pbl blok 12 tetanus

Upload: prizilia-saimima

Post on 14-Jan-2016

41 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kedokteran

TRANSCRIPT

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    1/30

    Gejala Kejang dan Tetanus

    Rimenda Dwirana Barus

    NIM : 102010315/ C5

    Fakultas Kedokteran ni!ersitas Kristen Krida "a#ana

    $lamat Kores%ondensi : &alan 'erusan $r(una tara )* &akarta Barat

    e+mail : ri,m-en.a-oo#om

    Pendahuluan

    Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya

    tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin

    protein yang kuat yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Terdapat beberapa

    bentuk klinis tetanus termasuk di dalamnya tetanus neonatorum, tetanus

    generalisata dan gangguan neurologis lokal.1

    Dalam makalah ini akan dibahas mengenai penyakit tetanus, mulai dari

    anamnesis penyakit, pemeriksaan, diagnosis, patofsologi, penatalaksanaan,

    epidemiologi, hingga prognosis dari penyakit. Tujuan pembuatan makalah

    adalah untuk mema-as se(umla- a-an mau%un aian an %erlu di%er-atikan lei- dalam

    dari kasus erdasarkan skenario an dierikan* aitu menenai tetanus

    Anamnesis

    Sumber lain menyebutkan, dalam waktu 3 hari sampai 4 minggu setelah

    kuman masuk melalui luka, raun C. tetani akan merusak sistem sara! dan

    segera memunulkan gejala serta tanda"tanda tetanus, misalnya kejang dan

    kekakuan otot rahang #lockjaw), postur badan kaku dan tidak dapat ditekuk

    karena kekakuan otot leher dan punggung #opistotonus$, dinding perut

    mengeras seperti papan, gangguan menelan, dan muka seperti menyeringai

    atau tertawa #risus sardonicus$.3

    %inggu pertama ditandai dengan rigiditas dan spasme otot yangsemakin parah. &angguan ototnomik biasanya dimulai beberapa hari setelahspasme dan bertahan sampai 1"' minggu. Spasme berkurang setelah '"3minggu tetapi kekakuan tetap bertahan lama. (emulihan terjadi karenatumbuhnya lagi akson terminal dan karena penghanuran toksin. (emulihanbisa memerlukan waktu sampai 4 minggu.1

    1

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    2/30

    Etiologi

    Tetanus disebabkan oleh basil gram positi!, Clostridium tetani. )akteri ini

    terdapat di mana"mana dengan habitat alamnya ditanah, tetapi dapat juga

    diisolasi dari kotoran binatang peliharaan dan manusia.1

    Clostridium tetani merupakan bakteri gram positi! berbentuk batang

    yang selalu bergerak dan merupakan bakteri anaerob obligat yang

    menghasilkan spora. Spora yang dihasilkan tidak berwarna, berbentuk o*al,

    menyerupai raket tenes atau paha ayam. Spora ini dapat bertahan selama

    bertahun"tahun pada lingkungan tertentu, tahan terhadap sinar matahari

    dan bersi!at resisten terhadap berbagai desin!ektan dan pendidihan selama

    '+ menit. Spora bakteri ini dihanurkan seara tidak sempurna denganmendidihkan, tetapi dapat dieleminisi dengan autokla* pada tekanan 1

    atmosfr dan 1'+oC selama 1 menit.

    Sel yang terin!eksi oleh bakteri ini dengan mudah dapat diinakti*asi dan

    bersi!at sensiti! terhadap beberapa antibiotik #metronida-ol, peniillin dan

    lainnya$.1 Spora tetanus dapat bertahan hidup dalam air mendidih tetapi

    tidak di dalam autokla!, tetapi sel *egetati*e terbunuh oleh antibioti, panas,

    dan desin!ektan baku.C. tetani bukan organisme yang mengin*asi jaringan,

    malahan menyebabkan penyakit melalui pengaruh toksin tunggal,

    tetanospasmin yang lebih sering disebut sebagai toksin tetanus.'

    )akteri ini jarang dikultur, karena diagnosanya berdasarkan klinis.Clostridium tetanimenghasilkan e!ek"e!ek klinis melalui eksotoksin yangkuat. Tetanospasmin dihasilkan dalam sel"sel yang terin!eksi di bawahkendali plasmin. Tetanospasmin ini merupakan rantai polipeptida tunggal.Dengan autolisis, toksin rantai tunggal dilepaskan dan terbelah untukmembentuk heterodimer yang terdiri dari rantai berat #1++kDa$ yangmemediasi pengikatannya dengan reseptorsel sara! dan masuknya ke dalam

    sel, sedangkan rantai ringan #+kDa$ berperan untuk memblokadeperlepasan neurotransmitter.

    Telah diketahui urutan genom dari Clostridium tetani. Struktur asam

    amino dari dua toksin yang paling kuat yang pernah diketemukan yaitu

    toksin botulinum dan toksin tetanus seara parsial bersi!at homolog. (eranan

    toksin tetanus dalam tubuh organisme belum jelas diketahui. D/ toksin ini

    '

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    3/30

    terkandung dalam plasmid. /danya bakteri belum tentu mengindikasikan

    in!eksi, karena tidak semua strain mempunyai plasmid. )elum banyak

    penelitian tentang sensitiftas antimikrobial bakteri ini.1

    Epidemiologi

    Tetanus terjadi seara sporadis dan hampir selalu menimpa indi*idu non

    imun, indi*idu dengan imunitas parsial dan indi*idu dengan imunitas penuh

    yang kemudian gagal mempertahankan imunitas seara adekuat dengan

    *aksinasi ulangan. walaupun tetanus dapat diegah dengan imunisasi,

    tetanus masih merupakan penyakit yang membebani di seluruh dunia

    terutama di negara beriklim tropis dan negara"negara sedang berkembang.1

    (enyakit ini umumnya terjadi di daerah pertanian, di daerah pedesaan,pada daerah dengan iklim hangat , selama musim panas dan pada penduduk

    pria. (ada egara"negara tanpa program imunisasi yang komprehensi!,

    tetanus terjadi terutama pada neonates dan anak"anak.

    0alaupun 02 menetapkan target mengeradikasi tetanus pada tahun

    1, tetanus tetap bersi!at endemik pada negara"negara sedang

    berkembang dan 02 memperkirakan kurang lebih 1.+++.+++ kematian

    akibat tetanus di seluruh dunia pada tahun 1', termasuk didalamnya

    +.+++ kematian akibat tetanus neonatorum, '1+.+++ di /sia Tenggara dan

    1'.+++ di /!rika. (enyakit ini jarang dijumpai di negara"negara maju. Di

    /!rika Selatan, kira"kira terdapat 3++ kasus pertahun, kira"kira 1'"1 kasus

    dilaporkan terjadi tiap tahun di 5nggris.

    Tetanus didapatkan akibat trauma di dalam rumah atau selama bertani,

    berkebun dan akti*itas luar ruangan yang lain. Trauma yang menyebabkan

    tetanus bisa berupa luka besar tapi dapat juga berupa luka keil, sehingga

    pasien tidak menari pertolongan medis, bahkan pada beberapa kasus tidak

    dapat diidentifkasi adanya trauma. Tetanus dapat merupakan komplikasi

    penyakit kronis, seperti ulkus, abses dan gangrene. Tetanus dapat pula

    berkaitan dengan luka bakar, in!eksi telinga tengah, pembedahan, aborsi

    3

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    4/30

    dan persalinan. (ada beberapa pasien tidak dapat diidentifkasi adanya port

    d6entr7e.

    8esiko terjadinya tetanus paling tinggi pada populasi usia tua. Sur*ey

    serologis skala luas terhadap antibody tetanus dan di9eri yang dilakukan

    antara tahun 1"14 menunjukkan bahwa seara keseluruhan, :';

    penduduk /merika Serikat berusia diantara < tahun terlindungi terhadap

    tetanus. Sedangkan pada anak

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    5/30

    Transpor terjadi pertama kali pada sara! motorik, lalu ke sara! sensorik

    dan sara! otonom. @ika toksin telah masuk ke dalam sel, ia akan berdi!usi

    keluar dan akan masuk dan mempengaruhi ke neuron di dekatnya. /pabila

    interneuron inhibitori spinal terpengaruh, gejala"gejala tetanus akan munul.

    Transport intraneuronal retrogred lebih jauh terjadi dengan menyebarnya

    toksin ke batang otak dan otak tengah. (enyebaran ini meliputi trans!er

    melewati elah sinaptik dengan suatu mekanisme yang tidak jelas.

