metoda rehab

17
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN Metode pelaksanaan pekerjaan ini kami ajukan sebagai uraian ringkas dalam pelaksanaan proyek antara sebagai berikut : I. UMUM - Sebelum pekerjaan dimulai kami sebagai pelaksana akan memberikan laporan secara tertulis kepada Pemerintah setempat. - Mengadakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pembangunan yang akan dilaksanakan dan manfaatnya bagi masyarakat sehingga pekerjaan yang akan dilaksanakan tidak mendapat gangguan / hambatan dari lingkungan sekitarnya maupun masyarakat setempat. - Melakukan pendekatan terhadap pemuka masyarakat untuk dapat menambah keserasian dan kekompakan demi kelancaran pekerjaan. - Memasang Papan Nama Proyek sesuai dengan bentuk dan ukuran yang ditentukan oleh pihak proyek. - Setelah penandatanganan Kontrak Kerja kami mengusulkan mengadakan rapat pendahuluan untuk mendapatkan kesepakatan langkah-langkah kerja yang akan dilaksanakan. Merencanakan bersama-sama penempatan bedeng kerja dan direksi keet beserta kebutuhan untuk penumpukan bahan bangunan. - Menyediakan peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan rencana kegiatan yang akan dilaksankan untk menunjang kegiatan pekerjaan. - Mengajukan Rencana Kerja kepada direksi untuk dapat disepakati bersama. - Setiap hari melaksanakan pekerjaan sekaligus mendata hasil kerja yang telah dilaksanakan untuk membuat Laporan Harian, Mingguan dan Bulanan sebagai bahan pertimbangan untuk setiap termyn yang kami usulkan.

Upload: sevsamra

Post on 20-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Metoda Rehab

TRANSCRIPT

Page 1: Metoda Rehab

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

Metode pelaksanaan pekerjaan ini kami ajukan sebagai uraian ringkas dalam pelaksanaan proyek antara sebagai berikut :

I. UMUM

- Sebelum pekerjaan dimulai kami sebagai pelaksana akan memberikan laporan secara tertulis kepada Pemerintah setempat.

- Mengadakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pembangunan yang akan dilaksanakan dan manfaatnya bagi masyarakat sehingga pekerjaan yang akan dilaksanakan tidak mendapat gangguan / hambatan dari lingkungan sekitarnya maupun masyarakat setempat.

- Melakukan pendekatan terhadap pemuka masyarakat untuk dapat menambah keserasian dan kekompakan demi kelancaran pekerjaan.

- Memasang Papan Nama Proyek sesuai dengan bentuk dan ukuran yang ditentukan oleh pihak proyek.

- Setelah penandatanganan Kontrak Kerja kami mengusulkan mengadakan rapat pendahuluan untuk mendapatkan kesepakatan langkah-langkah kerja yang akan dilaksanakan. Merencanakan bersama-sama penempatan bedeng kerja dan direksi keet beserta kebutuhan untuk penumpukan bahan bangunan.

- Menyediakan peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan rencana kegiatan yang akan dilaksankan untk menunjang kegiatan pekerjaan.

- Mengajukan Rencana Kerja kepada direksi untuk dapat disepakati bersama.

- Setiap hari melaksanakan pekerjaan sekaligus mendata hasil kerja yang telah dilaksanakan untuk membuat Laporan Harian, Mingguan dan Bulanan sebagai bahan pertimbangan untuk setiap termyn yang kami usulkan.

- Pada akhir minggu kami mengajukan laporan kepada pengawas untuk diajukan ke Pemimpin Proyek sebagai Laporan Mingguan.

- Pada akhir bulan kami membuat laporan sebagai rekapitulasi dari laporan mingguan yang diajukan kepada Pengawas lapangan untuk diteruskan ke Pimpinan Proyek sebagai laporan bulanan dengan melampirkan grafik tenaga kerja, peralatan dan cuaca serta fisik proyek pada waktu penagihan.

- Bersama direksi kami mengopname kemajuan pekerjaan fisik di lapangan dan berikutnya membuat back up data dan dilanjutkan dengan pembuatan Berita Acara Pemeriksaaan Pekerjaan.

- Bila terjadi kondisi di lapangan memerlukan pekerjaan tambah – kurang maka kami mengajukan permohonan dengan ditindak lanjuti dengan pemeriksaan lapangan bersama-sama dengan pihak proyek.

