modul 6 blok 15

10
Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan, terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak (American Heart Association,2010). Jameson, dkk (2005), menyatakan bahwa cardiac arrest adalah penghentian sirkulasi normal darah akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa henti jantung atau cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara mendadak untuk mempertahankan sirkulasi normal darah untuk memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif. Aritmia adalah gangguan irama jantung, suatu kondisi di mana jantung berdenyut tidak menentu. Irama jantung mungkin terlalu cepat (takikardia), terlalu lambat (bradikardia) atau tidak teratur. Beberapa aritmia, seperti fibrilasi ventrikel, dapat menyebabkan serangan jantung jika tidak segera diobati. Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND) adalah sesak napas yang teijadi tiba-tiba pada saat tengah malam setelah penderita tidur selama beberapa jam, biasanya terjadi pada penderita penyakit jantung. Atrial fibrilasi didefinisikan sebagai irama jantung yang abnormal. Aktivitas listrik jantung yang cepat dan tidak beraturan mengakibatkan atrium bekerja terus menerus menghantarkan implus ke nodus AV sehingga respon ventrikel menjadi ireguler. Atrial fibrilasi dapat bersifat akut maupun kronik dan umumnya terjadi pada usia di atas 50 tahun (Berry and Padgett, 2012). Gambaran elektrokardiogram atrial fibrilasi adalah irama umumnya tidak teratur dengan frekuensi laju jantung bervariasi (bias normal/lambat/cepat). Jika laju pjantung kurang dari 60 kali permenit disebut atrial fibrilasi slow ventricular respons (SVR), jika laju jantung 60-100 kali permenit disebut atrial fibrilasi normo ventricular respon (NVR) sedangkan jika laju jantung lebih dari 100 kali permenit disebut atrial fibrilasi rapid ventricular respon (RVR). 1. Penyebab keluhan Tn.Arman: pusing, jantung berdebar cepat dan tidak teratur Jantung berdebar: Jantung yang berdebar disebut palpitasi. Tidak semua orang dengan penyakit jantung mengalami palpitasi, tapi ada yang mengalaminya. Misalnya padapenyakit tertentu, yaitu:- -Fibrilasi atrial- -Kebocoran katup jantung- -Penyakit jantung coroner Jantung yang berdebar-debar bisa disebabkan oleh adanya fibrilasi dimana saat itu sitem kontraksi atrium tidak teratur karena pencetus impuls yang tidak terkoordinir sempurna. Hal ini menyebabkan arah dari impuls menjadi acak (tidak tentu). Pada akhirnya akan menyebabkan gangguan pemompaan jantung.Gangguan pemompaan jantung akan bermanifestasi menjadi penurunan supplynutrisi dan oksigen di organ perifer dan memunculkan peranan aktivitas syaraf simpatis untuk membuat kontraksi lebih banyak lagi. Hal ini dimaksudkan agarkebutuhan nutrisi dan oksigen di organ perifer terpenuhi. Kebanyakan manifestasi pasien dengan aritmia tidak disadari, sehingga terdeteksipada saat rasa yang tidak nyaman seperti berdebar-debar, palpitasi, atau adanya denyut jantung yang berturut-turut bertambah serta adanya irama denyut yang tidak teratur.Keadaan ini tidak terlalu membahayakan, jika tidak terjadi gangguan hemodinamik.Tetapi manifestasi klinik pada klien dengan aritmia yang berbahaya adalah klienmerasakan nyeri dada, pusing, bahkan keadaan yang lebih serius kemungkinan pasienditemukan meninggal mendadak. Hal itu dikarenakan pasokan darah yang mengandung nutrient dan oksigen yang dibutuhkan ke jaringan tubuh tidak mencukupi sehinggaaktivitas/kegiatan metabolisme jaringan terganggu. 2. Keluhan belum mengganggu sebelumnya dan 3 bulan terakhir mulai bertambah disertai gejala/gejala tersebut Penyakit jantung iskemik (SKA), F.R Gagal jantung Hipertrofi jantung aritmia M.K Stimulasi simpatis: tonus simpatis yang meningkat karena hipertiroidisme, gagal jantung kongestif, gugup, olahraga, dll dapat mencetuskan aritmia. Strecth (regangan): pembesaran dan hipertropi atrium dan ventrikel juga dapat mencetuskan aritmia.

Upload: timotius-agung-silaban

Post on 19-Jan-2016

41 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Kardiovaskular

TRANSCRIPT

Page 1: Modul 6 Blok 15

Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakitjantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan, terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak (American Heart Association,2010). Jameson, dkk (2005), menyatakan bahwa cardiac arrest adalah penghentian sirkulasi normal darah akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa henti jantung atau cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara mendadak untuk mempertahankan sirkulasi normal darah untuk memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif.

Aritmia adalah gangguan irama jantung, suatu kondisi di mana jantung berdenyut tidak menentu. Irama jantung mungkin terlalu cepat (takikardia), terlalu lambat (bradikardia) atau tidak teratur. Beberapa aritmia, seperti fibrilasi ventrikel, dapat menyebabkan serangan jantung jika tidak segera diobati.

Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND) adalah sesak napas yang teijadi tiba-tiba pada saat tengah malam setelah penderita tidur selama beberapa jam, biasanya terjadi pada penderita penyakit jantung.

