morbili ria

Upload: ria-novitasari-darmawi

Post on 18-Jul-2015

214 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

MORBILIPEMBIMBING

Dr. Rivai Usman, Sp.A

DISUSUN OLEH

RIA NOVITASARI 030.05.189

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BEKASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

STATUS PASIENI.

IDENTITASNama Umur Jenis Kelamin Berat Badan Agama Alamat Masuk RS No RM : An. F : 6 Tahun : Laki-laki : 19 kg : Islam : Kp. 200 Jl. Sersan Idris Dalam No.03 : 27 Desember 2011 : 01003509

A. Identitas Pasien

Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi,17/09/2005

B. Identitas Orang Tua Ayah Nama Umur Agama Pendidikan Pekerjaan : Tn. M : 41 tahun : Islam : S1 : Karyawan : Anak angkat Ny. D 37 tahun Islam SMU Karyawan Ibu

Hubungan dengan orang tua

II. ANAMNESISAlloamannesis dengan ibu pasien tanggal 27 Desember 2011. A. KELUHAN UTAMA Demam naik turun 5 hari SMRS Keluhan tambahan Pusing, batuk, pilek, mual, dan lemas.

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Pasien laki-laki berusia 6 tahun datang diantar oleh ibunya dengan keluhan panas naik turun sejak 5 hari SMRS. Sudah diberikan obat penurun panas tapi tidak membaik juga. Panas tidak disertai dengan kejang dan penurunan kesadaran. Pasien juga tidak menggigil dan mengigau. Orang tua pasien juga mengatakan ada batuk berdahak dan pilek sejak 3 hari SMRS. Pasien tidak merasa sesak. Banyak berkeringat di malam hari dan penurunan berat badan disangkal pasien. Kedua mata pasien berair tetapi rasa silau berlebihan disangkal. Tidak ada keluhan pada kedua telinga. Selain itu pasien merasa badannya sangat lemas, mengeluh pusing, dan mual. Pasien mengalami mimisan sebanyak 1 kali, namun berhenti dengan sendirinya. Sejak 1 hari SMRS pada tubuh pasien timbul bintik-bintik merah yg muncul mula-mula di belakang telinga kemudian menyebar ke muka lalu ke dada. C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya. Riwayat alergi obat- obatan dan makanan (-) D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Tidak ada yang menderita penyakit yang sama E. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN Tidak diketahui F. RIWAYAT MAKANAN Usia 0 2 bulan Usia 2 4 bulan Usia 4 6 bulan Usia 6 8 bulan Kesan = ASI (-) = ASI (-) = ASI (-), bubur susu, buah = ASI (-), bubur susu, buah, biskuit

: Kualitas dan kuantitas makanan cukup baik

G. RIWAYAT IMUNISASI Jenis Imunisasi Dasar BCG Hepatitis B Polio DPT Campak 1 2 3 Kesan: imunisasi lengkap dasar Riwayat pasien

H. RIWAYAT PERUMAHAN DAN SANITASI Pasien tinggal bersama orang tua dan kakak dan adiknya. Beratap genteng, berlantai ubin, berdinding tembok. Sinar matahari yang masuk ke dalam rumah cukup baik, ventilasi udara cukup baik. Penerangan listrik dari PLN, sumber air bersih dari air tanah. Tetangga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang dialami pasien. Kesan: Riwayat perumahan dan sanitasi baik

III.

PEMERIKSAAN FISIKDilakukan pada tanggal 27 Desember 2011 Keadaan umum : Sakit sedang Kesadaran Tanda Vital Nadi Frekuensi napas Suhu Status Gizi Berat badan Tinggi badan : 19 kg : 122 cm : 110x/menit : 20 x/menit : 38,1 0C : Compos mentis

STATUS GENERALIS Kepala Mata : Normocephali, rambut hitam merata, tidak mudah dicabut, ubunubun tidak menonjol : Pupil bulat isokor, RCL+/+,RCTL+/+