Page 2: Metoda Rehab

- Apabila terjadi kerusakan fisik di lapangan yang bukan tanggung jawab kami, maka kami melaporkan pada pengawas lapangan dan direksi yang kemudian dilanjutkan kepada pihak proyek.

- Setiap saat kami penanggung jawab pelaksanaan pekerjaan / tenaga teknis akan berada terus menerus di lokasi pekerjaan sampai pekerjaan diserah terimakan.

- Pada waktu menjelang akhir pelaksanaan kami bersama pihak direksi mengopname pekerjaan yang telah maupun yang belum dikerjakan guna sebagai bahan untuk pembuatan Berita Acara Pemeriksaan Akhir Pekerjaan.

II. PENYIMPANAN BAHAN

1. Semen

Semen ditempatkan / disimpan dalam gudang tertutup, ditempat yang kering tidak menjadi lembab tidak mudah rusak dan tidak mudah tercampur dengan bahan-bahan lain.

2. Agregat

Antara agregat halus dan agregat kasar penyimpanannya dilakukan terpisah. Jika tempat dasar selalu basah pada musim hujan, maka sebaiknya penempatannya harus didasari alas tepas/papan.

3. Batu bata

a. Batu bata harus ditumpuk diatas tanah rata dengan tumpukan yang rapi sehingga tidak mudah pecah.

b. Batu bata tidak boleh dibebani oleh barang-barang berat, sebaiknya diberi penutup untuk melindungi dari hujan.

4. Baja Tulangan

Baja Tulangan tidak boleh disimpan/ditumpuk langsung diatas tanah, tetapi diberi alas/ganjal berupa balok-balok. Penimbunan ditempat terbuka dalam waktu lama harus dihindarkan.

5. Bahan-bahan lain

Untuk menyimpan bahan-bahan lain berupa bahan-bahan yang tidak tahan cuaca sebaiknya ditempatkan digudang penyimpanan.

III. PEKERJAAN PENDAHULUAN

1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pemborong harus mempersiapkan jalur jalan ke lokasi proyek untuk mempermudah digudang penyimpanan.

2. Sebelum dimulai pekerjaan fisik, terlebih dahulu areal lokasi seluas yang ditentukan oleh pengawas harus dibersihkan dari semak-semak dan pohon-pohon yang akan mengganggu pelaksanaan pekerjaan.

Page 3: Metoda Rehab

3. Sebelum pelaksanaan pekerjaan maka pemborong harus terlebih dahulu merundingkan dengan pengawas mengenai pembagian halaman kerja untuk tempat mendirikan kantor, gudang dan los kerja, tempat penimbunan bahan-bahan dan lain sebagainya.

4. Untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan di lokasi, maka pemborong dengan biaya sendiri harus menyediakan kantor dengan perlengkapan gudang tempat penyimpanan bahan-bahan dan alat-alat pekerjaan serta los kerja tempat mengerjakan bahan-bahan.

IV. PEMASANGAN BOUWPLANK DAN PEIL BANGUNAN

1. Pemasangan papan bouwplank dilaksanakan pada jarak 3,00 m dari atas bangunan. Pemasangan papan bouwplank harus benar-benar kuat menggunakan waterpass dan siku.

2. Ketinggian permukaan papan bouwplank dibuat sesuai dengan permukaan lantai ruangan | 0,00 bangunan seperti gambar kerja.

3. Titik | 0,00 untuk permukaan lantai bangunan ditetapkan bersama-sama oleh pengawas dan pemborong dan dinyatakan dengan suatu patok tetap yang tertanam kuat ditanah hingga selesai pekerjaan.

4. Papan bouwplank baru dapat dibuka setelah pekerjaan pemasangan lantai bangunan.

V. PEKERJAAN GALIAN TANAH

1. Sebelum memulai pekerjaan galian tanah, maka lapisan permukaan lapisan tanah bagian atas didalam bouwplank setebal 20 cm harus dikupas terlebih dahulu dan dibuang ketempat yang ditentukan pengawas.

2. Lebar, dalam dan bentuk galian tanah harus dikerjakan sesuai menurut ukuran yang tercantum dalam gambar rencana dan gambar detail pondasi.

3. Pekerjaan galian tanah dilakukan untuk lobang pondasi, lobang saluran keliling bangunan dan lain sebagainya.

4. Tanah hasil galian tanah yang tidak dapat dipergunakan untuk menimbun lobang-lobang harus dibuang pada tempat yang telah ditentukan pengawas.