Atrial fibrilasi didefinisikan sebagai irama jantung yang abnormal. Aktivitas listrik jantung yang cepat dan tidak beraturan mengakibatkan atrium bekerja terus menerus menghantarkan implus ke nodus AV sehingga respon ventrikel menjadi ireguler. Atrial fibrilasi dapat bersifat akut maupun kronik dan umumnya terjadi pada usia di atas 50 tahun  (Berry and Padgett, 2012). Gambaran elektrokardiogram atrial fibrilasi adalah irama umumnya tidak teratur dengan frekuensi laju jantung bervariasi (bias normal/lambat/cepat). Jika laju pjantung kurang dari 60 kali permenit disebut atrial fibrilasi slow ventricular respons (SVR), jika laju jantung 60-100 kali permenit disebut atrial fibrilasi normo ventricular respon (NVR) sedangkan jika laju jantung lebih dari 100 kali permenit disebut  atrial fibrilasi rapid ventricular respon (RVR).

1. Penyebab keluhan Tn.Arman: pusing, jantung berdebar cepat dan tidak teraturJantung berdebar: Jantung yang berdebar disebut palpitasi. Tidak semua orang dengan penyakit jantung mengalami palpitasi, tapi ada yang mengalaminya. Misalnya padapenyakit tertentu, yaitu:- -Fibrilasi atrial- -Kebocoran katup jantung- -Penyakit jantung coronerJantung yang berdebar-debar bisa disebabkan oleh adanya fibrilasi dimana saat itu sitem kontraksi atrium tidak teratur karena pencetus impuls yang tidak terkoordinir sempurna. Hal ini menyebabkan arah dari impuls menjadi acak (tidak tentu). Pada akhirnya akan menyebabkan gangguan pemompaan jantung.Gangguan pemompaan jantung akan bermanifestasi menjadi penurunan supplynutrisi dan oksigen di organ perifer dan memunculkan peranan aktivitas syaraf simpatis untuk membuat kontraksi lebih banyak lagi. Hal ini dimaksudkan agarkebutuhan nutrisi dan oksigen di organ perifer terpenuhi.

Kebanyakan manifestasi pasien dengan aritmia tidak disadari, sehingga terdeteksipada saat rasa yang tidak nyaman seperti berdebar-debar, palpitasi, atau adanya denyut jantung yang berturut-turut bertambah serta adanya irama denyut yang tidak teratur.Keadaan ini tidak terlalu membahayakan, jika tidak terjadi gangguan hemodinamik.Tetapi manifestasi klinik pada klien dengan aritmia yang berbahaya adalah klienmerasakan nyeri dada, pusing, bahkan keadaan yang lebih serius kemungkinan pasienditemukan meninggal mendadak. Hal itu dikarenakan pasokan darah yang mengandung nutrient dan oksigen yang dibutuhkan ke jaringan tubuh tidak mencukupi sehinggaaktivitas/kegiatan metabolisme jaringan terganggu.

2. Keluhan belum mengganggu sebelumnya dan 3 bulan terakhir mulai bertambah disertai gejala/gejala tersebutPenyakit jantung iskemik (SKA), F.R Gagal jantung Hipertrofi jantung aritmia M.K

Stimulasi simpatis: tonus simpatis yang meningkat karena hipertiroidisme, gagal jantung kongestif, gugup, olahraga, dll dapat mencetuskan aritmia. Strecth (regangan): pembesaran dan hipertropi atrium dan ventrikel juga dapat mencetuskan aritmia.Pemicu aritmia selain dari penyakit jantung yang sudah diderita sebelumnya, antara lain berasal dari gangguan elektrolit, mineral dalam tubuh, stress, hormon, otak, diabetes dan hipertensi. Ada juga yang berasal dari genetik (brugada sindrom) namun ini sangat jarang terjadi, karena umumnya berasal dari faktor luar/ selain genetik.

Sebagian dari penyebab aritmia, berasal dari penyakit jantung yang sebelumnya diderita pasien. Misalnya jantung koroner. Jantung koroner menyebabkan PVC, karena sebagian otot-otot yang mati, mengikat atrial vibrasi, dan ini bisa berbahaya karena bisa memblok jantung; denyut jantung terlalu lambat, sehingga ’jalur listrik’ jantung terputus, dan penderita bisa pingsan.

Berbagai etiologi bisa saling memberatkan, artinya bila terjadi hipertrofi pada otot jantung, kemudian timbul pula iskemia, dan gangguan balans elektrolit maka aritmia akan lebih mudah timbul, sehingga mengontrolnya pun lebih sulit pula.

Kemungkinan sebelumnya penanganannya tidak adekuat dikarenakan belum mengganggu aktifitasnya, namun seiring berjalannya waktu, hal tersebut menjadi masalah. Awalnya belum berbahaya karna belum menyebabkan gangguan hemodinamik.

Pasien mengalami gagal jantung akibat penyakit jantung sebelumnya GJ Kongestif ND, Denyut jantung cepat dan tidak teratur, JVP naik, bising diastolic. Hal ini nantinya ditandai dengan adanya hipertrofi yang dapat mempermudah munculnya aritmia jantung.

3. Interpretasi pemeriksaan fisikPATOFISIOLOGI ARITMIA

Secara umum mekanisme terjadinya aritmia disebabkan oleh adanya abnormal impulse formation, abnormal impulse conduction, dan atau gabungan dari kedua kelainan tersebut. 

