obesitas
DESCRIPTION
obesitasTRANSCRIPT
Bayi di Bawah Lima Tahun (Balita)
Memerhatikan makanan seimbang bagi anak akan sangat membantu menghindarkan
mereka dari makanan yang buruk sekaligus membantu pertumbuhan mereka secara alami. Sebab,
kebutuhan mereka terhadap energy dan unsur-unsur makanan saat beraktivitas sehari-hari lebih
besar dibandingkan dengan kebutuhan orang dewasa. (As-Syayyid, 2006)
Oleh karena itu, seorang anak harus mengonsumsi makanan beragam secara rutin setiap
hari, khususnya karena mereka tidak bisa mengonsumsi makanan sendiri sebanyak makanan
yang dikonsumsi oleh orang dewasa. Sebagaimana mereka juga harus diarahkan dan dibimbing
untuk membiasakan diri memakan makanan yang baik dan benar sejak dini sekaligus memotivasi
mereka untuk melakukan aktivitas gerakan atau olahraga sehingga tidak mengalami obesitas atau
kegemukan. (As-Syayyid, 2006)
Anak yang Masih Menyusui
Setelah lahir dan hidup di dunia ini, sang buah hati pun menjadi demikian bersandar dan
membutuhkan ibu, layaknya kebutuhan cabang pada akar. Dia membutuhkan makanan yang
sama yang dulu pernah diserapnya di dalam darah, ketika masih menjadi janin. Kemudian
dengan ilmu, kekuasaan dan kalimat Allah, darah itu berubah menjadi susu yang bersih dan
murni yang mengandung berbagai unsure yang sesuai bagi pertumbuhannya. Kemudian susu itu
mengalir ke payudara untuk kemudian atas hidayah Allah pula sang anak menyerap makanan
melalui anggota tubuh sang ibu tersebut. Allah berfirman, (As-Syayyid, 2006)
“Yang menentukan kadar (masing-masing) dan menentukan petunjuk” (Q.S al-A’la [87]: 3)
Al-Quran al-Karim telah menyebutkan beberapa aturan yang mengatur masalah
penyusuan alami dan aturan pemeliharaan anak yang masih menyusu kepada selain ibu kandung,
yakni ibu susuan dan bukan termasuk salah satu nasab. Berkenaan dengan masalah ini, Allah
berfirman, (As-Syayyid, 2006)
“Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin
menyusui secara sempurna” (Q.S al-Baqarah [2]: 233)
Dari ayat tersebut terlihat jelas aturan sebagai berikut:
Seorang ibu berkewajiban untuk menyusui anaknya melalui payudara dan tidak
mengingkari pentingnya hak anak untuk menikmati air susu dari payudara ibunya, bila mampu,
dan tidak menolak memberikannya selama masa menyusui, bagi siapa saja yang ingin
menyempurnakan penyusuan, yakni selama 2 tahun. (As-Syayyid, 2006)
Namun demikian dibolehkan juga menyapih anak sebelum masa yang telah ditetapkan
oleh Al-Quran al-Karim, yaitu 2 tahun, dengan syarat ada kesepakatan antara ayah dan ibu, tanpa
harus mengesampingkan kemaslahatan sang buah hati dan jaminan pengasuhannya. Hal itu
sesuai dengan firman Allah, (As-Syayyid, 2006)
“Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya,
maka tidak ada dosa antara keduanya” (Q.S. al-Baqarah [2]: 233)
Menyusukan anak kepada wanita lain, padahal dia mampu melakukannya, merupaka
suatu tindakan yang tidak dibenarkan agama. Oleh Karen itu, Islam benar-benar telah
menancapkan tiang penopang materi untuk kepentingan penyusuan ini, di mana Islam telah
memberikan nafkah penyusuan jika terjadi perceraian dengan suaminya, sehingga kepentingan
anak tidak terabaikan dan bisa memenuhi segala makanan yang dibutuhkan. Allah berfirman,
(As-Syayyid, 2006)
“Tenpatkanlah mereka (para istri) di mana kalian bertempat tinggal menurut kemampuan kalian
dan janganlah kalian menyusahkan merekan dan menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka
(istri-istri yang sudah ditalak) sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya sampai
mereka melahirkan, kemudian jika mereka menyusui (anak-anak) kalian maka berikanlah
imbalannya kepada mereka; dan musyawarahkanlah di antara kalian (segala sesuatu) dengan
baik; jika kalian menemui kesulitan, maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu)