Conjungtiva anemis -/-, Conjungtiva hiperemis+/+ Sklera ikterik -/lakrimasi+/+ Edema Palpebra +/+ Telinga Hidung Wajah Mulut Bibir Lidah Tenggorokan Leher Toraks Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Paru Inspeksi : Bentuk dada normal, pernapasan simetris dalam keadaan statis dan dinamis, retraksi sela iga (-), Kulit tampak eksantem makulopapular Palpasi Perkusi Auskultasi : Vokal fremitus kanan dan kiri sama : Sonor di kedua hemitoraks : Suara napas vesikuler, ronki (-), wheezing (-) : Ictus cordis tidak terlihat : Ictus cordis teraba di sela iga ke 5 : Batas jantung normal : Bunyi jantung 1& 2 reguler, bising (-), irama gallop ( - ) : Normotia, sekret (-), serumen (+), membran timpani intak : Pernafasan cuping hidung (-), sekret +/+, mukosa hiperemis +/+, konka oedem +/+, deviasi septum (-) : Kulit tampak eksantem makulopapular : Trismus (-), halitosis (-), gusi tidak meradang, tidak merah dan bengkak (-), bercak koplik (-) : Bibir kering dan pecah- pecah (-), sianosis (-) : Bercak- bercak putih pada lidah (-), tremor (-) : Faring hiperemis (+) : Trakea terletak ditengah, KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba membesar

Abdomen Extremitas

: Datar, supel, tidak ada pembesaran hati dan limpa, BU (+) : Akral hangat, oedem (-), sianosis(-), turgor baik, ptechiae (-), eksantem makulopapular (-)

Kulit

:

Ruam makulopapular (+) di telinga, wajah, thorax, abdomen,

punggung, ptechie (-), pucat (-), cyanosis (-)

IV.

PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium 27 Desember 2011 di RSUD Bekasi Darah Lengkap Laju Endap Darah Leukosit Hitung Jenis Basofil Eosinofil Batang Segment Limfosit Monosit Eritrosit Hemoglobin Hematokrit Index Eritrosit MCV MCH MCHC 80,6 fL 26,0 pg 32,2 % 222 ribu/uL normal 75 - 87 normal 24 - 30 normal 31 37 normal 150 -400 0% 1% 2% 80 % 15 % 2% 4,34 juta/uL 11,3 g/dL 35,0 % normal < 1 normal 1 - 3 normal 2 - 6 normal 52 - 70 normal 20 - 40 normal 2 - 8 normal 4 -5 normal 12 - 16 normal 40 - 54 70 mm 4,5 ribu/uL normal 0 -10 normal 5 - 10

Trombosit Imunoserologi Widal Salmonela Typhi O

1/80 Negatif 1/80 1/40 Negatif Negatif Negatif Negatif

normal negatif 1/80 normal negatif 1/80 normal negatif 1/80 normal negatif 1/80 normal negatif 1/80 normal negatif 1/80 normal negatif 1/80 normal negatif 1/80

Salmonela Paratyphi AO Salmonela Paratyphi BO Salmonela Paratyphi CO Salmonela Typhi H Salmonela Paratyphi AH Salmonela Paratyphi BH Salmonela Paratyphi CH

Kimia Klinik Elektrolit Natrium (Na) Kalium (K) Chlorida (Cl) 137 mmol/L 3,5 mmol/L 101 mmol/L normal 135-145 normal 3,5 - 5,0 normal 94 111

V.

RESUMEPasien laki-laki berusia 6 tahun datang diantar oleh ibunya dengan keluhan panas naik turun sejak 5 hari SMRS. Sudah diberikan obat penurun panas tapi tidak membaik juga. Pasien juga mengeluhkan adanya batuk berdahak serta pilek sejak 3 hari SMRS. Kedua mata pasien merah dan berair. Selain itu pasien merasa badannya sangat lemas, mengeluh pusing, dan mual. Pasien mengalami mimisan sebanyak 1 kali, namun berhenti dengan sendirinya. Sejak 1 hari SMRS pada tubuh pasien timbul bintik-bintik merah yg muncul mula-mula di belakang telinga kemudian menyebar ke muka lalu ke dada. Tetangga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang dialami pasien. Keadaan umum : Sakit sedang Kesadaran Tanda Vital Nadi Frekuensi napas Suhu Status Gizi Berat badan Tinggi badan : 19 kg : 122 cm : 110x/menit : 20 x/menit : 38,1 0C : Compos mentis

Pada pemeriksaan fisik didapatkan : Mata hiperemis +/+ lakrimasi +/+ oedem palpebra +/+ Hidung hiperemis +/+ conca oedem +/+ sekret +/+ Mulut bercak koplik (-) Kulit ruam makulopapular (+) di telinga, wajah, thorax, abdomen, punggung, ptechie (-), pucat (-), cyanosis (-) Pada pemeriksaan Laboratorium didapatkan: Leukosit 4,5 ribu/uL

VI.

