uji pengaruh sublethal insektisida organofosfat …repository.ub.ac.id/7639/1/hervin indah catur...

87
UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT DENGAN BAHAN AKTIF DIMETOAT TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP IKAN MAS (Cyprinus carpio) SKRIPSI Oleh: HERVIN INDAH CATUR WULAN NIM. 135080100111042 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 18-Oct-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

i

UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT DENGAN BAHAN AKTIF DIMETOAT TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP IKAN MAS

(Cyprinus carpio)

SKRIPSI

Oleh:

HERVIN INDAH CATUR WULAN NIM. 135080100111042

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2017

Page 2: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

i

UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT DENGAN

BAHAN AKTIF DIMETOAT TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP IKAN MAS

(Cyprinus carpio)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan

di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Oleh:

HERVIN INDAH CATUR WULAN NIM. 135080100111042

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG November, 2017

Page 3: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival
Page 4: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

iii

HALAMAN IDENTITAS TIM PENGUJI

Judul :UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA

ORGANOFOSFAT DENGAN BAHAN AKTIF DIMETOAT

TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP IKAN MAS

(Cyprinus carpio)

Nama Mahasiswa : HERVIN INDAH CATUR WULAN

NIM : 135080100111042

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

PENGUJI PEMBIMBING:

Pembimbing 1 : DR. IR. MOHAMMAD MAHMUDI, MS

Pembimbing 2 : NANIK RETNO BUWONO, S.Pi, MP

PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:

Dosen Penguji 1 : DR. UUN YANUHAR, S.Pi, MSi

Dosen Penguji 2 : DR. ASUS MAIZAR S. H, S.Pi, MSi

Tanggal Ujian : 28 November 2017

Page 5: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillaahi Robbil’alamiin, dengan ungkapan rasa syukur pada Allah

Yang Maha Kuasa, Skripsi yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar

sarjana ini telah selesai disusun. Sholawat serta salam yang senantiasa

dicurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Pada kesempatan ini,

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

• Allah SWT, yang telah memberikan nikmat sehat dan kelancaran serta

kemudahan dalam kehidupan saya dan dalam penyelesaian skripsi ini.

• Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS selaku dosen pembimbing pertama dan

Nanik Retno Buwono, S.Pi, MP selaku dosen pembimbing kedua atas

kesediaan waktu, tenaga, pemikirannya untuk senantiasa membimbing,

mengarahkan, memberikan motivasi dan memberikan nasihat kepada

saya sehingga dapat menyelesaikan laporan skripsi ini.

• Dr. Uun Yanuhar, S.Pi, MSi selaku dosen penguji pertama dan Dr. Asus

Maizar S. H, S.Pi, MP selaku dosen penguji kedua atas kesediaan waktu

untuk senantiasa mengarahkan dan memberikan motivasi serta

memberikan nasihat kepada saya sehingga dapat menyelesaikan laporan

skripsi ini.

• Orangtua tercinta, Bapak “Agus Bambang Sudarmoko”, Ibu “Sutiyem”,

kakak tersayang “Eka Diyan Agustina”, “R. Nanang Dwi Agus Setyo

Nugroho” dan “Anita Tri Andriani” yang selalu mendoakan untuk

kelancaran skripsi ini dan semangat serta motivasi yang selalu diberikan

untuk menyelesaikan laporan skripsi ini.

• Eyang tri ku tercinta dan tersayang “Suparti” terimakasih karena sudah

membesarkan cucu seperti saya sekarang, terimakasih karena sudah

menjadi nenek untuk saya. Maafkan cucumu ini yang belum bisa

Page 6: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

v

membahagiakan eyang, semoga tenang di surga eyang, saya akan selalu

mendoakan eyang di sana.

• Sahabat – sahabat tercinta yang selalu memberi semangat, dorongan

untuk menyelesaikan laporan, selalu ada di saat suka duka, maaf sudah

banyak merepotkan Nurhayati, Denia Intan Permatasari, Shofikha

Azlinda, Mimin Wirawati, Hanif Isrochatin, Anggi Novalina, Dewi

Mangshuroh.

• Sahabat – sahabat Kos 79 tersayang yang senantiasa memberikan

semangat, selalu menghibur di saat susah maupun senang, meskipun

kita berbeda – beda asal tetapi kita sudah menjadi keluarga Sistiani Nur

Annisa, Gresylia Nindria Ikasari (adikku tersayang), Tyara Dea Pramita,

Sekar Garini Herdianti, Alfin Nurindah, Eggi Pur Pinandita, Rosabela

Sayu, Jhesline.

• Teman – teman MSP angkatan 2013 yang selalu bekerja sama dan saling

memberikan dukungan serta motivasi dalam kebersamaan.

Malang,

Hervin Indah Catur W.

Page 7: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

vi

RINGKASAN

Hervin Indah Catur Wulan. Skripsi. Uji Pengaruh Sublethal Insektisida Organofosfat dengan Bahan Aktif Dimetoat Terhadap Kelangsungan Hidup Ikan Mas (Cyprinus carpio) (di bawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS dan Ibu Nanik Retno Buwono, S.Pi, MP).

Pestisida dalam bidang pertanian digunakan untuk membasmi hama

tanaman. Insektisida adalah salah satu jenis pestisida yang sering digunakan untuk membasmi dan membunuh hama yang bertujuan meningkatkan produksi pertanian. Namun, penggunaan insektisida secara terus menerus tanpa terkontrol akan menyebabkan pencemaran lingkungan sehingga dapat menurunkan kualitas perairan dan kematian organisme non target, salah satunya ikan yang dipelihara di sawah, kolam atau sungai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sublethal insektisida berbahan aktif dimetoat terhadap kelangsungan hidup dan histologi organ insang ikan mas (Cyprinus carpio). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Agustus 2017 di Laboratorium Budidaya Ikan Divisi Reproduksi Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang dan Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen. Rancangan percobaan yang digunakna dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL). Penelitian ini memiliki tahapan yaitu uji pendahuluan, uji toksisitas akut (LC50), uji sesungguhnya (uji sublethal), dan histologi organ insang ikan mas (Cyprinus carpio). Konsentrasi perlakuan yang digunakan pada uji pengaruh sublethal insektisida dimetoat terdiri dari A yaitu 0 ppm (kontrol tanpa pemberian insektisida), B yaitu 0,26 ppm (10% dari LC50), C yaitu 0,78 ppm (30% dari LC50), D yaitu 1,3 ppm (50% dari LC50), E yaitu 1,82 ppm (70% dari LC50) dan F yaitu 2,34 ppm (90% dari LC50). Analisis data yang digunakan pada uji toksisitas (LC50) adalah analisa probit, pada laju pertumbuhan spesifik (SGR) dan kelangsungan hidup ikan (SR) menggunakan ANOVA.

Hasil dari uji pendahuluan adalah didapatkan nilai ambang lethal bawah sebesar 1 ppm dan nilai ambang lethal atas sebesar 10 ppm, sehingga konsentrasi yang digunakan pada uji toksisitas akut berkisar antara 1 ppm sampai 10 ppm. Hasil dari uji toksisitas akut (LC50) adalah 2,60 ppm dan merupakan insektisida yang memiliki daya racun tinggi. Hasil dari laju pertumbuhan spesifik (SGR) yang tertinggi pada perlakuan A yaitu 0 ppm (kontrol) sebesar 2,458% per hari dan hasil SGR terendah pada perlakuan F yaitu 2,34 ppm (90% dari LC50) sebesar 0,675% per hari. Hasil dari SR tertinggi pada perlakuan A yaitu 0 ppm (kontrol) sebesar 100% dan SR terendah pada perlakuan F yaitu 2,34 ppm (90% dari LC50) sebesar 72,5%. Persentase kerusakan insang ikan mas tertinggi pada perlakuan F yaitu 2,34 ppm (90% dari LC50) sebesar 18,37 % dan persentase kerusakan insang ikan mas terendah pada perlakuan B yaitu 0,26 ppm (10% dari LC50) sebesar 6,38%, sedangkan pada insang ikan mas perlakuan A yaitu 0 ppm (kontrol) tidak terjadi kerusakan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas maka laju pertumbuhan (SGR) dan SR mengalami penurunan. Namun semakin tinggi konsentrasi perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas maka persentase kerusakan insang ikan mas

Page 8: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

vii

semakin tinggi pula. Hasil pengukuran kualitas air yaitu pH berkisar antara 7,33 – 7,64; suhu berkisar antara 27 derajat celcius sampai 27,5 derajat celcius, dan DO berkisar antara 6,39 mg/l – 7 mg/l.

Berdasarkan hasil penelitian tentang uji pengaruh sublethal insektisida organofosfat dengan bahan aktif dimetoat terhadap kelangsungan hidup ikan mas (Cyprinus carpio) bahwa insektisida dimetoat memiliki daya racun yang tinggi, hal ini sesuai dengan hasil LC50 sebesar 2,60 ppm. Dari hasil uji sublethal insektisida dimetoat menunjukkan bahwa semakin meningkatnya konsentrasi perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival Rate (SR) masih dalam kisaran yang baik atau ikan masih dapat bertahan hidup. Hasil laju pertumbuhan spesifik harian (SGR) mengalami penurunan dan menyebabkan kerusakan organ insang pada ikan mas (Cyprinus carpio).

Page 9: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

viii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Laporan Skripsi yang berjudul “Uji Pengaruh Sublethal Insektisida Organofosfat

Dengan Bahan Aktif Dimetoat Terhadap Kelangsungan Hidup Ikan Mas

(Cyprinus carpio)”. Laporan Skripsi ini disusun sebagai persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana Perikanan dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya, Malang.

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis menyadari adanya kekurangan, oleh

sebab itu segala kritik dan saran yang membangun penulis terima dengan

senang hati. Semoga Laporan Skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan

bermanfaat bagi pembaca.

Malang, Oktober 2017

Mahasiswa

Hervin Indah Catur Wulan

Page 10: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

ix

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ...................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 4 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 4 1.4 Kegunaan Penelitian ......................................................................................... 4 1.5 Waktu dan Tempat ............................................................................................ 5

2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 6 2.1 Pestisida .............................................................................................................. 6 2.2 Insektisida Organofosfat ................................................................................... 8 2.3 Dimetoat .............................................................................................................. 9 2.4 Toksikologi ........................................................................................................ 11

2.4.1 Definisi Toksikologi...................................................................... 11 2.4.2 Uji Toksisitas ............................................................................... 12 2.4.3 Uji Sublethal ................................................................................ 14

2.5 Histologi ............................................................................................................. 14 2.6 Mekanisme Insektisida Masuk Ke Dalam Tubuh Organisme ................... 15 2.7 Ikan Mas (Cyprinus carpio) ............................................................................ 16

2.7.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas .............................................. 16 2.7.2 Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Mas ....................................... 18 2.7.3 Laju Pertumbuhan ....................................................................... 18 2.7.4 Insang Ikan Mas .......................................................................... 19

2.8 Parameter Kualitas Air .................................................................................... 21 2.8.1 pH ............................................................................................... 21 2.8.2 Suhu ........................................................................................... 21 2.8.3 DO .............................................................................................. 22

3. MATERI DAN METODE PENELITIAN ....................................................... 23 3.1 Materi Penelitian .............................................................................................. 23 3.2 Alat dan Bahan Penelitian .............................................................................. 23 3.3 Metode Penelitian ............................................................................................ 23 3.4 Rancangan Penelitian ..................................................................................... 24 3.5 Tahap Penelitian .............................................................................................. 27

Page 11: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

x

3.5.1 Aklimatisasi Hewan Uji ................................................................ 27 3.5.2 Uji Pendahuluan .......................................................................... 28 3.5.3 Uji Toksisitas Akut (LC50) ............................................................. 30 3.5.4 Uji Sesungguhnya (Uji Sublethal) ................................................ 31

3.6 Analisis Parameter Kualitas Air ..................................................................... 32 3.6.1 pH ............................................................................................... 32 3.6.2 Suhu ........................................................................................... 32 3.6.3 DO .............................................................................................. 33

3.7 Prosedur Penelitian Insang Ikan Mas ........................................................... 33 3.7.1 Pengambilan Sampel Insang ....................................................... 33 3.7.2 Pembuatan Preparat ................................................................... 33 3.7.3 Pengamatan Kerusakan Insang Ikan Mas ................................... 35 3.7.4 Persentase Kerusakan Insang Ikan Mas ..................................... 36

3.8 Perhitungan SGR ............................................................................................. 36 3.9 Perhitungan SR ................................................................................................ 37 3.10 Analisis Data ................................................................................................... 37

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 39 4.1 Hasil Uji Toksisitas Insektisida Dimetoat ..................................................... 39

4.1.1 Hasil Penelitian Uji Pendahuluan ................................................. 39 4.1.2 Hasil Uji Toksisitas Akut (Penentuan LC50) .................................. 40

4.2 Laju Pertumbuhan Spesifik/Spesific Growth Rate (SGR) Berat Ikan Mas yang Terpapar Insektisida Berbahan Aktif Dimetoat ................................. 43

4.3 Kelangsungan Hidup/ Survival Rate (SR) Ikan Mas yang Terpapar Insektisida Berbahan Aktif Dimetoat ............................................................ 47

4.4 Histologi Insang Ikan Mas ............................................................................. 50 4.4.1 Gambaran Hitologi Insang Ikan Mas Kontrol (0 ppm) .................. 50 4.4.2 Gambaran Histologi Insang Ikan Mas Perlakuan B (0,26 ppm) ... 51 4.4.3 Gambaran Histologi Insang Ikan Mas Perlakuan C (0,78 ppm) ... 53 4.4.4 Gambaran Histologi Insang Ikan Mas Perlakuan D (1,3 ppm) ..... 55 4.4.5 Gambaran Histologi Insang Ikan Mas Perlakuan E (1,82 ppm) ... 56 4.4.6 Gambaran Histologi Insang Ikan Mas Perlakuan F (2,34 ppm) .... 58 4.4.7 Persentase Kerusakan Jaringan Insang Ikan Mas ....................... 60

4.5 Analisis Parameter Kualitas Air ..................................................................... 62 4.5.1 pH ............................................................................................... 62 4.5.2 Suhu ........................................................................................... 63 4.5.3 DO (Dissolved Oxygen) ............................................................... 64

5. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 66 5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 66 5.2 Saran ................................................................................................................ 66

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 67

LAMPIRAN ....................................................................................................... 74

Page 12: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai Pengamatan .......................................................................................... 26

2. Sidik Ragam untuk RAL ................................................................................. 27

3. Data Mortalitas Ikan Mas (Cyprinus carpio) pada Uji Pendahuluan ................ 39

4. Data Mortalitas Ikan Mas (Cyprinus carpio) pada Uji Toksisitas Akut ............. 40

5. Hasil Rata – Rata Pengaruh Perlakuan Insektisida Dimetoat terhadap SGR Berat Ikan Mas (Cyprinus carpio) .................................................................. 44

6. Uji ANOVA Pengaruh Perlakuan Insektisida Dimetoat terhadap SGR Berat Ikan Mas (Cyprinus carpio) ........................................................................... 45

7. Hasil Pengaruh Perlakuan Insektisida Dimetoat terhadap SR Ikan Mas (Cyprinus carpio) ........................................................................................... 47

8. Uji ANOVA Pengaruh Perlakuan Insektisida Dimetoat terhadap SR Ikan Mas ... (Cyprinus carpio) .......................................................................................... 48

9. Hasil Persentase Kerusakan Jaringan Insang Ikan Mas (Cyprinus carpio) ..... 60

10. Hasil Pengukuran Kualitas Air ...................................................................... 62

Page 13: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Rumus Bangun Dimetoat ................................................................................. 9

2. Hidrolisis Dimetoat ......................................................................................... 10

3. Ikan Mas (Cyprinus carpio) ............................................................................ 16

4. Denah Penelitian ........................................................................................... 26

5. Gambar Ikan Mas Sebelum Uji Sublethal Insektisida dan Gambar Ikan Mas Setelah Uji Sublethal Insektisida ................................................................... 44

6. Hubungan Konsentrasi Insektisida Berbahan Aktif Dimetoat terhadap SGR Berat Ikan Mas .............................................................................................. 46

7. Hubungan Konsentrasi Insektisida Berbahan Aktif Dimetoat terhadap SR Ikan Mas ............................................................................................................... 49

8. Gambar Mikroanatomi Insang Ikan Mas pada Uji Sublethal Insektisida dengan Konsentrasi Pemaparan 0 Ppm (Kontrol) ...................................................... 50

9. Insang Ikan Mas B (0,26 ppm) ....................................................................... 52

10. Insang Ikan Mas C (0,78 ppm) ..................................................................... 54

11. Insang Ikan Mas D (1,3 ppm) ....................................................................... 55

12. Insang Ikan Mas E (1,82 ppm) ..................................................................... 57

13. Insang Ikan Mas F (2,34 ppm) ..................................................................... 59

Page 14: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alat dan Bahan Penelitian .............................................................................. 74

2. Perhitungan Pengenceran Insektisida pada Uji Pendahuluan ........................ 77

3. Mortalitas Ikan Mas Pada Uji Pendahuluan .................................................... 79

4. Perhitungan Pengenceran Insektisida pada Uji LC50 ...................................... 81

5. Tabel Skala Rand .......................................................................................... 83

6. Tabel Transformasi Probit .............................................................................. 84

7. Hasil Perhitungan LC50 .................................................................................. 85

8. Perhitungan Pengenceran Insektisida pada Uji Inti (Sublethal) ...................... 87

9. Data Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR) Berat Ikan Mas ....................... 89

10. Data Hasil Perhitungan SR .......................................................................... 91

11. Gambar Pengamatan Identifikasi Kerusakan Jaringan Insang Ikan Mas ...... 93

12. Perhitungan Persentase Kerusakan Jaringan Insang Ikan Mas ................... 95

13. Data Parameter Kualitas Air ......................................................................... 97

14. Dokumentasi Penelitian ............................................................................... 98

Page 15: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pestisida dalam bidang pertanian digunakan untuk membasmi hama

tanaman pengganggu. Jenis pestisida seperti senyawa antigulma, nematosida,

rodentisida dan insektisida telah banyak diproduksi dan digunakan oleh petani.

Namun, pestisida juga dapat menimbulkan efek keracunan akut di tempat –

tempat pertanian, misalnya penggunaan pestisida tanpa kontrol yang cukup akan

menyebabkan pestisida secara terus menerus dalam jumlah kecil akan masuk

bersama makanan. Walaupun jumlah yang termakan umumnya sedikit tetapi

toksisitas kronisnya tidak dapat diabaikan. Sifat penting yang dimiliki pestisida

adalah daya racun atau toksisitas. Meski bahan kimia tersebut hanya

dimaksudkan untuk mematikan suatu jenis hama tertentu tetapi pada dasarnya

bersifat racun untuk semua makhluk hidup (Mutschler, 1991).

Perkembangan teknologi telah menghasilkan berbagai macam pestisida

yang digunakan untuk mengendalikan hama tanaman dan ditujukan dapat

meningkatkan hasil produksi pertanian. Pestisida yang masuk dalam jumlah yang

besar dapat bersifat racun bagi biota-biota yang hidup di perairan, termasuk ikan.

