bab i morbili
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kasusTRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Morbili dalam sejarah anak telah dikenal sebagai pembunuh terbesar,
meskipun adanya vaksin telah dikembangkan lebih dari 30 tahun yang lalu, virus
campak ini menyerang 50 juta orang setiap tahun dan menyebabkan lebih dari 1 juta
kematian. Insiden terbanyak berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas
penyakit campak yaitu pada negara berkembang, meskipun masih mengenai
beberapa negara maju seperti Amerika Serikat1.
Program pencegahan dan pemberantasan campak di Indonesia pada saat ini
berada pada tahap reduksi dengan pengendalian dan pencegahan KLB (Kejadian
Luar Biasa). Hasil pemeriksaan sampel darah dan urin penderita campak pada saat
KLB menunjukkan IgM positif sekitar 70-100 persen. Insiden rate semua kelompok
umur dari laporan rutin Puskesmas dan Rumah Sakit selama tahun 1992-1998
cenderung menurun, terutama terjadi penurunan yang tajam pada semua kelompok
umur. Tahun 1997-1999 kejadian campak dari hasil penyelidikan KLB cenderung
meningkat, kemungkinan hal ini terjadi berkaitan dengan dampak krisis pangan dan
gizi, namum masih perlu dikaji secara mendalam dan komprehensive.
Sidang WHA (World Health Assembly) tahun 1998, menetapkan
kesepakatan global untuk membasmi polio atau Eradikasi Polio (Rapo), Eliminasi
Tetanus Neonatorum (ETN) dan Reduksi Campak (RECAM) pada tahun 2000.
Beberapa negara seperti Amerika, Australia dan beberapa negara lainnya telah
memasuki tahap eliminasi campak. Pada sidang CDC/PAHO/WHO tahun 1996
menyimpulkan bahwa campak dimungkinkan untuk dieradikasi, karena satu-satunya
pejamu (host) atau reservoir campak hanya pada manusia dan adanya vaksin dengan
potensi yang cukup tinggi dengan efikasi vaksin 85 persen. Diperkirakan eradikasi
akan dapat dicapai 10-15 tahun setelah eliminasi.
1

B. Ruang Lingkup Masalah
Mengingat luasnya permasalahan maka penulis membatasi masalah yaitu
“bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Morbili”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada anak
dengan Penyakit morbili.
2. Tujuan Khusus
a. Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar morbili.
b. Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan pengakjian pada anak dengan
penyakit morbili
c. Diharapkan mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada
anak dengan penyakit morbili
d. Diharapkan mahasiswa mampu menyusun rencana tindakan keperawatan
pada anak dengan penyakit morbili.
e. Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada
anak dengan penyakit morbili.
f. Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi pada anak
dengan penyakit jantung morbili.
D. Metode Penulisan
Didalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan metode deskripsi.
1. Tekhnik penulisan.
a. Metode perpustakaan
Yaitu diambil dari buku Keperawatan Anak.
a. Metode IT
Yaitu menggunakan media internet.
2

E. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan Makalah Asuhan Keperawatan ini terdiri dari
4 bab, yang mana dari perbab dan isi dalam bab tersebut diuraikan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab yang memberikan gambaran awal dari Makalah Asuhan Keperawatan yang
berisikan: latar belakang, ruang lingkup masalah, tujuan, metode penulisan,
sistematika penulisan
BAB II : ISI MAKALAH
Bab yang berisi tentang isi dari makalah yang terdiri dari Definisi Morbili, Anatomi
dan Fisiologi, Etiologi, Manifestasi Klinis, Pemeriksaan Penunjang,
Penatalaksanaan Medik dan Penatalaksanaan Keperawatan.
BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN MORBILI
Konsep dasar keperawatan: Yang menjadikan dasar pedoman untuk kasus dan
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi.
BAB IV : PENUTUP
Bab yang berisi tentang kesimpulan dan saran.
3

