pendahuluan morbili
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pediatriTRANSCRIPT

PENDAHULUAN
Campak adalah penyakit endemik pada sebagian besar
dunia. Campak sangat menular, sekitar 90% kontak keluarga yang
rentan mendapat penyakit. Campak jarang subklinis. Sebelum
penggunaan vaksin campak, puncak insiden pada umur 5-10
tahun, kebanyakan orang dewasa kebal terhadap penyakit ini.
Sekarang di Amerika Serikat, campak terjadi paling sering pada
anak umur sekolah yang belum di imunisasi dan pada remaja dan
orang dewasa muda yang telah di imunisasi .
Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang
ditandai dengan tiga stadium, yaitu stadium kataral, stadium
erupsi, dan stadium konvalesensi. Nama lain penyakit ini adalah
campak, measles, atau rubeola .
Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung dengan
pasien. Virus morbili terdapat dalam sekret nasofaring dan darah
selama stadium kataral sampai 24 jam setelah timbul bercak di
kulit.
Banyak kesamaan antara tanda-tanda biologis campak dan
cacar memberi kesan kemungkinan bahwa campak dapat
diberantas. Tanda-tanda ini adalah 1. ruam khas, 2. tidak ada

reservoir binatang, 3. tidak ada vektor, 4. kejadian musiman
dengan masa bebas penyakit, 5. virus laten tidak dapat
ditularkan, 6.satu serotip, dan 7.Vaksinefektif.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia
dan rubeola (bahasa Latin), yang kemudian dalam bahasa Jerman
disebut dengan nama masern, dalam bahasa Islandia dikenal
dengan nama mislingar dan measles dalam bahasa Inggris. Campak
adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh
virus, dengan gejala-gejala eksantem akut, demam, kadang kataral
selaput lendir dan saluran pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian
diikuti erupsi makulopapula yang berwarna merah dan diakhiri
dengan deskuamasi dari kulit.
2.2 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh golongan paramyxovirus ,
yaitu virus RNA dari famili Paramixofiridae, genus Morbillivirus.
Hanya satu tipe antigen yang diketahui. Selama masa
prodromal dan selama waktu singkat sesudah ruam tampak,
virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin. Virus
dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu
kamar .
3

Virus campak dapat diisolasi dalam biakan embrio
manusia. Perubahan sitopatik, tampak dalam 5-10 hari, terdiri
dari sel raksasa multinukleus dengan inklusi intranuklear. Antibodi
dalam sirkulasi dapat dideteksi bila ruam muncul.
Penyebaran virus maksimal adalah dengan tetes semprotan
selama masa prodromal (stadium kataral). Penularan terhadap
kontak rentan sering terjadi sebelum diagnosis kasus aslinya.
Orang yang terinfeksi menjadi menular pada hari ke 9-10 sesudah
pemajanan (mulai fase prodromal), pada beberapa keadaan awal
hari ke 7 sesudah pemajanan sampai hari ke 5 sesudah ruam
muncul.
2.3 Epidemiologi
Biasanya penyakit ini timbul pada masa aanak dan
kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan
mendapatkan kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai
umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan
mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila si ibu
belum pernah menderitaE menderita morbili ketika ia hamil 1
atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami
abortus, bila ia menderita morbili pada trimester pertama, kedua

atau ketiga maka ia mungkin melahirkan seorang anak dengan
kelainan bawaan atau seorang anak dengan berat badan lahir
rendah atau lahir mati anak yang kemudian meninggal sebelum
usia 1 tahun.
2.4. Distribusi dan Frekuensi Penyakit Campak
a. Menurut Orang
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat
menginfeksi anak- anak pada usia dibawah 15 bulan, anak usia
sekolah atau remaja dan kadang kala orang dewasa. Campak
endemis di masyarakat metropolitan dan mencapai proporsi untuk
menjadi epidemi setiap 2-4 tahun ketika terdapat 30-40% anak yang
rentan atau belum mendapat vaksinasi. Pada kelompok dan
masyarakat yang lebih kecil, epidemi cenderung terjadi lebih luas
dan lebih berat. Setiap orang yang telah terkena campak akan
memiliki imunitas seumur hidup.
b.Menurut Tempat
Penyakit campak dapat terjadi dimana saja kecuali di
daerah yang sangat terpencil. Vaksinasi telah menurunkan insiden
morbili tetapi upaya eradikasi belum dapat direalisasikan. Di
Amerika Serikat pernah ada peningkatan insidensi campak pada
tahun 1989-1991. Kebanyakan kasus terjadi pada anak-anak yang
14