    Setelah internalisasi ke dalam neuron inhibitori, ikatan disulfda yang

    menghubungkan rantai ringan dan rantai berat akan berkurang,

    membebaskan rantai ringan. A!ek toksin dihasilkan melalui penegahan

    lepasnya neurotransmitter. Sinaptobre*in merupakan protein membran yang

    diperlukan untuk keluarnya *esikel intraseluler yang mengandung

    neurotransmitter. 8antai ringan tetanoplasmin merupakan metalloproteinase

    -ink yang membelah sinaptobre*in pada suatu titik tunggal, sehingga

    menegah perlepasan neurotransmitter.

    Toksin ini mempunyai e!ek dominan pada neuron inhibitori, di mana

    setelah toksin menyeberangi sinapsis untuk menapai presinaptik, ia akan

    memblokade perlepasan neurotransmitter inhibitori yaitu glisin dan asam

    aminobutirik #&/)/$. 5nterneuron yang menghambat neuron motorik al!ayang pertama kali dipengaruhi, sehingga neuron motorik ini kehilangan

    !ungsi inhibisinya.

    Balu #karena jalur yang lebih panjang$ neuron simpatetik preganglionik

    pada ujung lateral dan pusat parasimpatik juga dipengaruhi. euron motorik

    juga dipengaruhi dengan ara yang sama dan perlepasan asetilkolin ke

    dalam elah neuromuskuler dikurangi. (engaruh ini mirip dengan akti*itas

    toksin botulinum yang mengakibatkan paralisis >aksid. amun kemudian,

    pada tetanus e!ek disinhibitori neuron motorik lebih berpengaruh dari pada

    berkurangnya !ungsi pada ujung neuromuskuler. (usat medulla dan

    hipotalamus mungkin juga dipengaruhi. Tetanospasmin mempunyai e!ek

    kon*ulsan kortikal pada penelitian pada hewan. /pakah mekanisme ini

    berperan terhadap spasme intermiten dan serangan autonomi, masih

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    6/30

    belum jelas. A!ek prejungsional dari ujung neuromuskuler dapat berakibat

    kelemahan di antara dua spasme dan dapat berperan pada paralisis sara!

    kranial yang dijumpai pada tetanus se!alik dan myopati yang terjadi setelah

    pemulihan. (ada spesies yang lain, tetanus menghasilkan gejala karakteristik

    berupa paralisis >aksid.1

    /liran e!eren yang tak terkendali dari sara! motorik pada korda danbatang otak akan menyebabkan kekakuan dan spasme muskuler yang dapatmenyerupai kon*ulsi. 8e>eks inhibisi dari kelompok otot antagonis hilang,sedangkan otot"otot agonis dan antagonis berkonstraksi seara simultan.Spasme otot sangatlah nyeri dan dapat berakibat !raktur atau ruptur tendon.2tot rahang, wajah dan kepala sering terlibat pertama kali karena jaluraksonalnya lebih pendek. Tubuh dan anggota tubuh mengikuti, sedangkanotot"otot peri!er tangan dan kaki relati*e jarang terlibat.

    /liran impuls otonomik yang tidak terkendali akan berakibat

    terganggunya ontrol otonomik dengan aktiftas berlebih sara! simpatik dan

    kadar katekolamin plasma yang berlebihan. Terikatnya toksi pada neuron

    bersi!at ire*ersibel. (emulihan membutuhkan tumbuhnya ujung sara! yang

    baru yang menjelaskan mengapa tetanus berdurasi lama.

    (ada tetanus lokal, hanya sara!"sara! yang menginer*asi otot"otot yang

    bersangkutan yang terlibat. Tetanus generalisata terjadi apabila toksin yang

    dilepaskan di dalam luka memasuki aliran lim!a dan darah dan menyebar

    luas menapai ujung sara! terminal= sawar darah otak memblokade

    masuknya toksin seara langsung ke dalam system sara! pusat. @ika

    diamsusikan bahwa waktu transport intraneuronal sama pada semua sara!,

    serabut sara! yang pendek akan terpengaruh sebelum serabut sara! yang

    panjang= hal ini menjelaskan urutan keterlibatan srabut sara! di kepala,

    tubuh dan ekstremitas pada tetanus generalisata.1

    Manifestasi Klinis(eriode inkubasi #rentang waktu antara trauma dengan gejala pertama$

    rata"rata :"1+ hari dengan rentang 1"

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    7/30

    %inggu pertama ditandai dengan rigiditas dan spasme otot yang semakin

    parah. &angguan ototnomik biasanya dimulai beberapa hari setelah spasme

    dan bertahan sampai 1"' minggu. Spasme berkurang setelah '"3 minggu

    tetapi kekakuan tetap bertahan lama. (emulihan terjadi karena tumbuhnya

    lagi akson terminal dan karena penghanuran toksin. (emulihan bisa

    memerlukan waktu sampai 4 minggu.1

    Sumber lain menyebutkan, dalam waktu 3 hari sampai 4 minggu setelah

    kuman masuk melalui luka, raun C. tetani akan merusak sistem sara! dan

    segera memunulkan gejala serta tanda"tanda tetanus, misalnya kejang dan

    kekakuan otot rahang #lockjaw), postur badan kaku dan tidak dapat ditekuk

    karena kekakuan otot leher dan punggung #opistotonus$, dinding perut

    mengeras seperti papan, gangguan menelan, dan muka seperti menyeringai

    atau tertawa #risus sardonicus$.3

    (asien tetanus mudah sekali mengalami kejang, terutama apabilamendapatkan rangsangan seperti suara berisik, terkejut, sinar, dansebagainya, sehingga ia perlu diisolasi dalam ruang tersendiri.3

    )ila paralisis meluas ke otot"otot perut, punggung, pinggang dan paha,

    penderita dapat berpostur melengkung, opistotonus, dimana hanya

    punggung, kepala, dan tumit yang menyentuh dasar #tanah$. 2pistotonus

    adalah posisi seimbang yang adalah akibat dari kontraksi yang tidak henti"hentinya semua otot yang berlawanan, semuanya menampakkan kekakuan

    tetanus khas seperti papan6.'

    Tetanus biasanya terjadi setelah suatu trauma. ontaminasi luka dengan

    tanah, kotoran binatang atau logam berkarat dapat menyebabkan tetanus.

    Tetanus dapat terjadi sebagai komplikasi dari luka bakar, ulkus gangrene,

    luka gigitan ular yang mengalami nekrosis, in!eksi telinga tengah, aborsi

    septik, persalinan, injeksi intramusular dan pembedahan. Trauma yang

    menyebabkan tetanus dapat hanyalah tetanus ringan dan sampai +; kasus

    trauma terjadi di dalam gedung yang tidak dianggap terlalu serius untuk

    menari petolongan medis. (ada 1"'; pasien, tidak terdapat bukti adanya

    perlukaan baru.1

    Tetanus Generalisata.Tetanus generalisata merupakan bentuk yang

    :

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    8/30

    paling umum dari tetanus, yang ditandai dengan meningkatnya tonus ototdan spasme generalisata. %asa inkubasi ber*ariasi, tergantung pada lokasiluka dan lebih singkat pada Tetanus berat, median onset setelah traumaadalah : hari= 1; kasus terjadi dalam 3 hari dan 1+; kasus terjadi setelah14 hari.1

    Terdapat trias klinis berupa rigiditas, spasme otot dan apabila beratdis!ungsi otonomik. aku kuduk, nyeri tenggorokan dan kesulitan untuk

    membuka mulut, sering merupakan gejala awal tetanus. Spasme otot

    masseter menyebabkan trismus atau rahang terkuni6. Spasme seara

    progresi! meluas ke otot"otot wajah yang menyebabkan ekspresi wajah yang

    khas, risus sardonius6 dan meluas ke otot"otot untuk menelan yang

    menyebabkan dis!agia. Spasme ini dipiu oleh stimulus internal dan

    eksternal dapat berlangsung selama beberapa menit dan dirasakan nyeri.

    8igiditas otot leher menyebabkan retraksi kepala.1

    8igiditas tubuh menyebabkan opistotonus dan gangguan respirasi dengan

    menurunnya kelenturan dinding dada. 8e>ks tendon dapat meningkat.

    (asien dapat demam, walaupun banyak yang tidak, sedangkan kesadaran

    tidak terpengaruh.