Jenis pestisida yang dapat larut dalam air apabila terbuang ke dalam perairan

secara sengaja ataupun tidak, dapat menurunkan kualitas air dan

mempengaruhi proses metabolisme, organ tubuh, tingkah laku, siklus hidup,

perkembangan embrio, menghambat pertumbuhan sel atau jaringan dari

organisme di perairan tersebut. Pengaruh secara langsung disebabkan oleh

adanya akumulasi pestisida di dalam organ-organ tubuh akibat tertelan bersama

- sama makanan yang terkontaminasi, atau akibat rusaknya organ-organ

pernafasan sehingga dapat mematikan ikan budidaya dalam jangka waktu

tertentu (Damayanty dan Abdulgani, 2013). Insektisida menimbulkan efek secara

Page 16: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

2

umum yaitu penurunan tingkat kelahiran/produksi, menghambat pertumbuhan

ikan, dan juga menyebabkan kematian. Kelangsungan hidup ikan dipertahankan

dengan penggantian jaringan fibrosis pada area nekrosis dan pemulihan

jaringan. Pada insang ikan menyebabkan edema dikuti dengan deskuamasi

epitel lamela sekunder dan nekrosa sel epitel mengakibatkan gangguan respirasi

dan osmoregulasi serta mengakibatkan kematian (Rennika et al., 2013).

Pestisida merupakan substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau

mengendalikan hama (Sudarmo, 1988). Pestisida dapat digolongkan bermacam

– macam sesuai dengan kegunaannya. Menurut Ekha (1988), golongan pestisida

berdasarkan fungsinya antara lain insektisida, acarisida, nematosida, fungisida,

herbisida, ovisida, larvasida, rodentisida, algasida, molluscisida. Namun,

kebanyakan petani lebih sering menggunakan pestisida dengan jenis insektisida

karena dapat membunuh serangga. Pestisida dari golongan organofosfat apabila

masuk ke dalam tubuh, baik melalui kulit, mulut dan saluran pencernaan maupun

saluran pernafasan akan berikatan dengan enzim di dalam darah yang berfungsi

mengatur bekerjanya syaraf, yaitu kholinesterase. Pestisida yang termasuk

golongan organofosfat antara lain diazinon, diklorvos, dimetoat, fention,

klorpirifos, monokrotovos (Komisi Pestisida Departemen Pertanian, 1997).

Dimetoat adalah insektisida organofosfat digunakan untuk membunuh tungau

dan serangga sistemik dan kontak (Bantu dan Vakita, 2013).

Insektisida banyak menimbulkan berbagai permasalahan baik secara

langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, dari masalah tersebut maka

perlu dilakukan uji pengaruh sublethal. Maksud dilakukannya uji pengaruh

sublethal adalah untuk mengetahui efek fisiologis organisme dengan pemberian

bahan kimia atau polutan dalam jangka waktu yang relatif lebih lama. Sebelum

melakukan uji pengaruh sublethal maka dilakukan uji toksisitas akut terlebih

dahulu. Uji toksisitas akut berfungsi untuk mengetahui apakah dimetoat memiliki

Page 17: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

3

senyawa toksik dalam konsentrasi tertentu yang mampu menyebabkan kematian

hewan uji dan dinyatakan dalam nilai LC(50-96 jam) (Lethal Concentration). Hasil dari

nilai LC(50-96 jam) akan digunakan untuk menentukan konsentrasi atau dosis dari

perlakuan untuk uji pengaruh sublethal.

Uji toksisitas suatu bahan pencemar dapat dilakukan melalui pengujian

terhadap ikan. Spesies ikan yang digunakan harus memenuhi kriteria tertentu,

yaitu: 1) sensitif terhadap bahan pencemar; 2) tersedia dalam jumlah yang

banyak dengan berbagai ukuran sepanjang tahun; 3) dapat dipelihara di

laboratorium; 4) merupakan sumberdaya yang bernilai ekonomis (APHA, AWWA

dan WPCF, 2005 dalam Yosmaniar et al. 2009). Ikan mas merupakan salah satu

biota yang dapat digunakan dalam sistem budidaya minapadi, sehingga bisa

terpengaruh langsung oleh insektisida. Salah satu jenis ikan yang memenuhi

persyaratan untuk dijadikan hewan uji adalah ikan mas (Cyprinus carpio Linn),

karena ikan ini sangat peka terhadap perubahan lingkungan, mudah dipelihara,

penyebarannya merata, dan mudah ditemukan (Pratiwi et al. 2012).

Penggunaan insektisida dalam kegiatan pertanian untuk penanggulangan

hama dan jasad pengganggu pada usaha pertanian secara tidak langsung dapat

meningkatkan produksi, namun tidak sedikit pula ditemukan dampak negatif yang

dapat mengganggu kualitas air, kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan.

Residu insektisida nantinya masuk ke dalam tubuh organisme melalui rantai

makanan, selanjutnya akan terakumulasi di dalam organ – organ tubuh

organisme tersebut dan menimbulkan kerusakan yang dapat mengganggu

pertumbuhan ikan mas. Dari penjelasan tersebut maka diperlukan kecermatan

dalam penggunaan dosis insektisida agar tidak membahayakan lingkungan serta

organisme non target. Ikan mas merupakan salah satu ikan air tawar yang

memiliki nilai ekonomis penting sehingga banyak dibudidayakan di kolam

maupun sawah dan sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Oleh karena

Page 18: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

4

itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh sublethal

penggunaan insektisida organofosfat dengan bahan aktif dimetoat terhadap

kelangsungan hidup ikan mas (Cyprinus carpio).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan tersebut dapat

dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Berapakah nilai toksisitas akut LC50 dari insektisida organofosfat dengan

bahan aktif dimetoat yang dapat mematikan 50% hewan uji?

2. Apakah pengaruh sublethal dari insektisida organofosfat dengan bahan aktif

dimetoat terhadap kelangsungan hidup ikan mas ?

3. Bagaimana pengaruh sublethal insektisida organofosfat berbahan aktif

dimetoat terhadap insang ikan mas ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian tentang Uji Pengaruh Sublethal Insektisida

Organofosfat Dengan Bahan Aktif Dimetoat Terhadap Kelangsungan Hidup Ikan

Mas (Cyprinus carpio) yaitu :

1. Mengetahui kadar toksisitas akut LC50 insektisida organofosfat dengan

bahan aktif dimetoat yang dapat mematikan ikan mas.

2. Mengetahui pengaruh sublethal insektisida organofosfat dengan bahan aktif

dimetoat terhadap kelangsungan hidup ikan mas.

3. Mengetahui pengaruh sublethal insektisida organofosfat berbahan aktif

dimetoat terhadap insang ikan mas.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

bahaya insektisida organofosfat dengan bahan aktif dimetoat sebagai pencemar

Page 19: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

5

terhadap lingkungan perairan dan seberapa toksik bahan aktif dimetoat bagi

ikan. Berikut merupakan manfaat secara khusus :

a. Bagi Mahasiswa, dapat memberikan informasi, menambah pengetahuan dan

wawasan mengenai seberapa toksik bahan pencemar insektisida

organofosfat dengan bahan aktif dimetoat terhadap ikan mas pada uji

toksisitas dan kelangsungan hidup ikan mas.

b. Bagi Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, dapat memberikan

informasi keilmuan tentang pengaruh konsentrasi insektisida dimetoat

terhadap kelangsungan hidup ikan mas untuk penelitian lebih lanjut.

c. Bagi Pemerintah, dapat memberikan informasi dan bahan pertimbangan

perumusan kebijakan dalam rangka pelestarian sumberdaya perairan.

1.5 Waktu dan Tempat

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2017 – Agustus 2017 di

Laboratorium Budidaya Ikan Divisi Reproduksi Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang dan Laboratorium Patologi Anatomi

Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang.

Page 20: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

6

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pestisida

Pestisida adalah setiap formulasi kimia, organik atau biologis yang bertujuan

untuk mengendalikan, mencegah atau menghilangkan tanaman atau hewan

(hama pengganggu) berbahaya bagi kesehatan manusia. Hama pengganggu

tanaman termasuk serangga, nematoda, gulma, jamur dan mikroorganisme

bakteri, tungau, moluska, ganggang, hewan pengerat, vektor hama dan bentuk

kehidupan lain dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan dan

kesejahteraan hewan lain non target dan manusia. Pestisida dapat

diklasifikasikan atas dasar: (i) hama yang ditargetkan; (ii) struktur kimia senyawa

yang digunakan; dan (iii) tingkat dan jenis bahaya kesehatan yang ditimbulkan.

Oleh karena itu, ada banyak subkelompok spesifik pestisida seperti herbisida,

insektisida, mitisida, molluskisida, nematisida dan rodentisida (Paranjape et al.,

2014).

Menurut Suryanto (2011), pestisida secara umum diartikan sebagai bahan

kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikan jasad pengganggu yang

merugikan kepentingan manusia. Pestisida telah cukup lama digunakan terutama

dalam bidang kesehatan dan bidang pertanian. Di bidang kesehatan, pestisida

merupakan sarana yang penting, terutama digunakan dalam melindungi manusia

dari gangguan secara langsung oleh jasad tertentu maupun tidak langsung oleh

berbagai vektor penyakit menular. Berbagai serangga vektor yang menularkan

penyakit berbahaya bagi manusia, telah berhasil dikendalikan dengan bantuan

pestisida. Dan berkat pestisida, manusia telah dapat dibebaskan dari ancaman

berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit malaria, demam berdarah,

penyakit kaki gajah, tiphus dan lain – lain.

Page 21: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

7

Berdasarkan sasaran penggunaanya pestisida terbagi menjadi beberapa

golongan. Menurut Raini (2007), jenis pestisida dapat digolongkan sebagai

berikut :

a. Insektisida

1. Organoklorin, merupakan insektisida chlorinated hydrocarbon secara

kimiawi tergolong insektisida yang relatif stabil dan kurang reaktif, ditandai

dengan dampak residunya yang lama terurai di lingkungan. Keracunan

dapat bersifat akut atau kronis. Keracunan kronis bersifat karsinogenik.

2. Organofosfat, merupakan ester asam fosfat atau asam tiofosfat. Pestisida

ini umumnya merupakan racun pembasmi serangga yang paling toksik

secara akut terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan, burung,

cicak dan mamalia. Keracunan kronis pestisida golongan organofosfat

bersifat karsinogenik.

3. Karbamat, merupakan ester asam N-metilkarbamat. Bekerja menghambat

asetilkolinterase. Tetapi pengaruhnya terhadap enzim tersebut tidak

terlalu lama, karena prosesnya cepat reversible.

4. Piretroid, yang berasal dari tanaman lainnya. Piretroid berasal dari

piretrium bunga Chrysanthemium cinerarioefolium. Piretrium mempunyai

toksisitas yang rendah pada manusia tetapi dapat menimbulkan alergi

pada orang yang peka.

b. Herbisida

1. Senyawa klorofenoksi, misalnya 2,4-D (2,4 asam diklorofenoksiasetat).

Toksisitas pada hewan relatif rendah.

2. Herbisisda biperidil, misalnya parakuat dan dikuat telah dipergunakan

secara luas. Keracunan kronis pestisida parakuat dan dikuat bersifat

karsinogenik.

3. Herbisida lain seperti dinitro-o-kresol (DNOC), amitrol (aminotriazol).

Page 22: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

8

c. Fungisida

1. Senyawa merkuri, misalkan metal dan etil merkuri merupakan fungisida

yang sangat efektif dan telah dipergunakan secara luas untuk

mengawetkan butir padi-padian.

2. Derivate ftalimida, misalnya kaptan dan folpet, mempunyai toksisitas akut

dan kronis yang sangat rendah namun berpotensi karsinogenik dan

teratogenik.

3. Senyawa aromatik, misalnya pentaklorofenol (PCP), sebagai bahan

pengawet kayu. Pentakloronitrobenzen (PCNB), dipergunakan sebagai

fungisida dalam mengolah tanah.

d. Rodentisida

1. Walfarin, suatu antikoagulan yang bekerja sebagai anti metabolit vitamin

K. Bahan ini dipergunakan secara luas karena toksisitasnya rendah.

2. Tiourea, misalnya ANTU (a-naftiltiourea), sangat toksik pada tikus tetapi

tidak begitu toksik terhadap manusia.

3. Natrium fluoroasetat dan fluoroasetamida, bersifat sangat toksik karena

itu kedua zat ini hanya boleh dipergunakan oleh orang tertentu yang

mendapat izin.

e. Fumigan, sesuai namanya kelompok pestisida ini mencakup beberapa gas,

cairan yang mudah menguap dan zat padat yang melepaskan berbagai gas

lewat reaksi kimia. Beberapa fumigan bersifat karsinogenik seperti etilen

bromida, 1,3-dikloropropen.

2.2 Insektisida Organofosfat

Menurut Baehaki (1993), insektisida organofosfat atau lebih dikenal senyawa

OP pada saat ini hampir mencapai lebih dari 50% dari insektisida yang terdaftar.

OP adalah insektisida penghambat cholinesterase dan bekerja melalui perut,

Page 23: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

9

racun kontak, sistemik atau fumigasi. Spektrum dari insektisida ini bermacam-

macam seperti Parathion dan TEPP berspektrum luas, sedangkan Malathion dan

Ronel merupakan insektisida selektif. Senyawa OP berupa aril atau alifatik (rantai

lurus). Arilfosfat adalah ester dari fenol dengan gugus asam fosfat atau thiofosfat.

Insektisida organofosfat merupakan ester dari asam tiofosfat dan ester asam

fosfat yang memiliki sifat tidak stabil di lingkungan, dan persistensi yang tidak

terlalu lama di lingkungan namun memiliki sifat yang sangat toksik terhadap

vertebrata. Menurut Permentan No. 24 Tahun 2011, bahan aktif adalah bahan

kimia sintetik atau bahan alami yang terkandung dalam bahan teknis atau

formulasi pestisida yang memiliki daya racun atau pengaruh biologis lain

terhadap organisme sasaran. Dalam Pedoman Penggunaan Insektisida

(Pestisida) tahun 2012, menjelaskan bahan aktif adalah bahan utama yang

secara biologis bersifat sebagai insektisida. Kadar bahan aktif untuk formulasi

cair dinyatakan dalam g/L, sedangkan formulasi padat, setengah padat, kental

atau campuran cair dan padat dinyatakan dalam persen bobot (g/kg).

2.3 Dimetoat

Menurut Baehaki (1993), bahan aktif dimetoat diperdagangkan sebagai

Dimacid, Roxion, Perfekthion, Daphene, Demos L-40, Fosthin MM, Rogor,

Cygon, De-Fend, Rebelate, Trimethion, Fosfamid. Rumus bangun dimetoat

adalah dapat dilihat pada Gambar 1 :

Gambar 1. Rumus Bangun Dimetoat (Baehaki, 1993)

Page 24: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

10

Dimetoat merupakan insektisida dan akarisida OP sebagai racun kontak dan

sistematik. LD50 untuk tikus adalah 225mg/kg. Insektisida ini dikembangkan oleh

American Cynamid Co., 1956, untuk mengendalikan Lamprosema indicata, Etiela

zinckenella, Pseudococcus citri (Baehaki, 1993).

Dimetoat populer dengan nama umum “ROGOR”, adalah organofosfat

insektisida sistemik yang digunakan secara luas untuk mengendalikan hama

serangga dari buah-buahan, sayuran dan tanaman. Seperti organofosfat lainnya

dimetoat ireversibel menghambat enzim asetil kholinesterase dan bekerja

terutama sebagai racun saraf. Dimetoat termasuk insektisida yang memiliki sifat

racun akut dan diklasifikasikan karsinogen terhadap manusia oleh USEPA

berdasarkan terjadinya tumor pada tikus. Dalam WHO peringkat bahaya akut

dimetoat dinilai sebagai cukup berbahaya (Singh, 2014).

Menurut Zaranyika and Mlilo (2014), dimetoat relatif stabil pada kondisi

perairan yang asam dan akan mengalami hidrolisis pada kondisi basa pada

larutan methylamine, asam thioglycolic dan thiophosphate. Hidrolisis dimetoat

dengan air hasil sulingan akan berhenti setelah 9 hari. Hal ini karena kondisi air

yang berubah menjadi asam akibat hasil dari hidrolisis. Hidrolisis dimetoat dapat

dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hidrolisis Dimetoat

Menurut Qayoom et al. (2016), target utama organofosfat (OPs) adalah

menghambat enzim acetylcholinesterase (AChE) neuro yang menyebabkan

kelumpuhan pada toksisitas akut. Namun, toksisitas OP pada perairan alami

dimana ikan terpapar secara kronis menginduksi dalam jangka panjang

Page 25: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

11

ireversibel yang menyebabkan disfungsi fisiologis di dalamnya. Seperti

organofosfat lainnya, dimetoat menghambat asetilkolinesterase (AChE) yang

terdapat pada mamalia, ikan, burung, dan biji-bijian. Penghambatan tersebut

menciptakan penumpukan asetilkolin pada sinapsis saraf yang melumpuhkan

enzim cholinesterase yang sangat penting untuk sistem saraf pusat yang

berfungsi. Akumulasi asetilkolin terus menerus menyebabkan hilangnya

keseimbangan, kejang, gejala paralitik, dan akhirnya kematian. Kelebihan sekresi

lendir pada tubuh ikan dapat menjadi reaksi mekanisme pertahanan lini pertama

terhadap kondisi stres. Pada ikan yang terpapar pestisida dimetoat mengalami

peningkatan pergerakan pernafasan (peningkatan gerakan operkulum), kelainan

berenang, kehilangan daya apung, dan warna tubuh yang memudar.

Peningkatan gerakan operkulum terjadi akibat adanya kerusakan insang ikan

oleh pestisida dimetoat yang menghambat pengambilan oksigen.

2.4 Toksikologi

2.4.1 Definisi Toksikologi

Secara sederhana dan ringkas, toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian

tentang hakikat dan mekanisme efek berbahaya (toksik) berbagai bahan kimia

terhadap makhluk hidup dan sistem biologik lainnya, selain itu juga dapat

membahas penilaian kuantitatif tentang berat dan kekerapan efek tersebut

terhadap makhluk hidup (Wirasuta dan Niruri, 2006). Menurut Koeman (1983),

keracunan berarti bahwa suatu zat kimia telah mengganggu proses fisiologis,

sehingga keadaan badan organisme itu tidak lagi dalam keadaan sehat. Ilmu ang

memepelajari hal ikhwal beracun dan daya kerjanya, disebut toksikologi atau

pengetahuan tentang racun (bahasa Yunani : toxixon : racun).

Toksikologi yang didefinisikan sebagai ilmu tentang aksi berbahaya zat kimia

atas mekanisme biologi, berkembang menjadi tiga bagian pokok yaitu toksikologi

Page 26: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

12

lingkungan, toksikologi ekonomi dan toksikologi kehakiman (Loomis, 1978).

Menurut Mutschler (1991), ada beberapa kemungkinan untuk menggolongkan

toksikologi, antara lain dapat dibedakan atas :

• efek toksik akut, yang langsung berhubungan dengan pengambilan zat toksik

• efek toksik kronis, yang pada umumnya zat dalam jumlah sedikit diterima

tubuh dalam jangka waktu yang lama sehingga akan terakumulasi mencapai

konsentrasi toksik dan demikian menyebabkan terjadinya gejala keracunan.

Toksisitas jangka panjang (kronis) adalah efek toksik yang baru dapat dipastikan

setelah periode laten yang cukup panjang, misalnya kerja mutagenik dan kerja

karsinogen. Pembagian lain toksikologi dapat dilakukan berdasarkan jenis zat

dan keadaan pada saat kerja toksik terjadi. Berdasarkan ini toksikologi dibagi

atas toksikologi obat, toksikologi bahan makanan, toksikologi pestisida,

toksikologi industri, toksikologi lingkungan, toksikologi kesehatan, toksikologi

perang, dan toksikologi penyinaran.

