osoca organofosfat

15
KERACUNAN INSEKTISIDA FOSFAT ORGANIK (IFO) Nama lain IFO : -Insektisida organo fosfat atau -Insektisida cholinesterase inhibitor. IFO merupakan insektisida poten yang paling banyak digunakan dalam pertanian dengan toksisitas tinggi Etiologi IFO dibagi dua macam: IFO murni & gol. Carbamate. Beberapa contoh IFO murni : Malathion, Diazinon, Basudin, Paraoxon, Phosdrin, Raid, Systox, dll. Contoh gol.carbamate: Baygon Struktur umum organofosfat Mekanisme Aksi Organofosfat mempunyai aksi sebagaei inhibitor enzim kholinesterase. Kholinesterase adalah enzim yang berfungsi agar asetilkholin terhidrolisis menjadi asetat dan kholin. Organofosfat mampu berikatan dengan sisi aktif dari enzim ini

Upload: fakhri-muhammad

Post on 04-Jan-2016

219 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ggwp

TRANSCRIPT

Page 1: osoca organofosfat

KERACUNAN INSEKTISIDA FOSFAT ORGANIK (IFO)

Nama lain IFO :

-Insektisida organo fosfat atau

-Insektisida cholinesterase inhibitor.

IFO merupakan insektisida poten yang paling banyak digunakan dalam pertanian dengan

toksisitas tinggi

Etiologi

IFO dibagi dua macam: IFO murni & gol. Carbamate.

Beberapa contoh IFO murni : Malathion, Diazinon, Basudin, Paraoxon, Phosdrin, Raid,

Systox, dll.

Contoh gol.carbamate: Baygon

Struktur umum organofosfat

Mekanisme Aksi

Organofosfat mempunyai aksi sebagaei inhibitor enzim kholinesterase. Kholinesterase adalah

enzim yang berfungsi agar asetilkholin terhidrolisis menjadi asetat dan kholin. Organofosfat

mampu berikatan dengan sisi aktif dari enzim ini sehingga kerja enzim ini terhambat. Akibatnya

jumlah asetilkholin dalam sipnasis meningkat sehingga menimbulkan stimulasi reseptor possinap

yang persisten.

Asetilkholin terdapat di seluruh sistem saraf, terutama sekali asetilkholin berperan penting pada

sistem saraf autonom. Senyawa ini berperan sebagai neurotransmiter pada ganglia sistem saraf

Page 2: osoca organofosfat

simpatik dan parasimpatik, yang mana senyawa ini berikatan dengan reseptor nikotinik. Inhibisi

kholinesterase pada ganglia sistem saraf simpatik dapat menimbulkan midriasis, takikardi, dan

hipertensi. Sedangkan, penghambatan kholinesterase pada ganglia sistem saraf parasimpatik

menimbulkan efek miosis, bradikardi, dan salivasi.

Asetilkholin juga merupakan neurotransmitter posganglionik pada saraf parasimpatik yang

secara langsung mempengaruhi jantung, bermacam-macam kelenjar, otot polos bronchial. Tidak

seperti reseptor pada ganglia, reseptor pada organ ini adalah reseptor muskarinink.

Mekanisme Toksisitas Organosphosfat

Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida lainnya dan sering

menyebabkan keracunan pada orang. Termakan hanya dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan

kematian, tetapi diperlukan lebih dari beberapa mg untuk dapat menyebabkan kematian pada orang

dewasa.  Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase dalam

sel darah merah dan pada sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal menghidrolisis asetylcholin menjadi

asetat dan kholin. Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah asetylkholin meningkat dan

berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat dan perifer. Hal tersebut

menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh bagian tubuh.

Page 4: osoca organofosfat

        c. Gejala Keracunan

Gejala keracunan organofosfat sangat bervariasi. Setiap gejala yang timbul sangat bergantung pada

adanya stimilasi asetilkholin persisten atau depresi yang diikuti oleh stimulasi.saraf pusat maupun perifer.