5. Pemakaian bekas tanah galian untuk penimbunan kembali harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari pengawas lapangan.

VI. PEKERJAAN PONDASI

1. Sebelum memulai pekerjaan pondasi, maka semua lubang-lubang untuk pondasi harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari pengawas lapangan mengenai ketepataqn dan ukuran bentuknya, sebelum mendapatkan persetujuan dari pengawas lapangan untuk pekerjaan pondasi belum dapat dilakukan.

2. Apabila didalam lubang pondasi dimana akan dilaksanakan pemasangan pondasi terdapat genangan air maka air tersebut harus dipompakan keluar lubang terlebih dahulu akan dialirkan ketempat yang ditentukan oleh pengawas lapangan.

Page 4: Metoda Rehab

3. Dasar galian pondasi diberikan lapisan pasir setebal 5 cm padat.

4. Sesudah lapisan diberi lapisan lantai kerja beton 1 : 3 : 5, setebal 5 cm.

5. Pondasi plat setempat beton bertulang 1 : 2 : 3 menggunakan besi tulang pokok dan tulang bagi diameter pembesian sesuai dengan gambar detail pembesian pondasi.

6. Pondasi batu bata 1 bata dipasang dengan adukan 1 : 4, pondasi bata dirab dengan adukan 1 : 4, tinggi dan lebar pasangan harus sesuai dengan gambar detail pondasi.

7. Sloof beton bertulang 1 : 2 : 3 menggunakan besi tulang pokok dengan besi beugel dengan diameter serta pembesian sesuai dengan gambar detail sloof.

VII.PEKERJAAN ADUKAN

1. Pekerjaan campuran semen, pasir dan air disebut “adukan” atau “ mortar “ merupakan jumlah semen yang pakai dalam setiap campuran ditentukan dengan ukuran isi, seperti sebagai berikut :a. Adukan 1 : 2 untuk ukuran adukan kedap air

- Berarti menggunakan 1 zak semen : 2 zak pasirb. Adukan 1 : 3 untuk afwerking beton

- Berarti menggunakan 1 zak semen : 3 zak pasirc. Adukan 1 : 4 untuk adukan biasa

- Berarti menggunakan 1 zak semen : 4 zak pasir

2. Pekerjaan campuran semen, pasir, kerikil dan air disebut “ beton “ jumlah semen yang dipakai dalam setiap campuran untuk beton mutu B0, B1 dan K 125 ditentukan dengan ukuran isi. Sedangkan jumlah semen yang dipakai dalam setiap campuran untuk beton mutu K 175 dan mutu yang lebih tinggi ditentukan dengan ukuran berat atau direncanakan, sebagai berikut :a. Untuk beton mutu B0 dengan beton 1 : 3 : 5

- Berarti menggunakan 1 zak semen : 3 zak pasir : 5 zak kerikil b. Untuk beton mutu B1 dan K 125 dengan beton 1 : 2 : 3

- Berarti menggunakan 1 zak semen : 2 zak pasir : 3 zak kerikilc. Untuk beton mutu K 175 dan mutu yang lebih tinggi dengan beton 1 ; 2 : 3

- Dipakai diperbandingan ukuran berat (Petunjuk labor)

3. Pengaduan mutu adukan dan beton mutu B0 sebaiknya diaduk dengan menggunakan mesin pengaduk, sedangkan untuk beton mutu B1 hingga mutu yang lebih tinggi harus menggunakan mesin pengaduk.

VIII. PEKERJAAN BETON

1. Pelaksanaan pekerjaan beton harus berpedoman pada persyaratan-persyaratan dan ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Baja Tulang Beton (SII 01236-84.

2. Bahan-bahan pembuatan beton.

a. Semen untuk konstruksi beton bertulang dipakai jenis-jenis semen yang memenuhi persyaratan-persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Baja Tulangan Beton (SII 01236-84).