2.4.2 Uji Toksisitas

Uji toksisitas yaitu uji hayati yang digunakan untuk menentukan tingkat

toksisitas dari suatu zat atau bahan pencemar dan digunakan juga untuk

pemantauan limbah secara rutin. Uji toksisitas akut dengan menggunakan hewan

uji merupakan salah satu bentuk penelitian toksikologi perairan. Parameter yang

diukur biasanya berupa kematian hewan uji, di mana hasilnya dinyatakan

sebagai konsentrasi yang menyebabkan 50% kematian hewan uji (LC50) dalam

waktu yang relatif pendek selama empat hari (Husni, 2011). Menurut Halang

(2004), toksisitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain komposisi dan

jenis toksikan, konsentrasi toksikan, durasi pemaparan, sifat lingkungan dan

spesies biota.

Page 27: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

13

Toksikan dapat menimbulkan efek negatif bagi biota dalam bentuk

perubahan struktur maupun fungsional, baik secara akut maupun kronik atau sub

kronis. Efek tersebut dapat bersifat reversible sehingga dapat pulih kembali dan

dapat pula bersifat irreversible yang tidak dapat pulih (Halang, 2004). Polutan

toksik dapat mengakibatkan kematian (lethal) maupun bukan kematian

(sublethal), misalnya terganggunya pertumbuhan, tingkah laku, dan karakteristik

morfologi berbagai organisme akuatik (Bosman et. al., 2013).

Menurut Guthrie dan Perry (1980), dampak negatif dari toksikan

menimbulkan efek yang berbeda terhadap biota pada setiap tingkatan

kerusakan. Beberapa istilah yang digunakan untuk menggambarkan dampak

yang diakibatkan dari toksikan yaitu :

1. Akut, merupakan respon terhadap stimulus yang menimbulkan efek parah

dan terjadi secara cepat dan singkat. Pada ikan dan organisme air biasanya

pengujian dilakukan dalam waktu empat hari (96 jam).

2. Sub akut, merupakan respon terhadap stimulus ang kurang parah jika

dibandingkan dengan respon akut. Perlu waktu yang lebih lama sehingga

menjadi kronis.

3. Kronis, merupakan respon terhadap stimulus yang terjadi secara terus

menerus dalam waktu yang lama, yaitu sekitar 1% - 10% dari total waktu

hidup organisme.

4. Letal, merupakan respon suatu stimulus dari konsentrasi yang dapat

menyebabkan kematian secara langsung.

5. Sub Letal, merupakan respon suatu stimulus dari konsentrasi di bawah level

letal.

Page 28: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

14

2.4.3 Uji Sublethal

Menurut Guthrie dan Perry (1980), uji sublethal merupakan konsentrasi

stimulus di bawah tingkat konsentrasi yang secara langsung dapat menyebabkan

kematian bagi ikan. Uji sublethal kadang dinyatakan dalam EC50 yang

merupakan konsentrasi efektif zat beracun yang menghasilkan perubahan

perilaku atau respon fisiologi sublethal pada 50% organisme uji. Pengaruh

sublethal insektisida secara tidak langsung dapat menyebabkan penurunan

kesempatan hidup atau perkembangbiakan.

Pengaruh sublethal yang spesifik banyak dan beragam, serta berhubungan

dengan kondisi fisiologis dan perilaku, seperti perubahan dalam produksi enzim,

laju pertumbuhan, perkembangbiakan, perilaku dan kegiatan, produksi tumor,

dan pengaruh teratogenik (Connel dan Miller, 2006). Pengaruh bahan pencemar

dapat diamati melalui pengukuran fisiologis maupun biokimia. Pengamatan yang

dapat dilakukan antara lain hematologi (kadar hematokrit, kadar hemoglobin,

jumlah eritrosit dan jumlah leukosit), serta histopatologi (Heat, 1987).

2.5 Histologi

Histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel, organ, dan jaringan

tubuh dalam kondisi mikroskopis. Sedangkan ilmu yang mempelajari tentang

morbiditas atau patologi dari sebuah jaringan disebut sebagai histopatologi. Di

antara struktur jaringan normal dan struktur jaringan abnormal dapat dipelajari

secara mikroskopis dengan preparasi jaringan. Preparasi tersebut dibuat melalui

pengolahan jaringan sampai pewarnaan jaringan. Untuk selanjutnya, struktur

histologi dapat dilihat dengan jelas dan memudahkan dalam membacanya

(Pratiwi dan Manan, 2015).

Analisa histopatologi dapat digunakan sebagai biomarker untuk

mengetahui kondisi kesehatan ikan melalui perubahan struktur yang terjadi pada

Page 29: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

15

organ-organ yang menjadi sasaran utama dari penyakit infeksius dan

pengobatan dengan antibiotik seperti insang, hati, ginjal dan sebagainya. Selain

itu, penggunaan biomarker histopatologi dapat digunakan dalam memonitoring

perubahan pada jaringan organ dengan mengamati organ-organ tersebut yang

memiliki fungsi penting dalam metabolisme tubuh sehingga dapat digunakan

sebagai diagnosis awal terjadinya gangguan kesehatan pada suatu organisme

(Sukarni et al., 2012).

2.6 Mekanisme Insektisida Masuk Ke Dalam Tubuh Organisme

Ikan yang hidup dalam lingkungan perairan yang tercemar pestisida akan

menyerap bahan aktif pestisida tersebut dan tersimpan dalam tubuh, terutama

pestisida yang bersifat lipofilik (Taufik, 2011). Pestisida golongan organofosfat

masuk ke dalam tubuh melalui kulit, mulut, saluran pencernaan, pernafasan.

(Sudarmo,1988). Pada saluran pernafasan, pestisida dapat menyebabkan

kerusakan pada bagian insang dan organ-organ yang berhubungan dengan

insang. Masuknya pestisida dalam insang melalui kontak langsung karena

terletak di luar (Rudiyanti dan Ekasari, 2009).

Pencemaran pestisida yang berada di sawah irigasi sebagian besar akan

menyebar di dalam air pengairan, selanjutnya akan menuju ke sungai dan

akhirnya menuju ke laut. Meskipun di dalam air terjadi pengenceran, sebagian

ada yang terurai dan sebagian lagi tetap persisten. Sebagian besar insektisida

yang jatuh ke tanah akan terbawa oleh aliran air irigasi. Di dalam air, partikel

insektisida tersebut akan diserap oleh mikroplankton. Mikroplakton tersebut

selanjutnya akan dimakan oleh zooplankton. Dengan demikian insektisida yang

ada di dalam tubuh mikroplankton tadi ikut termakan. Karena sifat persistensi

yang dimiliki oleh insektisida, menyebabkan konsentrasi di dalam tubuh

zooplankton meningkat lagi hingga puluhan mungkin bisa ratusan kali dibanding

Page 30: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

16

dengan yang ada di dalam air. Bila zooplankton – zooplankton tersebut dimakan

oleh ikan – ikan kecil, konsentrasi insektisida di dalam tubuh ikan – ikan tersebut

akan lebih meningkat lagi. Demikian pula konsentrasi insektisida di dalam tubuh

ikan besar yang memakan ikan – ikan kecil. Rantai konsumen yang terakhir yaitu

di mana manusia yang akan mengkonsumsi ikan besar dan menerima

konsentrasi tertinggi dari insektisida yang ada di dalam tubuh ikan tersebut

(Yuantari, 2013).

2.7 Ikan Mas (Cyprinus carpio)

2.7.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas

Klasifikasi ikan mas (Cyprinus carpio) menurut Saanin (1984), adalah

sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Pisces

Subclass : Teleostei

Ordo : Cypriniformes

Subordo : Cyprinoidei

Family : Cyprinidae

Subfamily : Cyprininae

Genus : Cyprinus

Species : Cyprinus carpio L.

Gambar 3. Ikan Mas (Cyprinus carpio) (Google image, 2017)

Page 31: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

17

Ikan mas termasuk ke dalam genus cyprinus yang berasal dari famili

cyprinidae. Ikan mas mempunyai ciri-ciri badan yang memanjang, sedikit pipih ke

samping. Letak dari mulutnya berada di tengah (terminal), mempunyai sungut

dua pasang, sirip punggung dengan jari-jari keras berjumlah 17-22 serta sirip

dada dengan jumlah 15 jari-jari keras. Letak permulaan sirip punggung ini

berseberangan dengan permulaan sirip perut yang hanya ada satu dengan

jumlah jari-jari keras antara 7-9. Ikan mas mempunyai sisik yang relatif besar

dengan tipe cycloid, mempunai garis rusuk yang lengkap pada pertengahan sirip

ekor dengan jumlah antara 35-39 (Saanin, 1984).

Ciri – ciri morfologi adalah ciri – ciri yang menunjukkan bentuk dan struktur

tubuh suatu organisme. Secara umum, karakteristik ikan mas memiliki bentuk

tubuh yang agak memanjang dan sedikit memipih ke samping (compressed).

Sebagian besar tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik kecuali pada beberapa strain

yang memiliki sedikit sisik. Moncongnya terletak di ujung tengah (terminal) dan

dapat disembulkan (protaktil). Pada bibirnya yang lunak terdapat dua pasang

sungut (berbel) dan tidak bergerigi. Pada bagian dalam mulut terdapar gigi

kerongkongan (pharynreal teeth) sebanyak tiga baris berbentuk geraham. Sirip

punggung ikan mas memanjang dan bagian permukaannya terletak

beseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip punggungnya

(dorsal) berjari – jari keras sedangkan di bagian akhir bergerigi. Seperti halnya

sirip punggung, bagian belakang sirip dubur (anal) ikan mas ini pun berjari – jari

keras dan bergerigi pada ujungnya. Sirip ekornya menyerupai cagak memanjang

simetris hingga ke belakang tutup insang. Sisik ikan mas relatif besar dengan tipe

sisik lingkaran (cycloid) yang terletak beraturan. Garis rusuk atau gurat sisi (linea

literalis) yang lengkap terletak di tengah tubuh dengan posisi melintang dari tutup

insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Tim Lentera, 2002).

Page 32: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

18

2.7.2 Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Mas

Menurut Tarigan (2013), habitat asli ikan mas yang berada di alam meliputi

sungai berarus tenang, sampai sedang dan di area dangkal danau. Perairan

yang disukai tentunya yang banyak menyediakan pakan alaminya. Ceruk atau

area kecil yang terdalam pada suatu dasar perairan adalah tempat yang sangat

ideal untuk ikan mas. Bagian – bagian sungai yang terlindungi rindangnya

pepohonan dan tepi sungai di mana terdapat runtuhan pohon yang tumbang

dapat menjadi tempat favoritnya.

Ikan mas seringkali disebut ikan karper. Ikan mas termasuk jenis ikan

thermophil yang mampu beradaptasi atau toleran terhadap perubahan

temperatur air (lingkungan) antara 4°C – 30°C. Ikan ini telah berkembang di

daerah subtropis di belahan bumi utara (Eropa) sampai daratan tropis di belahan

selatan (Asia). Habitat yang disukai ikan mas adalah perairan yang

kedalamannya mencapai satu meter, mengalir pelan dan subur yang ditandai

melimpahnya makanan alami, misalnya rotifera, rotatoria, udang – udangan

renik, dan lain – lain. Sebaliknya, larva ikan mas menyukai perairan dangkal,

tenang dan terbuka (tidak ternaungi pepohonan yang rindang). Sedangkan benih

ikan mas yang berukuran cukup besar lebih mnyukai perairan yang agak dalam,

mengalir dan terbuka (Djarijah, 2001).

2.7.3 Laju Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran panjang atau berat pada suatu

periode tertentu. Pertumbuhan dapat dianggap sebagai hasil dari dua proses

yaitu proses yang cenderung untuk menurunkan energi tubuh yang menjadi

nyata jika seekor ikan dipelihara pada waktu tertentu tanpa diberi makan dan

suatu proses yang diawali dari pengambilan makanan dan diakhiri dengan

penyusunan unsur – unsur tubuh (Zonneveld et al., 1990 dalam Viana, 2010).

Page 33: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

19

Menurut Fujaya (2008), pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor genetik,

hormon dan lingkungan. Meskipun secara umum, faktor lingkungan yang

memegang peranan sangat penting adalah zat unsur hara dan suhu lingkungan,

namun di daerah tropis zat hara lebih penting dibanding suhu lingkungan. Zat

hara meliputi makanan, air dan oksigen menyediakan bahan mentah bagi

pertumbuhan, gen mengatur pengolahan bahan tersebut dan hormon

mempercepat pengolahan serta merangsang gen. Sehingga kualitas air dari

lingkungan hidup ikan sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan.

2.7.4 Insang Ikan Mas

Insang ikan merupakan organ respirasi utama yang bekerja dengan

mekanisme difusi permukaan dari gas – gas respirasi (oksigen dan

karbondioksida) antara darah dan air. Oksigen yang terlarut dalam air akan

diabsorbsi ke dalam kapiler – kapiler insang dan difiksasi oleh hemoglobin untuk

selanjutnya didistribusikan ke seluruh tubuh, sedangkan karbondioksida

dikeluarkan dari sel dan jaringan untuk dilepaskan ke air di sekitar insang. Oleh

sebab itu, apapun perubahan – perubahan yang terjadi di lingkungan perairan

akan secara langsung dan tidak langsung berdampak kepada struktur dan fungsi

insang serta hemoglobinnya (Saputra et al., 2013).

Menurut Tandjung (1982) dalam Susanah (2011), kerusakan insang dapat

dikategorikan berdasarkan tingkatan perubahan – perubahan anatomi lamella

sekunder dan filamen insang. Kerusakan insang dari tingat ringan hingga berat

adalah sebagai berikut :

1. Edema pada lamella menunjukkan telah terjadi kontaminasi tetapi belum ada

pencemaran. Edema merupakan pembengkakan sel atau penimbunan

cairan secara berlebihan di dalam jaringan tubuh. Edema dapat

menyebabkan terjadinya fusi lamella yaitu pada lamella sekunder.

Page 34: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

20

2. Hyperplasia pada pangkal lamella. Hyperplasia adalah pembentukan

jaringan secara berlebihan karena bertambahnya jumlah sel. Hal ini

merupakan gejala dari adanya pencemaran. Hyperplasia sendiri dapat

disebabkan karena edema yang berlebihan sehingga menyebabkan sel

darah merah keluar dari kapilernya dan sel akan lepas dari penyokongnya.

3. Fusi dua lamella (pencemaran tingkat awal). Fusi lamella diakibatkan oleh

pembengkakan sel – sel insang. Akibat dari adanya fusi lamella sekunder

adalah terganggunya fungsi lamella sekunder dalam proses pengambilan

oksigen.

4. Hyperplasia hampir pada seluruh lamella sekunder, menandakan telah

terjadi pencemaran.

5. Rusaknya atau hilangnya struktur filamen insang (pencemaran berat).

Menurut Varney et al. (2004), hemoragi merupakan suatu keadaan

kehilangan darah yang abnormal. Permeabilitas dari sel dipengaruhi oleh adanya

zat toksik seperti pestisida ke dalam perairan. Bahan pencemar yang masuk ke

dalam tubuh mengakibatkan keterbatasan transportasi ion dan menyebabkan

hancurnya sel darah akibat kerusakan kapiler darah. Menurut Suparjo (2010),

kerusakan insang yang disebabkan oleh substansi tercemar dibagi dalam

beberapa tingkatan yaitu diawali dengan edema, hiperplasia pada sel – sel basal,

fusi lamella, fusi pada seluruh lamela sekunder dan hilangnya struktur lamela

sekunder serta filamentum mereduksi. Hiperplasia dapat mengurangi luas

permukaan lamela sekunder untuk pertukaran gas yang dilakukan oleh eritrosit.

Fusi lamela terjadi oleh adanya hiperplasia yang meluas pada sel – sel basal dan

ephitelium sehingga lamela sekunder akan menyatu. Peristiwa ini mengakibatkan

terhambatnya proses respirasi maupun ekspirasi gas pernapasan yang masuk

dan keluar tubuh ikan.

Page 35: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

21

2.8 Parameter Kualitas Air

2.8.1 pH

Derajat keasaman sering dinyatakan sebagai pH merupakan kondisi asam

dan basa suatu perairan yang dapat digunakan sebagai indeks kualitas

lingkungan. Air dengan kondisi asam akan menyebabkan ikan lemah, lebih

mudah tekena infeksi dan tingkat kematian (mortalitas) tinggi. Berubahnya nilai

pH menimbulkan perubahan terhadap keseimbangan kandungan

karbondioksida, bikarbonat dan karbonat di dalam perairan. Ikan dan biota

akuatik lainnya masih dapat mentoleransi lingkungan yang mempunyai pH antara

4,0 (Riyadi, 2006).

Menurut Suryanto (2011), pH merupakan ukuran derajat keasaman. Perairan

dikatakan memiliki pH normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan

biota yang hidup di perairan jika mempunyai pH sekitar 6,5 – 7,5. Air akan

bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah normal,

maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH

normal bersifat basa.

2.8.2 Suhu

Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda

dan alat yang digunakan untuk mengkur suhu adalah thermometer. Dalam

kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung

menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi

maka diciptakan termometer untuk emngukur suhu dengan valid. Banyak

dampak dari suatu perubahan suhu dalam perairan. Perubahan suhu

mempengaruhi tingkat kesesuaian perairan sebagai habitat organisme akuatik,

karena itu setiap organisme akuatik mempunai batas kisaran maksimum dan

minimum (Effendi, 2003).

Page 36: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

22

Menurut Dani dan Sutjiati (1985), suhu sangat penting bagi kehidupan ikan.

Seperti hewan poikilotermal lainnya, suhu tubuh ikan dengan suhu air

lingkungannya relatif sama dibandingkan dengan suhu tubuh hewan

homoiotermal dengan suhu lingkungannya. Perbedaan ini karena proses

produksi panas pada hewan berdarah dingin jauh lebih lambat daripada hewan

berdarah panas yang mempunyai suhu tubuh tetap. Pada umumnya suhu tubuh

ikan dengan suhu air sekelilingnya berbeda antara 0,5 – 1 derajat celcius. Dalam

hal ini suhu berfungsi sebagai faktor isyarat rangsangan alam yang menetukan

beberapa proses seperti bertelur, migrasi, metabolisme dan pertumbuhan ikan.

2.8.3 DO

Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga jika

ketersediaannya dalam air tidak mencukupi kebutuhan ikan, maka segala

aktifitas dan proses pertumbuhan ikan akan terganggu, bahkan akan mengalami

kematian (Sutimin, 2009). Kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai dua

kepentingan yaitu : kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan

konsumtif yang tergantung pada metabolisme ikan (Ghufron dan Kordi, 2005).

Oksigen adalah salah satu unsur kimia yang sangat penting sebagai

penunjang utama kehidupan berbagai organisme. Oksigen dimanfaatkan oleh

organisme perairan untuk proses respirasi dan menguraikan zat organik menjadi

zat an-organik oleh mikroorganisme. Oksigen terlarut dalam air berasal dari difusi

udara dan hasil fotosintesis organisme berklorofil yang hidup dalam suatu

perairan dan dibutuhkan oleh organisme untuk mengoksidasi zat hara yang

masuk ke dalam tubuhnya (Nybakken, 1988 dalam Simanjutak, 2007).