    Di samping peningkatan tonus otot, terdapat spasme otot yang bersi!at

    episodi. onstraksi tonik ini tampak seperti kon*ulsi yang terjadi pada

    kelompok otot agonis dan antagonis seara bersamaan. ontraksi ini dapat

    bersi!at spontan atau dipiu oleh stimulus berupa sentuhan, stimulus *isual,

    auditori atau emosional. Spasme yang terjadi dapat ber*ariasi berdasarkan

    keparahannya dan !rekuensinya tetapi dapat sangat kuat sehingga

    menyebabkan !raktur atau ruptur tendon.

    Spasme yang terjadi dapat sangat berat, terus menerus, nyeri bersi!at

    generalisata sehingga menyebabkan sianosis dan gagal na!as. Spasme ini

    dapat terjadi berulang ulang dan dipiu oleh stimulus yang ringan. Spasme

    !aringeal sering diikuti dengan spasme laryngeal dan berkaitan dengan

    terjadinya aspirasi dan obstruksi jalan na!as akut yang menganam nyawa.

    (ada bentuk yang paling umum dari tetanus, yaitu tetanus generalisata,

    otot"otot diseluruh tubuh terpengaruh. 2tot"otot di kepala dan leher yang

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    9/30

    biasanya pertama kali terpengaruh dengan penyebaran kaudal yang

    progresi! untuk mempengaruhi seluruh tubuh. Di!erensial diagnosisnya

    menakup in!eksi oro!aringeal, reaksi obat distonik, hipokalsemia, keraunan

    striknin dan hysteria. /kibat trauma peri!er dan sedikitnya toksin yang

    dihasilkan, tetanus lokal dijumpai.

    Spasme dan rigiditas terbatas pada area tubuh tertentu. %ortalitas

    sangatlah berkurang. (erkeualian untuk ini adalah tetanus se!alik di mana

    tetanus loal yang berasal dari luka di kepala mempengaruhi sara! ranial=

    paralisis lebih mendominasi gambaran klinisnya dari pada spasme. Tetapi

    progesi ke tetanus generalisata umum terjadi dan moralitasnya tinggi.1

    Tetanus neonatorum menyebabkan lebih dari +; kematian akibat

    tetanus di seluruh dunia, tetapi sangat jarang terjadi di egara"negara maju.eonatus, usia dibawah 1 mingu dengan riwayat singkat berupa muntah,kon*ulsi dan tidak dapat menerima minuman. ejang, meningitis dan sepsismerupakan diagnosis di!erensialnya. Spasme bersi!at generalisata danmortalitasnya tinggi.1

    ygiene umbilial yang buruk merupakan penyebabnya, namun

    kesemuanya dapat diegah dengan *aksinasi maternal, bahkan selama

    kehamilan. Sebelum adanya *entilasi buatan, banyak pasien dengan tetanus

    berat yang meninggal akibat gagal na!as akut. Dengan perkembangan

    perawatan intensi! , menjadi jelas bahwa tetanus yang berat berkaitandengan instabilitasotonomik yang nyata. System sara! simpatetiklah yang

    paling jelas dipengaruhi. Seara klinis, peningkatan tonus simpatik

    menyebabkan takikardia persisten dan hipertensi. Dijumpai *asokonstriksi

    yang tampak jelas, hiperpireksia, keringat berlebihan.

    )adai autonomik terjadi dengan adanya innstabilitas kardio*askuler yang

    tampak nyata. ipertensi berat dan takikardia dapat terjadi bergantian

    dengan hipotensi berat, bradikardia dan henti jantung berulang. (ergantian

    ini lebih merupakan akibat perubahan resistensi *asular sistemik daripada

    perubahan pengisian jantung dan kekuatan jantung. Selama badai6 ini,

    kadar katekolamin plasma menignkat sampai 1+ kali lipat menapai kadar

    yang mirip dengan yang dijumpai pada !eokromositoma.

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    10/30

    orepine!rin lebih terpengaruh daripada epine!rin. iperakti*itas neuronal

    lebih mendominasi daripada hiperakti*itas medulla adrenal. enti jantung

    mendadak kadang"kadang terjadi, tetapi mekanisme yang mendasarinya

    belumlah jelas.

    Di samping sistem kardio*askular, e!ek otonomik yang lain menakup

    sal*asi pro!us dan meningkatnya sekresi bronhial. Stasis gaster, ileus, diare

    dan gagal ginjal urah tinggi #high output renal !ailure$ semua berkaitan

    dengan gangguan otonomik.

    Telah jelas adanya keterlibatan system sara! simpatis. (eranan system

    sara! parasimpatis kurang jelas. Tetanus telah dilaporkan menginduksi lesi

    pada nuleus *agus, di mana pada saat yang bersamaan terpapar toksin

    sehingga menyebabkan akti*itas *agal yang berlebihan. ipotensi,

    bradikardia dan asistol dapat munul akibat meningkatnya tonus dan

    akti*itas *agal.

    omplikasi tetanus yang lain dapat berupa pneumoni aspirasi, !raktur,

    rupture otot, tromboplebitis *ena dalam, emboli paru, ulkus dekubitus dan

    rabdomiolisis.1

    Tetanus Neonatorum.Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanusyang terjadi pada neonates #bayi berusia +"1 bulan$. C. tetani dalam bentukspora masuk ke tubuh melalui luka potongan tali pusat, yaitu tali pusat yangdipotong menggunakan alat yang tidak steril atau perawatan tali pusat yangtidak baik. )ila keadaan memungkinkan, misal luka tersebut menjadianaerob disertai jaringan nekrotis, spora berubah menjadi bentuk *egetati*edan selanjutnya berkembang biak. uman ini tidak in*asi! tetapi bila dindingsel kuman lisis, kuman ini akan melepaskan toksinnya.4

    Tetanus neonatorum biasanya terjadi dalam bentuk generalisata dan

    biasanya !atal apabila tidak diterapi. Tetanus neonatorum terjadi pada anak"

    anak yang dilahirkan dari ibu yang tidak diimunisasi seara adekuat. 8esiko

    in!eksi tergantung pada panjang tali pusat, kebersihan lingkungan dan

    kebersihan saat mengikat dan memotong umbilikus. 2nset biasanya dalam '

    minggu pertama kehidupan. 8igiditas, sulit menelan /S5, iritabilitas dan

    spasme merupakan gambaran khas tetanus neonatorum. Di antara neonatus

    1+

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    11/30

    yang terin!eksi, +; meninggal dan retardasi mental terjadi pada yang

    bertahan hidup.1

    Tetanus Lokal. Tetanus lokal merupakan bentuk yang jarang dimana

    mani!estasi klinisnya terbatas hanya pada otot"otot disekitar luka.

    elemahan otot dapat terjadi akibat peran toksin pada tempat hubungan

    neuromuskuler. &ejala"gejalanya bersi!at ringan dan dapat bertahan sampai

    berbulan"bulan. (rogresi ke tetanus generalisata dapat terjadi. amun

    demikian seara umum prognosisnya baik.1

    Tetanus Sefalik. Tetanus se!alik merupakan bentuk yang jarang dari

    tetanus loal, yang terjadi setelah trauma kepala atau in!eksi telinga. %asa

    inkubasinya 1"' hari. Dijumpai trismus dan dis!ungsi satu atau lebih sara!

    kranial, yang tersering adalah sara! ke :. Dis!agia dan paralisis otot

    ekstraokular dapat terjadi. %ortalitasnya tinggi.1

    Diagnosis

    Dianosis tetanus mutlak didasarkan %ada e(ala klinis 'etanus tidakla- munkin a%aila

    terda%at riwaat serial !askinasi an tela- dierikan se#ara lenka% dan !aksin ulanan an

    sesuai tela- dierikan e#ret luka -endakna dikultur %ada kasus an di#uriai tetanus Namun

    demikian* C. tetani da%at diisolasi dari luka %asien tan%a tetanus serin tidak da%at ditemukan

    dari luka %asien tetanus* kultur an %ositi4 ukan meru%akan ukti a-wa oranisme terseut

    men-asilkan toksin dan meneakan tetanus1

    ekosit munkin meninkat 6emeriksaan #airan sereros%inal menun(ukkan -asil an

    normal 7lektromoram munkin menun(ukkan im%uls unit+unit motorik dan %emendekan atau

    tidak adana inter!al tenan an se#ar normal di(um%ai setela- %otensial aksi 6erua-an non

    s%esi4ik da%at di(um%ai %ada elektrokardioram 7n8im otot munkin meninkat Kadar antitoksi

    serum 9 0*15 /ml diana% %rotekti4 dan %ada kadar ini tetanus tidak munkin ter(adi*

    walau%un ada eera%a kasus an ter(adi %ada kadadar antitoksin an %rotekti41

    Dianosis di4erensialna men#aku% kondisi lokal an da%at meneakan trismus*

    mise%erti ases al!eolar* kera#unan striknin* reaksi oat distonik misalna ter-ada% 4enotiasin

    dan metoklor%ramid; tetanus -i%okalsemik* dan %erua-an+%erua-an metaoli# dan neurolois