DIAGNOSA KERJAMorbili/campak

VII.

PEMERIKSAAN ANJURANFoto Thorax

VIII.

PENATALAKSAAN1. Pasien diisolasi utk mencegah penularan 2. Terapi kausal : 3. Terapi simptomatis : IVFD RL = 10 tetes/menit (makro). sanmol sirop 3x 0,5 cth cefotaxim 2x225mg Vit.A 50.000 iu,selama 2hari(1x1). Ambroxol syrup 2xsehari 2,5 ml(0,5 cth) Neotriaminic 3x1 tetes Makanan lunak Banyak minum Pemeriksaan darah (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit) / 12 jam Penatalaksanaan pada kasus morbili hanya bersifat simptomatik dan suportif

IX. PROGNOSISAd vitam Ad fungtionam Ad sanationam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam

ANALISA KASUS

Diagnosis morbili ditegakkan berdasarkan anamnesis antara lain : keluhan panas sejak 5 hari SMRS, panas naik turun walau sudah minum obat penurun panas, mata merah dan berair, batuk berdahak dan pilek 3 hari SMRS,muntah (kesan : gejala pada stadium kataral), dan 1 SMRS dari belakang telinga pasien mulai keluar bintik-bintik merah yg kemudian menyebar ke wajah, dada dan punggung (kesan : gejala pada stadium erupsi) Salah satu komplikasi yang ditakutkan pada morbili jika demam lebih dari 7 hari adalah bronkopneumonia sehingga perlu dilakukan pemeriksaan foto thorax. Komplikasi tidak selalu terjadi pada setiap kasus morbili. Pada pasien ini tetap perlu dikhawatirkan terjadinya komplikasi seperti otitis media akut, bronkhopneumonia, ataupun encephalitis. Maka dari itu pasien diharapkan tetap kontrol untuk dilakukan pemantauan terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi-komplikasi tersebut di atas. Berdasarkan rumus perhitungan kebutuhan air dan elektrolit harian pada anak didapatkan:

Berat Badan Sampai dengan 10 kg 11-20 kg > 20 kg

Kebutuhan air(perhari) 100 ml/kgBB 1000 ml + 50 ml/kgBB (untuk tiap kg diatas 10 kg). 1500 ml + 20 ml/kgBB(untuk tiap kg diatas 20 kg).

Kebutuhan cairan pada pasien ini dengan umur 6 tahun BB 19 kg adalah: 1000 ml + (19-10) x 50 = 1450 ml / hari Saran 1.Kontrol secara teratur, minimal 1 minggu setelah pulang dari RS.

2.Hindari kontak dengan orang lain untuk mencegah penularan yang lebih luas karena virus morbili ini sangat mudah menular melalui droplet dan kontak. 3.Pengobatan secepat mungkin terhadap komplikasi yang timbul. 4.Bed rest dan diit tinggi kalori dan protein untuk memperbaiki keadaan umum pasien

TINJAUAN PUSTAKADefinisiMorbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. Atau disebut juga penyakit akut epidemik dengan karakteristik 3 c : cough (batuk), coryza (pilek), conjunctivitis dan tanda patognomonik bercak Koplik. Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung dengan pasien.

SinonimNama lain penyakit ini adalah campak, measles, atau rubeola.

EtiologiPenyebabnya ialah virus RNA dari Famili Paramixoviridae, genus Morbillivirus. Hanya satu tipe antigen yang diketahui. Selama masa prodromal dan selama waktu singkat sesudah ruam tampak, virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin selama stadium kataral sampai 24 jam setelah timbul bercak di kulit. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar. Virus campak dapat diisolasi dalam biakan embrio manusia atau jaringan ginjal kera rhesus. Perubahan sitopatik, tampak dalam 5-10 hari, terdiri dari sel raksasa multinukleus dengan inklusi intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi dapat dideteksi bila ruam muncul.

