osoca organofosfat
DESCRIPTION
ggwpTRANSCRIPT
KERACUNAN INSEKTISIDA FOSFAT ORGANIK (IFO)
Nama lain IFO :
-Insektisida organo fosfat atau
-Insektisida cholinesterase inhibitor.
IFO merupakan insektisida poten yang paling banyak digunakan dalam pertanian dengan
toksisitas tinggi
Etiologi
IFO dibagi dua macam: IFO murni & gol. Carbamate.
Beberapa contoh IFO murni : Malathion, Diazinon, Basudin, Paraoxon, Phosdrin, Raid,
Systox, dll.
Contoh gol.carbamate: Baygon
Struktur umum organofosfat
Mekanisme Aksi
Organofosfat mempunyai aksi sebagaei inhibitor enzim kholinesterase. Kholinesterase adalah
enzim yang berfungsi agar asetilkholin terhidrolisis menjadi asetat dan kholin. Organofosfat
mampu berikatan dengan sisi aktif dari enzim ini sehingga kerja enzim ini terhambat. Akibatnya
jumlah asetilkholin dalam sipnasis meningkat sehingga menimbulkan stimulasi reseptor possinap
yang persisten.
Asetilkholin terdapat di seluruh sistem saraf, terutama sekali asetilkholin berperan penting pada
sistem saraf autonom. Senyawa ini berperan sebagai neurotransmiter pada ganglia sistem saraf
simpatik dan parasimpatik, yang mana senyawa ini berikatan dengan reseptor nikotinik. Inhibisi
kholinesterase pada ganglia sistem saraf simpatik dapat menimbulkan midriasis, takikardi, dan
hipertensi. Sedangkan, penghambatan kholinesterase pada ganglia sistem saraf parasimpatik
menimbulkan efek miosis, bradikardi, dan salivasi.
Asetilkholin juga merupakan neurotransmitter posganglionik pada saraf parasimpatik yang
secara langsung mempengaruhi jantung, bermacam-macam kelenjar, otot polos bronchial. Tidak
seperti reseptor pada ganglia, reseptor pada organ ini adalah reseptor muskarinink.
Mekanisme Toksisitas Organosphosfat
Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida lainnya dan sering
menyebabkan keracunan pada orang. Termakan hanya dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan
kematian, tetapi diperlukan lebih dari beberapa mg untuk dapat menyebabkan kematian pada orang
dewasa. Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase dalam
sel darah merah dan pada sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal menghidrolisis asetylcholin menjadi
asetat dan kholin. Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah asetylkholin meningkat dan
berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat dan perifer. Hal tersebut
menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh bagian tubuh.
Acetylcholine Receptors
Penghambatan kerja enzim terjadi karena organofosfat melakukan fosforilasi enzim tersebut dalam
bentuk komponen yang stabil.
Tabel Nilai LD50 Insektisida Organofosfat
c. Gejala Keracunan
Gejala keracunan organofosfat sangat bervariasi. Setiap gejala yang timbul sangat bergantung pada
adanya stimilasi asetilkholin persisten atau depresi yang diikuti oleh stimulasi.saraf pusat maupun perifer.
Tabel. Efek muskarinik, nikotinik dan saraf pusat pada toksisitas organofosfat
Efek Gejala
1. Muskarinik Salivasi, lacrimasi, urinasi dan diaree (SLUD)
Kejang perut
Nausea dan vomitus
Bradicardia
Miosis
Berkeringat
2. nikotinik Pegal-pegal, lemah
Tremor
Paralysis
Dyspnea
Tachicardia
3. sistem saraf pusat Bingung, gelisah, insomnia, neurosis
Sakit kepala
Emosi tidak stabil
Bicara terbata-bata
Kelemahan umum
Convulsi
Depresi respirasi dan gangguan jantung
Koma
Gejala awal seperti SLUD terjadi pada keracunan organofosfat secara akut karena terjadinya stimulasi
reseptor muskarinik sehingga kandungan asetil kholin dalam darah meningkat pada mata dan otot polos.
Penatalaksanaan Penanganan Kasus Keracunan Organofosfat
Seperti bahan kimia beracun lainnya, organofosfat dapat meracuni orang dengan beberapa cara: melalui
kulit dan mata, melalui mulut (dengan menelan), atau melalui udara (dengan bernapas). Setiap kasus
keracunan, tindakan yang diambil untuk orang yang terpapar berbeda tergantung cara pemaparan.
a) Bila kulit terkena organofosfat
Kebanyakan keracunan organofosfat terjadi akibat terserapnya organofosfat melalui kulit. Hal ini terjadi
ketika organofosfat dituang dan tumpah, atau terciprat ketika campuran organofosfat diaduk sebelum
disemprotkan, atau ketika Anda menyentuh tanaman yang baru saja disemprot. Organofosfat juga dapat
menyentuh kulit melalui pakaian atau ketika Anda mencuci pakaian yang terkena organofosfat.