tidak mendapatkan imunisasi, termasuk anak-anak di bawah umur
15 bulan. Di Afrika dan Asia, campak masih dapat menginfeksi
sekitar 30 juta orang setiap tahunnya dengan tingkat kefatalan
900.000 kematian.
Berdasarkan data yang dilaporkan ke WHO, terdapat sekitar
1.141 kasus campak di Afganistan pada tahun 2007. Di Myanmar
tercatat sebanyak 735 kasus campak pada tahun 2006.
c. Menurut Waktu
Virus penyebab campak mengalami keadaan yang paling
stabil pada kelembaban dibawah 40%. Udara yang kering
menimbulkan efek yang positif pada virus dan meningkatkan
penyebaran di rumah yang memiliki alat penghangat ruangan
seperti pada musim dingin di daerah utara. Sama halnya dengan
udara pada musim kemarau di Persia atau Afrika yang memiliki
insiden kejadian campak yang relatif tinggi pada musim-musim
tersebut. Bagaimanapun, kejadian campak akan meningkat karena
kecenderungan manusia untuk berkumpul pada musim-musim
yang kurang baik tersebut sehingga efek dari iklim menjadi tidak
langsung dikarenakan kebiasaan manusia.
Kebanyakan kasus campak terjadi pada akhir musim dingin
dan awal musim semi di negara dengan empat musim dengan
puncak kasus terjadi pada bulan Maret dan April. Lain halnya

dengan di negara tropis dimana kebanyakan kasus terjadi pada
musim panas. Ketika virus menginfeksi populasi yang belum
mendapatkan kekebalan atau vaksinasi maka 90-100% akan
menjadi sakit dan menunjukkan gejala klinis.
2.5 Determinan Penyakit Campak
1. Host (Penjamu)
Beberapa faktor Host yang meningkatkan risiko terjadinya
campak antara lain:
a. Umur
Pada sebagian besar masyarakat, maternal antibodi akan
melindungi bayi terhadap campak selama 6 bulan dan penyakit
tersebut akan dimodifikasi oleh tingkat maternal antibodi yang
tersisa sampai bagian pertama dari tahun kedua kehidupan. Tetapi,
di beberapa populasi, khususnya Afrika, jumlah kasus terjadi secara
signifikan pada usia dibawah 1 tahun, dan angka kematian
mencapai 42% pada kelompok usia kurang dari 4 tahun. Di luar
periode ini, semua umur sepertinya memiliki kerentanan yang sama
terhadap infeksi. Umur terkena campak lebih tergantung oleh
kebiasaan individu daripada sifat alamiah virus.
Di Amerika Utara, Eropa Barat, dan Australia, anak-anak
menghabiskan lebih banyak waktu di rumah, tetapi ketika
14

memasuki sekolah jumlah anak yang menderita menjadi meningkat.
Sebelum imunisasi disosialisasiksan secara luas, kebanyakan
kasus campak di negara industri terjadi pada anak usia 4-6 tahun
ataupun usia sekolah dasar dan pada anak dengan usia yang lebih
muda di negara berkembang. Cakupan imunisasi yang intensif
menghasilkan perubahan dalam distribusi umur dimana kasus lebih
banyak pada anak dengan usia yang lebih tua, remaja, dan dewasa
muda.
b. Jenis Kelamin
Tidak ada perbedaan insiden dan tingkat kefatalan
penyakit campak pada wanita ataupun pria. Bagaimanapun, titer
antibodi wanita secara garis besar lebih tinggi daripada pria.
Kejadian campak pada masa kehamilan berhubungan dengan
tingginya angka aborsi spontan.
c. Umur Pemberian Imunisasi
Sisa antibodi yang diterima dari ibu melalui plasenta
merupakan faktor yang penting untuk menentukan umur imunisasi
campak dapat diberikan pada balita. Maternal antibodi tersebut
dapat mempengaruhi respon imun terhadap vaksin campak hidup
dan pemberian imunisasi yang terlalu awal tidak selalu
menghasilkan imunitas atau kekebalan yang adekuat.
Pada umur 9 bulan, sekitar 10% bayi di beberapa negara