untuknya” (Q.S. ath-Thalaq [65]: 6)
Dengan demikian Allah SWT telah menjamin kebutuhan makanan bayi melalui air susu
ibunya. Pada tiga hari pertama, payudara mengeluarkan cairan yang berwarna kekuningan dalam
jumlah yang tidak banyak yang disebut kolostrum. Cairan ini bisa mencukupi kebutuhan
makanan bayi di awal kehiduoannya di dunia, yang kaya akan protein, antibody, vitamin dan
mineral. Sebagaimana cairan ini juga memiliki manfaat lain, yaitu membiasakan alat pencernaan
bayi untuk bisa beradaptasi dan menerima sekaligus mencerna makanan. (As-Syayyid, 2006)
Dan pada hari keempat, barulah payudara ibu mengeluarkan zair susu yang merupakan
makanan bayi. Susu ibu mengandung zat-zat yang menambah kemampuan tubuh bayi untuk
melawan berbagai macam penyakit. Sebagaimana ia merupakan makanan aman yang
mengandung berbagai macam unsure makanan yang dibutuhkan bayi pada usia enam bulan
pertama. (As-Syayyid, 2006)
Ketika bayi telah mencapai 6 bulan, maka seorang ibu harus memberikan makanan
pendamping yang kaya akan energy, protein, vitamin dan mineral, misalnya telur, buah-buahan,
sayur-sayuran dan semua makanan yang diolah dari hewan. (As-Syayyid, 2006)
Secara lambat laun dan bertahap, sang buah hati akan terbiasa dengan makanan-makanan.
Setelah gigi tumbuh dan bayi telah terbiasa dengan makanan-makanan cair dan lembut, maka
dimungkinkan baginya untuk mengonsumsi makanan agak keras. Untuk kemudian secara
bertahap meningkat pada jenis makanan keras. Makanan bayi memerlukan tempat khusus yang
bisa menjaga kebersihan dan mudah untuk dikonsumsi dan dicerna. (As-Syayyid, 2006)
Telah dibuktikan pula bahwa menyusui memiliki manfaat perlindungan dan pencegahan
dari berbagai macam penyakit yang membahayakan, misalnya penyakit kanker. Sangat kecil
sekali kemungkinan penyakit kanker payudara khususnya akan menghinggapi ibu-ibu yang
menyusui, jika dibandingkan dengan mereka yang tidak menyusui anaknya. Dan lebih kecil
kemungkinannya menimpa wanita menikah disbanding wanita yang tidak menikah. Dengan
demikian, penyusuan alami memiliki manfaat yang sangat banyak. (As-Syayyid, 2006)
Di lebih dari satu tempat, Al-Quran al-Karim telah menunjukkan pentingknya penyusuan
alami, dimana Allah berfirman, (As-Syayyid, 2006)
“Kami ilhamkan kepada ibunya Musa, ‘Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir
terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan
(pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akanmengembalikannya kepadamu, dan
menjadikannya salah seorang rasul’” (Q.S. al-Qashash [28]: 7)
Kaum muslim terdahulu telah berusaha memotivasi para ibu untuk menyusui anak-anak
mereka secara alami, karena pengetahuan mereka yang mendalam mengenai pentingnya
penyusuan bagi anak dan keluarga sekaligus. (As-Syayyid, 2006)
Islam merupakan agama yang aktif dan penuh kasih sayang yang selalu menyeru setiap
orang berakal untuk meneladani orang-orang muslim terdahulu. Sementara kedokteran modern
telah menegaskan bahaya sikap yang mnegabaikan penyusuan alami. Islam telah memuliakan
kita, baik sebagai ibu, ayah, anak, maupun masyarakat, ketika ia memerintahkan kita untuk
memelihara dan mempertahankan hal-hal yang baik di atas. (As-Syayyid, 2006)
Perlu disebutkan, World Health Organization (WHO) di akhir abad ke-20 telah menekankan
pentingnya penyusuan alami ini. Kemudian dengan bekerja sama dengan beberapa negara
anggota, WHO telah mengampanyekan pentingnya penyusuan ini bagi bayi sekaligus
mengingatkan untuk menghindari makanan-makanan buatan yang terbuat dari berbagai macam
campuran, untuk kemudian membuat aturab yang melarang mengiklankan produk-produk
tersebut atau menganjurkan para ibu untuk memebrikannya kepada anak-anaknya. ASI
memeiliki beberapa kelebihan, diantaranya: (As-Syayyid, 2006)