Tabel. Efek muskarinik, nikotinik dan saraf pusat pada toksisitas organofosfat

Efek Gejala

1. Muskarinik           Salivasi, lacrimasi, urinasi dan diaree (SLUD)

          Kejang perut

          Nausea dan vomitus

          Bradicardia

          Miosis

          Berkeringat

2. nikotinik           Pegal-pegal, lemah

          Tremor

          Paralysis

          Dyspnea

          Tachicardia

3. sistem saraf pusat           Bingung, gelisah, insomnia, neurosis

          Sakit kepala

          Emosi tidak stabil

          Bicara terbata-bata

          Kelemahan umum

          Convulsi

          Depresi respirasi dan gangguan jantung

          Koma

Gejala awal seperti SLUD terjadi pada keracunan organofosfat secara akut karena terjadinya stimulasi

reseptor muskarinik sehingga kandungan asetil kholin dalam darah meningkat pada mata dan otot polos.

Page 5: osoca organofosfat

Penatalaksanaan Penanganan Kasus Keracunan Organofosfat

Seperti bahan kimia beracun lainnya,  organofosfat dapat meracuni orang dengan beberapa cara: melalui

kulit dan mata, melalui mulut (dengan menelan), atau melalui udara (dengan bernapas). Setiap kasus

keracunan, tindakan yang diambil untuk orang yang terpapar berbeda tergantung cara pemaparan.

      a) Bila kulit terkena organofosfat

Kebanyakan keracunan organofosfat terjadi akibat terserapnya organofosfat melalui kulit. Hal ini terjadi

ketika organofosfat dituang dan tumpah, atau terciprat ketika campuran organofosfat diaduk sebelum

disemprotkan, atau ketika Anda menyentuh tanaman yang baru saja disemprot. Organofosfat juga dapat

menyentuh kulit melalui pakaian atau ketika Anda mencuci pakaian yang terkena organofosfat.

Kulit yang ruam dan iritasi adalah gejala awal terjadinya keracunan melalui kulit. Mengingat bahwa

gejala kulit tersebut bisa terjadi karena hal-hal lain, seperti reaksi terhadap tanaman tertentu, gigitan

serangga, infeksi, atau alergi, maka sulit untuk mengetahui apakah gejala yang timbul ini akibat

organofosfat atau reaksi terhadap hal lain. 

Bicarakanlah dengan pekerja lainnya untuk mengetahui apakah mereka mengalami reaksi yang serupa

saat bekerja dengan tanaman pangan yang sama. Jika Anda bekerja dengan organofosfat dan mengalami

ruam kulit, lebih baik segera ditangani seolah-olah gejala tersebut disebabkan oleh organofosfat.

Perawatan

Jika tubuh Anda atau orang lain terkena organofosfat: Organofosfat dapat melekat di kulit,

rambut dan pakaian walaupun Anda tidak dapat melihat atau menciumnya. 

Cucilah dengan sabun setiap kali selesai menggunakan organofosfat.

Cepat ganti pakaian yang terkena percikan organofosfat.

Segera cuci bagian tubuh yang terkena organofosfat dengan sabun dan air dingin.

Jika organofosfat masuk ke mata, cucilah mata dengan air bersih selama 15 menit.

Jika kulit Anda melepuh akibat organofosfat: 

Bersihkan dengan air dingin. 

Jangan lepaskan apa pun  yang menempel di luka tersebut.

Jangan oleskan salep, minyak, atau mentega.

Jangan pecahkan kulit yang melepuh.Jangan lepaskan kulit yang terkelupas.

Tutup kulit yang melepuh dengan kasa steril, jika ada. 