Abnormal impulse formation terjadi karena adanya kelainan pada kerja otomatis jantung yang antara lain dapat diakibatkan oleh meningkatnya keja SA (sinoatrial/gensetnya jantung) yang secara langsung akan berpengaruh pada peningkatan detak jantung (sinus

Page 2: Modul 6 Blok 15

tachycardia). Hal ini akan semakin parah jika serat-serat jantung juga mengalami abnormalitas, misalnya jika tingkatan pembentukan denyut jantung melebihi kinerja SA (*pendek kata, antara sumber dan serat penyalurnya tidak seiring sejalan).

Abnormal impulse conduction terjadi karena adanya suatu mekanisme yang biasa disebut “reentry”. Untuk terjadinya reentry ini ada tiga kondisi yang harus terpenuhi terlebih dahulu, yaitu:

Adanya dua electrical impulse yang bekerja pada satu serat jantung yang mengakibatkan terjadinya tubrukan impulse electric. Pada serat jantung yang normal jika sudah terjadi konduksi oleh suatu impulse electric maka (jika ada) impulse electric lain tidak akan bisa mengkonduksi serat tersebut.

Adanya unidirectional block pada satu tahap pembentukan denyut jantung yang biasanya akan menyebabkan terjadinya perpanjangan masa refraktori jantung (*banyaknya arah impulse electric dalam satu tahapan pembentukan denyut jantung yang mengakibatkan jantung berkontraksi lebih lama).

Adanya penurunan kecepatan gerak impulse electric jantung, penurunan ini akan mengakibatkan tertahannya tahapan konduksi selanjutnya

- TD: meningkat. Irama atau detak jantung tidak normal dalam istilah kedokteran disebut dengan aritmia jantung. Kondisi ini lebih banyak disebabkan karena tekanan darah tinggi atau hipertensi, bisa juga karena penyakit jantung, penyempitan pembuluh darah atau gagal jantung. Tekanan darah tinggi (hipertansi) dapat meningkatkan resiko terkena penyakit arteri koroner.kerusakan arteri menyebabkan dinding ventrikel kiri menjadi kaku dan tebal, sehingga dapat mengubah jalur  impuls elektrik di jantung. Inilah yang menyebabkan terjadinya aritmia jantung.--> salah satu etiologinya. normal (systole 100-120 dan diastole 60-80)

- Nadi: cepat, tidak teratur. Takiaritmia. Hal ini disebabkan karena jantung tidak mampu dengan sempurna memompa darah ke seluruh tubuh (kompensasi). Gangguan irama jantung secara elektrofisiologi disebabkan oleh gangguan pembentukan rangsang, gangguan konduksi rangsang dan gangguan pembentukan serta penghantaran rangsang.1.Gangguan pembentukan rangsangGangguan ini dapat terjadi secara pasif atau aktif. Bila gangguan rangsang terbentuk secara aktif di luar urutan jaras hantaran normal, seringkali menimbulkan gangguan irama ektopik dan bila terbentuk secara pasif sering menimbulkan escape rhytm (irama pengganti).a.Irama ektopik timbul karena pembentukan rangsang ektopik secara aktif dan fenomena reentryb.Escape beat (denyut pengganti) ditimbulkan bila rangsang normal tidak atau belum sampai pada waktu tertentu dari irama normal, sehingga bagian jantung yang belum atau tidak mendapat rangsang itu bekerja secara otomatis untuk mengeluarkan rangsangan instrinsik yang memacu jantung berkontraksi.c.Active ectopic firing terjadi pada keadaan dimana terdapat kenaikan kecepatan automasi pembentukan rangsang pada sebagian otot jantung yang melebihi keadaan normal.d.Reentry terjadi bila pada sebagian otot jantung terjadi blokade unidirectional (blokade terhadap rangsang dalam arah antegrad) dimana rangsang dari arah lain masuk kembali secara retrograd melalui bagian yang mengalami blokade tadi setelah masa refrakternya dilampaui. Keadaan ini menimbulkan rangsang baru secara ektopik. Bila reentry terjadi secara cepat dan berulang-ulang, atau tidak teratur (pada beberapa tempat), maka dapat menimbulkan keadaan takikardi ektopik atau fibrilasi.2.Gangguan konduksiKelainan irama jantung dapat disebabkan oleh hambatan pada hantaran (konduksi) aliran rangsang yang disebut blokade. Hambatan tersebut mengakibatkan tidak adanya aliran rangsang yang sampai ke bagian miokard yang seharusnya menerima rangsang untuk dimulainya kontraksi. Blokade ini dapat terjadi pada tiap bagian sistem hantaran rangsang mulai dari nodus SA atrium, nodus AV, jaras HIS, dan cabang-cabang jaras kanan kiri sampai pada percabangan purkinye dalam miokard. 3.Gangguan pembentukan dan konduksi rangsangan Gangguan irama jantung dapat terjadi sebagai akibat gangguan pembentukan rangsang bersama gangguan hantaran rangsang.