1. Bersih dan steril
2. Tidak dingin dan tidak juga panas
3. Siap dikonsumsi kapanpun
4. Tidak busuk saat dalam penyimpanan
5. Cocok bagi pencernaan bayi
6. Bisa member antibody khusus untuk melawan berbagai kuman dan virus penyakit.
7. Menyusui langsung dari payudara ibi dapat mencegah terjadinya kegemukan pada anak
dan juga ibu
8. Menyusui dari payudara ibu juga bisa menumbuhkan rasa kasih sayang sekaligus
mempererat hubungan emosional antara anak dan ibu.
Mengenai makanan dan pola makan, Islam tidak hanya menyinggung tentang makanan dan
kandungannya saja, juga kesempurnaan dan kesehatan makanan, serta cara mengonsumsinya.
Sebab pola makan yang buruk dan berlebih-lebihan dalam mengonsumsi makanan atau
sebaliknya, terlalu sedikit mengonsumsi makanan dari yang seharusnya, serta tidak
memerhatikan keseimbangan kandungan makanan, akan mengakibatkna munculnya berbagai
macam penyakit. (As-Syayyid, 2006)
Selain itu pola makan serta kualitas dan kebersihan makanan memiliki pengaruh yang sangat
besar terhadap pencernaan yang baik, juga kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat makanan
dengan segala macam ragamnya. (As-Syayyid, 2006)
Jika seseorang mengonsumsi makanan yang mnegandung selera ini melebihi batas
kebutuhannya, maka dia harus mengimbanginya dengan berolahraga, agar zat-zat yang berlebih
yang tidak dibutuhkan tubuh terbakar. Jika seseorang mengonsumsi makanan yang menyuplai
kalori lebih banyak dari yang dibutuhkannya, maka hal itu akan menyebabkan kelebihan berat
badan. Sebaliknya, bila dia mengonsumsi makanan lebih sedikit dari yang dibutuhkan, makan
berat badannya akan menurun sehingga mnejadi kurus, yang rawan sekali terhadap serangan
berbagai penyakit. Dan jika seseorang menciptakan keseimbangan antara kebutuhan kalori dan
aktivitas yang dilakukannya, berarti dia telah menjaga berat badan ideal. (As-Syayyid, 2006)
Berbagai penelitian ilmiah modern menetapkan, mengonsumsi makanan yang banyak tanpa
dicerna dengan baik memaksa pancreas mengeluarkan sejumlah enzim yang melebihi batas
kebutuhannya, yang jika pola makan berlebihan ini dilakukan secara terus-menerus akan
menyebabkan ketidakmampuan melakukan tugas dan aktivitas atau radang yang parah.
Sebagaimana kemampuan jaringan tubuh untuk mengubah unsure-unsur makanan menjadi
melemah saat berbagai macam makanan masuk ke dalam lambung dalam satu waktu sekaligus.