    11

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    12/30

    %ada neonatal Kondisi+kondisi lain dika#aukan denan tetanus lemi%uti meninitis/ense4alitis*

    raies dan %roses intraadominal akut karena kekakuan adomen; Meninkatna tonus %ada

    otot sentral wa(a-* le-er* dada* d%unun* dan %erut; an tum%an tindi- denan s%asme

    eneralisata dan tida terliatna tanna dan kaki se#ara kuat menokon dianose tetanus1

    Diagnosis Pembanding

    Meningitis

    Meninitis adala- %eradanan %ada meninia* an mem%unai e(ala+e(ala eru%a

    ertama-na (umla- dan erua-na susunan #airan serero+s%inal C;5 Meninitis ditandai

    denan demam* neri ke%ala* kaku le-er* dan 4oto4oia* dan da%at diseakan ole- akteri dan

    !irus)

    1; Meninitis akterialis* serin di-uunkan denan sindrom se%sis demam* takikardia*

    -i%otensi* atau sok; Di%ererat ole- koaulasi intra!as#ular diseminata* an diinduksi ole-

    se%ti#emia Meninitis iasana ter(adi karena akteremia an diseakan ole- Neisseria

    meningitides, walau%un Streptococcus pneumonia da%at mun#ul %ada oran+oran denan

    %neumonoia %neumokokus lei- serin %ada manula dan %enala-una alko-ol; atau kerusakan

    dura 4raktur tenkorak* se%sis telina* atau %enakit sinus;)

    2; Meninitis !irus ditandai denan neri ke%ala -eat dan tanda+tanda iritasi meninen an

    kuran (elas diandin in4eksi akteri (am2

    'anda+tanda dan e(ala+e(ala meninitis an terkait denan tanda+tanda nons%esi4ik

    disertai denan in4eksi sistemik atau akteremia 'anda+tanda nons%esi4ik adaa- demam*

    anoreksia dan makan (elek* e(ala in4eksi saluran %erna%asan atas* mialia* artralia* takikardia*

    -i%otensi* dan eraai tanda+tadna kulit* se%erti %etekie* %ur%ura* dan ruam ma#ular

    eritematosa Iritasi menineal tam%ak se%erti kaku kuduk* neri %inan* tanda Kernig 4leksi

    sendi %inul ?0o denan neri %ada ekstensi kaki erikutna;* dan tanda Brudzinski 4leksi lutut

    dan %inul an tidak disena(a setela- 4leksi le-er saat telentan;2

    1'

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    13/30

    Ke(an+ke(an setem%at atau meneluru-; karena sereritis* in4ark* atau anuan elektrolit*

    ditemukan %ada 20+30@ %enderita denan meninitis Mereka lei- serin ditemukan %ada

    %enderita denan meninitis H. influenza dan %neumokokus dari%ada mereka denan in4eksi

    meninokokus Ke(an+ke(an an ter(adi %ada saat datan atau dalam -ari %ertama dari

    mulaina iasana tidak erarti %ronostik Ke(an+ke(an an meneta% sesuda- -ari ke+> sakit

    dan mereka an sukar dioati di-uunkan denan %ronosis an (elek2

    Rabies

    8abies merupakan penyakit hewan menular yang disebabkan oleh *irus

    dan dapat menular pada orang. arena itu, rabies dikategorikan sebagai

    penyakit zoonotik. /gen penyebab penyakit ini memiliki daya tarik kuat

    untuk mengin!eksi jaringan sara! yang menyebabkan terjadinya peradangan

    pada otak atau ense!alitis, sehingga berakibat !atal bagi hewan ataupun

    manusia yang tertular.

    8abies manusia adalah in!eksi *irus sistem sara! sentral yang biasanya

    ditularkan oleh kontaminasi luka dengan ludah dari binatang yang gila dan

    sebenarnya 1++; mematikan bila gejala timbul.

    %eskipun tidak semua orang yang digigit oleh anjing penderita rabies

    akan terjangkit rabies, setiap orang digigit oleh anjing penderita rabies harus

    mendapatkan tindakan medi sebagaimana mestinya, karena penyakit ini

    umumnya bersi!at !atal begitu gejala klinik tampak. Di seluruh dunia hanya

    beberapa orang yang sembuh setelah terjangkit rabies. &ejala pada manusia

    dibagi menjadi !ase yakni prodromal, neurologi akut, !urious, paralitik dan

    koma.1+

    %asa inkubasi sangat ber*ariasi antara kurang dari satu minggu sampai

    lebih sari satu tahun. ?mumnya masa inkubasi sekitar 1 bulan. %asa

    inkubasi dipengaruhi oleh kedalaman gigitan dan jarak gigitan dengansusunan sara! pusat. Contoh, gigitan di kepala mempunyai masa inkubasi

    antara 3+"4 hari sedangakan gigitan di daerah tangan 4+" hari. %asa

    inkubasi lebih pendek pada anak"anak karena anak"anak umumnya terkena

    gigitan di daerah kepala dan leher.1+

    13

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    14/30

    (ada !ase prodromal, gejala yang munul umumnya bersi!at ringan dan

    tidak spesifk. &ejala ini meliputi kelemahan umum, kedinginan, demam, dan

    kelelahan. Terkadang, ditemukan pula gejala nyeri tenggorokan, batuk,

    dyspnoea= gangguan system penernaan #anoreksia, dis!agia, nausea,

    muntah, nyeri lambung, diare$ atau gangguan system sara! pusat #nyeri

    kepala, *ertigo, kekhawatiran, aprehensi!, ner*ous$. (ada tahap ini, dapat

    ditemukan rasa nyeri sekali, gatal atau rasa terbakar pada daerah gigitan.1+

    (eriode neurologik akut dimulai dengan tidak ber!ungsinya system sara!.

    )ila yang menonjol hipereksitasi, kasus tersebut disebut !urious rabies.

    /pabila paralisis yang dominan, maka disebut paraliti rabies atau dumb

    rabies. Demam, paraestesia, kekakuan otot, kon*ulsi yang bersi!at loal atau

    umum dan hiperali*asi dapat ditemukan pada kedua bentuk.1+

    (ada masa transisi dari !ase neurologi akut ke !ase koma ditemukan

    periode apneustik ditandai dengan perna!asan epat, tidak teratur dan

    gemetaran, diikuti dengan paralisa umum dan koma. Terjadi perna!asan yang

    tertahan selama beberapa jam atau hari. Sepanjang publikasi ilmiah yang

    ada, hanya 3 kasus rabies yang selamat setelah munul gejala klinik.1+

    Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

    6ada klien tetanus iasana dida%atkan %eninkatan su-u tuu- lei- dari normal 3A+>0oC

    keadaan ini iasana di-uunkan denan %roses in4lamasi dan toksin tetanus an suda-

    menanu %usat %enatur su-u tuu- 6enurunan denut nadi ter(adi er-uunan %enurunan

    %er4usi (arinan otak $%aila disertai %eninkatan 4rekuensi %erna%asan serin er-uunan

    denan %eninkatan la(u metaolisme umum 'ekanan dara- iasana normal11

    Tingkat kesadaran. Kesadaran klien iasana #om%os mentis 6ada keadaan lan(ut tinkat

    kesadaran klien tetanus menalami %enurunan %ada tinkat letari* stu%or dan semikomatosaPemeriksaan saraf kranial. 1; ara4 III* I* dan IDenan alasan an tidak diketa-ui* klien

    tetanus menelu- menalami 4oto4oia atau sensiti!e an erlei-an ter-ada% #a-aa Res%onke(an umum akiat stimulus ransan #a-aa %erlu di%er-atikan11

    2; ara4 Re4leks masseter meninkat Mulut men#u#u se%erti mulut ikan ini adala- e(ala

    k-as dari tetanus; 3; ara4 I dan Kemam%uan menelan kuran aik* kesukaran memuka

    mulut trismus; >; ara4 I Dida%atkan kaku kuduk Keteanan otot ra-an dan le-er

    14

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    15/30

    mendadak; 5; istem motorik Kekuatan otot menurun* kontrol keseim!anan dan koordinasi