Page 37: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

23

3. MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Materi Penelitian

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah insektisida organofosfat

berbahan aktif dimetoat yang memiliki merk dagang Kanon 400 EC dalam bentuk

cair dan hewan uji yang digunakan adalah benih ikan mas (Cyprinus carpio) yang

berukuran 3 – 5 cm melalui histologi insang dengan menggunakan metode

pewarnaan Haematoxylin Eosin (HE) pada uji sublethal insektisida dimetoat.

Dalam penelitian ini paramaeter kualitas air yang diukur meliputi pH, suhu, dan

oksigen terlarut (DO).

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian tentang uji pengaruh sublethal

insektisida organofosfat dengan bahan aktif dimetoat terhadap kelangsungan

hidup ikan mas (Cyprinus carpio) antara lain kolam, seser, toples kapasitas 16

liter, seperangkat alat aerasi, DO meter, pH meter, thermometer Hg, sectio set,

botol film, object glass, cover glass dan mikroskop. Bahan yang digunakan dalam

penelitian adalah ikan mas, insektisida dimetoat, preparat irisan jaringan insang

ikan mas (Cyprinus carpio) air tawar, pakan ikan, aquades, tissue, formalin 10%

dan lain sebagainya. Adapun fungsi alat dan bahan dapat dilihat pada Lampiran

1.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

Penelitian dengan metode eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan

mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol ( Nazir,

2005). Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara deskriptif

Page 38: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

24

yaitu dengan mengadakan kegiatan pengumpulan, analisis dan interpretasi data

yang bertujuan untuk membuat deskripsi mengenai keadaan yang terjadi pada

saat penelitian (Suryabrata, 1987). Data yang diambil meliputi data primer serta

pengambilan data sekunder yang didapatkan dari jurnal, jurnal, artikel, laporan

PKM/Skripsi, situs internet dan kepustakaan yang menunjang penelitian ini.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di

lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang

memerlukan. Data ini diperoleh secara langsung dengan melakukan pengamatan

dan pencatatan dari hasil observasi (Hasan, 2002). Menurut Marzuki (1982),

observasi berarti melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki, tanpa mengajukan pertanyaan-

pertanyaan.

b. Data Sekunder

Menurut Mulyanto (2008), data sekunder adalah data primer yang diperoleh

dari pihak lain yang telah diolah dan disajikan baik oleh pengumpul maupun

pihak lain. Menurut Sugiyono (2010), sumber sekunder merupakan sumber yang

tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang

lain atau lewat dokumen. Data sekunder dalam penelitian ini didapatkan dari

jurnal, artikel ilmiah, laporan penelitian terdahulu, situs internet serta

kepustakaan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.4 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan

Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan perbedaan konsentrasi (a) sebanyak 6,

yaitu kontrol (tanpa pestisida), pestisida 10%, 30%, 50%, 70%, 90% dan ulangan

perlakuan (n) sebanyak 4. Eksperimen yang dilakukan pada penelitian ini antara

Page 39: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

25

lain: 1) mengetahui laju pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio) yang terpapar

sublethal insektisida dimetoat; (2) mengetahui SR (Survival Rate) pada ikan mas

(Cyprinus carpio) yang terpapar sublethal insektisida dimetoat; (3) mengetahui

persentase kerusakan jaringan organ insang ikan mas yang terpapar sublethal

insektisida dimetoat.

Rumus dari Rancangan Acak Lengkap (RAL) menurut Kusriningrum (2008)

adalah sebagai berikut:

Keterangan : = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

= Nilai tengah umum

= Pengaruh perlakuan ke-i

= Kesalahan (galat) pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Ulangan perlakuan pada penelitian mengenai uji pengaruh sublethal

insektisida organofosfat dengan bahan aktif dimetoat terhadap ikan mas adalah

sebagai berikut:

t(r-1) ≥ 15

6(r-1) ≥ 15 6r ≥ 15 r ≥ 4

Keterangan : t = Jumlah perlakuan pada penelitian r = Jumlah ulangan perlakuan pada penelitian

Untuk mengetahui perbedaan dari perlakuan pestisida terhadap

kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio) maka

dianalisa keragamannya menggunakan ANOVA. Selanjutnya perbedaan

perlakuan dengan kontrol diuji lanjut menggunakan uji BNT. Ikan mas yang

digunakan adalah ikan mas berukuran 3 – 5 cm. Pengaturan tata letak

percobaan dilakukan secara acak (random). Pengacakan dilakukan agar analisis

data yang dilakukan menjadi sahih. Adapun beberapa metode yang digunakan

Page 40: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

26

antara lain (a) diundi (lotere), (b) daftar angka acak atau dengan (c)

menggunakan software. Denah penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Denah Penelitian

Keterangan : A, B, C, D, E, F adalah perlakuan A = kontrol B= 10% dari nilai LC50 C= 30 % dari nilai LC50 D= 50% dari nilai LC50 E= 70% dari nilai LC50 F= 90% dari nilai LC50 1, 2, 3, 4 adalah ulangan

Tabel 1. Nilai Pengamatan

Ulangan Perlakuan

Total 1 2 3 4 5 6

1 y11 y21 y31 y41 y51 y61

2 y12 y22 y32 y42 y52 y62

3 y13 y23 y33 y43 y53 y63

4 y14 y24 y34 y44 y54 y64

Total y1 y2 y3 y4 y5 y6 y

Rata – rata

y1 y2 y3 y4 y5 y6 Y

Faktor Koreksi (FK) =

Jumlah Kuadrat Total (JKT) =

Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)= - FK

Jumlah Kuadrat Galat = JKT – JKP

Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP) =

Kuadrat Tengah Galat (KTG) =

F hitung= KTP/KTG

F3 E3 A4 C4 F4 D1 A1 D4

B4 B1 E1 C3 A2 B3 D3 F1

E2 C1 A3 C2 F2 E4 D2 B2

Page 41: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

27

Tabel 2. Sidik Ragam untuk RAL

Sumber

Keragaman

(SK)

Derajat

Bebas

(db)

Jumlah

Kuadrat

(JK)

Kuadrat

Tengah

(KT)

F hitung

F tabel

0,05 0,01

Perlakuan t-1 JKP KTP

Galat t(n-1) JKG KTG

Total tn-1 JKT

3.5 Tahap Penelitian

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan prosedur yaitu tahap preparasi

penelitian, uji pendahuluan (uji toksisitas akut LC50), uji sesungguhnya (uji

pengaruh sublethal insektisida dimetoat terhadap ikan mas, pengamatan

pertumbuhan, dan kelangsungan hidup ikan), histologi organ insang ikan mas.

3.5.1 Aklimatisasi Hewan Uji

Aklimatisasi hewan uji dilakukan dengan menyiapkan bak-bak percobaan

yang memiliki kapasitas 16 liter kemudian diisi air sebanyak 10 liter dan dibiarkan

sehari agar kotoran mengendap lalu disipon. Kemudian dimasukkan ikan

sebanyak 10 ekor yang memiliki stadia, ukuran, berat badan, umur, serta kondisi

fisiologis yang relatif sama. Ikan mas (Cyprinus carpio) yang digunakan adalah

ikan juvenile. Tahap pemeliharaan hewan uji, di mana ikan mas yang akan

digunakan sebagai hewan uji dipelihara selama kurang lebih 7 hari dan diberi

pakan berupa pelet dua kali sehari yaitu pagi pada pukul 08.00 WIB dan sore

pada pukul 16.00 WIB. Paka diberikan sebanyak 3 % dari berat tubuh ikan.

Selama aklimatisasi, mortalitas hewan uji tidak boleh lebih dari 3 % selama 48

jam, apabila melebihi 3% maka kelompok hewan uji tidak dapat digunakan untuk

penelitian. Dan sebaliknya apabila mortalitas tidak lebih dari 3% maka kelompok

hewan uji dapat digunakan untuk penelitian. Sehari sebelum dilakukan pengujian

ikan dipuasakan terlebih dahulu (Kusriani et al., 2012).

Page 42: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

28

➢ Pembuatan Konsentrasi Perlakuan

Persiapan berbagai konsentrasi insektisida dengan cara melakukan

pengenceran menggunakan rumus :

Keterangan :

V1= Volume atau jumlah insektisida yang dibutuhkan

N1= Konsentrasi insektisida

V2= Volume air yang digunakan

N2= Dosis insektisida yang diinginkan

Pestisida organofosfat berbahan aktif dimetoat dengan merk Kanon 400

EC. Kandungan bahan aktif dimetoat pada pestisida ini sebanyak 400 gr/L. Jika

dijadikan dalam bentuk ppm maka menjadi 400.000 mg/L. Pembuatan konsetrasi

larutan untuk uji pendahuluan dan uij sublethal, terlebih dahulu dilakukan

pembuatan larutan stok sebanyak 1000 mg/L. Adapun pembuatan larutan stok

1000 mg/L sebagai berikut:

V1 =

Jadi untuk membuat larutan stok sebanyak 1000 ppm (mg/l), maka

diperlukan pestisida sebanyak 2, 5 ml dan dilarutkan dalam 1 liter aquades.

3.5.2 Uji Pendahuluan

➢ Penentuan Nilai Ambang Lethal Atas dan Nilai Ambang Lethal Bawah

Sebelum dilakukan uji toksisitas akut dan uji pengaruh sublethal maka

dilkukan uji pendahuluan untuk menentukan nilai ambang lethal bawah dan nilai

ambang lethal atas. Nilai ambang lethal bawah merupakan konsentrasi tertinggi

dari bahan uji di mana hewan uji masih mampu hidup setelah waktu pemaparan

48 jam, sedangkan nilai ambang lethal atas merupakan konsentrasi terendah

Page 43: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

29

dari bahan uji yang mampu menyebabkan hewan uji mati 100% pada waktu

pemaparan 24 jam. Penentuan nulai ambang lethal bawah (LC0-48 jam) dan nilai

ambang lethal atas (LC0-24jam) bertujuan untuk menentukan konsentrasi

insektisida yang digunakan untuk uji toksisitas akut agar mendapatkan nilai

median lethal concentration (LC50-96 jam). Prosedur dalam uji untuk penentuan

nilai ambang lethal bawah dan nilai ambang lethal atas adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan 6 bak dan diisi air sebanyak 10 liter untuk 6 konsentrasi yaitu 0

mg/l, 0,01 mg/l, 0,1 mg/l, 1 mg/l, 10 mg/l, 100 mg/l. Perhitungan konsentrasi

untuk uji pendahuluan dapat dilihat pada Lampiran 2.

2. Memasukkan insektisida dengan konsentrasi yang sudah didapatkan dari

pengenceran ke dalam masing-masing bak.

3. Memasukkan hewan uji yaitu ikan mas yang berukuran 3 – 5 cm.

4. Memberikan aerasi sampai dasar untuk memberikan suplai oksigen selama

penelitian

5. Mengamati ikan mas setiap 8 jam sekali selama 96 jam untuk mengetahui

mortalitasnya

6. Mengamati jumlah ikan mas yang mati setiap 8 jam sekali dihitung

kumulatifnya pada 96 jam.

Pengamatan mortalitas pada hewan uji dilakukan pada periode 24 jam, 48

jam, 72 jam dan 96 jam. Hewan uji yang mati pada waktu pengamatan

dikeluarkan dan dicatat. Setelah konsentrasi ambang batas atas dan ambang

bawah telah diketahui, selanjutnya menentukan konsentrasi untuk uji toksisitas

menggunakan tabel rand. Tabel Rand dapat dilihat pada Lampiran 5.

Uji pendahuluan dilakukan untuk menentukan batas kisaran kritis (critical

range test) yang menjadi dasar penentuan konsentrasi yang digunakan dalam uji

lanjutan atau uji toksisitas sesungguhnya, yaitu konsentrasi yang dapat

Page 44: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

30

menyebabkan kematian terbesar mendekati 50% dan kematian terkecil

mendekati 50% (Esmiralda dan Husni, 2012).

3.5.3 Uji Toksisitas Akut (LC50)

Uji toksisitas akut dilakukan untuk mendapatkan nilai ambang tengah LC50-96

jam untuk digunakan dalam uji pengaruh sublethal. Adapun prosedur uji

toksisitas akut adalah sebagai berikut :

1. Menentukan variasi konsentrasi insektisida dengan bahan aktif dimetoat

menggunakan tabel skala rand sesuai dengan hasil uji pendahuluan

penentuan nilai ambang lethal bawah dan ambang lethal atas

2. Mempersiapkan media dengan konsentrasi sesuai dengan perhitungan dari

rentang nilai pada uji pendahuluan sebanyak 8 konsentrasi termasuk kontrol.

3. Memberikan aerasi pada media terlebih dahulu selama 5-10 menit sebelum

memasukkan ikan mas ke dalam media percobaan

4. Memasukkan ikan mas ke dalam media sebanyak 10 ekor setiap bak dan

memberikan aerasi selama perlakuan 96 jam tanpa diberi makan

5. Mengamati ikan mas 8 jam sekali selama 96 jam dan pengukuran parameter

kualitas air pH, suhu, DO pada masing-masing bak media perlakuan selama

pengamatan 24, 48, 72, dan 96 jam. Kemudian menentukan nilai LC50

dengan menggunakan analisis probit. Adapun tabel probit dapat dilihat pada

Lampiran 5, analisa probit dapat dihitung dengan menentukan nilai regresi

dengan rumus:

Regresi:

Keterangan :

Y = Variabel terikat b = Koefisien regresi

X = Variabel bebas x = Log dosis

a = Konstanta y = Probit mortalitas

b = a = −

Y = a + bX

Page 45: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

31

Langkah – langkah melakukan analisa probit nilai LC50 adalah sebagai

berikut:

1. Membuat tabel probit

2. Memasukkan niali konsentrasi perlakuan (mg/L)

3. Memasukkan nilai log 10 konsentasi perlakuan

4. Memasukkan jumlah organisme yang digunakan

5. Memasukkan jumlah kematian hewan uji pada setiap konsentrasi perlakuan

6. Menghitung nilai kematian

7. Mentranformasikan nilai koreksi kematian ke dalam tabel transformasi probit

8. Membuat regresi untuk nilai LC50 dengan rumus regresi di atas dan nilai anti

log x merupakan nilai LC50.

3.5.4 Uji Sesungguhnya (Uji Sublethal)

Uji pengaruh sublethal dilakukan selama 4 minggu untuk mengetahui

pengaruh insektisida dengan bahan aktif dimetoat terhadap kelangsungan hidup

ikan mas. Perlakuan menggunakan konsentrasi yang didapatkan dari uji

toksisitas akut. Perlakuan dari uji pengaruh sublethal yaitu dengan tanpa

pemberian insektisida sebagai kontrol dan perlakuan dengan pemberian

insektisida. Prosedur dari uji sesungguhnya adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan 24 media untuk 6 perlakuan yaitu 1 kontrol dan 5 konsentrasi

insektisida yang didapatkan dari 10%, 30%,50%, 70%, 90% dari nilai LC50

dan dilakukan 4 kali ulangan.

2. Memasukkan ikan mas yang telah diaklimatisasi ke dalam media masing-

masing sebanyak 10 ekor

3. Memberikan aerasi pada bak percobaan dan memberi makan ikan dua kali

sehari dengan pelet pada pukul 07.00 WIB dan 14.00 WIB

4. Melakukan pergantian media uji maksimal 4 hari sekali

Page 46: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

32

5. Melakukan pengukuran bobot tubuh tubuh ikan mas setiap seminggu sekali

selama 4 minggu

6. Cara pengukuran bobot tubuh yaitu menyiapkan wadah yang diberi air dan

meletakkannya di atas timbangan analitik lalu menekan tombol “ZERO” dan

mengambil ikan dengan cara sampling untuk mengukur bobot tubuhnya

7. Mengukur kualitas air sehari dua kali selama penelitian

8. Menghitung Survival Rate (SR)

3.6 Analisis Parameter Kualitas Air

3.6.1 pH

Berikut ini merupakan langkah-langkah untuk mengukur pH menurut Untung

dan Perkasa (2002), yaitu :

• Menyiapkan pH meter terlebih dahulu

• Melakukan kalibrasi pH meter menggunakan aquades sebelum digunakan,

apabila layar alat menunjukkan angka kurang atau lebih dari 7 maka sekrup

di bagian alat diputar dengan obeng kecil hingga layar memperlihatkan tepat

angka 7.

• Memasukkan pH meter ke dalam perairan yang akan diukur

• Menekan tombol di bagian atas pH meter atau digeser (disesuaikan dengan

alatnya)

• Mencatat hasil pada layar akan ditampilkan angka dan menunjukkan kondisi

pH perairan yang diukur.

3.6.2 Suhu

Berikut ini merupakan langkah-langkah untuk mengukur suhu menurut

Bloom (1988), adalah sebagai berikut :

Page 47: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

33

• Memasukkan Thermometer Hg ke dalam perairan sekitar 10 cm dan

ditunggu sekitar 2 menit sampai air raksa dalam skala termometer menunjuk

dan berhenti pada skala tertentu.

• Mencatat dalam skala derajat Celcius

• Membaca skala pada saat termometer masih di dalam perairan dan jangan

sampai tersentuh oleh tangan, mencatat hasilnya

3.6.3 DO

Berikut ini merupakan langkah-langkah untuk mengukur DO menurut Rovita

et al. (2012) yaitu :

• Memasukkan DO meter ke dalam perairan yang akan diukur

• Menunggu hingga skala menunjukkan angka yang stabil

• Membaca dan mencatat hasil oksigen terlarutnya pada skala DO meter

3.7 Prosedur Penelitian Insang Ikan Mas

3.7.1 Pengambilan Sampel Insang

Sampel insang ikan mas diambil dari tiap – tiap bak uji percobaan pada

konsentrasi yang telah ditentukan. Pengambilan sampel insang dilakukan

menggunakan alat sectio set. Setelah organ insang diambil selanjutnya

diawetkan ke dalam larutan formalin 10%.

3.7.2 Pembuatan Preparat

Menurut Pratiwi dan Manan (2015), dalam proses pembuatan preparat

histologi insang ikan mas dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan –

tahapan tersebut yaitu :

1. Persiapan Alat dan Bahan

Tujuan persiapan alat dan bahan untuk memudahkan langkah – langkah

selanjutnya dalam pembuatan preparat histologi.

Page 48: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

34

2. Fiksasi Jaringan

Fiksatif yang digunakan untuk pengawetan jaringan pada ikan adalah larutan

fiksatif bouin’s. Digunakan fiksatif bouin’s untuk ikan mas karena memiliki daya

penetrasi yang cepat dan merata tetapi dapat terjadinya sedikit pengerutan.

Proses fiksasi dengan larutan bouin’s dilakukan selama 24 jam. Apabila jaringan

direndam terlalu lama dapat menyebabkan kerapuhan pada jaringan sehingga

tidak mungkin untuk dipotong dengan mikrotom secara baik.

3. Pemilihan Jaringan (Trimming)

Jaringan terfiksasi dipotong menggunakan pisau bedah yang tajam dan steril

agar jaringan tidak mengalami kerusakan dalam proses pengerjaan. Setelah

dilakukan proses trimming kemudian jaringan yang telah dipotong dimasukkan ke

dalam casette. Cassete yang berisi jaringan kemudian direndam dalam aquades

selama satu menit dengan tujuan untuk menghindari terjadinya pengkerutan

pada jaringan akibat terlalu lama terkena udara.

4. Dehidrasi Jaringan

Dehidrasi jaringan dilakukan dengan tujuan untuk mengeluarkan seluruh

cairan yang terdapat dalam jaringan yang telah difiksasi sehingga nantinya dapat

diisi dengan parafin atau zat lainnya yang dipakai untuk membuat blok preparat.