Takikardia mengurangi curah jantung dengan memendekkan waktu pengisian ventrikel dan curah sekuncup, dan bradikardia mengurangi curah jantung dengan mengurangi frekuensi ejeksi ventrikel. Karena curah jatnung turun, tekanan arteria dan perfusi perifer berkurang. Lagipula takikardia dapat memperberat iskemia dengan meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium, sementara juga mengurangi lama waktu diastolic, yaitu masa di mana aliran koroner paling besar, dan dengan demikian mengurangi suplai oksigen ke arteri koronaria.

- JVP meningkat: telah terjadi gagal jantung kananKarena terjadi insufisiensi katup mitral, maka volume darah pada fase sistolik di atrium kiri akan bertambah dibanding pada keadaan normal. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan atrium kiri yang menimbulkan peningkatan tekanan vena pulmonalis dan kapiler paru. Peningkatan tekanan ini menyebabkan tekanan hidrostatik kapiler paru lebih tinggi daripada tekanan onkotik paru. Akibatnya terjadi transudasi cairan dari kapiler paru ke jaringan interstisial yang menyebabkan perfusi jaringan sehingga pmenyebabkan edema paru.Pada waktu berikutnya, edema paru menimbulkan kompensasi tubuh berupa peningkatan beban jantung kanan dan menyebabkan hipertrofi jantung kanan dan pada akhirnya terjadi gagal jantung kanan dan meningkatkan JVP serta kongesti visera abdomen dan edema jaringan lunak akibat terjadinya bendungan vena sistemik.Menunjukkan adanya kongesti pada gagal jantung (kanan). Edema pada vena jugularis diakibatkan karena peningkatan tekanan pada atrium kanan.

-Nafas 24x/menit: cepat

- Paru-paru normal

- HR 130x/menit: meningkat (beda dgn denyut nadi), ireguler.

- Bising susah dinilai

4. Interpretasi dari pemeriksaan EKG- Pembesaran jantung : Hipertrofi yang menandakan kemungkinan gagal jantung.

Page 3: Modul 6 Blok 15

- Atrial Fibrilation Rapid Ventricular Response : Gambaran atrial fibrilasi rapid ventricular respon disebabkan oleh adanya depolarisasi atrium secara spontan dengan cepat dan tidak beraturan sehingga menghantarkan implus listrik terus menerus ke nodus AV. Hal ini dapat mengakibatkan ventrikel berespon sangat irregular.  Kondisi ini yang menjadi dasar dalam penanganan pasien dengan atrial fibrilasi dimana harus segera mengembalikan irama ireguler kembali ke irama sinus dan mengontrol heart rate yang cepat menjadi normal kembali. Kondisi ini juga dapat mengembalikan curah jantung menjadi normal sehingga keluhan-keluhan palpitasi, nyeri dada, kelemahan, serta sinkop akan berkurang.

Pasien mengeluhkan adanya gejala denyut jantungnya berdetak dengan kencang dan dirasakan hingga sekarang. Palpitasi merupakan salah satu gejala yang muncul pada pasien dengan atrial fibrilasi akibat respon ventrikel yang ireguler. Namun gejala palpitasi ini dapat juga terjadi pada pasien dengan penyakit jantung lainnya. Palpitasi ini belum menjadi gejala yang spesifik untuk mendasari pasien mengalami atrial fibrilasi. Untuk menunjukkan adanya atrial fibrilasi, pasien biasanya disertai dengan keluhan kesulitan bernafas seperti sesak, syncope, pusing dan ketidaknyamanan pada dada. Gejala tersebut di atas dialami oleh pasien dimana pasien juga mengeluh dadanya terasa seperti diikat dan agak sesak. Saat digunakan berjalan, pasien merasakan seperti “nggliyeng” tetapi tidak sampai pingsan. Dokter memberikan catatan: nadi tidak teratur, cepat, dengan denyut meningkat. Atrial fibrilasi dapat disertai dengan pingsan (syncope) ataupun dengan pusing “nggliyeng”. Kondisi ini akibat menurunnya suplai darah ke sitemik dank ke otak.

Gambaran EKG diatas merupakan gambaran khas untuk “Atrial Fibrilasi” (AF), (terdapat irreguleritas yang absolut- interval yang tidak sama antara gelombang R & tidak terdapat Gelombang P yg normalnya mendahului setiap Komplek QRS)Kejadian AF disebabkan oleh berbagai keadaan, salah satunya adalah pada pasien-pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF), dimana terjadi pembesaran ruang-ruang jantung, termasuk atrium tempat permulaan terjadi konduksi aliran listrik jantung (SA node).AF menjadi suatu keadaan yang emergensi dibidang kardiovaskular ketika terjadi peningkatan respon yang berlebihan oleh ventrikel (Nadi>100x/’), keadaan ini kita sebut sebagai “Rapid Ventricular Response“

Aritmia biasa disebut juga sebagai Fibrilasi Atrium atau juga dikenal dengan sebutan FA merupakan bentuk gangguan irama jantung. Ketidakteraturan denyut jantung (aritmia) yang berbahaya ini menyebabkan ruang atas jantung (atrium), bergetar dan tidak berdenyut sebagaimana mestinya, sehingga darah tidak terpompa sepenuhnya, yang pada gilirannya dapat menyebabkan pengumpulan dan penggumpalan darah. Gumpalan ini dapat terbawa sampai ke otak, menyumbat pembuluh arteri, dan mengganggu pasokan darah ke otak. Situasi ini seringkali menjadi awal dari serangan stroke yang gawat dan mematikan.