Page 5: Metoda Rehab

b. Pasir beton untuk konstruksi beton bertulang harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tajam, kadar lumpur maksimum 5 % dan tidak boleh terlalu banyak mengandung bahan-bahan organis dan mempunyai butir yang beraneka ragam besarnya antara 1 mm sampai 2 mm.

c. Kerikil beton untuk konstruksi beton bertulang harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori, kadar lumpur maksimum 1 % apabila kadar lumpur melampaui kadar maksimum maka kerikil beton harus dicuci, berukuran antara 1 cm sampai 3 cm. Kerikil tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton seperti zat-zat reaktif alkali.

d. Batang tulangan yang digunakan harus bebas dari kotoran-kotoran lemak, kulit giling, karat lepas serta bahan-bahan yang mengurangi daya lekat beton.

e. Air yang digunakan harus bersih, tidak boleh mengandung lumpur, minyak dan kotoran-kotoran lainnya, penggunaan air sumur dan air kali harus mendapat izin dari pengawas lapangan.

3. Campuran beton

a. Untuk beton mutu B0 dipakai campuran yang biasa dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan non strukturil dengan perbandingan 1 : 3 : 5 dalam perbandingan isi.

b. Untuk beton mutu B1 dan K 125 dipakai campuran nominal semen, pasir dan kerikil dalam perbandingan isi 1 ; 2 : 3 atau 1 : 1. 5 : 2 : 5

c. Untuk beton mutu K 175, K 225 dan mutu yang lebih tinggi dari K 225 dipakai campuran beton dengan ukuran berat atau campuran beton yang direncanakan agar kekuatan karakteristik yang direncanakan dapat tercapai.

d. Pengukuran semen tidak boleh mempunyai kesalahan lebih kurang dari 2,5 %.

4. Kekentalan adukan beton

a. Kekentalan (konsistensi) adukan harus disesuaikan dengan cara transport, cara pemadatan, jenis konstruksi yang bersangkutan dan kerapatan tulangan. Jumlah semen minimum dan nilai faktor air semen maksimum harus memperhatikan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dari Peraturan Pembuatan Campuran Beton (SNI-T-15-1991-03).

b. Untuk pencegahan adukan terlalu kental atau terlalu encer, maka campuran beton harus memperhatikan nilai-nilai slump yang tercantum dalam SNI 1972-1990-F.

5. Cetakan dan acuan.

a. Cetakan dan acuan harus kokoh dan cukup rapat sehingga tidak terjadi kebocoran-kebocoran yang dituangkan kedalam cetakan.

b. Cetakan harus diberi ikatan-ikatan secukupnya, sehingga dapat terjamin kedudukan dan bentuk yang kuat serta tetap.

Page 6: Metoda Rehab

c. Cetakan harus dibuat dari bahan-bahan yang baik dan tidak mudah meresap air dan dipasang sedemikian rupa, sehingga pada waktu pembongkaran cetakan tidak terjadi kerusakan pada beton.

d. Pada pelaksanaan Klas 3, air beton tidak boleh benar-benar terserap oleh cetakan, oleh sebab itu cetakan harus dilapisi dengan plastik atau bahan sejenisnya.

6. Pemasangan tulangan.

a. Tulang harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya, kawat ikat yang dipakai mutu SNI 0040-87-A.

b. Untuk ketetapan tebal penutup beton, tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu yang sama dengan mutu yang akan dicor.

7. Pengadukan beton.

a. Pengadukan beton pada semua mutu beton kecuali beton klas 1 mutu B0 harus dilakukan dengan pengaduk.

b. Selama pengadukan berlangsung kekentalan adukan beton harus selalu diawasi.

c. Apabila karena sesuatu hal adukan beton tidak memenuhi syarat minimum seperti terlalu encer karena kesalahan pemberian jumlah air pencampur, sudah mengeras sebagaian atau tercampur dengan bahan-bahan asing, maka adukkan ini tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan dari tempat pelaksanaannya.

8. Pengecoran dan Pemadatan

a. Untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang kerikil, adukan beton harus dipadatkan selama pengecoran. Pemadatan dapat dilakukan dengan penumbuk-penumbuk atau dengan memukul-mukul atau dengan menggunakan alat pemadat mekanis/penggetar.

9. Penutup beton

Tebal penutup beton minimum (tidak termasuk Plesteran) sesuai dengan penggunaannya adalah sebagai berikut :

a. Untuk kolom dan balok adalah 2,5 cm.b. Untuk pondasi atau pekerjaan lainnya yang berhubungan langsung dengan

tanah adalah 3 cm.

10. Perawatan beton

Untuk mencegah pengeringan beton terlalu cepat, paling sedikit beton selama 2 minggu beton harus disiram terus menerus.