Hal ini perlu dilakukan karena air tidak dapat bercampur dengan cairan parafin

atau zat lainnya yang dipakai untuk membuat blok preparat. Penarikan air keluar

dari sel/jaringan dilakukan dengan cara merendam jaringan dalam bahan kimia

yang berfungsi sebagai dehidrator (penarik air) yang secara progresif

konsentrasinya meningkat, yakni alkohol.

5. Pembuatan Blok Jaringan

Pembuatan blok jaringan dilakukan untuk menjaga masing-masing bagian

dari jaringan agar tidak berubah seperti pada kondisi tahap awal pemotongan

dengan menggunakan alat yang disebut tissue embeding. Dalam proses ini

Page 49: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

35

digunakan cetakan anti karat atau basemold untuk pembuatan blok paraffin.

Pada proses ini digunakan zat pembenam yaitu paraffin cair panas dengan suhu

70ºC.

6. Pengirisan Jaringan

Pengirisan jaringan adalah proses pemotongan blok jaringan dengan

menggunakan mikrotom. Mikrotom merupakan alat yang digunakan untuk

memotong tipis atau irisan suatu jaringan. Sampel jaringan berparaffin bergerak

maju secara manual menuju pisau sesuai dengan ketebalan irisan yang

diinginkan. Hasil dari pengirisan jaringan ini berupa pita tipis yang sangat penting

karena irisan-irisan tipis ini akan membantu ketepatan diagnosa.

7. Pewarnaan Jaringan

Pewarnaan adalah proses pemberian warna pada jaringan yang telah

dipotong sehingga jaringan dapat dikenali dan memudahkan dalam pengamatan

jaringan dengan mikroskop. Pada pulasan HE digunakan 2 macam zat warna

yaitu hematoksilin yang berfungsi untuk memulas inti sel dan memberikan warna

biru (basofilik) serta eosin yang merupakan counterstaining hematoksilin,

digunakan untuk memulas sitoplasma sel dan jaringan penyambung dan

memberikan warna merah muda dengan nuansa yang berbeda.

8. Preparat Hasil

Preparat yang telah diwarnai kemudian diamati dan dilakukan scanning

menggunakan mikroskop dotslide. Selanjutnya hasil scanning jaringan ikan mas

dijadikan file dotslide dan diamati dengan program Olyvia.

3.7.3 Pengamatan Kerusakan Insang Ikan Mas

Pengamatan jaringan insang ikan mas yang telah diwarnai menggunakan

haematocylin dan eosin dilakukan di bawah mikroskop binokuler. Selanjutnya

insang ikan mas (Cyprinus carpio) dianalisis dan diidentifikasi jenis dan tingkat

Page 50: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

36

kerusakan jaringan insang ikan mas yang telah terpapar insektisida organofosfat

berbahan aktif dimetoat pada perlakuan sublethal dengan dosis yang berbeda

menggunakan aplikasi Master Olyvia dan aplikasi CorelDRAW.

3.7.4 Persentase Kerusakan Insang Ikan Mas

Setelah dilakukan pengamatan kerusakan insang ikan mas, tahapan

berikutnya adalah menghitung persentase kerusakan jaringan insang ikan mas

untuk mengetahui kategori tingkat kerusakan jaringan insang ikan mas akibat

dari adanya perlakuan. Persentase kerusakan jaringan insang ikan mas dapat

dihitunga dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Cara menghitungnya adalah dalam satu bidang pandang dibagi menjadi

beberapa kotak dan dihitung jumlah kerusakan jaringan insang ikan mas yang

rusak, selanjutnya jumlah kotak yang mewakili jaringan dihitung sebagai jumlah

jaringan yang dianalisis.

3.8 Perhitungan SGR

Menurut Anggraeni dan Abdulgani (2013), laju pertumbuhan spesifik adalah

laju pertumbuhan harian atau presentase penambahan bobot ikan setiap harinya.

Meningkatnya pertumbuhan dapat diketahui dengan peningkatan laju

pertumbuhan spesifik. Selanjutnya data dianalisis statistik menggunakan ANOVA

yang akan menunjukkan adanya pengaruh pemberian perlakuan pada hewan uji.

Ada beberapa faktor – faktor yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan

spesifik pada ikan, yaitu faktor internal (faktor – faktor yang berasal dari dalam

tubuh ikan) dan eksternal (faktor – faktor yang berasal dari luar tubuh ikan).

Faktor internal meliputi jenis ikan, ukuran ikan, umur ikan, jenis kelamin ikan, dan

Page 51: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

37

lain sebagainya. Faktor eksternal meliputi lingkungan/habitat hidup ikan baik

fisika kimia dan ketersediaan pakan dari segi kualitas maupun kuantitas.

Perhitungan besarnya laju pertumbuhan ikan mas didapatkan rumus sebagai

berikut:

Keterangan :

SGR = Laju pertumbuhan Spesifik

Ln Wo = Berat awal hewan uji (g)

Ln Wt = Berat akhir hewan uji (g)

t = Waktu penelitian (hari)

3.9 Perhitungan SR

Kelangsungan hidup ikan merupakan perbandingan antara jumlah individu

yang hidup pada akhir percobaan dengan jumlah individu pada awal percobaan

atau peluang hidup dalam suatu saat tertentu. Survival rate biasanya dinyatakan

dalam satuan presentase (%). Pengukuran kelangsungan hidup (Survival Rate)

ikan uji diperoleh dengan mengikuti rumus Effendie (1979) dalam Rudiyanti dan

Ekasari (2009) adalah sebagai berikut:

Keterangan :

SR = Kelangsungan hidup hewan uji (%)

Nt = Jumlah ikan uji pada akhir penelitian (ekor)

N0 = Jumlah ikan uji pada awal penelitian (ekor)

3.10 Analisis Data

Analisa data untuk uji toksisitas akut (LC50) menggunakan analisa probit.

Selanjutnya untuk uji pengaruh sublethal insektisida organofosfat dengan bahan

aktis dimetoat terhadap kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan ikan mas

Page 52: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

38

menggunakan analisys of variance (ANOVA). Hal ini dilakukan untuk mengetahui

pengaruh perlakuan terhadap respon parameter yang diukur atau uji F. Jika nilai

dari uji F berbeda nyata atau berbeda sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji

beda nyata terkecil (BNT) untuk menentukan perbedaan antar perlakuan pada uji

pengaruh sublethal insektisida organofosfat dengan bahan aktif dimetoat.

Page 53: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

39

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji Toksisitas Insektisida Dimetoat

4.1.1 Hasil Penelitian Uji Pendahuluan

Hasil dari penelitian uji pendahuluan pada toksisitas insektisida organofosfat

dengan bahan aktif dimetoat terhadap mortalitas ikan mas (Cyprinus carpio)

disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Data Mortalitas Ikan Mas (Cyprinus carpio) pada Uji Pendahuluan

Keterangan : * = Ambang batas bawah ** = Ambang batas atas

Pada Tabel 3 dapat dilihat apabila pada konsentrasi pestisida 0 ppm tidak

terjadi mortalitas ikan selama 96 jam. Konsentrasi pestisida 0,01 ppm juga tidak

terjadi mortalitas ikan selama 96 jam. Begitu pula dengan konsentrasi pestisida

0,1 ppm tidak ditemukannya mortalitas ikan selama pemaparan 96 jam. Akan

tetapi, pada konsentrasi pestisida 1 ppm telah terjadi mortalitas ikan pada waktu

pemaparan 48 jam sebanyak 2 ekor dan pada waktu pemaparan 96 jam

sebanyak 2 ekor sehingga pada konsentrasi tersebut terjadi mortalitas ikan

sebesar 40%. Pada konsentrasi pestisida 10 ppm terjadi mortalitas ikan pada

waktu pemaparan 24 jam sebanyak 6 ekor, pada waktu pemaparan 48 jam

sebanyak 2 ekor, pada waktu pemaparan 72 jam sebanyak 1 ekor dan pada

waktu pemaparan 96 jam sebanyak 1 ekor sehingga pada konsentrasi tersebut

Konsentrasi (ppm)

Jumlah Ikan

Waktu Pengamatan Total

Kematian %Mortalitas

24 jam

48 jam

72 jam

96 jam

(4x24 jam)

0 10 0 0 0 0 0 0%

0,01 10 0 0 0 0 0 0%

0,1 10 0 0 0 0 0 0%

1* 10 0 2 0 2 4 40%

10** 10 6 2 1 1 10 100%

100 10 10 - - - 10 100%

Page 54: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

40

terjadi mortalitas ikan sebesar 100%. Sedangkan konsentrasi pestisida 100 ppm

terjadi mortalitas ikan sebesar 100% pada waktu pemaparan 24 jam.

Berdasarkan hasil uji pendahuluan dapat digunakan untuk menentukan nilai

ambang lethal atas dan ambang lethal bawah.

Cara penentuan nilai ambang lethal bawah yaitu dengan melihat konsentrasi

tertinggi dari insektisida di mana hewan uji masih mampu hidup setelah waktu

pemaparan 48 jam, selanjutnya cara penentuan nilai ambang lethal atas yaitu

dengan melihat konsentrasi terendah dari insektisida di mana hewan uji mati

100% dalam waktu pemaparan 24 jam. Dari data mortalitas tersebut dapat dilihat

bahwa konsentrasi 1 ppm merupakan nilai ambang lethal bawah dan konsentrasi

10 ppm merupakan nilai ambang lethal atas sehingga kisaran konsentrasi yang

digunakan untuk uji toksisitas akut yaitu antara 1 ppm sampai 10 ppm.

4.1.2 Hasil Uji Toksisitas Akut (Penentuan LC50)

Hasil dari penelitian uji toksisitas akut insektisida organofosfat dengan bahan

aktif dimetoat terhadap mortalitas ikan mas (Cyprinus carpio) disajikan dalam

Tabel 4.

Tabel 4. Data Mortalitas Ikan Mas (Cyprinus carpio) pada Uji Toksisitas Akut

Konsentrasi (ppm)

Jumlah Ikan

Waktu Pengamatan Jumlah

Ikan Mati %

Mortalitas 24 jam

48 jam

72 jam

96 jam

Kontrol (0 ppm)

10 0 0 0 0 0 0%

1,35 10 0 1 0 0 1 10%

1,8 10 0 1 0 0 1 10%

2,4 10 1 0 1 1 3 30%

3,2 10 2 2 1 1 6 60%

4,2 10 5 2 1 1 9 90%

6,5 10 8 2 - - 10 100%

8,7 10 10 - - - 10 100%

Berdasarkan hasil uji toksisitas didapatkan hasil mortalitas yang beragam

pada setiap konsentrasi. Pada konsentrasi 0 ppm tidak terjadi mortalitas ikan

Page 55: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

41

sedangkan pada konsentrasi 1,35 ppm dan 1,8 ppm telah terjadi kematian ikan

yang sama sebanyak 1 ekor sehingga mortalitas ikan sebesar 10%. Pada

konsentrasi 2,4 ppm terjadi kematian ikan sebanyak 3 ekor sehingga didapatkan

mortalitas ikan sebesar 30%. Pada konsentrasi 3,2 ppm terjadi kematian ikan

sebanyak 6 ekor dan didapatkan mortalitas ikan sebesar 60%. Selanjutnya, pada

konsentrasi 4,2 ppm juga terjadi kematian ikan sebanyak 9 ekor sehingga

didapatkan mortalitas ikan sebesar 90%. Namun pada konsentrasi 6,5 ppm dan

8,7 ppm terjadi kematian ikan sebanyak 10 ekor sehingga didapatkan mortalitas

ikan sebesar 100%.

Pestisida dapat meracuni manusia atau hewan ternak melalui mulut, kulit

dan pernapasan. Pestisida dalam bentuk gas merupakan pestisida yang paling

berbahaya bagi pernapasan, sedangkan pestisida dalam bentuk cair sangat

berbahaya bagi kulit. Keracunan pestisida dapat dibedakan berdasarkan jumlah

pestisida yang masuk ke dalam tubuh. Apabila pestisida masuk ke dalam tubuh

sekaligus dengan dosis tertentu maka disebut keracunan akut yang akan

menyebabkan kematian. Dan jika pestisida masuk ke dalam tubuh sekaligus ke

dalam tubuh secara berangsur – angsur dalam jumlah yang sangat kecil disebut

keracunan kronis dan akan mengalami perubahan histologis dan genetis.

Menurut Rudiyanti dan Ekasari (2009), pada saluran pernafasan pestisida dapat

menyebabkan kerusakan pada bagian insang dan organ-organ yang

berhubungan dengan insang. Masuknya pestisida dalam insang melalui kontak

langsung karena terletak di luar. Menurut Srivasta et al. (2010), insektisida

dimetoat merupakan insektisida organofosfat yang banyak digunakan untuk

membunuh tungau, kutu daun dan diaplikasikan pada jeruk, kapas, buah, buah

zaitun, kentang, teh, tembakau dan sayuran. Dimetoat sangat larut dalam air dan

dapat larut ke sumber air terdekat dan mempengaruhi organisme air. Dimetoat

Page 56: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

42

adalah pestisida dengan persisten rendah yang memiliki waktu paruh 4-16 hari

namun dapat bertahan lebih lama tergantung pada kondisi.

Menurut Voogt (2016), laju hidrolisis dimetoat bergantung pada pH, tipe

tanah, suhu dan kondisi cuaca lainnya. Lartiges dan Garrigues (1995) dalam

Voogt (2016), hidrolisis di air laut meningkat karena pH dan suhu meningkat

sehingga didapatkan waktu paruh 36 hari diukur pada suhu 22° C dan pH 8,1.

Hasil ini menunjukkan hidrolisis terjadi lebih cepat dalam kondisi basa. Druzina

dan Stegu (2007) dalam Voogt (2016), melaporkan temuan serupa.

Menghilangnya dimetoat di sungai dan air tanah pada pH dan suhu bervariasi

menghasilkan waktu paruh yang berbeda. Dalam air tanah, pada pH 6, waktu

paruh adalah 94,9 hari, sedangkan pada pH 8,5 waktu paruh adalah 66 hari. Bila

dibandingkan dengan perairan sungai (pH 8), hidrolisis lebih cepat karena suhu

meningkat dari 4 sampai 25° C (yaitu 169 hari sampai 74,5 hari).

Pada uji toksisitas akut telah didapatkan total mortalitas ikan yang

selanjutnya dihitung menggunakan analisa probit yang berfungsi untuk

mengetahui nilai LC50. Setelah dihitung menggunakan analisa probit dapat

diketahui bahwa insektisida organofosfat berbahan aktif dimetoat memiliki nilai

LC50 sebesar 2,60 ppm dan termasuk dalam daya racun yang tinggi. Dari hasil

perhitungan LC50 dapat disimpulkan bahwa pada konsentrasi 2,60 ppm

insektisida dapat membunuh sebanyak 50% ikan uji. Hal ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi konsentrasi insektisida maka akan semakin tinggi angka

mortalitasnya, sedangkan semakin rendah konsentrasi insektisida yang diberikan

maka semakin rendah pula angka mortalitas. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Nofyan et. al. (2011), bahwa organisme akan mengalami kematian atau

mortalitas dalam periode waktu yang pendek bila terpapar senyawa toksikan

dengan konsentrasi tinggi dan sebaliknya organisme akan bertahan lebih lama

apabila terpapar senyawa toksikan dengan konsentrasi yang rendah.

Page 57: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

43

Menurut Connel dan Miller (2006), pengaruh letal dari bahan pencemar

terhadap makhluk hidup merupakan suatu tanggapan yang terjadi pada saat zat

– zat fisika atau kimia yang masuk ke dalam tubuh makhluk hidup dan

menimbulkan gangguan proses sel atau subsel sampai dengan batas yang

menyebabkan kematian secara langsung. Adapun gangguan yang terjadi antara

lain tidak dapat bernafas atau mengganggu proses respirasi, gangguan dalam

pergerakan untuk mendapatkan makanan, dan rusaknya habitat. Menurut Komisi

Pestisida Departemen Pertanian (1997), adapun kriteria daya racun lethal

pestisida adalah (1) LC50-96 jam < 1 mg/L, daya racun sangat tinggi, (2) LC50-96

jam 1 – 10 mg/L, daya racun tinggi, (3) LC50-96 jam 10 – 100 mg/L, daya racun

sedang, dan (4) LC50-96 jam 100 mg/L, daya racun rendah.

4.2 Laju Pertumbuhan Spesifik/Spesific Growth Rate (SGR) Berat Ikan Mas

yang Terpapar Insektisida Berbahan Aktif Dimetoat

Pada uji pengaruh pemberian dosis sublethal insektisida organofosfat

berbahan aktif dimetoat terhadap laju pertumbuhan berat ikan mas pada

penelitian ini berdasarkan pada pemberian dosis sebesar 0%, 10%, 30%,

50%,70% dan 90% dari LC50 96 jam. Dosis perlakuan yang digunakan yaitu A =

0 ppm (kontrol tanpa pemberian insektisida), B = 0,26 ppm (10% dari LC50

insektisida), C = 0,78 ppm (30% dari LC50 insektisida), D = 1,3 ppm (50% dari

LC50 insektisida), E = 1,82 ppm (70% dari LC50 insektisida), F = 2,34 ppm (90%

dari LC50 insektisida). Ikan mas sebelum dilakukan uji pengaruh sublethal

insektisida memiliki kondisi fisik yang baik di mana dapat dilihat bahwa warna

tubuh ikan mas terlihat cerah dan berwarna orange atau kuning terang,

sedangkan ikan mas yang terpapar insektisida organofosfat dimetoat selama uji

sublethal tubuhnya mengalami perubahan, seperti warna tubuh ikan mas yang

berwarna pucat cenderung putih dan bertubuh kecil – kecil. Perbedaan tubuh

ikan mas dapat dilihat pada Gambar 5.

Page 58: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

44

(i)

(ii)

Gambar 5. Gambar (i) adalah gambaran ikan mas sebelum uji sublethal

insektisida dan gambar (ii) adalah gambaran ikan mas setelah uji

sublethal insektisida.

Hasil rata – rata uji pengaruh sublethal insektisida organofosfat berbahan

aktif dimetoat terhadap laju pertumbuhan spesifik/specific growth rate (SGR)

berat ikan mas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Rata – Rata Pengaruh Perlakuan Insektisida Dimetoat terhadap

SGR Berat Ikan Mas

Perlakuan Rata – rata SGR Berat Ikan Mas (% per hari)

A (0 ppm) 2,458

B (0,26 ppm) 2,082

C (0,78 ppm) 2,010

D (1,3 ppm) 1,639

E (1,82 ppm) 0,715

F (2,34 ppm) 0,675

Hasil penelitian berdasarkan pada Tabel 5 tersebut menunjukkan bahwa

pengamatan laju pertumbuhan spesifik berat ikan mas semakin menurun seiring

dengan bertambahnya konsentrasi pestisida. Pada perlakuan kontrol terjadi

pertumbuhan yang sangat tinggi yaitu sebesar 2,458% per hari, sedangkan pada

perlakuan B (0,26 ppm) terjadi pertumbuhan yang lambat, dan diikuti secara

berturut – turut melambat pada perlakuan C (0,78 ppm), perlakuan D (1,3 ppm),

perlakuan E (1,82 ppm) dan perlakuan F (2,34 ppm). Laju pertumbuhan spesifik

harian pada ikan mas tertinggi di capai pada perlakuan A (2,458% per hari) diikuti

Page 59: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

45

dengan perlakuan B (2,082% per hari), C (2,010% per hari), dan D (1,639% per

hari), E (0,715% per hari), dan F (0,675% per hari). Ikan mas dengan perlakuan

kontrol yaitu tanpa pestisida mengalami laju pertumbuhan yang baik. Menurut

Flajshans & Hulata (2007), ikan mas biasa tinggal di bagian tengah dan hilir

sungai dan perairan yang dangkal. Laju pertumbuhan terbaik diperoleh pada

suhu air 23°C - 30°C. pH optimal adalah 6,5 - 9,0. Ikan mas umum dapat

bertahan dalam konsentrasi oksigen rendah (0,3-0,5 mg.l-1). Ikan mas adalah

omnivora, dengan kecenderungan tinggi terhadap konsumsi organisme bentik,

seperti serangga air, larva serangga, cacing, moluska, dan zooplankton.