Page 6: osoca organofosfat

Jika rasa sakit tidak hilang, segera cari bantuan pengobatan! Bawalah wadah organofosfat atau

informasi nama organofosfat yang digunakan. Hal ini perlu untuk memberikan pengobatan yang

tepat.

    b) Bila organofosfat tertelan

Organofosfat dapat tertelan jika seseorang makan, minum, atau merokok di kebun sambil bekerja dengan

organofosfat, atau meminum air yang sudah terkontaminasi oleh organofosfat. Anak-anak dapat memakan

atau meminum organofosfat terutama jika organofosfat disimpan dalam wadah yang juga digunakan

untuk menyimpan makanan, atau dibiarkan di tempat terbuka atau di tempat yang rendah, mudah

terjangkau oleh anak-anak.

Perawatan

Untuk mengatasi keracunan karena toksikan, tindakan yang perlu dilakukan adalah stabilisasi

pasien, dekontaminasi, dan pemberian antidotum.

1. Stabilisasi Pasien

Pemeriksaan saluran nafas, pernafasan, dan sirkulasi merupakan evaluasi primer yang harus

dilakukan serta diikuti evaluasi terhadap tanda dan symptom toksisitas kolinergik yang dialami

pasien. Dukungan terhadap saluran pernafasan dan intubasi endotrakeal harus dipertimbangkan

bagi pasien yang mengalami perubahan status mental dan kelemahan neuromuskular sejak

antidotum tidak memberikan efek. Pasien harus menerima pengobatan secara intravena dan

monitoring jantung.  Hipotensi yang terjadi harus diberikan normal salin secara intravena dan

oksigen harus diberikan untuk mengatasi hipoksia. Terapi suportif ini harus diberikan secara

paralel dengan pemberian antidotum.

2. Dekontaminasi

Dekontaminasi harus segera dilakukan pada pasien yang mengalami keracunan. Baju pasien

harus segera dilepas dan badan pasien harrus segera dibersihkan dengan sabun. Proses

pembersihan ini harus dilakukan pada ruangan yang mempunyai ventilasi yang baik untuk

menghindari kontaminasi sekunder dari udara.

Page 7: osoca organofosfat

Pelepasan pakaian dan dekontaminasi dermal mampu mengurangi toksikan yang terpapar secara

inhalasi atau dermal, namun tidak bisa digunakan untuk dekontaminasi toksikan yang masuk

dalam saluran pencernaan. Dekontaminasi pada saluran cerna harus dilakukan setelah kondisi

pasien stabil. Dekontaminasi saluran cerna dapat melalui pengosongan orogastrik atau

nasogastrik, jika toksikan diharapkan masih berada di lambung. Pengosongan lambung kurang

efektif jika organofosfat dalam bentuk cairan karena absorbsinya yang cepat dan bagi pasien

yang mengalami muntah.

Arang aktif 1g/kg BB harus diberikan secara rutin untuk menyerap toksikan yang masih tersisa

di saluran cerna. Arang aktif harus diberikan setelah pasien mengalami pengosongan lambung.

Muntah yang dialami pasien perlu dikontrol untuk menghindari aspirasi arang aktif karena  dapat

berhubungan dengan pneumonitis dan gangguan paru kronik.

3. Pemberian Antidotum

a)      Agen Antimuskarinik

Agen antimuskarinik seperti atropine, ipratopium, glikopirolat, dan skopolamin biasa digunakan

mengobati efek muskarinik karena keracunan organofosfat. Salah satu yang sering digunakan

adalah Atropin karena memiliki riwayat penggunaan paling luas. Atropin melawan tiga efek

yang ditimbulkan karena keracunan organofosfat pada reseptor muskarinik, yaitu bradikardi,

bronkospasme, dan bronkorea.