Page 7: Metoda Rehab

11. Pembongkaran cetakan beton

a. Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul berat dan beban pelaksanaan lain yang bekerja padanya.

b. Pada bagian-bagian konstruksi dimana akibat pembongkaran cetakan akan bekerja beban yang lebih tinggi dari beban rencana dan akan terjadi keadaan yang lebih berbahaya dari keadaan yang diperhitungkan, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tetap berlangsung.

12. Pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan beton.

a. Pekerjaan beton untuk pondasi telapak setempat dan sloof.- Ukuran harus sesuai dengan yang tercantum pada gambar detail pondasi

dan sloof.- Diameter besi dan bentuk penulangan harus sesuai dengan gambar detail

pondasi dan sloof.

b. Pekerjaan beton untuk kolom konwstruksi dan kolom praktis.- Ukuran harus sesuai dengan yang tercantum pada gambar detail kolom.- Untuk kolom praktis adalah sesuai dengan tabel dinding batu bata.- Untuk kolom konstruksi yang berhubungan dengan batu bata diberi stek-

stek besi yang tercantum dengan baik sejak pengecoran beton guna untuk mengikat pasangan dinding batu bata sedangkan kolom konstruksi yang berhubungan dengan kayu kozen pintu / jendela terhadap kolom.

- Diameter besi dan bentuk penulangan harus sesuai dengan gambar detail kolom.

c. Pekerjaan beton untuk Reng Balok.

d. Diameter besi dan bentuk penulangan harus disesuaikan dengan gambar detail reng balok.

e. Tinggi dan lebar harus disesuaikan dengan gambar bestek.

f. Pada bagian reng balok yang diletakkan kuda-kuda diberi stek besi untuk mengikat kuda-kuda yang tertanam dengan baik pada waktu pengecoran reng balok.

IX. PEKERJAAN BATU BATA

1. Batu bata sebelum dipakai harus direndam terlebih dahulu dalam air sampai habis gelembung-gelembung udaranya.

2. Pasangan batu bata pada dinding sejak diatas sloof sehingga ketinggian ± 0,20 m, dipasang dengan menggunakan adukan 1:2.

3. Pasangan batu bata pada dinding sejak diatas sloof sehingga ketinggian ± 0,20 m, hingga ke atas dengan menggunakan adukan 1:4.

4. Pasangan batu bata pada dinding harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya pemasangan harus rapi dengan peremukaan bidang yang dihasilkan harus rata dan baik, permukaan dinding bata yang tidak rata harus dibongkar.

Page 8: Metoda Rehab

X. PEKERJAAN KUZEN

1. Apabila pembuatan kuzen pintu, jendela dan ventilasi tidak dilakukan dilokasi proyek, maka pemborong wajib memberi tahu tempat pembuatannya kepada pengawas guna untuk pemeriksaan.

2. Pertemuan sudut dan silang kuzen diperkuat dengan menggunakan pasak/pen dari kayu dengan kayu kuzen.

3. Kuzen-kuzen pintu, jendela dan ventilasi sebelum dipasang terlebih dahulu harus dimenie yang baik dan rata pada seluruh permukaan kayu yang menempel pada tembok.

4. Pasangan kuzen harus menghasilkan akhir yang benar-benar bangunan seperti yang tercantum dalam gambar.

XI. PEKERJAAN RANGKA ATAP RANGKA LISPLANK

1. Pembuatan kuda-kuda, setengah kuda-kuda untuk ketetapan bentuk dan ukurannya harus memperhatikan gambar rencana kuda-kuda dan gambar detail kuda-kuda.

2. Sambungan-sambungan dan pertemuan-pertemuan silang kayu pada kuda-kuda harus diperkuat dengan menggunakan besi plat dan baut seperti yang tampak pada gambar detail kuda-kuda.

3. Perletakan kuda-kuda pada ring balok diperkuat dengan ikatan menggunakan besi baut dan plat. Posisi besi baut telah tertanam dengan baik pada waktu pengecoran reng balok.

4. Hubungan antara kuda-kuda diperkuat dengan menggunakan skor angin sebanyak 2 (dua) batang yang dipasang bersilang.

5. Perletakan gording harus diperkuat dengan menggunakan klos seperti tercantum pada detail kuda-kuda, jarak antara gording disesuaikan dengan memperhatikan gambar rencana dan detail kuda-kuda.