Pertumbuhan spesifik harian bisa 2% sampai 4% pada kondisi yang normal. Ikan

mas bisa mencapai 0,6 sampai 1,0 kg bb dalam satu musim di polikultur

subtropis / tropis, sedangkan pertumbuhan di iklim sedang lebih lambat.

Dari Tabel 5 tersebut dilakukan analisis varian (ANOVA) yang digunakan

untuk mengetahui pengaruh insektisida dimetoat terhadap laju pertumbuhan

spesifik (SGR) berat ikan mas dan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Uji ANOVA Pengaruh Perlakuan Insektisida Dimetoat terhadap SGR

Berat Ikan Mas

SK

dB JK KT Fhitung

F Tabel

5% 1%

Perlakuan 5 11,10983121 2,221966242 207,8893337 2,77 4,25

Galat 18 0,1923879 0,010688217

Total 23 11,30221911

Dari hasil perhitungan uji ANOVA pada Tabel 6 dapat dilihat apabila

insektisida dimetoat berpengaruh sangat nyata terhadap laju pertumbuhan

spesifik (SGR) berat ikan mas. Di mana hasil dari Fhitung (207,889) > Ftabel 1%

(4,25) > Ftabel 5% (2,77). Selanjutnya dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

Untuk mengetahui pengaruh hubungan konsentrasi insektisida berbahan aktif

dimetoat terhadap laju pertumbuhan spesifik (SGR) berat ikan mas didapatkan

Page 60: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

46

persamaan linier y = -0,7919x + 2,4544 dengan R2 sebesar 0,9287 dan dapat

dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Hubungan Konsentrasi Insektisida Berbahan Aktif Dimetoat terhadap

SGR Berat Ikan Mas

Berdasarkan pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa nilai dari a (intercept)

sebesar 2,4544 dan nilai b (X variabel 1) sebesar -0,7919. Nilai dari b yang

didapatkan dari hasil regresi yaitu negatif sehingga garis liniernya mengalami

penurunan. Model regresi tersebut memiliki koefisien determinasi (R2) sebesar

0,9287 (92,87%). Hal ini berarti bahwa model regresi yang didapatkan mampu

menjelaskan variabel Y sebesar 92,87% dan sisanya sebesar 7,13 %

disebabkan oleh faktor lain yang tidak teramati. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Rudiyanti dan Ekasari (2009), bahwa benih ikan mas yang ditebarkan pada

media yang mengandung bahan aktif pestisida, terjadi pertumbuhan yang

terhambat. Adanya pertumbuhan yang terhambat ini menunjukkan adanya

gangguan pada fungsi tubuh dan alat gerak organisme, sehingga energi yang

digunakan untuk pertumbuhan digunakan untuk melakukan adaptasi terhadap

lingkungan perairan yang mengandung bahan aktif pestisida.

Menurut Kusriani et al. (2012), bahwa laju pertumbuhan pada perlakuan

dengan pemberian pestisida lebih kecil daripada perlakuan yang tanpa

pemberian pestisida. Hal ini dikarenakan rusaknya salah satu organ tubuh ikan

mas yaitu insang akibat dari zat toksik pestisida organofosfat. Gejala yang terlihat

Page 61: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

47

adalah perubahan pola renang ikan yang melonjak-lonjak, dan ikan mengalami

kejang – kejang.

4.3 Kelangsungan Hidup/ Survival Rate (SR) Ikan Mas yang Terpapar

Insektisida Berbahan Aktif Dimetoat

Pada uji pengaruh pemberian dosis sublethal insektisida organofosfat

berbahan aktif dimetoat terhadap kelangsungan hidup ikan mas pada penelitian

ini berdasarkan pada pemberian dosis sebesar 0%, 10%, 30%, 50%,70% dan

90% dari LC50 96 jam. Dosis perlakuan yang digunakan yaitu A = 0 ppm (kontrol

tanpa pemberian insektisida), B = 0,26 ppm (10% dari LC50 insektisida), C = 0,78

ppm (30% dari LC50 insektisida), D = 1,3 ppm (50% dari LC50 insektisida), E =

1,82 ppm (70% dari LC50 insektisida), F = 2,34 ppm (90% dari LC50 insektisida).

Hasil rata – rata uji pengaruh sublethal insektisida organofosfat berbahan

aktif dimetoat terhadap ikan mas yang diamati adalah kelangsungan

hidup/survival rate (SR) ikan mas dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Pengaruh Perlakuan Insektisida Dimetoat terhadap SR Ikan Mas

Perlakuan Rata – rata SR Ikan Mas (%)

A (0 ppm) 100

B (0,26 ppm) 90

C (0,78 ppm) 87,5

D (1,3 ppm) 82,5

E (1,82 ppm) 75

F (2,34 ppm) 72,5

Berdasarkan pada Tabel 7 tersebut dapat dilihat bahwa kelangsungan hidup

pada ikan mas dengan konsentrasi A tanpa pestisida (0 ppm) memiliki

kelangsungan hidup ikan yang paling tinggi yaitu 100%, daripada perlakuan

dengan konsentrasi B (0,26 ppm), C (0,78 ppm), D (1,3 ppm), E (1,82 ppm), dan

F (2,34 ppm). Kelangsungan hidup ikan mas yang paling rendah didapatkan dari

perlakuan D (1,3 ppm) sebesar 72,5%. Hal ini disebabkan karena mortalitas

Page 62: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

48

semakin meningkat sebanding dengan meningkatnya jumlah konsentrasi

pestisida yang diberikan pada ikan mas sehingga menyebabkan penurunan nilai

kelangsungan hidup ikan mas. Menurut Mulyani et al., (2014) dalam Pangestika

et al. (2017), bahwa tingkat kelangsungan ≥ 50% tergolong baik, kelangsungan

hidup 30 – 50% sedang dan kurang dari 30% tidak baik.

Kelangsungan hidup ikan sangat bergantung pada daya adaptasi ikan

terhadap makanan dan lingkungan, status kesehatan ikan, padat tebar, dan

kualitas air yang cukup mendukung pertumbuhan (Murjani, 2011). Menurut

Rudiyanti dan Ekasari (2009), kelangsungan hidup ikan sangat tergantung dari

kondisi perairan tempat hidupnya. Mengingat besarnya potensi pencemaran dari

limbah pestisida dalam perairan, dan adanya perbedaan kepentingan tersebut,

maka pemakaian pestisida perlu dilakukan secara cermat.

Dari Tabel 7 tersebut dilakukan analisis varian (ANOVA) yang digunakan

untuk mengetahui pengaruh insektisida dimetoat terhadap laju pertumbuhan

spesifik (SGR) panjang ikan mas dan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Uji ANOVA Pengaruh Perlakuan Insektisida Dimetoat terhadap SR Ikan Mas

SK dB JK KT Fhitung F Tabel

5% 1%

Perlakuan 5 2070,833 414,167 4,888 2,77 4,25

Galat 18 1525 84,722 Total 23 3595,833 - -

Dari hasil perhitungan uji ANOVA pada Tabel 8 dapat dilihat apabila

insektisida dimetoat sangat berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup

(SR) ikan mas. Hasil dari Ftabel 5% (2,77)<Fhitung (4,888)> Ftabel 1% (4,25).

Selanjutnya dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (uji BNT). Untuk mengetahui

pengaruh hubungan konsentrasi insektisida berbahan aktif dimetoat terhadap

kelangsungan hidup (SR) ikan mas didapatkan persamaan linier y = -10,88x +

96,37 dengan R2 sebesar 0,9403 dan dapat dilihat pada Gambar 7.

Page 63: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

49

Gambar 7. Hubungan Konsentrasi Insektisida Berbahan Aktif Dimetoat terhadap

SR Ikan Mas

Berdasarkan pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa nilai dari a (intercept)

sebesar 96,37 dan nilai b (X variabel 1) sebesar -10,88x. Nilai dari b yang

didapatkan dari hasil regresi yaitu negatif sehingga garis liniernya mengalami

penurunan. Model regresi tersebut memiliki koefisien determinasi (R2) sebesar

0,9403 (94,03%). Hal ini berarti bahwa model regresi yang didapatkan mampu

menjelaskan variabel Y sebesar 94,03% dan sisanya sebesar 5,97 %

disebabkan oleh faktor lain yang tidak teramati. Menurut Silaban et. al. (2012),

bahwa kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal meliputi resistensi terhadap penyakit, pakan dan umur.

Faktor eksternal antara lain yaitu padat tebar, penyakit serta kualitas air (sifat

fisika dan sifat kimia) dari suatu lingkungan perairan.

Laju pertumbuhan ikan dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam

dan faktor luar. Faktor dalam meliputi sifat keturunan, umur, ketahanan terhadap

penyakit dan kemampuan memanfaatkan makanan, sementara faktor luar

meliputi suhu, kimia perairan dan makanan yang tersedia (Radona et. al., 2012).

Menurut Nisa et. al., (2013), faktor lingkungan yang menyebabkan ikan

kehilangan nafsu makan menyebabkan keterlambatan untuk tumbuh dan jika

kondisi lingkungannya tidak sesuai maka ikan lebih memanfaatkan energi dari

makanan untuk mempertahankan hidup daripada pertumbuhan.

Page 64: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

50

4.4 Histologi Insang Ikan Mas

4.4.1 Gambaran Hitologi Insang Ikan Mas Kontrol (0 ppm)

Berdasarkan hasil penelitian mengenai histologi insang pada uji pengaruh

sublethal insektisida organofosfat dengan bahan aktif dimetoat terhadap

kelangsungan hidup ikan mas (Cyprinus carpio) tanpa insektisida yaitu kontrol (0

ppm) dapat dilihat pada Gambar 8 perbesaran 400x dengan pewarnaan HE.

Kondisi insang ikan mas kontrol menunjukkan penampakan filamen dan lamella

insang yang jelas dan sehat tanpa adanya kerusakan pada bagian – bagian

insang ikan mas tersebut.

(i)

(ii)

Gambar 8. Gambar (i) merupakan mikroanatomi insang ikan mas pada uji

sublethal insektisida dengan konsentrasi pemaparan 0 ppm (kontrol) dan gambar (ii) merupakan potongan struktur mikroanatomi insang ikan mas pada kondisi normal (Indrayani et al., 2014). Keterangan: Struktur Insang Ikan Mas Kontrol 0 ppm. (LS) Lamela Sekunder; (LP) Lamela Primer

Pada Gambar 8, struktur jaringan insang ikan kontrol (0 ppm)

memperlihatkan jaringan yang masih utuh. Struktur insang ikan mas kontrol yaitu

lengkung insang, sisir insang dan filamen insang. Pada lengkung insang dan

lamella di sokong oleh kartilago (tulang rawan), sistem vaskuler dan lapisan

epithelium. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fujaya (2008), bahwa insang

terbentuk dari lengkung tulang rawan yang mengeras dengan beberapa filamen

insang di dalamnya. Di setiap filamennya terdiri atas beberapa lamella. Lamella

Page 65: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

51

berfungsi sebagai tempat pertukaran gas. Struktur lamella tersusun oleh sel – sel

epitel yang tipis pada bagian luar, membran dasar dan sel – sel tiang sebagai

penyangga pada bagian dalam. Jumlah dan ukuran lamella bervariasi tergantung

dengan tingkah laku ikan.

Menurut Susanah (2011), pada filamen insang terdapat sejumlah lamella.

Tepi – tepi bebas lamella ditutupi epithelium yang berisi jaringan kapiler yang

disokong oleh sel pilaster. Berdasarkan pengamatan mikroanatomi jaringan

insang ikan mas didapatkan kerusakan pada bagian lamella primer maupun

lamella sekunder. Perubahan struktur mikroanatomi insang dapat digunakan

sebagai indikator tingkat pencemaran di lingkungan mulai terjadinya kontaminasi,

pencemaran tingkat ringan sampai tingkat berat. Menurut Saputra et al., (2013),

insang ikan merupakan organ respirasi utama yang bekerja dengan mekanisme

difusi permukaan dari gas-gas respirasi (oksigen dan karbondioksida) antara

darah dan air. Oksigen yang terlarut dalam air akan diabsorbsi ke dalam kapiler –

kapiler insang dan difiksasi oleh hemoglobin untuk selanjutnya didistribusikan ke

seluruh tubuh. Sedangkan karbondioksida dikeluarkan dari sel dan jaringan

untuk dilepaskan ke air di sekitar insang. Oleh sebab itu, perubahan yang terjadi

di lingkungan perairan secara langsung dan tidak langsung berdampak kepada

struktur dan fungsi insang.

4.4.2 Gambaran Histologi Insang Ikan Mas Perlakuan B (0,26 ppm)

Berdasarkan hasil penelitian mengenai histologi insang pada uji pengaruh

sublethal insektisida organofosfat dengan bahan aktif dimetoat terhadap

kelangsungan hidup ikan mas (Cyprinus carpio) pada perlakuan B (0,26 ppm)

dapat dilihat pada Gambar 9 perbesaran 400x dengan pewarnaan HE. Di mana

kondisi insang ikan mas yang terpapar insektisida sebesar 0,26 ppm

Page 66: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

52

menunjukkan penampakan filamen dan lamella yang tidak sehat dengan adanya

kerusakan pada bagian – bagian insang ikan mas tersebut.

(1)

(2)

Gambar 9. Insang Ikan Mas B (0,26 ppm)

Keterangan : Struktur Insang Ikan Mas yang Terpapar Insektisida 0,26 ppm dengan Perbesaran 400x dengan Pewarnaan HE. (1) Edema; (2) Hemoragi

Dari pengamatan histotologi pada organ insang ikan mas yang terpapar

insektisida dengan perlakuan 0,26 ppm didapatkan hasil bahwa insang

mengalami kerusakan antara lain edema dan hemoragi. Edema merupakan

pembengkakan sel akibat pemaparan insektisida organofosfat berbahan aktif

dimetoat.

Menurut Saputra et. al, (2013), bahwa kerusakan sekecil apapun dapat

menyebabkan terganggunya fungsi insang sebagai pengatur osmose dan

kesulitan bernafas. Pembendungan aliran darah (disebabkan trauma fisik, zat

pencemar ataupun gangguan sistem sirkulasi) pada lamela akan menyebabkan

edema (pembengkakan sel) di sekitar pembuluh darah yang terlihat dari

Page 67: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

53

perluasan jaringan antara pembuluh darah dengan lapisan epitel lamela primer.

Edema sering terjadi akibat pemaparan polutan yang berasal dari bahan kimia,

seperti logam-logam berat, metaloid, pestisida, dan penggunaan bahan

terapeutik (formalin dan H2O2) yang berlebihan.

Menurut Pazra (2008), hemoragi (pendarahan) adalah kondisi yang ditandai

dengan keluarnya darah dari dalam vaskula akibat dari kerusakan dinding

vaskula. Kebocoran dinding ada dua macam melalui kerobekan dan melalui

perenggangan jarak antara sel-sel endotel dinding vaskula. Hemoragi dapat

disebabkan oleh: (1) trauma yaitu kerusakan dalam bentuk fisik yang merusak

sistem vaskula jaringan di daerah benturan/ kontak, (2) infeksi agen infeksius

terutama mengakibatkan septisemia, (3) bahan toksik yang merusak endotel

kapiler, (4) faktor lain yang menyebabkan dinding vaskula lemah sehingga

pembuluh darah rentan untuk bocor.

Menurut Parameswari et al. (2013), menyatakan bahwa keluarnya darah dari

pembuluh darah, baik ke luar tubuh maupun ke dalam tubuh yang dapat terlihat

dengan adanya bintik hemoragi di lapisan mukosa pada organ tubuh. Ikan yang

terinfeksi memperlihatkan bahwa ikan tersebut mengalami stress.

4.4.3 Gambaran Histologi Insang Ikan Mas Perlakuan C (0,78 ppm)

Berdasarkan hasil penelitian mengenai histologi insang pada uji pengaruh

sublethal insektisida organofosfat dengan bahan aktif dimetoat terhadap

kelangsungan hidup ikan mas (Cyprinus carpio) pada perlakuan C (0,78 ppm)

dapat dilihat pada Gambar 10 perbesaran 400x dengan pewarnaan HE. Di mana

kondisi insang ikan mas yang terpapar insektisida sebesar 0,78 ppm

menunjukkan penampakan filamen dan lamella yang tidak sehat dengan adanya

kerusakan pada bagian – bagian insang ikan mas tersebut.

Page 68: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

54

(1)

(2)

Gambar 10. Insang Ikan Mas C (0,78 ppm)

Keterangan : Struktur Insang Ikan Mas yang Terpapar Insektisida 0,78 ppm Perbesaran 400x dengan Pewarnaan HE. (1) Edema; (2) Hemoragi

Dari hasil pengamatan histotologi pada organ insang ikan mas yang terpapar

insektisida dengan perlakuan 0,78 ppm didapatkan hasil bahwa insang

mengalami beberapa kerusakan antara lain adalah edema dan hemoragi. Di

mana edema merupakan pembengkakan sel akibat pemaparan insektisida

organofosfat berbahan aktif dimetoat. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Priosoeryanto et. al, (2010), bahwa edema merupakan suatu akumulasi cairan

yang abnormal di dalam rongga tubuh atau di dalam ruang interstitial dari

jaringan dan organ yang dapat mengakibatkan pembengkakan. Edema pada

ikan dapat dihubungkan dengan bahan – bahan kimia, virus, bakteri, dan

penyakit parasitik. Menurut Suparjo (2010), hemoragi dan kongesti pada lamella

insang terjadi akibat kontak langsung dengan bahan toksik sehingga terjadi iritasi

yang menyebabkan tingginya daya osmotik pembuluh darah, dan cairan kapiler

Page 69: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

55

darah keluar. Hemoragi ditandai dengan eritrosit yang sudah keluar dari

pembuluh darah dan berada di jaringan insang ikan.

4.4.4 Gambaran Histologi Insang Ikan Mas Perlakuan D (1,3 ppm)

Berdasarkan hasil penelitian mengenai histologi insang pada uji pengaruh

sublethal insektisida organofosfat dengan bahan aktif dimetoat terhadap

kelangsungan hidup ikan mas (Cyprinus carpio) pada perlakuan D (1,3 ppm)

dapat dilihat pada Gambar 11 perbesaran 400x dengan pewarnaan HE. Di mana

kondisi insang ikan mas yang terpapar insektisida sebesar 1,3 ppm menunjukkan

penampakan filamen dan lamella yang tidak sehat dengan adanya kerusakan

pada bagian – bagian insang ikan mas tersebut.