Kulit yang ruam dan iritasi adalah gejala awal terjadinya keracunan melalui kulit. Mengingat bahwa
gejala kulit tersebut bisa terjadi karena hal-hal lain, seperti reaksi terhadap tanaman tertentu, gigitan
serangga, infeksi, atau alergi, maka sulit untuk mengetahui apakah gejala yang timbul ini akibat
organofosfat atau reaksi terhadap hal lain.
Bicarakanlah dengan pekerja lainnya untuk mengetahui apakah mereka mengalami reaksi yang serupa
saat bekerja dengan tanaman pangan yang sama. Jika Anda bekerja dengan organofosfat dan mengalami
ruam kulit, lebih baik segera ditangani seolah-olah gejala tersebut disebabkan oleh organofosfat.
Perawatan
Jika tubuh Anda atau orang lain terkena organofosfat: Organofosfat dapat melekat di kulit,
rambut dan pakaian walaupun Anda tidak dapat melihat atau menciumnya.
Cucilah dengan sabun setiap kali selesai menggunakan organofosfat.
Cepat ganti pakaian yang terkena percikan organofosfat.
Segera cuci bagian tubuh yang terkena organofosfat dengan sabun dan air dingin.
Jika organofosfat masuk ke mata, cucilah mata dengan air bersih selama 15 menit.
Jika kulit Anda melepuh akibat organofosfat:
Bersihkan dengan air dingin.
Jangan lepaskan apa pun yang menempel di luka tersebut.
Jangan oleskan salep, minyak, atau mentega.
Jangan pecahkan kulit yang melepuh.Jangan lepaskan kulit yang terkelupas.
Tutup kulit yang melepuh dengan kasa steril, jika ada.
Jika rasa sakit tidak hilang, segera cari bantuan pengobatan! Bawalah wadah organofosfat atau
informasi nama organofosfat yang digunakan. Hal ini perlu untuk memberikan pengobatan yang
tepat.
b) Bila organofosfat tertelan
Organofosfat dapat tertelan jika seseorang makan, minum, atau merokok di kebun sambil bekerja dengan
organofosfat, atau meminum air yang sudah terkontaminasi oleh organofosfat. Anak-anak dapat memakan
atau meminum organofosfat terutama jika organofosfat disimpan dalam wadah yang juga digunakan
untuk menyimpan makanan, atau dibiarkan di tempat terbuka atau di tempat yang rendah, mudah
terjangkau oleh anak-anak.
Perawatan
Untuk mengatasi keracunan karena toksikan, tindakan yang perlu dilakukan adalah stabilisasi
pasien, dekontaminasi, dan pemberian antidotum.
1. Stabilisasi Pasien
Pemeriksaan saluran nafas, pernafasan, dan sirkulasi merupakan evaluasi primer yang harus
dilakukan serta diikuti evaluasi terhadap tanda dan symptom toksisitas kolinergik yang dialami
pasien. Dukungan terhadap saluran pernafasan dan intubasi endotrakeal harus dipertimbangkan
bagi pasien yang mengalami perubahan status mental dan kelemahan neuromuskular sejak
antidotum tidak memberikan efek. Pasien harus menerima pengobatan secara intravena dan
monitoring jantung. Hipotensi yang terjadi harus diberikan normal salin secara intravena dan
oksigen harus diberikan untuk mengatasi hipoksia. Terapi suportif ini harus diberikan secara
paralel dengan pemberian antidotum.
2. Dekontaminasi
Dekontaminasi harus segera dilakukan pada pasien yang mengalami keracunan. Baju pasien
harus segera dilepas dan badan pasien harrus segera dibersihkan dengan sabun. Proses
pembersihan ini harus dilakukan pada ruangan yang mempunyai ventilasi yang baik untuk
menghindari kontaminasi sekunder dari udara.
Pelepasan pakaian dan dekontaminasi dermal mampu mengurangi toksikan yang terpapar secara
inhalasi atau dermal, namun tidak bisa digunakan untuk dekontaminasi toksikan yang masuk
dalam saluran pencernaan. Dekontaminasi pada saluran cerna harus dilakukan setelah kondisi
pasien stabil. Dekontaminasi saluran cerna dapat melalui pengosongan orogastrik atau
nasogastrik, jika toksikan diharapkan masih berada di lambung. Pengosongan lambung kurang
efektif jika organofosfat dalam bentuk cairan karena absorbsinya yang cepat dan bagi pasien
yang mengalami muntah.