6. Pemasangan rangka atap harus benar-benar waterpas dan kuat, sehingga apabila nantinya ditutup dengan lembaran seng akan menghasilkan suatu pekerjaan yang baik rapi dan tidak bergelombang.

7. Saluran permungkaan kayu kuda-kuda, gording, skor angin, balok bubungan dan rangka lisplank harus diresidu dengan baik dan rata terlebih dahulu sebelum ditutup dengan atap.

XII.PEKERJAAN PENUTUP ATAP DAN LISPLANK

1. Bahan atap pada bangunan ini dari seng BJLS 20.

2. Untuk perabung digunakan seng plat BJLS 30 bentuk dan ukurannya seperti gambar.

3. Pertemuan atap patah (jurai dalam) dilapisi dengan aluminium plat.

Page 9: Metoda Rehab

XIII. PEKERJAAN LOTENG

1. Untuk rangka loteng/plafond balok induk ukuran 5/10 cm, dipasang menurut panjang ruangan dan keliling ruangan, untuk balok pembagi yang menggunakan balok ukuran 5/7 cm. Pemasangan balok pembagi harus diperkuat dengan menggunakan klos ukuran ¾ cm.

2. Rangka loteng bagian bawah harus rata, bentuk pemasangan rangka boleh seperti tercantum dalam gambar kerja.

3. Ketinggian pemasangan rangka loteng harus sesuai dengan gambar rencana loteng, pemasangan digantungkan pada balok kuda-kuda dengan menggunakan balok 5/7 cm yang kuat, pemasangan rangka loteng harus benar-benar waterpass, sehingga apabila ditutup dengan gypsum akan menghasilkan suatu loteng yang rata dan rapi.

XIV. PEKERJAAN PLESTERAN

1. Sebelum memulai pekerjaan plesteran, semua pipa untuk instalasi listrik, atau instalasi air sudah tertanam cukup kuat didalam dinding dengan baik.

2. Sebelum memulai pekerjaan plesteran, permukaan dinding bata yang akan dipelster harus disiram dengan air sampai benar-benar basah.

3. Dinding bata hingga ketinggian ± 0,20 cm diplester dengan menggunakan adukan 1:2 (trasram).

4. Untuk afwerking permukaan beton dan plester bagian sudut luar bangunan diplester dengan menggunakan adukan 1:3..

5. Dinding bata sejak diatas ± 0,20 cm diplester dengan menggunakan adukan 1:4.

6. Pekerjaan plesteran harus rapi dan rata permukaannya, permukaan plesteran dihaluskan dengan menggunakan campuran air semen.

7. Rabben untuk pondasi adukan 1:3.

XV.PEKERJAAN LANTAI

1. Sebelum penimbunan tanah dilakukan terlebih dahulu potongan-potongan gergaji harus disingkirkan keluar bangunan.

2. Penimbunan harus dilakukan selapis demi selapis setebal 20 cm padat, pemadatan tanah timbun tidak boleh disiram dengan air. Pemadatan dilakukan dengan cara menumbuk, memakai alat penumbuk tangan atau alat lpenumbuk mekanik.

3. Diatas tanah timbun yang telah dipadatkan diberi lapisan pasir setebal 5 cm padat, pemadatan pasir disiram dengan air.

4. Lantai dicor dengan beton tidak bertulang campuran 1:2:3 dengan diplester halus.

5. Pengecoran lantai harus bersih dan rapi.

Page 10: Metoda Rehab

XVI. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA

1. Pekerjaan Pintua. Pintu Panil dibuat dari bahan Multipleks tebal 12 mm (seperti gambar

rencana).b. Pintu Rangka Kaca tebal 5 mm bentuk dan ukuran seperti gambar rencana.

2. Jendelaa. Daun Jendela dibuat dari rangka kaca Rupyak Miring.b. Kaca mati tebal 2 cm.

3. Ventilasi Ventilasi dipakai kayu tebal 2 cm dan kaca mati 5 mm.

XVII. PEKERJAAN PASANGAN KUNCI DAN ALAT PENGGANTUNG

1. Pemasangan engsel Nylon 4” kuningan dan harus benar-benar kuat dan rapi serta memuaskan.

2. Pemasangan paku sekrup tidak boleh dipukul, harus menggunakan alat pemutar sekrup.

3. Pemasanga kunci tanam, Semute Yale, grandel panjang 10” dan lain-lainya harus dikerjakan dengan penuh keahlian, sehingga menghasilkan suatu pekerjaan yang baik dan memuaskan.