masih mempunyai antibodi dari ibu yang dapat mengganggu
respons terhadap imunisasi. Menunda imunisasi dapat
meningkatkan angka serokonversi. Secara umum di negara
berkembang akan didapatkan angka serokenversi lebih dari 85%
bila vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Sedangkan di negara
maju, anak akan kehilangan antibodi maternal saat berumur 12-15
bulan sehingga pada umur tersebut direkomendasikan pemberian
vaksin campak. Namun, penundaan imunisasi dapat
mengakibatkan
peningkatan morbiditas dan mortalitas akibat campak yang
cukup tinggi di kebanyakan negara berkembang.
d. Pekerjaan
Dalam lingkungan sosioekonomis yang buruk, anak-anak lebih
mudah mengalami infeksi silang. Kemiskinan bertanggungjawab
terhadap penyakit yang ditemukan pada anak. Hal ini karena
kemiskinan mengurangi kapasitas orang tua untuk mendukung
perawatan kesehatan yang memadai pada anak, cenderung
memiliki higiene yang kurang, miskin diet, miskin pendidikan.
Frekuensi relatif anak dari orang tua yang berpenghasilan
rendah 3 kali lebih besar memiliki risiko imunisasi terlambat dan
4 kali lebih tinggi menyebabkan kematian anak dibanding anak
yang orang tuanya berpenghasilan cukup.
14

e. Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana
seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi
dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan lebih tinggi biasanya
akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang
berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru.
Pendidikan juga mempengaruhi pola berpikir pragmatis dan
rasional terhadap adat kebiasaan, dengan pendidikan lebih tinggi
orang dapat lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru.28
f. Imunisasi
Vaksin campak adalah preparat virus yang dilemahkan dan
berasal dari berbagai strain campak yang diisolasi. Vaksin dapat
melindungi tubuh dari infeksi dan memiliki efek penting dalam
epidemiologis penyakit yaitu mengubah distribusi relatif umur
kasus dan terjadi pergeseran ke umur yang lebih tua.
Pemberian imunisasi pada masa bayi akan menurunkan penularan
agen infeksi dan mengurangi peluang seseorang yang rentan untuk
terpajan pada agen tersebut. Anak yang belum diimunisasi akan
tumbuh menjadi besar atau dewasa tanpa pernah terpajan dengan
agen infeksi tersebut. Pada campak, manifestasi penyakit yang
paling berat biasanya terjadi pada anak berumur kurang dari 3
tahun.

Pemberian imunisasi pada umur 8-9 bulan diprediksi dapat
menimbulkan serokonversi pada sekurang-kurangnya 85% bayi dan
dapat mencegah sebagian besar kasus dan kematian.
Dengan pemberian satu dosis vaksin campak, insidens campak
dapat diturunkan lebih dari 90%. Namun karena campak
merupakan penyakit yang sangat menular, masih dapat terjadi
wabah pada anak usia sekolah meskipun 85-90% anak sudah
mempunyai imunitas.
g. Status Gizi
Kejadian kematian karena campak lebih tinggi pada kondisi
malnutrisi, tetapi belum dapat dibedakan antara efek malnutrisi
terhadap kegawatan penyakit campak dan efek yang ditimbulkan
penyakit campak terhadap nutrisi yang dikarenakan penurunan
selera makan dan kemampuan untuk mencerna makanan.
Scrimshaw mencatat bahwa kematian karena campak pada
anak-anak yang ada di desa Guatemala menurun dari 1%
menjadi 0,3% tiap tahunnya ketika anak-anak tersebut diberikan
suplemen makanan dengan kandungan protein tinggi. Sedangkan
pada desa yang menjadi kontrol dimana anak-anak tersebut tidak
diberikan suplemen protein, angka kematian menunjukkan angka
0,7%. Tetapi karena hanya 27% saja dari anak- anak tersebut yang
secara teratur mengkonsumsi protein ekstra, dapat disimpulkan
14