Penyakit yang disebabkan oleh sikap berlebih-lebihan dalam makan ini bisa lebih berbahaya
jika dibandingkan dengan penyakit yang disebabkan oleh kekurangan makanan. (As-Syayyid,
2006)
Sejak beberapa abad yang lalu, Islam telah membuat aturab dan ajaran bagi ummat manusia
untuk mengatur langkah jalannya dan mengawasi semua pergerakannya. Terkadang dalam
bentuk larangan, terkadang juga dalam bentuk bimbingan dan terkadang dengan menarik
perhatian, agar tubuh manusia berdiri tegak di atas dasar-dasar yang kukuh dan bangunan yang
bauk, yang kelak akan membuatnya mampu mneghadapi dan menjalani kehidupan. Dengan
demikian mengonsumsi makanan secara berlebih-lebihan jelas bertentangan dengan ajaran Islam.
Allah SWT berfirman, (As-Syayyid, 2006)
“Makanlah dari rezeki yang baik-baik yang telah Kami berikan kepada kalian, dan janganlah
melampaui batas” (Q.S. Thaha [20]: 81)
“Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaian kalian yang bagus pada setiap (memasuki) masjid,
makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang
berlebihan” (Q.S. al-A’raf [7]: 31)
“Sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya niscaya mereka akan berbuat
melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh,
Dia Maha Teliti terhadap (keadaan) hamba-hamba-Nya, Maha Melihat” (Q.S. asy-Syura [42]:
72)
“Tidaklah anak cucu Adam mengisi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Sebenarnya
beberapa suap saja sudah cukup untuk menegakkan tulang rusuknya. Kalau toh, dia harus
mengisinya, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk
bernapas” (HR at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Muslim)
Adalah penting bahwa orang yang bersikap menahan diri dan memakan apa yang cocok
dan sesuai dengan seleranya, namun tanpa berlebihan. Umar r.a. berkata, “Hindarilah berperut
buncit, karena ia merusak tubuh, menyebabkan penyakit dan menjadikan shalat sebagai
pekerjaan yang melelahkan. Maknfaatkanlah bekam, karena ia membuat badan beres.
Hindarilaha semua yang berlebihan, karena Allah membenci orang berilmu yang bertubuh
gendut”. Hadist ini diriwayatkan oleh Abu Nu’aim. (As-Suyuthi, 2006)
Hippocrates berkata, “Memelihara kesehatan yang baik bergantung pada kerja secara
wajar dan menghindari makan dan minum terlalu banyak”. Dia juga berkata, “Makanan yang
merugikan tetapi sedikit lebih baik daripada makanan yang baik namun terlalu banyak”. (As-
Suyuthi, 2006)
Makanan dapat menyerang, merugikan dan merubah fungsi normal tubuh jika jumlahnya
berlebihan. Sebagian besar penyakit terjadi karena konsumsi makanan yang berlebihan atau
melebihi kebutuhan tubuh. Penyakit juga timbul akibat mengonsumsi makanan yang sulit dicerna
dan kompleks. Jika makusia memenuhi perutnya dengan beragam makanan dan perut terbiasa
denga itu, maka timbul beragam penyakit, yang sebagian di antaranya membutuhkan waktu lama
untuk menyembuhkannya. Jika orang mengonsumsi makanan secukupnya dan sesuai kebutuhan
tubuh, tubuhnya akan memperoleh manfaat maksimum dibanding jika mengonsumsi makanan
yang berlebihan. (Al-Jauziyah, 2004)
Obesitas merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak
yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. Tetapi masih banyak
pendapat di masyarakat yang mengira bahwa anak yang gemuk adalah sehat sehingga banyak ibu
merasa bangga kalau melihat anaknya sangat gemuk, di satu pihak ada ibu yang kecewa kalau
melihat anaknya tidak segemuk anak tetangganya. Sebenarnya kekecewaan tersebut tidak
beralasan, asalkan grafik pertumbuhan anak pada Kartu Menuju Sehat (KMS) sudah
menunjukkan kenaikan yang kontinu setiap bulan sesuai lengkungan grafik pada KMS dan
berada pada pita warna hijau, maka anak tersebut pasti sehat. (Soetjiningsih, 1995)
Obesitas atau kegemukan dari segi kesehatan merupakan salah satu penyakit salah gizi,
sebagai akibat konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya. Dari berbagai tulisan
mengenai obesitas pada anak, ternyata banyak masalah yang dihadapi anak yang obesitas ini.