InfektivitasPenyebaran virus maksimal adalah dengan tetes-tetes semprotan selama masa prodromal (stadium kataral). Penularan terhadap kontak rentan sering terjadi sebelum Tindakan diagnosis kasus aslinya. Orang yang terinfeksi menjadi menular pada hari ke 9-10 sesudah pemajanan (mulai fase prodromal), pada beberapa keadaan seawal hari ke 7. 7 sesudah pemajanan sampai hari ke 5 sesudah ruam muncul. pencegahan isolasi terutama di rumah sakit atau instisusi lain, harus dipertahankan dari hari ke

EpidemiologiBiasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Penyakit ini terutama menyerang golongan umur 5-9 tahun, tetapi di negara yang belum berkembang insiden tertinggi pada umur di bawah 2 tahun. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif melalui plasenta sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila si ibu belum pernah menderita morbili maka bayi yang dilahirkannya tidak mempunyai kekebalan terhadap morbili dan dapat menderita penyakit ini setelah ia dilahirkan. Bila seorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus; bila ia menderita morbili pada trimester pertama, kedua atau ketiga maka ia mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan berat badan lahir rendah atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun. Jika bayi menderita campak, ibu dan bayi boleh diisolasi bersama dan diperbolehkan diberi ASI. Ibu dengan campak setelah melahirkan menyusui, dan neonatus mendapat penyakit ringan yang didapat. Antibodi dalam sekret mungkin terkandung dalam susu dalam 45 hari. Tidak ada perbedaan jenis kelamin, tetapi beberapa peneliti mengemukakan bahwa komplikasi lebih banyak pada laki-laki. Di Afrika didapatkan kebutaan sebagai komplikasi morbili pada anak yang menderita malnutrisi.

PatologiLesi esensial campak terdapat di kulit, membrana mukosa nasofaring, bronkus, saluran cerna dan konjungtiva Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus di sekitar kapiler. Di kulit, reaksi terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Bercak Koplik terdiri dari eksudat serosa dan proliferasi sel endotel serupa dengan bercak pada lesi kulit. Reaksi radang menyeluruh pada mukosa bukal dan faring meluas ke dalam jaringan limfoid dan membrana mukosa trakeobronkial. oleh infeksi bakteri sekunder. Pneumonitis interstitial akibat dari virus campak mengambil bentuk pneumonia sel raksasa hecht. Bronkopneumonia dapat disebabkan

Manifestasi KlinisMasa tunas 10- 20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium.

1. Stadium kataral (prodromal) berlangsung 4-5 hari. Gejala menyerupai influenza, yaitu demam setinggi 105o F (40,6oC), malaise, batuk, fotofobia, konjungivitis, dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 48 jam sebelum timbul eksantem, timbul bercak Koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak Koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dengan diameter sekitar 1 mm, dikelilingi oleh eritema, dan berlokalisasi di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Jarang ditemukan di bibir bawah tengah atau palatum. Kadang-kadang terdapat makula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak Koplik dan penderita pernah kontak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir. 2. Stadium erupsi berlangsung selama 5 sampai 10 hari. Gejala pada stadium kataral seperti koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantem atau titik merah di palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak Koplik. Kemudian terjadi ruam eritematosa yang berbentuk makula-papula disertai meningkatnya suhu badan. Di antara makula terdapat kulit yang normal. Ruam mula-mula timbul di belakang telinga, di bagian lateral tengkuk, sepanjang rambut, dan bagian belakang bawah. Dapat terjadi perdarahan ringan, rasa gatal, dan muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan menghilang sesuai urutan terjadinya. Dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening mandibula dan leher bagian belakang, splenomegali, diare, dan muntah. Variasi lain adalah black measles, yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung, dan traktus digestivus. 3. Stadium konvalesensi. Gejala-gejala pada stadium kataral mulai menghilang, erupsi kulit berkurang dan meninggalkan bekas di kulit berupa hiperpigmentasi yang lamakelamaan akan hilang sendiri dengan sempurna setelah 2-3 minggu. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pada kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakitpenyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.

Pemunculan tanda dan gejala dari campak sebagai berikut:o o

Hari 0-1 Hari 2-3

: Prodromal mulai : Bercak Koplik muncul

o o o o

Hari 4-5 Hari 6 Hari 7-8

: Ruam morbilliform muncul : Bercak Koplik menghilang : Ruam sangat hebat

Hari 10: Ruam mulai menghilang

Pemeriksaan Laboratorium Limfopenia adalah karaterisitik. Total hitung leukosit dapat turun sampai 1500/UL. Diagnosis biasanya dibuat dari deteksi antibodi IgM campak dalam serum yang diambil setidaknya 3 hari setelah munculnya ruam. Deteksi langsung terhadap antigen campak oleh pewarnaan antibodi fluoresen dari sel nasofaring merupakan metode yang bermanfaat. Tes PCR dari sekret orofaring atau urin sangatlah sensitif dan spesifik dan dapat mendeteksi penyakit 5 hari sebelum timbul gejala.