bahwa perubahan rate yang didapatkan pada kasus observasi tidak
seluruhnya disebabkan oleh suplemen makanan.
Dari sebuah studi dinyatakan bahwa elemen nutrisi utama
yang menyebabkan kegawatan campak bukanlah protein dan kalori
tetapi vitamin A. Ketika terjadi defisiensi vitamin A, kematian atau
kebutaan menyertai penyakit campak. Apapun urutan kejadiannya,
kematian yang berhubungan dengan penyakit campak mencapai
tingkat yang tinggi, biasanya lebih dari 10% terjadi pada keadaan
malnutrisi.
h. ASI Eksklusif
Sebanyak lebih dari tiga puluh jenis imunoglobulin terdapat
di dalam ASI yang dapat diidentifikasi dengan teknik-teknik terbaru.
Delapan belas diantaranya berasal dari serum si ibu dan sisanya
hanya ditemukan di dalam ASI/kolostrum. Imunoglobulin yang
terpenting yang dapat ditemukan pada kolostrum adalah IgA, tidak
saja karena konsentrasinya yang tinggi tetapi juga karena aktivitas
biologiknya.
IgA dalam kolostrum dan ASI sangat berkhasiat melindungi
tubuh bayi terhadap penyakit infeksi. Selain daripada itu
imunoglobulin G dapat menembus plasenta dan berada dalam
konsentrasi yang cukup tinggi di dalam darah janin/bayi sampai
umur beberapa bulan, sehingga dapat memberikan perlindungan
terhadap beberapa jenis penyakit. Adapun jenis antibodi yang

dapat ditransfer dengan baik melalui plasenta adalah difteri,
tetanus, campak, rubela, parotitis, polio, dan stafilokokus.
Suatu penelitian dengan desain kohort yang dilakukan
di Swedia mendapatkan hasil bahwa pemberian ASI selama >3
bulan dapat memberi perlindungan terhadap infeksi penyakit
campak dengan kata lain pemberian ASI merupakan faktor
protektif terhadap kejadian campak (OR = 0,69).
2. Agent
Penyebab infeksi adalah virus campak, anggota genus Morbilivirus
dari famili Paramyxovire
3. Lingkungan
Epidemi campak dapat terjadi setiap 2 tahun di negara
berkembang dengan cakupan vaksinasi yang rendah.
Kecenderungan waktu tersebut akan hilang pada populasi yang
terisolasi dan dengan jumlah penduduk yang sangat kecil yakni
<400.000 orang.
Status imunitas populasi merupakan faktor penentu. Penyakit
akan meledak jika terdapat akumulasi anak-anak yang suseptibel.
Ketika penyakit ini masuk ke dalam komunitas tertutup yang
belum pernah mengalami endemi, suatu epidemi akan terjadi
dengan cepat dan angka serangan mendekati 100%. Pada
tempat dimana jarang terjangkit penyakit, angka kematian bisa
14

setinggi 25%.
2.6 Patologi
Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang
serous dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel
polimorfonukleus disekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada
kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva.
Penularan : secara droplet terutama selama stadium
kataralis. Umumnya menyerang pada usia 6 bulan sampai 5 tahun
Di kulit, reaksi terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan
folikel rambut. Bercak koplik terdiri dari eksudat serosa dan
proliferasi sel endotel serupa dengan bercak pada lesi kulit. Reaksi
radang menyeluruh pada mukosa bukal dan faring meluas kedalam
jaringan limfoid dan membrana mukosa trakeobronkial.
Pneumonitis interstisial akibat dari virus campak mengambil
bentuk pneumonia sel raksasa Hecht. Bronkopneumoni dapat
disebabkan oleh infeksi bakteri
sekunder.