    %ada tetanus ta-a% lan(ut menalami %erua-an11

    Gerakan n!olunter. 'idak ditemukan adana tremor* Tic, dan distonia 6ada keadaan tertentu

    klien iasana menalami ke(an umum* terutama %ada anak denan tetanus disertai %eninkatan

    su-u tuu- an tini Ke(an er-uunan sekunder akiat area 4okal kortikal an %eka11

    6emeriksaan %enun(an* iasana terda%at leukositosis rinan* kadan+kadan ter(adi

    %eninkatan 'IK* dan %ada %emeriksaan akteriolois kultur (arinan; di daera- luka ditemukan

    Clostridium tetani.A

    Derajat Keparahan

    Terdapat beberapa system pembagian derajat keparahan #(hillips, Dakar,

    ?dwadia$ yang dilaporkan. System yang dilaporkan oleh /blett merupakansystem yang paling sering dipakai.

    lasifkasi beratnya tetanus oleh /blett=1

    Derajat 1 rin!an)" Trismus ringan sampai sedang, spastisitas

    generalisata, tanpa gangguan pernapasan, tanpa spasme, sedikit atau tanpa

    dis!agia. Derajat # sedan!)"Trismus sedang , rigiditas yang nampak jelas,

    spasme singkat ringan sampai sedang, gangguan pernapasan sedang

    dengan !rekuensi pernapasan lebih dari 3+, dis!agia ringan.1

    "era#at $%erat& ' 'rismus erat* s%asisitas eneraisata* s%asme re4leks erke%an(anan*

    4rekuensi %erna4asan lei- dari >0* seranan a%nea* dis4ais erat* dan takikardia lei- dari 120

    "era#at ( $sangat %erat& ' Dera(at tia denan anuan otonomik erat meliatkan sistem

    kardio!askuler i%ertensi erat dan takikardia ter(adi erselinan denan -i%otensi dan

    radikardia* sala- satuna da%at meneta%1

    Perubahan fisiologi kardiovaskular

    'erda%at relati4 sedikit %enelitian tentan e4ek ttanus %ada sistem kardio!askular uatu

    %rolem adala- a-wa e4ek -emodinamik dari kom%likasi dan tera%i da%at menutu%i e4ek

    sesunu-na dari tetanus itu sendiri1

    $normalitas -emodinamik kuran (elas selama %eriode relaksasi muskuler %enu- teta%i

    %enukuran+%enukuran itu -ana se#ara erta-a% kemali ke nilai normanlna selama masa

    %emuli-an 6emerian #airan seanak 2000 ml meninkatkan tekanan %enisian (antun kiri

    1

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    16/30

    dan indeks (antun* ta%i e4ek ini -ana ersi4at sementara elama Eadai otonomik* denan

    instailitas kardio!askular an (elas* %asien menalami 4luktuasi dari kondisi -i%erstimulasi

    dari -i%ertensi tekanan arterial men#a%ai 220/120 mm; dan takikardia denut (antun 130+

    1?0G/menit; sam%ai kondisi de%resi erat denan -i%otensi men#a%ai

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    17/30

    Mekanismena tidak (elas* ta%i munkin erkaitan denan erkuranna stimulasi

    kaekolamin se#ara mendadak tatau e4ek lansun toksin tetanus ter-ada% miokardium

    6erua-an 4unsi miokardium munkin diseakan %eninkatan kadar katekolamin an

    meneta%* teta%i 4unsi an anormal munkin ter(adi a-kan %ada kondisi tan%a se%sis atau

    kadar katekolamin an tini1

    Perubahan fisiologi respirasi

    Riiditas dan s%asme muskuler dari dindin dada* dia4rama dan adomen meneakan

    adana de4ek restrikti4 $dana s%asme 4arineal dan larneal meru%akan %ertanda adana

    aal na4s dan ostruksi (alan na4a an menan#am (iwa Ketidakma%m%uan %asien untuk

    atuk* akiat riiditas* s%aseme dan sedasi menakiatkan stelektasis dan resiko tini ter(adina

    %neumonia Ketidakmam%uan untuk menelan an erlei-* sekresi ron#-ial an %ro4us*

    s%asme 4arineal* %eninkatan tekanan intraadominal dan stasis aster* semuana meninkatkan

    resiko as%ires ian mumum ter(adi %ada %asien tetanus1

    anuan !entilasi/%er4usi umum ter(adi $kiat -i%oksia meru%aakn keadaan an umum

    di(um%ai %ada tetanus sedan dan erat a-kan %ada keadaan dimana amaran 4oto t-oraG

    ersi- 'ekanan oksien* udara %erna4asan antara 5*3 J )*< k6a umm di(um%ai 6ada %asien an

    dierikan %erna4asan uata* %eninkatan radient $+a ersi4at meneta% 6en-antaran oksien

    dan %enunaanna da%at teranua-kan tan%a %erua-an %atolois %aru tama-an*

    sindroma distress %erna4asan akut munkin ter(adi seaai kom%likasi s%esi4ik tetanus1

    6erua-an !entilasi rinan da%at diseakan ole- %enea an er!ariasi* -i%er!entilasi

    da%at ter(adi karena ketakutan* anuan otonomik* atau %erua-an 4unsi atan otak

    i%orkaria %CI3 >*0+>*) k6a0 umum ter(adi %ada tetanus rinan sam%ai sedan EBadan

    -i%er!entilasi da%at erakiat -i%okaria erat 6CH2 3*3 k6a; 6ada tetanus erat*

    -i%o!entilasi akiat s%asme erke%an(anan dan a%neu ter(adi edasi* kelela-an dan %erua-an

    4unsi atan otak munkin (ua erakiat aal na4as Kemam%uan res%irasi da%at erkuran

    an erakiat ter(adina %eriode a%nea an menan#am (iwa1

    Perubahan fisiologi ginjal

    6ada tetanus rinan* 4unsi in(al tidak teranu* %ada tentaus erat* serin ter(adi

    %enurunan la(u 4iltrasi lomerulus dan anuan 4unsituulus in(al %enea tama-an aal

    in(al a%da tetanus men#aku% de-idrasi* se%sis* radomolisis* dam erua-an dalam aliran dara-

    1:

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    18/30

    ke in(al an ter(adi se#ara sekunder akiat %eninkatan mendadak akadar katekolamin aal

    in(al da%at o4iourik atau %oliurik anuan in(al an %entin se#ara klinis erkaitan

    denanistailitias otonoimk dan amaran -istoloisna normal atau menun(ukkan nekrosis

    tuuler akut1

    Komplikasi

    Kom%likasi tetanus da%at ter(adi akiat %enakitna se%erti larino s%asme* atau seaai

    kosekuensi dari tera%i seder-ana* se%erti sedasi an menara- %ada koma* as%irasi atau a%nea*

    atau konsekuensi dari %erawatan intensi4* se%erti %neumonia erkaitan denan !entilator1

    Penatalaksanaan umum

    6asien -endakna ditem%atkan di ruanan an tenan di IC* di mana oser!asi dan

    %emantauan kardio%ulmoner da%at dilakukan se#ara terus+menerus* sdnakan stimulasi

    siminimalisasi 6erlindunan ter-ada% (alan an4as ersi4at !ital uka -endakna dieks%lorasi*

    diersi-kan se#ar -ati+-ati dan dilakukan deridement se#ara meneluru-1

    etralisasi dari Toksin !ang "ebas

    $ntitoksin menurunkan %rtalitas denan mentetralisasi toksin an eredar di sirkulasi dan

    toksin %ada luka an elum terikat* walau%un toksin an tela- melekat %ada (arinan sara4

    tidak ter%enaru- Immunoloulin tetanus manusi 'I; meru%akan %ili-an utama dan

    -endakna dierikan seeera denan dosis 3000+)000 unit intramus#ular* iasana denan dosis

    terai karena !olumena esar Dosis o%timalna elum diketa-ui* namun demikian eera%a

    %enelitian menun(ukkan a-wa dosis seesar 500 unit sama e4ekti4na denan dosis an lei-

    tini Imunoloulin intra!ena meru%akan alternati!e lain dari%ada 'I ta%i konsentrasi

    antitoksin s%esi4ik dalam 4ormulasi ini elum distandarisasi1

    6alin aik memerikan antitoksin seleum memani%ulasi luka Man4aat memerikan

    antitoksin %ada sisi %roksimal luka atau denan menin4iltrasi luka elumla- (elas dosis

    tama-an tidak di%erlukan karena waktu %aru- antitoksin an %an(an $ntiodi tidak da%at

    menemus sawar dara+otak 6emerian antiodi intratekal masi- %eru%akan eks%erimen

    $ntioksin tetanus kuda tidak tersedia di $merika erikat* ta%i masi- di%erunakan di tem%at lain

    ei- mura- diandin antitoksi manusia* ta%i wkatu %aru-na lei- %endek dan %emerianna

    serin menimulkan -i%ersensiti4itas danserum sickness s)ndrome-.