KomplikasiPada penyakit morbili terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi anergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). bronkopneumonia. Otitis media adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada morbili. Agen penyebab dari otitis media pada campak tidak berbeda dengan anak lain yang juga menderita OMA tanpa campak, maka terapi antibiotik konvensional diperlukan. Kuman penyebab utama pada OMA ialah bakteri piogenik, seperti Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pneumokokus. Selain itu kadang-kadang ditemukan juga Hemofilus influenza, Escheria coli, Streptococcus anhemoliticus, Proteus vulgaris dan Pseudomonas aerugenosa. steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Hemofillus influenza sering ditemukan pada anak yang berusia di bawah 5 tahun. Telinga tengah biasanya Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibodi. Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan. Dikatakan juga, bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran nafas atas. Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran nafas, makin besar kemungkinan terjadinya OMA. Pada Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti otitis media akut,ensefalitis, dan

bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba Eustachiusnya pendek, lebar dan agak horisontal letaknya. Bronkopneumonia adalah komplikasi yang umum ditemui pada campak. Dapat disebabkan oleh virus morbili atau oleh Pneumococcus, Streptococcus, Staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun (misal tuberkulosis), leukemia dan lainlain. Oleh karena itu pada keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan. Gambaran pada foto thorax yang sering dijumpai adalah hiperinflasi, infiltrat perihiler, atau bintik-bintik perihiler, dan penebalan hilus. Konsolidasi sekunder atau efusi pleura dapat dijumpai. Komplikasi neurologis pada morbili dapat berupa hemiplegia, paraplegia, afasia, gangguan mental, neuritis optika dan ensefalitis. Ensefalitis morbili dapat terjadi sebagai komplikasi pada anak yang sedang menderita morbili atau dalam satu bulan setelah mendapat imunisasi dengan vaksin virus morbili hidup (ensefalitis morbili akut); pada penderita yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif (immunosuppresive measles encephalopathy) dan sebagai subacute sclerosing panencephalitis (SSPE). Ensefalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian rendah dan sisa defisit neurologis sedikit. Angka kematian ensefalitis setelah infeksi morbili ialah 1: 1000 kasus, sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000 dosis. SSPE adalah suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat. Penyakit ini progresif dan fatal serta ditemukan pada anak dan orang dewasa. Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi motorik, kejang dan koma. Perjalanan klinis lambat dan sebagian besar penderita meninggal dunia dalam 6 bulan - 3 tahun setelah terjadi gejala pertama. Meskipun demikan remisi spontan masih bisa terjadi. Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbili memegang peranan dalam patogenesisnya. Biasanya anak menderita morbili sebelum umur 2 tahun sedangkan SSPE bisa timbul sampai 7 tahun setelah morbili. SSPE yang terjadi setelah vaksinasi morbili didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian. Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5-1,1 tiap 10 juta; sedangkan setelah infeksi morbili sebesar 5,2-9,7 tiap 10 juta. Ensefalomielitis diseminata akuta (pasca vaksinasi atau pasca infeksi) walaupun jarang terjadi, tetapi merupakan gangguan demielinisasi lain yang patut disebutkan karena penyakit ini pada hakekatnya dapat dicegah. Penyakit ini merupakan suatu mielitis atau ensefalitis akut