Gambaran elektrokardiogram atrial fibrilasi adalah irama umumnya tidak teratur dengan frekuensi laju jantung bervariasi (bias normal/lambat/cepat). Jika laju jantung kurang dari 60 kali permenit disebut atrial fibrilasi slow ventricular respons (SVR), jika laju jantung 60-100 kali permenit disebut atrial fibrilasi normo ventricular respon (NVR) sedangkan jika laju jantung lebih dari 100 kali permenit disebut  atrial fibrilasi rapid ventricular respon (RVR). Kecepatan QRS biasanya normal atau cepat dengan gelombang P tidak ada atau jikapun ada menunjukkan depolarisasi cepat dan kecil sehingga bentuknya tidak dapat didefinisikan (Chuchum, 2010).

Banyak faktor risiko yang menyebabkan berkembangnya kejadian atrial fibrilasi terutama dengan semakin meningkatnya usia semakin meningkat pula risiko kejadian atrial fibrilasi (National Collaborating Center for Chronic Condition, 2006). Faktor risiko lainnya dapat dibedakan berdasarkan faktor kondisi jantung dan non jantung. Selain faktor usia, faktor risiko yang berasal dari non-cardiac adalah penyakit diabetes, penipisan elektrolit, kelainan tiroid, dan emboli pulmonal. Sedangkan faktor risiko yang berasal dari jantung sendiri adalah atrial septal defect, post operasi jantung, kardiomiopati, gagal jantung, hipertensi, penyakit jantung iskemik, dll (Berry and Padgett, 2012).

5. Dokter mengatakan AritmiaAritmia jantung  atau gangguan irama jantung,  merupakan kondisi denyut jantung yang tidak menentu dan atau tidak teratur (menjadi terlalu cepat atau terlalu lambat).Aritmia jantung terjadi ketika impuls listrik di jantung yang berperan dalam mengatur detak jantung tidak bekerja dengan baik, dan kondisi tersebut dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti:

Penyalahgunaan narkoba Banyak mengkonsumsi alkohol atau kafein Obat-obatan Suplemen diet dan pengobatan herbal Stres Gangguan atau penyakit tertentu: jaringan parut pada jantung, kardiomiopati, arteri koroner, tekanan darah tinggi, diabetes, hipertiroid,

obesitasAritmia jantung seringkali tidak bergejala, namun pada beberapa orang dapat muncul gejala seperti:

Page 4: Modul 6 Blok 15

Jantung berdebar Detak jantung cepat (takikardia) atau melambat (bradikardia) Nyeri dada Sesak napas Pusing Pingsan Mudah lelah

Untuk mendiagnosa aritmia jantung, dokter akan melakukan anamnese dan pemeriksaan fisik terlebih dahulu, kemudian bila diperlukan, dokter akan merekomendasikan pemeriksaan penunjang diagnostik untuk melihat kondisi jantung, antara lain:

Elektrokardiogram (EKG), untuk mendeteksi aktivitas listrik jantung Holter monitor, untuk merekam aktivitas jantung pada rutinitas sehari-hari Echocardiogram, untuk melihat struktur serta gerak jantung CT scan atau MRI, untuk mendiagnosa masalah jantung yang dapat menyebabkan aritmia jantung

Jika tidak ditemukan aritmia selama melakukan pemeriksaan di atas, maka mungkin dokter akan mencoba memicu aritmia dengan tes lainnya, seperti : stress test, tilt table test dan electrophysiological.

Bila jantung berdenyut terlalu lambat, maka jumlah darah yang mengalir di dalam sirkulasi menjadi berkurang, sehingga kebutuhan tubuh tidak terpenuhi. Hal ini akan menimbulkan gejala seperti mudah capek, kelelahan yang kronis, sesak, keleyengan bahkan sampai pingsan. Yang berbahaya, bila jumlah darah yang menuju otak menjadi berkurang bahkan minimal sehingga terjadi pingsan atau perasaan melayang. Pada keadaan yang lebih parah dapat menyebabkan stroke.Sebaliknya, bila jantung berdenyut terlalu cepat maka jantung akan mengalami kelelahan dan akan menimbulkan gejala-gejala berdebar yang biasanya disertai perasaan takut karena debaran jantung yang begitu cepat (sampai lebih dari 200 kali permenit). Pada keadaan yang ekstrim dimana bilik jantung berdenyut sangat cepat dan tidak terkendali, maka terjadi kegagalan sirkulasi darah yang bila dilakukan pertolongan cepat dengan kejut listrik (DC shock) dapat mengakibatkan kematian.Bradiaritmia yang terjadi akibat hambatan transmisi listrik jantung, umumnya menetap sehingga diperlukan alat bantu yang dapat menjamin kecukupan frekuensi denyut jantung. Alat tersebut adalah alat pacu jantung tetap (Permanent Pace Maker, PPM). PPM ditanam dibawah kulit dada lalu dihubungkan ke jantung melalui sejenis kabel. Hanya diperlukan operasi kecil dengan bius lokal saja untuk pemasangan PPM.Takiaritmia, pada umumnya dapat disembuhkan total melalui tindakan ablasi. Setelah dilakukan tindakan ablasi, pasien terbebas dari penyakit takiaritmia dan tidak memerlukan obat-obatan lagi. Ablasi adalah tindakan invasif yang merupakan kelanjutan dari EPS. Pada ablasi dilakukan pemutusan/eliminasi sumber takiaritmia dengan menggunakan panas yang dihasilkan oleh gelombang frekuensi radio. Tingkat keberhasilan ablasi pada takiartmia yang umum terjadi, sangat tinggi yaitu sekitar 95%. Dengan resiko yang sangat kecil.

Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung atau kelainan irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah:1. Penyakit Arteri Koroner

Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung abnormal, kardiomiopati, dan kerusakan jantung lainnya adalah faktor resiko untuk hampir semua jenis aritmia jantung.

2. Tekanan Darah TinggiTekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit arteri koroner. Hal ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri menjadi kaku dan tebal, yang dapat mengubah jalur impuls elektrik di jantung.

3. Penyakit Jantung BawaanTerlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi irama jantung.

4. Masalah pada TiroidMetabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan hormon tiroid terlalu banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi cepat dan tidak teratur sehingga menyebabkan fibrilasi atrium (atrial fibrillation).Sebaliknya, metabolisme melambat ketika kelenjar tiroid tidak cukup melepaskan hormon tiroid, yang dapat menyebabkan bradikardi (bradycardia).

5. Obat dan SuplemenObat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung pseudoephedrine dapat berkontribusi pada terjadinya aritmia.

6. ObesitasSelain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner, obesitas dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.

7. DiabetesResiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi akan meningkat akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula darah rendah (hypoglycemia) juga dapat memicu terjadinya aritmia.

8. Obstructive Sleep ApneaObstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat tidur. Napas yang terganggu, misalnya mengalami henti napas saat tidur dapat memicu aritmia jantung dan fibrilasi atrium.

9. Ketidakseimbangan ElektrolitZat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut elektrolit), membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada jantung.Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat memengaruhi impuls elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi terhadap terjadinya aritmia jantung.

10. Terlalu Banyak Minum AlkoholTerlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik di dalam jantung serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya fibrilasi atrium (atrial fibrillation).Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung berdetak kurang efektif dan dapat menyebabkan cardiomyopathy (kematian otot jantung).

11. Konsumsi Kafein atau NikotinKafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia jantung yang lebih serius.Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat memengaruhi jantung dan mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau kematian mendadak akibat fibrilasi ventrikel (ventricular fibrillation).

Page 5: Modul 6 Blok 15

6. Tiba-tiba Tn.Arman tidak sadarkan diri, kejang, berkeringat dingin, nadi cepat,dsbTanda- tanda cardiac arrest menurut Diklat Ambulans Gawat Darurat 118(2010) yaitu:a. Ketiadaan respon; pasien tidak berespon terhadap rangsangan suara,tepukan di pundak ataupun cubitan.b. Ketiadaan pernafasan normal; tidak terdapat pernafasan normalketika jalan pernafasan dibuka.c. Tidak teraba denyut nadi di arteri besar (karotis, femoralis, radialis).

Kebanyakan korban henti jantung diakibatkan oleh timbulnya aritmia:fibrilasi ventrikel (VF), takhikardi ventrikel (VT), aktifitas listrik tanpa nadi (PEA),dan asistol (Diklat Ambulans Gawat Darurat 118, 2010).a) Fibrilasi ventrikelMerupakan kasus terbanyak yang sering menimbulkan kematian mendadak,pada keadaan ini jantung tidak dapat melakukan fungsi kontraksinya,jantung hanya mampu bergetar saja. Pada kasus ini tindakan yang harussegera dilakukan adalah CPR dan DC shock atau defibrilasi.b) Takhikardi ventrikelMekanisme penyebab terjadinyan takhikardi ventrikel biasanya karenaadanya gangguan otomatisasi (pembentukan impuls) ataupaun akibat adanyagangguan konduksi. Frekuensi nadi yang cepat akan menyebabkan fasepengisian ventrikel kiri akan memendek, akibatnya pengisian darah keventrikel juga berkurang sehingga curah jantung akan menurun. VT dengankeadaan hemodinamik stabil, pemilihan terapi dengan medika mentosa lebihdiutamakan. Pada kasus VTdengan gangguan hemodinamik sampai terjadihenti jantung (VT tanpa nadi), pemberian terapi defibrilasi denganmenggunakan DC shock dan CPR adalah pilihan utama.

Patofisiologi cardiac arrest tergantung dari etiologi yang mendasarinya. Namun, umumnya mekanisme terjadinya kematian adalah sama. Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran darah mencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal. Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10 menit (Sudden cardiac death). Pada scenario kemungkinan karena gangguan konduksi.

Sebelum kehilangan kesadaran pasien kemungkinan disebabkan oleh terjadinya gangguan listrik jantung sehingga terjadi penurunan CO.Akibatnya dapat terjadi kekurangan aliran darah ke otak, arteri koroner dan bagian tubuh lainnya yang akan menyebabkan letih dan sesak nafas. Aliran darah yang kurang ke otak dapat menyebabkan pusing atau hilang kesadaran atau pingsan(syncope).