    1

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    19/30

    Pengendalian rigiditas dan spasme

    Banak oat an tela- di%erunakan seaai oat tunal mau%un kominasi untuk

    menoati s%asme otot %ada tetanus an neri dan da%at menan#am res%irasi karena

    meneakan larinos%asme atau kontraksi se#ara terus+menerus otot+otot %erna4asan Reimen

    an ideal adala- reimen an da%at menekan akti!itas s%asmodi# tan%a meneakan sedasi

    erlei-an dan -i%o!entilasi1

    arus di-indari stimulasi an tidak %erlu* teta%i tera%i utamana adala- sedasi denan

    menunakan en8odia8e%ine Ben8odias8e%in me%erkuat aonisme $B$ denan

    men-amat in-iitor endoen %ada rese%tor $B$ Dia8e%am da%at ierikan melalui rute an

    er!ariasi* mura- dan di%erunakan se#ara luas* ta%i metaolit ker(a %an(anna oksa8e%am dan

    desmetildia8e%am; da%at terakumulasi dan erakiat koma erke%an(anan

    'ela- dila%orkan %enunakan dosis setini 100 m %er (am 6ili-an an lain adala-

    lora8e%am denan durasi aksi an lei- lama dan mida8oloam denan waktu %aru- an lei-

    sinkat Mida8olam tela- di%akai denan akumulasi an lei- rinan eaai sedasi

    tama-an da%at dierikan antikon!ulsan* terutama 4eoariton an lei- (au- mem%erkuat

    akti!itas $B$erik dan 4enot-ia8in* iasana klor%roma8in Bariturat dan klor%romas8in ini

    meru%akan oat lini kedua 6ro8ol tela- di%erunakan seaai sedasi denan %emuli-an an

    #e%at setela- in4use disto%1

    $%aila sedasi sa(a tidak adekuat* %aralisis ters%utik denan aen %emlokade

    neuromuskuler dan !entilasi mekanik tekanan %ositi4 intermitten munkin diutu-kan utnuk

    (anka %an(an Namun demikian da%at ter(adi %aralisis erke%an(anan setela- oat di-entikan

    dan keuu-an %asien akan %aralisis erkesinamunan dan ter(adina kom%likasi -endaknadinilai terus+menerus tia% -ari se#ara tradisional* aen ker(a %an(an* %ankuronium tela-

    di%erunakan1

    Namun demikian* %ankuronium men-amat %enamilan kemali katekolamin dan da%at

    mem%ererat inatailitas otonomik %ada tetanus erat 'erda%at la%oran teratas tentan

    ertama- %ara-na -i%ertensi dan takirardia an erkaitan denan %enunaanna teta%i

    Dan#e mela%orkan tidak terda%at %eredaan dalam -al kom%likasi %ada mereka an ditera%i

    pankuronium apabila dibandingkan dengan obat penghambat neuromusular

    yang lain. Eekuronium bebas dari e!ek samping kardio*askular dan

    pelepasan histamine tetapi seara relati*e bersi!at kerja singkat.

    1

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    20/30

    Telah dilaporkan penggunaan in!use atrakurium pada tetanus selama :1

    hari. (ada pasien ini, dengan !ungsi ginjal dan li*er yang nomal, tidak

    terdapat akumulasi ladanosin, metabolit epileptogenik dari atrakurium. 2bat"

    obatan kerja panjang dipilih karena pengunaanya mungkin dengan ara

    bolus intermiten daripada pemberian in!use. (enggunaan jangka panjang

    obat pemblokade neuromusular aminosteroid jangka panjang #*ekuronium,

    pankuronium, rekuronium$ terutama melalui in!use berkaitan dengan

    neuropati dan miopati, namun belum pernah ditemukan pada penderita

    tetanus.

    Di antara obat"obat baru, pipekuronium dan rokuronium merupakan obat

    kerja panjang yang bersih6 tapi mahal. (enggunaan dantrolen untukmengontrol spasme dalam yang re!rakter telah dilaporkan dalam suatu

    kasus. 2bat"obat penghambat neuromusular tidak perlu digunakan setelah

    pemberian dantrolen, spasme paroksimal berhenti dan kondisi pasien

    membaik.1

    Penatalaksanaan Respirasi

    5ntubasi atau trakeostomi dengan atau tanpa *entilasi mekanik mungkin

    dibutuhkan pada hipo*entilasi yang berkaitan dengan sedasi berlebihan ataularingospasme atau untuk menghindari spirasi oleh pasien dengan trismus,

    gangguan menelan atau dis!agia. ebutuhan akan prosedur ini harus

    diantisipasi dan diterapkan seara elekti! dan seara dini.1

    Pengendalian disfungsi otonomik)anyak pendekatan yang berbeda dalam terapi dis!ungsi otonomik yang

    telah dilaporkan. Sebagian besar dipresentasikan sebagai laporan kasus

    pada sejumlah keil kasus. (enelitian terkontrol dan komparati! masih

    jarang.Sampai sejauh ini terapi optimal untuk o*erakti*itas simpatis belum

    ditetapkan. metode non !armakologis untuk menegah instabilitas otonomik

    didasarkan pada pemberian airan BFhari.1

    Sedasi merupakan terapi pertama. )en-odia-epine, /ntikon*ulsan danterutama mor*in sering digunakan. %orfn terutama berman!aat karenastabilitas kardio*askuler dapat terjadi tanpa gangguan jantung. Dosisnya

    '+

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    21/30

    ber*ariasi atara '+"1+ mg per hari. %ekanisme aksi yang dipertimbangkanadalah penggantuian opioid endogen, pengurangan aktiftas re>eG simpatisdan pelepasan histamine. Henothia-in, terutama klorproma-in merupakansedati*e yang berguna, antikolinergik dan antagonis a adrenergi dapatberperan dalam stabilitas kardio*askular.

    (ada awalnya, obat"obatan pemblokade adrenergi I, seperti propanololdipergunakan untuk mengontrol hipertensi dan takikardia, namun hipotensi,

    edema paru berat dan kematian mendadak terjadi. Babetolol, yang bere!ek

    kombinasi J dan I adrenergi digunakan, tapi hasilnya tidak jauh berbeda

    #mungkin karena kti*itas bllokade J"nya kalah jauh dibandingkan dengan I$

    dan mortalitasnya tetap tinggi. Sekarang, obat kerja singkat seperti esmolol

    ber!ungsi sangat baik untuk hipertensi berat, meskipun kadar katekolamin

    arterial tetap tinggi.

    ematian mendadak akibat henti jantung merupakan karakteristik dari

    tetanus berat. (enyebabnya masih belum jelas, tapi penjelasan yang dapat

    diperaya menakup mendadak hilangnya pauan simpatis, kerusakan

    jantung yang diinduksi oleh katekolamin, dan meningkatnya tonus

    parasimpatik. )lokade beta yang menetap dapat memiu penyebab"

    penyebab henti jantung ini karena akti*itas inotropik negati*e atau akti*itas

    *asokonstriksi tanpa hambatan yang menyebabkan gagal jantung akut.

    2bat"obatan pemblokade adrenergi J seperti nethanidin, guanetidin, dan

    !entolamin telah sukses dipergunakan bersama propanolol bersama obat"

    obatan lain seperti trimeta!an, !enoksiben-amin, dan reserpin. erugian

    penggunaan kelompok obat ini adalah hipotensi yang terinduksi sulit

    teratasi, takiflaksis terjadi, dan lepas obat bisa menyebabkan hipertensi. 1

    Telah dilaporkan keberhasilan penatalaksanaan gangguan otonomik

    dengan menggunakan atropine 5E dosis menapai 1++ mg per jam yang

    digunakan pada 4 pasien. Tapi dikuatirkan dengan dosis yang tinggi itu, tida

    hanya berakibat blokade muskarinik, tapi juga nikotinik, sedasi sentral dan

    blokade neuromusular. )lokade system sara! parasimpatis dilaporkan

    menurunkan sekresi dan keringat.1

    (emberian magnesium sul!at parenteral dan anesthesia spinal atauepidural telah diterapkan, namun pemberian dan monitornya sulit.