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium,
yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang
dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik ( Ilmu
Kesehatann Anak Edisi 2, th 1991. FKUI ).
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan
gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet,
pembesaran serta nyeri limpa nadi ( Ilmu Kesehatan)
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium yaitu : stadium inkubasi, stadium prodromal dan stadium erupsi
(Rampengan, 1997: 90). Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan
melalui rute udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan
(Smeltzer, 2001:2443). Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang
ditandai dengan 3 stadium, yaitu : a. stadium kataral, b. stadium erupsi dan
stadirum konvelensi. (Rusepno, 2002:624)
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu (1) stadium kataral, (2) stadium erupsi dan (3) stadirum konvelensi.
(Ngastiyah, 1997:351). Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut
yang disebabkan oleh virus campak. (Hardjiono, 2004:95)
Campak adalah demam eksantematosa akut oleh virus yang menular ditandai
oleh gejala prodromal yang khas, ruam kulit dan bercak koplik. (Ovedoff, 1995:451)
. Morbili adlah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga stadium yaitu
stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi (Suriadi, 2001:211)
4

B. Anatomi dan Fisiologi
Pernafasan (respirasi) merupakan peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung O2 (oksigen ) kedalam tubuh serta menghembuskan CO2
(karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Adapun guna
pernafasan banyak sekali diantaranya : Mengambil O2 yang kemudian dibawa
keseluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan CO2 sebagai sisa
dari pembakaran karena tidak digunakan lagi oleh tubuh dan menghangatkan dan
melembabkan udara. ( Syaifuddin. 2006 )
Sistem respirasi terdiri dari:
1. Saluran nafas bagian atas
Pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh dihangatkan, disarung dan
dilembabkan.
2. Saluran nafas bagian bawah
Bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran bagian atas ke alveoli.
Saluran Nafas Bagian Atas
a. Rongga hidung
Hidung terdiri dari hidung luar dan cavum nasi di belakang hidung luar.
Hidung luar terdiri dari tulang rawan dan os nasal di bagian atas, tertutup pada
5

bagian luar dengan kulit dan bagian dalam dengan membran mukosa.
Merupakan saluran udara yang pertama, yang terdiri dari 2 kavum nasi,
dipisahkan oleh septum nasi. Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna
untuk menyaring udara, debu dan kotoran. Bagian luar terdiri dari kulit, lapisan
tegah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan. Dasar dari rongga hidung dibentuk
oleh tulang rahang atas, keatas rongga hidung berhubungan dengan sinus para
nasalis. Adapun fungsi dari nasal ini sebagai saluran udara pernafasan,
penyaring udara pernafasan yang dilakukan bulu-bulu hidung, dapat
menghangatkan udara oleh mukosa serta membunuh kuman yang masuk
bersamaan dengan udara pernafasan oleh leucosit yang terdapat dalam selaput
lendir ( mukosa) atau hidung.
b. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan nafas dan pencernaan.
Terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah
depan vertebra cervicalis. Keatas berhubungan dengan rongga hidung dengan
perantaraan lubang (Koana) kedepan berhubungan dengan rongga mulut.
Rongga faring terdiri atas 3 bagian, yaitu :
Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius).
Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring, terdapat
pangkal lidah).
Laringofaring (terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran
makanan).Bagian anterior menuju laring, bagian posterior menuju
esophagus.Saluran Nafas Bagian Bawah
a. LaringLaring merupakan lanjutan dari pharing yang terletak didepan
6

esophagus. Bentuknya seperti kotak segi tiga dengan sebelah samping
mendatar dan didepan menonjol. Laring ini dibentuk oleh tulang rawan yang
dihubungkan oleh jaringan ikat, pada laring terdapat selaput pita
suara.Trakhea
Trachea merupakan lanjutan dari laring, dibentuk oleh cincin tulang
rawan yang berbentuk huruf C. Diantara tulang rawan dihubungkan oleh
jaringan ikat dan otot polos yang panjangnya 11,2 cm, lebarnya ± 2cm. Mulai
dari bawah laring segitiga vetebra tirakalis lima dan akan bercabang menjadi
bronchus kiri dan kanan. Trachea juga dilapisi oleh selaput lendir ( mukosa )
yang mempunyai epitel torak yang berbulu getar. Permukaan mukosa ini selalu
basa oleh karena adanya kelenjar mukosa. Trachea berfungsi untuk menyaring
debu-debu yang halus dari udara pernafasan.
b. Bronchus
Bronchus merupakan cabang trachea sehingga vetebra thorakalis lima
yaitu terdiri dari bronchus kiri dan brochus kanan. Bronchus ini dibentuk oleh
cincin tulang rawan yang ukurannya lebih kecil dari trachea yang dilapisi oleh
selaput lendir. Perbedaan bronchus kiri dan bronchus kanan adalah : bronchus
kiri lebih kecil, horizontal dan lebih panjang sedangkan brochus kanan lebih
besar, vertikal dan lebih pendek.
c. Bronchiolus
7