Pada orang dewasa, dosis awalnya 1-2 mg yang digandakan setiap 2-3 menit sampai

teratropinisasi. Untuk anak-anak dosis awalnya 0,02mg yang digandakan setiap 2-3 menit

sampai teratropinisasi. Tidak ada kontraindikasi penanganan keracunan organofosfat dengan

Atropin.

b)      Oxime

Oxime adalah salah satu agen farmakologi yang biasa digunakan untuk melawan efek

neuromuskular pada keracunan organofosfat. Terapi ini diperlukan karena Atropine tidak

Page 8: osoca organofosfat

berpengaruh pada efek nikotinik yang ditimbulkan oleh organofosfat. Oxime dapat mereaktivasi

enzim kholinesterase dengan membuang fosforil organofosfat dari sisi aktif enzim.

Pralidoxime adalah satu-satunya oxime yang tersedia. Pada regimen dosis tinggi (2 g iv load

diikuti 1g/jam selam 48 jam), Pralidoxime dapat mengurangi penggunaan Atropine total dan

mengurangi jumlah penggunaan ventilator. Dosis yang direkomendasikan WHO, minimal

30mg/kg iv bolus diikuti >8mg/kg/jam dengan infus.

Efek samping yang dapat ditimbulkan karena pemakaian Pralidoxime meliputi dizziness,

pandangan kabur, pusing, drowsiness, nausea, takikardi, peningkatan tekanan darah,

hiperventilasi, penurunan fungsi renal, dan nyeri pada tempat injeksi. Efek samping tersebut

jarang terjadi  dan tidak ada kontraindikasi pada penggunaan Pralidoxime sebagai antidotum

keracunan organofosfat.

Jika seseorang menelan organofosfat dan tidak mengalami sakit perut hebat, mereka dapat minum

sorbitol atau magnesium hidroksida (campuran air dengan magnesium hidroksida yang menghasilkan

cairan berwarna putih susu). Obat ini akan menyebabkan diare yang mengeluarkan racun dari dalam

tubuh.

Kapan menggunakan atropin

Atropin adalah obat untuk mengatasi keracunan dari jenis organofosfat tertentu yang disebut

organofosfat dan karbamat. Jika label pada kemasan menyatakan agar menggunakan atropin, atau jika

dikatakan bahwa organofosfat itu merupakan “cholinesterase inhibitor” (suatu bahan kimia yang

menghentikan proses ensim kholinesterase), gunakan atropin sesuai petunjuk. Jika label tidak

menganjurkan penggunaan atropin, jangan gunakan.

Atropin hanya digunakan untuk keracunan organofosfat atau karbamat. Atropin TIDAK dapat mencegah

keracunan tetapi hanya menunda dampak keracunan. Atropin sebaiknya tidak digunakan sebelum

penyemprotan.

PENTING: Jangan memberikan obat-obat ini untuk masalah keracunan organofosfat: obat tidur (sedatif),

morfin, barbiturat, phenothiazine, aminophylline, atau obat lain yang memperlambat atau mempersulit

pernapasan karena akan membuat orang tersebut berhenti bernapas.

Page 9: osoca organofosfat

     c) Bila Organofosfat Terhirup

Bila organofosfat dilepas ke udara, kita menghirupnya melalui hidung dan mulut. Begitu masuk ke paru-

paru, dengan cepat organofosfat masuk ke dalam darah dan menyebar racun ke seluruh tubuh.

Beberapa organofosfat tidak berbau sehingga sulit diketahui keberadaannya di udara. Umumnya bentuk

organofosfat yang menyebar di udara adalah fumigan (pengasap), aerosol, pengabut, bom asap, pest

strips (organofosfat yang dilekat pada potongan kertas), penyemprot, dan residu dari penyemprotan. Anda

dapat pula menghirup debu organofosfat di tempat penyimpanan, atau saat sedang digunakan di dalam

ruangan tertutup seperti rumah kaca, atau ketika sedang diangkut ke lahan pertanian.

Debu yang mengandung organofosfat di udara dapat menyebar dan mengotori wilayah yang jauh dari

tempat dimana bahan ini digunakan. Dengan demikian debu organofosfat mudah masuk ke dalam rumah-

rumah. Bila Anda merasa telah menghirup organofosfat, segeralah menjauh dari organofosfat! Jangan

tunggu sampai kondisi memburuk.