Lebih-lebih jika obesitas pada masa kanak-kanak berlanjut sampai dewasa. Bahkan ada seorang
ahli yang mengatakan, bahwa makin panjang ikat pinggang seseorang, maka akan makin pendek
umurnya. Dengan perkataan lain, makin gemuk seseorang akan makin banyak penyakitnya,
sehingga jarang yang mencapai umur panjang.
Definisi
Tidak semua orang yang mempunyai berat badan lebih disebut sebgaia obesitas. Karena
pada atlit yang karena latihan-latihan yang teratur menyebabkan massa otot yang tumbuh dengan
baik, akanmempunyai berat badan rata-rata yang lebih dari anak sebayanya, tidak dapat disebut
sebagai obesitas. Demikian pula dengan anak yang kerangka tulangnya besar dan otot-ototnya
lebih dari biasanya, sehingga berat badan dan tingginya di atas rata-rata anak sebayanya, juga
bukan disebut obesitas.
Untuk diagnose obesitas harus ditemukan gejala klini obesitas dan disokong dengan
pemeriksaan antropometri yang jauh di atas normal. Pemeriksaan antropometri yang sering
digunakan adalah berat badan terhadap tinggi badan, berat badan terhadap umur dan tebalnya
lipatan kulit.
Kriteria yang digunakan untuk menentukan obesitas adalah sebagai berikut (dikutip dari
Neuman 1983)
Overnutrisi Obesitas
BB/TB 110-119% dari standar atau
90-95 persentil
≥120% dari standar atau > 95
persentil
BB/U 110-119% dari standar atau ≥120% dari standar atau > 95
90-95 persentil persentil
Lipatan Kulit
(Trisep/Subscapula) pada
umur 0-36 bulan
>2SD
>90 persentil
Lipatan Kulit (Tanner 1962) >2SD
>95 persentil
Klasifikasi
Menurut gejala klinisnya, obesitas dibagi menjadi:
1. Obesitas sederhana (Simple Obesity)
Terdapat gejala kegemukan saja tanpa disertai kelainan hormonal/mental/fisik lainnya,
obesitas ini terjadi karena faktor nutrisi
2. Bentuk khusus obesitas
a. Kelainan endokrin/hormonal
Tersering adalah Sindrom Cushing, pada anak yang sensitive terhadap pengobatan
dengan hormone steroid.
b. Kelainan somatodismorfik
Sindrom Prader-Willi, Sindrom Summit dan Carpenter, Sindrom Laurence-Moon-
Biedl, dan Sindrom Cohen.
Obesitas pada kelainan ini hampir selalu disertai mental retardasi dan kelainan
ortopedi
c. Kelainan hipotalamus
Kelainan pada hipotalamus yang mempengaruhi nafsu makan dan berakibat
terjadinya obesitas, sebagai akibat dari kraniofaringioma, leukemia cerebral, trauma
kepala dan lain-lain.
Penyebab
1. Masukan energy yang melebihi dari kebutuhan tubuh
a. Pada bayi
- Bayi yang minum susu botol yang selalu dipaksakan oleh ibuna, bahwa setiap kali
minum harus habis
- Kebiasaan untuk memberikan minuman/makanan setiap kali anak menangis
- Pemberian makanan tambahan tinggi kalori pada usia yang terlalu dini
- Jenis susu yang diberikan osmolaritasnya tinggi (terlalu kental, manis, kalorinya
tinggi), sehingga bayi selalu haus dan minta minum.
Obesitas pada bayi umur satu tahun pertama, sebagian berhubungan dengan berat
badan lahirnya dan cara pemberian makannya. Tetapi sebagian besar obesitas pada
usia 6-12 bulan masih sulit diterangkan penyebabnya. Faktor-faktor di bawah ini
mempengaruhi terjadinya bayi berat badan lahir yang lebih tinggi dari biasanya,
yakni:
- Faktor keturunan
- Ibu yang obesitas
- Pertambahan berat badan ibu pada waktu hamil yang berlebihan
- Ibu diabetes/pre-diabetes
b. Gangguan emosional
Biasanya pada anak yang lebih besar, dimana baginya makanan merupakan pengganti
untuk mencapai kepuasan dalam memperoleh kasih sayang.
c. Gaya hidup masa kini
Kecenderungan anak-anak sekarang lebih menyukai makanan siap saji yang berkalori
tinggi
2. Penggunaan kalori yang kurang
Berkurangnya pemakaian energy dapat terjadi pada anak yang kurang aktivitas fisiknya,
seharian menonton televisi, dll. Apalagi jika dibarengi dengan mengemil makanan, maka
kecenderungan menjadi obesitas akan lebih besar.