Bronchiolus merupakan cabang dari bronchus yang mana struktur sama
dengan brochus hanya saja ukuran dan letaknya berbeda. Bronchiolus suda
memasuki lobus paru-paru sedangkan bronchus masih diluar paru-paru.
Bronchiolus akan bercabang lagi menjadi Bronchiolus terminalis yang
struktunya sama dengan Bronchiolus dan letaknya lebih dalam di jaringan paru-
paru. Diujungnya baru terdapat rongga udara yaitu alveolus dan dinding dari
alveolus merupakan jaringan paru-paru.
d. Paru – paru ( pulmo )
Paru-paru ( pulmo ) terletak dalam rongga dada yang terdiri dari paru kiri
dan kanan, diantara paru kiri dan kanan terdapat jantung, Pembuluh darah besar
trachea bronchus dan esophagus. Disebelah depan, dibelakang dan lateral Paru-
paru berkontak dengan dinding dada, sebelah bawah berkontak dengan
diafragma dan sebelah medial adalah tempat masuk bronchus kiri, kanan dan
tempat masuk pembuluh darah arteri dan vena pulmonalis. Bentuk dari paru ini
seperti kubah ( segitiga ) yang puncaknya disebut apek pulmonum dan alasnya
disebut basis pulmonal.
Jaringan paru-paru ini bersifat elastis sehingga dapat mengembang dan
mengempis pada waktu bernafas. Didalam paru-paru terdapat kantong-kantong
udara ( alviolus ), alviolus ini mempunyai dinding yang tipis sekali dan pada
dindingnya terdapat kapiler –kapiler pembuluh darah yang halus sekali dimana
terjadi difusi oksigen dan CO2. Jumlah alviolus ini ± 700 juta banyaknya
dengan diameter 100 micron. Luasnya permukaan dari seluruh membran
respirasi ini kalau direntang adalah 90 m2 atau ± 100 kali luas tubuh, akan tetapi
hanya 70 m2 yang dipergunakan untuk pernafasan selebihnya tidak
mengembang.( Sylvia A,1995 ).
Setiap paru-paru dilapisi oleh membran serosa rangkap dua yaitu pleura.
Selaput ini merupakan jaringan ikat yang terdiri dari dua lapisan yaitu pleura
viseral yang langsung melengket pada dinding paru-paru, masuk kedalam fisura
dan memisahkan lobus satu dengan yang lainnya, membran ini kemudian dilipat
kembali sebelah tampuk paru-paru dan membentuk pleura parietalis dan
melapisi bagian dalam diding dada. Pleura yang melapisi iga-iga adalah pleura
kostalis, bagian yang menutupi diafragmatika dan bagian yang terletak di leher
8

adalah peleura servicalis. Pleura ini diperkuat oleh membran oleh membran yang
kuat yang disebut dengan membran supra renalis ( fasia gison ) dan diatas
membran ini terletak arteri subklavia.
Diantara kedua lapiasan pleura ini terdapat eksudat untuk melicinkan
permukaannya dan menghindari gesekan antara paru-paru dan dan dinding dada
sewaktu bernafas. Dalam keadaan normal kedua lapisan ini satu dengan yang
lain erat bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu itu hanyalah ruang yang
tidak nyata, tetapi dalam keadaan tidak normal udara atau cairan akan
memisahkan kedua pleura dan ruangan diantaranya akan menjadi lebih jelas.
Pernafasan paru-paru merupakan pertukaran oksigen dengan karbon
dioksida yang terjadi pada paru-paru. Adapu tujuan pernafasan adalah
memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan mengelurkan sisa
pembakaran berupa karbondioksida dari jaringan. Pernafasan menyangkut dua
proses :
1. Pernafasan luar ( eksternal ) adalah : Absorbsi O2 dari luar masuk kedalam
paru-paru dan pembungan CO2 dari paru-paru keluar.
2. Pernafasan dalam ( internal ) ialah : Proses transport O2 dari paru-paru ke
jaringan dan transport CO2 dari jaringan ke paru-paru.
Pernafasan melalui paru-paru ( ekternal ), oksigen diambil melalui mulut
dan hidung pada saat pernafasan dimana oksingen masuk melalui trachea sampai
ke alvioli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar. Alvioli
memisahkan oksigen dari darah, Oksigen menembus membran diambil oleh sel
darah merah dibawah ke jantung dan dari jantung dipompakan keseluruh tubuh.
Sementara itu karbondioksida sebagai sisa metabolisme dalam tubuh akan
dipisahkan dari pembuluh darah yang telah mengumpulkan karbondioksida itu
dari seluruh tubuh kedalam saluran nafas.(Sylvia A,1995).
Kapasitas paru-paru. Merupakan kesanggupan paru-paru dalam
menampung udara didalamnya. Kapasitas paru-paru dapat dibedakan sebagai
berikut :
1. Kapasitas total. Yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada
inspirasi sedalam-dalamnya. Dalam hal ini angka yang kita dapat tergantung
pada beberapa hal: Kondisi paru-paru, umur, sikap dan bentuk seseorang,
9