Perawatan Jika Anda atau orang lain menghirup organofosfat:

Tinggalkan segera daerah di mana ia menghirup racun, terutama jika dalam ruangan tertutup.

Hiruplah udara segar. Longgarkan pakaian untuk memudahkan bernapas.

Duduk dengan posisi kepala diangkat dan bahu ditegakkan.

Bila orang tersebut tidak sadarkan diri, baringkan dalam posisi miring • dan awasi agar ia dapat

bernapas dengan lancar.

Bila orang tersebut tidak bernapas, segera lakukan pernapasan dari mulut ke mulut

Carilah pertolongan medis. Bawa serta label informasi atau nama organofosfatnya.

Jika ragu-ragu, segeralah keluar!

Gejala klinis :

1. SLUDGE : salivasi, lakrimasi, urinasi, diare, gejala GI tract dan emesis

2. Miosis

3. Bronchokonstriksi dengan sekresi berlebihan, anak tampak sesak dan banyak

mengeluarkan lendir dan mulut berbusa dan bau organofosfat yang tertelan ( bawang

putih/garlic)

4. Bradikardia sampai AV block

5. Lain-lain : hiperglikemia,fasikulasi,kejang,penurunan kesadaran sampai koma.

Page 10: osoca organofosfat

6. Depressi pusat pernafasan dan sistem kardiovaskular

Penatalaksanaan :

1. Lepaskan baju dan apa saja yang dipakai, dicuci dengan sabun dan siram dengan air

yang mengalir bahkan meskipun keracunan sudah terjadi sampai 6 jam.

2. Lakukan kumbah lambung,pemberian norit dan cathartic

3. Atropinisasi

Atropin berfungsi untuk menghentikan efek acetylcholine pada reseptor muscarinik, tapi

tidak bisa menghentikan efek nikotinik. Pada usia < 12 th pemberian atropin diberikan

dengan dosis 0,05 mg/kg BB IV pelan-2 dilanjutkan dengan 0,02 -0,05mg/kg BB setiap 5

- 20 menit sampai

atropinisasi sudah adekwat atau dihentikan bila :

· Kulit sudah hangat, kering dan kemerahan

· Pupil dilatasi

· Mukosa mulut kering

· Heart rate meningkat

Pada anak usia > 12 tahun diberikan 1 - 2 mg IV dan disesuaikan dengan respon

penderita. Pengobatan maintenance dilanjutkan sesuai keadaan klinis penderita,atropin

diteruskan selama 24 jam kemudian diturunkan secara bertahap. Meskipun atropin sudah

diberikan masih bisa t erjadi gagal nafas karena atropin tidak mempunyai pengaruh

terhadap efek nikotinik ( Kelumpuhan otot ) organofosfat.

4. Pralidoxim

Bekerja sebagai reaktivator dari cholin esterase pada neuromuscular junction dan tidak

mempengaruhi fungsi CNS karena tidak dapat melewati blood brain barrier. Diberikan

sesudah atropinisasi dan harus dalam < 36 jam paparan. Dosis pada anak < 12 tahun 25 -

50 mg/kgBB IV,diulangi sesudah 1 – 2 jam,kemudian diberikan setiap 6 - 12 jam bila

gejala masih ada.

Page 11: osoca organofosfat

5. Tidak boleh diberi morphine ( depressi pernafasan ), methylxanthine ( menurunkan

ambang kejang ), loop diuretic.

6. Pemberian oksigen kalau ada distres nafas,kalau perlu dengan pernafasan buatan.

7. Pengobatan supportif :

· Hipoglikemia : glukosa 0,5 - 1g /kg BB IV.

· Kejang : diazepam 0,2 - 0,3 mg/kgBB IV.