Arang aktif 1g/kg BB harus diberikan secara rutin untuk menyerap toksikan yang masih tersisa
di saluran cerna. Arang aktif harus diberikan setelah pasien mengalami pengosongan lambung.
Muntah yang dialami pasien perlu dikontrol untuk menghindari aspirasi arang aktif karena dapat
berhubungan dengan pneumonitis dan gangguan paru kronik.
3. Pemberian Antidotum
a) Agen Antimuskarinik
Agen antimuskarinik seperti atropine, ipratopium, glikopirolat, dan skopolamin biasa digunakan
mengobati efek muskarinik karena keracunan organofosfat. Salah satu yang sering digunakan
adalah Atropin karena memiliki riwayat penggunaan paling luas. Atropin melawan tiga efek
yang ditimbulkan karena keracunan organofosfat pada reseptor muskarinik, yaitu bradikardi,
bronkospasme, dan bronkorea.
Pada orang dewasa, dosis awalnya 1-2 mg yang digandakan setiap 2-3 menit sampai
teratropinisasi. Untuk anak-anak dosis awalnya 0,02mg yang digandakan setiap 2-3 menit
sampai teratropinisasi. Tidak ada kontraindikasi penanganan keracunan organofosfat dengan
Atropin.
b) Oxime
Oxime adalah salah satu agen farmakologi yang biasa digunakan untuk melawan efek
neuromuskular pada keracunan organofosfat. Terapi ini diperlukan karena Atropine tidak
berpengaruh pada efek nikotinik yang ditimbulkan oleh organofosfat. Oxime dapat mereaktivasi
enzim kholinesterase dengan membuang fosforil organofosfat dari sisi aktif enzim.
Pralidoxime adalah satu-satunya oxime yang tersedia. Pada regimen dosis tinggi (2 g iv load
diikuti 1g/jam selam 48 jam), Pralidoxime dapat mengurangi penggunaan Atropine total dan
mengurangi jumlah penggunaan ventilator. Dosis yang direkomendasikan WHO, minimal
30mg/kg iv bolus diikuti >8mg/kg/jam dengan infus.
Efek samping yang dapat ditimbulkan karena pemakaian Pralidoxime meliputi dizziness,
pandangan kabur, pusing, drowsiness, nausea, takikardi, peningkatan tekanan darah,
hiperventilasi, penurunan fungsi renal, dan nyeri pada tempat injeksi. Efek samping tersebut
jarang terjadi dan tidak ada kontraindikasi pada penggunaan Pralidoxime sebagai antidotum
keracunan organofosfat.
Jika seseorang menelan organofosfat dan tidak mengalami sakit perut hebat, mereka dapat minum
sorbitol atau magnesium hidroksida (campuran air dengan magnesium hidroksida yang menghasilkan
cairan berwarna putih susu). Obat ini akan menyebabkan diare yang mengeluarkan racun dari dalam
tubuh.
Kapan menggunakan atropin
Atropin adalah obat untuk mengatasi keracunan dari jenis organofosfat tertentu yang disebut
organofosfat dan karbamat. Jika label pada kemasan menyatakan agar menggunakan atropin, atau jika
dikatakan bahwa organofosfat itu merupakan “cholinesterase inhibitor” (suatu bahan kimia yang
menghentikan proses ensim kholinesterase), gunakan atropin sesuai petunjuk. Jika label tidak
menganjurkan penggunaan atropin, jangan gunakan.
Atropin hanya digunakan untuk keracunan organofosfat atau karbamat. Atropin TIDAK dapat mencegah
keracunan tetapi hanya menunda dampak keracunan. Atropin sebaiknya tidak digunakan sebelum
penyemprotan.
PENTING: Jangan memberikan obat-obat ini untuk masalah keracunan organofosfat: obat tidur (sedatif),
morfin, barbiturat, phenothiazine, aminophylline, atau obat lain yang memperlambat atau mempersulit
pernapasan karena akan membuat orang tersebut berhenti bernapas.
c) Bila Organofosfat Terhirup
Bila organofosfat dilepas ke udara, kita menghirupnya melalui hidung dan mulut. Begitu masuk ke paru-
paru, dengan cepat organofosfat masuk ke dalam darah dan menyebar racun ke seluruh tubuh.