Henti jantung biasanya terjadi beberapa menit setelah henti nafas. Umumnya, walaupun kegagalan pernafasan telah terjadi, denyut jantung masih dapat berlangsung terus sampai kira-kira 30 menit. Pada henti jantung, dilatasi pupil kadang-kadang tidak jelas. Dilatasi pupil mulai terjadi 45 detik setelah aliran darah ke otak terhenti dan dilatasi maksimal terjadi dalam waktu 1 menit 45 detik. Bila telah terjadi dilatasi pupil maksimal, hal ini menandakan sudah terjadi 50 % kerusakan otak irreversibel.

7. Pemeriksaan yang dapat dilakukan1. EKG   : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan

elektrolit dan obat jantung.2. Monitor Holter            : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus

bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.3. Foto dada       : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup4. Skan pencitraan miokardia     : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau

mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.5. Tes stres latihan          : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan disritmia.6. Elektrolit         : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.7. Pemeriksaan obat       : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.8. Pemeriksaan tiroid     : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.9. Laju sedimentasi         : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.10. GDA/nadi oksimetri    : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.

8. Penatalaksanaan dan Tindakan gawat darurat

Tatalaksana AF berdasarkan Standar Pelayanan Medik (SPM) Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Edisi III (Ed: Irmalita et al, 2009) yaitu:

2.3.1        Medikamentosaa.      Rhythm control, tujuannya adalah untuk mengembalikan ke irama sinus sehingga memungkinkan penderita terbebas dari tromboemboli dan takikardiomiopati. Dapat diberikan anti-aritmia golongan I seperti quinidine, disopiramide dan propafenon. Untuk golongan III dapat diberikan amiodaron. Dapat juga dikombinasi dengan kardioversi dengan DC shock (Ed: Irmalita, Nani, Ismoyono, Indriwanto, Hananto et al, 2009).

Page 6: Modul 6 Blok 15

Pengembalian irama sinus dengan obat-obatan (amiodaron, flekainid, atau sotalol) bisa mengubah AF menjadi irama sinus atau mencegah episode AF lebih jalnjt. Antikoagulasi untuk mencehag tromboembolik sistemik (Patrick, 2002).b.       Rate control dan pemberian antikoagulan di lakukan dengan pemberian obat-obat yang bekerja pada AV node dapat berupa digitalis, verapamil, dan obat penyekat beta (β bloker). Amiodaron dapat juga digunakan untuk rate control. Namun pemberian obat-obat tersebut harus hati-hati pada pasien dengan AF disertai  hipertrovi ventrikel. Pemeriksaan ekokardiografi bisa membantu sebelum pemberian obat-obat tersebut (Ed: Irmalita, Nani, Ismoyono, Indriwanto, Hananto et al, 2009).  Pemberian obat-obat tersebut dapat membentu pengendalian denyut dengan menurunkan kecepatan ventrikel dengan mengurangi konduksi nodus AV menggunakan digoksin, B bloker, atau antagonis kanal kalsium tertentu. Namun kadang AF sendiri tidak menghilang sehingga pasien membutuhkan digoksin untuk memperlambat repon ventrikel terhadap AF saat istirahat dan β bloker untuk memperlambat denyut ventrikel selama olahraga (Patrick, 2002).2.3.2        Non-farmakologi (Ed: Irmalita, Nani, Ismoyono, Indriwanto, Hananto et al, 2009)a.       Kardioversi eksternal dengan DC shock dapat dilakukan pada setiap penderita AF. Jika pasien mengalami AF sekunder, penyakit penyerta harus dikoreksi terlebih dahulu. Jika AF lebih dari 48 jam maka harus diberikan antikoagulan selama 4 minggu dan 3 minggu pasca kardioversi untuk mencegah terjadinya stroke akibat emboli. Pemeriksaan trnasesofagus echo dapat direkomendasikan sebelum melakukan kardioversi dengan DC shock jika pemberian antikoagulan belum dapat diberikan untuk memastikan tidak adanya thrombus diatrium. b.      Pemasangan pacu jantung untuk mencegah AF dapat diberikan. Penelitian menunjukkan pemasangan pacu jantung kamar ganda lebih dapat mencegah episode AF dibandingkan pemasangan pacu jantung kamar tunggal. Dan akhir-akhir ini pemasangan lead atrium pada lokasi Bachman Bundle atau di septum atrium bagian bawah dapat mencegah terjadinya AF (Ed: Irmalita, Nani, Ismoyono, Indriwanto, Hananto et al, 2009).  c.       Ablasi kateter untuk mengubah ke irama sinus dengan isolasi vena pulmonary  dapat dilakukan.  d.      Ablasi AV node dan pemasangan pascu jantung permanen (VVIR). Teknik ini digunakan terutama pada penderita AF permanen dan penderita masih menggunakan obat antikoagulan.e.       Pembedahan diperlukan dengan operasi modifikasi Maze. Hal ini dapat dilakukan sekaligus pada pasien dengan kelainan katub mitral (Ed: Irmalita, Nani, Ismoyono, Indriwanto, Hananto et al, 2009).

Aritmia1. Penatalaksanaan Medis

1. Terapi medisObat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :a. Anti aritmia Kelas 1            : sodium channel blocker

§ Kelas 1 AQuinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang menyertai anestesi.Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang

§ Kelas 1 BLignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT 

§ Kelas 1 CFlecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi

1. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi

1. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang

1. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia

1. Terapi mekanis 1. Kardioversi  : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya

merupakan prosedur elektif.2. Defibrilasi    : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.3. Defibrilator kardioverter implantabel          : suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang

mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.4. Terapi pacemaker    : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi

jantung.