2. Kapasitas vital. Yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi
maksimal Dalam keadaan yang normal kedua paru-paru dapat menampung
udara sebanyak ± 5 liter.
Waktu ekspirasi, di dalam paru-paru masih tertinggal 3 liter udara. Pada
waktu kita bernapas biasa udara yang masuk ke dalam paru-paru 2.600 cm3 (2
1/2 liter), Jumlah pernapasan. Dalam keadaan yang normal: Orang dewasa: 16-
18 x/menit, Anak-anak kira-kira : 24x/menit, Bayi kira-kira : 30 x/menit, Dalam
keadaan tertentu keadaan tersebut akan berubah, misalnya akibat dari suatu
penyakit, pernafasan bisa bertambah cepat dan sebaliknya.
C. Etiologi
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan
darah sealma masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus ini
berupa virus RNA yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus.
a. Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili
paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap
panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar
matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat
memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen.
(Rampengan, 1997 : 90-91)
b. Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret
nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul
bercak-bercak, cara penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah, 1997:351)
c. Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili
Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang
strukturnya mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza.
Virus tersebut ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih,
paling tidak selama periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah
munculnya ruam kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif
selama 34 jam. (Nelson, 1992 : 198)
10

d. Metode penyebaran sekresi nasopharingeal. (Smeltzer, 1992:1895)
e. Virus morbili terdapat dalam serkret nasofaring dan darah selama
stadium kataral sampai 24 jam setelah timbul bercak di kulit. (Mansjoer,
200:417)
f. Penyakit campak disebabkan oleh morbili ditularkan melalui secret
pernafasan atau udara.
g. Timbulnya wabah morbilli dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
lingkungan pendidikan, ekonomi, pengasuhan anak dan poling dominan adalah
faktor persepsi.
h. Campak ditularkan oleh percikan lidah. Virus campak menyerang dan
memperbanyak diri diselaput lendir saluran pernafasan bagian atas, masuk ke
peredaran darah dan menyebar keseluruh tubuh. Penyakit campak tidak ada
obatnya tapi akan sembuh sendiri, kekebalan tubuh dapat menaklukkan penyakit
campak.
i. Penyakit campak bisa ringan tapi bisa berat dan juga menimbulkan
kecacatan atau kematian yaitu virus morbili berat ringannya tergantung
imunnya. Khususnya imun yang bisa didapat imunisasi morbili dan tergantung
pada keadaan ekonomi, gizi kurang. (www.geocities.com)
j. Biasanya campak menyerang anak-anak yang berusia kurang dari 10
tahun, tetapi orang-orang yang belum pernah terkena penyakit ini dapat juga
diserang berapapun juga usianya. (Wahyudi, 2000 : 106)
D. Patofisiologi
Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran
pernafasan dan masuk ke system retikulo endothelial, berklembang biak dan
selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh. Hal tersebut akan menimbulkan gejala pada
saluran pernafasan, saluran cerna, konjungtiva dan disusul dengan gejala patoknomi
berupa bercak koplik dan ruam kulit. Antibodi yang terbentuk berperan dalam
timbulnya ruam pada kulit dan netralisasi virus dalam sirkulasi. Mekanisme
imunologi seluler juga ikut berperan dalam eliminasi virus.
11

PATHWAY
12
Virus Morbili
Droplet/kontak
Sekret nasofaring dan darah
Eksudat serous Proliferasi sel mononukleus
Peningkatan polimorfeneukleus di
seketar kapiler
MK: Gangguan rasa aman dan nyaman