Beberapa organofosfat tidak berbau sehingga sulit diketahui keberadaannya di udara. Umumnya bentuk
organofosfat yang menyebar di udara adalah fumigan (pengasap), aerosol, pengabut, bom asap, pest
strips (organofosfat yang dilekat pada potongan kertas), penyemprot, dan residu dari penyemprotan. Anda
dapat pula menghirup debu organofosfat di tempat penyimpanan, atau saat sedang digunakan di dalam
ruangan tertutup seperti rumah kaca, atau ketika sedang diangkut ke lahan pertanian.
Debu yang mengandung organofosfat di udara dapat menyebar dan mengotori wilayah yang jauh dari
tempat dimana bahan ini digunakan. Dengan demikian debu organofosfat mudah masuk ke dalam rumah-
rumah. Bila Anda merasa telah menghirup organofosfat, segeralah menjauh dari organofosfat! Jangan
tunggu sampai kondisi memburuk.
Perawatan Jika Anda atau orang lain menghirup organofosfat:
Tinggalkan segera daerah di mana ia menghirup racun, terutama jika dalam ruangan tertutup.
Hiruplah udara segar. Longgarkan pakaian untuk memudahkan bernapas.
Duduk dengan posisi kepala diangkat dan bahu ditegakkan.
Bila orang tersebut tidak sadarkan diri, baringkan dalam posisi miring • dan awasi agar ia dapat
bernapas dengan lancar.
Bila orang tersebut tidak bernapas, segera lakukan pernapasan dari mulut ke mulut
Carilah pertolongan medis. Bawa serta label informasi atau nama organofosfatnya.
Jika ragu-ragu, segeralah keluar!
Gejala klinis :
1. SLUDGE : salivasi, lakrimasi, urinasi, diare, gejala GI tract dan emesis
2. Miosis
3. Bronchokonstriksi dengan sekresi berlebihan, anak tampak sesak dan banyak
mengeluarkan lendir dan mulut berbusa dan bau organofosfat yang tertelan ( bawang
putih/garlic)
4. Bradikardia sampai AV block
5. Lain-lain : hiperglikemia,fasikulasi,kejang,penurunan kesadaran sampai koma.
6. Depressi pusat pernafasan dan sistem kardiovaskular
Penatalaksanaan :
1. Lepaskan baju dan apa saja yang dipakai, dicuci dengan sabun dan siram dengan air
yang mengalir bahkan meskipun keracunan sudah terjadi sampai 6 jam.
2. Lakukan kumbah lambung,pemberian norit dan cathartic
3. Atropinisasi
Atropin berfungsi untuk menghentikan efek acetylcholine pada reseptor muscarinik, tapi
tidak bisa menghentikan efek nikotinik. Pada usia < 12 th pemberian atropin diberikan
dengan dosis 0,05 mg/kg BB IV pelan-2 dilanjutkan dengan 0,02 -0,05mg/kg BB setiap 5
- 20 menit sampai
atropinisasi sudah adekwat atau dihentikan bila :
· Kulit sudah hangat, kering dan kemerahan
· Pupil dilatasi
· Mukosa mulut kering
· Heart rate meningkat
Pada anak usia > 12 tahun diberikan 1 - 2 mg IV dan disesuaikan dengan respon
penderita. Pengobatan maintenance dilanjutkan sesuai keadaan klinis penderita,atropin
diteruskan selama 24 jam kemudian diturunkan secara bertahap. Meskipun atropin sudah
diberikan masih bisa t erjadi gagal nafas karena atropin tidak mempunyai pengaruh
terhadap efek nikotinik ( Kelumpuhan otot ) organofosfat.
4. Pralidoxim
Bekerja sebagai reaktivator dari cholin esterase pada neuromuscular junction dan tidak
mempengaruhi fungsi CNS karena tidak dapat melewati blood brain barrier. Diberikan
sesudah atropinisasi dan harus dalam < 36 jam paparan. Dosis pada anak < 12 tahun 25 -
50 mg/kgBB IV,diulangi sesudah 1 – 2 jam,kemudian diberikan setiap 6 - 12 jam bila
gejala masih ada.
5. Tidak boleh diberi morphine ( depressi pernafasan ), methylxanthine ( menurunkan
ambang kejang ), loop diuretic.
6. Pemberian oksigen kalau ada distres nafas,kalau perlu dengan pernafasan buatan.
7. Pengobatan supportif :
· Hipoglikemia : glukosa 0,5 - 1g /kg BB IV.
· Kejang : diazepam 0,2 - 0,3 mg/kgBB IV.