2.7 Penularan Campak
Campak ditularkan melalui penyebaran droplet, kontak
langsung, melalui sekret hidung atau tenggorokan dari orang yang
terinfeksi. Masa penularan berlangsung mulai dari hari pertama
sebelum munculnya gejala prodormal biasanya sekitar 4 hari
sebelum timbulnya ruam, minimal hari kedua setelah
timbulnya ruam.
2.8 Manifestasi Klinis
Masa inkubasi sekitar 10-12 hari jika gejala-gejala
prodromal pertama dipilih sebagai waktu mulai, atau sekitar 14
hari jika munculnya ruam yang dipilih, jarang masa inkubasi
dapat sependek 6-10 hari. Kenaikan ringan pada suhu dapat
terjadi 9-10 hari dari hari infeksi dan kemudian menurun
selama sekitar 24 jam.
Penyakit ini dibagi dalam 3 stadium, yaitu :
1. Stadium Kataral (Prodromal).
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4- 5 hari disertai
panas (38,5 ºC), malaise, batuk, nasofaringitis, fotofobia,
konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24
jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang
patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak

koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan
dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya di mukosa bukalis
berhadapan dengan molar bawah. Jarang ditemukan di bibir
bawah tengah atau palatum. Kadang-kadang terdapat makula
halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi.
Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.
Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering
didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang besar
dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kontak
dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.
2. Stadium Erupsi.
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau
titik merah di palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang

terlihat pula bercak koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk
makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Diantara makula
terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang
telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan
ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai
anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan
urutan seperti terjadinya. Terdapat pembesaran kelenjar getah
bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang.
Terdapat pula sedikit splenomegali. Tidak jarang disertai diare dan
muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah “black
measles”, yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit,
mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium Konvalesensi.
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna
lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan hilang
sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering
ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini
merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-
penyakit lain dengan eritema dan eksantema ruam kulit menghilang
tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal
kecuali bila ada komplikasi
16

Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut :
Anamnesis :
1. Anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi, mendadak),
batuk, pilek harus dicurigai atau di diagnosis banding morbili.
2. Mata merah, tahi mata, fotofobia, menambah kecurigaan.
3. Dapat disertai diare dan muntah.
4. Dapat disertai dengan gejala perdarahan (pada kasus
yang berat) : epistaksis, petekie, ekimosis.
5. Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili
(1 atau 2 minggu sebelumnya) dan belum pernah vaksinasi
campak.
Pemeriksaan fisik :
1. Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin
hanya demam (biasanya tinggi) dan tanda-tanda nasofaringitis
dan konjungtivitis
2. Pada umunya anak tampak lemah.
3. Koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral).
4. Pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas : ruam
makulopapular yang munculnya mulai dari belakang telinga,
mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka, dan kemudian

seluruh tubuh.
2.9 Diagnosis Banding
1. German Measles.
Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada
pembesaran kelenjar di daerah suboksipital, servikal bagian
posterior, belakang telinga.
2. Eksantema Subitum.
Ruam akan muncul bila suhu badan menjadi
normal. Rubeola infantum (eksantema subitum) dibedakan dari
campak dimana ruam dari roseola infantum tampak ketika demam
menghilang. Ruam rubella dan infeksi enterovirus cenderung untuk
kurang mencolok daripada ruam campak, sebagaimana tingkat
demam dan keparahan penyakit. Walaupun batuk ada pada banyak
infeksi ricketsia, ruam biasanya tidak melibatkan muka, yang
pada campak khas terlibat. Tidak adanya batuk atau riwayat
injeksi serum atau pemberian obat biasanya membantu mengenali
penyakit serum atau ruam karena obat. Meningokoksemia dapat
disertai dengan ruam yang agak serupa dengan ruam campak,
tetapi batuk dan konjungtivitis biasanya tidak ada. Pada
meningokoksemia akut ruam khas purpura petekie. Ruam
papuler halus difus pada demam skarlet dengan susunan daging
16

angsa di atas dasar eritematosa relatif mudah dibedakan.
2.10 Komplikasi
Pada penderita campak dapat terjadi komplikasi yang terjadi
sebagai akibat replikasi virus atau karena superinfeksi bakteri
antara lain.
Otitis Media Akut
Dapat terjadi karena infeksi bakterial sekunder.
Ensefalitis
Dapat terjadi sebagai komplikasi pada anak yang sedang
menderita campak atau dalam satu bulan setelah mendapat
imunisasi dengan vaksin virus campak hidup, pada penderita yang
sedang mendapat pengobatan imunosupresif dan sebagai
Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE). Angka kejadian
ensefalitis setelah infeksi campak adalah 1 : 1.000 kasus,
sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus campak hidup
adalah 1,16 tiap 1.000.000 dosis.
SSPE jarang terjadi hanya sekitar 1 per 100.000 dan terjadi
beberapa tahun setelah infeksi dimana lebih dari 50% kasus-kasus
SSPE pernah menderita campak pada 2 tahun pertama umur
kehidupan. Penyebabnya tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa
virus campak memegang peranan dalam patogenesisnya. SSPE