    '1

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    22/30

    )upi*akain epidural dan spinal telah dipergunakan untuk mengurangiinstabilitas kardio*askuler. amun demikian in!us katekolamin diperlukanuntuk mempertahankan tekanan arterial yang adekuat.

    %agnesium sul!at telah dipergunakan untuk baik pada pasien yang

    terpasang *entilator maupun tidak untuk mengontrol spasme. %agnesium

    sul!at merupakan pemblokade neuromuskuler pre"sinaptik, yang

    memblokade pelepasan katekolamin dari sara! dan medulla adrenal,

    mengurangi responsi*itas reseptor terhadap katekolamin yang terlepas, dan

    merupakan antikon*ulsan sekaligus *asodilator.

    %agnesium merupakan antagonis kalsium di miokardium dan pada

    hubungan neuromuskuler dan menghambat perlepasan hormone paratiroid

    sehingga mengakibatkan penurunan kadar kalsium serum. (ada keadaan

    o*erdosis, dapat menyebabkan paralisis dan kelemahan dengn sedasi

    sentral, walaupun sedasi sentral masih konro*ersial. ipotensi dan

    bradiaritmia #denyut jantung dibawah normal$. 2leh karena itu, sangat

    penting untuk dapat menjaga kadar magnesium dalam rentang terapi.

    )eberapa maam obat potensial untuk dipergunakan pada masa yang

    akan datang. atrium Ealproat yang ber!ungsi menghambat katabolisme

    &/)/. (ada penelitian klinis dari hewan, atrium Ealproat menghambat e!ek

    klinis dari toksin tetanus. /CA inhibitor mungkin membantu menghambatsintesis angiotensin 55, yang meningkatkan sintesis norepine!rin dan

    perlepasannya dai ujung syara!.1

    Penatalaksanaan intensif suportifTurunnya berat badan umum terjadi pada tetanus. Hator yang ikut

    menjadi penyebabnya menakup ketidakmampuan untuk menelan,

    meningkatnya laju metabolisme akibat pireksia #demam$ dan akti*itas

    musular dan masa kritis yang berkepanjangan. 2leh karena itu, nutrisi

    harus diberikan seawal mungkin. utrisi enteral berkaitan engan insidensi

    komplikasi yang rendah dan lebih murah daripada nutrisi parenteral.

    &astrostomi perkutaneus dapat menghindari komplikasi berkaitan dengan

    pemberian makanan elalui tube nasogastrik, dan mudah sekali dilakukan di

    5C? di bawah sedasi.1

    ''

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    23/30

    omplikasi in!eksi akibat masa kritis berkepanjangan menakup

    pneumonia berkaitan dengan *entilator umum terjadi pada tetanus.

    %elindungi jalan na!as pada tahap awal penyakit dan menegah aspirasi dan

    sepsis merupakan langkah logis untuk mengurangi resiko ini. (enegahan

    komplikasi respirasi menakup perawatan mulut seara ermat, fsioterapi

    dada, dan penghisapan traheal seara teratur karena sal*ias dan ekskresi

    bronhial sangat meningkat. Sedasi yang adekuat penting sebelum

    melakukan inter*ensi pada pasien dengan resiko spasme tidak terkontrol dan

    gangguan otonomik an keseimbangan antara fsioterapi dan sedasi mungkin

    sulit diapai. (emberian airan juga harus adekuat. (emberian heparin atau

    antikoagulan lainnya juga penting untuk menegah emboli paru.1

    $enatalaksanaan lain, meliputi hidrasim untuk mengontrol kehilanganairan yang tak nampak dan kehilangan airan yang lain, yang mungkinsignifkan= keukupan kebutuhan gi-i yang meningkat dengan pemberianenteral maupun parenteral= fsioterapi untuk menegah kontraktur= danpemberian heparin dan antikoagulan yang lain untuk menegah emboli paru.Hungsi ginjal, kandung kemih dan gastrointestinal harus selalu dimonitor.(endarahan gastrointestinal dan ulkus dekubitus harus diegah dan in!eksisekunder harus diatasi. (entingnya bantuan psikologis juga tidak dapatdiabaikan.

    %aksinasi. (asien yang sembuh dari tetanus hendkanya seara akti!

    diimunisasi karena imunitas tidak diinduksi oleh toksin dalam jumlah keilyang menyebabkan tetanus.1

    Obat-obat yang lazim digunakan penderita Tetanus

    1$ Diazepam. Dipergunakan sebagai terapi spasme tetanik dan kejang

    tetanik. %endepresi semua tingkatan system sara! pust, termasuk

    bentukan limbi dan retiular, mungkin dengan meningkatkan akti*itas

    &/)/, suatu neurotransmitter inhibitori utama.1

    Dosis dewasa

    Spasme ringanK "1+ mg oral tiap 4"< jam bila perlu

    Spasme sedangK "1+ mg 5E apabila perlu

    Spasme beratK +"1++ mg dalam ++ ml D, diin!uskan 4+ mg per jam

    '3

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    24/30

    Dosis pediatrik K spasme ringan +,1"+, mgFkg ))Lhari dalam dosis

    terbagi 3"4 kali sehari. Sedangkan spasme sedang sampai berat +,1"

    +,3 mgFkgFhari 5E tiap 4" jam

    ontraindikasi K hipersensiti*itas, glauoma sudut sempit

    5nteraksi K toksisitas ben-odia-epine pada system sara! pusatmeningkat apabila dipergunakan bersamaan dengan alohol,

    !enothia-ine, barbiturat= isapride dapat meningkatkan kadar dia-epam

    seara bermakna

    ehamilan K tidak aman pada kehamilan #kriteria D$

    (erhatian K hati"hati pada pasien yang mendapatkan depresan system

    sara! pusat yang lain, pasien dengan kadar albumin rendah atau gagal

    hati karena toksisitas dia-epam dapat meningkat.1

    '$ &eno'ar'ital. Dosis obat harus demikian rendah sehingga tidakmenyebabkan depresi pernapasan. @ika pasien terpasang *entilator, dosis

    yang lebih tinggi diperlukan untuk mendapatkan e!ek sedasi yang

    diinginkan.

    Dosis dewasa K 1 mgFkg 5% tiap 4"< jam, tidak melebihi 4++ mgFhari

    Dosis pediatri K mgFkg 5EF5% dosis terbagi 3"4 kaliFhari

    ontraindikasi K hipersensiti*itas, gangguan !ungsi hati, penyakit paru"

    paru berat, dan pasien ne!ritis

    5nteraksi K dapat menurunkan e!ek klorn!enikol, digitosin, kortikosteroid,

    karbama-epin, teoflin, *erapamil, metronida-ol, dan antikoagulan

    #pasien yang mendapatkan antikoagulan harus ada penyesuaian dosis$.

    (emberian bersama alohol dapat menyebabkan e!ek aditi! ke SS( dan

    kematian. loram!enikol dan asam *alproat dapat menyebabkan

    meningkatnya toksisitas !enobarbital. 8i!amyin dapat menurunkan e!ek

    !enobarbital= induksi en-im mikrosomal dapat menurunkan e!ek

    kontrasepsi oral pada wanita.

    ehamilan K riteria D (erhatian K monitor !ungsi ginjal, hati, dan system hematopoitik dalam

    penggunaan jangka panjang. ati"hati pada D%, miastenia gra*is,

    miksedema, anemia berat1

    3$ (aklofen. %erupakan relaksan otot kerja sntral tlah dipergunakan seara

    eGperimental untukk melepaskan pasien dari *entilator dn untuk

    '4

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    25/30

    mnghentikan in!use dia-epam. )alko!n intratekal eG monosimpatik dan polisinaptik pada tingkat spinal.

    eseluruhan dosis baklo!en dapat diberikan sbagai bolus injeksi. Dosis

    dapat diulang setelah 1' jam atau lbah jika spam paroksimal kembali

    terjadi.

    Dosis dewasa K 1++ mg 5T= pada usia M tahunK ++ mg 5T

    Dosis pediatri K ++ mg 5T

    ontraindikasi K hipersensiti*itas

    5nteraksi K analgesi opiate, ben-odia-epine, alohol, TC/s, guanabens,%/25, klindasimin, dan obat anti hipertensi dapat meningkatkan e!ek

    )aklo!en

    ehamilan K keamanannya belum diketahui #kriteria $

    (erhatian K hati"hati pada penderita disre>eksia otonomik1

    4$ Dantrolen. Dantrolen menstimulasi relaksasi otot dengan memodulasi

    konstraksi otot. )elum disetujui oleh HD/ tapi sudah digunakan dalam

    sebagian keil kasus.