(1)

(2)

Gambar 11. Insang Ikan Mas D (1,3 ppm)

Keterangan : Struktur Insang Ikan Mas yang Terpapar Insektisida 1,3 ppm Perbesaran 400x dengan Pewarnaan HE. (1) Edema; (2) Hemoragi

Dari hasil pengamatan histotologi pada organ insang ikan mas yang terpapar

insektisida dengan perlakuan 1,3 ppm didapatkan hasil bahwa insang mengalami

beberapa kerusakan antara lain adalah edema dan hemoragi. Di mana edema

Page 70: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

56

merupakan pembengkakan sel akibat pemaparan insektisida organofosfat

berbahan aktif dimetoat. Kerusakan edema merupakan pembengkakan sel yang

terjadi akibat adanya perubahan sistem permeabilitas membran ditingkat sel atau

jaringan. Menurut Indrayani et. al, (2014), pada kasus edema, lamela berisi

dengan cairan, sehingga membengkak dan lapisan epitelium pada lamela

terangkat, hal ini merupakan suatu upaya melindungi diri pada ikan sama halnya

seperti pada hiperplasia. Menurut Mutiara et al. (2013), mengatakan bahwa

kerusakan sel pada organ insang diakibatkan karena bahan pencemar masuk ke

dalam jaringan tubuh melalui saluran pernapasan. Dengan adanya edema,

hiperplasia dan degenerasi pada pengamatan histopatologi insang ikan

digolongkan ke dalam tingkat kerusakan ringan.

Hemoragi merupakan keluarnya darah dari dalam vaskula. Hemoragi kecil

dimana berbentuk titik darah tidak lebih besar dari ujung peniti disebut ptechiae

(tunggal, petechia). Hemoragi dengan spot yang agak besar di permukaan tubuh

atau di jaringan disebut ekimosis (tunggal, ekimosis) (Putra, 2014). Menurut

Sudaryatma dan Eriawati (2012), fusi lamela mengakibatkan tugas lamela tidak

berjalan dengan baik. Hal ini terjadi karena lakuna yang berisi sel darah merah

tertutup oleh sel – sel epitalia lamela sekunder yang patologis.

4.4.5 Gambaran Histologi Insang Ikan Mas Perlakuan E (1,82 ppm)

Berdasarkan hasil penelitian mengenai histologi insang pada uji pengaruh

sublethal insektisida organofosfat dengan bahan aktif dimetoat terhadap

kelangsungan hidup ikan mas (Cyprinus carpio) pada perlakuan E (1,82 ppm)

dapat dilihat pada Gambar 12 perbesaran 400x dengan pewarnaan HE. Di mana

kondisi insang ikan mas yang terpapar insektisida sebesar 1,82 ppm

menunjukkan penampakan filamen dan lamella yang tidak sehat dengan adanya

kerusakan pada bagian – bagian insang ikan mas tersebut.

Page 71: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

57

(1)

(2)

(3)

(4)

Gambar 12. Insang Ikan Mas E (1,82 ppm)

Keterangan : Struktur Insang Ikan Mas yang Terpapar Insektisida 1,82 ppm Perbesaran 400x dengan Pewarnaan HE. (1) Edema; (2) Hemoragi; (3) Hiperplasia; (4) Fusi Lamela

Dari hasil pengamatan histologi pada organ insang ikan mas yang terpapar

insektisida dengan perlakuan 1,82 ppm didapatkan hasil bahwa insang

mengalami beberapa kerusakan antara lain adalah edema, hemoragi,

hiperplasia, dan fusi lamela. Di mana edema merupakan pembengkakan sel

akibat pemaparan insektisida organofosfat berbahan aktif dimetoat. Menurut

Guyton dan Hall, (1996) dalam Pazra, (2008), bahwa penyebab dari edema

adalah meningkatnya tekanan hidrostatik intra vaskula sehingga menimbulkan

perembesan cairan plasma darah keluar dan masuk ke dalam ruang interstisium.

Kondisi peningkatan tekanan hidrostatik sering ditemukan pada pembuluh vena

Page 72: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

58

dan edema sebagai resiko paska kongesti. Fusi lamela terjadi karena insang

mengalami hiperplasia yang berlebihan sehingga lamella pada insang saling

menyatu satu sama lainnya dan menyebabkan gangguan respirasi ikan mas di

mana hiperplasia terjadi.

Menurut Singh (2014), hiperplasia merupakan perubahan seluler yang paling

sering terjadi pada epitel lamella sekunder dari Cyprinus carpio yang terpapar

herbisida berbahan aktif simazine. (Oropesa-Jimenez et al., 2005 dalam Singh,

2014), hiperplasia yang ditunjukkan oleh insang ikan yang terpapar melindungi

tubuh dari penyebaran toksisitas dengan mengurangi permukaan cabang dan

dengan meningkatkan jarak antara darah dan air dimana polutan larut. Menurut

Aliza et al. (2001), menyatakan bahwa fusi lamela terjadi karena adanya

peningkatan patologi hiperplasia yang secara terus menerus dan menyebabkan

terisinya ruang antar lamela sekunder oleh sel – sel baru yang kemudian memicu

terjadinya pelekatan pada kedua sisi lamela. Fusi lamela merupakan salah satu

kerusakan pada insang ikan yang termasuk ke dalam kategori pencemaran yang

berat.

4.4.6 Gambaran Histologi Insang Ikan Mas Perlakuan F (2,34 ppm)

Berdasarkan hasil penelitian mengenai histologi insang pada uji pengaruh

sublethal insektisida organofosfat dengan bahan aktif dimetoat terhadap

kelangsungan hidup ikan mas (Cyprinus carpio) pada perlakuan F (2,34 ppm)

dapat dilihat pada Gambar 13 perbesaran 400x dengan pewarnaaan HE. Di

mana kondisi insang ikan mas yang terpapar insektisida sebesar 2,34 ppm

menunjukkan penampakan filamen dan lamella yang tidak sehat dengan adanya

kerusakan pada bagian – bagian insang ikan mas tersebut.

Page 73: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

59

(1)

(2)

(3)

(4)

Gambar 13. Insang Ikan Mas F (2,34 ppm)

Keterangan : Struktur Insang Ikan Mas yang Terpapar Insektisida 2,34 ppm Perbesaran 400x dengan Pewarnaan HE. (1) Edema; (2) Hemoragi; (3) Hiperplasia; (4) Fusi Lamela

Dari hasil pengamatan histotologi pada organ insang ikan mas yang terpapar

insektisida dengan perlakuan 2,34 ppm didapatkan hasil bahwa insang

mengalami banyak kerusakan antara lain adalah edema, hemoragi, hiperplasia,

dan fusi lamela. Fusi lamela terjadi karena insang mengalami hiperplasia yang

berlebihan sehingga lamella pada insang saling menyatu satu sama lainnya dan

menyebabkan gangguan respirasi ikan mas di mana hiperplasia terjadi. Menurut

Suparjo (2010), fusi lamela terjadi oleh adanya hiperplasia yang meluas pada

sel-sel basal dan epithelium sehingga lamela sekunder akan menyatu. Peristiwa

Page 74: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

60

ini mengakibatkan terhambatnya proses respirasi maupun ekspirasi gas

pernafasan yang masuk dan keluar tubuh ikan.

Hemoragi terjadi karena adanya pendarahan pada insang di daerah vaskula

yang disebabkan oleh toksin dari insektisida yang masuk ke dalam insang ikan

mas. Menurut Asniatih et. al, (2013), menyatakan bahwa hemoragi yang terjadi

pada arcus insang adalah kondisi keluarnya darah dari dan dalam vaskula akibat

kerusakan dinding vaskula. Sesuai dengan pernyataan Plumb (1994) dalam

Asniatih et. al, (2013), bahwa hemoragi dapat disebabkan oleh trauma, atau

meningkatnya porositas yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus atau toksin.

4.4.7 Persentase Kerusakan Jaringan Insang Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Persentase kerusakan jaringan insang ikan mas (Cyprinus carpio) pada uji

pengaruh sublethal insektisida organofosfat berbahan aktif dimetoat terhadap

ikan mas (Cyprinus carpio) didapatkan hasil persentase kerusakan jaringan

insang ikan mas (Cyprinus carpio) yang berbeda pada setiap perlakuan. Adapun

total kerusakan jaringan insang ikan mas dapat dilihat pada Tabel 9. Perhitungan

kerusakan jaringan insang ikan mas dapat dilihat pada Lampiran 12.

Tabel 9. Hasil Persentase Kerusakan Jaringan Insang Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Keterangan : Ed = Edema, He = Hemoragi, Hi = Hiperplasia, Fu = Fusi Lamela

Konsentrasi

(ppm)

Jenis Kerusakan Insang (%) Total

Kerusakan

(%)

Tingkat

Kerusakan

Insang Ed He Hi Fu

0 (Kontrol) 0 0 0 0 0 -

0,26 3,43 2,95 0 0 6,38 Ringan

0,78 1,14 5,24 0 0 6,38 Ringan

1,3 6,00 5,43 0 0 11,43 Ringan

1,82 5,90 5,62 2,85 3,71 18,08 Ringan

2,34 4,09 5,33 2,95 6,00 18,37 Ringan

Berdasarkan pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa jaringan insang ikan mas

kontrol (0 ppm) yang tidak terpapar insektisida organofosfat berbahan aktif

Page 75: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

61

dimetoat tidak ditemukan adanya kerusakan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan

ikan mas dalam keadaan yang normal sehingga jaringan insang ikan mas tidak

mengalami kerusakan. Sedangkan pada jaringan insang ikan mas yang terpapar

insektisida organofosfat berbahan aktif dimetoat mengalami kerusakan insang

yang beragam. Edema pada jaringan insang tertinggi didapatkan pada

pemaparan insektisida organofosfat berbahan aktif dimetoat 1,3 ppm yaitu

sebesar 6%. Kerusakan hemoragi jaringan insang tertinggi didapatkan pada

pemaparan insektisida organofosfat berbahan aktif dimetoat 1,82 ppm yaitu

sebesar 5,62%. Hiperplasia jaringan insang tertinggi didapatkan pada

pemaparan insektisida organofosfat berbahan aktif dimetoat 2,34 ppm yaitu

sebesar 2,95%. Dan fusi lamela jaringan insang tertinggi didapatkan pada

pemaparan insektisida 2,34 ppm yaitu sebesar 6%. Sedangkan total kerusakan

jaringan insang ikan mas tertinggi didapatkan pada pemaparan insektisida

organofosfat berbahan aktif dimetoat 2,34 ppm yaitu sebesar 18,37%. Tingkat

kerusakan jaringan insang ikan mas termasuk dalam kategori ringan.

Kerusakan insang terjadi dikarenakan adanya pestisida yang masuk ke

dalam insang melalui kontak langsung. Hal ini dapat terjadi karena letak insang

ikan yang berada di luar. Zat – zat toksik akan mempengaruhi ikan yang mampu

menyebabkan perubahan struktur morfologi insang ikan. Zat toksik juga dapat

merusak fungsi respirasi dari insang ikan sehingga mengganggu proses

metabolisme (Kinasih et al., 2013). Struktur mikroanatomi insang yang

mengalami kerusakan akan menyebabkan ikan sulit bernafas dan menyebabkan

kandungan oksigen dalam darah menjadi berkurang sehingga Hb kesulitan

dalam mengikat oksigen dan mengalami hipoksi sebagai akibat dari kerusakan

lamella sekunder dari insang. Efek dari kesulitan dalam bernafas, maka akan

merangsang organisme untuk mengikat sel darah merah, hematokrit dan

Page 76: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

62

hemoglobin untuk meningkatkan mekanisme transfer oksigen di dalam tubuh

(Ishikawa et al., 2007).

Menurut Pantung (2008), menyatakan bahwa kerusakan mikroanatomi

jaringan insang ikan apabila kurang dari 30% dari luasan pandang maka telah

terjadi pencemaran ringan. Kerusakan mikroanomi jaringan insang ikan 30% -

70% dari luasan pandang menunjukkan telah terjadi pencemaran sedang. Dan

apabila terjadi kerusakan mikroanatomi jaringan insang ikan lebih dari 70% dari

luasan pandang menunjukkan bahwa telah terjadi pencemaran berat.

4.5 Analisis Parameter Kualitas Air

Pada uji sublethal insektisisda dimetoat terhadap ikan mas dilakukan

pengukuran kualitas air sebagai media pemeliharaan ikan mas. Hal ini bertujuan

agar media hidup ikan mas memenuhi syarat kelangsungan hidup. Pengukuran

parameter kualitas air antara lain parameter pH, suhu dan oksigen terlarut (DO).

Hasil pengukuran kualitas air selama 4 minggu dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Pengukuran Kualitas Air

Parameter Kualitas Air Hasil Pengukuran Standar SNI (1999)

pH 7,33 – 7,64 6,5 – 8,5

Suhu (⁰C) 26,2⁰C – 27,8⁰C 25⁰C – 30⁰C

Oksigen terlarut (mg/l) 5,40 mg/l – 7,25 mg/l >5mg/l

4.5.1 pH

Berdasarkan hasil pengukuran parameter kualitas air selama empat minggu

didapatkan hasil pengukuran pH berkisar antara 7,33 sampai 7,64. Pada kisaran

pH tersebut termasuk pada kisaran yang baik untuk pertumbuhan dan

kelangsungan hidup ikan mas. Hal ini sesuai dengan SNI (1999), bahwa kisaran

pH yang optimal untuk budidaya ikan mas adalah berkisar antara 6,5 sampai 8,5.

Menurut Tim Lentera (2002), kadar keasaman air yang cocok untuk memelihara

ikan berkisar antara 7,5 sampai 8,5. Akan tetapi pH 6,5 sampai 9 masih

Page 77: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

63

tergolong baik untuk memelihara ikan. Air yang terlalu basa dengan kadar pH 11

akan bersifat racun bagi ikan.

Derajat keasaman sering dinyatakan sebagai pH, merupakan kondisi asam

dan basa suatu perairan yang dapat digunakan sebagai indeks kualitas

lingkungan. Air dengan kondisi asam akan menyebabkan ikan lemah, lebih

mudah terkena infeksi, dan tingkat kematian (mortalitas) tinggi. Ikan dan biota

akuatik lainnya masih dapat mentoleransi lingkungan yang mempunyai pH antara

4,0 (Riyadi, 2006). Menurut Amri dan Khairuman (2002), faktor yang

mempengaruhi pH adalah konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang

bersifat asam. Pada umumnya di siang hari pH perairan akan meningkat. Hal ini

disebabkan oleh proses fotosintesis di mana tanaman air maupun fitoplankton

mengonsumsi karbondioksida. Sedangkan, pada malam hari kandungan pH

perairan akan menurun disebabkan tanaman air dan fitoplankton mengonsumsi

oksigen dan menghasilkan karbondioksida.

4.5.2 Suhu

Berdasarkan hasil pengukuran parameter kualitas air selama empat minggu

didapatkan hasil pengukuran suhu berkisar antara 26,2⁰C sampai 27,8⁰C. Di

mana dalam kisaran tersebut termasuk pada kisaran yang baik untuk

pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan mas. Hal ini sesuai dengan SNI

(1999), bahwa kisaran suhu yang optimal untuk budidaya ikan mas adalah

berkisar antara 25⁰C sampai 30⁰C. Menurut Djarijah (2001), kisaran suhu ini

masih berada dalam batas optimum untuk hidup ikan mas yaitu berkisar antara

22⁰C hingga 28⁰C. Menurut Cahyono (2001), pertumbuhan ikan yang baik

memerlukan temperatur optimum 25⁰C sampai 29⁰C dan perbedaan suhu pada

siang hari dan malam hari tidak lebih dari 5⁰C.

Page 78: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

64

Menurut Kelabora (2010), faktor penting yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan selain pakan adalah kualitas air

terutama suhu. Suhu dapat mempengaruhi aktivitas penting ikan seperti

pernapasan, pertumbuhan, nafsu makan dan reproduksi. Perbedaan suhu air

media dengan tubuh ikan akan menimbulkan gangguan metabolisme. Kondisi ini

dapat mengakibatkan sebagian besar energi yang tersimpan dalam tubuh ikan

digunakan untuk penyesuian diri terhadap lingkungan yang kurang mendukung

tersebut, sehingga dapat merusak sistem metabolisme atau pertukaran zat. Hal

ini dapat mengganggu pertumbuhan ikan. Menurut Effendi (2003), suhu suatu

badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian permukaan laut, waktu,

sirkulasi udara, tutupan awan, aliran, dan kedalaman air. Perubahan suhu

berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi badan air. Peningkatan

suhu dapat menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air, misalnya O2, CO2,

N2, CH4 dan dapat meningkatkan kecepatan metabolisme dan respirasi

organisme air.

4.5.3 DO (Dissolved Oxygen)

Berdasarkan hasil pengukuran parameter kualitas air selama empat minggu

didapatkan hasil pengukuran oksigen terlarut berkisar antara 5,40 mg/l sampai

7,25 mg/l. Kisaran tersebut termasuk pada kisaran yang baik untuk pertumbuhan

dan kelangsungan hidup ikan mas. Hal ini sesuai dengan SNI (1999), bahwa

kisaran oksigen terlarut yang optimal untuk budidaya ikan mas adalah minimal 5

mg/l. Menurut Huet (1970) dalam Praseno et. al. (2010), kandungan oksigen

terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 mg/l selama waktu 8 jam dengan sedikitnya

pada tingkat kejenuhan sebesar 70%. Oksigen memegang peranan penting yaitu

sebagai indikator kualitas perairan, hal ini dikarenakan oksigen terlarut berperan

dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik serta bahan organik. Oksigen

Page 79: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

65

terlarut juga menentukan kondisi biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik

atau anaerobik (Praseno et. al., 2010).

Oksigen merupakan komponen utama dalam proses metabolisme dan

pertumbuhan ikan. Kelarutan oksigen di dalam air sangat dipengaruhi oleh suhu,

yang mana semakin tinggi suhu dalam air maka tingkat konsumsi ikan akan

semakin tinggi, tergantung pada ukuran ikan di mana semakin besar ukuran

tubuh ikan maka semakin kecil oksigen yang dikonsumsi, semakin rendah pula

laju metabolisme dalam tubuh ikan (Soetini dan Subarijanti, 1992). Menurut Kordi

(2008), biota air membutuhkan oksigen yang digunakan untuk pembakaran

bahan bakarnya (makanan) untuk melakukan aktivitasnya, seperti aktivitas

berenang, pertumbuhan, reproduksi, dan lainnya. Oleh karena itu, ketersediaan

oksigen bagi biota air menentukan aktivitasnya.

Page 80: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

66

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang uji pengaruh sublethal insektisida

organofosfat dengan bahan aktif dimetoat terhadap kelangsungan hidup ikan

mas (Cyprinus carpio) didapatkan hasil sebagai berikut :

• Insektisida dimetoat memiliki daya racun yang tinggi, hal ini sesuai dengan

hasil LC50 sebesar 2,60 ppm.

• Sublethal insektisida dimetoat dapat menurunkan Survival Rate, namun ikan

masih mampu bertahan hidup, dan sublethal insektisida dimetoat juga dapat

menurunkan laju pertumbuhan spesifik ikan mas. Hal ini terjadi karena ikan

mas memanfaatkan energi dari makanan untuk mempertahankan diri dari

tekanan lingkungan dan mengganti sel yang rusak akibat kontaminasi

insektisida daripada memanfaatkan energi untuk pertumbuhannya.

• Sublethal insektisida dimetoat menyebabkan kerusakan pada organ insang

ikan mas. Adapun kerusakan yang terjadi yaitu edema, hemoragi,

hiperplasia, dan fusi lamela. Semakin meningkatnya konsentrasi insektisida

maka persentase kerusakan insang ikan mas semakin tinggi.