E. Manisfestasi Klinis
Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan
kemidian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium.
1. Stadium kataral (prodormal)
Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringa
hingga sedang, batuk kering ringan, coryza, fotofobia dan konjungtivitis. Menjelang
akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik
yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik
berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema.
Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapandengan molar dibawah, tetapi dapat
menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan pipi. Meski jarang, mereka
dapat pula ditemukan pada bagian tengah bibir bawah, langit-langit dan karankula
lakrimalis. Bercak tersebut muncul dan menghilang dengan cepat dalam waktu 12-
18 jam. Kadang-kadang stadium prodormal bersifat berat karena diiringi demam
13
Stadium kataris (proudromal) 4-5 hari -Panas-Lemah-Batuk-Konjungtivitis-Ruam selaput lendir-Bercak koplit
Stadium erupsi-Batuk meningkat-Ruam selaput lendir-bercak koplik
Stadium konvalensi(penyembuhan)- Erupsi
berkurang

tinggi mendadak disertai kejang-kejang dan pneumoni. Gambaran darah tepi ialah
limfositosis dan leukopenia.
2. Stadium erupsi
Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema / titik merah
dipalatum durum dan palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk makula
papula disertai dengan menaiknya suhu tubuh. Eritema timbul dibelakang telinga
dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
Kadang-kadang terdapat perdarahan primer pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak.
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan didaerah leher
belakang. Juga terdapat sedikit splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah.
Variasi dari morbili yang biasa ini adalah “Black Measles” yaitu morbili yang
disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi)
yang bisa hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering
ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala
patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau
eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai
menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.
F. Komplikasi
Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga
dapat terjadi alergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif).
Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti:
1. Bronkopnemonia
14

Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus campak atau oleh
pneumococcus, streptococcus, staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat
menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi
protein, penderita penyakit menahun seperti tuberkulosis, leukemia dan lain-lain.
Oleh karena itu pada keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan.
2. Komplikasi neurologis
Kompilkasi neurologis pada morbili seperti hemiplegi, paraplegi, afasia,
gangguan mental, neuritis optica dan ensefalitis.
3. Encephalitis morbili akut
Encephalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka
kematian rendah. Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili ialah 1:1000
kasus, sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili hidup adalah
1,16 tiap 1.000.000 dosis.
4. SSPE (Subacute Scleroting panencephalitis)
SSPE yaitu suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat.
Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental,
disfungsi motorik, kejang, dan koma. Perjalan klinis lambat, biasanya meninggal
dalam 6 bulan sampai 3 tahun setelah timbul gejala spontan. Meskipun
demikian, remisi spontan masih dapat terjadi. Biasanya terjadi pada anak yang
menderita morbili sebelum usia 2 tahun. SSPE timbul setelah 7 tahun terkena
morbili, sedang SSPE setelah vaksinasi morbili terjadi 3 tahun kemudian.
Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbilli
memegang peranan dalam patogenesisnya. Anak menderita penyakit campak
sebelum umur 2 tahun, sedangkan SSPE bisa timbul sampai 7 tahun kemudian
SSPE yang terjadi setelah vaksinasi campak didapatkan kira-kira 3 tahun
kemudian. Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5-
1,1 tiap 10.000.000, sedangkan setelah infeksi campak sebesar 5,2-9,7 tiap
10.000.000.
15

5. Immunosuppresive measles encephalopathy
Didapatkan pada anak dengan morbili yang sedang menderita defisiensi
imunologik karena keganasan atau karena pemakaian obat-obatan
imunosupresif.
G. Penatalaksanaan a. Medis
Pengobatan simptomatik dengan antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk
dan memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain ialah pengobatan segera terhadap
komplikasi yang timbul.
b. Keperawatan
1. Kebutuhan nutrisi
a. Mengusahakan cairan masuk lebih banyak dengan memberikan banyak
minum
b. Pemberian saat buah-buahan atau buah yang banyak mengandung air
seperti jeruk atau lainnya yang anak sukai.
c. Susu dibuat agak encer dan jangan terlalu manis, berikan dalam keadaan
hangat, bila perlu ditawarkan apakah mau campur sirop atau coklat.
d. Berikan makanan lunak misalnya bubur pakai kuah, sup, dan lain-lain,
usahakan sedikit tapi sering.
e. Berikan makan TKTP jika suhu turun dan nafsu makan mulai timbul.
2. Gangguan suhu tubuh
a. Beri obat penurun panas atau antibiotik bila tidak juga turun sebelum
enantem atau eksantem (campaknya keluar).
b. Beri obat penurun suhu tubuh dengan obat antipiretikum dan jika tinggi
sekali juga diberikan sedativa untuk mencegah terjadinya kejang.
16