dengan perjalanan yang bervariasi dan ditandai dengan gejala-gejala yang merupakan indikasi kerusakan pada substansia alba otak atau medula spinalis. Gambaran patologis berupa demielinisasi sirkumskripta yang banyak terdapat pada daerah perivaskular. Sekitar 1 minggu sesudah campak, dapat timbul gejala-gejala neurologik secara cepat berupa sakit kepala, mengantuk, stupor, kelumpuhan otot mata dan seringkali disertai lesi transversal medula spinalis sehingga keempat anggota badan (tungkai dan lengan) mengalami paralisis flaksid. Tingkat paralisis seringkali bervariasi. Ensefalomielitis pasca infeksi terjadi sesudah infeksi virus, terutama campak, yaitu pada satu dari 1000 kasus. Angka kematian mencapai 10 hingga 20%, dan sekitar 50% di antara mereka yang dapat bertahan akan mengalami kerusakan neurologik. Penggunaan vaksin campak di Amerika Serikat sangat mengurangi kasus ensefalomielitis. Ada beberapa bukti bahwa virus campak berperanan dalam etiologi sklerosis multipel. Pada penderita sklerosis multipel ternyata serum dan cairan serebrospinal mengandung berbagai antibodi campak, dan ada bukti yang menyatakan bahwa zat anti tersebut dihasilkan dalam otak. Jika memang virus campak yang memegang peranan, maka agaknya virus itu tetap dorman (dalam stadium pasif) selama beberapa tahun, dan kemudian merangsang respons otoimun. Komplikasi lain yang juga mungkin terjadi adalah appendisitis. Nyeri abdominal akut dapat terjadi secara kebetulan pada campak primer, dan dapat diakibatkan oleh adanya adenitis mesenterik umum yang disebabkan virus campak

Diagnosis Banding1. German measles. Pada penyakit ini tidak ada bercak Koplik, tetapi ada pembesaran kelenjar di daerah suboksipital, servikal bagian posterior, belakang telinga. 2. Eksantema subitum. Ruam kulit akan timbul bila suhu badan menjadi normal 3. Alergi obat

PenatalaksanaanPasien diisolasi untuk mencegah penularan. Perawatan yang baik diperlukan terutama kebersihan kulit, mulut, dan mata. Pengobatan yang diberikan simtomatik, yaitu antipiretik bila suhu tinggi, sedatif, obat antitusif, dan memperbaiki keadaan umum dengan memperhatikan asupan cairan dan kalori serta pengobatan terhadap komplikasi. Pencegahan penyakit dilakukan dengan pemberian imunisasi. Bila demam diatas 103oF (39.4oC) beerikan antipiretik nonaspirin. Jangan berikan aspirin pada anak dengan infeksi virus karena pada beberapa kasus dapat mengakibatkan sindrom Reye.

Dorong anak untuk minum air bersih, jus buah, dan teh.

Cairan membantu

menggantikan kehilangan cairan tubuh akibat panas dan berkeringat waktu demam. Cairan juga akan membantu mengurangi kemungkinan infeksi paru (pneumonia) karena mencegah sekresi paru menjadi tebal. Gunakan vaporizer uap dingin untuk melegakan batuk dan pernafasan. Bersihkan vaporizer setiap hari untuk mencegah pertumbuhan jamur. Hindari vaporizer air panas yang dapat mengakibatkan luka bakar pada anak. Anak dengan campak tidak dianjurkan untuk membaca atau menonton televisi karena mata mereka sensitif terhadap cahaya. Mereka harus beristirahat dan menghindari aktivitas berat. Mereka dapat kembali ke sekolah setelah 7 sampai 10 hari setelah demam dan ruam menghilang. Pemberian suplemen vitamin A dosis tinggi dilaporkan dapat mengurangi angka kematian lebih dari 50% pasien campak sedang maupun berat. Dari penelitian didapatkan bahwapengobatan dengan suplementasi vitamin A dosis tinggi dapat mengurangi angka morbiditas dan mortalitas dan dianjurkan untuk memberikan suplementasi vitamin A pada semua pasien campak baik pada anak dengan gizi baik maupun malnutrisi. Vitamin A dapat menghambat replikasi virus vaksin campak maka pada pasien campak sangat dianjurkan untuk memeberikan suplementasi vitamin A dosis tinggi yaitu sampai 400.000 IU pada saat terjadi ruam dalam 2 hari berturut-turut dan pada anakdi bawah usia 1 tahun dapat diberikan dosis sampai 100.000 IU tanpa efek samping yang berarti.

PrognosisPada umumnya prognosis baik, tetapi prognosis lebih buruk dengan keadaan gizi buruk, anak yang menderita penyakit kronis, atau bila disertai komplikasi.

PencegahanImunisasi aktif Ini dilakukan dengan pemberian live attenuated measles vaccine Mula-mula digunakan strain Edmonston B, tetapi karena strain ini menyebabkan panas tinggi dan eksantem pada hari ke tujuh sampai hari kesepuluh setelah vaksinasi, maka strain Edmonston diberikan bersama-sama dengan globulin-gama pada lengan yang lain.