yang terjadi setelah vaksinasi campak didapatkan kira-kira 3 tahun
kemudian.
Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh virus morbilia atau oleh Pneuomococcus,
Streptococcus, Staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat
menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan
malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun misalnya
tuberkulosis, leukemia dan lain-lain.
Kebutaan
Terjadi karena virus campak mempercepat episode defisiensi
vitamin A yang akhirnya dapat menyebabkan xeropthalmia atau
kebutaan.
2.11 Penatalaksanaan
Simtomatik yaitu antipiretika bila suhu tinggi, sedativum,
obat batuk, dan memperbaiki keadaan umum. Tindakan yang
lain ialah pengobatan segera terhadap komplikasi yang timbul:
1. Istirahat.
2. Pemberian makanan atau cairan yang cukup dan bergizi..
3. Medikamentosa :
- Antipiretik : parasetamol 7,5 – 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8
jam.
16

- Ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 –
100 mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600 mg/hari.
- Antitusif perlu diberikan bila batuknya
hebat/mengganggu, narcotic antitussive (codein) tidak boleh
digunakan.
- Mukolitik bila perlu.
- Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium
kataral sangat bermanfaat.
2.12 Prognosis
Baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi
prognosis buruk bila keadaan umum buruk, anak yang sedang
menderita penyakit kronis atau bila ada komplikasi.
2.13 Pencegahan
Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention)
Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan
penyakit yang masih dalam tahap prepatogenesis atau penyakit
belum tampak yang dapat dilakukan dengan memantapkan
status kesehatan balita dengan memberikan makanan bergizi
sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk
mencegah seseorang terkena penyakit campak, yaitu :3,35
a. Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya
pelaksanaan imunisasi campak untuk semua bayi.
b. Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang
diberikan pada semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan
karena dapat melindungi sampai jangka waktu 4-5 tahun.
Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi
penyakit sedini mungkin untuk mendapatkan pengobatan yang
tepat. Dengan demikian pencegahan ini sekurang-kurangnya
dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas penyakit,
mencegah komplikasi, dan membatasi kemungkinan kecatatan,
yaitu :
a. Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui
pemeriksaan fisik atau darah.
b. Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak
jangan masuk sekolah selama empat hari setelah timbulnya rash.
Menempatkan anak pada ruang khusus atau mempertahankan
isolasi di rumah sakit dengan melakukan pemisahan penderita pada
stadium kataral yakni dari hari pertama hingga hari keempat setelah
timbulnya rash yang dapat mengurangi keterpajanan pasien-
16

pasien dengan risiko tinggi lainnya.
c. Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan
penderita yakni antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat
batuk. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder untuk
mencegah komplikasi.
d. Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein
bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita
sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi campak yakni
bronkhitis, otitis media, pneumonia, ensefalomielitis, abortus, dan
miokarditis yang reversibel.
Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah
terjadinya komplikasi dan kematian. Adapun tindakan-tindakan
yang dilakukan pada pencegahan tertier yaitu :
a. Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak.
b. Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A
akan turun secara cepat terutama pada anak kurang gizi yang akan
menurunkan imunitas mereka

11
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Standar Pelayanan Medis
Kesehatan Anak, Edisi I. Jakarta: IDAI, 2004.
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku ajar Penyakit Infeksi
16

Tropis. Jakarta: IDAI, 2004.
3. Penyakit Tropik dan Infeksi Anak. Kapita Selekta Kedokteran,
Edisi III Jilid
2. FKUI 2000.
4. Atom. Campak. ht t p: / /w w w .Me dl i nux . blo g s po t . c o m .
5. Haryowidjojo. Demam Campak. Htttp://www.Pediatrik.com.
6. Depkes Republik Indonesai. Campak. 07 Februari 2006.