksin sel diploid manusia (HDCV) adalah satu-satunya vaksin baru yang didapat di amerika

serikat. Vaksin ini menghasilkan respon antibodi yang sangat bagus. Dianjurkan lima cara

pemberian sesegera mungkin setelah terpajan dan kemudian 3, 7, 24, dan 28 hari setelah

pemberian pertama. Reaksi sesudah pemberian vaksin ini umumnya ringan: mual, nyeri

abdomen, sakit otot dan pusing tanpa reaksi neurologi yang sering terjadi dengan vaksin sebelum

ini. Orang yang memerlukan vaksinasi di negara lain bisa di dapatkan berbagai bentuk vaksin

siap pakai. Tes antibodi rutin dengan HDCV tidak perlu karena respon antibodi yang diharaplan

bagus. Pada individu yang berpergian ke negara sedang berkembang, vaksinasi HDCV harus

dilengkapi, jika mungkin, sebelum memberikan profilaksis klorokuin, dan klorokuin mengurangi

respon antibodi terhadap vaksin.

Ann A. Buku ajar pediatri rudolph. Edisi ke 20. Jakarta: EGC;2006.h.749-51

Vaksin rabies bermacam-macam, ada yang dibuat dari antigen lemah dari biakan virus rabies

dalam telur yang dimatikkan secara kering, dan ada yang dibuat dari otak anak tikus. Yang

diinkubasi rabies (vaksin SMB; suck ling mouse brain vaccine)

Serum di da[at dari darah kuda sehingga harus hati-hati terhadap kemungkinan syok

anafilataksis. Serum dibuat dengan cara menyuntik kuda tiap hari selama dua minggu dengan

emulsi 5% jaringan terinfeksi. Serum diberikan dengan dosis 40 IU/kgBB, yaitu sebanyak 5 ml

secara infiltratif disekitar gigitan yang tergolong berat.

21

Page 22: Pbl Blok 12 Rabies

Vaksin disuntikan subkutan tiap hari sampai 20-30 kali. Pad apenderita yang mendapat serum

diberikan booster (yang meningkatkan efisensi obat, serum, atau vaksin) 10-20 hari setelah

suntikan terakhir. Vaksin SMB disuntikkan subkutan tujuh kali 2 ml sebagai dasar, kemudian

dua kali 0,25 ml sebagai booster. \binatang pelihaaraan yang mampu menularkan rabies

diberikan vaksinasi antirabies.

Sjamsuhidajat R (ed) dan Jong WD. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke 2. Jakarta: EGC;2004.h.51-

2

Kesimpulan

Daftar pustaka

1.

22