    Dosis dewasa K 1 mgFkg 5E selama 3 jam, diulang 4"< jam apabila perlu

    Dosis pediatri K +, mgFkgFhari 5E dua kali sehari pada permulaan, dapat

    ditingkatkan sampai 4 kali sehari, dengan tidak melebihi 1++ mg 4 hari

    sekali

    ontraindikasi K hipersnsiti*itas, penyakit hati seperti hepatitis atau

    sirosis

    5nteraksi K toksisitas meningkat apabila diberikan bersama klofbrat dan

    war!arin. (emberian bersama dengan estrogen dapat meningkatkan

    hpatoksisitas pada wanita diatas 3 tahun ehamilan K kriteria C

    (erhatian K dapat menyebabkan hepatoksisitas= hati"hati pada gangguan

    !ungsui paru dan insufensi kardiak berat, dapat menyebabkan

    !otosnsiti*itas pada matahari.1

    '

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    26/30

    $ $enisilin G. )erperan dengan mengganggu pembentukan polipeptida

    dindinng otot slama multiplikasi akti!, menghasilkan akti*itas bakterisidal

    terhadap mikroorganisme yang rentan. Diperlukan terapi selama 1+"14

    hari. Dosis besar peniillin 5E dapat menyebabkan anemia hemolitik, dan

    neuro toksisitas. enti jantung telah dilaporkan pada pasien yang

    mndapatkan dosis massi! penisilin &.

    Dosis dewasa K 1+"'4 juta unitFhari 5E terbagi dalam 4 dosis

    Dosis pediatri K 1++.+++ N '+.+++ unitFkgFhari 5E terbagi dalam dosis 4

    kali sehari

    ontraindikasi K hipersensiti*itas

    ehamilan K kriteria ) #ukup aman$

    (erhatian K hati"hati pada gangguan !ungsi ginjal1

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    27/30

    Dosis pediatri K tidak direkomendasikan pada anak umur dibawah

    tahun. (ada anak dngan berat dibawah kg 4,4 mgFkgForalF5E dosis

    terbagi. (ada anak yang beratnya diatas 4 kg sama dengan dosis

    dewasa.

    ontraindikasi K hipersensiti*itas, dis!ungsi hati berat 5nteraksi K bioa*ailabilitas menurun dengan antasida yang mengandung

    alumunium, kalsium, besi, atau subsalisilat bismuth, tetrasiklin dapat

    meningkatkan e!ek hipoprotombogenik dari antikoagulan.

    ehamilan K kriteria D

    (erhatian K !otosensiti*itas dapat terjadi pada paparan jangka lama

    terhadap sinar matahari, dosis hendaknya dikurangi pada gangguan

    ginjal, perlu dipertimbangkan untuk mmriksa kadar obat dalam serum

    untuk pemakaian jangka panjang. (enggunaan pada masa pembentukan

    gigi dapat mengubah warna gigi seara permanen.1

    $ %ekuronium. %erupakan agen pemblokade neuromusular prototipik yng

    menyebabkan trjadinya paralisis muskuler. )ayi bersi!at lebih bersi!at

    sensiti*e pada akti*itas blokade neuromusular, sehingga pada dosis

    yang sama, pmulihan terjadi lebih lambat pada +; kasus. Tidak

    direkomendasikan pada neonatus.

    Dosis dewasa K 1 mgFkg 5E, dapat dikurngi menjadi +,+ mgFkg apabila

    sudah diterapi dengan suksinilkolin.

    Dosis pediatri K 1 mgFkgFdosis diikuti dengan dosis pemeliharaan +,1

    mgFkg tiap 1 jam pada anak umur diatas 1+ tahun sama saja dengan

    orang dewasa.

    ontraindikasi K hipersensiti*itas, miastenia gra*is, dan sindrom yang

    berkaitan.

    5nteraksi K e!eknya menjadi lebih lama jika digunakan bersamaan

    dengan anestesi inhalasi. &agal hati, gagal ginjal dan pengunaan stroid

    dapat menyebabkan blokade berkepanjangan meskipun obatnya telahdistop

    ehamilan Kkriteria C

    (erhatian K pada penderita miastenia gra*is atau sindroma miastenik,

    dosis keil dapat memberikan e!ek yang kuat.1

    ':

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    28/30

    Terapi

    tratei tera%i meliatkan tia %rinsi% %enatalaksanaan : oranisme an terada%t dalam

    tuu- -endakna d-an#urkan untuk men#ea- %ele%asan toksi lei- lan(ut= toksi an terda%at

    dalam tuu-* di luar sistem sara4 %usat -endakna di netralisasi= dan e4ek dari toksin an tela-terikat %ada sistem sara4 %usat diminimisasi1

    Prognosis

    (enerapan metode untuk monitoring dan oksigentasi suporti! telah seara

    nyata memperbaiki prognosis tetanus. Tetanus yang berat umumnya

    mmbutuhkan perawatan 5C? sampai 3" minggu, pasien mungkin

    membutuhkan bantuan *entilasi jangka panjang. Tonus yang meningkat dan

    spasme minor dapat terjadi hingga berbulan"bulan, namun pemulihandiharapkan sempurna, kembali ke !ungsi normalnya. Sering juga ditemui

    menetapnya problem fsik dan psikologis.1

    Penegahan

    *munisasi aktif

    5munisasi dengan tetanus toksoid merupakan tindakan penegahan paling

    e!ekti! dalam praktek. 0alaupun demikian, tetanus dapat terjadi pda indi*idu

    yang telah diimunisasi, diperkirakan menapai 4 dari 1++ juta indi*iduimunokompeten. %ekanisme terjadi gagalnya imunisasi belum jelas.

    )eberapa teori menakup beban toksin yang melebihi kemampuan

    pertahanan imunitas pasien, *ariabilitas antigeni antara toksin dan toksoid

    serta supresi selekti! dari respon imun. Semua indi*idu dwasa yang imun

    seara parsial atau tidak sama skali hendaknya mendapat *aksin tetanus.

    Serial *aksinasi untuk dewasa teriri atas tiga dosisK dosis pertama dan kedua

    diberikan dengan jarak 4" minggu dan dosis ketiga diberikan "1' bulan

    stelah dosis pertama. Dosis ulangan dapat diberikan setiap 1+ tahun sekali,

    namun pmbrian *aksin lebih dari kali tidak diperlukan.1

    $enatalaksanaan Luka(enatalaksanaan luka yang baik membutuhkan pertimbangan akan

    perlunya K 1$ 5munisasi pasi! dengan T5& dan '$ 5muniasis akti! dengan

    '

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    29/30

    *askin, terutama Td untuk indi*idu usia di atas : tahun. dosis T5& sebagai

    imunisasi pasi! pada indi*idu dengan luka derajat sedang adalah '+ unit

    intramuskuler yang menghasilkan kadar antibodi serum protektid paling

    sedikit 4 sampai minggu= dosis yang tepat untuk T/T, suatu produk yang

    berasal dari kuda adalah 3+++ sampai

  • 7/18/2019 PBL Blok 12 Tetanus

    30/30

    dia-epam, !enobarbita, baklo!en, dantrolen* penisilin &, metronida-ol.

    Doksisilin* !ekuronium. Selain itu dapat juga diterapi. (rognosis tetanus, yaitu

    tonus yang meningkat dran spasme minor dapat terjadi hingga berbulan"

    bulan, namun pemulihan diharapkan sempurna.

    Daftar Pustaka

    1 Ismanoe Ilmu %enakit dalam 'etanus &ilid ke 3 7disi ke 5 &akarta : Interna 6ulis-in*

    200?

    2.Be-rman* Klieman* $r!in Ilmu kese-atan anak 7disi ke 15 olume ke 2 &akarta : 7C*

    2000

    3. Ca-ono &BB* usi R$* erawati* itorus R* tami RCB* Dameria K aksinasi* #ara

    am%u- #ea- %enakit in4eksi Loakarta : 6enerit Kanisius* 2010

    >.urasmi $* andaani * Kusuma N 6erawatan ai resiko tini &akarta : 7C* 2003

    5 6ear#e 7C $natomi dan 4isioloi untuk %aramedis &akarta : 7C* 200?

    ) Da!e 6 $t a lan#e medi#ine Cetakan A &akarta : 6enerit 7rlana* 2011