Sekarang digunakan strain Schwarz dan Moraten dan tidak diberikan globulin-gamma. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama. Pada penyelidikan serologis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan untuk memberikan vaksin morbili tersebut pada anak berumur 15 bulan yaitu karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Tetapi dianjurkan pula agar anak yang tinggal di daerah endemis morbili dan terdapat banyak tuberkulosis diberikan vaksinasi pada umur 6 bulan dan revaksinasi dilakukan pada umur 15 bulan. Diketahui dari penelitian Linnemann dkk. (1982) pada anak yang divaksinasi sebelum umur 10 bulan tidak ditemukan antibodi; begitu pula setelah revaksinasi kadang-kadang titer antibodi tidak naik secara bermakna. Di Indonesia saat ini masih dianjurkan memberikan vaksin morbili pada anak berumur 9 bulan ke atas. Vaksin morbili tersebut di atas dapat pula diberikan pada orang yang alergi terhadap Hanya bila terdapat suatu penyakit alergi telur, karena vaksin morbili ini ditumbuhkan dalam biakan jaringan janin ayam yang secara antigen adalah berbeda dengan protein telur. sebaiknya vaksinasi ditunda sampai 2 minggu sembuh. Vaksin morbili juga dapat diberikan kepada penderita tuberkulosis aktif yang sedang mendapat tuberkulostatika. Vaksin morbili tidak boleh diberikan kepada wanita hamil, anak dengan tuberkulosis yang tidak diobati, penderita leukemia dan anak yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif. Vaksin morbili dapat diberikan sebagai vaksin morbili saja atau sebagai vaksin measles-mumps-rubella (MMR). Di Indonesia digunakan pula vaksin morbili buatan Perum Biofarma yang terdiri dari virus morbili yang hidup dan sangat dilemahkan, strain Schwarz dan ditumbuhkan dalam jaringan janin ayam dan kemudian dibeku-keringkan. Tiap dosis dari vaksin yang sudah dilarutkan mengandung virus morbili tidak kurang dari 1000 TCID50 dan neomisin B sulfat tidak lebih dari 50 mikrogram. Vaksin ini diberikan secara subkutan di bagian luar lengan atas sebanyak 0,5 ml pada umur 9 bulan. Terjadi anergi terhadap tuberkulin selama 2 bulan setelah vaksinasi. Bila seseorang telah mendapat inmunoglobulin atau transfusi darah maka vaksinasi dengan vaksin morbili harus ditangguhkan sekurang-kurangnya 3 bulan. Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak dengan infeksi saluran pernafasan akut atau lainnya yang disertai yang disertai demam, anak dengan defisiensi imunologik, anak yang sedang diberi pengobatan intensif dengan obat imunosupresif. Untuk mencegah demam, kepada semua anak/bayi diberikan Aspilet, dan semua bayi/anak yang divaksinasi diambil darahnya 2x, sebelum vaksinasi dan 3 minggu setelah vaksinasi.

Gejala sampingan yang paling banyak terdapat adalah demam 5 sampai 12 hari setelah vaksinasi. Demam biasanya hilang dalam 1 sampai 5 hari. Sedangkan gejala sampingan yang berat terjadi pada 2 kasus, masing-masing 1 anak dengan kejang dan GE dehidrasi berat, dan 1 anak dengan hiperpireksi. Imunisasi pasif Baik diketahui bahwa morbili yang perjalanan penyakitnya diperingan dengan pemberian globulin-gama dapat mengakibatkan ensefalitis dan penyebaran proses tuberkulosis.

DAFTAR PUSTAKA1. Hay,Jr., William W., Current Pediatric Diagnosis & Treatment, 17th Edition, 11631165, Lange Medical Books, USA 2. http://kidshealth.org/parent/infections/bacterial_viral/measles_p5.html 3. http://www.emedicine.com/derm/topic259.htm 4. Mansjoer, Arif, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid Kedua, Bab 47, 417418, 2000. Media Aesculapius, Jakarta 5. Mattingly, David, Sewardss Bedside Diagnosis, Thirteenth Edition, Chapter 24, 304305, 1989, Churchill Livingstone, New York 6. Rudolph, Abraham M., Rudolphs Pediatrics, 19th Edition, Chapter 14.3.13, 676-680, 1991, Appleton & Lange, USA 7. Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak FKUI, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2, Bab 21, 8. Wahab, A. Samik, Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15, Vol. 2, Seksi 4, 10681071,1996, EGC, Jakarta