3. Hormonal
Kelenjar ptuitari dan fungsi hipotalamus yang abnormal sehingga terjadi hiperfagia
(nafsu makan berlebihan) karena gangguan pada pusat lapar di otak.
Untuk terjadinya obesitas tidak hanya tergantung dari berbagai macam penyebab yang telah
disebutkan di atas, tetapi juga oleh faktor-faktor predisposisi lainnya, seperti:
1. Herediter (faktor keturunan)
Kecenderungan menjadi gemuk pada keluarga tertentu. Jika salah satu orang tuanya
obesitas, maka anaknya emmpunyai risiko 40% menjadi obesitas, sedangkan jika kedua
orang tuanya obesitas maka risikonya menjadi 80%.
2. Suku/bangsa
Pada suku/bangsa tertentu kadang-kadang terlihat banyak anggotanya yang menderita
obesitas.
3. Pandangan masyarakat yang salah, yaitu bayi yang sehat adalah bayi yang gemuk
4. Anak cacat, anak aktivitasnya kurang karena problem mengasuh/cara mengasuh
5. Umur orang tua yang sudah kanjut usia baru punya anak, anak tunggal, anak ‘mahal’,
anak dari orang tua tunggal, dll
6. Meningkatnya keadaan sosio-ekonomi seseorang
Orang tua yang dulunya berasal dari keluarga yang kurang mampu, maka mereka
cenderung memberikan makanan sebanyak-banyaknya pada anak-anaknya.
Patogenesis
Terjadinya obesitas menurut jumlah sel lemak, adalah sebagai berikut:
1. Jumlah sel lemak normal, tetapi terjadi hipertropi/pembesaran
2. Jumlah sel lemak meningkat/hyperplasia dan juga terjadi hipertropi
Penambahan dan pembesaran jumlah sel lemak paling cepat pada masa kanak-kanak dan
mencapai puncaknya pada masa meningkat dewasa. Setelah masa dewasa tidak akan terjadi
penambahan jumlah sel, tetapi hanya terjadi pembesaran sel. Obesitas yang terjadi pada masa
kana-kanank selain hyperplasia juga terjadi hipertropi. Sedangkan obesitas yang terjadi pada
masa deasa pada umumnya hanya terjadi hipertropi sel lemak.
Obesitas pada anak terjadi jika intake kalori berlebihan, terutana pada tahun pertama
kehidupan. Rangsangan untuk meningkatkan jumlah sel terus berlanjut sampai dewasa,
setelah itu hanya terjadi pembesaran sel saja. Sehingga jika terjadi penurunan berat badan
setelah masa dewasa, bukan karena jumlah sel lemaknya tang berkurang tetapi besarnya sel
yang berkurang.
Di samping itu, pada penderita obesitas juga menjadi resisten terhadap hormone insulin,
sehingga kadar insulin di dalam peredaran darah akan meningkat. Insuliun berfungsi
menurunkan lipolisis dan meningkatkan pembentukan jaringan lemak
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan obesitas pada anak berbeda dengan pengobatan obesitas dewasa, karena
tujuannya hanya menghambat laju kenaikan berat badan yang pesat tersebut dan tidak boleh
mengurangi makanan terlalu ketat. Sehingga pengaturan dietnya harus dipertimbangkan
bahwa anak masih dalam masa pertumbuhan sesuai tingkat pertumbuhan pada usia anak
tersebut. di samping itu pengobatan obesitas pada anak sering gagal, kecuali mendapat
dukungan dari seluruh keluarga. Olahraga/aktivitas tubuh yang teratur sangat penting dalam
upaya piñatalaksanaan obesitas pada anak ini.