XVIII. PEKERJAAN PENGECATAN DAN SEJENISNYA.

1. Pengecatan Tembok

a. Sebelum pengecatan dimulai, tembok yang akan dicat harus sudah benar-benar kering.

b. Tembok yang akan dicat terlebih dahulu harus dihaluskan dengan menggunakan ampelas.

c. Apabila ternyata tembok yang akan dicat belum memenuhi syarat-syarat kekeringan, sedangkan pengecatan harus segera akan dimulai, maka untuk pengecatan harus dilapisi terlebih dahulu dengan pelapis berupa isolasi pernis (larutan 25% shirlak dalam alkohol) hingga kering.

d. Sebelum dicat muka tembok harus diberi lapisan plamur hingga rata, mengenai saluran permukaan tembok sampai kering kemudian dihaluskan dengan ampelas besi hingga halus.

e. Setelah plamur dihaluskan, dinding dicat dengan cat dasar (cat air yang akan dipakai yang diencerkan).

f. Setelah cat dasar mengering dilanjutkan dengan pengecatan kedua dan setelah ini kering dilanjutkan dengan pengecatan lapis ketiga.

2. Pengecatan Kayu.

a. Sebelum pengecatan dimulai permukaan kayu harus digosok dengan ampelas kayu hingga halus.

b. Setelah kayu diampelas hingga halus, dicat dengan cat dasar Lood Menie untuk melindungi kayu dari pelapukan.

Page 11: Metoda Rehab

c. Setelah Lood Menie kering, permukaan kayu diplamur hingga rata dan setelah kering digosok lagi dengan ampelas kayu hingga halus.

d. Setelah proses pelaksanaan tersebut selesai, kemudian dicat dengan cat minyak yang digunakan, setelah kering dilanjutkan dengan pengecatan lapis ketiga.

3. Pengecatan Plafond (Langit-langit)

a. Plafond dicat dengan cat air warna ditentukan kemudian sebanyak tiga kali, dengan cara pengecatan kedua, setelah kering dilanjutkan dengan pengecatan ketiga.

XIX. PEKERJAAN PEMASANGAN INSTALASI LISTRIK

1. Pemasangan instalasi listrik harus dikerjakan oleh Biro Instalatur yang telah mendapat pengesahan dari Perusahaan Listrik Negara setempat. Biro Instalatur yang akan dipakai harus disetujui oleh Pimpinan Proyek. Pemborong bertanggungjawab atas Biro Instalatur yang dipakai.

2. Cara-cara pemasangan instalasi didalam dan diluar bangunan harus memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Instalasi Listrik dan peraturan lainnya mengenai instalasi yang berlaku di Indonesia.

3. Biro Instalatur bertanggung jawab atas Instalasi yang dipasang selama lima tahun.4. Biro Instalatur wajib menyerahkan gambar Instalasi Bangunan yang dibuatnya

dan telah disahkan oleh Perusahaan Listrik Negara kepada Pimpinan Proyek.5. Biro Instalatur wajib menyerahkan kepada Pimpinan Proyek hasil pengujian

Instalasi yang dipasangnya disertai Surat Pernyataan bermaterai bahwa seluruh Instalasi Listrik dan syarat-syarat penyambungan listrik sebelum arus listrik disalurkan.

6. Pengamanan arus dipakai adalah pemutus otomatis yang bekerja secara termis dan elektromagnetis serta mampu memutuskan hubungan pendek yaitu pengaman arus jenis Mini Circuit Breaker (MCB).

XX.PEKERJAAN LAIN-LAIN.

1. Pemborong harus membersihkan lokasi bangunan yang telah selesai dikerjakan seluas yang ditentukan pada waktu penjelasan pekerjaan lapangan.

2. Pemborong harus memperbaiki kerusakan-kerusakan pada jalan-jalan, saluran-saluran, halaman dan lain sebagainya akibat dari pelaksanaan pekerjaan.

3. Pekerjaan yang belum tercantum pada Spesifikasi Umum ini secara terperinci dan khusus akan dimuat dalam Spesifikasi Khusus yang merupakan Bagian II dari spesifikasi ini.

4. Demikianlah Metode Pelaksanaan Pekerjaan ini kami ajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti Proses Pelelangan Pekerjaan yang tersebtu diatas.

Bangkinang, 20 Mei 2009

CV. SEKA GRUP

HERIJONDirektur