5.2 Saran

Berdasarkan pada penelitian ini diharapkan lebih berhati-hati dalam

penggunaan insektisida dimetoat karena dapat mencemari lingkungan dan

mengganggu kelangsungan hidup ikan. Diperlukan penelitian lebih lanjut

mengenai dosis sublethal dimetoat dengan konsentrasi kurang dari 10% dari

LC50 untuk mengetahui konsentrasi insektisida yang aman untuk kelangsungan

hidup ikan mas (Cyprinus carpio) dan diperlukan penelitian lebih lanjut terkait

dengan histologi organ – organ lain seperti hepar, lambung, dan lain sebagainya.

Page 81: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

67

DAFTAR PUSTAKA

Amri, K. Dan Khairuman. 2002. Budidaya Ikan Nila secara Intensitas. Kiat

Mengatasi Permasalahan Praktis. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Anggraeni, N. M. dan N. Abdulgani. 2013. Pengaruh Pemberian Pakan Alami

dan Pakan Buatan terhadap Pertumbuhan Ikan Betutu (Oxyeleotris

marmorata) pada Skala Laboratorium. Jurnal Sains dan Seni Pomits.

(2)1 : 197 – 201.

Asniatih., M. Idris, dan K. Sabilu. 2013. Studi Histopatologi pada Ikan Lele

Dumbo (Clarias gariepinus) yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas

hydrophila. Pathological Change of African Catfish (Clarias gariepinus)

Infected by Aeromonas hydrophila. Jurnal Mina Laut Indonesia. 3 : 13 –

21.

Baehaki, Y. 1993. Insektisida Pengendalian Hama Tanaman. Angkasa. Bandung.

Bantu, N. dan R. Vakita. 2013. Effect of Dimethoate on Mortality and Biochemical

Changes of Freshwater Fish Labeo rohita (Hamilton). Research Paper. 2

: 108 – 117.

Bloom, J. H. 1988. Analisa Mutu Air Secara Kimiawi dan Fisis. Sebuah Laporan

tentang Pelatihan dan Praktek pada Fakultas Perikanan. NUFFIC-

UNIBRAW. Malang.

Bosman, O., F. H. Taqwa, dan Marsi. 2013. ToksisITAS Limbah Cair Lateks

terhadap Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan, dan Tingkat Konsumsi

Oksigen Ikan Patin (Pangasius sp.). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia.

1 (2) : 148 – 160.

Cahyono, Bambang. 2001. Budi Daya Ikan di Perairan Umum. Kanisius.

Yogyakarta.

Connel, D. W. Dan Miller, G. J. 2006. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran.

Universitas Indonesia. UI Press. Jakarta.

Damayanty, M. M dan N. Abdulgani. 2013. Pengaruh Paparan Sub Lethal

Insektisida Diazinon 600 EC terhadap Laju Konsumsi Oksigen dan Laju

Pertumbuhan Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus). Jurnal Sains

dan Seni Pomits. 2 (2) : 2337 – 3520.

Dani, A. R. dan M. Sutjiati. 1985. Ekologi Ikan. Universitas Brawijaya Malang.

Malang.

Djarijah, A. S. 2001. Pembenihan Ikan Mas. Kanisius. Yogyakarta.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.

Ekha, I. 1998. Dilema Pestisida Tragedi Revolusi Hijau. Kanisius. Yogyakarta.

Page 82: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

68

Esmiralda, M. T dan H. Husni. 2012. Uji Toksisitas Akut Limbah Cair Industri

Tahu Terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn). Studi Kasus : Limbah

Cair Industri Tahu “Super”, Padang.

Flajšhans M, and G. Hulata. 2007. Common carp - Cyprinus carpio. In:

Genimpact- Evaluation of genetic impact of aquaculture activities on

native populations. (eds Svaasand T, Crossetti D, García-Vásquez E,

Verspoor E), pp. 32-39.

Fujaya, Y. 2008. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Ghufron, M. dan H. Kordi. 2005. Budidaya Ikan Laut di Karamba Jaring Apung.

Rineka Cipta. Jakarta.

Google image. 2017. http://www.googleimage.com. Diakses pada tanggal 10 Maret 2017 pukul 19.05 WIB.

Guthrie, F. E dan J. J. Perry. 1980. Introduction to Environmental Toxicology.

Elsevier North Holland, Inc.

Halang, B. 2004. Toksisitas Air Limbah Deterjen terhadap Ikan Mas (Cyprinus

carpio). FKIP Universitas Lampung Mangkurat.

Hanief, M. A. R., Subandiyono dan Pinandoyo. 2014. Pengaruh Frekuensi

Pemberian Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih

Tawes (Puntius Javanicus). Journal of Aquaculture Management and

Technology. 3 (4) : 67-74.

Hasan, I. M. 2002. Pokok–pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.

Ghalia Indonesia. Jakarta. 260 hlm.

Heath AG. 1987. Water pollution and fish physiology. Florida. CRC Ress Inc.

Boca Raton,. 245 hal.

Husni, H, dan M. T. Esmiralda. 2011. Uji Toksisitas Akut Limbah

Cair Industri Tahu terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn). Jurusan

Teknik Lingkungan. Universitas Andalas.

Indrayani, D., Yusfiati, dan R. Elvyr. 2014. Struktur Insang Ikan Ompok

hypophthalmus (Bleeker 1846) dari Perairan Sungai Siak Kota

Pekanbaru. JOM FMIPA. 1 (2) : 402 – 408.

Ishikawa NM, Maria JT, Julio VL, & Claudia MF. 2007. Hematological Parameters

in Nile Tilapia, Oreochromis niloticus Exposed to Sub-letal Concentration

of Mercury.

Kelabora, D. M. 2010. Pengaruh Suhu Terhadap Kelangsungan Hidup dan

Pertumbuhan Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio). Berkala Perikanan

Terubuk. 38 (1) : 71 – 81.

Kinasih, I., A. Supriyatna, dan R. N. Rusputa. 2013. Uji Toksisitas Ekstrak Daun

Babadotan (Ageratum conyzoides Linn) terhadap Ikan Mas ( Cyprinus

carpio Linn.) sebagai Organisme Non-Target. Jurnal Kajian Islam, Sains

dan Teknologi. 7 (2) : 121 – 132.

Page 83: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

69

Koeman, J. H. 1983. Pengantar Umum Toksikologi. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta.

Komisi Pestisida Departemen Pertanian. 1997. Pestisida Untuk Pertanian Dan

Kehutanan. Koperasi “Daya Guna”. Jakarta.

Kordi, M. G. H. 2001. Usaha Pembesaran Ikan Kerapu di Tambak. Kanisius.

Yogyakarta. 115 hlm.

Kordi, K. 2008. Budidaya Perairan. PT. Citra Aditya Bakti : Bandung.

Kusriani., P. Widjanarko, dan N. Rohmawati. 2012. Uji Pengaruh Sulethal

Pestisida Diazinon 60 EC terhadap Rasio Konversi Pakan (FCR) dan

Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn). Jurnal Penelitian

Perikanan. 1 (1) : 36 – 42.

Kusriningrum, R. S. 2008. Perancangan Percobaan. Airlangga University Press:

Surabaya.

Loomis, T. A. 1978. Toksikologi Dasar. Lea & Febiger. Amerika Serikat.

Marzuki. 1982. Metodologi Riset. Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Modu, B. M., M. Saiful., M. Kartini.,M. Hassan,. F. M. Sharharom, and Harrison. 2012. Effects of Water Quality and Monogenean Parasitein The Gills of Freshwater Cat Fish, Hemibagrus nemurus Valenciennes 1840. Journal of Biological Sciences. 4 (3) : 242 – 246.

Mulyanto. 2008. Metode Sampling. Diktat Kuliah. Universitas Brawijaya : Malang.

Murjani, A. 2011. Budidaya Beberapa Varietas Ikan Sepat Rawa (Trichogaster Trichopterus Pall) dengan Pemberian Pakan Komersial. Jurnal Fish Scientiae.1 (2): 214–233.

Mutiara, A. A., I. Rustikawati, dan T. Herawati. 2013. Akumulasi Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) serta Kerusakan Pada Insang, Hati dan Daging Ikan Patin (Pangasius sp.) di Waduk Saguling. Jurnal Perikanan dan Kelautan . 4 (4) : 1 – 10.

Mutschler, E.1991. Dinamika Obat. ITB Bandung. Bandung.

Nazir. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.

Nisa, K., Marsi dan M. Fitrani. 2013. Pengaruh pH pada Media Air Rawa

terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gabus

(Channa striata). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 1 (1) : 57 – 65.

Nofyan, E., E. P. Sagala, dan V. Saryani. 2011. Pengaruh Minyak Mentah

Terhadap Mortalitas Dan Morfologi Insang Ikan Bandeng (Chanos

chanos Forsskäl). Maspari Jurnal. 2 : 19 – 25.

Pangestika, W., S. Hastuti, dan Subandiyono. 2017. Pengaruh Pemuasaan

Yyang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Ikan Nila

(Oreochromis niloticus). Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil

Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI Fakultas Perikanan dan Ilmu

Page 84: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

70

Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir,

Undip. 728 – 741.

Pantung, Nuntiya, Kerstin, G. Helander, Herbert F. H. dan Voravit C. 2008.

Histopathological Alterations of Hybrid Walking Catfish (Clarias

macrocephalus x Clarias gariepinus) in Acute and Subacute Cadmium

Exposure. Environment Asia. 1 : 22-27.

Parameswari, W., A. D. Sasanti, dan Muslim. 2013. Populasi Bakteri, Histologi,

Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gabus (Chana

striata) yang Dipelihara dalam Media dengan Penambahan Probiotik.

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 1 (1) : 76 – 89.

Paranjape, K., V. Gowariker., V. N. Krishnamurthy. 2014. The Pesticide

Encyclopedia. CABI. London.

Pazra, D. B. 2008. Gambaran Histopatologi Insang, Otot dan Usus pada Ikan

Lele (Clarias spp.) Asal dari Daerah Bogor. Skripsi. Fakultas Kedokteran

Hewan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 64 hal.

Pedoman Penggunaan Insektisida (Pestisida) Tahun 2012.

Permentan No. 24 Tahun 2011.

Pratiwi, Y., S. Sri, dan W. Winda. 2012. Uji Toksisitas Limbah Cair Laundry

Sebelum dan Sesudah Diolah dengan Tawas dan Karbon Aktif terhadap

Bioindikator (Cyprinus carpio L). Prosiding Seminar Nasional Aplikasi

Sains dan Teknologi (SNAST) Periode III. Yogyakarta.

Pratiwi, H. C. Dan A. Manan. 2015. Teknik Dasar Histologi Pada Ikan Gurami

(Osphronemus gouramy). The Basic Histology Technique Of Gouramy

Fish (Osphronemus gourami). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 7 (

2): 153 – 158.

Praseno, O., H. Krettiawan., S. Asih, dan A. Sudradjat. 2010. Uji Ketahanan

Salinitas Beberapa Strain Ikan Mas yang Dipelihara di Akuarium.

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 93 – 100.

Priosoeryanto, B.P., I. M. Ersal., R. Tiuria, dan S. U. Handayani. 2010.

Gambaran Histopatologi lnsang, Usus dan Otot Ikan Mujair

(Oreochromis mossambicus) yang Berasal dari Daerah Ciampea, Bogor.

Histopathological Lesions of Gill, Intestines and Muscle Tissue of Mujair

Fish (Oreochromis mossambicus) from Ciampea, Bogor. Hemera Zoa I

Majalah Ilmu Kehewanan Indonesia I Indonesian Journal of Veterinary

Science & Medicine. 2 (1) : 1 – 8.

Putra, D. A. 2014. Ram Jet Ventilation, Perubahan Struktur Morfologi dan

Gambaran Mikroanatomi Insang Ikan Lele (Clarias batrachus) Akibat

Paparan Limbah Cair Pewarna Batik. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas

Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Qayoom, I., F. A. Shah., M. Mukhtar., M. H. Balkhi., F. A. Bhat, and B. A. Bhat.

2016. Dimethoate Induced Behavioural Changes in Juveniles of

Page 85: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

71

Cyprinus carpio var. communis under Temperate Conditions of Kashmir,

India. The Scientific World Journal. 1 – 6.

Radona, D., S. Asih, dan G. H. Huwoyon. 2012. Optimalisasi Kepadatan Benih

Ikan Mas (Cyprinus carpio) Strain Rajadanu Pada Pendederan Di

Kolam Air Tenang. Density Optimization of Carp Seed (Cyprinus carpio)

Strain Rajadanu in the Nursery in Calm Pool Water. 11 (2) : 161 – 166.

Raini, M. 2007. Kajian : Toksikologi Pestisida dan Penanganan Akibat Keracunan

Pestisida. Media Litbang Kesehatan. 17 (3) : 10 – 18.

Rennika., Aunurohim, dan N. Abdulgani. 2013. Konsentrasi dan Lama

Pemaparan Senyawa Organik dan Inorganik pada Jaringan Insang Ikan

Mujaer (Oerochromis mossambicus) pada Kondisi Sub Lethal. Jurnal

Sains dan Seni Pomits. 2 (2) : 132 – 137.

Riyadi, A. 2006. Kajian Kualitas Air Waduk Tirta Shintadi Kotabumi Lampung. 1

(2) : 75-82.

Rovita, G. D., W. P. Pujiono dan S. Prijadi. 2012. Strativikasi Vertikal NO3- N dan

PO4- pada Perairan di Sekitar Eceng Gondok (Eichornia crassipes

Solm) dengan Latar Belakang Penggunaan Lahan Berbeda di Rawa

Pening. Journal of Management Aquatic Resources. 1 (1) : 1-7.

Rudiyanti, S dan A. D. Ekasari. 2009. Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Mas

(Cyprinus carpio Linn) Pada Berbagai Konsentrasi Pestisida Regent 0,3

G. Jurnal Saintek Perikanan. 5 (1) : 49 – 54.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Jakarta.

Saputra., H. Marta., N. Marusin, dan P. Santoso. 2013. Struktur Histologis Insang

dan Kadar Hemoglobin Ikan Asang (Osteochillus hasseltii C. V.) di

Danau Singkarak dan Maninjau, Sumatera Barat. Jurnal Biologi

Universitas Andalas. 2 (2) : 138 – 144.

Silaban, T. F., L. Santoso dan Suparmono. 2012. Dalam Peningkatan Kinerja

Filter Air untuk Menurunkan Konsentrasi Amonia pada Pemeliharaan

Ikan Mas (Cyprinus carpio). e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya

Perairan. 1 (1): 47-56.

Simanjutak, M. 2007. Oksigen Terlarut dan Apparent Oxygen Utilization di

Perairan Teluk Klabat, Pulau Bangka. Ilmu Kelautan. 12 (2) : 59 – 66.

Singh, R. N. 2014. Effects of Dimethoate (EC 30%) on Gill Morphology, Oxygen

Consumption and Serum Electrolyte Levels of Common Carp, Cyprinus

carpio (Linn). International Journal of Scientific Research in

Environmental Sciences. 2 (6) : 192 – 198.

SNI. 1999. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) Strain Majalaya

Kelas Benih Sebar.

Soetini, L dan H. U. Subarijanti. 1992. Pengaruh Pemberian Pakan Buatan

Terhadap Kualitas Air dan Pertumbuhan Clarias gariepinus. Fakultas

Perikanan. Universitas Brawijaya.

Page 86: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

72

Srivasta, A. K., D. Mishra†., S. Shrivastava., S. K. Srivastav, and A. K. Srivastav.

2010. Acute Toxicity and Behavioural Responses of Heteropneustes

fossilis to an Organophosphate Insecticide, Dimethoate. International

Journal of Pharma and Bio Sciences. 1 (4) : 359 – 363.

Sudarmo, S.1988. Pestisida Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.

Sudaryatma, P. E dan Eriawati, N. N. 2012. Histopatologis Insang Ikan Hias Air

Laut yang Terinfestasi Dactylogyrus sp. Jurnal Sains Veteriner. 30 (1) :

68 – 75.

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. CV. Alfabeta : Bandung.

Sukarni., Maftuch, dan H. Nursyam. 2012. Kajian Penggunaan Ciprofloxacin

terhadap Histologi Insang dan Hati Ikan Botia (Botia macracanthus,

Bleeker) yang Diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. J.Exp. Life Sci. 2

(1): 6 – 12.

Suparjo, M. N. 2010. Kerusakan Jaringan Insang Ikan Nila (Oreochromis niloticus

L) Akibat Deterjen. Jurnal Saintek Perikanan. 5 (2) : 1 – 7.

Suryabrata. 1987. Metodologi Penelitian. Rajawali Jakarta. Jakarta.

Suryanto, A. M. 2011. Pencemaran Lingkungan (Sumber, Dampak Dan Upaya

Penanggulangannya). Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang.

Malang.

Susanah, U. A. 2011. Struktur Mikroanatomi Insang Ikan Bandeng di Tambak

Wilayah Tapak Kelurahan Tugurejo Kecamatan Tugu Semarang.

Skripsi. Jurusan Biologi. FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Semarang.

Sutimin. 2009. Model Matematika Konsentrasi Oksigen Terlarut Pada Ekosistem

Perairan Danau. Universitas Diponegoro. Semarang.

Tarigan. 2013. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid)

di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara. Jurnal Makara, Sains. 7 (3).

Taufik, I. 2011. Pencemaran Pestisida Pada Perairan Perikanan di Sukabumi-

Jawa Barat. Media Akuakultur. 6 (1) : 69 – 75.

Tim Lentera. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras. Agromedia

Pustaka. Jakarta.

Untung, O dan B. E. Perkasa. 2002. Mencetak Cupang Adu Jagoan. Penebar

Swadaya : Jakarta.

Varney, H., J. M. Kriebs, dan C. L. Gegor. 2004. Varney’s Midwifery. Jones and

Bartlett Publisher. USA.

Viana, O. S. 2010. Pengaruh Perbedaan Dosis Pestisida “Diazinon 60 EC”

terhadap Mortalitas dan Laju Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio

L). Skripsi. Universitas Brawijaya, Malang. Malang.

Page 87: UJI PENGARUH SUBLETHAL INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT …repository.ub.ac.id/7639/1/HERVIN INDAH CATUR WULAN.pdf · perlakuan insektisida yang diberikan pada ikan mas didapatkan Survival

73

Voogt, de Pim. 2016. Reviews of Environmental Contamination and Toxicology.

Springer. London.

Wirasuta, M. A. dan R. Niruri. 2006. Toksikologi Umum. Dana POM Jurusan

Farmasi. FMIPA. Universitas Udayana.

Wudianto, R. 1993. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta.

Yitnosumarto. 1993. Percobaan : Perancangan, Analisis, dan Interpretasinya.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Yosmaniar., E. Supriyono., K. Nirmala, dan Sukenda. 2009. Toksisitas Subletal

Moluskisida Niklosamida Terhadap Pertumbuhan dan Kondisi

Hematologi Yuwana Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal Riset

Akuakultur. 4 (3) : 385 – 393.

Yuantari, M. G. C., B. Widiarnako, dan H. R. Sunoko. 2013. Tingkat Pengetahuan

Petani dalam Menggunakan Pestisida (Studi Kasus di Desa Curut

Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan). Prosiding Seminar

Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Universitas

Diponegoro. Semarang. 142 – 148.

Zaranyika, M. F and J. Mlilo. 2014. Speciation and Persistence of Dimethoate in

the Aquatic Environment: Characterization in Terms of a Rate Model that

Takes Into Account Hydrolysis, Photolysis, Microbial Degradation and

Adsorption of the Pesticide by Colloidal and Sediment Particles. S. Afr.

J. Chem. 67 : 233–240.