Pada prinsipnya, pengobatan anak denga obesitas adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki faktor penyebab, misalnya cara pengasuhan maupun faktor kejiwaan
2. Motivasi penderita obesitas dewasa tentang perlunya pengurusan badan. Sedangkan
orang tua bayi/anak yang oebsitas ahrus dimotivasi tentang pentingnya memperlampat
kenaikan berat badna bayi/anaknya.
3. Memberikan diet rendah kalori yang seimbang untuk menghambat kenaikan berat badan.
Kemudian membimbing pengaturan makanan yang sesuai untuk mepertahankan gizi
yang ideal sesuai dengan pertumbuhan anak. Ditambahkan pula vitamin dan mineral.
4. Menganjurkan penderita unutk olahraga yang teratur/ anak bermain secara aktif, sehingga
banyak energy yang dibutuhkan.
Baik terapi diet maupun psikoterapi harus diberikan pada seluruh keluarga. Sehingga seluruh
keluarga seolah-olah turut serta dalam usaha pencapaian berat badan ideal tersebut. cara
pengaturan dietnya adalah sebagai berikut:
1. Pada bayi yang mengalami obesitas, tujuan terapi bukan unutk menurunkan berat
badannya seperti pada obesitas dewasa, tetapi memperlambat kecepatan kenaikan berat
badannya. Bayi diberikan diet sesuai dengan kebutuhan normal untuk pertumbuhan, yaitu
110 kkal/kgBB/hari untuk bayi kurang dari 6 bulan dan 90 kkal/kgBB/hari untuk bayi
lebih dari 6 bulan. Susu botol jumlahnya harus dikurangi dengan cara diselingi air tawar.
Tidak dianjurkan memberikan susu yang diencerkan, susu rendah/tanpa lemak. Di
samping itu kita anjurkan kepada ibunya agar anak tidak digendong saja, tetapi dibiarkan
melakukan aktivitas.
2. Pada abak prasekolah yang mengalami obesitas, kenaikan berat badannya harus
diperlambat dengan memberikan diet seimbang 60 kkal/kgBB/hari atau bisa juga dari
makanan keluarga dengan porsi kecil dan menghindari makanan yang mengandung kalori
tinggi. Selain itu kita harus mendorong anak untuk melakukan aktivitas fisik dan
mencegah menonton televisi berlebihan.
3. Pada anak usia sekolah (pra pubertas) yang obesitas, kita berusaha mempertahankan berat
badan anak dan menaikkan tinggi badannya. Diet yang diebrikan sekitar 1.200 kkal/hari.
Mendorong anak melakukan aktivitas fisik secara sendiri-sendiri maupun berkelompok.
Tidak boleh menonton televisi terlalu lama.
Pencegahan
Mencegah obesitas jauh lebih baik daripada mengobati jika sudah terjadi obesitas. Yang
penting adalah bagaimana mengubah pandangan masyarakat agar mereka tidak menganggap
bahwa sehat itu identik dengan gemuk.
Pencegahan harus sedini mungkin yang dimulai sejak dari bayi, yaitu dengan memberikan
ASI. Bayi yang minum ASI jarang menjadi obesitas, karena komposisi ASI mempunyai
mekanisme tersendiri dalam mengontrol berat badan bayi. Komposisi ASI pada saat baru
mulai disuse (foremik) memiliki lemak sedikit, sedangkan pada akhir menyusu (hind milk)
kadar lemaknya tinggi, sehingga menimbulkan rasa mual pada bayi, akibatnya bayi akan
menghentikan menyusu. Tidak memberikan minuman/makanan setiap anak menangis,
kecuali jika yakin bahwa anak tersebut memang lapar. Kartu Menuju Sehat (KMS) perlu
untuk memantau pertumbuhan anak, sehingga kita mengetahui setiap penyimpangan arah
dari grafik berat badan. Anak sedini mungkin dikenalkan aktivitas fisik, baik melalui bermain
olahraga