Tndakan awal yang harus segera dilakukan kepada pasien yang datang ke emergensi department adalah secepatnya memberikan oksigen, memasang intravenous line dan monitoring EKG untuk membantu mengurangi gejala yang muncul dengan pemberian obat serta monitor kondisi jantung. Setelah itu, untuk memperlambat denyut jantung, dapat ditangani penyebabnya atrial fibrilasi rapid vantrikular respon ini dengan memperlambat konduksi yang arus listrik ke nodus AV (Patrick, 2006).Prinsip penanganan pasien atrial fibrilasi di ruang emergensi terdiri atas tiga hal yang mendasar yaitu mempertahankan sinus rhythm (control rythm), control ventricular rate (control rate) dan terapi antitrombotik (ACCF/AHA Pocket Guidelne, 2011). Langkah yang dapat diambil selama di ruang emergensi untuk mengatasi penyebabnya adalah; Pertama dengan maneuver vagatonik, yaitu meningkatkan tonus fagus contohnya dengan  valsava maneuver, menelan air dingin atau menekan sinus karotis. Namun sebelum melakukan tindakan ini pasien wajib diberikan informasi agar tidak terkejut. Kedua Pemberian obat yang dapat memblok konduksi ke dalam nodus AV sementara misal dengan adenosine intravena, efeknya ≤ 4 detik, hal ini dapat mengembalikan ke irama sinus. Ketiga dengan pemberian  beta bloker (β bloker) seperti verapamil atau flekainid (Patrick, 2006).

Tindakan berikutnya yaitu pencegahan tromboembolisme pada pasien dengan control rythm. Control rhythm bertujuan mengembalikan irama ireguler menjadi irama regular sinus. Sehingga meminimalkan risiko terjadinya emboli atrium. Antitrombotik dapat direkomendasikan pada seluruh pasien dengan atrial fibrilasi. Antitrombotik yang dipilih harus memiliki manfaat untuk menurunkan risiko stroke dan tidak adanya risiko perdarahan

Page 7: Modul 6 Blok 15

(Camm, Kirchhof, Lip, 2010). Terapi yang diberikan pada intinya adalah memberikan obat-obat yang bekerja pada AV node sehingga respon ventrikel yang semula ireguler dapat menjadi regular ketika konduksi ke ventrikel tidak lagi dibatasi oleh refrakter AV node (Patrick, 2006).

Namun beberapa studi menyebutkan bahwa pemberian obat anti aritmi disertai dengan pemberian kardioversi dapat memberikan hasil yang baik pada pasien. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Bellone A, Etteri M, Vettorello M, dan kawan-kawan (2011) dimana disebutkan bahwa pada pasien dengan onset kejadian atrial fibrilasi yang baru muncul kurang dari 48 jam dapat diberikan penanganan pertama dengan obat dan dikombinasi dengan pemberian kardioversi elektrik. Obat bertindak sebagai rate control dan juga rhythm control dengan mempertahankan irama sinus, sedangkan kardioversi dapat bertindak sebagai rhythm control (Berry and Padget, 2012).

9. Komplikasi dan PrognosisKOMPLIKASIAritmia tertentu dapat meningkatkan risiko mengembangkan kondisi sepertiStroke.Ketika jantung Anda, tidak dapat memompa darah secara efektif, yang dapat menyebabkan darah melambat. Hal ini dapat menyebabkan gumpalan darahterbentuk. Jika bekuan darah terbawa, dapat melakukan perjalanan ke dan menghalangiarteri otak, menyebabkan stroke. Ini dapat merusak sebagian otak Anda atau menyebabkankematian. Bagi orang yang memiliki fibrilasi atrium, obat warfarin (Coumadin) atauetexilate (Pradaxa) dapat membantu mencegah penggumpalan darah, yang dapat menyebabkan stroke.

Gagal jantung.Hal ini dapat terjadi jika jantung Anda memompa tidak efektif dalam waktulama karena bradycardia atau tachycardia, seperti atrial fibrilasi.Kadang-kadang,mengontrol laju aritmia yang menyebabkan gagal jantung, dapat meningkatkan fungsijantung Anda. (Gagal jantung:Gagal jantung hasil dalam ketidakmampuan jantung untuk pompa efisien dan konsisten, menyebabkan kelebihan cairan untuk mengumpulkan di kakidan paru-paru.)

Tanpa perawatan medis yang segera, takikardia ventrikel berkelanjutan seringkalimemburuk menjadi fibrilasi ventrikel.Tekanan darah menurun secara drastis, dapat merusak organ vital, termasuk otak, yangsangat membutuhkan suplai darah.Dalam kasus yang parah, irama jantung dapat menjadi begitu kacau sehingga menyebabkankematian mendadak.

PROGNOSISsebagian besar aritmia tidak menyebabkan gejala atau menganggu kemampuanjantung untuk memompa darah. Jadi biasanya aritmia menimbulkan resiko yang sedikit atau tidak ada, meskipun aritmia dapat menyebabkan kecemasan yang besar , jikaseseorang menyadari aritmia.

Atrial Fibrilasi memiliki dua komplikasi utama - stroke dan gagal jantung.

Komplikasi Cardiac Arrest adalah:·         Hipoksia jaringan ferifer·         Hipoksia Cerebral·         Kematian