3. Gangguan rasa aman dan nyaman
a. Beri bedak salisil 1% untuk mengurangi rasa gatal.
b. Usahakan agar anak tidak tidur di bawah lampu karena silau.
c. Selama demam tinggi jangan dimandikan tetapi sering-sering di bedak saja.
d. Di lap muka, tangan, dan kaki.
e. Jika suhu turun untuk mengulangi rasa gatal dapat dimandikan dengan PK
1/1000 atau air hangat saja dan jangan terlalu lama. Dapat juga dengan
phisohex atau bethadine.
4. Risiko terjadi komplikasi
a. Diubah sikap baringnya beberapa kali sehari dan berikan bantal untuk
meninggikan kepala. Dudukkan anak pada waktu minum atau dipangku.
b. Jangan membaringkan pasien di depan jendela atau membawa pasien ke luar
rumah selama masih demam (bila anak terkena angin, batuk akan menjadi
lebih parah).
5. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
a. Penyuluhan pemberian gizi yang baik bagi anak agar mereka tidak mendapat
infeksi dan tidak akan mudah timbul komplikasi yang berat. (Ngastiyah,
1997: 356-357)
Pencegahan
Anak-anak seharusnya diberikan vaksin campak pada umur 15 bulan, jika
tidak divaksinasi, anak akan terkena campak, gamma globulin diberikan
setelah kejadian dapat meminimalkan atau mencegah penyakit ini.
(Thomson,1995:884).
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni.
17

b. Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya
multinucleated giant sel yang khas.
c. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan
complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam
1 – 3 hari setelah timbulnya ras dan mencapai puncaknya pada 2 – 4 minggu
kemudian.
I. Pencegahan
1. Imunisasi aktif.
Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12-15 bulan tetapi
mungkin diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit terjadi (endemik).
Imunisasi aktif dilakukan dengan menggunakan strain Schwarz dan Moraten.
Vaksin tersebut diberikan secara subcutan dan menyebabkan imunitas yang
berlangsung lama. Dianjurkan untuk memberikan vaksin morbili tersebut pada
anak berumur 10 – 15 bulan karena sebelum umur 10 bulan diperkirakan anak
tidak dapat membentuk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu.
Akan tetapi dianjurkan pula agar anak yang tinggal di daerah endemis morbili dan
terdapat banyak tuberkulosis diberikan vansinasi pada umur 6 bulan dan
revaksinasi pada umur 15 bulan. Di Indonesia saat ini masih dianjurkan
memberikan vaksin morbili pada anak berumur 9 bulan ke atas.
Vaksin morbili tersebut dapat diberikan pada orang yang alergi terhadap
telur. Hanya saja pemberian vaksin sebaiknya ditunda sampai 2 minggu sembuh.
Vaksin ini juga dapat diberikan pada penderita tuberkulosis aktif yang sedang
mendapat tuberkulosita. Akan tetapi vaksin ini tidak boleh diberikan pada wanita
18

hamil, anak dengan tuberkulosis yang tidak diobati, penderita leukemia dan anak
yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif.
2. Imunisasi pasif.
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum
konvalesens, globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah
efektif untuk pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah
dengan menggunakan imunoglobulin serum dengan dosis 0,25 mL/kg diberikan
secara intramuskuler dalam 5 hari sesudah pemajanan tetapi lebih baik sesegera
mungkin. Proteksi sempurna terindikasi untuk bayi, anak dengan penyakit kronis
dan untuk kontak dibangsal rumah sakit anak.
3. Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena
penyakit campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita
campak untuk diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari penularan
lingkungan sekitar.
19

BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian Data Dasar
a) Biodata
Terdiri dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab.
b) Proses keperawatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terus-menerus
berlangsung 2 – 4 hari. (Pusponegoro, 2004 : 96)
b. Riwayat keperawatan sekarang
20

Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari, batuk,
pilek, nyeri menelan, mata merah, silau bila kena cahaya (fotofobia), diare,
ruam kulit. (Pusponegoro, 2004 : 96)
Adanya nafsu makan menurun, lemah, lesu. (Suriadi, 2001 : 213)
c. Riwayat keperawatan dahulu
Anamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah Sakit
atau pernah mengalami operasi (Potter, 2005 : 185). Anamnesa riwayat
penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, riwayat imunisasi campak
(Wong, 2003 : 657). Anamnesa riwayat kontak dengan orang yang
terinfeksi campak. (Suriadi, 2001 : 213)
d. Riwayat Keluarga
Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah,
apakah klien beresiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau
familial. (Potter, 2005 : 185)
e. Pola pengkajian fungsional menurut Gordon
Alasan penulis menggunakan pola pengkajian fungsional menurut Gordon
adalah bahwa pola fungsional Gordon ini mempunyai aplikasi luas untuk
para perawat dengan latar belakang praktek yang beragam model pola
fungsional kesehatan terbentuk dari hubungan antara klien dan lingkungan
dan dapat digunakan untuk perseorangan, keluarga, dan komunitas. Setiap
pola merupakan suatu rangkaian perilaku yang membantu perawat
mengumpulkan, mengorganisasikan dan memilah-milah data. (Potter, 1996
: 15)
Pola-pola fungsional kesehatan Gordon
21

1) Persepsi kesehatan – pola managemen kesehatan, menggambarkan pola
pemahaman klien tentang kesehatan, dan kesejahteraan, dan bagaimana
kesehatan mereka diatur.
2) Pola metabolik – Nutrisi, menggambarkan konsumsi relatif terhadap
kebutuhan metabolik dan suplai gizi, meliputi pola konsumsi makanan
dan cairan, keadaan kulit, rambut, kuku, dan membran mukosa, suhu
tubuh, tinggi, dan berat badan.
3) Pola eliminasi, menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar,
kandung kemih, dan kulit); termasuk pola individu sehari-hari,
perubahan atau gangguan, dan metode yang digunakan untuk
mengendalikan ekskresi.
4) Pola aktivitas – olahraga, menggambarkan pola olahraga, aktivitas,
pengisian waktu senggang, dan rekreasi, termasuk aktivitas kehidupan
sehari-hari, tipe dan kualitas olah raga, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pola aktivitas (seperti otot – saraf, respirasi, dan
sirkulasi).
5) Pola tidur – istirahat, menggambarkan pola persepsi-sensori dan pola
kognitif; meliputi keadekuatan bentuk sensori (penglihatan,
pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penghidu), pelaporan
mengenai persepsi nyeri, dan kemampuan fungsi kognitif.
6) Pola persepsi – kognitif, menggambarkan pola persepsi sensori dan
pola kognitif; meliputi keadekuatan bentuk sensori (penglihatan,
pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penghidu), pelaporan
mengenai persepsi nyeri, dan kemampuan fungsi kognitif.
7) Pola persepsi diri – konsep diri, menggambarkan bagaimana seseorang
memandang dirinya sendiri; kemampuan mereka, gambaran diri, dan
perasaan.
22

8) Pola hubungan peran, menggambarkan pola keterikatan peran dengan
hubungan; meliputi persepsi terhadap peran utama dan tanggung jawab
dalam situasi kehidupan saat ini.
9) Pola reproduksi – seksualitas, menggambarkan kepuasan atau
ketidakpuasan dalam seksualitas : termasuk status reproduksi wanita.
10) Pola koping – toleransi stres, menggambarkan pola koping umum dan
keefektifan keterampilan koping dalam mentoleransi stres.
11) Pola nilai – kepercayaan, menggambarkan pola nilai, tujuan atau
kepercayaan (termasuk kepercayaan spiritual) yang mengarahkan
pilihan dan keputusan gaya hidup. (Potter, 1996 : 16)
2. Pemeriksaan Fisik :
1) Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia.
2) Kepala : sakit kepala.
3) Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan
hidung (pada stad eripsi ).
4) Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
5) Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler
pada leher, muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema, panas
(demam).
6) Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum
7) Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare.
9) Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan.
23

3. Keadaan Umum : Kesadaran, TTV
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Morbili adalah
1. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
2. Ganguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi virus.
3. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan adanya demam, tidak
enak bedan, pusing, mulut terasa pahit, kadang-kadang muntah dan gatal.
4. Resiko terjadi komplikasi berhubungan dengan daya tahan tubuh yang
menurun.
5. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit.
24